Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

PROFIL KABUPATEN
PONOROGO

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 0


2.1. Wilayah Administrasi

Kabupaten Ponorogo terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah
1.371,78 km2 yang secara administratif terbagi ke dalam 21 Kecamatan dan 305 desa/
kelurahan. Menurut kondisi geografisnya, Kabupaten Ponorogo terletak antara 111º17’ –
111º52’ Bujur Timur (BT) dan 7º49’ – 8º20’ Lintang Selatan (LS) dengan ketinggian antara 92
sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 sub area, yaitu
area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pudak dan Ngebel dan tujuh
belas Kecamatan lainnya merupakan daerah dataran rendah.

Jarak Ibu Kota Kabupaten Ponorogo dengan Ibu Kota Propinsi Jawa Timur (Surabaya)
kurang lebih 200 Km ke arah Timur Laut dan ke Ibu Kota Negara (Jakarta) kurang lebih 800
Km ke arah Barat. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Ponorogo adalah sebagai
berikut :

▪ Utara : Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Nganjuk.

▪ Timur : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek

▪ Selatan : Kabupaten Pacitan

▪ Barat : Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah)

Secara administratif wilayah Kabupaten Ponorogo terbagi menjadi, 21 Kecamatan serta


305 Kelurahan dan Desa, 947 Dusun/ Lingkungan, 2.272 Rukun warga (RW) dan 6.842
Rukun Tetangga (RT).

Tabel 2. 1 Luas Wilayah Kabupaten Ponorogo


Luas Jumlah Jumlah
No Kecamatan No Kecamatan Luas (Km2)
(Km2) Desa Desa

1 Ngrayun 18.476 11 12 Balong 5.696 20

2 Slahung 9.034 22 13 Kauman 3.661 18

3 Bungkal 5.401 19 14 Jambon 5.748 13

4 Sambit 5.983 15 15 Badegan 5.235 9

5 Sawoo 12.471 14 16 Sampung 8.061 11

6 Sooko 5.533 6 17 Sukorejo 5.958 18

7 Pudak 4.892 6 18 Ponorogo 2.231 19

8 Pulung 12.755 17 19 Babadan 4.393 15

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 1


Luas Jumlah Jumlah
No Kecamatan No Kecamatan Luas (Km2)
(Km2) Desa Desa

9 Mlarak 3.720 15 20 Jenangan 5.944 17

10 Siman 3.795 18 21 Ngebel 5.950 8

11 Jetis 2.241 14

Jumlah 137.178 307

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 2


• Peta wilayah skala 1:50.000 untuk kabupaten

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 3


2.2. Potensi Wilayah kabupaten/Kota

2.2.1 Potensi Ekonomi Kreatif

1. Sektor Pertanian

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu daerah penyangga pangan di Jawa Timur,
yang mempunyai luas lahan sawah 34.867 Ha, terdiri dari daerah irigasi teknis seluas 30.158
Ha, setengah teknis seluas 625 Ha, non teknis seluas 2.228 Ha dan tadah hujan seluas 1.856
Ha. Adapun produksi pertanian di Kabupaten Ponorogo antara lain :

- Tanaman Padi

Sebaran wilayah komoditi padi di Kabupaten Ponorogo hampir merata di semua


kecamatan akan tetapi luas areal panen dan produksi yang terbesar dari 21 kecamatan
antara lain berada di Sukorejo, Balong, Babadan, Pulung, Jenangan, Kauman. Rata-rata
luas panen padi dalam 6 tahun terakhir sebesar 59.468 Ha/Tahun dengan rata-rata
produksi sebesar 3.662.467 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi padi sebesar
61.60 Kw/Ha, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. 2Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi


Komoditi Padi di Kabupaten Ponorogo
Luas Panen Produksi Rata-2 Produksi
TAHUN
Ha Kw Kw/Ha
2000 59039 4332928 73.39
2001 60512 3922014 64.81
2002 58370 3524847 60.39
2003 57849 3385079 58.52
2004 61694 3491412 56.59
2005 59342 3318524 55.92
Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

- Komoditi Jagung

Sebaran wilayah komoditi jagung di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Sawoo, Pulung, Jambon, Bungkal,
Sambit. Rata-rata luas panen jagung dalam 6 tahun terakhir sebesar 27.511 Ha/Tahun
dengan rata-rata produksi sebesar 1.439.3846 Kw yang berarti bahwa rata-rata
produksi jagung sebesar 52,54 Kw/Ha.

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 4


- Komoditi Ubi Kayu

Sebaran wilayah komoditi ubi kayu di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngrayun, Sawoo, Sambit, Pulung,
Jambon. Rata-rata luas panen ubi kayu dalam 6 tahun terakhir sebesar 25.866 Ha/Tahun
dengan rata-rata produksi sebesar 4.875.266 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi
ubi kayu sebesar 188,27 Kw/Ha.

- Komoditi Ubi Jalar

Sebaran wilayah komoditi ubi jalar di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, Sambit,
Pudak. Rata-rata luas panen ubi jalar dalam 6 tahun terakhir sebesar 121 Ha/Tahun
dengan rata-rata produksi sebesar 12.154 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi ubi
jalar sebesar 113,81 Kw/Ha.

2. Sektor Perkebunan

- Komoditi Cengkeh

Sebaran wilayah komoditi cengkeh di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung dan Ngebel.
Rata-rata luas panen cengkeh dalam 6 tahun terakhir sebesar 1.664,78 Ha/Tahun
dengan rata-rata produksi sebesar 3.499,16 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi
cengkeh sebesar 2,11 Kw/Ha.

- - Komoditi Kopi

Sebaran wilayah komoditi kopi di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen dan
produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngrayun, Pulung dan Ngebel. Rata-rata
luas panen kopi dalam 6 tahun terakhir sebesar 211,70 Ha/Tahun dengan rata-rata
produksi sebesar 571,84 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi kopi sebesar 2,76
Kw/Ha.

- Komoditi Jambu Mente

Sebaran wilayah komoditi jambu mente di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal
panen dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Sampung dan Ngrayun. Rata-
rata luas panen jambu mente dalam 6 tahun terakhir sebesar 720,06 Ha/Tahun dengan
rata-rata produksi sebesar 1.669,20 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi jambu
mente sebesar 2,32 Kw/Ha.

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 5


- Komoditi Tebu

Sebaran wilayah komoditi tebu di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Babadan, Jenangan, Ponorogo,
Siman, Slahung dan Bungkal. Rata-rata luas panen tebu dalam 6 tahun terakhir sebesar
1.896,39 Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 87.170,01 Kw yang berarti bahwa
rata-rata produksi tebu sebesar 46,08 Kw/Ha. Dapat dilihat pada tabel berikut :

- Komoditi Panili

Sebaran wilayah komoditi panili di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Sawoo, Ngrayun, Pulung, Sooko dan
Ngebel. Rata-rata luas panen panili dalam 6 tahun terakhir sebesar 13,22 Ha/Tahun
dengan rata-rata produksi sebesar 13,20 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi panili
sebesar 0,77 Kw/Ha.

- Komoditi Kakao

Sebaran wilayah komoditi kakao di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Ngrayun, Sooko, Pulung,
dan Jenangan. Rata-rata luas panen kakao dalam 6 tahun terakhir sebesar 45,94
Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 189,83 Kw yang berarti bahwa rata-rata
produksi kakao sebesar 4,13 Kw/Ha.

- Komoditi Sawo

Sebaran wilayah komoditi sawo di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang
terbesar terpusat di kecamatan Sukorejo, Sawoo, dan Siman. Rata-rata produksi sawo
dalam 6 tahun terakhir sebesar 25866 Kw per tahun.

- Komoditi Alpokat

Sebaran wilayah komoditi apokat di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang
terbesar terpusat di kecamatan Sooko, Pulung dan Ngebel. Rata-rata produksi apokat
dalam 6 tahun terakhir sebesar 17.723,50 Kw per tahun

- Komoditi Blimbing

Sebaran wilayah komoditi blimbing di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang
terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Jenangan, Kauman dan Sambit. Rata-rata
produksi blimbing dalam 6 tahun terakhir sebesar 1.635,17 Kw per tahun.

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 6


- Komoditi Manggis

Sebaran wilayah komoditi manggis di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang
terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Sooko, Pulung, Jenangan dan Babadan. Rata-
rata produksi manggis dalam 6 tahun terakhir sebesar 4.970,17 Kw per tahun.

- Komoditi Nangka

Sebaran wilayah komoditi nangka di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang
terbesar terpusat di kecamatan Sambit, Jenangan dan Sawoo. Rata-rata produksi
nangka dalam 6 tahun terakhir sebesar 25.853,17 Kw per tahun. Dapat dilihat 1.25

- Komoditi Jeruk Kepruk

Sebaran wilayah komoditi jeruk keprok di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi
yang terbesar terpusat di kecamatan Jambon, Sooko dan Pulung. Rata-rata produksi
jeruk keprok dalam 6 tahun terakhir sebesar 196.541,50 Kw per tahun. Adapun produksi
jeruk keprok di Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel
berikut :

- Komoditi Durian

Sebaran wilayah komoditi durian di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang
terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Sooko, Jenangan dan Pulung. Rata-rata
prduksi durian dalam 6 tahun terakhir sebesar 50.254 Kw per tahun.

3. Sektor Peternakan

Sektor peternakan merupakan salah satu sektor unggulan Kabupaten Ponorogo


khususnya unggas buras dan kambing, hal ini terlihat dari tingkat produksi Kabupaten yang
berada pada peringkat 10 terbesar di Jawa Timur. Hal ini juga didukung oleh Relatif
stabilnya harga pakan unggas mempengaruhi produksi daging yang relatif mengalami
kenaikan begitu pula produksi telur naik.

4. Sektor Kehutanan

Sektor kehutanan merupakan salah satu sektor yang juga diandalkan oleh Kabupaten
Ponorogo hal itu terlihat dari jumlah produksi dan ikutannya yang cukup memberikan
pemasukan pendapatan asli daerah seperti pada tabel berikut

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 7


Tabel 2. 3
Jumlah Produksi Hutan dan Ikutannya
di Kabupaten Ponorogo
Komoditas Satuan Produksi Nilai ( 000.- )
Kayu Untuk Pertukangan :
a Kayu Jati M-3 864 1445472
b Kayu Non Jati M-3 7940 3739740
Kayu Untuk Bahan Kayu Bakar :
a Kayu Jati Sm 170 6767
b Kayu Non Jati Sm 2889 23655
Bahan Terpentyn Ton 1354 3046500
Bahan Gondorukem Ton 6750 22275000
Minyak Kayu Putih Kg 38476 1692174
Getah Pinus Ton 10286 7765930
Lain - lain - - -
Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

Pembangunan sektor kehutanan sebagai salah satu kawasan pelestarian alam yang
dilakukan oleh Kabupaten Ponorogo adalah pembangunan sektor kehutanan secara
terpadu yaitu pengelolaan ekologi kawasan pelestarian alam dan pengelolaan sosial-
ekonomi pada daerah sekitar hutan dengan model Social Forestry. Kondisi tersebut
diharpkan pembangunan sektor kehutanan dapat memberikan manfaat langsung
maupun manfaat secara tidak langsung yang mempunyai tujuan dalam rangka
menunjang pembangunan Kabapaten Ponorogo secara keseluruhan.

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 8


2.2.2 Potensi Pariwisata, Pertambangan, Minyak Dan Gas

1. Sektor Pariwisata

Sarana penginapan yang memadai sangat menunjang sub sektor kepariwisataan. Di


Kabupaten Ponorogo terdapat 12 hotel maupun losmen yang siap menerima tamu baik
wisatawan dalam maupun luar negeri dengan jumlah kamar sebanyak 314 kamar dengan
525 tempat tidur. Banyaknya tamu yang menginap sejumlah 33.734 orang/tahun.

a. Potensi
1. Potensi wisata alam berupa telaga, sendang maupun air terjun yang didukung
dengan kegiatan wisata buatan seperti taman wisata Alam Ngembang, Masjid
Tegalsari, dan pusat souvenir khas Ponorogo semakin lengkap dengan dukungan
potensi wisata budaya berupa reog Ponorogo, Larungan dan Grebeg Suro
2. Pemasaran reog Ponorogo sebagai ciri khas Kabupaten Ponorogo sampai dengan
skala Nasional
3. Dukungan masyarakat terhadap kegiatan Reog Ponorogo yang sangat besar mampu
mengangkat kegiatat ini hingga taraf nasional bahkan internasional dan menjadikan
ciri khas bagi Kabupaten Ponorogo

b. Masalah
1. Pengelolaan Kegiatan Wisata belum optimal
2. kurangnya keberadaan akomodasi wisata
3. terbatasnya even-even serta atraksi yang ditawarkan di Kabupaten Ponorogo
4. Potensi pariwisata yang besar dan sangat banyak belum mampu bersaing dalam
skala regional dan nasional, dan banyaknya obyek wisata menjadikan sukar untuk
mengembangkan dalam skala besar secara bersamaan. Kurangnya pengembangan
keterkaitan obyek wisata sebagai satu kesatuan sistem;
5. kurangnya pengembangan atraksi baik oleh pemerintah maupun investor

c. Prospek Pengembangan
1. Pembentukan pengembangan pariwisata dengan sistem unggulan dan pembuatan
paket-paket wisata yang beragam mulai dari wisata alam dan wisata buatan
kemudian ke wisata budaya pada puasat kota.
2. Pembuatan link wisata nasional
3. Menampilkan wisata budaya yang mendunia menjadi daya tarik utama untuk
mempromosikan wisata unggulan Kabupaten Ponorogo
4. keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan kegiatan pariwisata mampu
menciptakan multiplier Effect bagi perekonomian masyarakat

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 9


5. pengembangan akomodasi wisata serta obyek wisata buatan baru dengan bekerja
sama dengan investor dan pemerintah
6. Potensi danau dan waduk mempunyai potensi alam yang menarik dapat
dikembangkan untuk kegiatan wisata seperti : wisata air hingga wisata keluarga
dengan tanpa mengubah fungsi lindung yang ditetapkan pada kawasan, sehingga
dapat memberikan manfaat ekonomi.

2. Pertambangan

a. Potensi
• Kabupaten Ponorogo memiliki sumber daya potensial yang berupa mineral batuan
yang merupakan salah satu penunjang pembangunan perekonomian di Kabupaten
Ponorogo. Jenis pertambangan bahan galian/tambang meliputi batu kapur, pasir
kuarsa, pasir batu, kalsit, trass, kaolin, bentonit, marmer, zeolit, toseki, feldspar,
piropilit, fospat, emas, tembaga, tanah hitam dan seng.
• Selain itu Kabupaten Ponorogo memiliki potensi gas panas bumi yang bisa
dimanfaatkan sebagai sumber energi seperti pembangkit tenaga listrik dan
pendukung sektor pariwisata, pertanian/perkebunan dan perikanan.

b. Masalah
1. kegiatan pertambangan oleh masyarakat belum optimal karena kurangnya sarana
prasarana masyarakat dan masih dikelola secara tradisional
2. kegiatan pertambangan kurang memperhatikan kelestarian lingkungan di sekitar
kawasan tambang seperti kerusakan lingkungan sungai akibat kegiatan
pertambangan liar (Tanpa Ijin).
3. Kawasan pertambangan belum dikelola dengan baik, terutama penanganan lahan
pasca penambangan, serta belum teridentifikasinya besaran tambang yang ada.
Tanpa adanya reklamasi dan pengembalian pada rona awal, maka eksploitasi
penambangan rawan perusakan lingkungan dalam jangka panjang;

c. Prospek Pengembangan
1. Pengembangan kawasan pertambangan dengan cara mempertimbangkan potensi
bahan galian, kondisi hidrologi dan geologi dalam kaitanya untuk pelestarian alam
2. pengelolahan bekas bahan galian penambangan harus di rehabilitasi struktur
tanahnya dan pengembalian muka tanah dengan tanah subur.
3. penanaman pohon/tanaman keras (jati, mahoni, dll) untuk mengembalikan
kesuburan tanah yang hilang sehingga seoptimal mungkin rona awal dapat
dikembalikan.

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 10


2.3. Demografi dan Urbanisasi

Data jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo yang dihasilkan dari proyeksi BPS yaitu
sebesar 865.809 jiwa pada tahun 2014. Kecamatan Ponorogo mempunyai jumlah
penduduk terbesar, yaitu 76.383 jiwa, diikuti Kecamatan Babadan 64.947 jiwa dan
Kecamatan Ngrayun sebanyak 56.237 jiwa. Sementara kepadatan penduduk Kabupaten
Ponorogo pada tahun 2014 mencapai 631 jiwa per km2. Kepadatan penduduk tertinggi
terdapat di Kecamatan Ponorogo yaitu 3.424 jiwa per km2 dan terendah di Kecamatan
Pudak yaitu 190 jiwa per km2.

Komposisi penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Ponorogo hampir seimbang.


Tercatat rasio jenis kelamin sebesar 99,85 yang berarti pada setiap 100 penduduk
perempuan terdapat sekitar 99 penduduk laki-laki. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
tabel dibawah ini.

Tabel 2. 4
Jumlah Penduduk Kabupaten Ponorogo
JumlahPenduduk (Jiwa)
No Kecamatan Sex Rasio
Laki- Laki Perempuan Total
1 Ngrayun 28090 28147 56237 99,8
2 Slahung 24271 25170 49441 96,43
3 Bungkal 16990 17564 34554 96,73
4 Sambit 17688 18006 35694 98,23
5 Sawoo 26647 27651 54298 96,37
6 Sooko 10869 11085 21954 98,05
7 Pudak 4598 4691 9289 98,02
8 Pulung 23280 23310 46590 99,87
9 Mlarak 20582 16143 36725 127,5
10 Siman 21695 20974 42669 103,44
11 Jetis 14143 14919 29062 94,8
12 Balong 20353 21303 41656 95,54
13 Kauman 19523 19927 39450 97,97
14 Jambon 19253 19884 39137 96,83
15 Badegan 14608 14739 29347 99,11
16 Sampung 17645 18050 35695 97,76
17 Sukorejo 25609 24947 50556 102,65
18 Ponorogo 37832 38551 76383 98,13
19 Babadan 32568 32379 64947 100,58

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 11


JumlahPenduduk (Jiwa)
No Kecamatan Sex Rasio
Laki- Laki Perempuan Total
20 Jenangan 26483 26235 52718 100,95
21 Ngebel 9851 9556 19407 103,09
Jumlah 432.578 432.578 433.231 865.809

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

2.4. Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan
RTRW Kabupaten/Kota

A. KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI

Keseluruhan realisasi anggaran pendapatan daerah pada tahun 2014 adalah sebesar
1.704,809 milyar rupiah, meningkat sebesar 3,79 persen dari yang ditargetkan. Sedangkan
realisasi anggaran belanja pada tahun 2014 sebesar 1.626,511 milyar rupiah atau turun 7,27
persen dari yang ditargetkan.

Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa sampai Desember 2014 posisi dana bank
mencapai 4,23 triliun rupiah, yang meliputi dana dalam bentuk giro sebesar 247,62 milyar
rupiah, deposito 765,15 milyar rupiah dan tabungan 3,2 triliun rupiah. Jumlah koperasi pada
tahun 2014 mencapai 916 unit dengan rincian 26 koperasi berbentuk KUD dan 890 koperasi
Non KUD.

i. PBRB Kabupaten Ponorogo

Angka PDRB Kabupaten Ponorogo atas dasar harga berlaku (ADHB) selama kurun waktu
tiga tahun terakhir adalah masing-masing 11.047,55 milyar rupiah (2013), 12.150,33 milyar
rupiah (2014) dan 13.441,45 milyar rupiah (2015).

Sementara angka PDRB Kabupaten Ponorogo atas dasar harga konstan (ADHK) 2011,
selama kurun waktu tiga tahun terakhir masingmasing 10.038,3 milyar rupiah (2011),
10.557,3 milyar rupiah (2014) dan 11.114,27 milyar rupiah (2015). Peranan sektoral terhadap
pembentukan PDRB menurut ADHB tahun 2014, terbesar pada sektor pertanian 31,80
persen. Sedangkan peranan terkecil adalah sektor listrik dan gas yaitu sebesar 0,07 persen.

Dari PDRB atas dasar harga konstan 2011, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Ponorogo selam tiga tahun terakhir masingmasing 5,98 persen (2013), 5,17
persen (2014), dan 5,28 persen (2015).

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 12


Tabel 2. 5
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha, Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2013-2015
No SEKTOR / SUB SEKTOR 2013 2014 2015
1 Pertanian 3.574.033,16 3.851.369,46 4.274.965,40
2 Pertambangan dan penggalian 277.042,10 290.020,15 319.738,60
3 Industri pengolahan 744.065,64 817.686,20 906.868,86
4 Listrik, dan gas 9.139,54 9.027,78 9.306,09
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
5 11.478,71 11.720,18 12.270,76
Ulang
6 Bangunan (konstruksi ) 1.013.540,72 1.117.210,60 1.265.734,80

7 Perdagangan, hotel & restoran 1.726.912,75 1.950.059,59 2.131.027,31

8 Transportasi dan Pergudangan 155.429,65 176.842,68 206.127,34


9 Penyediaan Akomodasi dan Makan minum 287.186,80 323.573,59 375.047,16
10 Informasi dan Komunikasi 746.265,25 837.375,28 919.535,60
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 320.215,56 374.791,54 425.121,60
12 Real Estate 261.724,60 295.393,33 322.819,46
13 Jasa Perusahaan 46.848,37 52.449,78 57.308,82
Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan
14 674.340,07 698.739,98 711.940,61
jaminan sosial wajib
15 Jasa Pendidikan 892.805,54 1.013.937,53 1.133.289,89
16 jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 85.239,94 95.938,11 110.082,96
17 Jasa lainnya 221.287,56 234.198,42 260.274,53
Produk Domestik Regional Bruto 11.047.555,97 12.150.334,21 13.441.459,80

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

B. DATA KONDISI LINGKUNGAN STRATEGIS

i. GAMBARAN TOPOGRAFI

Ketinggian tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan jenis kegiatan penduduk.
Kabupaten Ponorogo terletak pada ketinggian antara 25 - > 1.000 m di atas permukaan
laut, dengan ketinggian terbanyak berada di antara 100 – 500 m di atas permukaan laut.
Kondisi lahan bertopografi datar sampai berbukit.

Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal yang
dinyatakan dalam prosen (%). Kondisi kelerengan di wilayah Kabupaten Ponorogo cukup
beragam dari kemiringan yang relatif datar (0 – 2 %) hingga kemiringan yang tajam (di atas
40%).

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 13


Tabel 2. 6
Kelerengan Tanah di Kabupaten Ponorogo
KELERENGAN TANAH
KELERENGAN TANAH
Ha %
0 – 2% 15.391 11,22
2 – 15% 16.736 12,20
15 – 40% 22.374 16,31
> 40% 82.677 60,28
JUMLAH 137.178 100,00
Sumber : Ponorogo Dalam Angka

a. Tanah dengan kemiringan 0 – 2%


Daerah ini merupakan daerah genangan air, juga baik untuk digunakan sebagai usaha
pertanian tanaman semusim. Tanah dengan kemiringan 0 – 2% di Kabupaten
Ponorogo mencapai luasan sekitar 15.391 Ha (11,22%).
b. Tanah dengan kemiringan 2 – 15%
Tanah dengan kemiringan 2 – 15% di wilayah Kabupaten Ponorogo mencapai luasan
16.736 Ha (12,20% dari seluruh wilayah kabupaten). Daerah ini masih baik untuk
digunakan sebagai usaha pertanian semusim dengan tetap memperhatikan usaha-
usaha pengawetan tanah dan air untuk kelestariannya.
c. Tanah dengan kemiringan 15 – 40%
Daerah ini sebaiknya digunakan untuk usaha penanaman tanaman tahunan/keras.
Luasan wilayah denga kemiringan 15 – 40% mencapai 22.374 ha (16,31%)
d. Tanah dengan kemiringan diatas 40%
Tanah dengan kemiringan yang cukup tajam ini pada umumnya berada di areal
pegunungan. Luasan tanah dengan kemiringan > 40% mencapai 82.677 ha (60,28%).
Tabel 2. 7
Letak Ketingggian Dari Permukaan Laut

No Klasifikasi Lereng Jumlah Desa


1 < 500 m 241 Desa
2 500 – 700 m 44 Desa
3 > 500 m 18 Desa
Sumber : Ponorogo Dalam Angka

ii. GAMBARAN GEOHIDROLOGI

Keadaan Hidrologi di Kabupaten Ponorogo terdiri atas sumber – sumber air yang berasal
dari air tanah, air permukaan dan curah hujan. Sebagian daerah yang mempunyai

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 14


permukaan bergunung, air tanah pada umumnya di dapat dari mata air yang berasal dari
kawasan pegunungan yang masih mempunyai kondisi jenisdari tumbuhan pepohonan
yang cukup rapat. Dalam sub-sub hidrologi atau tata air akan dibahas tentang hal-hal yang
menyangkut curah hujan, pola air sungai dan irigasi.
A. Curah hujan
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat besar perannya terhadap
berbagai kegiatan usaha khususnya pertanian. Curah hujan baik langsung maupun
tak langsung akan mempengaruhi jenis dan pola tanam serta pola identitas
penggunaan tanah dan tersedianya air pengairan. Curah hujan di Kabupaten
Ponorogo tidak terlalu tinggi.
B. Pola Air Sungai dan Irigasi
Wilayah Kabupaten Ponorogo dilalui oleh beberapa sungai. Sungai ini belum
sepenuhnya digunakan sebagai sumber air pengairan, kecuali beberapa wilayah di
tepi sungai yang telah memanfaatkannya. Sungai-sungai tersebut adalah :
1. Sungai Keyang, arah aliran air dari tenggara menuju ke arah barat.
2. Sungai Asin, arah aliran dari timur menuju kea rah barat.
3. Sungai Slahung, arah aliran air dari selatan menuju ke arah utara.
4. Sungai Sungkur dan Sungai Galak, arah aliran air dari barat menuju ke timur.
5. Sungai Nglerep, arah aliran air dari timur menuju ke selatan.

iii. GAMBARAN GEOLOGI

Kondisi geologi berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah melaksanakan


penyelidikan di daerah cekungan Jawa Timur antara lain:
1. Thoen (1938)
2. Duyfyes (1938)
3. Tansinhok (1941)
4. Semuppli (1946)
5. Van Bemmelen (1949)
6. Marks (1957)

Berdasarkan penelitian tersebut propinsi Jawa Timur termasuk diantaranya adalah


Kabupaten Ponorogo telah mengalami dua kali pengangkatan. Pengangkatan pertama
terjadi pada Intra Miosen, sedangkan yang kedua adalah pengangkatan sekaligus
perlipatan besar pada Plio – Plistosen yang membentuk struktur antiklinorium dan patahan
– patahan. Akibat dari pengangkatan yang kedua, maka Van Bemmelen(1949) membagi
daerah antara Semarang hingga ujung timur Pulau Jawa termasuk Pulau Madura atas 5
Zona fisiografi utama dari Jawa Timur. Kabupaten Ponorogo termasuk Zona Solo.
Gambaran geologi Kabupaten Ponorogo terdapat pada gambar berikut ini

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 15


Peta Geologi Kabupaten Ponorogo

iv. GAMBARAN KLIMATOLOGI

Wilayah Kabupaten Ponorogo termasuk beriklim tropis dengan suhu rata-rata 27,8° C. Pada
tahun 1998, bulan Maret mempunyai rata-rata curah hujan tertinggi sebesar 462 dengan
hari hujan 20 dan bulan Agustus mempunyai rata-rata curah hujan terendah sebesar 21
dengan hari hujan 2.

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 16


Kabupaten Ponorogo memiliki potensi sumberdaya alam sangat besar, yang mana akan
dikembangkan guna memacu perekonomian wilayah melalui kegiatan agropolitan dan
pariwisata serta pertambangan yang akan didukung dengan pengembangan-
pengembangan kegiatan industri untuk pengolahannya sehingga mampu memberikan
nilai tambah (added value) yang akan meningkatkan perekonomian wilayah Kabupaten
Ponorogo serta pemerataan perkembangan di Kabupaten Ponorogo melalui
pengembangan infrastruktur.

Perkembangan isu-isu strategis pengembangan wilayah di Kabupaten Ponorogo meliputi


berbagai bidang yang nantinya apabila dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal akan
dapat mengangkat perkembangan wilayah dan kesejarteraan masyarakat Kabupaten
Ponorogo. Adapun isu-isu strategis pengembangan wilayah di Kabupaten Ponorogo
meliputi :
1. Pengembangan agropolitan Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan Ngebel
merupakan zona pengembangan agropolitan yang memiliki titik-titik pertumbuhan
yang mampu mendorong wilayah sekitarnya. Pengembangan sentra kawasan
agropolitan di Kecamatan Ngebel dan Kecamatan Ponorogo (sebagai prioritas
pengembangan), dengan zona pendukung Kecamatan Babadan, Kecamatan
Jenangan, Kecamatan Pulung, Kecamatan Slahung, Kecamatan Balong dan
Kecamatan Sukorejo merupakan zona pengembangan agropolitan untuk pendorong
pertumbuhan sekitarnya.
2. Pengembangan Kecamatan Ngebel sebagai kawasan unggulan wisata di Kabupaten
Ponorogo.
3. Pengembangan kawasan Minapolitan di sekitar Waduk Ngebel maupun Waduk Bendo
4. Pembentukan pengembangan pariwisata dengan sistem unggulan dan pembuatan
paket-paket wisata yang beragam mulai dari wisata alam dan wisata buatan kemudian
ke wisata budaya pada puasat kota.
5. Untuk mendukung pengembangan agropolitan diperlukan peningkatan jalan antara
Kecamatan Ponorogo – Kecamatan Pulung, Kecamatan Ponorogo - Kecamatan
Balong – Kecamatan Slahung, Kecamatan Ponorogo – Kecamatan Sukorejo dan Jalan
Lingkar Wilis yang masih dalam tahap pengembangan yang berpotensi menjadi jalan
kabupaten (lokal primer).
6. Terjadinya pendangkalan akibat sedimentasi yang besar di sepanjang aliran sungai
sehingga menyebabkan terjadinya banjir di Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan
Ngebel

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 17


7. Terdapat kecenderungan rawan terjadinya penggundulan hutan yang akan
berpengaruh terhadap kawasan-kawasan dibawahnya seperti : terjadinya kekeringan,
banjir dan longsor potensi terjadi longsor terjadi di Kecamatan Ngebel dan sekitarnya.
Kawasan yang rawan banjir adalah pada Kecamatan Ponorogo tempat pertemuan 3
sungai (Tempura), kawasan pondok pesantren Gontor Kecamatan Mlarak dan
sepanjang aliran sungai.
8. Banyaknya aliran sungai di Kabupaten Ponorogo dapat dimanfaatkan sebagai
pembangkit Listrik Tenaga Hidro dengan memanfaatkan pertemuan-pertemuan
sungai yang dapat dikelola langsung oleh masyarakat sehingga semua masyarakat di
Kabupaten Ponorogo dapat terlayani listrik.
9. Rencana pengembangan Waduk Bendo di Kecamatan Sawo, Waduk Badegan di
Kecamatan Badegan, Waduk Slahung di Kecamatan Slahung, Waduk Cemer di
Kecamatan Pulung.
10. Pembuatan sudetan pada sungai-sungai besar untuk mengalihkan limpasan air sungai
serta pengerukan sedimentasi pada muara dan pertemuan sungai (tempuran). Lokasi
Rencana Pembuatan Sudetan dan penampungan meliputi Kecamatan Sampung,
Bedegan, Jambon, Slahung, Bungkal, Sooko, Pulung, Jenangan dan Kecamatan
Ngrayun, dalam rangka mengurangi meluapnya air sungai saat musim hujan yang
menyebabkan banjir di sekitar Kecamatan Ponorogo.
11. Potensi panas bumi Ngebel dimanfaatkan untuk pengembangan tidak langsung
(PLTP) maupun kegunaan langsung (pengembangan sektor pertanian khususnya
budidaya jamur, sektor perikanan (budidaya ikan patin), sektor kesehatan dengan
terapi air hangat serta pengembangan kegiatan pariwisata seperti pemandian air
hangat, dll

Profil Kabupaten Ponorogo |2- 18

Anda mungkin juga menyukai