Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KENTANG

DI KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

Moral Abadi Girsang* dan Irma Calista Siagian**

*Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara


**Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Email.irmaca_lista@yahoo.com

ABSTRAK

Kajian pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Karo ini adalah


untuk melihat kondisi agribisnis kentang di Kabupaten Karo dan peluang
pengembangannya di masa depan. Menyusun Pola Pertanaman Kentang dan
kegiatan terkait yang dapat memenuhi permintaan pasar baik dari segi kuantitas,
kualitas maupun kontinuitas dengan harga yang layak. Kegiatan kajian ini
dilakukan dengan menggunakan metode desk study, data-data sekunder dari
instansi terkait ditabulasi dan di analisis secara deskriptif. Data primer didapatkan
dari hasil baseline survey dan dianalisis dengan metode input-output untuk
mendapatkan hasil analisis usaha tani komoditi kentang. Hasil dari kajian ini
menunjukkan bahwa Kabupaten karo memiliki prospek yang cerah untuk
pengembangan tanaman kentang dimana produksi kentang yang disumbangkan
untuk propinsi Sumatera Utara sebesar 78.171 ton atau 33% dari produksi kentang
Sumatera Utara (235.424 ton) di tahun 2009. Hasil analisis usahatani kentang di
Kabupaten Karo menunjukkan bahwa usaha memberikan keuntungan kepada
petani dengan tingkat R/C rasio sebesar 2,25 %. Membuat produk kentang Karo
menjadi kelas Internasional, selain perlu perbaikan mutu secara terus-menerus,
peningkatan produktivitas kentang dan upaya efisiensi biaya produksi kentang,
perlu dilakukan secara bertahap, salah satu di antaranya melalui pengurangan
biaya pestisida, dengan cara melaksanakan Pemberantasan Hama Terpadu (PHT).

1.1. Latar Belakang


Pembangunan Kabupaten Karo tidak bisa terlepas dari sektor pertanian
dan parawisata, karena dominan masyarakatnya hidup dan bekerja dari kedua
sektor tersebut. Dengan demikian, khusus pembangunan pertanian harus
menerapkan sistem dan usaha agribisnis, artinya jangan seperti yang terjadi
selama ini, sebagian besar petani hanya menekuni on farm atau budidaya,
sedangkan hulu dan hilir kurang diminati. Maka agribisnis akan menjadi sektor
ekonomi utama baik dalam perekonomian secara keseluruhan maupun bagi
ekonomi rakyat. Kesempatan berusaha, kesempatan kerja, sumber pendapatan
rakyat, maupun sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagian besar disumbang

1
oleh agribisnis. Karena itu meningkatkan kinerja pengembangan agribisnis sama
artinya dengan membangun perekonomian Kabupaten Karo secara keseluruhan,
karena adanya keterkaitan.
Kentang merupakan salah satu komoditas yang banyak di tanam
masyarakat sekaligus menjadi komoditas unggulan yang dipasarkan untuk
memenuhi kebutuhan lokal dan manca negara. Karena itu pengembangan
komoditas kentang tersebut akan berdampak luas bagi ekonomi rakyat.
Permasalahan pokok pembangunan komoditas kentang karo adalah pasar.
Apa yang diminta pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan waktu) tidak selalu
sesuai dengan apa yang dihasilkan. Akibatnya harga yang diterima petani
cenderung menjadi rendah dan atau bahkan sering mengalami kesulitan dalam
memenuhi permintaan pasar baik dari segi kualitas, kontinuitas, jumlah dan
waktu.
Pengembangan komoditas kentang ke depan, perlu perubahan ke
pendekatan market driven. Perecanaan perlu dimulai dengan mengetahui dengan
jelas “apa” yang diinginkan konsumen. Kemudian diturunkan pada usaha
pengolahan, lalu ke usahatani dan selanjutnya ke sarana input (bibit, pupuk,
pestisida, dll).
Pengembangan agribisnis kentang guna memenuhi kebutuhan dalam
negeri dan ekspor merupakan upaya untuk meningkatkan penggunaan komoditas
kentang dari Kabupaten Karo oleh para konsumen. Karena itu pengembangan
agribisnis kentang di Kabupaten Karo dapat dipandang sebagai Roadmap
Agribisnis Kentang Karo menjadi Kelas Nasional.
Tentu saja menjadikan kelas nasional bukanlah target akhir dari komoditas
kentang Kabupaten Karo. Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Karo sudah
saatnya mengembangkan agribisnis kentang berkelas Internasional yakni, mampu
bersaing di pasar ekspor secara berkesinambungan.

2. METODOLOGI

Kegiatan kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode desk study,


data-data sekunder dari instansi terkait ditabulasi dan di analisis secara deskriptif.

2
Data primer didapatkan dari hasil baseline survey dan dianalisis dengan metode
input-output untuk mendapatkan hasil analisis usaha tani komoditi kentang.
3. HASIL

3.1. Kondisi Fisik Kabupaten Karo

Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi pengunungan Bukit Barisan


dan merupakan daerah hulu sungai, tepatnya terletak pada posisi 2º 52´-3º 19´
Lintang Utara dan 97º 55´-98º 37´ Bujur Timur.
Secara keseluruhan Kabupaten Karo termasuk dalam kategori iklim
musim tropis dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 1000 - 4000 mm per
tahun. Curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Barusjahe (2.630 mm),
Kecamatan Simpang Empat (1.852 mm) dan Kecamatan Payung (1.589 mm).
Sedangkan curah hujan terendah terjadi di Kecamatan Juhar, Tigabinanga,
Mardinding dan Laubaleng. Tingkat kelembaban udara cukup tinggi karena
dipengaruhi oleh iklim tropis basah dengan nilai kelembaban rata-rata 82%. Suhu
udara berkisar 16-27% dengan suhu rata-rata 22°C.
Secara demografis, jumlah penduduk Kabupaten Karo relatif lebih
rendah jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. Berdasarkan data Biro Pusat
Statistik, jumlah populasi penduduk tahun 2009 sebanyak 305.452 jiwa atau
memiliki kepadatan penduduk 144 jiwa/km². (BPS Karo, 2009)
Dari jumlah penduduk sebesar 279.470 jiwa tersebut terdapat jumlah
penduduk yang berumur produktif (15-60 tahun) sebesar 64%. Namun dari
potensi tenaga kerja tersebut sudah tercatat sebanyak 154.951 jiwa yang bekerja
atau 86% dari jumlah tenaga kerja produktif yang tersedia.

3.2. Perkembangan Komoditas Kentang di Kabupaten Karo


3.2.1. Luas Areal Pengembangan Kentang
Kabupaten karo memiliki prospek yang cerah untuk pengembangan
tanaman kentang. Hal ini dibuktikan dengan produksi kentang yang
disumbangkan untuk propinsi Sumatera Utara sebesar 78.171 ton atau 33% dari
produksi kentang Sumatera Utara (235.424 ton) di tahun 2009.
Fluktuasi luas panen dari tahun ke tahun kemungkinan dipengaruhi oleh
pola tanam, pola curah hujan daerah produsen, fluktuasi harga jual, minat petani

3
atau akibat konversi ke budidaya tanaman lain. Hal ini juga berdampak pada
tingkat produksi kentang yang dihasilkan.

Tabel 1. Luas Panen Pertanaman Kentang Menurut Kecamatan Di


Kabupaten Karo, Tahun 2005-2009.

Luas Panen (Ha)


No Kecamatan
2005 2006 2007 2008 2009
1 Barusjahe 598 1.006 833 324 517
2 Tigapanah 1.525 2.058 1.600 697 1.347
3 Kabanjahe 388 419 528 307 617
4 Simpang IV 2.368 1.763 996 1.078 1.222
5 Payung - - - - -
6 Munte 1 - - - -
7 Tigabinanga - - - - -
8 Juhar - - - - -
9 Kutabuluh - - - - -
10 Mardingding - - - - -
11 Berastagi 335 437 286 252 205
12 Merek 1.787 2.127 1.677 .613 953
13 Laubaleng - - - - -
Jumlah 7.002 7.810 5.920 4.271 4.861
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2009

3.2.2. Produksi Kentang


Data pada Dinas Pertanian Kabupaten Karo menunjukkan bahwa tingkat
produksi kentang di Kabupaten Karo cenderung menurun. Meskipun demikian,
Kabupaten Karo masih memiliki peluang untuk dapat meningkatkan tingkat
produksi kentangnya, karena komoditi ini memiliki prospek pasar yang baik,
bentuk olahannya juga memiliki nilai tambah (value added) karena dibutuhkan
untuk bahan baku industri makanan, snack). Tabel 2, menyajikan tingkat produksi
selama 5 tahun di setiap kecamatan di Kabupaten Karo dan dapat disimpulkan
bahwa daerah sentra produksi kentang terdapat di Kecamatan Tigapanah,
Simpang Empat dan Merek serta kecamatan lainnya yang masih memiliki peluang
untuk pengembangan budidaya kentang.

4
Tabel 2. Produksi Kentang Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo, Tahun
2005-2009.

Produksi (Ton)
No Kecamatan
2005 2006 2007 2008 2009
1 Barusjahe 10.113 15.238 11.260 4.550 11.556
2 Tigapanah 24.745 33.309 17.746 11.782 23.266
3 Kabanjahe 6.075 5.806 7.399 4.298 8.638
4 Simpang IV 37.834 24.995 13.169 14.387 16.880
5 Payung - - - - -
6 Munte 20 - - - -
7 Tigabinanga - - - - -
8 Juhar - - - - -
9 Kutabuluh - - - - -
10 Mardingding - - - - -
11 Berastagi 7.705 9.936 6.578 4.741 4.436
12 Merek 21.198 27.924 22.092 19.319 13.396
13 Laubaleng - - - - -
Jumlah 107.690 117.208 78.244 59.077 78.171
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2004

3.2. 3. Kegiatan Operasional Lapangan


Kondisi geografi Kabupaten Karo sangat mendukung dalam
pengembangan budidaya kentang sebagai salah satu komoditas unggulan. Dari 13
kecamatan di kabupaten karo, dipilih tiga kecamatan sebagai pembanding untuk
melihat potensi pengembangan komoditas kentang. Kecamatan tersebut antara
lain, kecamatan Tigapanah, Simpang Empat dan Kecamatan Merek yang juga
merupakan Kawasan Sentra Produksi Kentang di Karo.
Dari 20 petani yang digunakan sebagai sampel, diproleh data bahwa
masa tanam di mulai pada bulan April dan di akhiri dengan masa panen pada
bulan Agustus. Tetapi ada beberapa petani yang memulai masa tanam pada bulan
Mei mengalami kegagalan panen. Hal ini disebabkan curah hujan yang cukup
tinggi pada bulan Mei – Juni dan serangan hama penyakit yang menyerang
tanaman kentang.

5
Hasil survei di lapangan, pada 20 petani sampel, menunjukkan bahwa
biaya bahan (pembelian benih, pupuk dan pestisida) merupakan pengeluaran
terbesar dalam biaya produksi. Hal ini disebabkan masih tingginya harga pupuk
dan pestisida di pasaran. Tetapi pengeluaran untuk biaya produksi dapat tertutupi
dengan penerimaan dari hasil penjualan kentang karena dari hasil analisis usaha
tani, nilai R/C ratio sebesar 2,25% menunjukkan bahwa petani menerima
keuntungan yang relatif besar. R/C ratio merupakan perbandingan antara total
penerimaan (nilai produksi) dengan total biaya produksi.. Secara lengkap, hasil
analisis kentang dalam satu musim tanam (6 bulan) dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Analisis Usahatani Kentang Satu Kali Musim Tanam (6 bln)

Harga
Uraian Volume Jumlah (Rp.)
(Rp.)
A Biaya Produksi        
1 Biaya Sewa Lahan       400.000
2 Bibit 1.200 kg 5.000 6.000.000
3 Pemupukan Organik Porasi 30 ton 400.000 12.000.000
4 Penyemprotan EM 6 ltr 22.500 135.000
5 Pestisida Organik EM 24 ltr 25.000 600.000
6 Tenaga Kerja:        
  - Pengolahan Lahan Sempurna     1.700.000 1.700.000
  - Penanaman 25 HOK 25.000 625.000
  - Tenaga Pemupukan 20 HOK 25.000 500.000
  - Penyiangan, Pembunbunan 30 HOK 25.000 750.000
  - Tenaga Penyemprotan 20 HOK 25.000 500.000
  - Panen dan Pasca Panen 15 HOK 25.000 375.000
  - Penjaga 4 bln 100.000 400.000
  - Gubug / Lain - Lain     200.000 200.000
  Jumlah Biaya       24.185.000
  Biaya Lain - Lain 10 %       2.418.500
  Total Biaya       26.603.500
B Produksi dan Pendapatan        
  Produksi Rata - Rata (Kg)       30.000
  Harga Rata - Rata / Kg       2.000
  Hasil Penjualan ( R )       60.000.000
  Biaya Produksi ( C )       26.603.500
  Keuntungan ( B )       33.396.500
  R/C Ratio       2,25
  B/C Ratio       1,25

3.3. Target Pengembangan Kentang

6
Dalam pengembangan kentang di Kabupaten Karo ke depan ada dua target
penting yang perlu dilakukan yakni:
1. Target Kelas Nasional. Dalam hal ini pengembangan agribisnis
kentang dalam jangka pendek diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
nasional, baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
2. Target Kelas Internasional. Hal ini mengupayakan agribisnis kentang
Karo agar mampu bersaing secara internasional melalui peningkatan
produktivitas dan efisiensi biaya produksi.

3.4. Roadmap Pengembangan Kentang di Kabupaten Karo


Menuju Kentang Karo dengan Kelas Nasional, dapat dicapai dengan
melihat kelemahan agribisnis kentang Karo selama ini, khususnya masalah mutu
dan kontinuitas pasokan. Dengan tingkat produktivitas dan biaya produksi yang
ada pada saat ini, dilakukan pembenahan mutu dan kontinuitas pasokan.
Sebagai acuan mutu kentang, digunakan standar mutu kentang yang
dipakai oleh industri di Indonesia yakni sesuai dengan SNI 01 – 3920 – 1995,
sebagaimana pada Tabel 4.. Produsen kentang di Kabupaten Karo harus mengacu
kepada persyaratan standar mutu yang dianjurkan, sehingga dapat bersaing di
pasar global.

Tabel 4.Standar Mutu Kentang Berdasarkan SNI 01 – 3920 – 1995

Indikator Mutu I Mutu II Mutu III Mutu IV


1. Kadar Air (%) max 14 max 14 max 15 max 17
2. Butir rusak (%) max 2 max 4 max 6 max 8
3. Butir warna lain max 1 max 3 max 7 max 10
(%) max 1 max 2 max 3 max 5
4. Butir pecah (%) max 1 max 1 max 2 max 2
5. Kotoran (%) bebas bebas bebas bebas
6. Hama penyakit bebas bau bebas bau bebas bau bebas bau
7. Bau busuk, asam busuk, asam busuk, asam busuk, asam
bebas bebas bebas bebas
8.Kandungan normal normal normal normal
pestisida
9. Suhu

7
Untuk memenuhi kontinuitas pasokan, dapat dipenuhi dengan melalui
pengaturan dan rotasi pola tanam kentang pada sentra-sentra produksi kentang di
Tanah Karo.

Tabel 5. Struktur Umum dan Alokasi Usahatani Kentang di Kabupaten


Karo

Januari Februari Maret April Mei Juni


Umur Kentang
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengolahan Lahan 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
2. Penanaman (0-1 mg) 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
3. Umur 2 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
4. Umur 3 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
5. Umur 4 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
6. Umur 5 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
7. Umur 6 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
8. Umur 7 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
9. Umur 8 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
10. Umur 9 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
11. Umur 10 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
12. Umur 11minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
13. Umur 12 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
14. Umur 13 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
15. Umur 14 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
16. Umur 15 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8
17. Panen 8 8 8 8 8 8 8 8

Juli Agustus September Oktober November Desember


Umur Kentang
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengolahan Lahan 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
2. Penanaman (0-1 mg) 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
3. Umur 2 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
4. Umur 3 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
5. Umur 4 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
6. Umur 5 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
7. Umur 6 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
8. Umur 7 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
9. Umur 8 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
10. Umur 9 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
11. Umur 10 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
12. Umur 11minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
13. Umur 12 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
14. Umur 13 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
15. Umur 14 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
16. Umur 15 minggu 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
17. Panen 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

8
Tabel 6. Target Produksi Kentang Asal Tanah Karo Sesuai Kebutuhan Pasar
Januari Februari Maret April Mei Juni
Uraian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Volume Kentang 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500
yang dibutuhkan
pasar (ton)

2. Volume Kentang (ton) 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550

3. Volume Kentang 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550
yang harus dihasilkan
(ton)

Juli Agustus September Oktober November Desember


Uraian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Volume Kentang 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500
yang dibutuhkan
pasar (ton)

2. Volume Kentang (ton) 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550

3. Volume Kentang 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550 550
yang harus dihasilkan
(ton)

32
Membuat produk kentang Karo menjadi kelas Internasional, selain perlu
perbaikan mutu secara terus-menerus, peningkatan produktivitas kentang dan upaya
efisiensi biaya produksi kentang, perlu dilakukan secara bertahap, salah satu di
antaranya melalui pengurangan biaya pestisida, dengan cara melaksanakan
Pemberantasan Hama Terpadu (PHT) yaitu menggunakan pestisida pada saat
dibutuhkan, tidak seperti yang terjadi selama ini, tiada hari tanpa penggunaan
pestisida. Mungkin juga ke depan karena populasi hama dan penyakit yang banyak,
sudah mengarah kepada pertanaman kentang dalam rumah plastik sehingga hama dan
penyakit bisa dikendalikan.
Berdasarkan hasil survei di tiga kecamatan terhadap masing-masing 20 petani,
menunjukkan bahwa produktivitas kentang di Tanah Karo secara rata-rata selama 5
tahun terakhir baru mencapai sekitar 30 ton perhektar. Sedangkan rata-rata biaya
produksi adalah Rp 890/kg
Berdasarkan uraian di atas, maka pengembangan agribisnis kentang Karo
harus malukukan perbaikan pemupukan, perbaikan mutu bibit dan Efisiensi biaya
produksi.

4. KESIMPULAN
- Usaha agribisnis kentang di Kabupaten Karo memberikan keuntungan
kepada petani sebesar Rp. 33.396.500 per musim tanam
- Untuk memenuhi kontinuitas pasokan maka perlu dilakukan pengaturan
dan rotasi pola tanam kentang pada sentra-sentra produksi kentang
- Pengembangan agribisnis kentang Karo harus malukukan perbaikan
pemupukan, perbaikan mutu bibit dan Efisiensi biaya produksi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian Kabupaten Karo. 2009. Pertanian Kabupaten Karo. Pemerintah


Kabupaten Karo.

Direktorat Bina Usaha Tani Dan Pengolahan Hasil. 1998. Departemen Pertanian.

Karo Dalam Angka. 2010. Karo Dalam Angka 2009. Kerjasama Pemerintah
Kabupaten Karo dengan Biro Pusat Statistik.

Pemkab Karo. 2003. Potensi dan Peluang Investasi di Kabupaten Karo.

SNI. 1995. Standar Mutu Kentang Menurut SNI 01 – 3920 – 1995

34

Anda mungkin juga menyukai