Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPELAUTAN

OLEH :
KELOMPOK 2 :
1. MUHAMMAD ALI FAHMI
2. SANTIANA
3. MARLINA
4. SAHRIANI.S

STITEK BALIK DIWA MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Rasa syukur yang dalam saya sampaikan kehadirat Tuhan Yang


Maha Pemurah karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat saya
selesaikan sesuai yang diharapkan.

Saya menyadari bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh


dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya saya dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini
dikemudian hari.

Saya sadari pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, saya
dengan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makassar, 30 Oktober 2018

Penulis,

i
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................................................ 2
BAB II......................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 3
2.1.Peraturan mengenai penyelamatan jiwa di kapal ................................................................. 3
2.2. Alat Keselamatan diatas Kapal dan Fungsinya .................................................................. 4
2.3. Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan kesehatan dan kerja di kapal ........................ 6
2.4. Penyelamatan di air ................................................................................................................. 7
2.5. Usaha Penyelamatan Diri di air .............................................................................................. 8
2.6. Prinsip Bertahan Hidup dilaut ................................................................................................. 9
BAB III...................................................................................................................................... 10
PENUTUP ................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 10
3.2 Saran ......................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan


daya dorong pada kecepatan bervariasi melintasi berbagai daerah
pelayaran dalam kurun waktu tertentu, akan mengalami berbagai
problematika yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca,
keadaan alur pelayaran, manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat
diduga oleh kemampuan manusia dan pada akhirnya menimbulkan
gangguan pelayaran dari kapal. Gangguan pelayaran pada dasarnya
dapat berupa gangguan yang dapat langsung diatasi, bahkan perlu
mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang
mengakibatkan Nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus terlibat baik
untuk mengatasi gangguan tersebut atau untuk hares meninggalkan
kapal.

Setiap saat keselamatan jiwa manusia di laut terancam, baik para


pelaut maupun yang ikut berlayar. Kecelakaan laut bisa terjadi di mana
saja di daerah perairan laut dan kapan saja. Kecelakaan dapat terjadi
pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang
melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah
dilakukan upaya yang kuat untuk menghindarinya. Penyelamatan jiwa
manusia di laut merupakan suatu pengetahuan praktis bagi pelaut yang
menyangkut bagaimana cara menyelamatkan diri maupun orang lain
dalam keadaan darurat di laut. Untuk para awak kapal dan para
penumpang harus mengetahui cara-cara penyelamatan diri sewaktu ada
kecelakaan di kapal. Khusus para awak kapal perlu pelatihan, terutama di
bidang keselamatan agar para awak kapal terampil dalam teknik-teknik
penyelamatan, sebagaimana yang disyaratkan oleh IMO Convention dan
pemerintah negara bersangkutan. Banyak korban kecelakaan yang terjadi
di laut justru karena kurangnya pengetahuan dasar penyelamatan dan
pengamanan di laut, sesuai dengan evaluasi IMO bahwa adanya
peningkatan yang drastis korban jiwa yang terjadi di laut terutama
disebabkan oleh kesalahan manusia sendiri, yaitu Human Error Factor.
Untuk itu diperlukan pengetahuan serta ketrampilan praktis tentang
tindakan yang harus dilakukan atas kecelakaan yang terjadi.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Peraturan mengenai penyelamatan jiwa di laut
2. Peralatan keselamatan di kapal
3. Keselamatan kerja di atas kapal
4. Teknik penyelamatan di air
5. Penyelamatan diri di laut
6. Prinsip bertahan hidup di laut
C. TUJUAN PENULISAN
1. Dapat mengetahui peraturan mengenai penyelamatan jiwa di laut
2. Dapat mengetahui keselamatan di kapal
3. Dapat keselamatan kerja di atas kapal
4. Dapat mengetahui teknik penyelamatan di air
5. Dapat mengetahui penyelamatan diri di laut
6. Dapat mengetahui prinsip bertahan hidup di laut

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Peraturan mengenai penyelamatan jiwa di kapal


Penyelamatan jiwa di laut menyangkut berbagai aspek, antara lain
yang terpenting ialah kewajiban dan tanggung jawab untuk memberi
pertolongan terhadap orang atau orang-orang yang dalam keadaan bahaya.
Sebagai dasar dari tanggung jawab itu ialah Konvensi Internasional yang
telah diberlakukan di Indonesia mengenai keselamatan Jiwa Manusia di Laut
1974 (SOLAS '74) Bab V, Peraturan 10, tentang Berita-Berita bahaya,
Kewajiban dan Prosedur Peraturan 10 bab. V SOLAS '74 berbunyi
sebagai berikut :

1. Nakhoda kapal laut, begitu menerima isyarat dari sumber manapun bahwa
sebuah kapal atau pesawat terbang atau pesawat penyelamat berada dalam
keadaan bahaya, berkewajiban untuk datang dengan kecepatan penuh guna
memberi pertolongan kepada orang-orang yang dalam keadaan bahaya dan
memberitahukan mereka, jika mungkin, bahwa ia sedang berbuat demikian.
2. Jika ia tidak mampu atau karena kekhususan dari kejadian itu, dianggap tidak
wajib atau sia-sia untuk datang menolong mereka, maka ia wajib mencatat di
dalam Buku Harian Kapal alasan- alasan mengapa ia tidak dapat memberikan
pertolongan kepada orang-orang yang dalam keadaan bahaya.
3. Nakhoda kapal yang dalam keadaan bahaya, setelah berkonsultasi sejauh
mungkin dengan nakhoda-nakhoda kapal yang menjaw\ab panggilannya,
berhak meminta satu atau lebih dari kapal ini yang dianggapnya paling
mampu untuk memberi pertolongan, dan setiap nakhoda dari kapal yang
diminta wajib memenuhi permintaan tersebut dan meneruskan dengan
kecepatan penuh menuju ketempat orang-orang yang dalam keadaan
bahaya.
4. Nakhoda kapal akan dibebaskan dari kewajiban yang diatur dalam paragraf a
peraturan ini, bila iayakin bahwa satu atau lebih&apal lain selain kapalnya
sendiri telah terpanggil dan sedang memenuhi
5. Nakhoda sebuah kapal akan dibebaskan dari kewajiban yang diatur dalam
paragraf a peraturan ini, dan apabila kapalnya telah diminta, dibebaskan dari
kewajiban yang diatur dalam paragraf b peraturan ini, apabila ia telah
diberitahu oleh orang-orang yang dalam keadaan bahaya, bahwa bantuan
tidak diperlukan lagi.
6. Ketentuan dari peraturan ini tidak bertentangan dengan Konvensi
Internasional untuk penyatuan aturan-aturan tertentu sehubungan dengan
pertolongan dan penyelamatan di laut yang ditanda- tangani di Brussels pada
3
tanggal 23 September 1910 khususnya kewajiban memberikan pertolongan
yang diatur dalam artikel 11 Konvensi tersebut.

Kewajiban memberikan pertolongan dan hak meminta bantuan


seperti tersebut diatas, juga diatur dalam Peraturan Kapal 1935
(SchepenVerordeningen 1935), pasal 159. Walaupun kapal-kapal dibebani
kewajiban memberikan pertolongan dan hak meminta bantuan, namun
setiap kapal sebelum memberikan pertolongan atau menerima bantuan dari
kapal-kapal lainnya, wajib mengatasi kesulitannya sendiri dan berusaha
semaksimal mungkin untuk membebaskan kapal dan awaknya dari bencana
yang lebih besar. Untuk itu pemerintah melalui ScheepsOrdonantie dan
Scheeps Verordeningen1935. telah mengeluarkan ketentuan-ketentuan
yang berkaitan dengan keselamatan pelayaran, antara lain seperti yang
tertuang dalam Ordonansi kapal 1935.

1. Pasal 5 mengenai kewajiban-kewajiban nakhoda..


2. Pasal 6 mengenai Sertifikat keselamatan.
3. Pasal 9 mengenai Alat-alat penolong.
4. Pasal 1 6 mengenai Tindakan-tindakan keselamatan.
5. Pasal 22 mengenai Bahaya-bahaya diperairan dalam.

Peraturan kapal 1935.

1. Pasal 30 s/d 40 mengenai Sertifikat Kesempurnaan, Sertifikat Keselamatan


dan Kesejamatan
2. radio.
3. Pasal 49 s/d 72 mengenai Alat-alat penolong.
4. Pasal 125 s/d 138 mengenai Tindakan demi keselamatan di kapal.
5. Pasal 158 s/d 160 mengenai Keselamatan pelayaran.

2.2. Alat Keselamatan diatas Kapal dan Fungsinya


A. Sekoci penyelamat (life boat)
Sekoci penyelamat (life boat) : Gunanya terkecuali difungsikan buat
menyelamatkan sekian banyak orang dalam keadaan bahaya serta diperlukan
buat memimpin pesawat luput maut. Sekoci berupa perahu mungil yg berapa di
kanan & kiri kapal bidang atas atau tepatnya di deck sekoci. Terhadap kapal
barang rata rata ada dua buah sekoci, sedangkan terhadap kapal penumpang
atau pesiar sebanyak pas dengan gede atau kecilnya kapal tersebut. Sekoci
umumnya berjumlah 12 buah. Sekoci – sekoci tersebut terbuat dari logam,
kayu atau serat fiber. Tenaga penggerak sekoci ini rata rata di bagi atas dua

4
bidang adalah ada yg bertenaga penggerak mesin atau motor & ada juga yg di
lengkapi bersama dayung. Di dalam sekoci rata-rata telah sedia perlengkapan
keselamatan jiwa seperti makanan, minuman, obat – obatan & sarana bantu
utk mencari bantuan ke kapal lain yg sedang berlayar di lebih kurang sekoci.
Sekoci pun di lengkapi minyak peredam ombak biar penumpang diatas sekoci
tersebut tak mabuk laut.
Dewi – Dewi (Life Boat Davits) sama dengan sekoci namun Bobot
sekoci yg ada dikapal lumayan berat, maka tak mungki dinaik turunkan
bersama Cuma memanfaatkan tenaga manusia saja. Oleh lantaran itu, seluruh
sekoci mesti dikasih kelengkapan utk saran penurunan dan penaikkan yg
aman. Fasilitas yg dipakai layanan sekoci tersebut dinamakan bersama davist
atau dewi – dewi.

B. Pelampung Penolong Wujud Cincin (Ring Life Buoys)


Pelampung penolong dan jaket/rompi penolong (Life Jacket) : Gunanya
untuk mengapungkan orang yang menggunakannya diatas air. Life buoys ini
berbentuk seperti ban mobil. Pelampung ini bakal dilempar ke laut apabila
ada satu orang penumpang yg jatuh ke laut. Sarana ini rata rata terbuat dari
gabus pejal & tahan kepada minyak. Pelampung ini mesti mempunyai warna
yg mencolong biar gampang dikenali. Kepada pelampung ada tanda hurus
balok cocok dgn nama kapal atau pelabuhan ruangan kapal itu tercatat.

C. Jaket Penolong (Life Jackets)


Life jacket (Jaket penolong) berbentuk seperti pakaian. Jaket penolong
ini dimanfaatkan penumpang biar gampang terapung di laut diwaktu
berlangsung kondisi darurat. Jaket penolong pula mesti mempunyai warna yg
mencolok supaya enteng di lihat. Jaket ini mesti di lengkapi bersama peluit yg
dikaitkan bersama tali utk menarik perhatian penolong.

D. Rakit Penolong Kembung (Inflatable Liferaft)


Sampel rakit penolong kembung, Rakit penolong terdiri dari 2 type,
adalah rakit kaku & rakit yg dikembangkan. Ke-2 rakit ini dipakai jikalau tidak
berhasil menurunkan sekoci. Rakit penolong mesti di lengkapi penutup yg
serasi bersama ukurannya maka bisa melindungi penumpang. Warna rakit ini
rata-rata mencolok, seperti warna jingga (orange) maka enteng ketahuan
keberadaannya. Sementara rakit yg dikembangkan berbentuk seperti kapsul
dengan kapasitas besar & di lengkapi bersama tali pembuka yg panjang.
Penggunaannya tinggal dilemparkan ke laut & ditarik talinya. Sesudah tali
ditarik, sehingga rakit automatic menggembung & siap buat dipakai. Di
dalamnya pula terdapat perlengkapan keselamatan jiwa seperti makanan,
minuman, & obat – obatan. Kapasitas rakit tepat ukuran, ada yg dapat
mengangkut hingga 25 orang.

5
E. Pelempar Tali Penolong (Line Throwing Apparatus)
Roket pelempar tali (line throwing appliances) : Gunanya yg adalah
alat penghubung perdana antara kapal yang ditolong dgn yang
mempermudah yang seterusnya dipakai utk kepentingan lainnya. Fasilitas ini
diciptakan oleh tuan Schermily. Sarana ini dipakai ketika berjalan kondisi
darurat. Sarana pelempar tali ini mesti sanggup melempar tali paling dekat
sejauh 230 meter.
F. Survival suit dan Immersion suit
Gunanya juga sebagai pelindung/pencegah suhu tubuh yang hilang
akibat dinginnya air laut
G. Media pelindung panas (Thermal Protective Aid)
Gunanya serta yang merupakan pelindung tubuh, mengurangi
hilangnya panas badan
H. Isyarat visual (Pyrotechnis)
Gunanya juga sebagai isyarat tanda bahaya bilamana penyelamat
menyaksikan ada kapal penolong, isyarat ini hanya dapat diliihat oleh mata
pada siang hari dipakai isyarat asap apung (bouyant smoke signal). Kepada
tengah tengah malam hari dapat digunakan obor tangan (red hand flare) atau
obor parasut (parachute signal)
I. Pesawat luput (survival craft)
Gunanya buat menolong/mempertahankan jiwa orang-orang yang
berada dalam bahaya dari sejak orang tersebut meninggalkan kapal

2.3. Keselamatan kerja di atas kapal


Seperti di bawah ini:
1. UU No. 1 Th. 1970 tentang kerja.
2. Ketentuan Menteri No. 4 Th. 1980 tentang pembangunan dan
pemeliharaan alat pemadam api enteng.
3. SOLAS 1974 bersama amandemen -amandemennya tentang
kacamata kapal.
4. STCW 1978 Amandemen 1995 tentang standar untuk beberapa
pelaut.
5. ISM Code tentang kode manajemen internasional untuk perbaikan
kapal dan pencemaran.
6. Kesehatan Kerja Th. 1950 tentang usaha kesehatan kerja.
7. Kode Praktik Internasional tentang panduan – panduan prosedur /
keselamatan kerja, instalasi kapal dan terminal.

