Anda di halaman 1dari 43

5.

1 Program Pengembangan Kawasan Agroindustri di Kabupaten


Temanggung
5.1.1 Pendahuluan

Program Pengembangan Kawasan Agroindustri khususnya di kabupaten


Temanggung merupakan salah satu program prioritas yang membutuhkan
pengembangan agar menjadi kawasan strategis provinsi. Agroindustri
merupakan suatu kegiatan industri yang memanfaatkan produk primer hasil
pertanian sebagai bahan baku untuk diolah sehingga menjadi produk baru baik
setengah jadi maupun produk jadi. Agroindustri memiliki potensi untuk
mendorong pertumbuhan yang tinggi karena pangsa pasar yang besar dalam
produk nasional. Agroindustri juga dapat meningkatkan kecepatan transformasi
struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri. Strategi pertanian yang
berwawasan agroindustri pada dasarnya menunjukkan bahwa pengembangan
agroindustri menjadi penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu: menarik
dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian, menciptakan
struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel, menciptakan
lapangan kerja, dan memperbaiki pembagian pendapatan (Hardinsyah, 2000).
Kementerian pertanian Indonesia menetapkan asas strategi pembangunan
pertanian yang dituangkan dalam pembangunan pertanian yang diwujudkan
dalam pengembangan agroindustri sebagai penggerak ekonomi nasional. Pada
dasarnya strategi pembangunan pertanian tersebut mencakup empat hal penting,
yaitu (Departemen Pertanian, 2007):
a. Pembangunan pertanian harus menjadi inti pembangunan nasional.
b. Pembangunan pertanian harus dilakukan melalui pendekatan sistem
agroindustri.
c. Keberhasilan pembangunan agroindustri sebagian besar tergantung pada
faktor instansi terkait dan perlu adanya koordinasi yang baik.
d. Pengembangan agroindustri harus dalam upaya meningkatkan daya saing,
membangun ekonomi kerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi dalam
kerangka penguatan ekonomi wilayah.
Wibowo (1997) mengemukakan perlunya pengembangan agroindustri di
pedesaan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar diantaranya:
a. Memacu keunggulan kompetitif produk/komoditi serta komparatif setiap
wilayah,
b. Memacu peningkatan kemampuan suberdaya manusia dan menumbuhkan
agroindustri yang sesuai dan mampu dilakukan di wilayah yang
dikembangkan,
c. Memperluas wilayah sentra-sentra agribisnis komoditas unggulan yang
nantinya akan berfungsi sebagai penyandang bahan baku yang
berkelanjutan,
d. Memacu pertumbuhan agribisnis wilayah dengan menghadirkan subsistem-
subsitem agribisnis,
e. Menghadirkan berbagai sarana pendukung berkembangnya industri
pedesaan.
Program Pengembangan Kawasan Agroindustri diselenggarakan untuk
mewujudkan beberapa sasaran dari misi-misi yang ada di Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Temanggung khususnya misi
pertama dan misi ketiga. Dimana misi pertama Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Temanggung yakni meningkatkan
pendapatan daeara dan masyarakat berbasis pertanian, perkebunan, dan
pariwisata dengan sasaran yang ingin dicapai yaitu: (a) Adanya penerapan
teknologi dan inovasi di bidang pertanian; (b) Adanya nilai tambah hasil
produksi pertanian; (c) Meningkatnya agroindustri yang berbasis pada
komoditas unggulan daerah; (d) Meningkatnya struktur industry berbahan baku
local yang tangguh; (e) Meningkatnya daya saing produk; (f) Meningkatnya
peran sektor jasa, kelembagaan koperasi, dan UMKM; (g) Menguatnya kapasitas
dan kapabilitas pelaku UMKM. Misi ketiga dari RPJP dari RPJP yaitu
Meningkatkan daya saing perekonomian masyarakat dan pengembangan usaha
berbasis sumberdaya alam dan pariwisata dengan sasaran yang ingin dicapai
yaitu: (a) Meningkatnya nilai tambah produk dan pengelolaan usaha pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan; (b) Meningkatnya sentra
agribisnis komoditas unggulan; (c) Meningkatnya investasi dan laju
pertumbuhan investasi; (d) Meningkatnya nilai dan volume perdagangan dalam
negeri dan ekspor; (e) Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan
kesejahteraan tenaga kerja.
Kabupaten Temanggung memliki potensi dibidang pertanian khususnya
perkebunan dimana 60% penduduknya bekerja di bidang pertanian. Hal ini
didukung oleh hasil perkebunan (Kopi, Tembakau, dan Kayu) yang dimiliki
Kabupaten Temanggung yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
industry terkait komoditas unggulan tersebut untuk meningkatkan pendapatan
daerah Kabupaten Temanggung. Oleh karena itu pembangunan wilayah di
Kabupaten Temanggung harus tetap berfokus pada bidang pertanian. Dalam hal
ini bukan tetap harus mempertahankan keberadaan bidang pertanian dengan
segala ciri tradisionalnya, namun harus lebih mengarah kepada transformasi
modern atau industrialisasi pertanian yang mampu memberikan nilai tambah
terhadap sektor pertanian. Austin (dalam Ajeng Nugrahaning Dewanti dan Eko
Budi Santoso, 2012) menyatakan bahwa alasan diperlukan pengembangan
industri khususnya agroindustri adalah karena sektor pertanian membutuhkan
industri ekstraktif yang mampu mengolah seluruh hasil-hasil pertanian dan
sektor industri membutuhkan bahan baku dalam proses pengolahannya.
Sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu
diperlukan pengembangan kawasan agroindustri untuk menghasilkan nilai
tambah bagi sektor pertanian.
Saat ini industri yang ada di Kabupaten Temanggung jika diklasifikasikan
berdasarkan kelompok industry menurut Badan Pusat Statistik, masih termasuk
dalam kategori industry menengah untuk komoditas kopi dan tembakau. Namun
untuk komoditas kayu sengon sudah masuk dalam kategori industry besar
dimana kayu yang dimiliki kabupaten Temanggung sangat berpotensi untuk
diolah melalui proses indutrialisasi agar memberikan added value berupa
penyerapan tenaga kerja sektor industri yang lebih besar. Dalam tabel berikut ini
dijelaskan kontribusi industry unggulan yang ada di Kabupaten Temanggung
pada tahun 2014:
Tabel 1. Kontribusi Industri Unggulan Kabupaten Temanggung 2014
Tenaga Kerja Nilai Produksi
Industri
(Jiwa) (Juta)
Industri Kelompok Industri
% Thd % Thd % Thd
Jumlah Jumlah Jumlah
Kab Kab Kab
Pengeringan dan
Pengolahan 3.294 37,73% 24.213 61,53% 26.890 11,24%
Tembakau Industri Pangan
Pembersihan Kopi 835 9,56% 2.890 7,34% 98.650 41,29%
Anyaman
Keranjang Industri Kerajinan 3.623 73,70% 9965 75,15% 15.000 55,17%
Tembakau
Ubin Kayu 1 0,06% 2.734 17,09% 500.300 40,13%
Industri Kimia dan
Panel Kayu/papan Bahan Bangunan 27 1,63% 6.448 40,30% 635.000 50,94%
Sumber: Analisis Studio, 2016

Sementara itu industri besar yang berada di Kabupaten Temanggung


terutama didominasi oleh industri kayu olahan. Industri kayu olahan di
Temanggung menjadi yang terbesar di Jawa Tengah dengan jumlah 17 pabrik
besar, 21 pabrik menengah, dan 37 pabrik kecil. Kegiatan produksi industri kayu
olahan meliputi laminating, bare cover, veneer, dan papan. Bahan baku industri
kayu olahan didapatkan 30% berasal dari Temanggung dan sisanya berasal dari
berbagai wilayah lainnya. Saat ini produk kayu olahan Temanggung sudah
dieksport ke beberapa negara seperti Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, Korea,
India, Australia, Kuwait, dan Eropa.

5.1.2 Dasar Hukum

Dasar Hukum Penyusunan Program Pengembangan Kawasan


Agroindustri di Kecamatan Jumo-Candiroto dan Pringsurat antara lain:
a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran
Negara Tahun 1084 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274)
b. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3608)
c. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan
Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara
Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negar Nomor 3330)
d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411)
e. Peraturan Menteri Pertanian Nomor :18/ Permentan/Ot.140/2/2010 tentang
Blue Print Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Pertanian
Dengan Pemberian Insentif Bagi Tumbuhnya Industri Perdesaan
f. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Temanggung
Tahun 2013 - 2018

5.1.3 Tujuan Program


Tujuan dari Program Pengembangan Kawasan Agroindustri di
Kecamatan Jumo, Candiroto, Ngadirejo, Kranggan dan Pringsurat adalah
mewujudkan Kawasan Strategis Agroindustri khususnya untuk komoditas kopi,
temabakau dan industry olahan kayu sengon dan mewujudkan Rencana Pola
Ruang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Temanggung. Program ini memiliki fokus mengembangkan industry dengan
bahan baku komoditas unggulan yaitu kopi, tembakau, dan kayu yang belum
dikelola secara optimal. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kawasan-
kawasan yang memiliki bahan baku komoditas unggulan sehingga mampu
menjadi pendongkrak daya saing Kabupaten Temanggung. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan diharapkan mampu memberikan dampak yang positif, kegiatan-
kegiatan tersebut yakni pembangunan industry pengolahan kopi, coffee house,
pabrik rokok, industry olahan kayu sengon, dan sentra kerajinan kayu.
Pembangunan industry pengolahan kopi bertujuan untuk mengolah bahan
baku kopi melalui proses industrialisasi dari yang bahan baku menjadi kopi
bubuk dalam kemasan yang siap didistribusi ke konsumen. Sementara itu
pembangunan pabrik rokok di Kabupaten Temanggung bertujuan untuk
memotong mata rantai distribusi tembakau dari produsen sampai ke pabrik. Hal
ini karena selama ini kabupaten Temanggung hanya menjadi tempat pengumpul
bahan baku tembakau yang kemudian akan di distribusi ke pabrik rokok yang
ada di luar kabupaten Temanggung sehingga keuntungan dari proses
industrialisasi bahan baku tembakau tidak dapat dinikmati oleh kabupaten
Temanggung khususnya masyarakat. Sama halnya dengan pembangunan
industry pengolahan kopi dan tembakau, industry olahan kayu dan sentra
kerajinan kayu juga bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah terhadap
komoditas unggulan kabupaten Temanggung melalui proses industrialisasi
sehingga akan berdampak pada peningkatan ekonomi daerah dan kesejahteraan
masyarakat.

5.1.4 Tinjauan Konsep Agroindustri


Agroindustri adalah industri yang mengolah komoditas pertanian primer
menjadi produk olahan baik produk akhir (Finish Product) maupun produk
antara (Intermediate Product). Agroindustri mencakup penanganan pasca panen,
industri pengolahan makanan dan minuman industri biofarma, industri
bioenergi, industri pengolahan hasil ikutan (by-product) serta industri
agrowisata.
Industri pengolahan hasil pertanian yang berkembang meliputi indistri
hasil pertanian besar (pabrik), industri menengah dan kecil dan industri rumah
tangga. Menurut Biro Pusat Statistik (2001) industri dikelompokkan menjadi 4
golongan yaitu:
a) Industri rumah tangga dengan tenaga kerja 1-4 orang
b) Industri kecil dengan tenaga kerja 5-19 orang
c) Industri sedang atau menengah dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang
d) Industri besar jumlah tenaga kerjanya lebih dari 100 orang.
5.1.4.1 Konsep Agroindustri Berkelanjutan
Pembangunan agroindustri berkelanjutan adalah pembangunan
agroindustri yang mengacu pada konsep berkelanjutan. Dimana agroindustri
dibangun dan dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek
manajemen dan konservasi sumber daya alam. Teknologi yang digunakan serta
kelembagaan yang terlibat dalam proses pembangunan diarahkan untuk
memenuhi kepentingan manusia masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Ciri-ciri agroindustri berkelanjutan yaitu:
1. Produktivitas dan keuntungan dapat dipertahankan atau ditingkatkan dalam
waktu yang relatif lama sehingga memenuhi kebutuhan manusia pada masa
sekarang atau masa mendatang
2. Sumberdaya alam khususnya sumber daya pertanian yang menghasilkan
bahan baku agroindustri dapat dipelihara dengan baik bahkan dapat
ditingkatkan, karena keberlanjutan agroindustri sangat tergantung dari
tersedianya bahan baku.
3. Dampak negatif dari adanya pemanfaatan sumber daya alam dan adanya
agroindustri dapat diminimalkan.
Konsep agroindustri berkelanjutan muncul karena adanya perusahaan
agroindustri yang baru didirikan tetapi tidak berumur panjang. Dimana banyak
contoh yang menunjukkan adanya perusahaan agroindustri yang pada mulanya
berkembang pesat, namun akhirnya tutup karena berbagai alasan, diantaranya
karena kesalahan manajemen, kekurangan bahan baku atau kurangnya konsumen
yang membeli produk agroindustri tersebut. Perusahaan agroindustri yang tutup
juga tidak mengenal skala usaha, apakah perusahaan skala besar, menengah atau
kecil. Oleh karena itu konsep agroindustri berkelanjutan sangat penting untuk
menjamin keberlanjutan kawasan agroindustri di suatu wilayah.
5.1.4.2 Pentingnya Pengembangan Agroindustri di Suatu Wilayah
Dalam sistem agribisnis, agroindustri adalah salah satu sub sistem yang
bersama-sama sub sistem lain membentuk sistem agribisnis. Sistem agribisnis
terdiri dari sub sistem input (agroindustri hulu), usahatani (pertanian), output
(agroindustri hilir), pemasaran dan penunjang. Oleh karena itu pembahasan
tentang agroindustri tidak bisa lepas dari pembangunan agribisnis secara
keseluruhan. Pembangunan agroindustri di Indonesia merupakan suatu
keharusan dalam rangka menuju masyarakat industri yang berbasis pertanian.
Hal ini disebabkan karena mayoritas masyarakat pedesaan menggantungkan
kehidupannya pada sektor pertanian, adanya ketimpangan antara kota dan desa
sehingga urbanisasi cukup tinggi dan tingkat pendapatan yang rendah,
pengangguran yang tinggi, devisa yang kecil serta katahanan pangan yang
lemah.
Selain itu, kegiatan di sektor pertanian juga sangat penting mengingat
sebagian besar masyarakat pedesaan bekerja pada sektor pertanian namun belum
dapat memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat pedesaan karena nilai
tambah dari kegiatan sektor pertanian pada umumnya belum dapat dinikmati
oleh masrarakat pedesaan. Hal ini antara lain disebabkan oleh belum mampunya
produk-produk pertanian merespon perubahan tuntutan konsumen saat ini yang
menuntut kualitas tinggi, kontinyuitas pasokan ketepatan waktu penyampaian,
serta harga yang kompetitif. Oleh karena itu proses industrialisasi terhadap hasil-
hasil pertanian. Pengembangan agroindustri akan dapat meningkatkan
permintaan hasil-hasil pertanian sehingga meningkatkan produksi, harga hasil
pertanian dan pendapatan petani. Perkembangan sektor pertanian akan
meningkatkan permintaan sektor agroindustri hulu, sektor pemasaran dan sektor
penunjang (keuangan, asuransi, konsultasi dan Pendidikan). Dengan demikian
pengembangan sector agroindustri mempunyai efek pengganda (multiplier
effect) yang besar. Berikut ini dijelaskan beberapa alasan pentingnya
pengembangan agroindustri di suatu wilayah, yaitu:
a. Industri pengolahan mampu mentransformasikan keunggulan komparatif
menjadi keunggulan kompatitif yang pada akhirnya memperkuat daya saing
produk agribisnis Indonesia.
b. Memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar sehingga kemajuan
yang dicapai dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian nasional
secara keseluruhan.
c. Memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu maupun ke hilir (forward and
bacward linkages), sehingga mampu menarik kemajuan sektor-sektor
lainnya.
d. Memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) yang dapat
diperbaharui sehingga terjamin sustainabilitasnya.
e. Memiliki kemampuan untuk mentransformasikan struktur ekonomi nasional
dari pertanian ke industri dengan agroindustri sebagai penggeraknya.
5.1.4.3 Teori Lokasi
Pengembangan kawasan dengan konsep agroindustri merupakan suatu
alternative dalam menjembatani transformasi antara sektor pertanian dengan
sektor industry. Pengembangan kawasan strategis agroindustry di suatu wilayah
harus memperhatikan lokasi yang akan dijadikan kawasan industry. Pemilihan
lokasi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan menentukan lokasi yang tepat
untuk suatu usaha, kegiatan dengan tujuan tertentu yang memperhitungkan
kelebihan dan kekurangan lokasi tersebut. Teori lokasi merupakan teori dasar
yang sangat penting dalam analisis spasial. Teori lokasi memberikan kerangka
analisis yang sistematis mengenai pemilihan lokasi kegiatan ekonomi dan sosial,
serta analisis interaksi antar wilayah. Teori lokasi tersebut menjadi penting
karena pemilihan lokasi yang tepat akan memberikan penghematan cukup besar
dalam ongkos angkut dan biaya produksi sehingga mendorong terjadinya
efisiensi baik di bidang produksi maupun bidang pemasaran.
Faktor-faktor teori Weber yang mempengaruhi penempatan lokasi
industri:
a. Bahan Baku. Berdasarkan teori segitiga Weber, seorang produsen akan
menentukan letak pabriknya di lokasi yang dapat memberikan keuntungan
optimal. Contohnya pada industri semen, bahan baku semen mempunyai
massa yang lebih besar apabila dibandingkan dengan hasil produksinya. Hal
inilah yang menyebabkan para produsen semen menempatkan pabriknya di
daerah yang dekat dengan sumber bahan baku.
b. Tenaga Kerja. Pada umumnya produsen lebih menyukai tenaga kerja yang
berasal dari sekitar daerah lokasi industri. Karena biaya transportasi yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja di pabrik tersebut lebih murah, sehingga para
buruh tidak menuntut upah yang terlalu tinggi.
c. Aksesibilitas. Aksesibilitas dapat memacu proses interaksi antar wilayah
sampai ke daerah yang paling terpencil sehingga tercipta pemerataan
pembangunan. Semakin kecil biaya transportasi antara lokasi bahan baku
menuju pabrik dan lokasi pemasaran maka total biayanya juga semakin
kecil. Biaya transportasi diasumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang
ditempuh dan berat barang, sehingga titik terendah biaya transportasi
menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi
hasil produksi. Biaya transportasi akan bertambah secara proporsional
dengan jarak. titik terendah biaya transportasi adalah titik yang
menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku (input) dan
distribusi hasil produksi.
5.1.5 Pengembangan Agroindustri Komoditas Unggulan Kayu Sengon di
Kecamatan Pringsurat
1. Latar Belakang Program
Potensi di Kecamatan Pringsurat terdiri dari potensi berupa keunggulan atau
keunikan yang ada di Kecamatan Pringsurat yang lebih unggul dari wilayah
sekitarnya atau tidak dimiliki oleh wilayah lain, sehingga memberikan
dampak positif bagi Kecamatan Pringsurat dan permasalahan berupa
persoalan atau kendala yang menjadi hambatan, dan dampak negatif bagi
pembangunan di Kecamatan Pringsurat. Temanggung memiliki potensi
industri yang cukup karena banyak produkproduk industri agro yang
berkembang dan bisa dikembangkan. Salah satu industri agro yang sudah
berkembang adalah kayu lapis, yang memberikan manfaat besar kepada
masyarakat, karena bahan bakunya berasal dari perkebunan rakyat, yaittu
kayu sengon, sehingga terjadi kolaborasi antara industri dan para petani.
Potensi yang ada di Kecamatan Pringsurat secara garis besar terdiri dari :
1. Industri Pengolahan Kayu
2. Perkebunan Sengon terbesar
3. Lalu lintas ekonomi
Potensi tersebut merupakan keunggulan sekaligus menjadi gambaran
Kecamatan Pringsurat yang menjadi sumber pembangunan dan
pertumbuhan dibidang ekonomi, infrastruktur, sosial, dan lain sebagainya.
Potensi tersebut harus dikembangkan dan diolah secara berkelanjutan
dengan manajemen yang baik sehingga bermanfaat dalam pembangunan
Kecamatan Pringsurat. Sesuai dengan visi pemerintah kabupaten
temanggung tahun 2017 2037 adalah Mewujudkan Temanggung yang
sejahtera, unggul, berdaya saing, yang berbasis pemanfaatan
sumberdaya manusia dan sumberdaya alam secara berkelanjutan,
maka salah satu tujuan dan sasaran pembangunannya adalah meningkatkan
Pengembangan Agroindustri Berbasis Sumber Daya Lokal yaitu suatu
kondisi daerah dimana pemanfaatan tenaga kerja dan penggunaan kekayaan
alam yang dimiliki tetap dikelola dengan memperhatikan aspek sosial
budaya, keberlanjutan lingkungan dan kondisi sosial masyarakat yang
terdapat di Kabupaten Temanggung melalui programnya meningkatkan
peran industri dan perdagangan dalam perekonomian daerah.
Pengembangan kawasan agroindustri Pringsurat juga tertuang dalam misi
Kabupaten Temanggung yaitu meningkatkan pendapatan daerah dan
masyarakat berbasis pertanian, perkebunan, dan pariwisata. Dengan
memperhatikan berbagai aspek seperti aspek ekonomi, sosial, ekologi,
pasar, teknis lapangan dan kondisi masingmasing lokasi yang ada di
Kabupaten Temanggung, maka dilakukan penyusunan analisis sub sektor
kehutanan yang kemudian dipersempit lagi ke analisis untuk satu komoditi
sengon. Melihat potensi agroindustry yang dimiliki Kecamatan Pringsurat
dan berdasarkan analisisanalisis tersebut sampai pada suatu penetapan
program pengembangan kawasan sentra industri besar Kawasan
Agroindustri untuk memaksimalkan potensi yang ada guna mencapai visi
dan misi Kabupaten Temanggung. yang berupa pemberdayaan koperasi dan
pengembangan tanaman sengon di wilayah Kabupaten Temanggung.
2. Dasar Teori
A. Sengon
Sengon merupakan pohon yang termasuk dalam keluarga petai-petaian
dan merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan yang
pertumbuhannya sangat cepat. Pohon sengon berbatang lurus, tidak
berbanir, kulit berwarna kelabu keputih-putihan, licin, tidak mengelupas
dan memiliki batang bebas cabang mencapai 20 m. Tajuk berbentuk
perisai, agak jarang, dan selalu hijau. Sengon berdaun majemuk ganda.
Jenis daun seperti ini merupakan ciri bagi suku Mimosaceae seperti
halnya pohon turi (Sesbania grandiflora), putri malu (Mimosa pudica),
dan petai cina (Leucaena glauca).
Menurut Atmosuseno (1999), persyaratan tumbuh penting diperhatikan
karena salah satu kunci keberhasilan budidaya tanaman terletak pada
kesesuaian antara kebutuhan unsur hara tanaman dengan ketersediaannya
pada lahan penanaman. Beberapa persyaratan penting antara lain jenis
tanah, iklim, dan topografi dari areal yang ada.
Kegiatan pemanenan dimaksudkan untuk memanfaatkan hutan dan
dilakukan dengan memperhatikan aspek ekologi, ekonomi dan sosial
sesuai dengan tujuan untuk mengoptimalkan nilai hutan, menjaga
pasokan untuk industri agar stabil, meningkatkan peluang kerja,
meningkatkan ekonomi lokal dan regional. Pohon sengon siap tebang
ditandai dengan kayunya yang semakin berisi, warna kulit kayu berubah
karena meningkatnya kematangan kayu dan tajuk pohon membentuk
perisai. Pada umur 4 5 tahun sengon telah mempunyai sifat fisik,
mekanis dan kimia yang mendukung sebagai bahan baku pulp kertas.
Pada umur tersebut tinggi pohon rata-rata mencapai 17 27 m dengan
diameter 12 34 cm tergantung tingkat kesuburan tanah.
Sengon mempunyai beragam kegunaan dari semua bagian pohonnya,
mulai dari daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam
keperluan. Sengon merupakan salah satu alternatif pohon yang dapat
dijadikan rehabilitasi lahanlahan marginal. Kelebihan sengon
dibandingkan tanaman kehutanan lainnya yaitu masa panen yang relatif
singkat yaitu 5 7 tahun, namun apabila sengon memiliki perlakuan
khusus maka dapat dipanen pada umur 3 tahun. Keuntungan yang
diperoleh dari penanaman sengon yaitu : (1) pengelolaan yang relatif
mudah, (2) masa masak tebang relatif pendek, (3) persyaratan tempat
tumbuh yang tidak rumit, (4) dapat membantu penyuburan tanah dan
memperbaiki unsur hara dalam tanah, (5) kayunya serbaguna. Adapun
bagianbagian dari pohon sengon yang dapat dimanfaatkan untuk
beragam keperluan sebagai berikut :
1. Daun
Daun sengon dapat digunakan sebagai pakan ternak karena
mengandung protein yang tinggi. Selain itu dan sengon yang
berguguran akan berguna menjadi pupuk hijau yang baik bagi tanah
dan tanaman sekitarnya. Tajuk pohonnya yang rindang dapat
dimanfaatkan sebagai pohon penaung bagi tanaman perkebunan.
2. Perakaran
Sistem perakaran sengon memiliki struktur nodul akar sebagai hasil
simbiosis dengan bakteri rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi
tanah yang ada di sekitarnya setelah proses mineralisasi serasah
sengon. Keberadaan nodul akar dapat membantu penyediaan unsur
nitrogen dalam tanah.
3. Kayu
Menurut Atmosuseno (1999), bagian yang dapat memberikan
keuntungan paling besar dari pohon sengon adalah kayunya. Saat ini,
sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk
kayu olahan berupa papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku
pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam konstruksi,
industri korek api, pensil, papan partikel, dan bahan baku industri pulp
kertas.
B. Pengembangan dan Pemberdayaan
Menurut Purwatiningrum (2004 ) pengembangan usaha tani yang
berskala kecil difokuskan pada pemberdayaan dan kemandirian sehingga
pemberdayaan ekonomi keluarga menjadi faktor utama dan sebagian
besar dari pemberdayaan ekonomi keluarga menjadi faktor utama dan
sebagian dasar dari pemberdayaan ekonomi masyarakat yang
memerlukan penanganan serius dan terintegrasi. Dengan demikian untuk
mencapai kemandirian dalam pengembangan usaha agroindustri yang
dimulai dari tingkat keluarga perlu memperhatikan dari aspek-aspek :
1. Kelembagaan usaha
Kelembagaan usaha dalam skala baik permodalan maupun jumlah
tenaga kerja tidak memerlukan manajemen usaha yang rumit dan
dapat dikerjakan dalam lingkungan keluarga, kelembagaan ini juga
bersifat informal, dalam pemahamannya tidak memerlukan perijinan
yang terlalu rumit namun tetap dapat dipertanggung jawabkan.
2. Sistem pendampingan
Sistem pendampingan dalam pemberdayaan usaha ekonomi keluarga
dilakukan terus menerus yang meliputi bidang keterampilan usaha,
manajemen keuangan lembaga usaha, proses produksi, pemasaran,
pemberian informasi pasar.
3. Jaringan pasar
Jaringan pasar dibentuk oleh para pendamping atau kelompok-
kelompok yang ada di lokasi sasaran. Jaringan pasar dibentuk
berdasarkan komponen usaha yang saling melengkapi, hasil-hasil
produksi yang serius, pangsa pasar yang ada di tingkat atau antara
daerah, dan hasil produksi dari keseluruhan lembaga usaha yang ada.
4. Pelatihan
Berbagai pelatihan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat yang diperlukan meliputi :
1) Pelatihan keterampilan usaha/kewirausahaan
2) Pelatihan manajemen sederhana
3) Pelatihan manajemen usaha
4) Pelatihan keterampilan pemasaran
5. Teknologi sederhana
Teknologi yang diperkenalkan harus sesuai dengan kebutuhan usaha
yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Mudah dioperasikan oleh masyarakat
2) Biaya operasional dan pemeliharaannya rendah
3) Suku cadangnya mudah diperoleh
4) Mampu meningkatkan mutu dan jumlah produksi
5) Sumber daya manusia
Usaha tani dapat menyerap sumber daya manusia yang ada di pedesaan
yang tidak memiliki keterampilan yang memadai. Sumber daya manusia
yang tersedia akan dapat dikembangkan melalui bidang usaha di sektor
informal di setiap keluarga dengan pendampingan, pelatihan, advokasi
yang terus menerus dan berkesinambungan.
3. Tujuan Pengembangan Dan Sasaran Program
Tujuan :
1. Meningkatkan nilai tambah petani melalui perbaikan sistem
pengelolaan hutan rakyat yang lebih produktif serta meningkatkan
posisi tawar petani dalam menjual hasil kayu melalui koperasi.
2. Meningkatkan keterampilan dalam mencari variasi produk berbahan
baku kayu, sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
3. Menciptakan sentrasentra pembibitan sengon dan pusat pelayanan
inovasi teknologi serta informasi pasar.
4. Menciptakan Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) Sengon
yang dijiwai oleh semangat kemitraan dan koperatif
5. Mendorong berkembangnya koperasi pedesaan dengan kegiatan
produktifnya agribisnis komoditas sengon dan mampu bermitra-usaha
dengan pihak luar/suasta yang terkait.
6. Membangun koordinasi yang baik berbagai instansi terkait yang
menunjang kegiatan usaha di bidang perkayuan seperti koperasi,
lembaga keuangan daerah, Pemerintah Daerah, pihak swasta, LSM dan
masyarakat secara partisipatif.
7. Memperluas wawasan petani dalam memahami persoalan teknis
pemanfaatan lahan yang efektif, teknik pemilihan komoditi tanaman,
dan teknik budidayanya.
8. Memberdayakan koperasi hutan rakyat melalui peningkatan kreativitas
dan keterampilan managerial.
Sasaran :
a. Sasaran Kualitatif
Sasaran dari SPAKU (Sentra Pengembangan Agibisnis Komoditas
Unggulan) sengon ini adalah berkembangnya kelompokkelompok
petani sengon yang dapat dibina menuju usaha kelompok agribisnis
yang mandiri dan kemudian berkembang ke arah terbentuknya koperasi
agribisnis/agroindustri berbasis sengon.
b. Sasaran Kuantitatif
Sasaran kuantitatif SPAKU (Sentra Pengembangan Agibisnis
Komoditas Unggulan) sengon ini adalah :
a. Membangun Pusat Pembibitan dan Pelayanan Informasi Teknologi
(PPPIT) yang meliputi, pembangunan pos petugas pengendali 2
unit, kebun koleksi satu unit, kebun pembibitan dua unit, rumah
kaca 5 unit, yang dilengkapi dengan genset, instalasi air dan listrik,
alat pengolahan tanah dan alsintan, dan beberapa perlengkapan
kebun serta ruang data dan pengolahan informasi agro-teknologi,
dan ruang pertemuan komunikasi agribisnis.
b. Pengadaan bibit sengon unggul dengan jumlah tertentu, misalnya
sebanyak 500-1000 batang untuk setiap kultivar unggul yang akan
dikoleksi.
c. Selanjutnya bibit sengon tersebut dikembangkan di PPPIT dengan
menggunakan metode perbanyakan vegetatif dan generatif secara
berkesinambungan di lokasi kebun bibit, dan bibit yang dihasilkan
disebarkan kepada petani.
d. Sasaran petani anggota koperasi sengon ditetapkan secara bertahap,
misalnya setiap tahapan 200 RTP, masingmasing memiliki lahan
tegalan 0.25-1.0 ha, menerima bibit sengon 500-1000 batang terdiri
dari beberapa macam kultivar unggul.
e. Sasaran areal pembangunan SPAKU sengon adalah 1000 ha kebun
inti dan 500 ha areal dampak milik rakyat.
4. Kondisi Aktual Agroindustri Kayu Sengon
Konsep pengembangan agroindustri yang dikembangkan di
Kabupaten Temanggung dikarenakan terdapatnya hutan kayu seluas
15.969,84 ha dari total luas hutan negara/rakyat 16.117 Ha. Pada umumnya
populasi kayu didominasi oleh tanaman sengon/albasiah. Tanaman ini sudah
memasyarakat hampir di seluruh pedesaan khususnya di Kecamatan
Pringsurat. Berdasarkan data luas penggunaan lahan yang produktif
menghasilkan kayu sengon sebesar 3.698 ha atau sebesar 63,6 % dari luas
kecamatan Pringsurat, dimana setiap 5 7 tahunnya menghasilkan
5.547.000 batang dengan penghasilan kotor sekitar 2,5 trilyun rupiah.
Produksi kayu sengon di Kabupaten Temanggung menghasilkan rata rata
produksi pertahunnya sebesar 39.875 m3. Pengembangan kayu sengon telah
dilakukan oleh pihak Perhutani KPH Kedu Selatan. Perhutani telah
bekerjasama dengan petani setempat untuk mengembangakan sengon di
lahan milik negara. Kerjasama ini diawali dengan perambahan hutan oleh
masyarakat, kemudian penanaman sengon tanpa persetujuan pihak perum
perhutani. Sampai akhirnya ditertibkan melalui PHBM kerjasama antara
perum Perhutani dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Bagi
hasil untuk pohon sengon adalah 60% untuk masyarakat (selaku pemilik
pohon) dan 40% untuk perum perhutani (selaku pemilik lahan hutan).
Sedangkan untuk tanaman pokok, yaitu damar dan pinus, bagi hasilnya 25
% untuk masyarakat, 75% untuk perum perhutani. Selama ini, penjualan
kayu albasiah khususnya di Kabupaten Temanggung tidak menjadi masalah
karena didukung oleh 14 unit pengolahan kayu yang terdapat di Desa Pingit.
Kayu pengolahan tersebut dipasarkan untuk pasar eksport yang
didistribusikan menuju Kota Semarang melalui jalan nasional yang
melewati Kecamatan Pringsurat.
Petani belum tertarik untuk bergabung dalam suatu kelembagaan
seperti koperasi dalam melakukan penjualan. Akibatnya posisi tawar petani
cukup rendah hal ini terjadi karena banyak jalur tata niaga yang digunakan
petani dan lembaga pemasaran dalam memasarkan kayu sengon. Dengan
adanya perbedaan saluran dan panjang pendeknya saluran pemasaran ini
akan mempengaruhi tingkat harga, bagian keuntungan dan biaya serta
margin pemasaran yang diterima setiap pelaku pemasaran kayu sengon.
Saluran distribusi sengon dari pusat produksi (petani) hingga ke konsumen
akhir secara umum dijelaskan dalam bagan berikut :

Gambar Saluran tata niaga kayu sengon


Dari Gambar 7, terdapat 5 saluran tata niaga antara lain :
1. Petani Penebas (pengepul 1) Depo (pengepul 2) Supplier
(pengepul 3) industri.
2. Petani Depo (pengepul 2) Supplier (pengepul 3) Industri.
3. Petani Penebas (pengepul 1) Supplier (pengepul 3) Industri.
4. Petani Penebas (pengepul 1) Depo (pengepul 2) Industri.
5. Petani industri
Margin keuntungan yang diterima petani sebagai produsen kayu
sengon relatif kecil dibandingkan pelaku tananiaga lainnya jika dilihat dari
faktor resiko dan volume produksi (omzet penjualan) pada tingkat petani.
Sebenarnya kelembagaan dalam bentuk kelompok tani sudah relatif
cukup banyak demikian pula sudah terbentuk koperasi komoditi kayu
sebanyak 13 koperasi yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten
Temanggung. Namun keberadaan kelembagaan tersebut belum dapat
mendongkrak kesejahteraan petani hutan. Hal ini mungkin disebabkan
karena kelembagaan tersebut belum bekerja optimal bahkan mungkin belum
berjalan sama sekali.
Keberadaan dan keaktipan tenaga penyuluh sangat dibutuhkan dalam
rangka merubah sikap petani terhadap proses pemasaran kayu rakyat.
Namun demikian hal ini tidak lepas dari kemampuan sumber daya manusia
yang selalu harus dinamis dan terus dikembangkan. Oleh karena itu
peningkatan kualitas sumber daya manusia juga merupakan program yang
harus dilakukan terutama yang berhubungan langsung dengan para petani di
lapangan.
5. Strategi Pemasaran
Melalui kegiatan yang direncanakan diharapkan adanya beberapa
perubahan yang terjadi pada sistim pengelolaan dan pengusahaan
perhutanan rakyat saat ini. Dimulai dari adanya perubahan sikap dan
persepsi terhadap fungsi hutan yang mengemban fungsi ekologis dan
ekonomis. Selanjutnya perubahan sikap itu diikuti dengan terjadinya
perubahan sikap pada cara bercocok tanam khususnya kayu dengan
memperhatikan kualitas dan kuantitas serta bertujuan komersial.
Dari segi pengolahan produksi diharapkan adanya keinginan untuk
menjual dalam bentuk kayu yang diolah menjadi produk tertentu yang
diarahkan oleh kelembagaan yang dibangun, baik koperasi, perindag dan
mitra lainnya. Ini tidak lain adalah untuk tercapainya peningkatan nilai jual
petani. Petani melalui kelompok yang terbentuk atau bersama koperasi
secara bersama sama membangun sistim pemasaran yang dapat memberi
kekuatan daya tawar petani sehingga kecenderungan terbentuknya pasar
oligopsoni dapat dihilangkan.
Dalam hal penguatan kelembagaan yang terbentuk selain kelompok
tani, juga dibentuk koperasi sebagai lembaga yang dapat berfungsi
membantu dalam beberapa aspek seperti pemasaran, kontrol kualitas,
inovasi produksi, penggalangan mitra kerja sampai penjaminan dana usaha
atau pemberian modal usaha untuk meperkuat posisi petani dari kekuatan
sistim ijon dan sejenisnya. Keberadaan koperasi, terutama di daerah
pedesaan sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama petani. Khusus untuk
petani hutan di beberapa daerah telah terbentuk koperasi yang bertujuan
untuk memperkuat kelembagaan yang dapat membantu meningkatkan
petani hutan rakyat. Namun dalam perkembangannya, semua bentuk
koperasi ternyata banyak yang tidak berfungsi secara efektif kecuali
koperasi pegawai negeri.
Melihat keadaan luas hutan rakyat maka sesungguhnya koperasi hutan
rakyat harus berkembang dan dapat memberi nilai tambah yang dapat
meningkatkan kesejahteraan para petani. Namun koperasi yang ada saat ini
hanya bergerak pada kegiatan simpan pinjam, itupun dengan anggota yang
sangat terbatas. Inilah salah satu persoalan kelembagaan yang harus
diperbaiki baik oleh pemerintah maupun pihak terkait lainnya.
Strategi pemasaran melalui asosiasi atau koperasi dapat memberi
kekuatan daya tawar bagi produsen sehingga dapat memberi nilai tambah
penjualan. Pada umumnya petani menjual kayu jumlahnya sedikit karena
panjangnya siklus tata niaga, akibatnya penentu harga berada pada pihak
pedagang perantara. Namun sebaliknya jika petani tergabung dalam sebuah
asosiasi atau koperasi, maka penentu harga ada di asosiasi tersebut.
Berkaitan dengan banyaknya unit pengolahan kayu yang homogen, ke
depan diharapkan adanya pembatasan unit pengolahan kayu. Dalam hal ini
yang diharapkan munculnya variasi unit pengolahan yang secara spesifik
memproduksi / mengolah berbagai jenis produk kayu olahan. Hal ini akan
memberi peluang kepada petani untuk memilih produk yang diinginkan.
Ada keuntungan yang didapat dari terbatasnya unit pengolahan yaitu secara
tidak langsung memperlambat eksploitasi tanaman kayu yang menjadi
tujuan dalam sisi konservasi lingkungan.
6. Kerangka Kerja Logis
Dalam rangka mempertahankan kesinambungan produksi kayu
rakyat, perlu adanya peningkatan optimasi dan efisiensi system tata niaga
kayu rakyat dari hulu sampai hilir. Terdapat 5 (lima) saluran tataniaga kayu
sengon baik di Kabupaten Temanggung, dimana pelaku pemasaran antara
lain petani, penebas, depo, supplier dan industri. Share keuntungan paling
rendah diterima oleh petani yaitu hanya 2,9% di Kabupaten Temanggung.
Perlu dibentuk usaha bersama petani (koperasi) atau badan penyangga yang
dapat mengatasi tebang butuh yang cenderung menekan harga kayu sengon
ditingkat petani. Hal ini untuk melindungi petani dari berbagai sistim
penjualan kayu rakyat yang tidak menguntungkan petani seperti system ijon,
belum adanya system pembiayaan modal modal dan sarana produksi untuk
mendukung usaha tani hutan rakyat.
Berikut akan disajikan kerangka kerja logis untuk pengembangan ekonomi
lokal melalui optimalisasi potensi lahan. Adapun pelaksanaan program dan
kegiatan dilakukan pada Kecamatan Pringsurat yang menjadi prioritas pada
tahun pertama, program yang diusulkan dalam rangka memperbaiki sistem
usaha tani kayu albasiah meliputi beberapa tahapan yaitu :
a. Penyuluhan, pelatihan dan studi banding.
Penyuluhan dan pelatihan sangat penting artinya baik bagi petani,
pengusaha perkayuan maupun bagi penyuluh lapangan sendiri.
Penyuluhan yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman tentang teknologi budidaya tanaman kehutanan yang
diarahkan kepada sistim pengembangan agroindustri kehutanan yang
efisien mulai dari hulu sampai hilir. Demikian pula dengan pelatihan
dan studi banding diharapkan dapat membuka wawasan para pelaku
usaha di bidang kehutanan, serta berdampak pada peningkatan
kreativitas dan keakhlian masing-masing dan pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Di pihak lain, petani dan pelaku
usaha lainnya juga harus memahami fungsi hutan tidak hanya ditujukan
untuk tujuan ekonomi tetapi harus memperhatikan kepentingan ekologis
dan sosial. Pada tahap ini para peserta akan mendapat beberapa
pemahaman secara teoritis dan selanjutnya akan dicoba diperkenalkan
pada kondisi yang lebih lebih aplikatif pada tahap kegiatan berikutnya.
Prediksi jadwal dan peserta serta penanggung jawab pelaksana kegiatan
direncanakan sebagai sebagaimana tertera padaTabel 3.
Tabel. 3. Jadwal kegiatan penyuluhan dan pelatihan
No Jenis kegiatan Lama Jumlah Dana Pelaksana/penanggungjawab
pelaksanaan Peserta
1 Penyuluhan petani 1 minggu 200 orang APBD PKL, Perindag, Dishutbun,
UNSIL, Bapeda.
2 Pelatihan petani 4 hari 100 orang APBD Dishutbun, UNSIL, Perindag
3 Pelatihan penyuluh 2 hari 50 orang APBD Dishutbun, UNSIL, Perindag
4 Studi banding 3 hari 150 orang APBD Panitia

b. Pembuatan kebun bibit desa (KBD).


Kebun bibit desa (KBD) dibuat terbatas (3 lokasi) pada beberapa desa
yaitu desa Pingit, Kupen, Soropadan, Kebumen, Pringsurat,
Karangwuni, Gowak, Rejosari, ngipik, Klepu, Pagergunung, Nglorog,
Soborejo dan Wonokerso. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada jumlah
luas lahan hutan rakyat yang lebih dari 1.000 ha.
Percontohan pembibitan kayu meskipun sudah pernah dilakukan di
beberapa lokasi desa, namun masih perlu dilanjutkan terutama di
daerah-daerah yang jauh dari pusat pembibitan. Melalui perbaikan
kualitas dan kuantitas bibit diharapkan para petani memperoleh kualitas
bibit yang baik serta relatif lebih murah dan mudah mendapatkannya.
Selain itu juga para petani diharapkan dapat lebih terampil dalam
penyediaan bibit dan tidak selalu tergantung kepada pihak lain/daerah
lain. Kegiatan percontohan ini juga diharapkan dapat ditiru oleh
masyarakat sekitarnya sehingga kendala ketersediaan bibit di lokasi
tidak menjadi masalah lagi. Jumlah unit kegiatan ini dapat diperluas
seandainya pendanaan memungkinkan.
c. Percontohan model hutan rakyat.
Pembuatan model hutan rakyat dilakukan dengan tujuan untuk memberi
gambaran kepada masyarakat tentang diperlukannya keterpaduan fungsi
ekologis dan ekonomis. Melalui pembuatan miniatur hutan rakyat (12
ha) dapat memberi contoh model yang dapat dikembangkan di tempat-
tempat lain. Model hutan rakyat yang akan dikembangkan adalah yang
memiliki tingkat produktivitas tinggi dengan cara penetapan tanaman
tahunan yang dikombinasikan dengan berbagai tanaman lainnya
sehingga hutan yang dikembangkan benar benar dapat memberi
tambahan penghasilan petani selain dari kayunya juga dari tanaman
lainnya dengan tidak menghilangkan fungsi ekologis dan ekonomis.
Pada model ini kaidah konservasi tanah harus menjadi perhatian serius
dengan memberi contoh model yang disesuaikan dengan kondisi lahan
setempat.
d. Pengembangan model kayu olahan.
Pengembangan model pengolahan kayu yang dimaksud disini adalah
pengolahan yang dapat membuat variasi produk dari kayu sehingga
dapat memperluas pasar dan memberi nilai tambah yang baik. Selama
ini pengolahan yang ada di pedesaan terbatas hanya pembuatan papan
kayu atau kayu palet yang berupa persegian. Bahkan seringkali petani
lebih senang menjual kayu gelondongan karena lebih mudah dan cepat.
Dengan adanya pabrik pengolahan yang dapat membuat variasi produk
tersebut diharapkan adanya variasi produk yang dapat dibuat untuk
meningkatkan pendapan para pelaku usaha perkayuan maupun petani,
misalnya produk berupa particle board, kerajinan tangan, batang korek
api, chopstick, berbagai profil kayu dan lain lain.
Hal yang akan menjadi prioritas dalam pengembangan pengolahan ini
adalah mengupayakan bagaimana agar pemilik pabrik pengolahan
tersebut bukan milik perorangan (pengusaha). Yang paling
memungkinkan adalah harus menjadi milik bersama misalnya
koperasi/asosiasi/atau milik pemerintah setempat. Dengan demikian
maka produk kayu olahan tersebut dibuat dan dipasarkan melalui suatu
badan usaha yang dapat memberikan kekuatan daya tawar yang lebih
tinggi. Dan pada akhirnya petani ikut menikmati harga yang lebih tinggi
dari hanya sekedar menjual kayu gelondongan.
e. Pemberdayaan koperasi hutan rakyat.
Koperasi atau badan usaha tertentu harus dibuat dengan tujuan untuk
melakukan upaya terobosan baru dalam sistim tata niaga perkayuan
yang ada saat ini. Koperasi tersebut harus menjadi pelopor dalam
mengembangkan kreasi variasi produk yang disesuaikan dengan
permintaan pasar. Dengan semangat kebersamaan dalam sebuah wadah
koperasi ini diharapkan para petani yang tergabung dalam anggota
koperasi selain lebih memiliki kekuatan dalam aspek daya tawar
produk, juga dapat mengantisipasi munculnya sistim penjualan dengan
cara borong kebun atau sistim ijon. Kekuatan lainnya yang dapat
diharapkan dari koperasi ini adalah dapat menjadi lembaga keuangan
yang dapat membantu petani dalam kesulitan dana sementara atau
untuk permodalan terbatas.
f. Monitoring dan evaluasi.
Monitoring proses pengamatan data dan fakta yang pelaksanaanya
dilakukan secara periodik dan terus menerus terhadap masalah sebagai
berikut :
a. Jalannya kegiatan.
b. Penggunaan input.
c. Hasil akibat kegiatan yang dilaksanakan (output).
d. Faktor luar atau kendala yang mempengaruhinya.
Evaluasi kegiatan program pengembangan agroindustri kayu sengon
adalah proses pengamatan dan analisis data dan fakta yang
pelaksanaanya dilakukan menurut kepentingannya mulai dari
penyusunan rencana program, pelaksanaan program dan pengembangan
program pengelolaan kayu sengon. Hasil evaluasi pada pengembangan
program akan berguna sebagai masukan bagi penyusunan rencana
program dan pengambilan keputusan pada tahapan berikutnya. Untuk
memproleh data dan informasi yang dapat memberikan gambaran
menyeluruh mengenai perkembangan program pengelolaan kayu
sengon, maka diperlukan kegiatan monitaroring dan evaluasi yang
ditekankan pada aspek : 1) SDM, 2) Sarana produksi, 3) Pemodelan
dan 4) Pengembangan kelembagaan.
Penjualan kayu dalam bentuk olahan dapat meningkatkan nilai jual
petani, terutama jika melalui kelompok atau koperasi membangun
sistim pemasaran yang dapat memberi kekuatan daya tawar petani
sehingga kecenderungan terbentuknya pasar oligopsoni dapat
dihilangkan.
Dengan semangat kebersamaan dalam sebuah wadah koperasi ini
diharapkan para petani yang tergabung dalam anggota koperasi selain
lebih memiliki kekuatan dalam aspek daya tawar produk, juga dapat
mengantisipasi munculnya sistim penjualan dengan cara borong kebun
atau sistim ijon. Kekuatan lainnya yang dapat diharapkan dari koperasi
adalah dapat menjadi lembaga keuangan yang dapat membantu petani
dalam kesulitan dana sementara atau untuk permodalan terbatas.
Lampiran 1. Rancangan kegiatan pengembangan kayu sengon di Kab. Temanggung

No Tahun Jenis kegiatan Pihak terkait


ke

1 I Melakukan penyuluhan, pelatihan kepada Perguruan


beberapa kelompok tani dari berbagai lokasi Tinggi, Dishut
yang ada di Kab. Temanggung, dan selanjutnya
diakhiri dengan kegiatan studi banding ke
lokasi yang dianggap dapat menjadi contoh /
atau lokasi yang sudah berhasil dalam hal
mengembangkan sestem hutan rakyat dan
dalam usaha perkayuan.

2 I Pembuatan kebun bibit desa (KBD) di Perguruan


beberapa lokasi / Desa yang lebih representatif Tinggi, Dishut.
dari segi kualitas dan kuantitas.

3 II Percontohan model hutan rakyat. Model yang Perguruan


dibangun adalah model yang menggabungkan Tinggi, Dishut.
penanaman tanaman kayu dan tanaman rempah
/ obat yang dapat memberi tambahan hasil bagi
petani sepanjang tahun. Pengaturan populasi
tanaman diatur sedemikian agar efektif dan
lebih produktif.

4 III Pengembangan model kayu olahan. Perguruan


Pengolahan yang dibangun adalah yang dapat Tinggi, Dishut,
membuat hasil olahan kayu multi fungsi seperti Perindag.
palet, profil, chopstick, batang korek api, dll.

5 III Pemberdayaan koperasi / asosiasi para pelaku Perindag,


usaha perkayuan berbasis masyarakat, Dishut,
bertujuan untuk membantu penguatan
kelembagaan yang dapat mengakses kualitas Perguruan
produksi, pemasaran dan mengembangkan Tinggi, Dinas
mitra bisnis. Koperasi.

6 IV - V Monitoring dan evaluasi Dishut,


Perindag,
Perguruan
Tinggi, LSM.
5.1.6 Pengembangan Kawasan Agroindustri Komoditas Kopi di
Kecamatan Candiroto
Kopi yang berasal dari Kabupaten Temanggung saat ini tahap pemasarannya
sudah sampai ke luar negeri namun masih dalam bentuk bahan yang belum diolah. Hal
ini menjelaskan bahwa kopi yang berasal dari Kabupaten Temanggung memiliki
kualitas yang bagus. Oleh karena itu perlu adanya proses industrialisasi agar dapat
memberikan nilai tambah pada komoditas tersebut. Komoditas kopi juga menjadi salah
satu komoditas unggulan di Kabupaten Temanggung. Temanggung menjadi kabupaten
dengan produksi, luas, dan produktivitas kopi tertinggi di Jawa Tengah. Saat ini kopi
mampu memasuki pasar eksport dengan Belanda menjadi salah satu tujuan eksport.
Kopi arabika dan robusta Temanggung merupakan salah satu kopi dengan kualitas
terbaik di Indonesia.
Kecamatan Candiroto merupakan bagian kawasan budidaya (peruntukan) bagian
kawasan perkebunan. Wilayah Candiroto sebagai salah satu penghasil kopi cukup besar
di Kabupaten Temanggung. Kopi yang dihasilkan mempunyai ciri-ciri dengan daun kopi
lebih lebar dan hidup di dataran yang tidak cukup tinggi, umumnya kopi yang
dihasilkan jenis robusta. Selain itu, ada dua jenis kopi yang biasa dihasilkan yaitu kopi
jenis murni dan campuran. Sebagian besar kopi dijual dalam bentuk biji oleh para
petani, dan hanya sedikit saja yang mengolah dalam bentuk kopi bubuk yang siap untuk
dibuat minuman. Kurang minatnya para petani untuk menjual kopi dalam bentuk kopi
bubuk disebabkan antara lain karena penjualan dalam bentuk biji lebih mudah dan
langsung mendapatkan keuntungan. Sementara untuk membuat kopi dibutuhkan modal,
waktu dan keahlian tertentu.
Buah kopi yang telah dipanen harus segera diolah untuk mencegah terjadinya
reaksi kimia yang bisa menurunkan mutu kopi. Hasil panen disortasi dan dipilah
berdasarkan kriteria tertentu kemudian diolah dengan benar sehingga menghasilkan
kopi bermutu tinggi. Secara umum dikenal dua cara mengolah buah kopi menjadi biji
kopi, yakni proses basah dan proses kering. Selain itu ada juga proses semi basah atau
semi kering, yang merupakan modifikasi dari kedua proses tersebut. Setiap cara
pengolahan mempunyai keunggulan dan kelemahan, baik ditinjau dari mutu biji yang
dihasilkan maupun komponen biaya produksi.
Gambar 1. Proses Pengolahan Kopi dengan Proses Basah

Gambar 2. Proses Pengolahan Kopi dengan Proses Basah

Proses industrialisasi komoditas kopi yaitu dengan cara bahan baku yang ada
harus diolah terlebih dahulu dengan cara pengolahan yang baik melalui pabrik dengan
system pemasaran (menyangkut strategi pemasaran) yang bagus sehingga dapat
memberikan nilai tambah terhadap komoditas kopi dari Temangggung. Oleh karena itu
perlu adanya perusahaan atau pabrik yang harus mengolah bahan baku kopi menjadi
suatu produk yang sudah melalui proses industrialisasi agar dapat memberikan nilai
tambah pada komoditas kopi tersebut.
Gambar 2. Hasil Industrialisasi Komoditas Kopi

Proses Pasar Tradisional


Industrialisasi: Koperasi
Pengolahan Supermarket
Kopi
Sortasi Regional
Ekspor
Pengemasan
Industri Minuman
(Pengepakan) Sub Terminal

Gambar 3. Hasil Industrialisasi Komoditas Kopi

5.1.7 Pengembangan Kawasan Agroindustri Komoditas Tembakau di Kledung,


Bnsari, Bulu, Tembarak, Tlogomulyo, Tretep
Selain kopi, Kabupaten Temanggung juga terkenal dengan penghasil tembakau
dimana terlihat dari hampir seluruh lahan pertanian di wilayah kabupaten temanggung
ditanami tembakau. Hal ini juga didukung dengan terdapatnya beberapa gudang
penyimpanan tembakau oleh pabrik rokok seperti Gudang Garam dan Djarum.
Keberadaan gudang penyimpanan tembakau tersebut juga menjelaskan bahwa bahan
baku untuk pembuatan rokok di perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari Kabupaten
Temanggung. Kualitas tembakau menentukan harga tembakau dan kategori tembakau.
Tembakau dikategorikan berdasarkan kelas dari A-E, di Temanggung terdapat tembakau
yang menjadi unggulan dengan harga yang sangat mahal yaitu tembakau srintil dengan
harga mencapai Rp 600.000/Kg. Komoditas tembakau sangat berpotensi untuk
meningkatkan ekonomi masyarakatnya namun karena rantai distribusi yang terlalu
panjang sehingga harga yang diterima oleh petani menjadi tidak terlalu tinggi. Berikut
ini adalah skema rantai distribusi tembakau di Kabupaten Temanggung.
Gambar 2. Rantai Distribusi Komoditas Tembakau di Kabupaten Temanggung

Berdasarkan rantai distribusi tembakau saat ini dari petani hingga masuk ke
pabrik, mengindikasikan bahwa rantai tersebut tidak effisien dan terlalu panjang
sehingga perlu dilakukan pemotongan rantai distribusi yang mempermudah akses petani
untuk lebih dekat dengan pabrik agar harga jual dari komoditas tembakau tersebut akan
semakin besar. Hal ini karena komoditas tembakau merupakan komoditas unggulan di
Kabupaten Temanggung yang memiliki multiplayer effect besar. Kegiatan industri yang
merupakan kegiatan turunan dari pengolahan tembakau yaitu berupa kegiatan industri
perajangan dan pengeringan tembakau. Selain itu juga industri kerajinan anyaman
keranjang tembakau yang berfungsi sebagai wadah dan tempat pengeringan tembakau.
Kegiatan industri tersebut termasuk kedalam kategori industri hulu pengolahan
tembakau. Artinya kegiatan industri pengolahan tembakau yang mendominasi di
Kabupaten Temanggung masih dalam kategori industri yang sederhana belum
berteknologi tinggi. Banyaknya industri yang bersifat hulu ini juga menandakan bahwa
kualitas industrial sumberdaya manusia di Temanggung masih cukup rendah.
Untuk mewujudkan suatu kawasan agroindustri di Kabupaten Temanggung yang
harus dipertimbangkan adalah lokasi untuk pengembangan kawasan agroindustri dalam
hal ini untuk komoditas kopi dan tembakau. Hal ini mengacu pada teori lokasi oleh
Webber dimana dalam menentukan kawasan agroindustri ada 3 hal yang harus
diperhatikan yaitu terkait ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, dan aksesibilitas.
Berdasarkan analisis studio lokasi untuk pengembangan kawasan agroindustri untuk
komoditas kopi dan tembakau yaitu di Kecamatan Candiroto. Hal ini berdasarkan
beberapa pertimbangan yaitu:
a. Produktivitas bahan baku di daerah tersebut sangat tinggi dan didukung oleh
ketersediaan lahan pertanian yang sangat luas serta dari segi kesesuaian lahan sangat
cocok untuk perkebunan kopi dan tembakau.
b. Letaknya yang strategis karena dikelilingi oleh kecamatan-kecamatan penghasil
bahan baku untuk komoditas kopi dan tembakau seperti kecamatan Tretep,
Wonoboyo, Jumo, dan Gemawang serta didukung oleh keberadaan pasar yang
mempermudah dalam hal pemasaran.
c. Aksesibilitas dapat memacu proses interasi antar wilayah sampai ke daerah yang
paling terpencil sehingga tercipta pemerataan pembangunan. Semakin kecil biaya
transportasi antara lokasi bahan baku menuju pabrik dan lokasi pemasaran maka total
cost-nya juga semakin kecil. Zona agroindustri di Kecamatan Candiroto memiliki
lokasi yang aksesibel, artinya lokasi industri tersebut dapat dijangkau oleh sarana
transportasi dan memiliki jaringan jalan yang memadai. Hal ini didukung dengan
adanya jaringan jalan yang berstatus jalan Provinsi.
d. Terdapat subterminal yang dapat mempermudah pengangkutan hasil produk olahan
untuk komoditas kopi dan tembakau baik untuk pemasaran dalam wilayah
Kabupaten Temanggung maupun ke luar Kabupaten Temanggung.
e. Penduduk yang tinggal di kecamatan Candiroto sebagian besar bekerja di bidang
pertanian.

A. Pembangunan pasar/pusat oleh-oleh produk olahan


B. Penetapan dan pengembangan kawasan agroindustri
C. Pengembangan kawasan industri UMKM
D. Sosialisasi dan pemberdayaan kegiatan industri unggulan

Program Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Pantai Kecamatan


Tanjungsari memiliki 25 kegiatan untuk mewujudkannya, yakni pembangunan
panggung hiburan yang didahului dengan penyusunan DED di 4 pantai yakni pantai
Parangracuk, Sepanjang, Watukodok, dan Sanglen, pembangunan pusat kuliner yang
didahului dengan penyusunan DED di 4 pantai yakni pantai Parangracuk, Sepanjang,
Watukodok, dan Sanglen, pembangunan bumi perkemahan yang didahului dengan
penyusunan DED di 4 pantai yakni pantai Parangracuk, Sepanjang, Watukodok, dan
Sanglen, dan Monitoring & Evaluasi program. Seluruh kegiatan tersebut akan
dijabarkan dalam kerangka kerja logis yang berisi deskripsi berupa input, output,
outcome, dan impact; indikator capaian dari masing-masing deskripsi, sumber data,
asumsi keberhasilan program.

Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi di Kecamatan Candiroto Kab.


Temanggung

4.10.1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Transportasi

Peningkatan prasarana transportasi diantaranya dilakukan dengan


pembangunan infrastruktur jalan yang merupakan prasarana wilayah yang pokok
dalam pengembangan kawasan agropolitan sebagai jalur mobilitas. Program
pembangunan infrastruktur jalan di Kecamatan Candiroto adalah:

a. Perkerasan jalan Desa Mento Desa Muneng sepanjang 2.300 m x 2,5 m.


Jalan tersebut menghubungkan Desa Mento dengan Desa Muntung. b. Pengerasan
Desa Margoyoso Desa Puspo sepanjang 3.000 m. Kondisi eksisting tersebut berupa
jalan makadam. Kedua rencana program pembangunan jalan tersebut dapat
menghubungkan Desa Batursari dan Desa Muntung.

4.10.2. Prasarana Ekonomi

Prasarana ekonomi yang dikembangkan berupa pasar, pasar agro, dan jasa
sosial - ekonomi skala kecamatan, seperti jasa koperasi simpan pinjam, pegadaian,
penginapan (motel, losmen), industri kecil dan menengah.

4.10.3. Pengembangan Komoditas Unggulan

Pengembangan komoditi unggulan kopi di Kawasan Perdesaan Perkebunan


Kopi, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung meliputi pengembangan
kelembagaan, pengembangan pengolahan pasca panen, pengembangan produksi kopi
robusta dan kopi arabika, pengembangan kemampuan pemasaran, dan
pengembangan kopi Temanggung sebagai specialized coffee. Pengembangan tersebut
dilakukan dalam jangka menengah dan jangka panjang dan ditunjukkan pada Tabel
4.10.
7. Kerangka Kerja Logis

Dalam rangka mempertahankan kesinambungan produksi kayu rakyat,


perlu adanya peningkatan optimasi dan efisiensi system tata niaga kayu rakyat
dari hulu sampai hilir. Terdapat 5 (lima) saluran tataniaga kayu sengon baik di
Kabupaten Temanggung, dimana pelaku pemasaran antara lain petani, penebas,
depo, supplier dan industri. Share keuntungan paling rendah diterima oleh petani
yaitu hanya 2,9% di Kabupaten Temanggung. Perlu dibentuk usaha bersama
petani (koperasi) atau badan penyangga yang dapat mengatasi tebang butuh yang
cenderung menekan harga kayu sengon ditingkat petani. Hal ini untuk
melindungi petani dari berbagai sistim penjualan kayu rakyat yang tidak
menguntungkan petani seperti system ijon, belum adanya system pembiayaan
modal modal dan sarana produksi untuk mendukung usaha tani hutan rakyat.

Berikut akan disajikan kerangka kerja logis untuk pengembangan ekonomi lokal
melalui optimalisasi potensi lahan. Adapun pelaksanaan program dan kegiatan
dilakukan pada kecamatan-kecamatan yang menjadi prioritas pada tahun
pertama, yaitu :

Program yang diusulkan dalam rangka memperbaiki sistem usaha tani kayu
albasiah meliputi beberapa tahapan yaitu :

g. Pengembangan Kelembagaan

h. Penyuluhan, pelatihan dan studi banding.


Penyuluhan dan pelatihan sangat penting artinya baik bagi petani,
pengusaha perkayuan maupun bagi penyuluh lapangan sendiri. Penyuluhan
yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang
teknologi budidaya tanaman kehutanan yang diarahkan kepada sistim
pengembangan agroindustri kehutanan yang efisien mulai dari hulu sampai
hilir. Demikian pula dengan pelatihan dan studi banding diharapkan dapat
membuka wawasan para pelaku usaha di bidang kehutanan, serta
berdampak pada peningkatan kreativitas dan keakhlian masing-masing dan
pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Di pihak lain,
petani dan pelaku usaha lainnya juga harus memahami fungsi hutan tidak
hanya ditujukan untuk tujuan ekonomi tetapi harus memperhatikan
kepentingan ekologis dan sosial. Pada tahap ini para peserta akan mendapat
beberapa pemahaman secara teoritis dan selanjutnya akan dicoba
diperkenalkan pada kondisi yang lebih lebih aplikatif pada tahap kegiatan
berikutnya. Prediksi jadwal dan peserta serta penanggung jawab pelaksana
kegiatan direncanakan sebagai sebagaimana tertera padaTabel 3.
Tabel. 3. Jadwal kegiatan penyuluhan dan pelatihan

No Jenis kegiatan Lama Jumlah Dana Pelaksana/penanggungjawab


pelaksanaan Peserta

1 Penyuluhan petani 1 minggu 200 orang APBD PKL, Perindag, Dishutbun,


UNSIL, Bapeda.

2 Pelatihan petani 4 hari 100 orang APBD Dishutbun, UNSIL, Perindag

3 Pelatihan penyuluh 2 hari 50 orang APBD Dishutbun, UNSIL, Perindag

4 Studi banding 3 hari 150 orang APBD Panitia

i. Pengembangan Kelembagaan
Kebun bibit desa (KBD) dibuat terbatas (3 lokasi) pada beberapa desa yaitu
desa Pingit, Desa . Pemilihan lokasi ini didasarkan pada jumlah luas lahan
hutan rakyat yang lebih dari 1.000 ha.
Percontohan pembibitan kayu meskipun sudah pernah dilakukan di
beberapa lokasi desa, namun masih perlu dilanjutkan terutama di daerah-
daerah yang jauh dari pusat pembibitan. Melalui perbaikan kualitas dan
kuantitas bibit diharapkan para petani memperoleh kualitas bibit yang baik
serta relatif lebih murah dan mudah mendapatkannya. Selain itu juga para
petani diharapkan dapat lebih terampil dalam penyediaan bibit dan tidak
selalu tergantung kepada pihak lain/daerah lain. Kegiatan percontohan ini
juga diharapkan dapat ditiru oleh masyarakat sekitarnya sehingga kendala
ketersediaan bibit di lokasi tidak menjadi masalah lagi. Jumlah unit kegiatan
ini dapat diperluas seandainya pendanaan memungkinkan .
j. Pemberdayaan koperasi hutan rakyat.
Koperasi atau badan usaha tertentu harus dibuat dengan tujuan untuk
melakukan upaya terobosan baru dalam sistim tata niaga perkayuan yang
ada saat ini. Koperasi tersebut harus menjadi pelopor dalam
mengembangkan kreasi variasi produk yang disesuaikan dengan permintaan
pasar. Dengan semangat kebersamaan dalam sebuah wadah koperasi ini
diharapkan para petani yang tergabung dalam anggota koperasi selain lebih
memiliki kekuatan dalam aspek daya tawar produk, juga dapat
mengantisipasi munculnya sistim penjualan dengan cara borong kebun atau
sistim ijon. Kekuatan lainnya yang dapat diharapkan dari koperasi ini adalah
dapat menjadi lembaga keuangan yang dapat membantu petani dalam
kesulitan dana sementara atau untuk permodalan terbatas.

k. Monitoring dan evaluasi.


Monitoring proses pengamatan data dan fakta yang pelaksanaanya
dilakukan secara periodik dan terus menerus terhadap masalah sebagai
berikut :

e. Jalannya kegiatan.
f. Penggunaan input.
g. Hasil akibat kegiatan yang dilaksanakan (output).
h. Faktor luar atau kendala yang mempengaruhinya.
Evaluasi kegiatan program pengembangan agroindustri kayu sengon
adalah proses pengamatan dan analisis data dan fakta yang pelaksanaanya
dilakukan menurut kepentingannya mulai dari penyusunan rencana program,
pelaksanaan program dan pengembangan program pengelolaan kayu
sengon. Hasil evaluasi pada pengembangan program akan berguna sebagai
masukan bagi penyusunan rencana program dan pengambilan keputusan
pada tahapan berikutnya. Untuk memproleh data dan informasi yang dapat
memberikan gambaran menyeluruh mengenai perkembangan program
pengelolaan kayu sengon, maka diperlukan kegiatan monitaroring dan
evaluasi yang ditekankan pada aspek : 1) SDM, 2) Sarana produksi, 3)
Pemodelan dan 4) Pengembangan kelembagaan.
Penjualan kayu dalam bentuk olahan dapat meningkatkan nilai jual petani,
terutama jika melalui kelompok atau koperasi membangun sistim pemasaran
yang dapat memberi kekuatan daya tawar petani sehingga kecenderungan
terbentuknya pasar oligopsoni dapat dihilangkan.

Dengan semangat kebersamaan dalam sebuah wadah koperasi ini


diharapkan para petani yang tergabung dalam anggota koperasi selain lebih
memiliki kekuatan dalam aspek daya tawar produk, juga dapat
mengantisipasi munculnya sistim penjualan dengan cara borong kebun atau
sistim ijon. Kekuatan lainnya yang dapat diharapkan dari koperasi adalah
dapat menjadi lembaga keuangan yang dapat membantu petani dalam
kesulitan dana sementara atau untuk permodalan terbatas.

Lampiran 1. Rancangan kegiatan pengembangan agroindustri kopi di Kab. Temanggung

No Tahun ke Jenis Kegiatan Pihak Terkait


1 I Melakukan penyuluhan, pelatihan kepada Perg. Tinggi,
beberapa kelompok tani dari berbagai lokasi Dishut
yang ada di Kab. Temanggung, dan selanjutnya
diakhiri dengan kegiatan studi banding ke
lokasi yang dianggap dapat menjadi
contoh/atau lokasi yang sudah berhasil dalam
hal pengembangan kawasan agroindustri kopi.
2 I Pengembangan Perg. Tinggi,
Dishut.

3 II Percontohan model hutan rakyat. Model yang Perg. Tinggi,


dibangun adalah model yang menggabungkan Dishut.
penanaman tanaman kayu dan tanaman rempah
/ obat yang dapat memberi tambahan hasil bagi
petani sepanjang tahun. Pengaturan populasi
tanaman diatur sedemikian agar efektif dan
lebih produktif.
4 III Pengembangan model kayu olahan. Perg. Tinggi,
Pengolahan yang dibangun adalah yang dapat Dishut,
membuat hasil olahan kayu multi fungsi seperti Perindag.
palet, profil, chopstick, batang korek api, dll.
5 III Pemberdayaan koperasi / asosiasi para pelaku Perindag,
usaha perkayuan berbasis masyarakat, Dishut,
bertujuan untuk membantu penguatan
kelembagaan yang dapat mengakses kualitas Perg. Tinggi,
produksi, pemasaran dan mengembangkan Dinas Koperasi.
mitra bisnis.
6 IV - V Monitoring dan evaluasi Dishut,
Perindag, Perg.
Tinggi, LSM.

Berdasarkan pembahasan mengenai Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi


Bubuk Arabika Pada Berbagai Skala Usaha Di Kabupaten Situbondo, maka dapat
disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik agroindustri kopi bubuk di 2 agroindustri berbeda-
beda karena didasari oleh skala industrinya. 2. Agroindustri kopi bubuk di Kabupaten
Situbondo mampu memberikan nilai tambah positif. Hal ini diperlihatkan dari nilai
tambah agroindustri yang melebihi nilai 1. 3. Strategi pengembangan agroindustri kopi
bubuk di Kabupaten Situbondo dibagi menjadi 2 a. Strategi pengembangan agroindustri
kopi jahe Mana Suka yaitu difokuskan pada pemberian bantuan modal, kemitraan
dengan pengusahapengusaha kopi yang lebih besar dan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia. b. Strategi pengembangan agroindustri kopi bubuk UD. Gemini
Lestari yaitu difokuskan pada kemitraan usaha antara pelaku agroindustri dan
kelompok tani serta pembentukan kelembagaan agroindustri.

Saran 1. Perlu adanya kerjasama antara pengusaha kopi bubuk dan petani kopi
dalam upaya kontinuitas bahan baku, penanganan pasca panen (kualitas bahan baku),
pengeringan kopi dan proses grading atau sortasi agar dapat meningkatkan nilai tambah
dan keuntungan pengusaha kopi bubuk. 2. Guna meningkatkan kemampuan pengusaha
dalam aspek manajemen produksi, sumberdaya manusia, keuangan, pasar dan
pemasaran, dibutuhkan kelembagaan yang manaungi agroindustri yang nantinya
difasilitasi oleh pemerintah dengan bekerjasama antara lembaga keuangan dan juga
perguruan tinggi.

Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi di Kecamatan Candiroto Kab.


Temanggung
Tabel 4.10 Pengembangan Komoditas Unggulan Kopi

No Target

Jangka Menengah (2010- 2014)

Jangka Panjang (2010- 2025)

1. Pengembangan Kelembagaan

a. Kelompok Kerja menjadi wadah stakeholder dalam mengembangkan bisnis


secara berkesinambungan.

Terbentuk kelompok usaha bersama dan asosiasi yang profesional

b. Kelompok kerja dapat operasional dan menjaga arah pengembangan


kompetensi inti.

2. Pengembangan pengolahan pasca panen

a. Terjadi proses pengolahan pasca panen kopi yang mampu menghasilkan biji
kopi grade A.

Terbentuk diversifikasi produk yang dapat bersaing ditingkat nasional dan


internasional.

b. Kopi bermutu baik menjadi branding Kabupaten Temanggung 3.


Pengembangan Produksi Kopi Robusta dan Kopi Arabika Luasan lahan kopi robusta dan
arabika bertambah

Terbentuk pengusahaan kopi dengan sertifikat yang berlaku internasional.

4. Pengembangan Kemampuan Pemasaran

a. Terjadi peningkatan ekspor kopi Kabupaten Temanggung

Terbentuk klaster kopi yang saling tekait. b. Terjadi kerjasama keterkaitan antar
industri besar, menengah dan kecil

5. Pengembangan Kopi Temanggung sebagai Specialized Coffee

a. Beberapa varian khas kopi Temanggung telah diusahakan kelompok usaha


bersama

Pasokan kopi dunia terpenuhi dari Kabupaten Temanggung.

b. Perluasan pangsa pasar dan kerjasama pemasaran


MASALAH MASALAH PADA KOPI INDONESIA

Masalah yang dihadapi oleh kopi Indonesia meliputi aspek bahan baku. produksi.
pemasaran dan infrastruktur. Masalah-masalah tersebut antara lain adalah:

Bahan Baku Masalah yang dihadapi pada aspek bahan baku meliputi: Komposisi
jenis tanaman dan produksi kopi di Indonesia tidak seimbang. Produksi kopi Robusta
jauh lebih besar (83 %) dibanding kopi Arabika (17 %). sedangkan permintaan pasar
dunia lebih menyukai kopi Arabika. Kurangnya pengetahuan penanganan panen dan
pasca panen oleh petani sehingga mutu biji kopi masih rendah. baik sebagai bahan
baku pada industri pengolahan kopi maupun untuk ekspor. Jaminan pasokan bahan
baku kopi masih rendah baik dalam hal jumlah. mutu maupun kontinuitas.

Produksi Masalah-masalah yang dihadapi pada aspek produksi meliputi:


Produktivitas tanaman kopi Indonesia masih sangat rendah. baru sekitar 50% dari
potensi produksinya. sedangkan kesadaran petani untuk menggunakan benih unggul
juga masih rendah. Sebagian besar areal kopi dikelola dalam bentuk Perkebunan
Rakyat

dengan penerapan kultur teknis yang belum sesuai dengan teknologi anjuran.
Terbatasnya fasilitas produksi dan pengolahan biji kopi (misalnya mesin/peralatan:
pengering. pengupas dan sortasi). utamanya di tingkat usaha industri skala kecil dan
menegah. Terbatasnya penguasaan teknologi proses pada tahap roasting.
Penerapan Good Manufactural Practices dan ISO yang masih rendah sehingga mutu
produk kopi yang dihasilkan juga rendah. Kurangnya kemampuan melakukan inovasi
dan diversifikasi produk sesuai dengan permintaan pasar domestik maupun
internasional.

Pemasaran Masalah-masalah yang dihadapi dalam aspek pemasaran antara lain


adalah: Tingginya tarif bea masuk bahan penolong seperti kemasan produk dan gula.
Rendahnya adopsi teknologi oleh petani dan inovasi untuk melakukan diversifikasi
produk kopi olahan sesuai permintaan pasar domestik dan internasional.
Terbatasnya akses pasar internasional sehingga ekspor kopi sebagian besar hanya
ditujukan ke pasar ekspor tradisional seperti Uni Eropa. Jepang dan USA. Adanya
diskriminasi tarif bea masuk di kawasan Uni Eropa terhadap komoditi kopi Indonesia
(3.4%). sementara kopi dari negara lain dibebaskan dari tarif bea masuk tersebut.
Sebagai salah satu negara tujuan utama ekspor kopi Indonesia. mulai tanggal 30 Mei
2006 Jepang menerapkan dan SIRINOV, Vol 1, No 3, Desember 2013 ( Hal : 99 110)
107
Prospek Pengembangan Industrialisasi Kopi Indonesia (Bedy Sudjarmoko)

memperketat ketentuan Batas Ambang Kandungan Pestisida (Maximum Residue


Limit/MRL) pada produk pertanian termasuk kopi. Ada 140 jenis bahan kimia
(agrochemical) yang diatur ambang batasnya sedangkan petani kopi Indonesia banyak
menggunakan bahan kimia tersebut. Pada bulan Desember 2009. terdapat laporan
bahwa ekspor kopi Indonesia ke Jepang (terutama yang berasal dari Lampung. Jawa
Timur dan Sumsel) mengandung konsentrasi Carbaryl di atas batas yang ditetapkan
oleh Pemerintah Jepang (0.01 ppm) Carbaryl yang ditemukan pada beberapa
pestisida dan banyak digunakan oleh petani untuk mengendalikan hama tanaman kopi
dan tanaman peneduh. sering menjadi kontaminan. terutama bila digunakan pada saat
menjelang panen. Sementara pemerintah dan Asosiasi Industri Jepang terus
memperketat ambang batas Carbaryl.

Infrastruktur Masalah-masalah yang dihadapi dalam aspek infrastruktur antara lain


adalah: Kurangnya dukungan infrastruktur di tingkat usahatani/budidaya tanaman
kopi (jalan. alat transportasi) dan industri pengolahan kopi (listrik. energi). Belum
optimalnya kegiatan forum komunikasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan.
terutama yang mengarah pada pembentukan kerjasama dan kemitraan.

PROSPEK PENGEMBANGAN KOPI INDONESIA

Indonesia mempunyai peluang besar dan prospek yang sangat baik untuk
mengembangkan kopi bila ditinjau dari konsumsi domestik dan pasar ekspor.
Permintaan kopi dunia cukup besar dan menunjukkan trend yang terus meningkat.
Data dari International Coffee Organization menunjukkan bahwa trend peningkatan
konsumsi kopi dunia terjadi sejak tahun 2010 dengan jumlah peningkatan rata-rata
sebesar 2.5%/tahun. Pada tahun 2020. diperkirakan

kebutuhan kopi dunia akan mencapai 10.3 juta ton (ICO. 2013). Pangsa ekspor kopi
Indonesia di pasar internasional masih tergolong rendah. rata-rata baru mencapai 6%.
Sebagai contoh. pada tahun 2009 ekspor kopi dunia mencapai jumlah 5.682 ribu ton.
sementara ekspor Indonesia hanya sebesar 342 ribu ton. Dibanding potensinya.
pangsa ekspor ini masih terlalu rendah sehingga Indonesia mempunyai peluang besar
untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor kopi di pasar internasional. Sebagai negara
tropis. Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan industri kopi dengan aroma
dan citarasa khas yang mampu menjadi brand image sesuai dengan indikasi geografis.
Dari sudut persaingan pasar internasional. brand image ini akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi konsumen. Disamping itu. berkembangnya konsumen kelas menengah
atas di Indonesia sesuai dengan tumbuhnya perkenomian nasional telah menjadi
faktor pendorong meningkatnya konsumsi kopi di pasar domestik. 1. Kopi Arabika
Kopi arabika Indonesia dewasa ini banyak menjadi kopi spesialti yang merupakan jenis
kopi dengan citarasa terbaik. memiliki aroma yang bersifat khas karena itu memiliki
pasar yang khusus. Potensi pengembangannya untuk Indonesia masih sangat terbuka
sebab pangsa pasar kopi spesialti masih terbuka. terutama dengan bergesernya
konsumen kopi biasa ke kopi spesialti di negara-negara konsumen seperti Amerika
Serikat. Beberapa jenis kopi arabika Indonesia tercatat sebagai kopi spesialty single
origin Indonesia yang mempunyai reputasi di pasar internasional karena mutu dan
citarasanya antara lain adalah: Mandailing dan Lintong Coffee (Sumatera Utara)
Gayo Mountain Coffee (Aceh) Java Arabica Coffee (Jawa Timur) Bali-Kintamani
Coffee (Bali) Toraja dan Kalosi Coffee (Sulawesi Selatan) Flores-Bajawa Coffee (NTT)
Baliem Coffee (Papua) Luwak Arabica Coffee 2. Kopi Robusta Sebagian besar areal.
produksi dan ekspor kopi Indonesia adalah jenis kopi robusta yang memang menjadi
bagian terbesar pangsa pasar kopi Indonesia di pasar internasional. Walaupun 108
SIRINOV, Vol 1, No 3, Desember 2013 ( Hal : 99 110)

Prospek Pengembangan Industrialisasi Kopi Indonesia (Bedy Sudjarmoko)

kopi ini ditemukan hampir di semua wilayah Indonesia. tetapi sentra utama kopi
robusta berada di tiga provinsi saja. yaitu Lampung. Sumatera Selatan dan Bengkulu.
Tiga provinsi ini dikenal sebagai golden triangle atau kawasan segitiga emas kopi
robusta Indonesia. sebab lebih dari 50% kopi robusta yang diekspor ke pasar
internasional berasal dari tiga wilayah ini. Karena areal tanaman kopi robusta sangat
mendominasi pertanaman kopi nasional. maka kopi robusta memiliki nilai strategis
untuk pemberdayaan ekonomi rakyat di pedesaan. Beberapa ciri khas kopi robusta
adalah sifatnya yang sangat mudah dibudidayakan oleh petani. memiliki gangguan
hama penyakit relatif lebih sedikit. dapat ditanam di bawah tanaman penaung
produktif lainnya. pengolahan mudah dilakukan dan biji kopi sangat mudah disimpan.
Oleh karena itu kopi robusta diusahakan hampir oleh seluruh petani kopi di Indonesia.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOPI NASIONAL


Pengembangan kopi di Indonesia dilakukan melalui beberapa kebijakan. antara lain
adalah: 1. Kebijakan Peningkatan Produktivitas dan Mutu Tanaman Kopi yang
penerapannya ditempuh antara lain melalui: a. Rehabilitasi/peremajaan kopi rakyat
dengan klon unggul bermutu dengan benih kopi Somatic Embryogenesis (SE) maupun
benih konvensional b. Konversi areal kopi robusta menjadi kopi arabika pada areal
yang sesuai c. Perluasan areal kopi arabika terutama di daerah Indonesia Timur d. Pilot
proyek kopi spesialti dan kopi organik e. Membangun usaha penangkaran benih unggul
kopi f. Integrasi tanaman kopi dengan ternak.

2. Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah Kopi. Kebijakan ini dimaksudkan agar ekspor
kopi Indonesia tidak lagi berupa bahan mentah (green bean). tapi dalam bentuk hasil
olahan dengan mutu yang dikehendaki konsumen. sehingga akan diperoleh nilai
tambah di dalam negeri.

3. Dukungan Penyediaan Pembiayaan. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi


sumber pembiayaan yang sesuai untuk pengembangan kopi. baik yang berasal dari
lembaga perbankan maupun non bank. Kebijakan ini antara lain dilakukan dengan
memanfaatkan penyertaan dana masyarakat melalui Kontrak Investasi Kolektif dan
Resi Gudang.

4. Pemberdayaan Petani Kebijakan pemberdayaan petani kopi dilakukan melalui


penumbuhan dan penguatan kelembagaan usaha tani. pelatihan dan pendampingan
untuk meningkatkan kemampuan petani serta kelompok tani dalam memanfaatkan
peluang bisnis. menumbuhkan dan mengembangkan kemitraan usaha.

SASARAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI

Sasaran pengembangan industri pengolahan kopi di Indonesia. meliputi: 1. Jangka


Menengah (2010 2014) a. Meningkatnya keikutsertaan pada Sidang Dewan Kopi
Internasional agar dapat memanfaatkan keanggotaan Indonesia dalam ICO b.
Tersusunnya Standar Nasional Indonesia (SNI) kopi dekafein dan terwujudnya revisi
SNI kopi instan c. Terfasilitasinya kegiatan misi dagang dan promosi ekspor terutama
ke negara pasar ekspor non tradisional d. Meningkatnya jumlah biji kopi yang diolah di
dalam negeri dari 32% menjadi 36% e. Terbangunnya citra merk kopi Indonesia sesuai
indikasi geografis (Kintamani Coffee. Toraja Coffee. Lintong Coffee. Lampung Coffee) di
pasar global.

2. Jangka Panjang (2015 2025) a. Meningkatnya produksi biji kopi Arabica dari 7%
menjadi 15% terhadap kopi robusta b. Meningkatnya kemampuan industri pengolahan
kopi yang berorientasi ekspor. sehingga ekspor naik dari USD 9.0 juta (2006) menjadi
USD 24.20 juta tahun 2025 c. Terbangunnya citra merk kopi Indonesia sesuai indikasi
geografis SIRINOV, Vol

(Kintamani Coffee. Toraja Coffee. Lintong Coffee. Lampung Coffee) di pasar global
(lanjutan) d. Berkembangnya industri pengolahan kopi dari 77 tahun 2010 menjadi 90
unit tahun 2025 e. Berdirinya industri kopi non pangan/industri farmasi. sebanyak 4
(empat) unit sampai dengan tahun 2025. f. Meningkatnya jumlah biji kopi yang diolah
di dalam negeri dari 36% menjadi 40%. g. Menurunnya tarif bea masuk komoditi kopi
Indonesia di Uni Eropa dari 3.4 persen menjadi 0%.

Pokok-Pokok Rencana Aksi Untuk mengimplementasikan kebijakan yang sudah


ditetapkan. maka pokok-pokok rencana aksi yang akan dilakukan meliputi:

1. Jangka Menengah (2010 2014) a. Melaksanakan pelatihan Good Manufacture


Practices dan manajemen mutu b. Menyusun atau melakukan revisi SNI kopi olahan c.
Membentuk kelembagaan para pelaku usaha. khususnya petani kopi d. Meningkatkan
mutu dan diversifikasi produk olahan kopi e. Meningkatkan ekspor dan pasar domestik
f. Meningkatkan kemitraan antara petani. industri dan perdagangan kopi untuk seluruh
pemangku kepentingan g. Mengamankan kepentingan Indonesia dalam forum
internasional h. Meningkatkan kualitas dan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) i.
Meningkatkan kualitas pengemasan produk kopi j. Meningkatkan partisipasi dalam
pameran produk dan promosi investasi di dalam negeri dan internasional.

2. Jangka Panjang (2015 2025) a. Menerapkan Good Manufacture Practices (GMP)


dan ISO series b. Menerapkan SNI diversifikasi produk kopi olahan Indonesia (antara
lain untuk coffee blend) c. Mendorong peningkatan produksi biji kopi Arabika

d. Mengembangkan litbang turunan kopi non-pangan e. Mengembangkan industri


berbasis kopi pangan dan non pangan (farmasi) f. Melakukan pendalaman struktur
industri kopi g. Meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia (SDM)

Dengan demikian untuk mencapai kemandirian dalam pengembangan usaha


agroindustri yang dimulai dari tingkat keluarga perlu memperhatikan dari aspek-aspek :

4. Kelembagaan usaha
Kelembagaan usaha dalam skala baik permodalan maupun jumlah tenaga kerja tidak
memerlukan manajemen usaha yang rumit dan dapat dikerjakan dalam lingkungan
keluarga, kelembagaan ini juga bersifat informal, dalam pemahamannya tidak
memerlukan perijinan yang terlalu rumit namun tetap dapat dipertanggung jawabkan.
5. Sistem pendampingan
Sistem pendampingan dalam pemberdayaan usaha ekonomi keluarga dilakukan terus
menerus yang meliputi bidang keterampilan usaha, manajemen keuangan lembaga
usaha, proses produksi, pemasaran, pemberian informasi pasar.
6. Jaringan pasar
Jaringan pasar dibentuk oleh para pendamping atau kelompok- kelompok yang ada di
lokasi sasaran. Jaringan pasar dibentuk berdasarkan komponen usaha yang saling
melengkapi, hasil-hasil produksi yang serius, pangsa pasar yang ada di tingkat atau
antara daerah, dan hasil produksi dari keseluruhan lembaga usaha yang ada.
4. Pelatihan
Berbagai pelatihan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
yang diperlukan meliputi :
1) Pelatihan keterampilan usaha/kewirausahaan
2) Pelatihan manajemen sederhana
3) Pelatihan manajemen usaha
4) Pelatihan keterampilan pemasaran
5. Teknologi sederhana
Teknologi yang diperkenalkan harus sesuai dengan kebutuhan usaha yang memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
6) Mudah dioperasikan oleh masyarakat
7) Biaya operasional dan pemeliharaannya rendah
8) Suku cadangnya mudah diperoleh
9) Mampu meningkatkan mutu dan jumlah produksi

6. Sumber daya manusia


Usaha tani dapat menyerap sumber daya manusia yang ada di pedesaan yang tidak
memiliki keterampilan yang memadai. Sumber daya manusia yang tersedia akan
dapat dikembangkan melalui bidang usaha di sektor informal di setiap keluarga
dengan pendampingan, pelatihan, advokasi yang terus menerus dan
berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai