Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Disusun Oleh :

Nama : Gita Wacana


NIM : D.131.18.0009

PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS SEMARANG
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pembuatan Tempe Kemas Plastik Di Sentral Industri Tahu


Tempe Pak Daryo Lamper Tengah Semarang
Nama : Gita Wacono

NIM : D.131.18.0009

Pelaksanaan PKL : Mei 2021 – Juni 2021

Mengetahui Dosen Pembimbing


Dekan Fakultas Teknologi Pertanian USM

Dr.Ir. Haslina, M.Si Dr.Ir. Haslina, M.Si

NIS. 06557002101009 NIS. 06557002101009


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jurusan Teknologi Hasil Pertanian (THP) merupakan salah satu jurusan
di Universitas Semarang (USM) yang memiliki visi yaitu mewujudkan jurusan
yang tangguh dan terpercaya dalam bidang teknologi pengolahan hasil pertanian
dengan keluaran (output) berupa sumber daya yang profesional yaitu sumber
daya dengan predikat sebagai teknolog yang mampu bersaing di era global.
Untuk menghasilkan luaran tersebut maka kurikulum di jurusan THP memuat
kompetensi utama, pendukung dan penunjang. Kompetensi utama lulusan
program studi THP adalah: menguasai dasar ilmu teknologi dan pengetahuan
bahan pangan/hasil perkebunan, mampu melakukan proses operasi dalam industri
pangan dan hasil perkebunan dengan penerapan quality system serta perencanaan
industri dan mengembangkan produk sesuai dengan keinginan pasar. Kompetensi
pendukung lulusan program studi THP adalah menguasai dasar manajerial dan
manajemen sumber daya dengan kemampuan komunikasi yang baik, penuh
percaya diri serta mampu melakukan analisis, sintesis dan pelaporan. Sedangkan
kompetensi penunjang lulusan prgram studi THP adalah memiliki kemampuan
berpikir dan bertindak cermat serta mampu bekerja dibawah tekanan dan tangguh
di lapangan.

Untuk menghasilkan luaran berupa sumber daya yang profesional,


jurusan Teknologi Hasil Pertanian mempunyai kurikulum yang disusun
berdasarkan blok kompetensi, yang didukung dengan adanya kegiatan magang
(praktek kerja industri) yang wajib ditempuh oleh mahasiswa semester VI.
Magang industri merupakan salah satu syarat kelulusan sarjana S-1 bagi Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian yang mengambil minat STP atau Sarjana Teknologi
Pertanian. Tujuan dari magang (Praktek Kerja Lapangan) adalah untuk
menerapkan ilmu, mengamati dan mengetahui proses produksi yang ada dalam
dunia industri sehingga mahasiswa menjadi lebih terampil dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhan skill yang ada di dunia industri. Selain itu adanya
pengalaman yang baik juga akan berpengaruh dalam perkembangan kemampuan
belajar mahasiswa. Kegiatan magang (Praktek Kerja Lapangan) dilaksanakan
selama 30-45 hari di Industri pengolahan pangan dan perkebunan dengan
harapan dapat menambah bekal ketrampilan teknis dan manajerial praktis bagi
mahasiswa

Pabrik Gula Trangkil merupakan salah satu perusahaan perkebunan


dengan produk hasil utama gula kristal putih, sehingga hal itu sangat
memungkinkan untuk digunakan sebagai lokasi magang mahasiswa. Magang di
Pabrik Gula Trangkil dimaksudkan untuk memberikan wawasan kepada
Mahasiswa secara langsung tentang manajemen industri mulai dari penyediaan
bahan baku, proses produksi, pengendalian mutu dan pemasaran etanol.
Diharapkan, setelah mengikuti kegiatan magang di Pabrik Gula Trangkil
mahasiswa dapat mensinergikan secara langsung beberapa teori dan pengetahuan
yang telah diperoleh di Kampus, sehingga kesenjangan antara teori dan praktek
dapat diminimalkan.

1.2 Tujuan Kegiatan


1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan PKL ini yaitu sebagai berikut:
a. Mengembangkan wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
b. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja
praktis sehingga secara langsung dapat memecahkan masalah yang ada
dalam kegiatan di bidang pengolahan hasil pertanian.
c. Agar mahasiswa dapat melakukan dan membandingkan penerapan teori
yang diterima di jenjang akademik dengan praktek yang dilakukan di
lapangan.
d. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori
dan penerapannya sehingga dapat memberikan bekal bagi mahasiswa
untuk terjun ke masyarakat.
e. Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara perguruan tinggi,
pemerintah, dan perusahaan.

1.2.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan PKL ini yaitu sebagai berikut:
a. Mengetahui cara panen dan pengolahan pasca panen tebu untuk
produksi gula di PT Pabrik Gula Trangkil, Pati, Jawa Tengah.
b. Melihat dan memahami secara langsung proses pengendalian mutu
produksi gula di PT Pabrik Gula Trangkil, Pati, Jawa Tengah.
c. Mengetahui berbagai jenis mesin dan mekanisme kerjanya secara
umum yang digunakan dalam proses produksi gula di PT Pabrik Gula
Trangkil, Pati, Jawa Tengah.
d. Mengetahui proses sanitasi dan higienitas industri yang dilakukan oleh
perusahaan terkait dengan proses produksi gula tebu di PT Pabrik Gula
Trangkil, Pati, Jawa Tengah.
e. Mengetahui proses penanganan limbah yang dihasilkan pada proses
produksi gula di PT Pabrik Gula Trangkil, Pati, Jawa Tengah.

1.3 Manfaat Kegiatan


1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Adapun manfaat yang diperoleh mahasiswa dari pelaksanaan PKL ini ialah,
sebagai berikut :
a. Memperoleh informasi dan gambaran tentang perusahaan dari segi
material handling, proses produksi, sistem manajemen pengendalian
mutu, sanitasi dan higienitas, pengemasan dan penyimpanan, serta
pengolahan limbah, pada produksi gula tebu.
b. Memperoleh wawasan atau pengetahuan dan pengalaman kerja secara
langsung sehingga dapat digunakan sebagai modal dan bekal bagi
mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja setelah selesai menempuh
pendidikan pada jenjang strata pertama.
c. Memperoleh suatu keterampilan dalam mengembangkan kompetensi
dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh sebelumnya untuk diterapkan
pada dunia kerja, sehingga mampu mengatasi berbagai masalah yang
terjadi dan dapat mendukung kapasitas kompetitif yang hendak
dibangun.

1.3.2 Manfaat Bagi Program Studi Teknologi Hasil Pertanian


Adapun manfaat yang diperoleh Institusi Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian dari pelaksanaan PKL ini ialah, sebagai berikut :
a. Membangun hubungan kerjasama dan kemitraan antara institusi Program
Studi Teknologi Hasil Pertanian dengan perusahaan mitra tempat PKL.
b. Mendukung kurikulum pendidikan yang ada di Program Studi Teknologi
Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Semarang.
c. Mendukung visi, misi, dan tujuan dari Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Semarang.
d. Mempersingkat waktu tunggu lulusan untuk mendapatkan suatu pekerjaan
dan memperbesar penyerapan lulusan (perekrutan) ke dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tebu
Tanaman tebu merupakan tanaman perkebunan semusin yang mempunyai
sifat tersendiri sebab didalam batangnya terdapat zat gula. Tebu berkembang biak
di daerah beriklim udara sedang sampai panas. Berbagai varietas tebu telah
diluncurkan oleh Kementrian Pertanian untuk meningkatkan produksi petani.
Kualitas bibit tebu merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
keberhasilan pengusahaan tanaman tebu. Bibit tebu yang baik adalah bibit yang
cukup 5 – 6 bulan, murni (tidak tercampur varietas lain), bebas dari penyakit dan
tidak mengalami kerusakan fisik. Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi
dan kurus, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tebu yang tumbuh baik tinggi
batangnya dapat mencapai 3-5 m atau lebih. Batang tebu beruas-ruas dengan
panjang ruas 10– 30 cm. Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan
yang berseling.

Klasifikasi Tanaman Tebu


Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu /monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Graminae atau Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum Linn
Tebu (Saccharum officinarum) merupakan salah satu tanaman perkebunan
yang cukup penting di Indonesia. Pada umumnya tebu digunakan sebagai bahan baku
produksi gula. Salah satu industri perkebunan gula yang masih terus mengusahakan
peningkatan produksi gula adalah PT. Gunung Madu Plantations (GMP). Pengolahan
tanah yang diterapkan dalam perkebunan tebu ini adalah sistem olah tanah intensif
terus menerus selama 35 tahun. Pengolahan tanah secara intensif dapat menyebabkan
kerusakan struktur tanah, mempercepat terjadinya erosi tanah, dan penurunan kadar
bahan organik tanah yang berpengaruh juga terhadap keberadaan biota tanah,
termasuk cacing tanah. Produksi gula di PT. GMP dapat ditingkatkan dengan
dilakukan pembenahan media tanam (tanah) tebu sehingga dapat tumbuh dengan
baik. Perbaikan itu dapat dilakukan dengan merubah sistem pengolahan tanahnya dan
juga memberikan bahan organik ke dalam tanah.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan sistem
Tanpa Olah Tanah (TOT) dan pengaplikasian BBA (bagas, blotong, abu) tebu yang
dihasilkan dari sisa produksi PT. GMP itu sendiri (Batubara, 2013). Pembanguan
pertanian tidak hanya ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan saja, tetapi
juga mencakup usaha-usaha peningkatan produksi pangan mencakup kebutuhan
pokok lain diantaranya kebutuhan akan gula. Dari beberapa media masa diberitakan
bahawa kebutuhan gula masih dipasok dari gula impor, karena produksi tebu sebagai
bahan baku gula belum mencukupi. Evaluasi diperlukan untuk mencapai sasaran yang
dimaksud. Dalam evaluasi lahan dikenal adanya suatu sistem klasifikasi yaitu
klasifikasi kemampuan lahan yang dilakukan untuk menilai faktor-faktor yang
menentukan daya guna lahan kemudian mengelompokkan penggunaan lahan sesuai
dengan sifat yang dimilikinya. Dalam klasifikasi kemampuan lahan yang dinilai
hanyalah faktor-faktor pembatas lahan (Widianto dalam Arifin, 2003).

Industri gula kita sedang mengalami masalah besar, bahkan berada di ambang
kematian. Produksinya berkurang karena rendahnya pasokan tebu dari petani.
Kondisinya semakin memprihatinkan karena diberondong oleh gula selundupan dan
gula impor. Turunnya produktivitas tebu dari petani diyakini disebabkan oleh
peralihan penanaman tebu dari lahan basah ke lahan kering. Jika tahun 1930an,
produksi rata- rata petani tebu Indonesia 13 ton hablur per hektar. Sekarang produksi
di lahan kering rata- rata hanya 3 hingga 4 ton hablur per hektar. Penyebab utama
turunnya produksi tebu petani adalah mutu bibit yang buruk. Oleh karena
pengetahuan dan kemampuan yang terbatas, petani tidak mengganti bibit yang
ditanam dengan varietas yang lebih baik. Cara ini beresiko besar terhadap penyakit
yang dapat menurunkan produksi hingga 30% (Abdurrahman, 2008). Sebelum
penyakit sereh timbul dan menyerang tanaman tebu, varietas tebu yang banyak
ditanam adalah tebu cirebon hitam dan tebu jepara putih. Tetapi setelah penyakit
sereh menyerang hebat, Balai Penelitian Tebu pada waktu itu berusaha mencari
varietas tahan dengan membuat persilangan antara varietas liar Saccharum
spontaneum dan varietas yang sudah dibudidayakan yaitu Saccharum officinarum.

Tebu liar S. Spontaneum mempunyaibatang yang keras dan banyak rumpun,


sedangkan tebu S. Officinarum mempunyai rasa manis. Dari persilangan dua varietas
tersebut diperoleh di antaranya yang menonjolaalh POJ-2878. Varietas ini mampu
menaikkan produksi gula negara sampai kira- kira 25% (Mangoendidjojo, 2003). Dari
proses pembuatan tebu akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa
tetes ( molase) dan air. Karena sari tebu tidak bisa diolah menjadi gula semuanya,
maka tebu pun diolah menjadi pakan ternak dan alkohol. Selain itu tsanaman tebu
(Sacharum officanarum L) merupakan tanaman perkebunan semusim yang
mempunyai sifat tersendiri, sebab di dalam batangnya terdapat zat gula. Tebu
termasuk keluarga rumput- rumputan ( Gramineae) seperti halnya padi, jagung
glagah, bambu dan lain- lain. Daun tebu ini bisa digunakan sebagai bahan bakar
untuk memesak. Karena daun tebu kering cepat panas, pembakarannya setara dengan
minyak tanah (Comic, 2010). Berdasarkan karakteristik Daunnya, daun tebu
merupakan daun tidak lengkap, yang terdiri dari helai daun dan pelepah daun
saja, sedang tangkai daunnya tidak ada. Diantara pelepah daun dan helai daun
bagian sisi luar terdapat sendi segitiga daun, sedang pada bagian sisi dalamnya
terdapat lidah daun. Yang perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda pengenal
yang terdapat pada daun ialah pelepah daun dengan bagian-bagiannya terutama bulu-
bulu bidang punggung dan telinga dalam.

2.2 Gula
Gula merupakan komoditi penting bagi masyarakat Indonesia bahkan bagi
masyarakat dunia. Kebutuhan akan gula dari setiap negara tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan pokok, tetapi juga karena gula merupakan bahan pemanis
utama yang digunakan sebagai bahan baku pada industri makanan dan minuman.
Kondisi geografis Indonesia yang cukup berpotensi untuk menghasilkan tanaman
tebu menjadikan Indonesia sebagai negara yang berpotensi sebagai produsen gula
terbesar di dunia.
Gula adalah bentuk dari karbohidrat, dan yang paling sering digunakan adalah
kristal sukrosa padat. Menurut Moerdokusumo (1993), beberapa macam gula yang
dikenal masyarakat adalah:
a. Gula Mentah
Sejenis gula merah yang berbutir tidak terlampau halus terutama diperuntukkan
sebagai bahan baku pabrik gula rafinade. Gula mentah ini meliputi HS, NA, dan
Muscavado.
b. Gula Merah
Jenis gula merah meliputi beberapa jenis gula yaitu NS dan NA.
c. Muscavado
Digolongkan dalam Java Asortiment dan termasuk golongan gula merah yang
mempunyai polaritas min 96,5o dan tipe warna 12-14.
d. Gula Tetes MS, Gula Sirup SS, Gula Sirup SSS
Warnanya merah, gula tetees sebenarnya tidak termasuk jenis gula kristal merah,
melainkan jenis gula sirup yang mempunyai pasar di Dataran Cina.
e. Gula Putih
Termasuk jenis gula dengan tipe standar 25 keatas dan polaritas min 99,5o misalnya
SHS dan gula rafinade.

Nira Tebu

Nira tebu merupakaan cairan yang rasanya manis diperoleh dari bagian tertentu dari
tebu. Komponen utama dalam nira selain air adalah karbohidrat dalam bentuk
sukrosa, sedangkan komponen lainnya yang terdapat jumlah kecil adalah protein,
lemak, vitamin, dan mineral. (Chen, 1993).

2.3 Proses Pembuatan Gula


Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung dan
ketika dewasa hampir seluruh daun-daunnya mengering, namun masih mempunyai
beberapa daun hijau. Sebelum panen, jika memungkinkan, seluruh tanaman tebu
dibakar untuk menghilangkan daun-daun yang telah kering dan lapisan lilin. Api
membakar pada suhu yang cukup tinggi dan berlangsung sangat cepat sehingga tebu
dan kandungan gulanya tidak ikut rusak. Di beberapa wilayah, pembakaran areal
tanaman tebu tidak diijinkan karena asap dan senyawa-senyawa karbon yang
dilepaskan dapat membahayakan penduduk setempat. Meskipun demikian, tidak ada
dampak lingkungan, karena CO2 yang dilepaskan sebenarnya memiliki proporsi yang
sangat kecil dibandingkan dengan CO2 yang terikat melalui fotosintesis selama
pertumbuhan. Besarnya areal tanam dan jumlah tanaman tebu dapat dikurangi jika
ekstraksi gula dapat dilakukan semakin baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan
gula dunia. Kondisi pergulaan Indonesia sempat terpuruk pada kurun waktu 1994-
1998 sehingga produksi gula turun sekitar 40%, dari sekitar 2.454 juta ton menjadi
hanya sekitar 1.392 juta ton. Sementara itu dalam kurun waktu yang sama kebutuhan
gula dalam negeri meningkat sekitar 6%, dari sekitar 2.94 juta ton menjadi sekitar
3.13 juta ton. Akibatnya untu memenuhi kebutuhan gula yang terus meningkat dan
tidak diimbangi oleh peningatan produksi, Indonesia meningkatkan impor gula secara
sangat mencolok, dari sekitar 130 ribu ton menjadi sekitar 1.8 juta ton.

Perubahan kebijakan dalam penanganan gula nasional seiring dengan


penerapan perdagangan bebas, mengakibatkan hal-hal berikut:

- Mengancam kelangsungan industri gula nasional


- Menimbulkan kerugian besar bagi konsumen gula dalam negeri

- Stabilisasi pasar gula domestik sukar dilakukan & menjadi sangat mahal

2.4 Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan baik secara manual dengan tangan ataupun
dengan mesin. Pemotongan tebu secara manual dengan tangan merupakan pekerjaan
kasar yang sangat berat tetapi dapat mempekerjakan banyak orang di area di mana
banyak terjadi pengangguran.Tebu dipotong di bagian atas permukaan tanah, dedauan
hijau di bagian atas dihilangkan dan batang-batang tersebut diikat menjadi satu.
Potongan-potongan batang tebu yang telah diikat tersebut kemudian dibawa dari areal
perkebunan dengan menggunakan pengangkut-pengangkut kecil dan kemudian dapat
diangkut lebih lanjut dengan kendaraan yang lebih besar ataupun lori tebu menuju ke
penggilingan. Pemotongan dengan mesin umumnya mampu memotong tebu menjadi
potongan pendek-pendek. Mesin-mesin hanya dapat digunakan ketika kondisi lahan
memungkinkan dengan topografi yang relatif datar. Sebagai tambahan, solusi ini
tidak tepat untuk kebanyakan pabrik gula karena modal yang dikeluarkan untuk
pengadaan mesin dan hilangnya banyak tenaga kerja kerja.

2.5 Ekstraksi
Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di kebanyakan
pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar yang berukuran besar.
Cairan tebu manis dikeluarkan dan serat tebu dipisahkan, untuk selanjutnya
digunakan di mesin pemanas (boiler). Di lain pabrik, sebuah diffuser digunakan
seperti yang digambarkan pada pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih
berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan
ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.

2.6 Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming)


Pabrik dapat membersihkan jus dengan mudah dengan menggunakan
semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran
untuk kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan
liming. Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk
mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2
dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah
diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah
tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang
rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang
jernih. Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula
sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi)
dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum
dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini
kemudian dikembalikan ke proses.

2.7 Evaporasi
Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara
menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses yang dinamakan
evaporasi. Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke
tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi. Jus yang sudah jernih
mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan
yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%.
Evaporasi dalam evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan
dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi
mendekati kejenuhan (saturasi).

2.8 Kristalisasi
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci yang sangat
besar untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air diuapkan sehingga kondisi
untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan
mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal
campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat
sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses
mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian
dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.

Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung


sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya,
materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini
terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang
merupakan hasil pecahan sukrosa. Oleh karena itu, tahapan-tahapan berikutnya
menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi
tidak mungkin lagi dilanjutkan. Dalam sebuah pabrik pengolahan gula kasar (raw
sugar) umumnya dilakukan tiga proses pendidihan. Pertama atau pendidihan akan
menghasilkan gula terbaik yang siap disimpan. Pendidihan membutuhkan waktu yang
lebih lama dan waktu tinggal di dalam panci pengkristal juga lebih lama hingga
ukuran kristal yang dinginkan terbentuk. Beberapa pabrik melakukan pencairan ulang
untuk gula B yang selanjutnya digunakan sebagai umpan untuk pendidihan A, pabrik
yang lain menggunakan kristal sebagai umpan untuk pendidihan A dan pabrik yang
lainnya menggunakan cara mencampur gula A dan B untuk dijual. Pendidihan
membutuhkan waktu secara proporsional lebih lama daripada pendidihan B dan juga
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuk kristal. Gula yang dihasilkan
biasanya digunakan sebagai umpan untuk pendidhan B dan sisanya dicairkan lagi.

Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya,
maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini
biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk
dibuat alkohol. Inilah yang menyebabkan lokasi pabrik rum di Karibia selalu dekat
dengan pabrik gula tebu.

2.9 Penyimpanan
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama
penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di
dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena
kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya
tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut
ketika sampai di negara pengguna.

2.10 Afinasi (Affination)


Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan
pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses
yang dinamakan dengan afinasi. Gula kasar dicampur dengan sirup kental
(konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup
sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat).
Campuran hasil (magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup
sehingga pengotor dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk
dilarutkan sebelum perlakuan berikutnya (karbonatasi). Cairan yang dihasilkan dari
pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel
halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua
dikeluarkan dari proses.

2.11 Karbonatasi
Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk
membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh.
Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua
teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat
diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH) 2 ke dalam
cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut.
Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel
kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya
mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu
dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-
gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-
materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi
non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap
untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, teknik yang
lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang
terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses
yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke
cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas.

10. Penghilangan warna

Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya
mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-
kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular
[granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat
warna. GAC merupakan cara modern setingkat bone char, sebuah granula karbon
yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan
karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak
hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas
dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan
menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada
GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara
kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan
hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya
sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian.
Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.

11. Pendidihan

Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk
tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk
mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari
kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk
memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan
pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian
dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk
didistribusikan.

12. Pengolahan sisa (Recovery)


Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari pembersihan
pada tahap afinasi masih mengandung sejumlah gula yang dapat diolah ulang. Cairan-
cairan ini diolah di ruang pengolahan ulang (recovery) yang beroperasi seperti
pengolahan gula kasar, bertujuan untuk membuat gula dengan mutu yang setara
dengan gula kasar hasil pembersihan setelah afinasi. Seperti pada pengolahan gula
lainnya, gula yang ada tidak dapat seluruhnya diekstrak dari cairan sehingga diolah
menjadi produk samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut
menjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti misalnya pabrik
penyulingan alkohol.

2.5 Keamanan Pangan

Salah satu indikator kualitas makanan adalah keamanan makanan. Keamanan


makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan kontaminan biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Pangan yang aman serta bermutu
dan bergizi tinggi sangat penting perannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat (Saparinto
dan Hidayati, 2006). Budaya praktek higiene perorangan sangat besar peranannya
dalam menentukan tingkat pencemaran mikroba dalam makanan. Keamanan pangan
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh masyarakat sehingga keracunan
akibat makanan bisa ditekan. Baliwati dan Dwiriani (2004) menyatakan bahwa lebih
dari 90% terjadinya penyakit pada manusia disebabkan oleh makanan (foodborne
disease) yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengonsumsi pangan yang
mengandung bahan atau senyawa beracun atau mikroorganisme patogen meliputi
typus, disentri, bakteri atau amoeba dan intoksik lainnya.

2.6 Pengendalian Mutu

Kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses
pengolahan bahan, barang setengah jadi, barang jadi, hingga pengiriman akhir ke
konsumen agar sesuai dengan sepesifikasi mutu yang direncanakan. Terdapat empat
jenis-jenis pengawasan mutu produk menurut Prawirosentono (2004), antara lain
adalah sebagai berikut:

a. Pengawasan Mutu Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan sesuai dengan mutu yang direncanakan. Hal ini
perlu diamati sejak rencana pembelian bahan baku, penerimaan bahan baku di
gudang, penyimpanan bahan baku di gudang, sampai dengan saat bahan baku tersebut
akan digunakan. Bahan baku dengan mutu yang baik akan menghasilkan produk baik
dan sebaliknya jika mutu bahan baku buruk akan menghasilkan produk buruk.
Pengendalian mutu bahan harus dilakukan sejak penerimaan bahan baku di gudang,
selama penyimpan dan waktu bahan baku akan dimasukkan dalam proses produksi.

b. Pengawasan Proses Produksi

Bahan baku yang telah diterima gudang, selanjutnya diproses untuk diolah
menjadi barang jadi. Selain cara kerja peralatan produksi yang mengolah bahan baku
dipantau, juga hasil kerja mesin-mesin tersebut dipantau dengan cara statistik agar
menghasilkan barang sesuai yang direncanakan. Pengendalian mutu selama proses
produksi dilakukan dengan cara mengambil sampel pada selang waktu yang sama.
Sampel tersebut dianalisis, bila tidak sesuai berarti proses produksinya salah dan
harus diperbaiki.

c. Pengawasan Produk Jadi

Dilakukan untuk mengetahui apakah produk sesuai dengan mutu yang


direncanakan atau tidak. Bila produk atau produk setengah jadi sesuai dengan bentuk,
ukuran dan standar mutu yang direncanakan, maka produk-produk tersebut dapat
digudangkan dan dipasarkan. Bila terdapat barang yang cacat, maka barang tersebut
harus dibuang atau remade dan mesin perlu dikalibrasi kembali agar beroperasi secara
akurat.
d. Pengawasan Pengepakan atau Kemasan

Kemasan merupakan alat untuk melindungi produk agar tetap dalam kondisi
sesuai dengan mutu. Tetapi ada pula produk yang tidak begitu memerlukan perhatian

DIAGRAM ALIR DAN PROSES.


BAB III

METODE PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Dalam hal ini, penulis mengajukan waktu pelaksanaan PKL selama ± 1 bulan
yaitu pada bulan Mei – Juni 2021. Waktu pelaksanaan PKL yang diajukan,
disesuaikan dengan masa giling dan panen tebu di PT Pabrik Gula Trangkil, Pati.

3.2 Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Metode atau cara yang digunakan pada pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) atau Magang di Pabrik Gula Trangkil, Pati ialah sebagai berikut :

1. Materi Praktik Kerja Lapangan atau Magang


PKL ini dilakukan dalam bentuk pelatihan kerja di Pabrik Gula Trangkil, Pati
dengan adanya bimbingan dan arahan dari pihak Pabrik Gula Trangkil.
2. Metode Pelaksanaan
a. Metode Observasi
Metode pengambilan data baik dengan praktik langsung aatau dengan cara
langsung mengamati dan mencatat pada objek yang dipelajari.
b. Metode Interview
Metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab langsung
kepada pihak petugas perusahaan di lapangan.
c. Metode Bimbingan
Melakukan konsultasi dan bimbingan dalam mendokumentasikan bidang
keilmuan yang diperoleh selama Praktik Kerja Lapangan (PKL),
pembimbingan ini dilakukan pada pembimbing lapangan di Pabrik Gula
Trangkil dan kepada pembimbing dari Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Semarang.
d. Metode Studi Literatur atau Studi Pustaka
Melakukan analisis lebih lanjut mengenai data yang diperoleh melalui
kegiatan PKL dengan data yang sudah ada secara teori dari berbagai
literatur atau pustaka.
BAB V
PENUTUP

Demikian proposal ini kami sampaikan sebagai kerangka acuan dalam


pelaksanaan kegiatan Magang atau Praktik Kerja Lapangan mahasiswa Jurusan
Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Semarang
Tahun Akademik 2021/2022. Besar harapan kami untuk dapat diijinkan dalam
melaksanakan magang kerja di Pabrik Gula Trangkil Kabupaten Pati Provinsi Jawa
Tengah yang beralamatkan di Trangkil Lor, Kec.Trangkil. Kabupaten Pati Kode Pos
59153 Provinsi Jawa Tengah – Indonesia. Oleh karena itu kami bersedia datang ke
Pabrik Gula Trangkil Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah untuk memantapkan
rencana magang kerja setelah adanya konfirmasi lebih lanjut.
Proposal magang kerja yang kami sampaikan bersifat fleksibel, segala hal
dan ketentuan yang belum tercantum dalam proposal ini, dapat disusun kemudian
sesuai dengan kesepakatan bersama dan kegiatan yang akan dilaksanakan di Pabrik
Gula Trangkil Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan pada situasi dan
kondisi yang terjadi baik di perusahaan maupun di Universitas.
Melalui kegiatan magang kerja ini, kami sebagai mahasiswa Teknologi
Pertanian Universitas Semarang berharap untuk dapat mengembangkan dan
menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan sebagai persiapan dalam
dunia kerja yang sesungguhnya. Demikian proposal kelompok magang kerja ini kami
susun, mohon ketersediannya untuk berkenan menerima rencana pelaksanaan
kegiatan magang kerja. semoga dengan bantuan, kerjasama, dan partisipasi dari
semua pihak, kegiatan PKL ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan target dan
tujuan yang hendak dicapai. Atas perhatian, bantuan, kerjasama, dan partisipasi dari
semua pihak, penulis sampaikan ucapan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai