Anda di halaman 1dari 8

IMPLIKASI TEORI VON THUNEN PADA

KOTA JEPARA

DISUSUN OLEH :
ALFRIAN SYAIFUL ANNAS C.531.18.0007

BRAMAJI BAGUS C.531.18.00

PROGAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas lokasi dan pola
ruang yang membahas tentang Teori Von Thunen .

Selama proses pembuatan tugas ini penulis dibantu oleh beberapa


pihak lain sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan optimal .Penulis
ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada Allah SWT ,kedua
orangtua dan teman –teman yang telah mendukung dan membantu dalam
terselesaikannya tugas ini .

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan


jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan .Semoga tugas ini dapat bermanfaat secara
luas .

Semarang , September 2019

Penulis
A. Kajian Literatur Teori Von Thunen

Teori lokasi adalah ilmu yang


menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi
atau ilmu yang menyelidiki alokasi
geografis dari sumber-sumber yang
langka, serta hubungannya dengan atau
pengaruhnya terhadap lokasi berbagai
macam usaha atau kegiatan lain baik
ekonomi maupun sosial. Seiring dengan
perkembangan zaman, kegiatan ekonomi
dan sosial juga semakin berkembang.
Setiap kegiatan ini membutuhkan lahan
yang semakin banyak, selain itu pemilihan lokasi lahan yang tepat juga
mempengaruhi keberlangsungan kegiatan ekonomi ini. Dimana pemilihan lokasi
ekonomi yang tepat akan mempengaruhi pendapatan dari kegiatan ekonomi
tersebut. Ada banyak ahli yang mengemukakan tentang teori lokasi , namun
setiap teori memiliki fungsinya masing-masing. Salah satu teori lokasi yang akan
dibahasa adalah teori lokasi von thunen. Dalam menjelaskan teorinya ini, von
Thunen menggunakan tanah pertanian sebagai contoh kasusnya. Dia
menggambarkan bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian
dari tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah
yang ada di suatu daerah. Model von Thunen mengenai tanah pertanian ini,
dibuat sebelum era industrialisasi, yang memiliki asumsi dasar sebagai berikut :
Kota terletak di tengah antara “daerah terisolasi” (isolated state). Isolated State
dikelilingi oleh hutan belantara. Tanahnya datar. Tidak terdapat sungai dan
pegunungan. Kualitas tanah dan iklim tetap. Petani di daerah yang terisolasi ini
membawa barangnya ke pasar lewat darat dengan menggunakan gerobak,
langsung menuju ke pusat kota.

Pilihan lokasi dalam hal ini ditentukan oleh usaha untuk meminimalkan biaya
transportasi antara lokasi alternatif dan di bawah pengaruh aglomerasi ekonomi
(teori lokasi minimum biaya). Von Thunen menyatakan bahwa pola penggunaan
lahan sangat ditentukan oleh biaya transportasi yang dikaitkan dengan jarak dan
sifat barang dagangan khususnya hasil pertanian. Von Thunen mengkondisikan
ada empat hal yang harus dipenuhi, yaitu :

(1) isolated state;

(2) uniform plain;

(3) “transportation costs” berbanding lurus dengan jarak; dan

(4) maximise profits (Yunus, 2002 : 90 - 91).

Dari sinilah maka muncul istilah “Location Rent”. Teori Von Thunen ini memiliki
banyak kekurangan, yang antara lain bahwa semua kota tidak memiliki kondisi
fisik lingkungan yang sama (uniform plain). Sehingga kota akan memiliki pola
penggunaan lahan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik wilayahnya.

B. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Jepara Penerapan Teori Von Thunen


Sumber : https://1.bp.blogspot.com

Profil Geografi Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110°
9' 48, 02" sampai 110° 58' 37,40" Bujur Timur, 5° 43' 20,67" sampai 6° 47' 25,83"
Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari
Provinsi Jawa Tengah. Berdasar letak geografis wilayah, maka Kabupaten
Jepara beriklim tropis dengan pergantian musim penghujan dan kemarau. Musim
penghujan antara bulan Nopember-April dipengaruhi oleh musim Barat sedang
musim kemarau antara bulan Mei-Oktober yang dipengaruhi oleh angin musim
Timur. Sedangkan jumlah curah hujan ± 2.464 mm, dengan jumlah hari hujan 89
hari. Suhu udara Kabupaten Jepara terendah pada 21,55 °C dan tertinggi sekitar
33,71 °C, dengan kelembaban udara rata-rata sekitar 84%. Kabupaten Jepara
merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di
Jepara, dengan jarak tempuh ke Ibukota Provinsi sekitar 71 km dan dapat
ditempuh dengan kendaraan lebih kurang 2 jam. Kabupaten ini berbatasan
dengan Laut Jawa di Barat dan Utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di
Timur, serta Kabupaten Demak di Selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga
meliputi Kepulauan Karimunjawa, yang berada di Laut Jawa, dimana untuk
menuju ke wilayah tersebut sekarang dilayani oleh kapal ferry dari Pelabuhan
Jepara dan kapal cepat dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Selain itu di
Kepulauan Karimunjawa juga terdapat lapangan terbang perintis yang dapat
didarati pesawat terbang berjenis kecil dari Semarang. Luas wilayah daratan
Kabupaten Jepara 1.004,132 km2 dengan panjang garis pantai 72 km. Wilayah
tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (24,179 km2 ) sedangkan wilayah
terluas adalah Kecamatan Keling (231,758 km2 ). Sebagian besar luas wilayah
merupakan tanah kering, sebesar 740,052 km2 (73,70%) sisanya merupakan
tanah sawah, sebesar 264,080 km2 (26,30%).i wilayah Kabupaten Jepara juga
mencakup luas lautan sebesar 1.845,6 km². Pada lautan tersebut terdapat
daratan kepulauan sejumlah 29 pulau, dengan 5 pulau berpenghuni dan 24 pulau
tidak berpenghuni. Wilayah kepulauan tersebut merupakan Kecamatan
Karimunjawa yang berada di gugusan Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan
pulau-pulau yang ada di Laut Jawa dengan dua pulau terbesarnya adalah Pulau
Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sedangkan sebagian besar wilayah perairan
tersebut dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa.

Adapun batas-batas wilayah administratif kabupaten Jepara adalah sebagai


berikut :

 Sebelah Barat : Laut Jawa

 Sebelah Timur : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati

 Sebelah Utara : Laut Jawa

 Sebelah Selatan : Kabupaten Demak Secara administratif wilayah seluas


1.004,132 km² tersebut terdiri atas 16 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah
183 desa dan 11 kelurahan

Secara topografi Kabupaten Jepara dapat dibagi dalam empat wilayah yaitu
wilayah pantai di bagian pesisir Barat dan Utara, wilayah dataran rendah di
bagian tengah dan Selatan, wilayah pegunungan di bagian Timur yang
merupakan lereng Barat dari Gunung Muria dan wilayah perairan atau kepulauan
di bagian utara merupakan serangkaian Kepulauan Karimunjawa. Dengan
kondisi topografi demikian, Kabupaten Jepara memiliki variasi ketinggian antara
0 m sampai dengan 1.301 m dpl (dari permukaan laut), daerah terendah adalah
Kecamatan Kedung antara 0 - 2 mdpl yang merupakan dataran pantai,
sedangkan daerah yang tertinggi adalah Kecamatan Keling antara 0-1.301 mdpl
merupakan perbukitan. Variasi ketinggian tersebut menyebabkan Kabupaten
Jepara terbagai dalam empat kemiringan lahan, yaitu datar 41.327,060 Ha,
bergelombang 37.689,917 Ha, curam 10.776 Ha dan sangat curam 10.620,212
Ha.

C. Analisis Relevansi Teori Von Thunen di Wilayah Kabupaten Jepara

Teori Von Thunen menitikberatkan pada dua hal utama yaitu tentang
keruangan dan pertanian yaitu jarak pertanian ke pasar serta sifat produk
pertanian (keawetan ,harga, dan beban angkutan).Kabupaten Jepara lebih
didominasi dengan industry furniture ,pada tahun 2011 menunjukan sektor
industry furniture menjadi komoditas dengan nilai ekspor terbesar dibanding
dengan komoditas lainnya yang ada di Kabupaten Jepara .Untuk memperoleh
keuntungan yang maksimal ,pengrajin harus mempertimbangkan keawetan
,harga dan beban angkutan untuk mendistribusikan produknya .Semakin dekat
dengan pusat kota dan jalur transportasi ,sewa tanah yang digunakan untuk
kegiatan industry akan semakin tinggi dan semakin jauh dari pusat kota maka
sewa lahan semakin rendah .
D. Kesimpulan

1.Teori Von Thunen mendasarkan bahwa dalam menentukan pemilihan lokasi


atau penggunaan lahan adalah tinggi rendahnya sewa tanah .Biasanya sewa
tanah ini akan semakin tinggi bila mendekati pusat kota dan akan semakin
rendah jika jauh dari pusat kota .Kemampuan dalam membayar sewa tanah
akan ditentukan oleh besarnya hasil produksi yang diperoleh serta biaya –
biaya yang harus dikeluarkan baik untuk kegiatan produksi maupun ongkos
angkut hasil produksi ke pasar .

2.Para pemilik furniture harus lebih mempertimbangkan keawetan ,harga dan


beban angkutan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal .

Anda mungkin juga menyukai