Anda di halaman 1dari 8

Armada distribusi BBM Pertamina diperkuat dengan kelahiran kapal MT Mau Hau.

Kapal berkapasitas 3500 DWT (Dead Weight Ton ), siap beroperasi bulan depan di Wilayah Indoensia Timur. Kapal produksi dalam negeri itu diluncurkan Rabu, (19/9) di galangan kapal PT Daya Radar Utama Unit III, Bandar Lampung. Untuk pertama kalinya MT Mau Hau diturunkan ke perairan dari galangan kapal. Hadir dalam peluncuran tersebut, SVP Shipping Pertamina, M. Yudhie RF, VP Commercial and Development Subagjo H. Moeljanto serta Direktur Utama Daya Radar Utama, Amir Gunawan dan undangan lainnya. MT Mau Hau merupakan kapal ke-3 yang dibangun oleh perusahaan galangan kapal nasional, sebagai bentuk sinergi BUMN untuk membangkitkan industri galangan kapal dalam negeri. