Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI


KABUPATEN RAJA AMPAT
TAHUN 2024–2044
Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Studio Perencanaan Wilayah
Dosen Pengampuh Dr.Y.L.Marnala Sitorus, MT dan Normalia O.Yanthy, MT

Disusun Oleh:
Yoss Robertho Patai 19 141 021

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepulauan Raja Ampat terletak di jantung pusat segitiga karang dunia (Coral Triangle) dan
merupakan pusat keanekaragaman hayati laut tropis terkaya di dunia saat ini. Kepulauan ini
berada di bagian paling barat pulau induk Papua, Indonesia, membentang di area seluas kurang
lebih 4,6 juta hektar. Raja Ampat memiliki kekayaan dan keunikan spesies yang tinggi dengan
ditemukannya 1.104 jenis ikan, 699 jenis moluska (hewan lunak) dan 537 jenis hewan karang.
Tidak hanya jenis-jenis ikan, Raja Ampat juga kaya akan keanekaragaman terumbu karang,
hamparan padang lamun, hutan mangrove, dan pantai tebing berbatu yang indah. Potensi
menarik lain adalah pengembangan usaha ekowisata dan wilayah ini telah pula diusulkan
sebagai Lokasi Warisan Dunia (World Herritage Site) oleh Pemerintah Indonesia.
Namun demikian, karena perkembangan yang luar biasa dalam bidang pertambangan dan
perubahan kebijakan usaha penangkapan ikan ke arah Indonesia Timur oleh pemerintah
Indonesia, maka kawasan Raja Ampat juga dapat mengalami tekanan eksploitasi sumberdaya
alam yang tinggi. Berdasarkan survei saat ini, tekanan terhadap sumberdaya masih rendah,
mengingat jumlah penduduk yang relatif masih rendah dan pembangunan yang masih belum
terlalu berkembang. Kalau tidak dikelola dengan baik maka kawasan Raja Ampat bisa menjadi
sumber konflik dalam pemanfaatan sumberdayanya. Untuk alasan tersebut, maka untuk
membangun kawasan Raja Ampat salah satu pendekatan yang dianggap tepat adalah
pengelolaan kawasan yang berbasiskan pada ekosistem (ecosystem based management -
EBM).
1.2 Rumusan Masalah
Mengidentifikasi potensi dan permasalahan terkait perkembangan kawasan Pertanian di
kabupaten Raja Ampat
1.3 Tujuan
Tujuan dari Reyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Raja Ampat
mewujudkan ruang wilayah Kabupate Raja Ampat yang mampu mengakomodasikan, seluruh
seluruh kepentingan pembangunan, keterkaitan antara kawasaan/kabupaten/kota/untuk
mewujudkan suatu kesatuan perekonomian serta aktifitas spasial, budaya, politik, pertahan
keamanan serta kesatuan lingkungan hidup yang berkelanjutan (sustainable).
1.4 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Kegiatan RTRW Kabupaten Raja Ampat Meliputi Wilayah Perencanaan
dan Substansi.
1) Wilayah Perencanaan
Kabupaten Raja Ampat adalah kabupaten yang wilayahnya sebagian besar terdiri dari
gugusan pulau. Secara astronomis, Kabupaten Raja Ampat terletak di bawah garis
khatulistiwa antara 0405” Lintang utara hingga 2015” Lintang Selatan dan antara 129015”
hingga 132000” Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Raja Ampat
terbagi menjadi 24 distrik dengan total Luas wilayah adalah 67.379,61 km2. Batas-batas
wilayah Kabupaten Raja ampat:
Sebelah Utara : Samudera Pasifik
Sebelah Timur : Kota Sorong dan Kabupaten Sorong
Sebelah Selatan : Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur
Sebelah Barat : Kabupaten Halmahera Tengah

2) Wilayah Subtansi
Wilayah Substansi terdiri atas Sektor Pertanian

1.5 Kerangka Pikir


1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat
berdasarkan urutan bab, Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup, serta sistematika penulisan yang digunakan dan
Penyusunan laporan .
BAB II : KAJIAN LITERATUR DAN TINJAUAN KEBIJAKAN
Menguraikan tentang definisi, karakteristik, Unsur-unsur, persebaran dan
ciri-ciri, fungsi, klasifikasi, dan standar pembentukan fasilitas Tata Ruang
Wilayah di Kabupaten Raja Ampat.

BAB III : GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI


Gambaran umum wilayah studi, Menguraikan tentang gambaran umum
wilayah studi (makro) dan mikro
BAB IV : PENDEKATAN DAN METEDOLOGI
Metodologi meguraikan tentang beberapa metode yang digunakan yaitu
metode pendekatan perencanaan, metode pengumpulan data, dan metode.
BAB V : PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan tentang analisa sektor Pertambangan
dan penggalian, Industri Pengolahaan.
BAB VI : PENUTUP
Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil analisa
serta memberikan rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan
kesimpulan yang dihasilkan
BAB II KAJIAN LITERATUR DAN TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 Kajian Literatur
2.2 Tinjauan Kebijakan
Rencana rinci tata ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan rencana detail tata
ruang. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten memiliki peran penting dalam
pembangunan Kabupaten, karena berfungsi sebagai:
1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
2. Acuan dalam pemanfaatan ruang /pengembangan wilayah kabupaten;
3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kabupaten;
4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten yang dilakukan pemerintah, masyarakat,
dan swasta;
5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten;
6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan /pengembangan wilayah
kabupaten yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan
7. Acuan dalam administrasi pertanahan.
Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2),
mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang
wilayah kabupaten yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten, pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Penyusunan RTRW
kabupaten dilakukan dengan berasaskan pada kaidah-kaidah perencanaan yang mencakup asas
keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian, keberlanjutan serta keterkaitan antar wilayah
baik di dalam kabupaten maupun dengan kabupaten sekitarnya. Kabupaten Raja Ampat telah
memiliki dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW) Tahun 2011 – 2030 telah
ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012, yang dijadikan acuan bagi Pemerintah
Kabupaten Raja Ampat dan masyarakat sebagai pedoman dalam pengembangan wilayah. Selama
11 (sebelas) tahun berjalan seiring dengan perkembangan dan dinamika pembangunan yang
berkaitan dengan perkembangan paradigma pemikiran, kebijakan, perkembangan teknologi,
penemuan sumber daya alam, perubahan kondisi fisik wilayah, perubahan perilaku sosial dan
ekonomi yang mempengaruhi kinerja rencana tata ruang sehingga membutuhkan Peninjauan
Kembali (PK) terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah.
Pada tahun 2018 atau 6 (enam) tahun setelah RTRW Kabupaten Raja Ampat berjalan, telah
dilakukan Peninjauan Kembali (PK), maka nilai tersebut dapat dikategorikan kurang baik sehingga
menghasilkan rekomendasi perlu dilakukan revisi terhadap RTRW Kabupaten Raja Ampat Tahun
2011-2030, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Bupati Raja Ampat Nomor : 188/16/SK-
BRA/II/Tahun 2022 tentang Rekomendasi Hasil Pelaksanaan Peninjauan Kembali Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2011-2030.
2.3 Penyusunan RTRW Kabupaten
Tahapan yang dilakukan dalam penyusunan RTRW meliputi :
A. Persiapan
1) Kegiatan persiapan,
2) Hasil dari pelaksanaan kegiatan persiapan,
B. Pengumpulan Data Dan Informasi
1) Kegiatan pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan data
sekunder bagi penyusunan RTRW kabupaten;
2) Kegiatan pengumpulan data dan informasi melibatkan masyarakat secara aktif;
3) Hasil kegiatan pengumpulan data akan menjadi bagian dari dokumentasi Buku
Fakta dan Analisis.
C. Pengolahan Dan Analisis Data
Kegiatan pengolahan dan analisis data terdiri atas:
1) Analisis kebijakan spasial dan sektoral.
2) Analisis kedudukan dan peran kabupaten dalam wilayah yang lebih luas,
3) Analisis fisik wilayah,
4) Analisis sosial kependudukan, meliputi:
5) Analisis ekonomi wilayah, meliputi:
6) Analisis prasarana dan sarana wilayah antara lain transportasi, telekomunikasi,
energi, sumber daya air, pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga.
7) Analisis kesesuaian kepemilikan dan penguasaan hak atas tanah;
8) Analisis sistem pusat-pusat permukiman (sistem perkotaan).
9) Analisis lingkungan hidup dalam kajian lingkungan hidup strategis,
10) Analisis kemampuan keuangan pembangunan daerah, Hasil kegiatan pengolahan
dan analisis data akan menjadi bagian dari Buku Fakta dan Analisis.

D. Penyusunan Konsep RTRW Kababupaten


Kegiatan penyusunan konsep RTRW kabupaten, terdiri atas:
1) Penyusunan alternatif konsep rencana,
2) Pemilihan konsep rencana.
3) Perumusan rencana terpilih menjadi muatan RTRW kabupaten.
Hasil kegiatan tersebut di atas merupakan buku materi teknis RTRW kabupaten,
yang berisi:
1) Alternatif konsep rencana;
2) Aencana yang disajikan dalam format A4,
3) Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:50.000.
Kegiatan penyusunan konsep RTRW kabupaten melibatkan masyarakat secara
aktif dan bersifat dialogis/komunikasi dua arah, dilakukan melalui konsultasi
publik.

E. Penyusunan Dan Pembahasan RANPERDA Tentang RTRW Kabupaten


Kegiatan penyusunan dan pembahasan raperda tentang RTRW kabupaten, terdiri atas
:
1) Penyusunan naskah akademik raperda tentang RTRW kabupaten;
2) Penyusunan raperda tentang RTRW; dan
3) Pembahasan raperda tentang RTRW.
Hasil pelaksanaan penyusunan dan pembahasan raperda tentang RTRW
kabupaten, terdiri atas:
1) Naskah akademik raperda tentang RTRW kabupaten;
2) Naskah raperda tentang RTRW kabupaten; dan
3) Berita acara pembahasan terutama dengan kabupaten/kota yang
berbatasan. Kegiatan penyusunan dan pembahasan raperda melibatkan
masyarakat dalam bentuk pengajuan usulan, keberatan, dan sanggahan
terhadap rancangan RTRW kabupaten dan naskah Raperda RTRW
kabupaten, melalui konsultasi public.
Untuk lebih jelasnya mengenai Bagan Tahapan Penyusunan RTRW Kabupaten
Raja Ampat bisa dilihat pada Gambar 1.1.
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Gambaran Umum Kabupaten Raja Ampat
3.1.1 Geografis
Kabupaten Raja Ampat adalah kabupaten yang wilayahnya sebagian besar terdiri dari
gugusan pulau. Secara astronomis, Kabupaten Raja Ampat terletak di bawah garis
khatulistiwa antara 0405” Lintang utara hingga 2015” Lintang Selatan dan antara 129015”
hingga 132000” Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Raja Ampat
terbagi menjadi 24 distrik dengan total Luas wilayah adalah 67.379,61 km 2. Batas-batas
wilayah Kabupaten Raja ampat:
Sebelah Utara : Samudera Pasifik
Sebelah Timur : Kota Sorong dan Kabupaten Sorong
Sebelah Selatan : Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur
Sebelah Barat : Kabupaten Halmahera Tengah
Berikut adalah Peta Administrasi Kabupaten Raja Ampat
Tabel 1
Luas Daerah dan Jumlah Pulau
Menurut Distrik di Kabupaten Raja Ampat, 2021
Luas Jumlah
NO. Distrik Ibukota Distrik
(km2) Pulau
1 Misool Selatan Dabatan 2308,13 131
2 Misool Barat Lilinta 1440,3 109
3 Misool Utara Salafen 4260,86 60
4 Kofiau Mikiran 7539,48 51
5 Misool Timur Folley 5489,93 373
6 Kepulauan Sembilan Weijim Barat 1773,91 22
7 Salawati Utara Samate 416,42 7
8 Salawati Tengah Kalobo 730,94 40
9 Salawati Barat Waibon 1916,65 13
10 Batanta Selatan Yenanas 1867,33 3
11 Batanta Utara Yensawai Timur 1390,83 15
12 Waigeo Selatan Saonek 790,73 54
13 Teluk Mayalibit Warsamdin 917,05 32
14 Meos Mansar Yenbekwan 1499,58 71
15 Kota Waisai Waisai 1120,02 1
16 Tiplol Mayalibit Go 298,88 21
17 Waigeo Barat Waisilip 8747,88 234
18 Waigeo Barat Kepulauan Manyaifun 8439,19 40
19 Waigeo Utara Kabare 1870,72 21
20 Warwarbomi Warwanai 1914,16 2
21 Supnin Rauki 850,22 11
22 Kepulauan Ayau Abidon 5581,35 11
23 Ayau Dorehkar 4 343,03 1
24 Waigeo Timur Urbinasopen 872,02 2
Raja Ampat Waisai 67379,61 1325

3.1.2 Iklim
Wilayah Kabupaten Raja Ampat beriklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan
yang tinggi sepanjang tahun. Curah hujan maksimum di wilayah ini berlangsung pada
periode Mei–Juli dengan curah hujan bulanan lebih dari 220 mm per bulan. Curah hujan
tahunan di wilayah Raja Ampat berkisar antara 2.000–3.000 mm per tahun dengan j umlah
hari hujan di wilayah ini berkisar antara 170–230 hari hujan per tahun. Suhu udara di wilayah
ini berkisar antara 22°–33 °C dengan tingkat kelembapan nisbi ±83% Meskipun ada musim
kemarau, musim hujan, dan musim angin yang khas, di bawah ini adalah pedoman umum
untuk pola musim di Raja Ampat. Banyak pulau, terutama pulau-pulau besar Salawati,
Batanta, Waigeo dan Misool, yang memiliki iklim mikro yang sangat bervariasi dari pulau-
pulau terdekat. Ada sejumlah variasi yang unik terkait kondisi cuaca setempat. Iklim mikro
ini, misalnya, dapat menyebabkan hari cerah di Gam, sementara hujan deras di pulau-pulau
terdekat Kri atau Waigeo. Berikut adalah Peta Curah Hujan Kabupaten Raja Ampat:

Tabel 2
Pengamatan Unsur Iklim Menurut Bulan di Kabupaten Raja Ampat, 2021
Suhu Udara Kelembaban
NO Bulan Minimum Maksimum Minumum Maksimum
(oC) Udara (%)
1 Januari 23,2 27,2 33,2 85,4 79 92
2 Februari 23 27,3 33 83,5 78 92
3 Maret 22,6 27,1 32,8 84,5 79 91
4 April 22,5 27,4 33,2 84,6 77 90
5 Mei 23,6 27,2 32,5 87 82 94
6 Juni 22,2 26,7 33,3 87,6 82 93
7 Juli 23 26,6 33 87,7 79 94
8 Agustus 22,3 26,6 33,1 87,7 79 93
9 September 23 26,6 32,6 88,6 85 95
10 Oktober 23 27,4 33,8 85 78 93
11 November 23,4 27,4 33,9 85 77 92
12 Desember 22,4 26,9 33,2 87,3 82 95
Tabel 3
Pengamatan Unsur Iklim
Menurut Bulan di Kabupaten Raja Ampat, 2021
Jumlah
Kecepatan Tekanan Jumlah Curah Penyinaran
NO Bulan Hari
Angin (knot) Udara (mb) Hujan (mm) Matahari (jam)
Hujan
1 Januari 4 1 007,2 377 22 4,6
2 Februari 4,3 1 007,9 175 11 4,8
3 Maret 4,2 1 008,4 236 17 5,5
4 April 4,5 1 009,0 121 15 5,8
5 Mei 4,4 1 008,2 233 18 4,9
6 Juni 3,9 1 010,1 478 21 5,8
7 Juli 4,1 1 009,0 302 19 4,2
8 Agustus 4,2 1 009,9 511 26 5,5
9 September 4,2 1 009,0 519 28 5
10 Oktober 4,5 1 008,7 180 14 6,2
11 November 4,2 1 007,4 287 21 5,9
12 Desember 4,2 1 007,9 330 21 3,4

3.1.3 Topografi
Kabupaten Raja Ampat sebagai wilayah kepulauan, maka memiliki wilayah daratan
yang relatif tidak besar dan pada umumnya topografi daerahnya didominasi oleh wilayah
perbukitan yang masih dipenuhi dengan hutan alami. Sedangkan wilayah pesisir pantai
memiliki karakteristik yang beragam seperti pantai landai berpasir hitam, pantai landai
berpasir putih dengan terumbu karang yang sudah rusak sampai dengan yang masih perawan,
pantai dalam dan hutan mangrove.
Pulau Waigeo, Pulau Salawati, Pulau Batanta dan Pulau Misool merupakan pulau non-
vulkanik yang berbukit-bukit dan sebagian besar masih ditutupi oleh hutan hujan tropis yang
cukup lebat. Di Pulau Waigeo terdapat gunung Nokh dengan ketinggian 715 mdpl.
Sedangkan pulau-pulau kecil yang tersebar di antara empat kepulauan tersebut ada yang
berupa pulau karang dan pulau non vulkanik, pulau-pulau kecil tersebut pada umumnya
ditumbuhi oleh tanaman kelapa, semak-belukar dan pohon-pohon kecil.
Kemiringan lahan wilayah perencanaan merupakan lahan dengan kemiringan antara
0% sampai dengan di atas 40%. Sebagian wilayah berupa pegunungan daerah lereng-lereng
yang curam seperti di Pulau Batanta, Pulau Waigeo, dan Pulau Salawati. Daerah pegunungan
ini dapat mencapai 100 – 300 meter di atas permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian di
bawah 100 meter dpl umumnya terdapat pada Pulau Salawati bagian selatan. Jika dilihat dari
fisiografinya, maka Kabupaten Raja Ampat bagian utara, yaitu Pulau Waigeo dan sebagian
Pulau Batanta didominasi oleh pegunungan. Sedangkan pada bagian tengah terutama Pulau
Salawati cukup luas daerah datarnya. Untuk Pulau Misool walaupun sebagian besar
daerahnya pegunungan, tetapi pada bagian tengah pulau terdapat daerah yang datar. Berikut
adalah Peta Topografi Kabupaten Raja Ampat:

3.1.4 Demografi
Penduduk kabupaten Raja Ampat pada tahun 2019 berjumlah 93.918 jiwa dengan
rincian 50.292 jiwa laki-laki dan 43.626 perempuan. Penduduk terbanyak berada di ibukota
kabupaten, yakni kota Waisai, sebanyak 32.499 jiwa, dengan kepadatan 125, 85 jiwa/km².
Sementara penduduk paling sedikit berada di distrik kecamatan Salawati Barat yakni 1.463
jiwa, 764 laki-laki dan 699 perempuan
Penduduk kabupaten Raja Ampat mayoritas memeluk agama Kristen. Berdasarkan
data Sensus Penduduk Indonesia 2010, pemeluk agama Kristen berjumlah 68,10%, dimana
67,34% adalah Protestan dan sebagian kecil Katolik yakni 0,76%. Pemeluk
agama Islam juga cukup signifikan berjumlah 31, 83 %, kemudian Hindu 0, 06%
dan Buddha 0, 01%
Sementara itu, etnis yang ada di Raja Ampat cukup multienis. Etnis atau suku asli
kabupaten ini termasuk suku Laganyan, Matbat, Wawiyai, Kawei, Ambel, Wardo, dan Usba
dan suku lainnya yang tersebar di setiap pulau-pulau Raja Ampat. Selain itu, suku pendatang
juga cukup banyak terlebih saat ini kabupaten Raja Ampat menjadi kawasan wisata favorit
hingga mancanegara. Pendatang seperti suku Jawa, Bugis, Minahasa, Batak, dan penduduk
asli dari berbagai kabupaten di pulau Papua lainnya, mulai banyak bermukim di Raja Ampat.
Kabupaten Raja Ampat memiliki beragam budaya yang menjadi ciri khas kabupaten
ini. Salah satu kebudayaan yang ada di Raja Ampat adalah Tradisi Wala. Wala adalah sebuah
tradisi lisan berupa nyanyian yang dibawakan bersamaan dengan gerakan tarian.Tradisi
Wala dikenal oleh Suku Matbat, yang merupakan suku asli dari pulau Misool dan tradisi
Wala hanya digelar pada acara tertentu saja. Penduduk di Misool secara umum mengenal
Tradisi Wala. Mereka menyebutnya sebagai 'lan batan o' atau lagu tanah, yang menkisah
tentang asal usul 'Batan Me' atau lahirnya komunitas di pulau Misool dan persebaran
kehidupan masyarakat suku Matbat. Tradisi ini sempat hampir punah, karena tidak
dipelihara oleh penduduk local. Namun, pada tanggal 08 Oktober 2019, tradisi Wala diakui
sebagai budaya nasional dan telah dituangkan dalam bentuk sertifikat yang ditandangani
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan , Prof.Dr.Effendy Muhadjir, di Jakarta.
Tabel 4
Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Distribusi Persentase Penduduk, Kepadatan
Penduduk Menurut Distrik, 2020 dan 2021
Laju Pertumbuhan Kepadatan
Penduduk Penduduk / Tahun Presentase Penduduk
NO. Distrik (jiwa) (%) Penduduk /Km2
2020 2021 2010-2020 2020-2021 2020 2021 2020 2021
1 Misool Selatan 3504 3532 1,43 1,07 5,46 5,4 38,44 38,75
2 Misool Barat 1498 1510 1,45 1,07 2,34 2,31 4,45 4,48
3 Misool Utara 2017 2031 1,32 0,93 3,14 3,11 1,63 1,64
4 Kofiau 2599 2617 1,32 0,92 4,05 4 12,6 12,69
5 Misool Timur 2835 2855 1,32 0,94 4,42 4,37 5,12 5,16
6 Kepulauan Sembilan 1458 1468 1,32 0,92 2,27 2,24 84,72 85,3
7 Salawati Utara 2597 2629 1,87 1,65 4,05 4,02 67,42 68,25
8 Salawati Tengah 1992 2017 1,87 1,68 3,11 3,08 3,48 3,52
9 Salawati Barat 1121 1138 2,16 2,03 1,75 1,74 2,23 2,26
10 Batanta Selatan 1598 1619 1,93 1,76 2,49 2,48 8,47 8,58
11 Batanta Utara 1599 1620 1,93 1,75 2,49 2,48 5,5 5,57
12 Waigeo Selatan 2173 2210 2,32 2,28 3,39 3,38 9,05 9,2
13 Teluk Mayalibit 1297 1318 2,26 2,16 2,02 2,02 2,09 2,12
14 Meos Mansar 2221 2275 3,07 3,25 3,46 3,48 10,15 10,39
15 Kota Waisai 21797 22541 4,06 4,58 33,98 34,46 178,85 184,96
16 Tiplol Mayalibit 1171 1190 2,26 2,17 1,83 1,82 5,84 5,93
17 Waigeo Barat 1786 1816 2,32 2,25 2,78 2,78 2,34 2,38
Waigeo Barat
18 Kepulauan 2768 2828 2,78 2,9 4,32 4,32 26,8 27,38
19 Waigeo Utara 1800 1823 1,93 1,71 2,81 2,79 12,03 12,19
20 Warwarbomi 1389 1407 1,93 1,73 2,17 2,15 4,67 4,73
21 Supnin 1117 1132 1,93 1,79 1,74 1,73 4,76 4,82
22 Kepulauan Ayau 1092 1097 1,06 0,61 1,7 1,68 86,26 86,65
23 Ayau 1103 1108 1,06 0,6 1,72 1,69 189,19 190,05
24 Waigeo Timur 1609 1622 1,45 1,08 2,51 2,48 2,9 2,92
Raja Ampat 64141 65403 4,06 2,63 100 100 8,48 8,65
Tabel 5
Rasio Jenis Kelamin Penduduk
Menurut Distrik, 2020 dan 2021
Rasio Jenis
NO. Distrik Kelamin
2020 2021
1 Misool Selatan 115,1 115,5
2 Misool Barat 110,39 110,6
3 Misool Utara 112,32 112,23
4 Kofiau 114,79 114,68
5 Misool Timur 106,63 106,44
6 Kepulauan Sembilan 102,78 102,76
7 Salawati Utara 111,48 111,67
8 Salawati Tengah 109,02 109,23
9 Salawati Barat 109,53 109,19
10 Batanta Selatan 117,71 117,9
11 Batanta Utara 114,06 114,29
12 Waigeo Selatan 107,35 107,12
13 Teluk Mayalibit 112,27 111,9
14 Meos Mansar 112,54 113,01
15 Kota Waisai 112,63 112,65
16 Tiplol Mayalibit 107,26 106,96
17 Waigeo Barat 112,37 111,66
Waigeo Barat
18 Kepulauan 122,15 120,08
19 Waigeo Utara 111,02 110,75
20 Warwarbomi 107,31 107,22
21 Supnin 124,3 123,72
22 Kepulauan Ayau 106,82 107,22
23 Ayau 110,5 111,05
24 Waigeo Timur 112,83 113,14
Raja Ampat 112,21 113,14
Tabel 6
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Kabupaten Raja Ampat (ribu), 2021
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Jumlah
Laki-laki Perempuan
0–4 3671 3449 7120
5–9 3099 2929 6028
10 – 14 3702 3342 7044
15 – 19 3461 3057 6518
20 – 24 3016 2645 5661
25 – 29 3054 2888 5942
30 – 34 2927 2719 5646
35 – 39 2799 2464 5623
40 – 44 2346 2086 4432
45 – 49 1914 1611 3525
50 – 54 1379 1117 2496
55 – 59 1185 961 2146
60 – 64 983 710 1693
65 – 69 552 463 1015
70 – 74 281 235 516
75+ 206 152 358
Raja Ampat 34575 30828 65403

Gambaran Umum Substansi


3.2.1 Pertanian
1) Komoditi dan Produksi Hasil Pertanian
a) Distrik Waigo Selatan
Komoditi yang paling menonjol di distrik Waigeo selatan ini adalah kopra.
Komoditi unggulan dari sektor perkebunan ini memang paling banyak diminati
oleh masyarakat Kabupaten raja Ampat secara keseluruhan karena mempunyai
nilai jual yang tinggi jika dibandingkan dengan komoditi-komoditi lainnya selain
kakao. dengan sistem pertanian yang masih tradisional saja penduduk kampung
Friwen bisa memproduksi kopra Walaupun bermata pencaharian utama sebagai
nelayan namun penduduk kampung Kapisawar ini tidak mau lahan adat hanya
digunakan untuk menanam tanaman untuk konsumsi sendiri. mereka
mengusahakan komoditi kelapa untuk diolah menjadi kopra yang kemudian
dipasarkan untuk menambah penghasilan keluarga. Koprakopra ini di jual ke
Sorong dengan harga jual Rp. 2.000,-/kg. Dalam sebulan kopra bisa dipanen
sebanyak 500 kg sehingga dalam satu bulan bisa diperoleh pendapatan sebesar
Rp.1.000.000,-.
di Kampung Arborek lahan untuk berkebun tidak berada dalam pulau yang sama
dengan tempat permukiman penduduk. hal ini karena keadaan Kampung Arborek
yang berbatu sehingga tidak memungkinkan untuk bercocok tanam. Keadaan ini
juga terjadi pada kampung Friwen. jenis komoditi yang ditanam adalah komoditi
yang merupakan makanan pokok mereka seperti ubi, keladi, pisang, dan sayur-
sayuran.

b) Distrik Teluk Mayalibit


Jenis komoditi yang ditanam di distrik teluk
mayalibit beragam mulai dari tanaman
hortikultura dan palawija hingga tanaman
tahunan seperti coklat, pinang, sagu dan
kelapa. Khusus tanaman hortikultura dan
palawija tidak dipasarkan melainkan untuk
konsumsi sendiri, sedangkan untuk pinang,
coklat dan sagu dipasarkan langsung ke kota
sorong atau melalui pedagang pengumpul.
lahan yang ada digunakan untuk kebun
campuran dan permukiman tetapi sebagian
besar dimanfaatkan untuk komoditi tahunan seperti coklat dan sagu. sayangnya,
walaupun masyarakat dari distrik teluk mayalibit ini sudah mulai memasarkan
hasil pertaniannya, namun sampai saat ini belum ada penyuluhan dari pemerintah
dalam hal pengolahan lahan, pemeliharaan dan teknik pemasaran yang dapat
membantu meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan pendapatan masyarakat.

c) Distrik Waigo Timur


di distrik Waigeo timur jenis komoditi yang ditanam adalah kelapa, pisang, ubi dan
pepaya yang digunakan untuk konsumsi sendiri. seperti halnya distrik Waigeo
selatan dan teluk mayalibit, distrik ini pun masih menggunakan sistim pertanian
dengan cara tradisional di atas lahan milik adat. Adanya kebun percontohan untuk
tanaman kakao dan durian diharapkan kelak bisa membantu mendorong minat
masyarakat distrik Waigeo timur untuk ikut mengembangkan tanaman
bidang perkebunan ini demi meningkatkan pembangunan ekonomi,
khususnya pendapatan dan taraf hidup masyarakat.
d) Distrik Waigo Utara
jenis komoditi yang diusahakan di distrik ini sangat beragam dari tanaman
hortikultura dan palawija, tanaman obat-obatan, coklat, dan kopra, sampai buah-
buahan seperti rambutan, langsat dan nangka. Adanya program intensifikasi
pertanian dan bantuan bibit serta alat pertanian dari dinas Pertanian memungkinkan
petani untuk dapat meningkatkan pendapatannya. hal ini terlihat dari jumlah
produksi semua komoditi, selain coklat di Kampung bonsayor secara keseluruhan
yaitu sebesar 4.5 ton, sedangkan produksi coklat adalah 1 ton/3 bulan.
selain Waigeo timur, distrik Waigeo utara ini juga dipilih oleh pemerintah sebagai
tempat untuk program kebun percontohan kakao dan durian serta merupakan salah
satu daerah yang banyak terdapat populasi pohon sagu. selain sebagai makanan
pokok bagi etnis Papua pada umumnya, juga merupakan komoditi yang sangat
potensial untuk dikembangkan sebagai produk komersial.

dengan sistem pertanian tradisional dan pola pemanfaatan sumberdaya alam yang
bersifat musiman, kampung-kampung di distrik Waigeo utara ini masih mengalami
kendala dalam bidang transportasi. sulitnya sarana transportasi untuk dapat
menjangkau pulau-pulau lain termasuk Kabupaten sorong membuat penduduk
kesulitan dalam memasarkan hasil pertanian.

e) Distrik Kepulauan Ayau


masyarakat distrik Ayau bekerja sebagai nelayan sedangkan lahan pertanian hanya
digunakan untuk menanam komoditi yang hasilnya untuk dikonsumsi sendiri
seperti ubi, pisang, keladi dan sayuran.
dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pengetahuan petani sehingga
taraf hidup dan kesejahteraan keluarga meningkat, diperlukan penyuluhan
bidang pertanian. Peranan penyuluhan ini sangat menentukan keberhasilan
pembangunan pertanian. masyarakat di distrik Ayau sangat mengharapkan
kehadiran petugas penyuluh atau mantri perkebunan guna membantu
masyarakat mengelola usaha taninya ke arah yang lebih maju, bahkan ke arah
komersial.

f) Distrik Waigo Barat


Sebagian besar penduduk di Distrik Waigeo Barat bermata pencaharian sebagai
nelayan. Kegiatan bercocok tanam masih tradisional dan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Namun demikian, sebagian penduduk di Kampung
Waisilip dan Selpele sudah mulai memasarkan hasil kebunnya. Penduduk
Kampung Waisilip dengan penduduk Kampung Selpele memiliki cara yang
berbeda dalam memasarkan hasil pertaniannya. Penduduk Kampung Selpele
memasarkan hasil kebunnya pada perusahaan sedangkan penduduk Kampung
Waisilip memasarkan hasil pertaniannya pada saat-saat tertentu saja yaitu hari-hari
besar gereja. Hal ini disebabkan karena pada hari-hari itu diadakan bazaar sehingga
masyarakat memanfaatkannya untuk berjualan. Walaupun sistem pertanian masih
secara tradisional namun masyarakat telah mengenal bahkan memberi pupuk pada
tanaman walaupun tidak dilakukan secara intensif. Produk unggulan dari Distrik
Waigeo Barat adalah kopra, khususnya untuk Kampung Manyaifun. Untuk sekali
panen bisa diperoleh 1 ton kopra/3 bulan. Kopra ini dibeli langsung oleh pedagang
pengumpul.
g) Distrik Samate
Untuk distrik ini ada satu komoditi yang
tidak diusahakan di distrik-distrik lainnya
yaitu padi. Distrik Samate dikenal sebagai
lumbung padinya Raja Ampat. Kampung-
kampung yang sudah lama mengusahakan
tanaman padi yaitu Kampung Waijan,
Kalobo, dan Sakabu. Daerah yang baru
mengusahakan padi adalah Kampung
Wailebet dan Dusun Waiweser. Masyarakat Wailebet dan Waiweser memperoleh
bibit padi dari para pendatang yang berasal dari Sulawesi. Hasil produksi gabah
kering untuk Dusun Waiweser adalah 4 ton/tahun dan baru 1 kali panen sedangkan
untuk hasil produksi Kampung Wailebet diperoleh 1 ton/tahun gabah kering dan
sudah 2 kali panen. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwasanya tanaman padi
merupakan usaha tani yang baru diusahakan oleh para penduduk Distrik Samate
bila dibandingkan tanaman lainnya seperti kelapa, coklat, dan tanaman hortikultura
lainnya. Komoditi lainnya yang juga sedang diusahakan oleh penduduk Distrik
Samate adalah cabe dan durian. Hasil produksi untuk tanaman cabe bisa mencapai
15 karung (ukuran 50 kg) untuk 2 kali panen dalam seminggu. Besarnya hasil
produksi cabe ini dikarenakan para petani sudah mulai memakai pupuk dan
pestisida. Sedangkan produksi durian dalam 1 kali panen untuk tiap musim bisa
diperoleh hasil sebanyak 100-500 butir/ KK, dengan harga jual berkisar antara Rp.
10.000 - Tiga tahun yang lalu di Dusun Wamega pernah ada petugas penyuluh
lapangan namun sekarang sudah tidak ada lagi. Sedangkan di Kampung Kapatlap,
masyarakat setempat sangat mengharapkan adanya petugas atau bantuan dari Dinas
Pertanian yang dapat memberikan penyuluhan kepada mereka guna membantu
meningkatkan pengetahuan petani di bidang pertanian.15.000/butir. Tingginya
hasil perkebunan untuk tanaman durian ini bisa menjadi tolok ukur atau motivasi
bagi distrik-distrik lainnya. Diharapkan distrik-distrik lainnya.

h) Distrik Kofiau
Distrik ini terdiri dari 3 kampung yaitu Tolobi, Dibalal dan Deer. Masyarakat dari
ketiga kampung ini bekerja sebagai petani terutama petani kopra. Biasanya para
pedagang pengumpul datang langsung untuk membeli kopra untuk dipasarkan ke
Bitung dan Ternate dengan harga jual berkisar antara Rp. 1.500 - 2.000/kg. Selain
Distrik Waigeo Selatan, Distrik Kofiau juga merupakan salah satu distrik penghasil
kopra terbanyak di Kabupaten Raja Ampat. Selain menghasilkan kopra, Distrik
Kofiau juga menghasilkan jagung.
Nampaknya minat pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
Kabupaten Raja Ampat melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat sangat serius,
hal ini terlihat dari banyaknya distrik yang dilibatkan dalam program kebun
percontohan untuk tanaman kakao dan durian. Distrik Kofiau merupakan salah satu
distrik yang mempunyai potensi sumberdaya pertanian. Diharapkan program ini
dapat memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan Kabupaten Raja Ampat
umumnya dan peningkatan pendapatan masyarakat pada khususnya.

i) Distrik Misool Selatan


Rata-rata jenis komoditi yang diusahakan oleh masyarakat Distrik Misool sama
dengan yang diusahakan oleh distrik-distrik lainnya di Kabupaten Raja Ampat
seperti ubi, keladi, kelapa, dan coklat. Distrik Misool juga merupakan distrik yang
dipilih oleh pemerintah sebagai distrik percontohan untuk tanaman durian dan
kakao. Semua produksi dari hasil bercocok tanam ini dipasarkan langsung ke
pedagang pengumpul meskipun waktu pembeliannya tidak tetap. Distrik Misool
juga merupakan distrik yang mempunyai populasi pohon sagu yang banyak di
Kabupaten Raja Ampat. Seperti diketahui sagu merupakan makanan pokok etnis
Papua pada umumnya dan Raja Ampat pada khususnya. Namun data tentang
potensi dan produksi sagu tidak tersedia, padahal komoditi ini sangat potensial
untuk dikembangkan sebagai produk komersial. Di Distrik Misool terdapat satu
kampung, Kampung Waigama, yang memiliki lahan kebun yang luas namun tidak
berada satu pulau dengan tempat permukiman penduduk. Pemisahan ini terjadi
karena tempat permukiman penduduk merupakan daerah berbatu sehingga sangat
menyulitkan penduduk untuk bercocok tanam di tempat tinggalnya. Namun
demikian, karena tingginya minat penduduk Waigama untuk bertani maka mereka
rela untuk membuka kebunnya di luar pulau.

j) Distrik Misool Timur Selatan


Di Distrik Misool Timur Selatan jenis komoditi
yang ditanam adalah kelapa, coklat, dan durian
di samping komoditi lainnya yang diusahakan
untuk konsumsi sendiri seperti ubi, jagung dan
pisang. Walaupun sistem pertanian masih
secara tradisional namun mereka bisa
memperoleh hasil produksi sebesar 5 ton/3
bulan untuk kopra dan kurang dari 1 ton/thn
untuk coklat. Pedagang pengumpul biasanya
akan membeli langsung dari masyarakat yang
kemudian dijual kembali ke Kabupaten/Kota
Sorong.
Di Distrik Misool Timur Selatan terdapat satu kampung yang penduduknya
bermata pencaharian sebagai penokok sagu, yaitu Kampung Biga. Hasil produksi
sagu diperoleh sebanyak 30 tumang/minggu/2-3KK. Jadi bisa dikatakan usaha
penokok sagu merupakan kerjasama dari beberapa keluarga. Seperti diketahui
bahwa tanaman sagu selain sebagai makanan pokok juga merupakan komoditi yang
sangat potensial untuk dikembangkan sebagai produk komersial.
3.2.2 Ketahanan Pangan dan Pertanian
Ketahanan pangan merupakan upaya baik dari pemerintah Raja Ampat maupun dari
masyarakat Raja Ampat dalam mencukupi kebutuhan pangan. Raja Ampat telah memiliki
program ketahanan pangan yaitu dengan memfokuskan perhatian pada daerah-daerah yang
rawan pangan. Raja Ampat juga mengupayakan desa mandiri pangan. Pemerintah
memberikan pembinaan agar masyarakat di Raja Ampat mampu mencari dan
mengupayakan pangan terutama dari sumber daya yang telah tersedia. Pemerintah Raja
Ampat juga mengembangkan cadangan pangan daerah yang dapat digunakan sebagai
cadangan makanan apabila terjadi krisis pangan. Ketersediaan pangan utama di Kabupaten
Raja Ampat sebesar 70,5 persen. Produktivitas padi di Raja Ampat hanya ditemui di Distrik
Salawati dengan lahan seluas 80 Ha mampu memproduksi secara keseluruhan 35 ton
dengan tingkat rata-rata produktivitas sebanyak 4.37 kwintal/ha. Sedangkan tanaman
pangan lainnya di Raja Ampat yang berpotensi adalah jagung, ubi kayu dan ubi bakar.
Secara keseluruhan, produktivitas jagung di Raja Ampat mencapai 124 kwintal di tahun
2010, dan ubi kayu, ubi bakar sebanyak 166 kwintal. Data mengenai persebaran luas lahan,
produktivitas, dan rata-rata produktivitasnya dapat dilihat dari tabel Hasil Produktivitas
Pertanian.

Produksi Padi Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2021 adalah sebesar 500,29 Ton
Gabah Kering Giling (GKG). Nilai tersebut menurun dari tahun 2020 yang sebesar
565,94 Ton GKG. Produksi padi terbesar di Kabupaten Raja Ampat berada di Distrik
Salawati Tengah dan Misool Timur.
Luas panen pada Kabupaten raja Ampat pada tahun 2021 adalah sebesar 159,06
hektar. Menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 204,50 hektar. Penghitungan luas
panen padi berdasarkan pengamatan yang objektif menggunakan metodologi kerangka
sampel area (KSA) yang dikembangkan bersama BPPT.
BPS juga melakukan penyempurnaan metodologi dalam menghitung
produktivitas per hektar dengan mengganti metode ubinan berbasis sampel KSA.
Penggunaan basis KSA dalam menentukan sampel ubinan bertujuan mengurangi risiko
lewat panen (non-response) sehingga perhitungan menjadi lebih akurat. Penentuan lokasi
sampel ubinan yang tadinya dilakukan secara manual saat ini menggunakan aplikasi
berbasis android.
Gambar 9.4 Produksi Padi Tahun 2020-2021
(Ton-GKG)

565,94

500,29

2020 2021

Sumber : Statistik BPS Provinsi Papua Barat

Gambar 9.4 Luas Panen Padi Tahun 2020-2021


(Hektar)

204,5
159,06

2020 2021

Sumber : Statistik BPS Provinsi Papua Barat


Komoditas tanaman perkebunan unggulan di Kabupaten Raja Ampat adalah kelapa. Pada
tahun 2021 luas area dari kelapa mencapai 11 ribu hektar dengan hasil produksi mencapai 8,38
ribu ton. Produksi ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020. Tanaman sagu mempunyai
produksi terbesar kedua setelah kelapa dengan nilai produksi mencapai 545 ton dengan luas area
601 hektar. Selain kelapa dan sagu, tanaman perkebunan lain yang diusahakan oleh penduduk yang
ada di Raja Ampat antara lain kakao dan pinang.
Selain tanaman pangan dan perkebunan, di Kabupaten Raja Ampat juga terdapat beraneka
macam komoditi sayuran dan buah-buahan. Jenis sayuran yang banyak ditanam di Kabupaten Raja
Ampat antara lain kubis, petsai atau sawi, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung,
buncis, ketimun, kangkung dan bayam. Dari bermacam sayuran diatas yang paling besar
produksinya adalah kacang panjang.
Sementara itu, untuk jenis buah-buahan, yang banyak ditanam di Kabupaten Raja Ampat
antara lain pisang, nenas, mangga, jeruk, rambutan, sukun dan durian. Diantara bermacam buah-
buahan diatas, buah yang mempunyai produksi paling tinggi adalah buah pisang.

Tabel Indikator Perkebunan Tahun 2019-2021


Uraian 2019 2020 2021
Kelapa
Luas Area (ribu ha) 10,94 10,97 11,00
Produksi (ribu ton) 10,31 10,86 8,38
Kakao
Luas Area (ribu ha) 0,81 0,84 0,81
Produksi (ribu ton) 0,12 0,20 0,16
Sagu
Luas Areal (ha) 654 655 601
Produksi (ton) 453 228 545
Pinang
Luas areal (ha) 97 98 94
Produksi (ton) 17 13 13
Sumber : Kabupaten Raja Ampat Dalam Angka
Tabel 7. Hasil Produktivitas Pertanian Tahun 2010

Luas Lahan Produktivitas Rata-rata


(Ha) (Kw/Ha) produktivitas
Nama Kacang Ubi Kacang Ubi Kacang Ubi
No
Distrik Tanah, Kayu, Tanah, Kayu, Tanah, Kayu,
Jagung Kedelai Jagung Kedelai Jagung Kedelai
Kacang Ubi Kacang Ubi Kacang Ubi
Hijau Bakar Hijau Bakar Hijau Bakar
1 Misool
Selatan
2 Misool Barat 8 2 11 11 1 13 13.7 5.0 12.25
3 Misool 9 7 12 12 3 14 13.3 10.5 11.7
4 Kofiau 6 5 8 9 13.3 17.5
5 Misool 7 2 11 10 1 12 14.3 5.0 11
Timur
6 Kep. 4 6 9 10 20.25 14.25
Sembilan
7 Salawati 30 20 40 35 20 4 5.5 36 6.7 2.00 3.1 10.15
Utara
8 Salawati
Tengah
9 Salawati
Barat
10 Batanta 4 2 8 9 1 12 22.5 5.0 15
Selatan
11 Batanta
Utara
12 Waigeo 12 2 17 13 1 17 10.8 10.0 9.9
Selatan
13 Kota Waisai
14 Teluk 3 5.5 4 8 13.3 17.8
Mayalibit
15 Tiplol
Mayalibit
16 Meosmansar
17 Waigeo Barat 5 4 10 8 20.0 20.0
Waigeo Barat
18
Kep.
19 Waigeo 20 15 10 9 12.5 7.5
Utara
20 Warwabomi 82 4 3 7 15.0 17.5
21 Supnin
22 Kepulauan
Ayau
23 Ayau
24 Waigeo 4 8 5 11 12.5 13
Timur
Jumlah 194 20 55 136 124 4 7 166 188.15 38.6 39
Sumber : Raja Ampat Dalam Angka 2011

Tabel 8. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi menurut Distrik di Kabupaten Raja Ampat 2020-2022
Distrik Dengan Jumlah Luas Panen, Produksi, Dan Produktivitas Padi Menurut Distrik Di Kabupaten Raja Ampat
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
2020 2021 2022 2020 2021 2022 2020 2021 2022
Misool Selatan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Misool Barat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Misool 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kofiau 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Misool Timur 9.70 18.90 10.75 17.46 34.02 15.00 1.80 1.80 1.40
Kep. Sembilan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Salawati Utara 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Salawati Tengah 123.00 160.30 151.00 236.16 352.66 377.50 1.92 2.20 2.50
Salawati Barat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Batanta Selatan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Batanta Utara 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Waigeo Selatan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Teluk Mayalibit 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Meos Mansar 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kota Waisai 0.00 1.00 12.00 0.00 1.50 24.00 0.00 1.50 2.00
Tiplol Mayalibit 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Waigeo Barat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Waigeo Barat Kep. 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Waigeo Utara 2.90 0.00 0.00 6.09 0.00 0.00 2.01 0.00 0.00
Warwabomi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Supnin 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kepulauan Ayau 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Ayau 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Waigeo Timur 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Raja Ampat 135.60 180.20 178.75 259.71 388.18 411.50 1.92 2.15 7.90
Bentuk Produksi Berupa Gabah Kering Giling
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian Kabupaten Raja Ampat
Luas Panen (Ha) dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Perkebunan di Kabupaten Raja Ampat 2020-2022
Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
2020 2021 2022 2020 2021 2022 2020 2021 2022
Kelapa 10970.00 11000.00 10981.00 10860.00 8382.00 8779.00 0.99 0.76 0.80
Kakao 840.00 812.00 831.00 200.00 161.00 238.00 0.24 0.20 0.29
Pala - - 25.00 - - 3500.00 - - 140.00
Kopi - - - 200.00 10.00 - - - -
Pinang 98.00 94.00 97.00 13.00 13.00 9424.00 0.13 0.14 97.15
Sagu 655.00 601.00 594.00 228.00 545.00 595.00 0.35 0.91 1.00
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Raja Ampat
BAB IV
PENDEKATAN DAN METEDOLOGI
4.1 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan ada tiga (3) jenis yaitu; Analisa kuantitatif, analisa
komparatif dan analisa kualitatif/deskriptif
4.1.1 Analisa Kuantitatif
Metode ini di gunakan untuk menganalisis data yang terkaji dalam bentuk angka
dan dapat di ukur atau di hitung. Metode ini juga dapat digunakan dalam perhitungan di
sector kependudukan.
4.1.2 Analisa Komparatif
Metode ini dignakan sebagai perbandingan antara kondisi eksisting yang ada di
suatu wilayah dengan standar kebutuhan nasional dengan fakta-fakta dan sifat-sifat yang
sebenarnya.
4.1.3 Analisa Kualitatif/Deskriptif
Metode ini digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk non numerik.
Penggunaan metode ini lebih bersifat deskriptif dengan memberikan gambaran dan
penjelasan mengenai wilayah studi, asumsi atau anggapan dan perkiraan tertentu yang
didasari pada suatu kondisi tertentu, kompratif yaitu dengan cara membandingkan berbagai
masalah serta keadaan yang ditemui di lapangan dan berbagai sektor yang berkaitan dan
analisis kondisi menurut standar umum yang berlaku.

4.2 Metode Analisa Data


4.2.1 Metode Analisa Kuantitatif
Teknik analisis data yang digunakan dalam proses penelitian ini dibagi atas dua
bagian, yaitu: Kontribusi secara umum dianalogikan sebagai sumbangsih atau peran suatu
bagian terhadap bagian penggalian dapat diartikan sebagai peran sektor Pertambangan dan
Penggalian sebagai bagian dari pembentukan PDRB Raja Ampat. Besaran kontribusi sektor
pertambangan yang dimaksud dirumuskan dalam persamaan seperti berikut (Halim, 2004):

KSP = ( PDRBsp / PDRBtot ) x 100 %


Keterangan:
KSP: Kontribusi sektor Pertambangan dan Penggalian pada tahun tertentu;
PDRBsp : PDRB sektor Pertambangan dan Penggalian pada tahun tertentu;
PDRBtot : PDRB total Kabupaten Raja Ampat pada tahun tertentu .

Pertumbuhan produk domestik regional bruto pada sektor pertambangan dapat


diukur dengan menggunakan metode trend kuadrat terkecil (least square method) linier yang
bertujuan untuk mengetahui perubahan nilai suatu variabel dari waktu ke waktu.
Kecenderungan pertumbuhan PDRB sektor Pertambangan dan Penggalian di Kabupaten
Raja Ampat selama periode pengamatan akan diformulasikan dalam persamaan (Hasibuan,
2013):
Y = a + bX;

b = Σ (Xi.Yi) / Σ (Xi)2; a = Σ (Yi) / n;

Keterangan:
Y : Persentase nilai proyeksi pertumbuhan kontribusi sektor Pertambangan dan Penggalian ;
b : Rata-rata peningkatan kontribusi sektor Pertambangan dan Penggalian tahun
pengamatan;
a : Rata-rata persentase kontribusi sektor Pertambangan dan Penggalian tahun pengamatan;
X : Series;
Yi : Persentase kontribusi sektor Pertambangan dan Penggalian pada tahun ke-i;
N : Jumlah tahun pengamatan.

4.2.2 Metode Analisa Komperatif


Metode perbandingan standar kebutuhan sarana dan prasarana dengan konsisi
eksisting
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Sektor Pertanian
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu daerah dalam suatu
periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan. Nilai PDRB suatu wilayah dapat memberikan informasi tingkat
pertumbuhan ekonomi maupun tingkat kemakmuran masyarakat terhadap wilayah tersebut. Semakin
tinggi PDRB suatu wilayah maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonominya juga tinggi atau
tingkat kemakmuran masyarakatnya juga baik.
PDRB dibangun dari berbagai sektor perekonomian seperti sektor industri, sektor pengolahan, sektor
jasa keuangan dan asuransi, dan sektor lainnya termasuk sektor pertanian. Pada tahun 2005 terkait
revitalisasi pembangunan pertanian, kehutanan dan perikanan melalui Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan,
bahwa pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan suatu
keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan
kerja dan lapangan berusaha; meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani, pekebun, peternak,
nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan;
mengentaskan masyarakat dari kemiskinan khususnya di pedesaan; meningkatkan pendapatan nasional;
serta menjaga kelestarian lingkungan (Kementerian Pertanian, 2018).

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan
Usaha di Kabupaten Raja Ampat
(juta rupiah), 2017–2021

No. Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020 2021


Pertanian,
1 Kehutanan, dan
Perikanan/ 592.869,70 601999,52 611.169,27 601 790,13 599 188,63
Pertambangan dan
2
Penggalian 778.687,72 816.621,85 862 827,96 878 330,30 1 165 523,29
Industri
3
Pengolahan 16.206,64 16.516,59 17 367,47 17 982,76 18 769,14
Pengadaan Listrik
4
dan Gas 203,52 223,33 249,12 290,55 354,57
Pengadaan Air;
Pengelolaan
5
Sampah, Limbah,
dan Daur Ulang 329,14 347,66 366,23 386,76 398,41
6 Konstruksi 253.869,08 268.711,48 281 278,65 253 533,71 260 892,20
Perdagangan Besar
dan Eceran;
7
Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 81.200,18 86.679,64 91 639,59 97 490,25 101 836,97
Transportasi dan
8
Pergudangan 12.714,54 13.649,00 14 490,09 12 443,41 12 926,26
Penyediaan
9 Akomodasi dan
Makan Minum 11.7297,49 11.866,41 12 443,41 6853,31 7 786,51
Informasi dan
10
Komunikasi 5.121,96 530,07 6 853,31 6575,16 6 816,49
Jasa Keuangan dan
11
Asuransi 10.288,91 10.373,775 6 575,16 13 918,03 14 211,73
Real Estat/Real
12
Estate 13.053,00 14.278,26 11 506,77 14 407,08 15 588,46
13 Jasa Perusahaan 470,15 489,23 15 203,09 503,62 505,78
Administrasi
Pemerintahan,
14 Pertahanan, dan
Jaminan Sosial
Wajib 326.749,28 352.085,36 507,05 343 862,06 351 072,41
15 Jasa Pendidikan 21.101,01 21.967,85 365 363,99 22 309,43 22 767,79
Jasa Kesehatan dan
16
Kegiatan Sosial 5.059,33 5.177,32 23 332,60 5 643,15 6 182,64
17 Jasa Lainnya 4.563,94 5.069,69 5 273,73 5 158,45 5 590,72
Total PDRB 2.133.785.58 2.231.586.92 2.324.523.04 2.281.478.15 2.590.411.99

Tabel 2. Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Raja Ampat Tahun 2017-2021

Tahun PDRB Harga Konstan Pertumbuhan Ekonomi (Persen)


2017 592.869,70 5,90
2018 601999,52 1,54
2019 611.169,27 1,52
2020 601.790,13 -1,53
2021 599.188,63 -0,43

Pada Tabel 2 menunjukkan, bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Raja Ampat pada tahun
2017 adalah 5,90 persen dengan nilai PDRB sebesar 592.869,70 sedangkan pada tahun 2018 laju
pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 1,54 persen atau naik 1,54 persen dari tahun 2018 dengan
nilai PDRB sebesar 601.999,52. Pada tahun 2020 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Raja
Ampat mencapai -1,53 persen dengan nilai PDRB sebesar 601.790,13. laju pertumbuhan ekonomi
hanya mencapai 6,33 persen atau turun 1,61 persen dari tahun 2013 dengan nilai PDRB sebesar
3.615.898,77. Pada tahun 2015 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Raja Ampat mencapai 6.30
persen dengan nilai PDRB sebesar 3.843.716,15. sehingga dapat dikatakan bahwa PDRB Kabupaten
Raja Ampat atas dasar harga konstan terus mengalami kenaikan, sementara untuk pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Raja Ampat walaupun mengalami penurunan pada tahun 2021.

Naiknya nilai PDRB Kabupaten Raja Ampat tersebut tidak lepas dari kontribusi dari seluruh sektor
lapangan usaha yang ada di Kabupaten Raja Ampat termasuk sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan. Namun sejauh mana kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tersebut
terhadap naiknya PDRB Kabupaten Raja Ampat dan bagaimana pertumbuhan sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan terhadap PDRB Kabupaten Raja Ampat menjadi menarik untuk di analisis.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti sektor lapangan usaha pertanian,
kehutanan dan perikanan sebagai salah satu sektor yang mempengaruhi naiknya produk domestik
regional bruto Kabupaten Raja Ampat dengan judul “Analisis Kontribusi Sektor Pertanian terhadap
Produk Domestik Regional Bruto Raja Ampat”.

5.1.1 Analisis Kontribusi Sektor Pertanian


Kontribusi sektor Pertanian terhadap produk domestik regional bruto Kabupaten
Raja Ampat dihitung dengan menggunakan rumus kontribusi sektor Pertanian terhadap
produk domestik regional bruto Kabupaten Raja Ampat yang terdapat pada teknik analisa
data. Dari hasil sektor Pertanian terhadap pembentukan produk perhitungan dengan
menggunakan rumus domestik regional bruto di Kabupaten Raja Ampat seperti tersebut,
diperoleh persentase kontribusi dari yang diperlihatkan pada Tabel 3.

Tahun PDRBsp PDRBtot PDRBsp : PDRBtot KSP (Persen)


(Jutaan Rp) (Jutaan Rp)
1 2 3 4= (2) : (3) 5= (4) x 100 %

2017 592.869,70 2.133.785,58 0,278 0,28

2018 601.999,52 2.315.869,2 0,270


0,27
2019 611.169,27 2.324.523,04 0,263
0,26
2020 601.790,13 2.281.478,15 0,264
0,26
2021 599.188,63 2.590.411,99 0,231
0,23
Jumlah 5,22
Rata-rata 1,04

Tabel 3 menunjukkan, bahwa kontribusi sektor pertanian pembentukan PDRB Kabupaten


Raja Ampat terus mengalami kenaikan dari tahun 2017 sampai tahun 2021. Pada tahun 2017
kontribusi yang diberikan oleh sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Raja
Ampat hanya sebesar 0,28 persen dan pada tahun 2018 menjadi 0,27 persen atau turun sebesar 0,26
persen, pada tahun 2019 terjadi penurunan sebesar 0,26 persen menjadi 0,26 persen. Tahun 2020,
kontribusi sektor pertanian kembali meningkat menjadi 0,26 persen atau menurun menjadi 0,23
persen pada tahun 2017. Secara umum selama lima tahun pengamatan dari tahun tahun 2017 sampai
dengan tahun 2021, rata-rata kontribusi sektor pertanian sebesar 1,04 persen dari total PDRB Raja
Ampat. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah Kabupaten Raja Ampat terus berupaya untuk
meningkat penerimaan daerah dengan mengembangkan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.
Salah satu cara yang digunakan adalah penggunaan teknologi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali
Berbasis Organik (IPAT-BO)
5.1.2 Proyeksi Pertumbuhan Kontribusi Sektor Pertanian
Pertumbuhan sektor pertanian terhadap produk domestik regional bruto Kabupaten Raja
Ampat dianalisis dengan menggunakan analisis trend metode kuadrat terkecil (least square
method) linier untuk melihat proyeksi kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik
regional bruto Kabupaten Raja Ampat lima tahun kedepan dari data produk domestik
regional bruto Kabupaten Raja Ampat tahun 2017 hingga tahun 2021 menurut harga konstan
tahun dasar tahun 2022. Dengan menggunakan rumus analisis pertumbuhan dengan metode
trend kuadrat terkecil, diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Trend Metode Kuadrat Terkecil pada Produk Domestik Regional Bruto Sektor
Pertanian Kabupaten Raja Ampat

Tahun Proyeksi (Y) Series (X) (X) x (Y) X2


2017 0,28 -2 -0,56 4
2018 0,27 -1 -0,27 1
2019 0,26 0 0 0
2020 0,26 1 0,26 1
2021 0,23 2 0,46 4
Jumlah 1,3
Rata-rata (a) 0,26
(b) -0,011

Tabel 5. Proyeksi Pertumbuhan Kontribusi Sektor Pertanian terhadap Produk


Domestik Regional Kabupaten Raja Ampat 2017-2044

Tahun Persamaan a b X Proyeksi Kontibusi


(persen)
2017 Y = a + bX 0,26 -0,011 -2 0,28
2018 Y = a + bX 0,26 -0,011 -1 0,27
2019 Y = a + bX 0,26 -0,011 0 0,26
2020 Y = a + bX 0,26 -0,011 1 0,25
2021 Y = a + bX 0,26 -0,011 2 0,24
2022 Y = a + bX 0,26 -0,011 3 0,23
2023 Y = a + bX 0,26 -0,011 4 0,22
2024 Y = a + bX 0,26 -0,011 5 0,21
2025 Y = a + bX 0,26 -0,011 6 0,19
2026 Y = a + bX 0,26 -0,011 7 0,18
2027 Y = a + bX 0,26 -0,011 8 0,17
2029 Y = a + bX 0,26 -0,011 9 0,16
2030 Y = a + bX 0,26 -0,011 10 0,15
2031 Y = a + bX 0,26 -0,011 11 0,14
2032 Y = a + bX 0,26 -0,011 12 0,13
2033 Y = a + bX 0,26 -0,011 13 0,12
2034 Y = a + bX 0,26 -0,011 14 0,11
2035 Y = a + bX 0,26 -0,011 15 0,10
2036 Y = a + bX 0,26 -0,011 16 0,08
2037 Y = a + bX 0,26 -0,011 17 0,07
2038 Y = a + bX 0,26 -0,011 18 0,06
2039 Y = a + bX 0,26 -0,011 19 0,05
2040 Y = a + bX 0,26 -0,011 20 0,04
2041 Y = a + bX 0,26 -0,011 21 0,03
2042 Y = a + bX 0,26 -0,011 22 0,02
2043 Y = a + bX 0,26 -0,011 23 0,01
2044 Y = a + bX 0,26 -0,011 24 0,00

Hasil analisis pertumbuhan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Raja Ampat dengan
menggunakan metode trend kuadrat terkecil seperti pada Tabel 5 menunjukkan, bahwa pada tahun
2017 pertumbuhan sektor pertanian sebesar 0,26 persen yaitu 0,28 persen. Pertumbuhan sektor
pertanian pada tahun 2022 sebesar 0,23 persen, tahun 2023 sebesar 0,22 persen, tahun 2024 sebesar
0,21 persen hingga mencapai 0,00 persen pada tahun 2044.
Secara umum selama lima tahun pengamatan dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2021, proyeksi
pertumbuhan kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik regional bruto Kabupaten Raja
Ampat mengikuti rumus trend Y = 0,26 + -0,011X. Hasil ini juga memproyeksikan pertumbuhan
kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik regional bruto Kabupaten Raja Ampat untuk
lima tahun kedepan dengan proyeksi pertumbuhan kontribusi sektor pertanian pada tahun 2044
menurun 0,00 persen.
BAB VI

RENCANA STUKTUR RUANG


Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana susunan pusat-pusat
permukiman (sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan
dalam wilayah pelayanannya) dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten yang
dikembangkan untuk melayani kegiatan skala kabupaten, dan mengintegrasikan wilayah
kabupaten. Sistem perkotaan wilayah tersebut di atas dapat berupa pusat perekonomian,
rencana kota baru, simpul ekonomi baru, dan/atau koridor ekonomi baru yang dibutuhkan
untuk menjaga keseimbangan ruang, keberlanjutan pembangunan, dan ketahanan masyarakat.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Raja Ampat terdiri atas:
6.1 Rencana Sistem Pusat Permukiman
Rencana system pusat permukiman Kabupaten Raja Ampat terdiri atas:
6.1.1 Sistem Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Rencana sistem Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Raja Ampat adalah PKL
Waisai di Distrik Waisai Kota, yang berfungsi sebagai:
➢ Pusat pemerintahan Kabupaten
➢ Pengembangan Kota Baru
➢ Pusat pengembangan kegiatan pendidikan
➢ Pengembangan pelayanan sosial dan ekonomi
➢ Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa
➢ Pengembangan permukiman
Prasarana minimum yang harus ada di Pusat Kegiatan Lokal adalah:
1. Perhubungan: Bandara Perintis, dan/atau Pelabuhan Lokal/Pengumpan Sekunder
dan/atau Terminal Penumpang Tipe C.
2. Ekonomi: Pasar Induk kabupaten, Perbankan skup kabupaten atau regional.
3. Kesehatan: Rumah Sakit Umum Tipe C.
4. Pendidikan: SLTA.
6.1.2 Sistem Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Rencana sistem Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan
perkotaan atau pusat permukiman yang memiliki skup/cakupan pelayanan skala
kecamatan/distrik atau beberapa kecamatan/distrik. Pelayanan Kawasan (PPK), yang
terdiri dari:
1. PPK Deer di Distrik Kofiau dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi wilayah
Distrik Kofiau dan sekitarnya;
2. PPK Yenbekwan di Distrik Meos Mansar dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi
wilayah Distrik Meos Mansar dan sekitarnya;
3. PPK Folley di Distrik Misool Timur dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi
wilayah Distrik Misool Timur dan sekitarnya;
4. PPK Salafen di Distrik Misool Utara dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi
wilayah Distrik Misool Utara dan sekitarnya;
5. PPK Kalobo di Distrik Salawati Tengah dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi
wilayah Distrik Salawati Tengah dan sekitarnya;
6. PPK Warsamdin di Distrik Teluk Mayalibit dengan cakupan wilayah pelayanan
meliputi wilayah Distrik Teluk Mayalibit dan sekitarnya;
7. PPK Go di Distrik Tiplol Mayalibit dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi
wilayah Distrik Tiplol Mayalibit dan sekitarnya;
8. PPK Saonek di Distrik Waigeo Selatan dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi
wilayah Distrik Waigeo Selatan dan sekitarnya;
9. PPK Urbinasopen di Distrik Waigeo Timur dengan cakupan wilayah pelayanan
meliputi wilayah Distrik Waigeo Timur dan sekitarnya; dan
10. PPK Kabare di Distrik Waigeo Utara dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi
wilayah Distrik Waigeo Utara dan sekitarnya;
Fasilitas minimal yang harus tersedia di PPK:
1. Perhubungan : terminal angkutan umum
2. Ekonomi : pusat perbelanjaan (pasar/pertokoan) kecamatan
3. Kesehatan : Puskesmas.
4. Pendidikan : SLTP/SLTA

6.1.3 Sistem Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)


Rencana sistem Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa/kampung. Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL), di tempatkan pada semua distrik yang ada di Kabupaten Raja Ampat kecuali distrik
yang di dalamnya terdapat PKL dan PPK. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang ada di
kabupaten Raja Ampat, berada pada distrik-distrik antara lain;
1. Distrik Misool Selatan,
2. Distrik Misool Barat,
3. Distrik Kepulauan Sembilan,
4. Distrik Salawati Utara,
5. Distrik Salawati Barat,
6. Distrik Batanta Selatan,
7. Distrik Batanta Utara,
8. Distrik Kepuluan Ayau,
9. Distrik Waigeo Barat,
10. Distrik Waigeo Barat Kepulauan
11. Distrik Warwarbomi
12. Distrik Supnin,
13. Distrik Kepulauan Ayau’
14. Distrik Ayau,
Fasilitas minimal yang harus tersedia di PPL:
1. Perhubungan : terminal angkutan umum
2. Ekonomi : pusat perbelanjaan (pasar/pertokoan) desa
3. Kesehatan : Puskesmas.
4. Pendidikan : SLTP/SLTA
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana sistem pusat permukiman di Kabupaten Raja
Ampat dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1.

Tabel 3.1 Rencana Sistem Pusat Permukiman di Kabupaten Raja Ampat


No. Klaster Distrik Pusat Fungsi Skala Pelayanan Arahan
Kota Pengembangan
Infrastuktur
1. Pulau Waisai Kota Waisai PKL Pusat Utama, Fasilitas pelayanan
Waigeo skala pelayanan publik tingkat
dan meliputi seluruh kabupaten;
sekitarnya Kabupaten Raja Pelabuhan regional;
Ampat termasuk Bandara
Distrik Waisai pengumpul;
Kota Jaringan jalan darat
yang terintegrasi

Waigeo Saonek PPK Pusat Distrik Fasilitas Pelayanan


Selatan Waigo Selatan Publik tingkat
Distrik; Pelabuhan
Lokal
Waigeo Urbinasopen PPK Pusat Pelayanan Fasilitas pelayanan
Timur Pulau Waigeo publik tingkat
bagian Timur distrik; Pelabuhan
lokal
Waigeo Waisilip PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Barat Waigeo Barat publik tingkat
distrik; Pelabuhan
lokal
Waigeo Manyaifun PPK Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Barat Waigeo Barat publik tingkat
Kepulauan distrik; Pelabuhan
lokal
Kepulauan Kabare Pusat Pelayanan Fasilitas pelayanan
Waigeo Pulau Waigeo publik tingkat
Utara bagian Utara distrik; Pelabuhan
lokal
Supnin Rauki PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Supnin publik tingkat
distrik; Pelabuhan
lokal
Warwarbom Warwanai PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Warwarbom publik tingkat
distrik; Pelabuhan
lokal

Teluk Warsamdin PPK Pusat Distrik Fasilitas pelayanan


Mayalibit Teluk Mayalibit publik tingkat
distrik; Pelabuhan
lokal
Tiplol Go PPK Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Mayalibit Tiplol Mayalibit publik tingkat
distrik; Pelabuhan
lokal
2. Pulau Meos Yenbekwan PPK Pusat Pelayanan Fasilitas Penunjang
Mansuar Mansar Pulau Mansuar Kegiatan Pariwisata
dsk dan sekitarnya Internasional

3. Pulau Ayau Ayau Dorehkar PPL Pusat Pelayanan Fasilitas pelayanan


dan Kepulauan Ayau publik tingkat
sekitarnya distrik; Pelabuhan
lokal
Kepulauan Abidon PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Ayau Ayau publik tingkat
distrik; Pelabuhan
local
4. Pulau Misool Utara Salafen PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Misool dan Misool Selatan publik tingkat
sekitarnya distrik; Pelabuhan
lokal
Misool Dabatan PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Selatan Misool Selatan publik tingkat
distrik; Pelabuhan
lokal
Misool Barat Lilinta PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Misool Barat publik tingkat
distrik; Pelabuhan
local
Misool Folley PPK Pusat Pelayanan Fasilitas pelayanan
Timur Pulau Misool publik tingkat
bagian Timur distrik; Pelabuhan
lokal
Kepulaun Weijim PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Sembilan Barat Kepulauan publik tingkat
Sembilan distrik; Pelabuhan
lokal
5. Pulau Kofiau Deer PPK Pusat Pelayanan Fasilitas pelayanan
Kofiau Pulau Kofiau publik tingkat
distrik; Pelabuhan
local
6. Pulau Salawati Samate PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Bantata, Utara Salawati Utara publik tingkat
Salawati, distrik; Pelabuhan
dan lokal
sekitarnya Salawati Kalobo PPK Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Tengah Salawati Tengah publik tingkat
distrik; Pelabuhan
local
Batanta Yenanas PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Selatan Batanta Selatan publik tingkat
distrik; Pelabuhan
local
Batanta Yensawai PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Utara Timur Batanta Utara publik tingkat
distrik; Pelabuhan
local
Salawati Solol PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan
Barat Salawati Barat publik tingkat
distrik; Pelabuhan
local
7. Pulau Gag Waigeo Gag - Pusat Fungsional, Fasilitas pendukung
dan Barat skala pelayanan kegiatan
sekitarnya Kepulauan P. Gag penambangan
sumberdaya alam di
wilayah P.Gag.
8. Pulau Waigeo Wayang - Pusat Fungsional, Fasilitas pendukung
Wayag dsk Barat skala pelayanan kegiatan pariwisata
P. Wayag dan riset kelautan di
wilayah P. Wayag .
Sumber : Hasil Analisis, 2022
Rencana sistem jaringan prasarana
Sistim jaringan prasarana meliputi:
1. Sistem jaringan transportasi;
2. Sistem jaringan energi;
3. Sistem jaringan telekomunikasi;
4. Sistem jaringan sumber daya air; dan
5. Sistem jaringan prasarana lainnya.

Sistem jaringan transportasi


Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi disusun secara terpadu antar dan intra
moda, didukung prasarana dan sarana yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan
kota serta kemajuan teknologi transportasi, meliputi :
1. Sistem Jaringan Jalan
Rencana sistem jaringan jalan di Raja Ampat terdiri-dari :
1) Jalan Umum
Rencana pengembangan jalan umum di Kabupaten Raja Ampat meliputi:
a) Jalan Arteri yang berada di Wilayah Kabupaten Raja Ampat Jalan arteri yang
berada di wilayah Kabupaten Raja Ampat, yang bersumber dari Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Keputusan Menteri Nomor 248 tahun
2015 berupa jalan Arteri Primer (JAP) berada pada ruas Waisai-Bandara.
b) Jalan Kolektor yang berada di Wilayah Kabupaten Raja Ampat Berdasarkan data
yang bersumber dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Papua
Barat, Keputusan Gubernur Papua Barat Nomor 620/231/11/2021 tahun 2022
tentang penetapan ruas-ruas jalan menurut statusnya sebagai jalan provinsi di
Provinsi Papua Barat, yang berada di wilayah Kabupaten Raja Ampat memiliki
panjang ± 80,44 kilometer. Ruas jalan tersebut merupakan jalan kolektor yang
memiliki fungsi sebagai Jalan Kolektor Primer (JKP) yang berada pada ruas ruas
Kalobo-Samate-Solol-Kaliyam.
c) Jalan Lokal
Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Raja Ampat tahun 2022, Draft SK Jalan Kabupaten Tahun
2021 diketahui bahwa panjang jalan kabupaten ± 584,23 kilometer yang menurut
fungsinya berupa jalan loal primer. Rencana pembangunan ruas jalan lingkar di
pulau besar sampai dengan tahun 2042, yang dikembangkan yaitu :
a. Ruas jalan di Pulau Waigeo sepanjang 757 km dengan perincian sebagai
berikut :
• Ruas jalan Waisai – Warsamdin – Lopintol (38 km) • Ruas jalan
Lapintol – Wawiyai (28 km)
• Ruas jalan Wawiyai – Kabilol - Kabiloi – Go – Kapadiri (65 km)
• Ruas jalan Waisai – Saporkren – Wawiyai – Waisilip – Selpele
(125 km)
• Ruas jalan Waisilip –Saleo (35 km)
• Ruas jalan Kalitoko – Waifoi – Kapadiri – Kabare (195 km)
• Ruas jalan Kabare – Wenbekaki – Urbinasopen – Yensner –
Mumes (207 km)
• Ruas jalan Yensner – Kalitoko (64 km).
b. Ruas jalan di Pulau Batanta sepanjang 105 km dengan perincian sebagai
berikut :
• Ruas jalan Yensawai – Amdui (32 km)
• Ruas jalan Amdui – Yenanas – Wailebet (73 km)
c. Ruas jalan di Pulau Salawati sepanjang 170,6 km dengan perincian
sebagai berikut :
• Ruas jalan Wamega – Kalobo – Waijan – Samate – Kapatiap (46
km)
• Ruas jalan Kapatiap – Soloi – Wayom – Kaliam – Kaiwai –
Kalobo (124,6 km)
d. Ruas jalan di Pulau Misool sepanjang 364 km dengan perincian sebagai
berikut:
• Ruas jalan Limalas – Foley (20 km)
• Ruas jalan Foley – Dabatan (36 km)
• Ruas jalan Dabatan – Fafaniap (47 km)
• Ruas jalan Fafaniap – Gamta (27 km)
• Ruas jalan Gamta – Magei – Biga – Lilinta – Kapacoi – Aduwei
(133 km)
• Ruas jalan Aduwei – Salafen (18,4 km)
• Ruas jalan Salafen – Solai Adkari – Limalas (82 km)
Jalan yang dibangun minimal berstatus Jalan Lokal dengan perkerasan aspal atau
beton.
d) Jalan Lingungan
Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Raja Ampat tahun 2022, Draft SK Jalan Desa Tahun 2021
diketahui bahwa panjang jalan desa ± 56,44 kilometer menurut fungsinya berupa
jalan lingkungan primer.
2) Jembatan
Rencana pengembangan dan pembangunan jembatan di Kabupaten Raja berupa
pemantapan, pengembangan dan peningkatan serta pembangunan Jembatan Kali
Kasim (Misool Utara), Jembatan Kali Bano (Misool Utara), Jembatan Pelabuhan
Waigama (Misool Utara) dan Jembatan pada Ruas Warsambin - Mumes (Teluk
Mayalibit).
3) Terminal Penumpang
Arahan pengembangan terminal angkutan di Kabupaten Raja Ampat meliputi:
a) Mengoptimalisasikan penggunaan/pemanfaatan terminal sesuai dengan
fungsinya;
b) Melakukan pengembangan terminal angkutan;
c) Melakukan relabilitasi dan perawatan terhadap terminal angkutan;
d) Pengembangan dan pembangunan terminal dan sub terminal yang
terintegrasi.
Rencana terminal penumpang di Kabupaten Raja Ampat hingga tahun 2042 yang
berupa terminal penumpang tipe C untuk melayani kendaraan umum untuk
angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota dan/atau angkutan perdesaan
ditetapkan di Waisai Distrik Waisai Kota.
4) Terminal Barang
Terminal barang Kabupaten Raja Ampat ditetapkan di:
a) Waisai di Distrik Kota Waisai;
b) Kabare di Distrik Waigeo Utara;
c) Salafen di Distrik Misool Utara;
d) Samate di Distrik Salawati Utara;
e) Abidon di Distrik Kep. Ayau;
f) Fafanlap di Distrik Misool Selatan; dan
g) Deer di Distrik Kofiau
2. Sistem Jaringan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Rencana pengembangan sistem jaringan sungai, danau dan penyeberangan yang terdapat
di Kabupaten Raja Ampat berupa :
1) Lintas Penyeberangan Antarkabupaten/Kota dalam Provinsi
Rencana pengembangan lintas penyeberangan antarkabupaten dalam provinsi
di kabupaten Raja Ampat meliputi lintas penyeberangan yang menghubungkan:
a) Sorong (Kota Sorong) – Yefman (Kabupaten Raja Ampat);
b) Sorong (Kota Sorong) – Saonek (Kabupaten Raja Ampat);
c) Sorong (Kota Sorong) – Waisai (Kabupaten Raja Ampat); dan
d) Sorong (Kota Sorong) – Waigama (Kabupaten Raja Ampat).

2) Lintas Penyeberangan dalam Kabupaten


Rencana pengembangan lintas penyeberangan dalam kabupaten di kabupaten
Raja Ampat meliputi lintas penyeberangan yang menghubungkan:
a) Kabare (Distrik Waigeo Utara)-Abidon (Distrik Ayau)-Dorehkar-Pulau Fani
(Distrik Kepulauan Ayau); dan
b) Saonek (Distrik Waigeo Selatan)-Waisai (Distrik Kota Waisai)-Kabare
(Distrik Waigeo Utara).
3) Pelabuhan Penyeberangan
Pelabuhan penyeberangan di Kabupaten Raja Ampat berupa pelabuhan
penyeberangan kelas kelas II dan pelabuhan penyeberangan kelas III. Adapun
rencana pengembangan pelabuhan penyeberangan kelas II di Kabupaten Raja
Ampat berupa optimalisasi dan pengembangan pelabuhan yang mencakup:
a) Pelabuhan Waisai di Distrik Waisai Kota;
b) Pelabuhan Yefman di Distrik Salawati Utara; dan
c) Pelabuhan Waigama di Distrik Misool Utara.
Sedangkan rencana pengembangan pelabuhan penyeberangan kelas III di Kabupaten Raja
Ampat berupa optimalisasi dan pengembangan pelabuhan yang mencakup:
a) Pelabuhan Kabare di Distrik Waigeo Utara;
b) Pelabuhan Saonek di Distrik Waigeo Selatan.

3. Sistem Jaringan Transportasi Laut


Rencana sistem jaringan transportasi laut merupakan pelabuhan laut yang terdapat di
Kabupaten Raja Ampat terbagi atas:
1) Pelabuhan Pengumpan
Rencana pengembangan pelabuhan pengumpan yang berada di Kabupaten Raja
Ampat ditetapkan pada:
a) Pelabuhan pengumpan regional ditetapkan di:
a. Pelabuhan Waisai di Distrik Waisai Kota; dan
b. Pelabuhan Waigama di Distrik Misool Utara.
b) Pelabuhan pengumpan lokal ditetapkan di:
a. Pelabuhan Fatanlap di Distrik Misool Selatan;
b. Pelabuhan Yellu di Distrik Misool Selatan;
c. Pelabuhan Harapan Jaya di Distrik Misool Selatan;
d. Pelabuhan Kabare di Distrik Waigeo Utara;
e. Pelabuhan Kalobo di Distrik Salawati Utara;
f. Pelabuhan Sailolof di Distrik Salawati Selatan;
g. Pelabuhan Saonek di Distrik Waigeo Selatan;
h. Pelabuhan Fani di Distrik Kepulauan Ayau;
i. Pelabuhan Pam di Distrik Waigeo Barat Kepulauan;
j. Pelabuhan Gag di Distrik Waigeo Barat Kepulauan;
k. Pelabuhan Meosmengkara di Distrik Waigeo Barat Kepulauan;
l. Pelabuhan Manyaifun di Distrik Waigeo Barat Kepulauan;
m. Pelabuhan Kabilol di Distrik Tiplol Mayalibit;
n. Pelabuhan Wafoi di Distrik Tiplol Mayalibit;
o. Pelabuhan Kapadiri di Distrik Supnin;
p. Pelabuhan Kofiau di Distrik Kofiau;
q. Pelabuhan Limalas Barat di Distrik Misool Timur;
r. Pelabuhan Mutus di Distrik Waigeo Barat;
s. Pelabuhan Salpele di Distrik Waigeo Barat;
t. Pelabuhan Waisilip di Distrik Waigeo Barat;
u. Pelabuhan Urbinasopen di Distrik Mayalibit;
v. Pelabuhan Wersambin di Distrik Mayalibit;
w. Pelabuhan Mneir di Distrik Warwabomi; dan
x. Pelabuhan Yebekaki di Distrik Waigeo Timur.

2) Terminal Umum
Pengembangan terminal umum di Kabupaten Raja Ampat berupa optimalisasi
dan pengembangan yang terdapat di:
1) Distrik Waisai Kota (Pelabuhan pariwisata);
2) Distrik Waisai Kota (Pelabuhan ASDP);
3) Distrik Salawati Utara;
4) Distrik Waigeo Utara (Kabare);
5) Distrik Misool Selatan (Fafanlaf);
6) Distrik Misool Utara (Waigama); dan
7) Distrik Teluk Mayalibit (Warsambin).
6.1 Potensi Pengembangan Wilayah
Wilayah yang teridenifikasi sebagai wilayah yang memiliki potensi budi daya
pengembangan pertanian lahan basah yaitu Waigeo, Samate, dan Salawati, sedangkan di lahan
kering semua distrik memiliki potensi. Pengembangan lahan pertanian abadi cocok
dikembangkan di kawasan Waigeo dan Salawati dan sekaligus menjadi lahan untuk
mendukung ketahanan pangan dan agroindustri. Optimalisasi lahan untuk tanaman
perkebunan pada dasarnya dapat dikembangkan di 24 Distrik. Revitalisasi kawasan
perkebunan rakyat dan pengembangan kawasan perkebunan komoditas unggulan
dikembangkan di seluruh Distrik. Khusus kawasan perkebunan skala besar berada di Salawati
dan Misool sedangkan kawasan industri paling tepat dikembangkan di Waigeo dan Salawati.
Mengingat Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi dalam sektor perikanan dan kelautan,
maka pembangunan sarana prasarana untuk sektor tersebut perlu dikembangkan pada semua
distrik. Di samping itu pula, Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi pariwisata yang sangat
besar karena keindahan alamnya. Oleh karena itu peningkatan daya tarik objek wisata
dilakukan di seluruh objek kawasan di Kabupaten Raja Ampat. Penataan lingkungan kawasan
wisata dan pembangunan sarana prasarana wisata dilakukan di 16 (enam belas) kampung
wisata prioritas yaitu Arborek, Saonek, Meosmanswar, Sawinggrai, Yembuba, Arefi,
Fafanlap, Harapan Jaya, Saleo, Serpele, Usaha Jaya, Sauwandarek, Yenwaupnor, Waisai dan
Yellu.
6.1.1 Peluang pengembangan sektor pertanian melalui strategi intensifikasi lahan.
Intensifikasi lahan terutama dapat dilakukan di daerah-daerah yang memiliki lahan tidak
begitu luas namun memiliki produktivitas tinggi, seperti di Kepulauan Sembilan, Batanta
Selatan, Misool, Warwabomi, Teluk Mayalibit, dan Kofiau untuk tanaman Jagung; Misool,
Misool Timur, Batanta Selatan, dan Waigeo Selatan untuk Kacang Tanah; serta Misool Barat,
Misool, Waigeo Selatan, dan Waigeo Utara untuk Kacang Hijau. Jenis tanaman lain adalah
ubi kayu, ubi jalar, dan sagu. Sektor pertanian akan lebih berkembang dan produktif dengan
mengintensifkan pengolahan lahan di daerah-daerah tersebut untuk mendukung produktivitas
pertanian di Salawati Utara sebagai daerah utama pengembangan pertanian.
BAB VII PENTUP
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dinyatakan bahwa kontribusi
sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Raja Ampat selama lima tahun pengamatan dari
tahun tahun 2017 sampai dengan tahun 2021, rata-rata kontribusi sektor pertanian sebesar 0,26
persen dari total PDRB Kota Parepare. Serta proyeksi pertumbuhan kontribusi sektor pertanian
terhadap produk domestik regional bruto Kabupaten Raja Ampat mengikuti rumus trend Y =
0,26 + -0,011X. Hasil ini juga memproyeksikan pertumbuhan kontribusi sektor pertanian
terhadap produk domestik regional bruto Kabupaten Raja Ampat untuk lima tahun kedepan
dengan proyeksi pertumbuhan kontribusi sektor pertanian pada tahun 2044 menurun 0,00 persen.
Berdasarkan kesimpulan yang diambil berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis
menyampaikan saran kepada semua pihak agar lebih meningkatkan perhatian di bidang pertanian
menunjang peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Raja Ampat yang
mengakselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja.

Anda mungkin juga menyukai