Anda di halaman 1dari 18

HILIRISASI INDUSTRI KELAPA

Website: https://kadinmuaraenim.or.id
SAWIT
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI (KADIN)
KABUPATEN MUARA ENIM
Jl. Tembesu, No. 02 Kel.Pasar I Muara Enim
WA : 082214994589 (Ir. Edrul Jafris)
Email: email@kadinmuaraenim.or.id
POTENSI PENGEMBANGAN HILIRISASI 1
INDUSTRI KELAPA SAWIT
Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan


perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 13,7 persen
pada tahun 2020 atau merupakan urutan kedua setelah sektor Industri
Pengolahan sebesar 19,88 persen.
Salah satu subsektor yang cukup besar potensinya adalah subsector
perkebunan. Kontribusi subsektor perkebunan tahun 2020 yaitu sebesar
3,63 persen terhadap total PDB

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang


mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di
Indonesia karena kemampuannya menghasilkan minyak nabati yang
banyak dibutuhkan oleh sektor industry, diantaranya yaitu untuk minyak
masak,minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel)
2
Luas Areal Kelapa Sawit

Sektor perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan di


Kabupaten Muara Enim yang dikembangkan melalui perkebunan rakyat,
perkebunan besar negara maupun perkebunan besar swasta.

Tercatat pada tahun 2020 Luas Perkebunan Rakyat ± 22. 810


Ha yang tersebar hampir di seluruh kecamatan di wilayah
Kabupaten Muara Enim. Luas Perkebunan Besar Negara ±
18.699 Ha yang tersebar di Kecamatan Gunung Megang, dan
Rambang Dangku. Sedangkan Perkebunan Swasta ± 49.637 Ha
berada di wilayah Kecamatan Tanjung Agung, Ujan Mas, Lubai
Ulu, Lubai, Gelumbang, Muara Belida, Benakat dan Sungai
Rotan.
Total Areal Tanaman Kelapa Sawit di Wilayah Kabupaten Muara
Enim ± 85.682 Ha.
Luas Areal Kelapa Sawit di Wilayah Kabupaten Muara Enim 3

LUAS DAN PRODUKSI TBS PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERDASARKAN STATUS

No Status Luas (Ha) Produksi TBS (Ton)

1 Perkebunan Rakyat 22.810 45.284

2 Swasta 49.367 310.589

3 BUMN 18.699 12.784

  Total 90.876 368.656


Sumber : Statistik Dinas Perkebunan , 2021 (diolah)
4
Luas Areal dan Produksii Kelapa Sawit di Wilayah Kabupaten Muara Enim

400,000
368,656
350,000
310,589
300,000

250,000

200,000

150,000

100,000 90,876

45,284 49,367
50,000
22,810 18,69912,784
-
Perkebunan Rakyat Swasta BUMN Total

Luas (Ha) Produksi TBS (Ton)


5
6
7
ARAH KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT NASIONAL

Dalam Road Map Kelapa Sawit Nasional memuat tahapan pengambangan Hilirisasi sawit.
Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Perkebunan Sawit
Berkelanjutan (RAN-KSB).
Langkah-Langkah mencapai visi pengembangan komoditas sawit berkelanjutan:
a. Peningkatan produksi CPO → peningkatan produktivitas, efisiensi pengolahan pasca
panen (pabrik kelapa sawit)
b. Pengembangan industri hilir (produk nilai tambah tinggi, substitusi impor, promosi
ekspor)
c. Riset dan inovasi industry sawit sebagai sumber pertumbuhan baru berkelajutan
d. Pengembangan ekosistem dan tata Kelola industri sawit yang lebih berkelanjutan dan
berdaya saing
e. Mengembangkan SDM industri sawit yang kreatif
8
Sebagai indikator dari langkah tersebut dikelompokkan menjadi 3 strategi utama
yaitu :
1) peningkatan produktivitas;
2) pengembangan industri hilirisasi sawit;
3) penguatan ekosistem, tata Kelola dan capacity building berkelanjutan

Sasaran Pengembangan industri hilir sawit → Substitusi impor


(ketahanan pangan dan energi), Ekspor (traditional market dan
new market)

Tiga jalur utama hilirisasi:


1) Oleofood kompleks (Pangan, Kesehatan) ;
2) Oleokimia dan biomassa kompleks/biosurfaktan /
biolubrikan/bioplastik;
3) Biofuel kompleks (green diesel, green gasoline, green avtur,
bio etanol)
9
ARAH KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT DI 10
KABUPATEN MUARA ENIM
Pencanangan Sumatera Selatan sebagai Lumbung Pangan dan Lumbung Energi
menunjukkan keseriusan Pemerintah Sumatera Selatan terhadap pengembangan
pangan dan energi yang didukung dengan infrastruktur yang memadai.
Muara Enim sebagai salah satu kabupaten di Sumatera Selatan secara aktif
turut berkontribusi terhadap hal tersebut.

Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang pangan, infrastruktur, dan


energi di Muara Enim sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Provinsi Sumatera
Selatan meliputi Pengembangan infrastruktur baik berupa irigasi teknis, jembatan,
jalan, listrik, air bersih, telekomunikasi, kawasan pertanian terpadu, produk unggulan
daerah.

Pengembangan Kawasan Industri yang akan didukung oleh infrastruktur yang


memadai di Kabupaten Muara Enim mencakup:
a. Kawasan industri berada di Kecamatan Gelumbang, Lubai, Lembak, Rambang Niru,
Empat Petulai Dangku, Muara Belida, Belimbing, Gunung Megang, Kelekar untuk
industri Hilir Agro dan Pangan.
b. Kawasan industri khusus pertambangan di Kecamatan Lawang Kidul Kimia Dasar
Berbasis Migas dan Batubara.
Berdasarkan RDTR Kawasan Agropolitan Kabupaten Muara Enim dan RTRW Kabupaten 11
Muara Enim, dan Keputusan Bupati Muara Enim No : 18/KPTS/Bappeda-Eko 2012
dipilihlah 3 komoditas Unggulan yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kopi.

Jenis kegiatan industri hilir Kelapa Sawit yang akan di kembangkan meliputi Industri
Margarin, Industri Minyak Goreng dan Industri Oleo chemical.

Arah kebijakan pengembangan investasi bidang Komoditas Unggulan sebagai berikut:


1) Menerapkan paket teknologi budidaya tanaman komoditas unggulan melalui
intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi
2) Mendorong pengembangan komoditas unggulan nasional dan regional Sumatera
Selatan sesuai dengan peluang pasar, karakteristik dan potensi wilayah dengan
penerapan teknologi budidaya yang baik
3) Memfasilitasi pengembangan usaha budidaya tanaman komoditas untuk
mendukung penumbuhan sentra-sentra kegiatan ekonomi di daerah
4) Mendorong pengembangan aneka produk (products development) melalui hilirisasi
industri komoditas unggulan dan peningkatan mutu untuk memperoleh nilai tambah
5) Memfasilitasi pengembangan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung
pengembangan Komoditas Unggulan
6) Meningkatkan upaya pengembangan sistem informasi yang mencakup aspek
teknologi, peluang pasar, manajemen dan permodalan.
PENGEMBANGAN INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT 12

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang
dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar yang biasanya digunakan untuk
menggoreng.

Di Indonesia, minyak goreng yang paling sering digunakan adalah Minyak Goreng
Sawit (Refined Bleached Deodourised Olein/RDBO). Kondisi ini disebabkan karena
Indonesia merupakan negara penghasil sawit, minyak ini juga cukup ideal dari segi
harga dan ketersediaan.

Saat ini konsumsi Minyak Goreng Sawit meningkat, baik untuk kebutuhan dalam
negeri maupun ekspor karena tumbuhnya industri jasa boga dan perubahan gaya
hidup masyarakat yang didukung oleh perbaikan tingkat ekonomi.

Dari konsumsi minyak goreng dunia itu, kontribusi Minyak Goreng Sawit (palm oil)
cukup besar mencapai 27,5% untuk makanan, farmasi dan oleo chemical. Konsumsi
minyak goreng di Amerika Serikat dan Eropa sekitar 55 kg/kapita, sedangkan di China,
India dan Indonesia baru sebanyak 20 kg/kapita/tahun. Diperkirakan peningkatan
konsumsi minyak makan di dunia pada 2020 akan mencapai 232,4 juta ton
13
Kebutuhan minyak goring nasional mencapai 5,7 juta liter yang terdiri dari 3,9 juta
kiloliter dan 1,8 juta kiloliter untuk industry.

Indonesia yang merupakan penghasil CPO terbesar di dunia saat ini. Namun akhir-
akhir ini menghadapi permasalahan kelangkaan terhadap stok minyak goreng
sawit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini akibat belum optimalnya
pengembangan industry hilir kelapa sawit.

Paling tidak ada 3 hal yang menyebabkan terjadinya kelangkaan yaitu :


- Meningkatnya harca CPO dimpasar dunia, yang menyebabkan produsen lebih
memilih menjual CPO ke luar negeri dari pada ke pabrik minyak goring dalam
negeri
- Adanya kebijakan pemerintah dalam menerapkan program B30, yakni produsen
CPO harus mendistribusikan 30 % dari hasilnya untuk industry Biofuel.
- Jalur distribusi yang terlalu panjang, akibat pabrik minyak goring sawit sebagian
besar berlokasi di daerah pulau Jawa, menyebabkan jalur rantai distribusi yang
panjang.
14
Hasil survey Industri Besar sedang (IBS) menunjukkan bahwa saat ini ada 74 pabrik
minyak goreng kelapa sawit di Indonesia dan 45 pabrik berlokasi di Pulau Jawa.
15
• Jawa Timur memiliki 23 pabrik minyak goring antara lain produsen minyak
Wilmar, Musim Mas, Salim Ivomas (Group Indofood) dan Best Group yang
mensuplai 12 propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, NTT,
NTB, Kalimantan Barat, Kelimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimanan
Timur, Sulawesi Selatan dan Papua.
* Sumatera Utara beroperasi pabrik minyak goring sawit sebanyak 14 pabrik, yang
mensuplai Propinsi NAD, Riau, DKI Jakarta dan Jawa Timur dan export.
* DKI Jakarta beroperasi 11 pabrik minyak goring sawit, yang mensuplai 15
propinsi, termasuk Sumatera Selatan.
* Jawa Barat beroperasi 6 pabrik minyak goreng sawit
* Lampung beroperasi 3 pabrik minyak goreng sawit
Dan sisanya tersebar di Propinsi Sulawesi Selatan, NTB
16
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai