Anda di halaman 1dari 23

32

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Bireuen

Kabupaten Bireuen memiliki keunggulan dari sektor pertanian tanaman

pangan dan holtikultura, perkebunan, peternakan, kelautan dan perikanan, industri,

perdagangan, pertambangan. Tanaman pangan yang berkembang dan telah

diusahakan di Kabupaten Bireuen adalah padi, palawija, dan lain-lain yang sejenis.

Wilayah Kecamatan yang potensial dan menjadi penghasil padi terbesar adalah

Kecamatan Jeunieb, Peusangan, Samalanga, Simpang Mamplam dan Jangka.

Kabupaten Bireuen juga terkenal sebagai penghasil komoditi palawija yang

handal. Kecamatan penghasil utama palawija adalah Kecamatan Peusangan,

Makmur, Jangka, Kuala dan Kecamatan Kuta Blang. Jenis palawija yang diusahakan

masyarakat adalah kedelai, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi

jalar.

Tabel 4.1:
Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi dan Palawija
di Kabupaten Bireuen Tahun 2012
Komoditi Luas Tanah (%) Luas Panen (%) Produktivitas (%) Produksi (%)
(Ha) (Ha) (Kw Ha) (Ton)
2008 2009 2008 2009 2008 2009 2008 2009
Padi 35884 37918 98,27 37186 37606 101,13 49,90 50,81 101,82 185,6 191 102,97

Kedelai 28671 23136 80,85 21017 21046 100,14 15,73 16,04 101,97 33,06 33,76 102,11

Jagung 2107 2619 124,30 791 1374 173,70 25,39 25,68 101,14 2008 3528 175,70

Kacang tanah 299 217 75,58 334 198 59,28 15,63 16,52 105,69 522 327 62,64

Kacang Hijau 346 214 61,85 411 224 54,50 17,74 18,13 102,20 729 406 55,69

Ubi Kayu 403 411 101,99 384 348 90,63 179,71 178,74 99,46 9601 6220 90,13

Ubi Jalar 92 111 120,65 104 102 98,08 97,95 97,95 100,07 1018 999 98,13

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Bireuen


Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa semua komoditi tanaman pangan

mengalami fluktuasi baik luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas.
33

Produksi dan produkivitas padi mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2,97 %

dan 1,82 % dibandingkan tahun 2008. Hal ini disebabkan karena kesesuaian jadwal

tanam yang telah disepakati sebelumnya dan berkurangnya serangan hama dan

penyakit tanaman. Untuk tanaman kedelai terjadi peningkatan baik produksi maupun

produktivitasnya yaitu produksinya naik 2,11 % dan produktivitasnya naik 1,97 %,

hal ini disebabkan karena jadwal tanam yang sesuai dengan kondisi iklim pada

musim tanam selama tahun 2012.

Komoditi jagung produksinya mengalami kenaikan sekitar 75,70 % tetapi

produktivitasnya sedikit mengalami peningkatan yaitu 1,14 %. Hal ini disebabkan

karena pemanenan muda tanaman jagung lebih sedikit dari tahun 2008, untuk tahun

2012 pemanen muda hanya dilakukan di Kecamatan Kuala seluas 3 Hektar.

Kabupaten Bireuen memiliki beberapa jenis tanaman perkebunan yang di

usahakan oleh masyarakat. Beberapa komoditi yang banyak di budidayakan antara

lain pinang, kakao, kelapa dalam dan kelapa sawit. Komoditas pinang banyak

ditanam di Kecamatan Peudada, Peusangan, Peusangan Siblah Krueng dan Jeunieb.

Untuk komoditas kelapa sawit dominan dijumpai di Kecamatan Peusangan Siblah

Krueng dan Peulimbang. Komoditas kakao banyak dijumpai di Keamatan Peudada,

Peusangan Selatan, Simpang Mamplam, Jeunieb, Jeumpa, Kuta Blang dan Makmur,

sedangkan komoditas kelapa dalam banyak di jumpai di Kecamatan Juli, Peusangan

Selatan dan Simpang Mamplam.

Kabupaten Bireuen memiliki potensi di Sub Sektor Peternakan. Hal ini

terlihat dari banyaknya ternak, baik ternak besar (sapi dan kerbau) maupun ternak

kecil (kambing dan domba) yang dihasilkan oleh masyarakat. Hampir seluruh

kecamatan yang ada memiliki usaha-usaha peternakan sebagai usaha sampingannya.


34

Dengan memperhatikan potensi lahan yang tersdia di Kabupaten Bireuen, usaha

peternakan masih sangat relavan untuk di kembangkan terutama ternak sapi dan

kambing sehingga produksinya diharapkan mampu memenuhi permintaan

masyarakat akan daging, baik pada tingkat lokal maupun kebutuhan pasar regional

dan internasional. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2:
Jumlah Ternak Dalam Kabupaten Bireuen Tahun 2012

No. Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Domba Burung

1. Samalanga 3.989 232 4.000 187 412


2. Simpang Mamplam 2.354 373 5.839 904 616
3. Pandrah 3.997 1.350 4.162 523 980
4. Jeunieb 5.745 780 5.968 2.271 812
5. Peulimbang 3.846 274 3.325 510 621
6. Peudada 7.139 662 5.124 1.242 1820
7. Juli 6.047 327 2.200 171 1937
8. Jeumpa 4.153 293 2.694 937 381
9. Kota Juang 3.285 280 2.500 567 781
10. Kuala 2.911 139 2.018 437 365
11. Jangka 3.873 588 3.024 1.238 279
12. Peusangan 4.746 291 4.888 1.754 333
13. Peusangan Selatan 5.222 566 2.158 1.020 398
14. Peusangan Sb. Krueng 4.157 280 3.097 710 378
15. Makmur 4.172 593 2.197 2.025 612
16. Gandapura 5.279 493 5.277 3.509 852
17. Kuta Blang 4.424 298 2.907 760 219

Jumlah 75.339 7.819 61.378 18.765 11.796

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2012

Kelautan dan Perikanan merupakan salah satu sektor andalan Kabupaten

Bireuen. Aktivitas di sektor ini terkosentrasi dalam bentuk perikanan tangkap dan

budi daya. Upaya pembangunan perindustrian di Kabupaten Bireuen terus di

tingkatkan, terutama yang dapat menunjang sektor pertanian. Untuk Kelompok

industri terdapat 2.327 unit usaha (formal dan non formal). Beberapa jenis industri

kecil / industri rumah tangga yang terdapat di Kabupaten Bireuen termasuk dalam

kelompok industri kimia, industri agro, industri hasil hutan dan industri logam.
35

Untuk Usaha industri kecil, yang paling banyak di tekuni masyarakat antara

lain industri garam rakyat, pembuatan kue kering, minyak kelapa, pembuatan

perabot, batu bata dan pembuatan kosen ketam. Di Kabupaten Bireuen juga terdapat

beberapa industri menengah antara lain industri karo seri mobil. Usaha ini telah di

kenal baik oleh konsumen luar daerah, terutama dalam hal kualitas (model) dan daya

saing di pasaran yang sejenis.

Aktifitas perdagangan berperan penting dalam ekonomi suatu daerah,

terutama sebagai pendistribusian atau pemasaran berbagai hasil produksi dan juga

sebagai penyedia barang-barang kebutuhan masyarakat. Kegiatan perdagangan di

Kabupaten Bireuen terus meningkat, hal ini sangat dirasakan sejak Bireuen menjadi

daerah yang otonom dan berpisah dari Kabupaten Aceh Utara.

Kabupaten Bireuen memiliki kandungan potensi bahan galian yang relatif

menonjol. Bahan-bahan galian yang banyak dijumpai didaerah ini antara lain batu

andesit, pasir dan batu (sirtu), pasir sungai, kerikil, batu kali, batu koral, tanah liat,

batu kapuk, batu apung dan batu gunung. Sebagian besar dari potensi bahan galian

ini telah di garap oleh pelaku usaha penambangan seperti batu andesit, sirtu, pasir

sungai, batu kali, batu gunung dan lain-lainnya.

Salah satu indikator kinerja pembangunan suatu daerah diukur melalui

indikator-indikator makro ekonomi yang secara umum telah diakui dan

diberlakukan. Pencapaian perekonomian suatu daerah merupakan gambaran dari

prestasi pemerintahan daerah dalam memanfaatkan potensi yang ada di daerah

tersebut , serta prestasi dalam mengatasi kendala-kendala yang ada di daerah.

Indikator pencapaian pembangunan ekonomi yang secara umum diakui adalah


36

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan

tingkat inflasi.

Aktifitas produksi dikelompokkan kedalam tiga kegiatan yaitu primer,

sekunder dan tersier. Berdasarkan survey data sementara dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Bireuen dan Bappeda Kabupaten Bireuen, kegiatan primer (yang terdiri

dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, perkebunan, pertambangan

dan penggalian) merupakan kegiatan terbesar penyusun PDRB pada kurun waktu

2005-2012 berkisar antara 48,45 hingga 49,93 persen.

Dalam kurun waktu yang sama PDRB berdasarkan harga konstan

berdasarkan struktur ekonomi daerah 9 (sembilan) sektor yaitu : pertanian (44,88

%), pertambangan dan penggalian (1,23 %), Industri pengolahan (1,57 %), listrik

gas dan air bersih (0,44 %), konstruksi (7,70 %), sektor perdagangan, hotel dan

restoran (25,05 %), pengangkutan dan komunikasi (7,75 %), sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan (1,81 %) dan sektor jasa-jasa lainnya (9,53 %).

4.1.2. Kota Juang

Penelitian ini dilakukan di Kota Juang dengan ibukota Bireuen. Luas

wilayahnya 332,04 km2. Jumlah penduduk di kecamatan ini adalah 47.043 jiwa

dengan jumlah laki-laki sekitar 22.830 jiwa dan perempuan 24.213 jiwa. Batas

kecamatan antara lain:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Kuala

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Juli

3. Sebelah Barat : Kecamatan Jeumpa

4. Sebelah Timur : Kecamatan Peusangan


37

Distribusi frekuensi penduduk di Kecamatan Kota Juang berdasarkan agama

dilihat berdasarkan persentase tertinggi pada penduduk yang beragama Islam yaitu

98,1% dibandingkan penduduk yang beragama Kristen yaitu 0,9%, beragama Hindu

yaitu 0,7% dan beragama Buddha yaitu 0,2%. Distribusi frekuensi penduduk di

Kecamatan Kota Juang berdasarkan pendidikan tertinggi persentasenya pada

pendidikan menengah yaitu 59,9% dibandingkan pendidikan rendah yaitu 37,2%

dan akademi/PT yaitu 2,9%.

4.1.3 UD Aneka Satwa

UD Aneka Satwa merupakan salah satu usaha dagang terletak di Jalan Jati

No 59 Bireuen yang berdiri sejak 2005 dan memiliki banyak pelanggan. UD Aneka

Satwa menyediakan berbagai jenis burung, pakan burung, pakan ikan dan sangkar

burung serta beberapa perlengkapan ternak unggasa. Salah satu jenis pakan yakni

jangkrik telah dijual UD Aneka Satwa sejak tahun 2007. UD Aneka Satwa memiliki

seorang karyawan. UD Aneka Satwa memiliki beberapa kelebihan dibandingkan UD

yang serupa, karena UD Aneka Satwa memiliki jumlah barang dan perlengkapan

ternak yang lengkap, harga yang ditawarkan lebih murah dari toko lain di Bireuen

atau di Peusangan, beberapa jenis barang yang dijual adalah hasil olahan sendiri,

hingga pedagang dapat menjual dengan harga yang rendah.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden


38

Karakteristik responden menggambarkan identitas responden dari usia, jenis

kelamin, status, pendidikan terakhir, penghasilan tetap responden perbulan, dan

harga pembelian jangkrik dari peternak/agen. Hasil tabulasi data dari kegiatan

pembagian kuesioner terhadap 100 responden yang dipilih, disajikan pada Tabel 4.3

s.d Tabel 4.7 berikut.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel

4.3 berikut:

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi Persen Persen Kumulatif
Pria 88 88.0 88.0
Valid
Wanita 12 12.0 100.0
Total 100 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden

yang berbelanja jangkrik pada UD. Aneka Satwa berjenis kelamin pria, sebanyak 88

orang atau 88% sedangkan sisanya adalah responden wanita sebanyak 12 orang

(12%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.4

berikut:

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


39

Usia Frekuensi Persen Persen Kumulatif

< 30 Tahun 30 30.0 30.0


31-35Tahun 46 46.0 76.0
Valid
36-40 Tahun 12 12.0 88.0
> 40 Tahun 12 12.0 100.0
Total 100 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden

yang berbelanja jangkrik pada UD. Aneka Satwa memiliki rentang usia antara 31-35

tahun, yakni sebanyak 46 orang (46%), menyusul responden dengan rentang usia <

30 tahun sebanyak 30 orang (30%), sisanya responden dengan rentang usia 36-40

tahun dan > 40 tahun masing-masing sebanyak 12 orang (12%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.5

berikut:

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


Pendidikan Frekuensi Persen Persen Kumulatif
SD 1 1.0 1.0
SMP 15 15.0 16.0
SMU 76 76.0 92.0
Valid
D3/AKADEMI 2 2.0 94.0
S1 6 6.0 100.0
S2 - - -
Total 100 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa mayoritas responden yang

berbelanja jangkrik pada UD. Aneka Satwa berlatar pendidikan lulusan SMU
40

dengan jumlah sebanyak 76 orang (76%), menyusul lulusan SMP sebanyak 15 orang

(15%) dan lulusan S1 sebanyak 6 orang (6%), lulusan D3/Akademi sebanyak 2

orang (2%), sisanya lulusan SD sebanyak 1orang (1%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.6

berikut:

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan


Penghasilan/Bulan Frekuensi Persen Persen Kumulatif
< 500.000 27 27.0 27.0
500.000-1.000.000 1 1.0 28.0
Valid
1.000.000-2.000.000 66 66.0 94.0
2.000.000-5.000.000 6 6.0 100.0
Total 100 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas menunjukan bahwa mayoritas responden yang

berbelanja jangkrik pada UD. Aneka Satwa memiliki penghasilan sebanyak Rp.

1.000.000,- hingga Rp. 2.000.000,- per bulan yaitu sebanyak 66 orang (66%).

Menyusl responden dengan penghasilan bulanan di bawah Rp. 500.000,- sebanyak

27 orang (27%), dan responden dengan penghasilan bulanan Rp 2.000.000- Rp.

5.000.000,- sebanyak 6 orang (6%), sisanya responden dengan penghasilan Rp.

500.000 - Rp. 1.000.000 sebanyak 1 orang (1%).

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Harga Pembelian Jangkrik

Karakteristik responden berdasarkan harga pembelian jangkrik dapat dilihat

pada Tabel 4.7 berikut:


41

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Harga Pembelian Jangkrik


Harga Pembelian Frekuensi Persen Persen Kumulatif
18.000/Gram/Grade A 33 33.0 33.0
Valid 21.000/Gram/Grade B 62 62.0 95.0
36.000/Gram/Grade C 5 5.0 100.0
Total 100 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas menunjukan bahwa mayoritas responden yang

berbelanja jangkrik pada UD. Aneka Satwa dengan harga pembelian Rp.

21.000/gram/Grade B dengan jumlah sebanyak 62 orang (62%), menyusul

responden dengan harga pembelian jangkrik Rp. 18.000/gram/Grade A, sebanyak 33

orang (33%), dan sisanya responden dengan harga pembelian jangkrik Rp.

36.000/gram/Grade A, sebanyak 5 orang (5%)

4.2.2. Statistik Deskriptif Jawaban Responden Pada Variabel Pengamatan

Hasil penyebaran kuesioner berkaitan dengan variabel harga (X 1),

pendapatan konsumen (X3) dan kualitas pakan (X3) terhadap permintaan jangkrik

(Y) diperoleh gambaran mengenai tanggapan responden terhadap keseluruhan item

pada keempat variabel tersebut. Penghitungan masing-masing item untuk masing-

masing variabel dilakukan dengan cara menentukan terlebih dahulu lebar interval

skor, dengan cara menghitung skor tertinggi dan terendah dari butir-butir

pernyataan. Masing-masing variabel ini memiliki skor tertinggi tiap pernyataan 5

dan terendah 1, kemudian dapat diketahui rentang nilai masing-masing item untuk

kategori tiap jenjang, yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah kemudian dibagi
42

tingkatan pembagian kelas interval yang diharapkan. Penghitungannya adalah

sebagai berikut:

Interval = (Nilai tertinggi-Nilai Terendah)/(Jumlah kelas)

Interval = (5-1)/5 = 0,8

Sehingga dapat ditentukan skala distribusi kriteria pendapat responden

sebagai berikut :

1 – 1,80 : Sangat Tidak Setuju (STS)

1,81 – 2,60 : Tidak Setuju (TS)

2,61 – 3,40 : Netral (N)

3,41 – 4,20 : Setuju (S)

4,21 – 5,00 : Sangat Setuju (SS)

Berikut merupakan gambaran mengenai tanggapan responden terhadap

variabel harga (X1), pendapatan konsumen (X3) dan kualitas pakan (X3) terhadap

permintaan jangkrik (Y) yang disajikan pada Tabel 4.8 s.d Tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.8 Statisitik Deskriptif Variabel Harga (X1)


Frekuensi
Indikator Yang Ditanya Mean Kriteria
STS TS N S SS
Harga Jangkrik yang dibeli sesuai
1 7 43 18 24 8 2.83 Netral
kebutuhan
Harga jangkrik yang dibeli relatif
2 6 24 44 21 5 2.95 Netral
murah
Perbedaan Harga jangkrik di
Bireuen tidak terlalu Signifikan
3 3 38 21 25 13 3.07 Netral
dengan kota lain di Aceh maupun
di Sumut
Harga pembelian jangkrik dapat
4 2 30 40 23 5 2.99 Netral
ditawar pada setiap transaksi
Harga beli dan harga jual jangkrik
5 8 30 22 22 18 3.12 Netral
berbeda jauh
Rata-Rata (Mean) Keseluruhan Item 2.99 Netral
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)
43

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, dapat diketahui dari hasil pengukuran terhadap

distribusi jawaban responden pada kelima item pertanyaan pada variabel harga (X 1)

terhadap 100 responden yang diteliti, mayoritas responden menyatakan netral

dengan harga jual pakan jangkrik dengan indikator perolehan nilai rata-rata

sebanyak 2,99 (berada pada skala distribusi 2,61 – 3,40 atau dalam kategori

‘Netral’). Hal ini menunjukkan bahwa responden tidak mempermasalahkan harga

jual jangkrik oleh pedagang UD. Aneka Satwa, walaupun harganya berubah-ubah.

Tabel 4.9 Statisitik Deskriptif Variabel Pendapatan Konsumen (X2)


Frekuensi
Indikator Yang Ditanya Mean Kriteria
STS TS N S SS
Pendapatan pokok dapat
1 disisihkan untuk anggaran - 11 17 60 12 3.73 Setuju
pembelian jangkrik
Jumlah pendapatan yang diterima
2 2 3 18 55 22 3.92 Setuju
mencukupi pembelian jangkrik
Pembelian jangkrik diperoleh dari
3 pendapatan selain pendapatan - 7 11 51 31 4.06 Setuju
utama
Sebagian pendapatan untuk
4 pembelian jangkrik berasal dari - 5 25 49 21 3.86 Setuju
tabungan
Alokasi pendapatan untuk
5 pembelian jangkrik tidak 3 5 19 46 27 3.89 Setuju
mempengaruhi kondisi keuangan
Rata-Rata (Mean) Keseluruhan Item 3.89 Setuju
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, dapat diketahui dari hasil pengukuran terhadap

distribusi jawaban responden pada kelima item pertanyaan pada variabel pendapatan

konsumen (X2) terhadap 100 responden yang diteliti, mayoritas responden

menyatakan setuju dengan pendapatan yang mereka peroleh mencukupi pembelian


44

jangkrik. Hal ini terlihat dari indikator perolehan nilai rata-rata sebanyak 2,99

(berada pada skala distribusi 3,41 – 4,20 atau dalam kategori ‘Setuju’).

Tabel 4.10 Statisitik Deskriptif Variabel Kualitas Pakan (X3)


Frekuensi
Indikator Yang Ditanya Mean Kriteria
STS TS N S SS
Kualitas pakan jangkrik yang
1 - 16 37 12 35 3.66 Setuju
dibeli cukup baik
Kualitas pakan tidak memerlukan
2 2 3 40 31 24 3.72 Setuju
campuran pakan lain
Kualitas pakan jangkrik dijual
3 - 16 37 28 19 3.5 Setuju
umumnya sehat
Kualitas pakan jangkrik yang
4 ditawarkan bervariasi, menurut - 10 28 10 52 4.04 Setuju
jenisnya
Kualitas jangkrik yang dijual
5 mempercepat pertumbuhan 2 9 45 35 9 3.40 Netral
burung
Rata-Rata (Mean) Keseluruhan Item 3.66 Setuju
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, dapat diketahui dari hasil pengukuran

terhadap distribusi jawaban responden pada kelima item pertanyaan pada variabel

kualitas pakan (X3) terhadap 100 responden yang diteliti, mayoritas responden

menyatakan setuju dengan kualitas jangkrik yang dijual sebagai pakan burung piaran

mereka. Hal ini terlihat dari indikator perolehan nilai rata-rata sebanyak 3,66 (berada

pada skala distribusi 3,41 – 4,20 atau dalam kategori ‘Setuju’).


45

Tabel 4.11 Statisitik Deskriptif Variabel Permintaan Jangkrik (Y)


Frekuensi
Indikator Yang Ditanya Mean Kriteria
STS TS N S SS
Permintaan harian mencapai 300
1 16 36 15 23 10 2.75 Netral
ekor
Kurangnya budidaya
2 menyebabkan stok pakan sering 6 31 40 16 7 2.87 Netral
habis
Permintaan jangkrik cenderung
3 4 25 27 35 9 3.20 Netral
meningkat
Permintaan paling banyak pada
4 2 44 28 17 9 2.87 Netral
jangkrik berbadan lunak
Bila persediaan tidak mencukupi
5 atau habis, terpaksa diganti 6 22 29 26 17 3.26 Netral
dengan pelet
Rata-Rata (Mean) Keseluruhan Item 2.99 Netral
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, dapat diketahui dari hasil pengukuran

terhadap distribusi jawaban responden pada kelima item pertanyaan pada variabel

permintaan jangkrik (Y) terhadap 100 responden yang diteliti, mayoritas responden

menyatakan netral dengan permintaan jangkrik untuk kebutuhan pakan burung

mereka. Hal ini terlihat dari indikator perolehan nilai rata-rata sebanyak 2,99 (berada

pada skala distribusi a distribusi 2,61 – 3,40 atau dalam kategori ‘Netral’).

4.2.3. Analisis Regresi Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu harga (X1), pendapatan

konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3) terhadap permintaan jangkrik (Y) maka

dilakukan analisis data melalui formulasi regresi linier berganda. Persamaan regresi

yang dipergunakan adalah : Y =a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara

terinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.


46

Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda


thit Signifikansi
Variabel Koefisien Regresi
Constant (a) 13,943 6.113 .000
Harga Pakan (X1) 0,693 11.412 .000
Pendapatan Konsumen (X2) 0,325 3.962 .000
Kualitas Pakan (X3) 0,166 2.303 .023
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat diperoleh persamaan regresi hasil

estimasi adalah sebagai berikut :

Y = 13,943 + 0,693 X1 + 0,325 X2 + 0,166 X3

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Koefisien regresi variabel Harga (X1) = 0,693

Dengan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien regresi harga

(X1) sebesar 0,693 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Artinya setiap

100% perubahan dalam variabel harga akan mempengaruhi permintaan jangkrik

sebesar 69,3 % dengan asumsi variabel pendapatan konsumen (X 2), dan kualitas

pakan (X3) di anggap konstan. Artinya apabila harga yang dimiliki semakin

kompetitif, akan memberi pengaruh terhadap peningkatan permintaan jangkrik

pada UD. Aneka Satwa.

b. Koefisien regresi variabel Pendapatan Konsumen (X2) = 0,325

Dengan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien regresi

Pendapatan Konsumen (X2) sebesar 0,325 dengan tingkat signifikansi sebesar

0,000. Artinya setiap 100% perubahan dalam variabel pendapatan konsumen


47

akan mempengaruhi permintaan jangkrik sebesar 32,5% dengan asumsi variabel

harga (X1), dan kualitas pakan (X3) di anggap konstan. Artinya apabila

pendapatan konsumen semakin baik, akan memberi pengaruh terhadap

peningkatan permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa.

c. Koefisien regresi variabel Kualitas Pakan (X3) = 0,166

Koefisien regresi Kualitas Pakan (X3) sebesar 0,166 dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,000. Artinya setiap 100% perubahan dalam variabel kualitas pakan

akan mempengaruhi permintaan jangkrik sebesar 16,6% dengan asumsi variabel

harga (X1) dan pendapatan konsumen (X2) di anggap konstan. Artinya apabila

kualitas pakan yang dijual semakin baik, maka akan lebih berpengaruh terhadap

peningkatan permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa dari ketiga variabel

yang diteliti, variabel yang paling dominan mempengaruhi permintaan jangkrik pada

UD. Aneka Satwa adalah harga (X1), dimana setiap kenaikan/ penurunan harga akan

mempengaruhi permintaan jangkrik sebesar 69,3%. Hal ini mengindikasikan bahwa

harga merupakan hal yang utama yang diperhatikan oleh konsumen sebelum

memutuskan untuk membeli.

4.2.4. Analisis Koefesien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengetahui tingkat keeratan antar variabel dan besarnya pengaruh

harga pakan, pendapatan konsumen dan kualitas pakan terhadap permintaan pakan
48

dalam bentuk presentase maka digunakan pula pengujian koefisien korelasi (R) dan

koefisien determinasi (R2) yang disajikan pada Tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13 Nilai Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .799a .639 .628 2.476
a. Predictors: (Constant), Harga, Pendapatan Konsumen, Kualitas Pakan
b. Dependent Variable: Permintaan Jangkrik
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

1. Koefisien Korelasi (R)

Berdasarkan dari output pengolah data SPSS ver. 17.0 diperoleh nilai

koefisien korelasi dalam penelitian diperoleh nilai sebesar 0,799. Hal ini berarti

terdapat hubungan yang kuat antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar

79,9%. Artinya permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa memiliki hubungan

yang kuat dengan harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3).

Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013:287) yang mengemukakan apabila

nilai interval koefisien korelasi berada pada rentang 0,6 s.d 0,79, maka tingkat

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dinyatakan

memiliki korelasi kuat.

2. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah sebesar 0,639. Hal ini

berarti bahwa sebesar 63,9% permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa (variabel

dependen) di pengaruhi oleh harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas

pakan (X3). Sisanya 36,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
49

dalam model penelitian ini, misalnya faktor lingkungan, kondisi ekonomi, dan lain-

lain.

4.2.5. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Secara Simultan (Uji-F)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh faktor

harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3) secara simultan.

Untuk menguji kebenaran hipotesis, dilakukan uji F. Uji F ini dilakukan dengan

membandingkan F hitung dengan F tabel. Jika F hitung >F tabel maka persamaan regresi

dan koefisien korelasinya signifikan sehingga H0 di tolak dan Ha diterima.

Untuk membuktikan hipotesis yang telah diturunkan mengenai pengaruh

harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3) terhadap permintaan

jangkrik (Y) secara simultan, maka dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.14 Hasil Uji F


ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1042.343 3 347.448 56.687 .000a
Residual 588.407 96 6.129
Total 1630.750 99
a. Predictors: (Constant), Kualitas Pakan, Harga Pakan, Pendapatan Konsumen
b. Dependent Variable: Permintaan Jangkrik
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan hasil pengujian dari uji ANOVA atau uji-F (secara simultan)

diperoleh nilai Fhitung sebesar 56,687 lebih besar daripada nilai F tabel (2,70) pada

tingkat signifikansi 0,000 sehingga hipotesis Ha diterima dan hipotesis Ho di tolak.

Hal ini berarti bahwa harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas pakan
50

(X3) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap permintaan jangkrik

pada UD. Aneka Satwa.

2. Pengujian Secara Parsial (Uji-t)

Faktor-faktor yang mempengaruhi ke permintaan jangkrik pada UD. Aneka

Satwa secara parsial dapat dilihat dari hasil uji- t dengan pengujian dua pihak. Hasil

pengujian statistik menunjukkan nilai thitung sebesar 11,412 untuk variabel harga, nilai

thitung untuk variabel pendapatan konsumen sebesar 3,962 dan nilai thitung untuk

variabel kualitas pakan sebesar 2,303 pada tingkat signifikansi 95% dengan

pengujian dua pihak sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar 1,984 pada df =96 (n-k

=100-4=96; dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah keseluruhan

variabel yang diteliti). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat ringkasan pengujian

hipotesis pada tabel di bawah ini.


Tabel 4.15 Hasil Uji t
Variabel thitung ttabel Probabilitas Keterangan Arah
Harga (X1) 11.412 1,984 0,000 Signifikan Positif
Pendapatan 1,984 0,000 Signifikan Positif
3.962
Konsumen (X2)
Kualitas Pakan (X3) 2.303 1,984 0,023 Signifikan Positif
Sumber : Hasil Penelitian, 2014. (Data diolah)

Berdasarkan tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel pada

pengujian dua pihak (α/2 = 0,025). Oleh karena itu hipotesis Ha diterima dan

hipotesis Ho di tolak. Hal ini berarti bahwa secara parsial harga (X1), pendapatan

konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap

permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa.


51

4.3. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data diatas, pada pengujian regresi linier berganda

diperoleh : Y =13,943 + 0,693 X1 + 0,325 X2 + 0,166 X3. Dari ketiga faktor yang

diteliti, faktor yang paling dominan mempengaruhi permintaan jangkrik pada UD.

Aneka Satwa Bireuen adalah harga (X1), dimana setiap kenaikan/penurunan harga

akan berpengaruh terhadap permintaan jangkrik sebesar 69,3%. Hal ini

mengindikasikan bahwa harga merupakan hal yang utama yang diperhatikan oleh

konsumen sebelum memutuskan untuk membeli.

Dari hasil pengujian koefisien determinasi diperoleh nilai r2 sebesar 0,639.

Hal ini berarti bahwa sebesar 63,9% permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa

(variabel dependen) dipengaruhi oleh harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan

kualitas pakan (X3). Sisanya 36,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model penelitian ini, misalnya merk, distribusi, lingkungan,

kondisi ekonomi, dan lain-lain. Hasil pengujian koefisien korelasi diperoleh r

sebesar 0,799 atau 79,9%. Artinya permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa

Bireuen memiliki hubungan yang sangat kuat dengan harga (X1), pendapatan

konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3).

Dari hasil pengujian hipotesis secara simultan (Uji-F) diperoleh nilai Fhitung

sebesar 56,687 dan nilai Ftabel sebesar 2,70 pada tingkat signifikansi F sebesar 0,000

lebih kecil dari sig (α=0.05) sehingga hipotesis Ha diterima dan Ho di tolak. Selain

itu, dari hasil pengujian hipotesis secara parsial (Uji-t) diperoleh nilai t hitung pada

masing-masing variabel sebesar 11,412 (harga); 3,962 (pendapatan konsumen); dan

2,303 (kualitas pakan) lebih besar dari nilai ttabel 1,984 sehingga hipotesis Ha diterima

dan Ho ditolak yang berarti bahwa baik secara simultan maupun secara parsial harga
52

(X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3) berpengaruh secara

signifikan terhadap permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa Bireuen.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
53

Berdasarkan hasil analisis data tersebut di atas dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1) Hasil perhitungan analisis regresi linear berganda diperoleh nilai persamaan : Y

=13,943 + 0,693 X1 + 0,325 X2 + 0,166 X3. Dari ketiga faktor yang diteliti,

faktor yang paling dominan mempengaruhi permintaan jangkrik pada UD.

Aneka Satwa Bireuen adalah harga (X1), dimana setiap kenaikan/penurunan

harga akan berpengaruh terhadap permintaan jangkrik sebesar 69,3%. Hal ini

mengindikasikan bahwa harga merupakan hal yang utama yang diperhatikan

oleh konsumen sebelum memutuskan untuk membeli.

2) Nilai koefesien korelasi (R) adalah 0,799. Hal ini berarti terdapat korelasi yang

kuat antara harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3)

permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa Bireuen sebesar 79,9%. Nilai

koefesien determinasi (R2) adalah 0.639. Hal ini menunjukkan bahwa 63,9%

permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa Bireuen (variabel dependen) di

pengaruhi oleh variabel harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas

pakan (X3). Sisanya 36,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model penelitian ini.

3) Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai Fhitung sebesar 56,687 dengan tingkat

signifikansi 0,000 lebih besar daripada nilai Ftabel sebesar 2,70 sehingga harga

(X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas pakan (X3) secara bersama-sama
53
(simultan) berpengaruh terhadap permintaan jangkrik pada UD. Aneka Satwa

Bireuen. Sedangkan pada hasil uji-t menunjukkan nilai thitung sebesar 11,412

untuk variabel harga, sebesar 3,962 untuk variabel pendapatan konsumen, dan

sebesar 2,303 untuk variabel kualitas pakan pada tingkat signifikansi 95%
54

dengan pengujian dua pihak dan nilai ttabel sebesar 1,984 sehingga keseluruhan

variabel bebas yang diuji memiliki nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel, yang

berarti bahwa secara parsial harga (X1), pendapatan konsumen (X2), dan kualitas

pakan (X3) berpengaruh signifikan terhadap permintaan jangkrik pada UD.

Aneka Satwa Bireuen.

5.2. Saran -Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

memberikan saran sebagai berikut :

1) Pedagang pakan burung, terutama produsen jangkrik dalam memasarkan

hasil produksi jangkrik hendaknya lebih memberikan harga yang kompetitif

karena harga merupakan faktor utama yang mempengaruhi permintaan suatu

produk.

2) Pemerintah, khususnya melalui pihak Dinas Pertanian dan Peternakan

Kabupaten Bireuen, hendaknya lebih mengapresiasi masyarakat, khususnya

pedagang jangkrik melalui transfer teknologi budidaya jangkrik agar hasil

yang dapat diproduksi oleh pedagang menjadi lebih maksimal.

3) Peneliti lainnya, diharapkan dapat memperluas variabel pengamatan di luar

variabel yang diukur oleh peneliti pada penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai