Anda di halaman 1dari 22

1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

sebagai mata pencaharian utama penduduk, maupun seabagai penopang

pembangunan. Sektor pertanian merupakan penopang perekonomian Indonesia,

karena pertanian memberikan porsi yang cukup besar dalam memberikan

sumbangan untuk pendapatan Negara. Sebagai pasar potensial bagi produk –

produk dalam negeri baik untuk barang produksi maupun konsumsi, terutama

produk yang dihasilakan oleh subsektor pangan. Tanaman pangan di Indonesia

memiliki beberapa jenis, seperti : serealia (padi, gandum, sorghum), biji – bijian

(jagung, kacang kedelai, kacang hijau), umbi – umbian (ubi jalar, talas, singkong,

kentang dan ganyong). Tanaman pangan yang termasuk jenis biji – bijian adalah

tanaman jagung. Jagung termasuk dalam salah satu jenis tanaman pangan yang

paling strategis dan merupakan komoditas penting kedua setelah padi.

Beberapa daerah di Indonesia seperti di Madura dan Nusa Tenggara

menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat,

jagung juga ditanam sebagai pakan ternak hijauan maupun tongkolnya, diambil

minyaknya dari bulir, dibuat tepung dari bulir, dikenal dengan istilah tepung

jagung atau maizena, dan bahan baku industri dari tepung bulir dan tepung

tongkolnya (Budiman, 2012).

Komoditi jagung di Provinsi Jambi mengalami peningkatan pada luas tanam

tahun 2020 sebesar 15.025 hektar dari 12.960 hektar pada tahun 2019. Adapun

luas panen jagung juga mengalami peningkatan sebesar 9.749 hektar tahun 2019
2

menjadi 12.893 hektar pada tahun 2020. Sedangkan untuk produksi jagung

Provinsi Jambi pada tahun 2019 sebesar 58.918 ton meningkat pada tahun 2020

menjadi 72.885 ton (Kementrin Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

2020). Kabupaten Tebo menjadi salah satu kabupaten yang membudidaya

tanaman jagung dengan luas tanam tahun 2019 sebesar 467 hektar, pada tahun

2020 meningkat menjadi 628 hektar dan terus meningkat pada tahun 2021 yaitu

sebesar 735 hektar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Luas Tanam Jagung Kabupaten Tebo Tahun 2019 - 2021


Luas Tanam (Ha)
No Kecamatan
2019 2020 2021
1 Tebo Ilir 18 14 9
2 Muara Tabir 22 33 27
3 Tebo Tengah 11 21 19
4 Sumay 220 163 252
5 Tengah Ilir 14 23 18
6 Rimbo Bujang 27 80 17
7 Rimbo Ulu 22 63 45
8 Rimbo Ilir 19 24 61
9 Tebo Ulu 14 37 42
10 VII Koto 89 129 165
11 Serai Serumpun 0 35 17
12 VII Koto Ilir 11 6 63
UMLAH 467 628 735
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tebo Tahun 2022

Tabel 1 menunjukkan Kecamatan Sumay merupakan salah kecamatan yang

membudidayakan tanaman Jagung terluas dibandingkan dengan kecamatan –

kecamtan lain yang ada di Kabupaten Tebo dengan luas tanam tahun 2019 sebesar

220 hektar, pada tahun 2020 turun menjadi 163 hektar dan pada tahun 2021

meningkat sebesar 252 hektar. Ini dapat disimpulakan bahawa Kecamatan Sumay

konsisten serta continue dalam mebudidayakan jagung. Untuk melihat luas

panen, produksi dan produktivitas tanaman jagung di Kecamatan Sumay lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut.


3

Tabel 2 : Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Kecamatan


Sumay Kabupaten Tebo Tahun 2021

Produksi Produktivitas
No Desa Luas Panen (Ha)
(Ton) (Ton/Ha)
1 Teluk Singkawang 7,6 4 6,77
2 Suo – Suo 294,7 127,43 91,20
3 Muaro Sekalo 54 25,74 21,2
4 Semambu 19,8 23,81 19,13
5 Tuo Sumay 19,3 21,28 17,38
6 Teriti 27 32,03 21,52
7 Lembak Bungur 15,80 13,71 10,26
8 Tambun Arang 19,1 11,05 9,69
9 Jati Belarik 38 13,11 11,58
10 Punti Kalo 15,5 10,56 7,85
11 Teluk Langkap 7,5 4,88 7,72
12 Pemayungan 117,6 43,79 34,51
Jumlah 635,9 331,39 167,61
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamtan Sumay tahun 2022
Tabel 2. Menunjukkan untuk luas panen yang terendah yaitu Desa Teluk

Langkap dengan luas hanaya 7,5 hektar, sedangkan produksinya sebesar 4,88 ton,

dan produktivitasnya sebesar 7,72 ton/hektar. Desa Suo – Suo merupakan desa

terluas dalam membudidayakan tanaman jagung yaitu 294,7 hektar luas panen,

sedangkan produksi jagung Desa Suo – Suo sebanyak 127,43 ton dengan

produktivitas sebesar 91,20 ton/hektar. Dari data tersebut terlihat bahwa masih

rendahnya produksi jagung di Kecamatan Sumay khususnya Desa Suo – Suo.

Kementrian Pertanian mengakatakan luas 1 (satu) hektar tanaman jagung dapat

memproduksi 6 (enam) sampai 8 (delapan) ton jagung. Rendahnya produksi

diduga adanya kesalahan perilaku petani dalam Budidaya Jagung yang tidak

sesuai dengan anjuran. Menurut Notoadmodjo (2003), perilaku merupakan

totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau

resultan antara berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.
4

Perilaku petani dalam Budidaya Jagung diduga masih tradisional dimana

masih tergantung pada kondisi alam. Salah satu upaya yang dilakukan dalam

pengusahaan tanaman Jagung untuk meningkatkan produksi adalah dengan

menerapkan Budidaya Jagungyang sesuai dengan anjuran yang meliputi: (1).

Penyiapan bahan tanaman (benih), (2). Penyiapan lahan, (3). Penanaman, (4).

Pemeliharaan tanaman, (5). dan Panen

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik menulis dengan

judul ”Perilaku Petani dalam Budidaya Jagung Di Desa Suo – Suo

Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo”.

I.2. Rumusan Masalah.

1. Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan

keterampilan petani budidaya jagung di Desa Suo – Suo Kecamatan Sumay

Kabupaten Tebo ?

2. Bagaimana tingkat perilaku petani budidaya jagung di

Desa Suo – Suo Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo ?

1.3. Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan petani

budidaya jagung di Desa Suo – Suo Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo

2. Untuk mengetahui tingkat perilaku petani budidaya jagung di Desa Suo – Suo

Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo

I.4. Manfaat Penelitian.

1. Bagi penulis, mendapatkan pengalaman praktis serta mengaplikasikan teori-

teori tentang ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan


5

2. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan agar

dapat lebih intensif dalam budidaya jagung

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dan masukan pemikiran bagi

pihak pengambilan keputusan dan kebijakan dalam upaya pengembangan

Budidaya jagung.
6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

Notoadmodjo (2003), menjelaskan bahwa perilaku merupakan totalitas

penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau resultan

antara berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Perilaku dapat

berbentuk reaksi sikap positif atau negatif terhadap objek yang ditunjukkan oleh

manusia. Perilaku bersifat positif adalah suatu penerimaan informasi budidaya

lebih baik dari sebelumnya sedangkan perilaku bersifat negatif merupakan bentuk

penolakan atau ketidaktahuan terhadap budidaya.

Perubahan perilaku tidak terjadi begitu saja melainkan melalui proses

tertentu. Perubahan perilaku dapat melalui faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri orang bersangkutan atau

faktor pribadi orang tersebut seperti umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, minat

dan sikap individu terhadap objek tertentu. Faktor eksternal yaitu faktor luar

membentuk kecendrungan individu untuk berperilaku, faktor ini dapat berasal dari

media Massa atau sumber informasi pada saat pembentukan sikap

(Soekartawi,1984).

Untuk mengetahui perilaku (tindakan) yang dilakukan orang terhadap suatu

objek, dapat dilihat dari sikap orang tersebut terhadap objek. Lebih lanjut

dikatakan sikap itu adalah pengaruh atau penolakan penilalan suka atau tidak

suka, kepositifan dan kenegatifan terhadap suatu objek. Menurut Mardikanto

(2009), menyatakan bahwa perilaku terdiri dari tiga komponen yaitu pengetahuan,

sikap, keterampilan.
7

2.1.1 Pengetahuan

Seseorang dalam menerapkan segala sesuatu pada dirinya diharapkan akan

adanya suatu bentuk bekal berupa pengetahuan mengenal objek dari yang akan dia

digeluti. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang

terhadap objek dari penggunaan panca indra karena adanya unsur yang mengisi

akal secara nyata. Pengetahuan memberikan landasan bagi keinginan untuk

melaksanakan sesuatu (Koentjaraningrat, 1990). Soekanto (1998), menyatakan

bahwa pengetahuan adalah kesan di dalam pemikiran seseorang sebagai hasil

penggunaan panca indra yang berbeda sekali dengan kepercayan (believe),

takbayul (supersitition) dan peragaan yang keliru. Dengan demikian pengetahuan

timbul karena adanya proses yang menyebabkan seseorang tahu, sedangkan

menurut Mardikanto (1993), menjelaskan. bahwa pengertian tahu tidak hanya

sekedar dapat mengemukakan atau mengucapkan tentang apa yang diketahui,

akan tetapi juga dapat menggunakan pengetahuan di dalam prakteknya. Bahkan

lebih tinggi dari pada itu, orang tersebut mampu menganalisis, mensintesa,

mengetahui dan mengevaluasi segala sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan

yang dimiliki.

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

merupakan segala sesuatu yang diketahui seseorang terhadap objek darl

penggunaan panca indra karena adanya unsur yang mengisi akal secara nyata,

dimana seseorang juga diharapkan tidak hanya menjelaskan pengetahuannya

terhadap suatu objek tetapi juga dapat menggunakan pengetahuan di dalam

prakteknya. Bahkan lebih tinggi dari itu. orang tersebut mampu menganalisis,
8

mensintesa, mengetahui dan mengevaluasi segala sesuatu yang berkaitan dengan

pengetahuan yang dimiliki.

2.1.2 Sikap

Istilah sikap yang dalam bahasa inggris disebut "Attitude" pertama kali

digunakan oleh Herbert Spencer (1982) dalam Ahmadi (1988) yang menggunakan

kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Kesadaran individu yang

menentukan perbedaannya dan perbuatan-perbuatan yang mungkin terjadi itulah

yang dinamakan sikap.

Gerungan (1986) dalam Ahmadi (1988), Pengertian attitude dapat

diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan

sikap mana disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap

objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan

beraksi terhadap sesuatu hal.

Menurut Thurstone ( 1946) dalam Ahmadi (1988), menyatakan bahwa sikap

sebagai kecenderungan yang bersifat negatif dan positif terhadap objek psikologis.

Objek psikologi disini meliputi : simbol, kata-kata. slogan orang, lembaga, ide

dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap objek psikologi

apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang

dikatakan memiliki sikap negatif terhadap objek psikologi bila la tidak suka

(dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi. Ahmadi (1988),

menyatakan bahwa sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakekat, baik

perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.


9

2.1.3 Keterampilan

Dalam melakukan setiap pekerjaan kita maka diperlukan keterampilan

khusus, yang mana beberapa diantaranya diperoleh selama bekerja ada pula yang

kita peroleh dengan. membaca, dengan belajar sendiri, dengan memikirkan

pekerjaan itu dan bagaimana caranya kita dapat melakukan lebih baik (Mosher,

1991).

Keterampilan adalah kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk

melakukan sesuatu dengan baik dan cermat dengan keahlian. Menurur Mosher

(1991), keterampilan adalah kemahiran dalam pelaksanaan sesuatu yang dicapai

dengan latihan. Taraf kemahiran tergantung dari cara melatih dan ketekunan

seseorang dalam melatih diri. Cara melatih tidak kurang pentingnya daripada

ketekunan. Keterampilan yang dimillki harus terus dikembangkan serta diasah

sehingga dapat mengatasi kelemahan-kelemahan seseorang dalam bidang yang

digelutinya.

2.2 Konsep Petani

Menurut UU No.16 tahun 2006 yang di maksud dengan petani adalah

perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya yang mengelola usaha di

bidang pertanian, yang mencakup usaha hulu, usahatani, usaha hilir dan usaha jasa

penunjang. Selanjutnya Mosher (1991), memberikan gambaran yang agak luas

tentang petani yaitu petani sebagai manusia, maksudnya petani juga rasional ,

memiliki harapan- harapan, keinginan- keinginan dan kemauan untuk hidup lebih

baik.
10

Menurut Amien dalam Mardikanto (2009) Petani sebagai juru usahatani,

maksudnya adalah petani yang melakukan kegiatan bertani yang memiliki

pengalaman dan telah belajar dari pengalamanya, hasil belajarnya tercermin dari

kebiasaan- kebiasaan yang mereka terapkan dalam kegiatan beratani dan petani

sebagai pengelola usahatani maksudnya petani adalah orang yang memiliki

wewenang untuk mengambil keputusan sendiri tentang usaha tani yang di

kelolanya, serta terbiasa mempertangungjawabkan hasil pengelolaanya itu kepada

keluarga serta masyarakat di lingkunganya.

2.3 Konsep Tanaman Jagung

Menurut Warisno (2010), tanaman jagung termasuk dalam famili graminae,

dengan sistematika (taksonomi) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Poales

Famili : Poacea (Graminae)

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L. adalah

salah satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari Amerika.

Orang-orang Eropa yang datang ke Amerika membawa benih jagung tersebut ke

negaranya. Melalui Eropa tanaman jagung terus menyebar ke Asia dan Afrika.

Baru sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini oleh orang Portugis dibawa ke
11

Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah lainnya di Asia termasuk Indonesia

(Wahab, 2007).

Tanaman jagung cocok ditanam di Indonesia, karena kondisi tanah dan

iklim yang sesuai. Disamping itu tanaman jagung tidak banyak menuntut

persyaratan tumbuh serta pemeliharaannya lebih mudah, maka wajar jika banyak

petani yang selalu mengusahakan lahannya dengan tanaman jagung (AAK, 2012).

Jagung termasuk jenis tanaman semusim (annual). Susunan tubuh

(morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah.

Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar, yaitu akar utama, akar

cabang, akar lateral, dan akar rambut (Warisno, 2010).

Di Indonesia (daerah tropik), tanaman jagung dapat tumbuh pada dataran

rendah (<1.000m DPL) sampai dataran tinggi (>1.600 m DPL). Namun, wilayah

dengan ketinggian 0-600 m DPL merupakan daerah yang optimum bagi

pertumbuhan tanaman jagung. Pendapat lain menyatakan bahwa penanaman

jagung pada ketinggian <800 m DPL dapat berproduksi dengan baik dan >800 m

DPL juga masih memberikan hasil yang baik pula. Pada dataran rendah, umur

jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1.000 m DPL

berumur 4-5 bulan. Setiap kenaikan tinggi tempat 50 m DPL maka umur panen

jagung akan mundur satu hari, karena dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimum

untuk pertumbuhan jagung adalah 26-30ºC. Suhu dapat mempengaruhi jumlah

daun dan terlepasnya serbuk sari. Sedangkan suhu tanah mempengaruhi titik

tumbuh. Suhu rendah akan memperlambat keluar daun, meningkatkan jumlah

daun, dan menunda terbentuknya bunga jantan (Atman, 2015).


12

2.4 Penelitian Terdahulu

Ardi (2017) dengan judul “Perilaku Petani dalam Budidaya Kedelai Di

Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

perilaku petani kedelai, Untuk mengetahui tingkat budidaya kedelai, dan untuk

menganalisis hubungan perilaku petani dengan budidaya kedelai. Penelitian ini

dilaksanakan di Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo.

Metode penelitian dalam penelitian ini untuk mempelajari perilaku petani

dan budidaya kedelai dilakukan dengan analisis deskriptif melalui scoring

persentase dan tabel kontingensi. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara

perilaku petani dengan budidaya kedelai dilakukan analisis Chi Square dengan

kontingen 2x2. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa petani budidaya

kedelai di Kecamatan Tebo Ilir memiliki perilaku negatif baik itu dari

pengetahuan petani, sikap petani maupun keterampilan petani dalam budidaya

kedelai dan budidaya kedelai di Kecamatan Tebo Ilir tergolong rendah dari

penyiapan bahan tanam (benih), penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan

hanya panen yang tergolong tinggi. Sedangkan hubungan perilaku petani dengan

budidaya kedelai terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku petani

terhadap budidaya kedelai di Kecamatan Tebo Ilir.

Alfianti. 2020. Perilaku Petani Kakao Terhadap Kinerja Penyuluh Di Desa

Labawang Kecamatan Keera Kabupaten Wajo. Penelitian ini bertujuan

mengetahui (1) kinerja penyuluh, (2) perilaku petani kakao terhadap kinerja

penyuluh. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Labawang Kecamatan Keera

Kabupaten Wajo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey

lapangan dengan mewawancarai dan membagikan kuesioner kepada lima puluh


13

petani sebagai responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

menetapkan ciri-ciri khusus dengan melihat karaterisitik petani yang telah

mendapatkan arahan dari peyuluh. Data dianalisis dengan menggunakan skala

likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja penyuluh dikategorikan sudah

sangat baik dalam menjalankan tugasnya sebagai pembimbing, sebagai

organisator dan dinamisator, sebagai pelatih teknis, sebagai penghubung antara

penelitian dengan petani. kemampuan petani dalam berpartisipasi dengan

kelompok tani dan kemampuan usahatani. Kinerja penyuluh pertanian

berpengaruh langsung terhadap perubahan perilaku petani .

Tukan, dkk. 2019. Perilaku petani terhadap agribisnis jagung lamuru di Desa

Uiasa Kecamatan Semau Kabupaten Kupang. Penelitian tentang perilaku petani

terhadap agribisnis jagung Lamuru di Desa Uiasa Kecamatan Semau Kabupaten

Kupang telah dilaksanakan dari bulan Desember hingga Januari 2019. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku petani terhadap agribisnis jagung

lamuru di Desa Uiasa, serta kendala – kendala yang mempengaruhi perilaku

petani dalam agribisnis jagung lamuru. Penelitian ini dilakukan dengan metode

survei, penentuan lokasi peneltian ditentukan secara Purposive Sampling. Petani

sampel di lokasi penelitian sebanyak 70 responden dari 238 populasi. Data

dianalisis secara deskriptif dengan pendekatan skala Likert.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku petani terhadap usahatani

jagung lamuru berada pada kategori moderasi dengan pencapaian skor rata-rata

2,67 dan pencapaian skor maksimum 53,49 %, artinya perilaku petani dalam

menjalankan suatu aktivitas usahatani di lokasi penelitian biasa-biasa saja.

Kondisi ini terjadi karena petani di daerah penelitian dalam menjalankan


14

agribisnis jagung lamuru memiliki keterbatasan sumberdaya manusia dalam hal

manajemen pengelolaan agribisnis jagung lamuru, sikap petani yang tidak

mendukung program agribisnis jagung lamuru sehingga produktivitas diharapkan

tidak sesuai dan juga akan mempengaruhi tingkat penghasilan serta kesejahteraan

petani. Faktor sosial yang mempengaruhi usahatani jagung yaitu tingkat

pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, gotong-royong dan konformitas masih

menjadi tantangan utama bagi petani di Desa Uiasa dalam menjalankan agribisnis

jagung lamuru.

2.5 Kerangka Pemikiran

Produksi Jagung sangat ditentukan oleh budidaya jagung dari penyiapan

bahan tanaman (benih), penyiapan lahan, penanaman. Penyiapan bahan tanaman

(benih) dilakukan dengan cara memilih varietas jagung yang sesuai yang bebas

dari hama dan penyakit yang ditanam secara langsung pada lahan ataupun melalui

seleksi terlebih dahulu. Kemudian dilakukan penyiapan lahan yang dimulai

dengan pengolahan tanah. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk mendapatkan

sifat fisik tanah yang baik atau sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Selanjutnya

di lakukan penanaman dengan jarak yang sesuai anjuran dan waktu tanam juga

harus diatur sedemikian rupa sehingga waktu panen.

Tiga komponen pokok perilaku adalah Pengetahuan, Sikap, dan

Keterampilan. Ketiga komponen ini diduga berhubungan dengan budidaya

usahatani jagung. Pengetahuan tentang objek yang digeluti sangat menentukan

budidaya yang ada dimana orang tersebut mampu menganalisis, mensintesa, dan

mengevaluasi segala sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki.

Pengetahuan disini adalah pengetahuan petani yang berkenaan dengan usahatani


15

jagung. Kemudian sikap merupakan sebagai kecendrungan yang bersifat positif

atau negatif terhadap objek psikologis. Objek disini meliputi : simbol, kata-kata,

slogan orang, lembaga, ide dan sebagainya. Sikap dalam budidaya disini yang

menentukan sifat, hakekat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan

datang sebagai kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap

budidaya jagung.

Selanjutnya keterampilan merupakan kecekatan, kecakapan dan kemahiran

dalam melakukan sesuatu dengan baik dan cermat dalam budidaya usahatani.

Keterampilan yang dimiliki harus terus dikembangkan serta diasah sehingga dapat

mengatasi kelemahan-kelemahan seseorang dalam bidang yang digelutinya.

Keterampilan disini adalah keterampilan petani dalam budidaya jagung yang

meliputi seluruh budidaya usahatani yang dilakukannya. Berikut kerangka

pemikiran perilaku petani dalam budidaya Jagung di Desa Suo – Suo Kecamatan

Sumay Kabupaten Tebo.

Petani

Pengetahuan Sikap Keterampilan

Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Perilaku Budidaya Jagung

Tinggi Rendah

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran


16

2.6 Hipotesis

1. Diduga tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan petani budidaya jagung

di Desa Suo – Suo Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo tinggi

2. Diduga tingkat perilaku petani budidaya jagung di Desa Suo – Suo

Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo tinggi


17

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Desa Suo – Suo Kecamatan Sumay Kabupaten

Tebo, dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu daerah yang

masyarakatnya membudidayakan tanaman jagung secara konsiten dan continue,

Desa Suo – Suo merupakan desa luas panen tanaman jagung terluas, produksi dan

produktivitas tertinggi dibandingkan desa yang lain di Kecamatan Sumay. Objek

penelitian ini adalah petani yang membudidayakan jagung, Sedangkan lingkup

penelitian ini adalah mengkaji perilaku petani dalam budidaya jagung. Penelitian

ini direncanakan akan dilaksanakan tanggal 15 Agustus 2022 sampai dengan 15

September 2022.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden

melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan. Data sekunder

diperoleh dari studi literatur, laporan penelitian dan hasil publikasi, ataupun

berbagai informasi dari instansi yang ada kaitannya dengan penelitian.

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode

penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang

berdasarkan data, sehingga penelitian ini juga menyajikan data, menganalisis, dan

menginterpretasi (Achmadi dan Narbuko, 2003). Penelitian ini menggunakan


18

teknik survey, yaitu penelitian dengan cara pengambilan sampel dari suatu

populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data, dan

menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis

(Singarimbun dan Effendi, 1995).

3.4. Metode Pengambilan Sampel

Unit sampel dalam penelitian ini adalah petani Jagung di Kecamatan Sumay

Kabupaten Tebo. Dari informasi yang diperoleh dari Balai Penyuluhan Pertanian

(BPP) Kecamatan Sumay terdapat 2 (dua) Kelompok Tani yang membudidaya

jagung. Ini dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 3. Kelompok Tani Jagung Desa Suo – Suo Kecamatan Sumay


Kabupaten Tebo Tahun 2022
No Nama Kelompok Tani Petani (Orang)
1 Suka Jaya 30
2 Usaha Mandiri 20
Jumlah 50
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sumay 2022

Berdasarkan Tabel 3 Kecamatan Sumay memiliki 2 (dua) kelompok tani

yaitu Suka Jaya dan Usaha Mandiri dengan jumlah anggota yaitu 30 petani pada

kelompok tani Suka Jaya dan 20 petani pada kelompok tani Usaha Mandiri.

Menurut Arikunto (2006), menyatakan apabila subjeknya kurang dari 100, lebih

baik diambil semua populasi sehingga penelitiannya merupakan penelitian sensus.

Tetapi, jika jumlah subjeknya besar atau lebih dari 100, dapat diambil sampel

antara 10 -15 % atau 20 - 25% bahkan lebih. Berdasarkan pernyataan tersebut,

maka populasi sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang petani Jagung.

Sehingga sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang petani Jagung di Desa

Suo – Suo Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo.


19

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan petani budidaya jagung

dan ntuk mengetahui tingkat perilaku petani budidaya jagung di Desa Suo – Suo

Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo menggunakan skala likert, menurut Tatang

Amirin (2010) Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan

dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset

berupa survey, penelitian yang sering menggunakan skala ini adalah bila

penelitian menggunakan jenis penelilitian survey deskriftif, dengan rumus:

Interval kelas = skor tertinggi –skor terendah


Jumalah kelas
Skor tertinggi = total skor tertinggi X jumlah pertayaan X jumlah responden

Skor terendah = total skor terendah X jumlah pertayaan X jumlah responden

Interval kelas tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan

Skor Rendah 49 - 98

Tinggi 99 – 147

Intervaal kelas tingkat perilaku petani budidaya jagung secara individu

Skor: Rendah 147 - 294

Tinggi 295 - 441

Sedangkan interval kelas tingkat perilaku petani budidaya jagung secara

keseluruhan

Skor Rendah 7350 – 14700

Tinggi 14701 – 22050


20

3.6. Konsepsi Pengukuran

1. Petani sample adalah petani yang membudidayakan jagung di Desa Suo –

Suo Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo (orang)

2. Perilaku petani dalam budidaya jagung yaitu totalitas penghayatan dan

aktivitas petani yang merupakan hasil bersama atau resultan antara berbagai

faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal yang meliputi :

pengetahuan, sikap dan keterampilan.

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan

yang dimiliki petani dalam budidaya jagung

4. Sikap adalah segala aspek yang berhubungan dengan sikap petani dalam

budidaya jagung

5. Keterampilan adalah segala aspek yang berhubungan dengan keterampilan

petani dalam budidaya jagung

6. Budidaya Jagung yaitu segala aspek yang berhubungan dengan budidaya

jagung yang yang dilakukan petani dalam budidaya dengan pengukurannya

berdasarkan standar yang direkomendasikan rukmana (2004) yaitu penyiapan

bahan tanaman (benih), penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman,

dan panen.

7. Tanaman jagung adalah salah satu tanaman

pangan penghasil karbohidrat yang terpenting, selain gandum dan padi. 


21

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2012. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta: Kanisius

Achmadi, A. dan Narbuko, C. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta. Bumi Aksara

Ahmadi Ahmad.1988. Psikologi Sosial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Alfianti. 2020. Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas


Cokroaminoto Palopo. Sulawesi Selatan

Amirin, M.T. 2010. Skala Likert : Penggunaan dan Analisis Data. Yogyakarta.


UNY Pres
Ardi. 2017. Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muara Bungo. Bungo

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta. Bumi Aksara

Atman. 2015. Produksi Jagung; Strategi Meningkatkan Produksi Jagung.


Plantaxia. Yogyakarta. 

Departemen Pertanian. 1991. Budidaya dan Pengolahan Hasil Kedelai. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2019. Laporan Tahunan Dinas Peratanian Tanaman Pangan
Provinsi Jambi. Provinsi Jambi.

Badan Pusat Statistik . 2017. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Tebo. Tebo

Budiman, H. 2012. Budidaya Jagung Organik. Varietas Baru yang kian. Diburu.
Pustaka Baru Putra. Yogyakarta.

Hernanto Fadholi. 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta

Hidayat. O. D. 1993. Marfologi Tanaman Kedelai. Puslitbangtan. Bogor

Jakarta.

Insani. G. dan Nurmalina. R. 2014. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan


Management Institut Pertanian Bogor. Bogor

Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2020. Laporan


Tahunan. Jakarta

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta


22

Mardikanto, T. 1991. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret


University Press. Surakarta

Mardikanto. T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Pres. Surakarta.

Mosher, AT. 1991. Menggerak dan Pembanguna Pertanian. CV. Yasaguna.


Jakarta

Notoatmodjo. S. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta.


Jakarta.

Siegel. 1997. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT.Gramedia.


Jakarta

Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta

Soekanto. 1998. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grapindo Persada. Jakarta

Soekartawi. 1984. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indenesia.

Tukan, dkk. 2019. Perilaku Petani Terhadap Agribisnis Jagung Lamuru Di Desa
Uiasa Kecamatan Semau Kabupaten Kupang. Buletin Ilmiah IMPAS
Volume: 20 Nomor: 03. Kupang
Warisno, 2007. Cara Budidaya Tanama Jagung. Jurnal Pertanian

Wahab, Wirawan. 2007. Karakteristik dan Klasifikasi Tanaman Jagung. Orasi


Ilmiah Guru Besar Tetap Fisiologi Tanaman. 16 September 2006.
Fakultas Pertanian IPB.

Anda mungkin juga menyukai