OLEH :
KELOMPOK 2 :
1. MUHAMMAD ALI FAHMI
2. SANTIANA
3. MARLINA
4. SAHRIANI.S
Bismillahirrahmanirrahim.
Saya sadari pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, saya
dengan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................................................ 2
BAB II......................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 3
2.1.Peraturan mengenai penyelamatan jiwa di kapal ................................................................. 3
2.2. Alat Keselamatan diatas Kapal dan Fungsinya .................................................................. 4
2.3. Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan kesehatan dan kerja di kapal ........................ 6
2.4. Penyelamatan di air ................................................................................................................. 7
2.5. Usaha Penyelamatan Diri di air .............................................................................................. 8
2.6. Prinsip Bertahan Hidup dilaut ................................................................................................. 9
BAB III...................................................................................................................................... 10
PENUTUP ................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 10
3.2 Saran ......................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Nakhoda kapal laut, begitu menerima isyarat dari sumber manapun bahwa
sebuah kapal atau pesawat terbang atau pesawat penyelamat berada dalam
keadaan bahaya, berkewajiban untuk datang dengan kecepatan penuh guna
memberi pertolongan kepada orang-orang yang dalam keadaan bahaya dan
memberitahukan mereka, jika mungkin, bahwa ia sedang berbuat demikian.
2. Jika ia tidak mampu atau karena kekhususan dari kejadian itu, dianggap tidak
wajib atau sia-sia untuk datang menolong mereka, maka ia wajib mencatat di
dalam Buku Harian Kapal alasan- alasan mengapa ia tidak dapat memberikan
pertolongan kepada orang-orang yang dalam keadaan bahaya.
3. Nakhoda kapal yang dalam keadaan bahaya, setelah berkonsultasi sejauh
mungkin dengan nakhoda-nakhoda kapal yang menjaw\ab panggilannya,
berhak meminta satu atau lebih dari kapal ini yang dianggapnya paling
mampu untuk memberi pertolongan, dan setiap nakhoda dari kapal yang
diminta wajib memenuhi permintaan tersebut dan meneruskan dengan
kecepatan penuh menuju ketempat orang-orang yang dalam keadaan
bahaya.
4. Nakhoda kapal akan dibebaskan dari kewajiban yang diatur dalam paragraf a
peraturan ini, bila iayakin bahwa satu atau lebih&apal lain selain kapalnya
sendiri telah terpanggil dan sedang memenuhi
5. Nakhoda sebuah kapal akan dibebaskan dari kewajiban yang diatur dalam
paragraf a peraturan ini, dan apabila kapalnya telah diminta, dibebaskan dari
kewajiban yang diatur dalam paragraf b peraturan ini, apabila ia telah
diberitahu oleh orang-orang yang dalam keadaan bahaya, bahwa bantuan
tidak diperlukan lagi.
6. Ketentuan dari peraturan ini tidak bertentangan dengan Konvensi
Internasional untuk penyatuan aturan-aturan tertentu sehubungan dengan
pertolongan dan penyelamatan di laut yang ditanda- tangani di Brussels pada
3
tanggal 23 September 1910 khususnya kewajiban memberikan pertolongan
yang diatur dalam artikel 11 Konvensi tersebut.
4
bidang adalah ada yg bertenaga penggerak mesin atau motor & ada juga yg di
lengkapi bersama dayung. Di dalam sekoci rata-rata telah sedia perlengkapan
keselamatan jiwa seperti makanan, minuman, obat – obatan & sarana bantu
utk mencari bantuan ke kapal lain yg sedang berlayar di lebih kurang sekoci.
Sekoci pun di lengkapi minyak peredam ombak biar penumpang diatas sekoci
tersebut tak mabuk laut.
Dewi – Dewi (Life Boat Davits) sama dengan sekoci namun Bobot
sekoci yg ada dikapal lumayan berat, maka tak mungki dinaik turunkan
bersama Cuma memanfaatkan tenaga manusia saja. Oleh lantaran itu, seluruh
sekoci mesti dikasih kelengkapan utk saran penurunan dan penaikkan yg
aman. Fasilitas yg dipakai layanan sekoci tersebut dinamakan bersama davist
atau dewi – dewi.
5
E. Pelempar Tali Penolong (Line Throwing Apparatus)
Roket pelempar tali (line throwing appliances) : Gunanya yg adalah
alat penghubung perdana antara kapal yang ditolong dgn yang
mempermudah yang seterusnya dipakai utk kepentingan lainnya. Fasilitas ini
diciptakan oleh tuan Schermily. Sarana ini dipakai ketika berjalan kondisi
darurat. Sarana pelempar tali ini mesti sanggup melempar tali paling dekat
sejauh 230 meter.
F. Survival suit dan Immersion suit
Gunanya juga sebagai pelindung/pencegah suhu tubuh yang hilang
akibat dinginnya air laut
G. Media pelindung panas (Thermal Protective Aid)
Gunanya serta yang merupakan pelindung tubuh, mengurangi
hilangnya panas badan
H. Isyarat visual (Pyrotechnis)
Gunanya juga sebagai isyarat tanda bahaya bilamana penyelamat
menyaksikan ada kapal penolong, isyarat ini hanya dapat diliihat oleh mata
pada siang hari dipakai isyarat asap apung (bouyant smoke signal). Kepada
tengah tengah malam hari dapat digunakan obor tangan (red hand flare) atau
obor parasut (parachute signal)
I. Pesawat luput (survival craft)
Gunanya buat menolong/mempertahankan jiwa orang-orang yang
berada dalam bahaya dari sejak orang tersebut meninggalkan kapal
6
2.4. Penyelamatan di air
Pertolongan yang dilakukan harus sesuai dengan keadaan korban.
a. Pertolongan pada korban yang masih dalam keadaan sadar
Anda dapat memberikan pertolongan dengan cara berikut.
Memberikan pertolongan dengan peralatan yang tersedia seperti ban
dan pelampung atau barang lain yang dapat terapung. Penggunaannya
diikatkan pada seutas tali sehingga mudah ditarik.
Melakukan pertolongan langsung kepada korban jika korban berada
dalam dasar kolam atau terapung-apung di permukaan air.
Jika korban masih dapat menggerakkan anggota tubuh (akibat tidak
lancar berenang), pertolongan dapat dilakukan dengan mendorong tubuh
korban ke arah sisi kolam secara perlahan-lahan.
b. Pertolongan pada korban dalam keadaan tidak sadar
Kita dapat menolong korban yang tidak sadar dengan cara-cara berikut.
Pada korban yang masih di air, dapat dilakukan back stroke saving
action, yaitu penolong berenang dalam keadaan terlentang dengan
melakukan gerak kaki seperti gaya katak dan memposisikan tubuh di bawah
korban. Posisikan korban dalam keadaan berbaring, muka dan hidung korban
berada di permukaan air dengan salah satu lengan atau kedua lengan
menarik dagu korban. Lakukan gerakan renang secara perlahan-lahan ke
tepi.
Pada korban yang telah diangkat ke tepi dan ditempatkan pada tempat
yang nyaman, lakukan penyelamatan dengan Sistem Resusitasi Jantung dan
Paru (RJP).
Pertolongan resusitasi jantung paru dilakukan dengan tindakan penanganan
sebagai berikut.
1. Memastikan ketidaksadaran
Periksa keadaan korban. Dengan menepuk atau menggoyangkan
korban dengan pelan dan berteriaklah, “Apa kau baik-baik saja?” Setelah
korban dipastikan tidak sadar, lakukan tindakan membuka jalan napas dan
memeriksa pernapasan dan sirkulasi.
2. Membuka jalan napas
Sebagian besar masalah jalan napas disebabkan oleh lidah. Ketika
kepala tertekuk ke depan, terutama ketika korban berbaring terlentang, lidah
dapat menutupi jalan napas.
3. Menentukan hilangnya pernapasan
Tentukan hilangnya pernapasan dengan metode melihat-
mendengarkan-merasakan. Tempatkan telinga Anda di samping hidung dan
mulut korban dengan wajah menghadap dadanya. Lihat kenaikan dan
penurunan dada. Dengarkan dan rasakan udara yang keluar dari mulut atau
7
hidung. Lakukan pemeriksaan ini maksimal dalam waktu 10 detik. Korban
yang bernapas dengan baik tidak memerlukan resusitasi.
8
2.6. Prinsip Bertahan Hidup dilaut
bagi seorang pelaut hal yang menakutkan itu bukan monster, hantu,dll.
. yang di takutkan oleh seorang pelaut adalah ketika mendengar "tujuh tiup
pendek satu tiup panjang" yang artinya semua orang dikapal harus segera
meninggalkan kapal karena mendapatkan situasi bahaya.
Tidak ada yang menjamin pertolongan akan segera datang, maka harus
mengerti cara untuk mempertahankan diri saat terombang ambing semua
orang dapat mengalaminya, apalagi bagi anda para pelaut harus mengetahui
tentang Petunjuk Keselamatan dan Bertahan hidup di Laut dan
tahap abadonship yang baik.
Dalam mempertahankan hidup selama berada di laut pada saat terjadi
kecelakaan, beberapa tindakan sangat penting untuk diketahui serta di
pahami adalah :
1. pengetahuan, peralatan dan kemauan hidup adalah modal utama
2. jangan panik, jangan buka pakaian dan alat keselamatan
3. lakukan dengan tertib perintah pimpinan
4. jangan meloncat kelaut bila tidak perlu
5. bila memakai rompi penolong tidak diperkenantan melompat dari
ketinggian 4/5 meter
6. tidak melompat ke sekoci
7. menghemat tenaga saat terapung
8. jangan berenang jika tidak sangat diperlukan
9. gunakan peralatan survival yang ditemukan
10. jangan meminum air laut dan urine (menambah haus)
11. tidak memakan makanan yang mengandung protein (menambah haus)
12. menjaga suhu tubuh tetap hangat
13. sebisa mungkin tetap bersama dengan yang lain.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap saat keselamatan jiwa manusia di laut terancam, baik para
pelaut maupun yang ikut berlayar. Kecelakaan laut bisa terjadi di mana
saja di daerah perairan laut dan kapan saja. Kecelakaan dapat terjadi
pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang
melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah
dilakukan upaya yang kuat untuk menghindarinya. Penyelamatan diri di
laut adalah usaha yang dilakukan untuk menghindari atau membebaskan
diri dari bahaya yang sedang terjadi pada saat berada di laut. Bahaya
yang dapat terjadi saat melakukan penyelamatan diri salah satunya
adalah kepanasan, kedinginan dan mabuk laut. Salah satu hal yang harus
dilakukan ketika terjadinya kecelakaan kapal yaitu perintah meninggalkan
kapal. Peralatan yang dapat membantu keselamatan di kapal berupa
pelampung penolong, rompi penolong, pakaian cebur, sarana pelindung
panas dan life raft.
3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami isi dari makalah ini dan
mau memberikan kritik dan saran guna untuk memperbaiki makalah
selanjutnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://www.maritimeworld.web.id/2011/01/peraturan-mengenai-penyelamatan-jiwa-
di.html
http://www.seputarkapal.com/2016/05/alat-keselamatan-diatas-kapal.html
https://www.pelajaran.id/2016/10/teknik-dasar-dan-cara-renang-penyelamatan-di-air-
lengkap.html
https://perikananlaut22.blogspot.com/2016/07/prinsip-bertahan-hidup-dilaut.html
11