6
2.4. Penyelamatan di air
Pertolongan yang dilakukan harus sesuai dengan keadaan korban.
a. Pertolongan pada korban yang masih dalam keadaan sadar
Anda dapat memberikan pertolongan dengan cara berikut.
Memberikan pertolongan dengan peralatan yang tersedia seperti ban
dan pelampung atau barang lain yang dapat terapung. Penggunaannya
diikatkan pada seutas tali sehingga mudah ditarik.
Melakukan pertolongan langsung kepada korban jika korban berada
dalam dasar kolam atau terapung-apung di permukaan air.
Jika korban masih dapat menggerakkan anggota tubuh (akibat tidak
lancar berenang), pertolongan dapat dilakukan dengan mendorong tubuh
korban ke arah sisi kolam secara perlahan-lahan.
b. Pertolongan pada korban dalam keadaan tidak sadar
Kita dapat menolong korban yang tidak sadar dengan cara-cara berikut.
Pada korban yang masih di air, dapat dilakukan back stroke saving
action, yaitu penolong berenang dalam keadaan terlentang dengan
melakukan gerak kaki seperti gaya katak dan memposisikan tubuh di bawah
korban. Posisikan korban dalam keadaan berbaring, muka dan hidung korban
berada di permukaan air dengan salah satu lengan atau kedua lengan
menarik dagu korban. Lakukan gerakan renang secara perlahan-lahan ke
tepi.
Pada korban yang telah diangkat ke tepi dan ditempatkan pada tempat
yang nyaman, lakukan penyelamatan dengan Sistem Resusitasi Jantung dan
Paru (RJP).
Pertolongan resusitasi jantung paru dilakukan dengan tindakan penanganan
sebagai berikut.
1. Memastikan ketidaksadaran
Periksa keadaan korban. Dengan menepuk atau menggoyangkan
korban dengan pelan dan berteriaklah, “Apa kau baik-baik saja?” Setelah
korban dipastikan tidak sadar, lakukan tindakan membuka jalan napas dan
memeriksa pernapasan dan sirkulasi.
2. Membuka jalan napas
Sebagian besar masalah jalan napas disebabkan oleh lidah. Ketika
kepala tertekuk ke depan, terutama ketika korban berbaring terlentang, lidah
dapat menutupi jalan napas.
3. Menentukan hilangnya pernapasan
Tentukan hilangnya pernapasan dengan metode melihat-
mendengarkan-merasakan. Tempatkan telinga Anda di samping hidung dan
mulut korban dengan wajah menghadap dadanya. Lihat kenaikan dan
penurunan dada. Dengarkan dan rasakan udara yang keluar dari mulut atau

7
hidung. Lakukan pemeriksaan ini maksimal dalam waktu 10 detik. Korban
yang bernapas dengan baik tidak memerlukan resusitasi.

4. Memberikan bantuan pernapasan


Jika korban tidak bernapas, berikan pernapasan bantuan sebanyak 2
kali masing-masing pemberian selama 1 detik atau lebih dengan jeda untuk
pengambilan napas. Berikan dua napas dengan volume yang cukup untuk
membuat dada naik. Jika pernapasan pertama tidak berhasil, ubah posisi
kepala korban sebelum mencoba napas kedua.

5. Pemeriksaan denyut nadi


Setelah memberikan 2 kali pernapasan bantuan, langkah selanjutnya
adalah menentukan hilangnya denyut nadi. Taruh ujung jari telunjuk dan jari
tengah Anda bersamaan ke sisi leher korban. Jika korban mempunyai denyut
nadi namun tidak bernapas, lakukan bantuan pernapasan. Pada korban
dewasa, dilakukan sebanyak 10 – 12 kali per menit (atau tiap 5 – 6 detik),
bayi atau anak-anak sebanyak 12 – 20 kali per menit (tiap 3 – 5 detik) dan
periksa nadi setiap 2 menit.

6. Tindakan pijat jantung dan pemberian napas buatan


Jika korban tidak memiliki denyut nadi, mulai lakukan RJP, yaitu dengan
meletakkan tumit tangan di atas permukaan dinding dada. Tekanan berasal
dari tubuh, dengan meluruskan tangan. Tekanan dilakukan ke arah jantung.
Frekuensi yang dilakukan adalah 60 – 70 kali per menit. Kompresi harus
disertai dengan napas buatan. Jika penolong dua orang, maka pijat dan
pemberian napas buatan dilakukan dengan frekuensi 15:2. Pemijatan
jantung luar ini harus juga diselingi pemeriksaan denyut nadi setiap dua
menit. Pertolongan harus dihentikan jika kondisi penolong kelelahan atau ada
petugas gawat darurat yang datang.

2.5. Usaha Penyelamatan Diri di air

 Menguasai kemampuan renang dengan baik.


 Kalau belum pandai berenang jangan berenang sendirian.
 Berenang sesuai aturan yang ada pada kolam renang tersebut.
 Belajar cara mengatasi pertolongan pada diri sendiri bila terjadi
kecelakaan.
 Mengetahui cara pemberian pernapasan buatan.
 Bisa mengukur kemampuan diri sendiri.
 Berusaha meminta pertolongan jika memang sangat memerlukan.

8
2.6. Prinsip Bertahan Hidup dilaut
bagi seorang pelaut hal yang menakutkan itu bukan monster, hantu,dll.
. yang di takutkan oleh seorang pelaut adalah ketika mendengar "tujuh tiup
pendek satu tiup panjang" yang artinya semua orang dikapal harus segera
meninggalkan kapal karena mendapatkan situasi bahaya.
Tidak ada yang menjamin pertolongan akan segera datang, maka harus
mengerti cara untuk mempertahankan diri saat terombang ambing semua
orang dapat mengalaminya, apalagi bagi anda para pelaut harus mengetahui
tentang Petunjuk Keselamatan dan Bertahan hidup di Laut dan
tahap abadonship yang baik.
Dalam mempertahankan hidup selama berada di laut pada saat terjadi
kecelakaan, beberapa tindakan sangat penting untuk diketahui serta di
pahami adalah :
1. pengetahuan, peralatan dan kemauan hidup adalah modal utama
2. jangan panik, jangan buka pakaian dan alat keselamatan
3. lakukan dengan tertib perintah pimpinan
4. jangan meloncat kelaut bila tidak perlu
5. bila memakai rompi penolong tidak diperkenantan melompat dari
ketinggian 4/5 meter
6. tidak melompat ke sekoci
7. menghemat tenaga saat terapung
8. jangan berenang jika tidak sangat diperlukan
9. gunakan peralatan survival yang ditemukan
10. jangan meminum air laut dan urine (menambah haus)
11. tidak memakan makanan yang mengandung protein (menambah haus)
12. menjaga suhu tubuh tetap hangat
13. sebisa mungkin tetap bersama dengan yang lain.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses penyelamatan jiwa


di laut, selain perlunya suatu peraturan terhadap jumlah minimal peralatan
penyelamatan /pertolongan yang harus ada di kapal, juga dibutuhkan
kesiapan setiap awak atau personil dalam keadaan darurat. untuk itu
diperlukan pelatihan seperti yang tertera pada peraturan internasioal STCW
78 amandemen 95 peraturan VI - I. dalam STCW 78/79 , selain diperlukan
latihan didarat perlu pula latihan secara periodik dan sungguh sungguh
tentang teknik penyelamatan manusia di laut.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setiap saat keselamatan jiwa manusia di laut terancam, baik para
pelaut maupun yang ikut berlayar. Kecelakaan laut bisa terjadi di mana
saja di daerah perairan laut dan kapan saja. Kecelakaan dapat terjadi
pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang
melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah
dilakukan upaya yang kuat untuk menghindarinya. Penyelamatan diri di
laut adalah usaha yang dilakukan untuk menghindari atau membebaskan
diri dari bahaya yang sedang terjadi pada saat berada di laut. Bahaya
yang dapat terjadi saat melakukan penyelamatan diri salah satunya
adalah kepanasan, kedinginan dan mabuk laut. Salah satu hal yang harus
dilakukan ketika terjadinya kecelakaan kapal yaitu perintah meninggalkan
kapal. Peralatan yang dapat membantu keselamatan di kapal berupa
pelampung penolong, rompi penolong, pakaian cebur, sarana pelindung
panas dan life raft.

3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami isi dari makalah ini dan
mau memberikan kritik dan saran guna untuk memperbaiki makalah
selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA
http://www.maritimeworld.web.id/2011/01/peraturan-mengenai-penyelamatan-jiwa-
di.html
http://www.seputarkapal.com/2016/05/alat-keselamatan-diatas-kapal.html
https://www.pelajaran.id/2016/10/teknik-dasar-dan-cara-renang-penyelamatan-di-air-
lengkap.html
https://perikananlaut22.blogspot.com/2016/07/prinsip-bertahan-hidup-dilaut.html

11

Anda mungkin juga menyukai