Anda di halaman 1dari 19

TINGKAT KERUSAKAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR

KAMPUNG BUGIS KECAMATAN TANJUNGPING KOTA


PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Risnawati
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
risnakila94@gmail.com

Khodijah Ismail
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
khodijah5778@gmail.com

Susiana
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
Susiana_121107001@yahoo.co.id

ABSTRAK
RISNAWATI. Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove di Pesisir Kampung Bugis
Kecamatan Tanjungpinang Kota Provinsi Kepulauan Riau. Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim
Raja Ali Haji. Pembimbing oleh Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si dan Susiana, S.Pi.,
M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan hutan mangrove di


Kampung Bugis dan penyebab kerusakan hutan mangrove di Kampung Bugis.
Penelitian di laksanakan pada bulan Maret tahun 2016 sampai bulan Januari tahun
2017 yang bertempat di Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Provinsi
Kepulauan Riau. Penelitian ini menggunakan metode survey yaitu melakukan
pengamatan dan pengolahan langsung di lapangan, variabel yang di teliti adalah jenis
mangrove, kerapatan mangrove dan faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan
hutan mangrove. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jenis mangrove yang
mendominasi adalah jenis Rhizophora stylosa sedangkan untuk persen (%) tutupan
mangrove pada Stasiun I yaitu 65 %, Stasiun II yaitu 70 %, Stasiun III yaitu 73% dan
faktor-faktor yang mempengahui kerusakan hutan mangrove ada 2 yaitu faktor alam
(Abrasi, Gelombang, Angin Dan Hama Penyakit) sedangkan untuk faktor manusia
seperti 25,85% pemanfaatan mangrove (kayu), 24,88% pemanfaatan biota, 26,34%
konversi lahan dan 22,93% diakibatkan oleh adanya pencemaran rumah tangga.Dapat
disimpulkan bahwa tingkat kerusakan hutan mangrove di Kampung Bugis termasuk
dalam kriteria sedang.

Kata kunci: Hutan Mangrove, Kerusakan Ekosistem, Faktor Penyebab,


Kampung Bu
THE LEVEL OF DAMAGE TO MANGROVE FORESTS IN
THE COASTAL CITY OF TANJUNGPINANG KAMPUNG BUGIS
DISTRICT OF RIAU ISLANDS PROVINCE

ABSTRACT

RISNAWATI. The level of damage to mangrove forests in the coastal city of


Tanjungpinang Kampung Bugis District of Riau Islands Province, Thesis.
Tanjungpinang Water Resource Management Department, Faculty of Marine
Sciences and Fisheries, Maritime University of Raja Ali Haji. Supervisor by Dr. Ir.
Hj. Khodijah Ismail, M.Sc. and Susiana, S.Pi., M.Si

This study aims to determine the level of damage to mangrove forests in


Kampung Bugis and cause damage to mangrove forests in Kampung Bugis. Research
implemented in March 2016 and January 2017 which took place in Kampung Bugis,
District City Tanjungpinang, Riau Islands Province. This study uses survey that
observation and processing directly in the field, the variables in the study is that the
type of mangrove, mangrove density and factors affecting mangrove forest
destruction. The survey results revealed that the mangrove species that dominates is
Rhizophora stylosa while the percent (%) cover the mangrove Station I at 65%,
Station II is 70%, Station III is 73% and the factors that mempengahui damage to
mangrove forests No 2 namely natural factors (abrasion, wave, Wind and Disease),
while 25.85% of human factors such as utilization of mangrove (wood), 24.88%
utilization biota, land conversion is 26.34% and 22.93% caused by the pollution
household. It can be concluded that the level of damage to the mangrove forest in
Kampung Bugis included in the criteria for being.

Keywords: Mangrove Forests, Marine Ecosystems, Causative Factor,


Kampung Bugis
PENDAHULUAN baik secara langsung maupun tidak

Tanjungpinang merupakan kota langsung, seperti aktivitas yang terjadi

yang ada di Kepulauan Riau yang di sekitar perairan Kampung Bugis

terletak pada titik koordinat 00051’ – yang berhadapan langsung dengan

000590 Lintang Utara dan 104023’ – pelabuhan secara tidak langsung dapat

104034’ Bujur Timur dengan total luas menyebabkan kerusakan hutan

wilayah sebesar 239,50 km2.Secara mangrove. Berdasarkan hal tersebut,

geologis, keadaan wilayah Kota maka perumusan masalah pada

Tanjungpinang sebagian besar terdiri penelitian ini adalah:

dari daerah kawasan pesisir (BPS Kota 1.1.Tujuan Penelitian


Tanjungpinang, 2013).Salah satu Tujuan dari penelitian ini

kawasan pesisir di Kota adalah sebagai berikut:

Tanjungpinang adalah Kampung 1. Untuk mengetahui tingkat

Bugis. kerusakan hutan mangrove di

Kampung Bugis memiliki letak Kampung Bugis.

yang strategis yaitu sebagai pusat 2. Untuk mengetahui penyebab

kegiatan transportasi laut, dekat terjadinya kerusakan hutan

dengan pelabuhan penumpang, mangrove di pesisir Kampung

pelabuhan bongkar muat dan dekat Bugis.

dengan pusat pasar Kota METODE PENELITIAN


Tanjungpinang. Selain itu Kampung
3.3. Waktu dan Tempat
Bugis memiliki potensi sumberdaya
Penelitian di laksanakan di
pesisir yang cukup besar, baik dari
mulai pada bulan Maret 2016 sampai
jumlah jenis biota laut maupun
Januari tahun 2017 meliputi tahap
kawasan hutan mangrove.
persiapan, ujian proposal, perbaikan
Dengan adanya tekanan ekologis
proposal, pengambilan data,
terhadap ekosistem pesisir, khususnya
pengolahan data, analisis data, ujian
ekosistem hutan mangrove, tentunya
skripsi serta perbaikan skripsi. Lokasi
berdampak terhadap kerusakan
penelitian berada di Kampung Bugis
ekosistem hutan mangrove itu sendiri
Kecamatan Tanjungpinang Kota 3.6.1. Penentuan titik stasiun
Dalam penentuan stasiun, peneliti
Provinsi Kepulauan Riau.
menggunakan metode Purposive
3.2. Alat dan Bahan
Sampling.Purposive Sampling. Dalam
Pada penelitian ini alat dan bahan
penelitian ini dipilih tiga stasiun yaitu
yang di gunakan dapat dilihat pada
sebagai berikut:
Tabel 3.
a. StasiunI terletak di sekitar
No Alat dan Kegunaan
Bahan
permukiman penduduk
1. Multi Mengukur suhu, Ph, b. Stasiun II terletakdi sekitar
Tester DO jalan raya
2. Salt Meter Salinitas c. StasiunIIIterletak di sekitar
3. GPS Penentuan titik stasiun galangan kapal
4. MencatathasilPenelitian
3.6.2. Parameter Ekologi
Alat Tulis
5. Kamera Dokumentasi 3.6.2.1.Pengamatan hutan mangrove
6. Aquades Kalibrasi alat Pengamatan untuk kerusakan
7. Tissue Membersihkan alat
8. Kuesioner Untukpengumpulan data hutan mangrove dalam penelitian ini
9. Tali Untuk membuat transek
10. Untuk mengolah data
melalui dua kriteria yaitu perhitungan
Microsoft
Excel kerapatan hutan mangrove dan persen
11. Meteran Untuk mengukur
lingkaran pohon dan (%) tutupan mangrove.
panjang transek
3.6.2.1.1. Kerapatan Mangrove
3.3. Metode Penelitian Untuk mengetahui kondisi
Metode yang digunakan dalam kerapatan hutan mangrove di kawasan
penelitian ini adalah metode survey Kampung Bugis metode yang
dengan pendekatan deskriptif digunakan adalah metode Transek
kuantitatif. Garis dan Petak Contoh (LineTransect
3.4. Jenis dan Sumber Data Plot). Pada setiap stasiun terdiri dari
Data yang digunakan dalam tiga ransek, dimana masing-masing
penelitian ini terdiri dari data primer transek terdiri dari 3 plot. Data diambil
dan data sekunder. dengan menggunakan plot berukuran
3.5. Teknik Pengumpulan Data 10x10 yang terdiri dari 9 plot untuk
3.5.1. Observasi (pengamatan)
3.5.2. Wawancara kelompok pohon berdiameter >10 cm
3.5.3. Dokumentasi yang ditempatkan di sepanjang garis
3.5.4. Studi Literatur
3.6. Prosedur Penelitian transek.
10m Suhu diukur dengan menggunakan
Multi Tester.
2. Salinitas
10m
Pada saat pengukuran salinitas
Transek plot
digunakan alat yang bernama
3.6.2.1.2. Persen(%)Tutupan Mangrove Multitest.
Persentase tutupan mangrove di 3. Ph
hitung dengan menggunakan metode Pengukuran pH dengan
Hemisperichal Photography. menggunakan Multi tester, DO
3.6.2.1.3. Pengamatan kualitas Untuk mengukur oksigen terlarut
perairan
1. Suhu digunakan menggunakan Multi Tester

luas). Populasi yang digunakan pada


3.6.3. Parameter Sosial Masyarakat penelitian ini adalah empat RT yang
3.6.3.1.Penentuan responden
berada di Kampung Bugis dengan
Dalam pengumpulan data
jumlah 665 KK, kemudian di tentukan
dipergunakan daftar kuisoner yang
10% berdasarkan jenis
disebar pada seluruh responden yang
pekerjaan.Sehingga dari 665 KK di
berada di Kampung Bugis dengan
ambil 67 kepala keluarga yang di pilih
metode cluster random sampling
secara acak dan di tetapkan sebagai
(teknik memilih sampel dari kelompok
responden.Jumlah populasi dan sampel
unit-unit yang kecildari sebuah
dapat di lihat pada Tabel 4.
populasi yang relatif besar dan tersebar
Tabel 4 Jumlah responden

Jenis RT1 RW1 RT2 RW1 RT3 RW1 RT1 RW2 ∑


NO
Pekerjaan ∑N % S ∑N % S ∑N % S ∑N % S S

1 IRT 25 10% 3 28 10% 3 30 10% 3 24 10% 2 67

2 Pegawai 79 10% 8 60 10% 6 60 10% 6 33 10% 3

3 Nelayan 16 10% 2 8 10% 1 6 10% 1 10 10% 1

4 Buruh 41 10% 4 48 10% 5 84 10% 8 50 10% 5


Tidak
5 4 10% 0 7 10% 1 6 10% 1 2 10% 0
Bekerja
6 Wiraswasta 9 10% 1 10 10% 1 6 10% 1 7 10% 1

7 Petani 3 10% 0 4 10% 0 3 10% 0 2 10% 0


Jumlah 18 17 20 12

3.7. Analisis Data


3.7.1. Analisis data pada hutan mangrove
Semua data hasil pengukuran
{∑ }
vegetasi mangrove yang di lakukan di
tiga stasiun di tabulasikan dan dan di Keterangan:
RDi = kerapatan relatif jenis ke-i
buat ke dalam bentuk tabel, kemudian ni = jumlah total individu dari
di olah dan dianalisis sebagai berikut: jenis ke-i
∑ni-1 ni = Jumlah total individu
3.7.1.1.Densitas (Kerapatan) seluruh jenis

3.7.1.1.1 Kerapatan jenis (Di) 3.7.1.2. Persen (%) Tutupan Mangrove


Persentase tutupan mangrove di
hitung dengan menggunakan metode
Keterangan:
Di = kerapatan jenis i Hemisperichal Photography. Foto
ni = jumlah total tegakan dari
jenis i hasil pemotretan, dianalisis dengan
A =luas area total pengambilan
contoh (luas total petak
menggunakan perangkat lunak Image
contoh/ plot) yang dapat di download gratis
http://imagej.nihgov/download.html..
3.7.1.1.2. Kerapatan relatif (RDi)
Data-data yang telah dihitung tiga stasiun yang berbeda ditabulasikan
tersebut selanjutnya dianalisis secara dan dibuat dalam bentuk Tabel.
deskriptif dengan membandingkan Selanjutnya data-data tersebut
antara hasil pengukuran kerapatan dianalisis secara deskriptif dengan
mangrove dan % tutupan mangrove membandingkan antara hasil
dengan standar baku mutu kriteria pengukuran parameter perairan dengan
baku kerusakan mangrove berdasarkan standar baku mutu air laut berdasarkan
Kepmenlh No 201 Tahun 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
3.7.1.3. Penentuan Tingkat (Kepmenlh No 51 Tahun 2004).
Kerusakan Mangrove
3.7.3. Analisis data pada sosial
Tabel 5 Kriteria tingkat kerusakan
masyarakat
hutan mangrove Untuk teknik analisis data pada
Penutupan Kerapatan sosial masyarakat menggunakan
Kriteria
pohon/Ha metode tabulasi dan deskriptif
Sangat ≥ 75% > 1500
kuantitatif.
padat
Baik 3.7.3.1.Uji validitas kuesioner
Sedang >50 – < > 1000 –
75 < 1500 Uji validitas kuesioner
Rusak Jarang < 50 < 1000 menggunakan Correct Item Total
3.7.2. Analisis data pada kualitas Correlation, dimana hubungan dalam
perairan
Semua data hasil pengukuran item-item pertanyaan digunakan Uji

parameter perairan yang dilakukan di Korelasi Product Momen (Pearson).

Rumus uji validitas adalah sebagai Uji reabilitas kuesioner


berikut: menggunakan Uji Cronbach (Alpha)
∑ (∑ )(∑ ) dengan rumus sebagai berikut:
=
√[∑ (∑ )][∑ (∑ ) ] ∑
[ ][ ]
Keterangan:
rxy = Korelasi Product Moment Keterangan:
(Pearson) r = Reabilitas instrumen kuesioner
n = Jumlah sampel k = Banyaknya butir pertanyaan
X = Variabel bebas (independent ∑σ = Jumlah varian butir
variable) σ 12 = Varian total
Y = Variabel terikat (dependent
variable)
3.7.3.2.Uji reabilitas kuesioner
HASIL DAN PEMBAHASAN mangrove yang tersebar ke dalam tiga
4.1. Kondisi Umum Lokasi stasiun yaitu Rhizophora apiculata, R.
Penelitian
4.2. Kondisi Hutan Mangrove di stylosa, Nypah fruticans, Xylocarpus
Kampung Bugis granatum, Sonneratia alba dan
4.2.1. Jenis Mangrove
Berdasarkan hasil pengamatan di Avicennia lanata.
lapangan di peroleh enam jenis

Tabel 6.Jenis-jenis mangrove yang di temukan


No Jenis Famili Nama Lokal

1 R. apiculata Rhizophoraceae Bakau Hitam

2 R. stylosa Rhizophoraceae Mangi-mangi


3 N. fruticans Arecaceae Nipah

4 X. granatum Meliaceae Nyireh


5 S. alba Sonneratiaceae Pedada, Prepat

6 A. lanata Avicenniaceae Api-api

Sumber: Data primer, 2016

4.2.2. Kerapatan Mangrove dari tiga stasiun dapat di lihat pada


Berdasarkan hasil dari Tabel 7 berikut.
pengamatan di lapangan kondisi Tabel 7Data kerapatan mangrove pada
kerapatan mangrove yang di peroleh setiap stasiun
Stasiun I Stasiun II Stasiun III

No
K KR K KR K KR
JM (ind/ha) (%) JM (ind/ha) (%) JM (ind/ha) (%)

1 R. stylosa 256 28.0 R. stylosa 333 27.3 R. stylosa 300 24.8

2 R. apiculata 211 23.2 R. Apiculata 300 24,5 R. apiculata 322 26.6

3 N. fruticans 22 2.4 S. alba 311 25,5 S. alba 278 22.9

4 X. granatum 56 6.1 A. lanata 278 22,7 A. lanata 311 25.7

5 S. alba 211 23.2

Avicennia
6 lanata 156 17.1
Jumlah 911 100 1222 100 1211 100
Sumber: data primer 2016

Berdasarkan hasil pengamatan memiliki nilai < 1000 ind/ ha.


yang di lakukan, diketahui bahwa Kerusakan hutan mangrove dapat di
kerapatan pada stasiun I merupakan akibatkan oleh dua factor yaitu factor
nilai kerapatan terkecil jika alam dan factor manusia.
dibandingkan dengan stasiun II dan III. Secara keseluruhan pada stasiun II
Dengan demikian dapat disimpulkan memiliki kerapatan 1222 ind/ha dan
bahwa pada stasiun I yaitu di sekitar termasuk ke dalam kriteria sedang.
pemukiman penduduk, kondisi hutan Sedangkan kondisi kerapatan
mangrove termasuk ke dalam kriteria mangrove pada stasiun III yang berada
jarang (rusak) dengan total nilai di sekitar galangan kapal termasuk
kerapatan sebesar 911 ind/ha ini dalam kriteria sedang dengan nilai
sesuai dengan Kepmenlh No. 201 kerapatannya 1211 ind/ha.
Tahun 2004 menyatakan kondisi hutan
mangrove yang di katakan rusak
Rata-rata total persen (%) tutupan
4.2.3. Persen (%) Tutupan Mangrove mangrove pada stasiun II sebesar 70%
Untuk persen tutupan mangrove dengan kriteria sedang, menurut
dari ke tiga stasiun dapat di lihat pada Kementerian Lingkungan Hidup
gambar 4 di bawah ini. kondisi hutan mangrove yang
dikatakan sedang jika nilai persen (%)
tutupan >50% - <75%. Sedangkan
74% pada stasiun III rata-rata total persen
72% 73%
70% (%) tutupan mangrove sebesar 73%
Persentase tutupan hutan

68% 70% dan termasuk dalam kriteria sedang


66%
dan masih dalam kondisi baik. Pada
64%
mangarove

65%
62% stasiun III terletak di sekitar galangan
60% kapal dan kondisi mangrove masih
stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3
cukup banyak sehingga persen (%)
tutupan mangrovenya lebih tinggi dari
Gambar 4 Persentase tutupan hutan mangrove stasiun I dan II.
Berdasarkan hasil penelitian pada
Persen (%) tutupan mangrove di
stasiun I rata-rata total persen tutupan
Kampung Bugis dari ketiga stasiun
(%) mangrove adalah sebesar 65% dan
memiliki hasil yang berbeda, namun
termasuk kedalam kriteria sedang.
sama-sama termasuk kedalam kriteria
Pada stasiun I merupakan nilai terkecil
sedang dengan nilai >50% - <75%
dari stasiun II dan III. Hal ini dapat di
(Kepmenlh No 201 Tahun 2004
sebabkan oleh adanya aktivitas
tentang Kriteria Kerusakan Hutan
manusia pada daerah pemukiman
Mangrove).
penduduk, mereka memanfaatkan
Berdasarkan dari hasil
hutan mangrove tanpa
pengamatan dengan mencari nilai
mempertimbangkan kelestariannya
kerapatan dan persen tutupan hutan
sehingga dapat merusak hutan
mangrove yang berada di Kampung
mangrove itu sendiri.
Bugis di ketahui bahwa kerapatan pada
stasiun I termasuk dalam kriteria
jarang, dan stasiun II dan III termasuk Bugis mengalami penurunan, dari
dalam kriteria sedang.Persen tutupan angka ±32,0 Ha pada tahun 2010
mangrove pada ketiga stasiun memiliki menjadi ±31,2 Ha pada tahun 2011.
nilai yang berbeda-beda namun sama- Penurunan luas mangrove Kampung
sama termasuk kedalam kriteria Bugis hanya ±0,8 Ha. Hal ini dapat di
sedang, Menurut Kepmenlh No 201 sebabkan oleh adanya pemanfaatan
Tahun 2004. atau aktivitas manusia di sekitar hutan
4.3. Kondisi Mangrove Kampung Bugis mangrove sehingga terjadi
pada Tahun 2010 dan 2014
Kondisi hutan mangrove pengurangan luasan hutan mangrove di
Kampung Bugis pada tahun 2010 dan Kampung Bugis (BAPPEDA, Citra
tahun 2014 dapat di lihat pada Gambar QuickBird, 2010 dan 2014).
5 dan 6 4.4. Parameter Kualitas Perairan
Tabel 8Parameter kualitas perairan

Paramet ST I ST II ST III
Baku
er (pemuki (jalan (galanga
Mutu
Perairan man) raya) n kapal)

Gambar 5 Hutan Mangrove Kampung Bugis 33(‰) -


Salinitas 21 22 22
2010 34 (‰)

28°C -
Suhu 32 31 28
32°C

pH 7.33 7.91 7.85 7–8

DO 6.7 7,1 7,2 >5 mg/l


Gambar 6 Hutan Mangrove Kampung Bugis Sumber: Data Primer 2016
2014 4.4.1. Salinitas
Dari hasil pengukuran di lapangan
Berdasarkan data dari Badan
nilai salinitas pada ke tiga stasiun
Perencanaan Pembangunan Daerah
berkisar 21‰ - 22‰.Nilai salinitas
(BAPPEDA) Kota Tanjungpinang, di
perairan berada dibawah standar Baku
lihat dari citra satelit luas hutan
Mutu Kepmenlh No 51 Tahun
mangrove pada tahun 2010 dan 2014
2004.Kondisi perairan laut di pesisir
(Luas hutan mangrove di Kampung
berbeda dengan kondisi perairan laut
di samudera.Hal ini bisa disebabkan sangat di pengaruhi oleh cuaca, cahaya
oleh pemasukan air tawar, arus pasang matahari, tutupan awan, curah hujan
maupun sirkulasi air yang serta kecepatan angin (Susana, 2013).
terjadi.Salinitas merupakan faktor 4.4.3. Derajat Keasaman (pH)
lingkungan yang penting dalam Nilai pH dipengaruhi oleh
mempengaruhi zonasi pohon beberapa faktor antara lain aktivitas
mangrove.Menurut Northcote (2004) fotosintesis, aktitivitas biologis, suhu,
in Surya (2015) bahwa faktor-faktor dan kandungan oksigen. Hasil
yang mempengaruhi zonasi dari hutan pengukuran pH di perairan Kampung
mangrove adalah salinitas, toleransi Bugis pada stasiun I nilai pH 7,33,
terhadap ombak dan angin, toleransi stasiun II nilai pH 7,01 sedangkan
terhadap lumpur (substrat) dan pada stasiun III nilai pH 7,85. Jika di
frekuensi genangan air. bandingkan dengan standar baku mutu
4.4.2. Suhu perairan Kepmenlh No 51 Tahun 2004,
Dari hasil pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa perairan di
suhu perairan di Kampung Bugis dari Kampung Bugis masih sesuai dengan
ketiga stasiun yaitu 280C – 320C. standar baku mutu dan masih
Berdasarkan hasil perbandingan tergolong baik untuk kehidupan
dengan standar baku mutu perairan mangrove. Mangrove dapat tumbuh
Kepmenlh No 51 Tahun 2004, pada kisaran pH normal. Apabila pH
menunjukkan bahwa perairan di dalam kisaran terlalu tinggi maupun
Kampung Bugis masih sesuai dengan terlalu rendah dan tidak dapat toleransi
standar baku mutu dan masih oleh mangrove maka akan
tergolong baik untuk kehidupan mengakibatkan kematian pada
mangrove. Suhu pada suatu perairan mangrove tersebut (Junaidi, 2014).
bisa berbeda pada suatu waktu 4.4.4. Oksigen Terlarut (DO)
pengukuran berdasarkan kedalaman Pegukuran oksigen terlarut pada
perairan.Suhu yang di ukur pada ketiga stasiun yaitu stasiun I di sekitar
pengukuran ini adalah suhu permukaan pemukiman penduduk memiliki nilai
perairan, suhu permukaan perairan DO sekitar 6,7mg/l, stasiun II di
sekitar jalan raya 7,1mg/l dan stasiun kekeluargaan yang cukup tinggi.Salah
III di sekitar galangan kapal 7,2mg/l. satu contoh dari hasil pengamatan di
Kepmenlh No 51 tahun 2004 lapangan ketika ada warga yang sakit
menyatakan bahwa nilai oksigen maka masyarakat lainnya datang
terlarut yang layak untuk pertumbuhan menjenguk.Selain itu untuk kegiatan-
vegetasi mangrove adalah >5 mg/L. kegiatan yang di adakan rata-rata
Maka oksigen terlarut (DO) di masyarakat ikut berpartisipasi.
Kampung Bugis masih layak untuk Pengembangan hutan mangrove
vegetasi hutan mangrove. sangat di perlukan untuk
Berdasarkan hasil pengukuran meningkatkan pendapatan ekonomi
kualitas air pada lokasi penenlitian maupun kondisi sosial masyarakat
dapat di lihat bahwa nilai kualitas sekitar, namun diperlukan
perairan di Kampung Bugis masih pertimbangan, penilaian dan analisis
sesuai dengan baku mutu parairan dan lingkungan yang baik bagi masyarakat
masih tergolong baik untuk kehidupan tanpa harus memberikan dampak
mangrove. Sehingga kerusakan buruk bagi lingkungan dalam hal ini
mangrove yang ada di Kampung Bugis merusak ekosistem yang telah ada di
tidak di pengaruhi oleh kualitas dalam hutan mangrove.Karena
perairan. Namun untuk nilai salinitas keseimbangan lingkungan dan ekologi
perairan di bawah baku mutu perairan, yang ada perlu menjadi perhatian
hal ini dapat disebabkan oleh adanya dalam perencanaan pengembangan
pemasukan air tawar dari penduduk. kawasan hutan mangrove (Kalitouw,
4.5. Kondisi Sosial Ekonomi 2015).
Masyarakat Kampung Bugis
Di Kampung Bugis pernah di
Kondisi sosial masyarakat Kampung
lakukan sosialisasi mitigasi dan
Bugis mempunyai karakteristik
kebersihan pantai oleh Dinas
sebagian besar masyarakat di wilayah
Perikanan dan Kelautan Provinsi,
pesisir bermata pencaharian sebagai
dalam kegiatan sosialisasi tersebut
nelayan, buruh, petani, karyawan,
Ismail (2014) menyatakan bahwa
wiraswasta dan pegawai.Masyarakat di
unsur yang paling kuat terkait
Kampung Bugis memiliki rasa
pencegahan konsekuensi di wilayah 4.6.2. Pendidikan
pesisir adalah memperkuat zona hijau Untuk tingkat pendidikan pada
mangrove di kawasan pesisir. responden dapat di lihat pada tabel 10
Mangrove berperan penting dalam di bawah ini.
mitigasi bencana mitigasi bencana Tabel 10 Tingkat pendidikanresponden
yang di maksud sangat membutuhkan No. Pendidikan Jumlah
Persentas
e
partisipasi masyarakat Tidak tamat
10 15%
1 sd
setempat.Masyarakat kampung bugis Tidak
5 7%
2 sekolah
sudah menyadari pentingnya
3 SLTA 13 19%
mangrove bagi lingkunagan, meskipun SLTP 10 15%
4
masyarakat pendidikannya masih 5 SD 26 39%

rendah tapi kegiatan tersebut sangat di 6 S1 3 4%


Tota
butuhkan (Ismail, 2014). 67 100
l
4.6. Kondisi sosial Ekonomi Responden 4.6.3. Pekerjaan
Berdasarkan hasil wawancara Pada tingkat pekerjaan responden
dengan 67 responden di ketahui bahwa dapat di lihat pada tabel 11 di bawah
tingkat umur, pendidikan, pekerjaan, ini.
pendapatan responden dapat di lihat Tabel 11 Tingkat pekerjaan responden
pada Tabel 8,9,10,11. Jenis Jumla Persentas
No.
pekerjaan h e
4.6.1. Umur 1 IRT 11 16%
Untuk tingkat umur responden 2 Pegawai 23 35%
dapat di lihat pada tabel 9 di bawah 3 Nelayan 5 7%
ini. 4 Buruh 22 33%
5 Tidak bekerja 2 3%
Tabel 9 Tingkat umur responden
6 Wiraswasta 4 6%
No. Umur Jumlah Persentase
7 Petani 0 0%
1 22-35 18 27% Tota
2 36-45 24 36% l 67 100
3 46-55 16 24%
4 56-76 9 13%
Total 67 100
4.7. Faktor-faktor yang Bugis karena tidak adanya pelatihan
mempengaruhi kerusakan
dari pemerintah ataupun organisasi
hutan mangrove di Kampung
Bugis tertentu tentang bagaimana penanaman
4.7.1. Faktor Alam
hutan mangrove dan pentingnya
Faktor alam merupakan salah satu
menjaga kelestarian kawasan hutan
faktor penyebab kerusakan hutan
mangrove itu sendiri, ini dilihat dari
mangrove, namun hal ini bersifat
hasil pengamatan lapangan ditemukan
sekunder.
banyaknya sampah di sekitar kawasan
Dari hasil pengamatan lapangan
hutan mangrove Kampung Bugis.
diketahui bahwa penyebab kerusakan
Pengelolaan hutan mangrove
hutan mangrove yang terjadi karena
menyangkut dua konsep, yaitu
faktor alami seperti diatas ternyata
perlindungan hutan mangrove dan
tidak begitu mempengaruhi kerusakan
rehabilitasi hutan mangrove.Pola
hutan mangrove yang ada di kampung
pengawasan pengelolaan ekosistem
Bugis.Tetapi yang berpengaruh secara
mangrove yang di kembangkan adalah
langsung terhadap kerusakan hutan
pola partisipatif meliputi komponen
mangrove di kampung Bugis adalah
yang di awasi, sosialisasi dan
faktor manusia.
transparansi kebijakan, institusi formal
4.7.2. Faktor Manusia
yang mengawasi, para pihak yang
Berdasarkan hasil kuesioner dari
terlibat dalam pengawasan (Bengen
67 responden diketahui bahwa
2001 dalam Muryani et al.,
masyarakat Kampung Bugis jarang
2011).Tabel 12 berikut beberapa
melakukan aktivitas di sekitar hutan
aktivitas yang dilakukan masyarakat di
mangrove, baik itu memanfaatkan
sekitar hutan mangrove Kampung
kayu mangrove untuk tujuan tertentu
Bugis.
ataupun memanfaatkan biota yang ada
Tabel 12 Jenis aktivitas yang dapat
di sekitar hutan mangrove. Dari hasil
merusak ekosistem hutan mangrove
kuesioner juga diketahui bahwa
sebagian besar masyarakat Kampung
Bugis tidak pernah melakukan
penanaman mangrove di Kampung
Jumla penebangan pohon, membuat area
Jumlah h
N Jenis respon jawab Persent pertambakan, konvesi lahan,
o Aktivitas den an ase
Pemanfaat pertambangan dan pemanfaatan dari
an
67 53 25.85% ekosistem ekosistem mangrove (kayu,
mangrove
1. (kayu) buah, akar).24.88% pemanfaatan
Pemanfaat
an biota di
67 51 24.88% berbagai jenis biota di sekitar hutan
sekitar
2. mangrove mangrove seperti udang, ikan, kerang-
Konversi
(pemukim kerangan dan lain-lain.Sedangkan
an, 67 54 26.34%
pembangu
untuk konversi lahan pada hutan
3. nan) mangrove yang ada di Kampung Bugis
Pencemar
an
67 47 22.93% 26.34% masyarakat melakukan
(membuan
4. g sampah) konversi lahan untuk pembangunan
jumlah 205 100
seperti kawasan hutan mangrove yang
Berdasarkan tabel diatas diketahui dijadikan permukiman penduduk dan
bahwa ada 4 jenis aktivitas yang jalan raya. Selain itu dari hasil
dilakukan masyarakat Kampung Bugis wawancara dengan 67 responden di
yang dapat menyebabkan kerusakan ketahui bahwa 22.93% pemanfaatan
hutan mangrove yaitu 25.85% kawasan hutan mangrove yang
pemanfaatan kayu mangrove yang di dijadikan tempat pembuangan sampah
lakukan oleh masyarakat yaitu untuk oleh masyarakat sekitar yang dapat
dijadikan kayu bakar, cerucup maupun mengakibatkan pencemaran sehingga
untuk keperluan lainnya. Kerusakan ekosistem mangrove menjadi
hutan mangrove dapat disebabkan oleh rusak.Untuk pemanfaatan kawasan
dua faktor yaitu faktor alam dan factor hutan mangrove tersebut dapat di lihat
manusia. Faktor alam pada umumnya pada lampiran 8.
penyebab kerusakan yang relatif kecil 4.8. Persepsi Masyarakat Terhadap

seperti badai angin, kekeringan dan Hutan Mangrove


Berdasarkan hasil jawaban
hama penyakit.Sedangkan faktor dari
kuesioner dari 67 responden, diketahui
manusia lebih dominan menyebabkan
bahwa 48 orang responden
kerusakan hutan mangrove seperti
menyatakan kenal atau mengetahui BAB V
secara umum tanaman ini dengan KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
sebutan nama lokal yaitu hutan bakau.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Hanya saja kurang dari 50% yang
di simpulkan bahwa, untuk tingkat
mengetahui dengan baik bahwa hutan
kerusakan hutan mangrove di
mangrove itu berperan penting bagi
Kampung Bugis.Pada stasiun I untuk
lingkungan sehingga mereka tetap
kerapatan tergolong dalam kriteria
memanfaatkannya karena dorongan
rusak, sedangkan persen tutupan
dari kebutuhan hidup mereka yang
termasuk dalam kriteria sedang. Pada
semakin meningkat membuat mereka
stasiun II dan III termasuk dalam
tidak lagi memperhatikan kelestarian
kriteria sedang menurut Kementrian
hutan mangrove itu
Lingkungan Hidup No 201 Tahun
sendiri.Ketidaktahuan masyarakat ini
2004 . Untuk kualitas perairan
disebabkan oleh tidak adanya peran
Kampung Bugis masih dalam batas
pemerintah untuk memberikan
baku mutu perairan menurut
pelatihan kepada masyarakat sekitar
Kementrian Lingkungan Hidup No 51
atau melakukan kegiatan-kegiatan
Tahun 2004.
seperti penyuluhan atau sosialisasi
Penyebab kerusakan hutan
untuk kelestarian hutan
mangrove dapat di sebabkan oleh 2
mangrove.Selanjutnya 39 orang atau
faktor yaitu faktor alam (Abrasi,
58% dari masyarakat menyatakan
Gelombang, Angin dan Hama
kondisi mangrove di Kampung Bugis
Penyakit) sedangkan untuk faktor
pada saat ini termasuk di dalam
manusia seperti 25,85% pemanfaatan
keadaan tidak baik.Hal ini diakibatkan
mangrove (kayu), 24,88%
oleh beberapa aktivitas masyarakat
pemanfaatan biota, 26,34% konversi
sekitar yang dapat menyebabkan
lahan dan 22,93% diakibatkan oleh
kerusakan hutan mangrove.
adanya pencemaran rumah tangga.
FTAR PUSTAKA Bonita, K.M., Wahyu, Y, N., 2014.
Analisis Kerusakan Hutan
Anugra, F.,Umar, H., Toknok.B., Mangrovedi Wilayah Pesisir
2014. Tingkat Kerusakan Hutan Sekotong Kabupaten Lombok
Mangrove Pantai Di Desa Barat. Universits Nusa Tenggara
Malakosa Kecamatan Balinggi Barat. Mataram. Jurnal Media
Kabupaten Parigi Moutong. Warta Bina Ilmiah. 8(1):63-71.
Rimba. 2(1):54-61.
Dahuri, R., 2003. Keanekaragaman
Apdillah, D., Rozalina, N., Pratomo, Hayati Laut Aset Pembangunan
A., 2014. Kesesuaian Kawasan Berkelanjutan Indonesia.
untuk Pengembangan Ekowisata Gramedia Pustaka Utama.
Mangrove Berdasarkan Biofisik
Dharmawan, Pramuji., 2014. Panduan
di Desa Tembeling Kecamatan
Monitoring Status Ekosistem
Teluk Bintan Kabupaten Bintan.
Mangrove, Jakarta: Coremap Cti
Universitas Maritim Raja Ali
Lipi.
Haji.
Effendi, H., 2003.Telaah Kualitas Air
Asmira., 2016.Tingkat Adopsi Bagi Pengelolaan Sumberdaya
Masyarakat terhadap Dan Lingkungan
Pengembangan Ekowisata di Perairan.Kanisius.
Pulau Benan Kecamatan
Senayang Kabupaten Lingga Effendy, M., 2009. Pengelolaan
Provinsi Kepulauan Wilayah Pesisir Secara Terpadu
Riau.[Skripsi]. Universitas Solusi Pemanfaatan Ruang,
Maritim Raja Ali Haji. Pemanfaatan Sumberdaya Dan
Pemanfaatan Kapasitas Asimilasi
Bengen, D.G., 2001. Pedoman Teknis Wilayah Pesisir Yang Optimal
Pengenalan dan Pengelolaan Dan Berkelanjutan. Jurnal
Ekosistem Mangrove.Pusat Kajian Kelautan.2(1):1-86.
Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Institut Pertanian Bogor. 56 hal. Fatmasari, D.,2005. Analisis Sosial
Ekonomi dan Budaya Masyarakat
Bengen, D.G., 2000. Sinopsis Pesisir Desa Waruduwur
Ekosistem dan Sumberdaya Alam Kecamatan Mundu Kabupaten
Pesisir.Pusat Kajian Cirebon. [Skripsi]. Fakultas
SumberdayaPesisir dan lautan Syraiah dan Ekonomi Islam.
Institut Pertanian Bogor.68 hal.

Bengen, D.G., 2001. Pedoman Teknis


Pengenalan dan Pengelolaan
Ekosistem Mangrove.Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
Institut Pertanian Bogor. 61 hal.

Anda mungkin juga menyukai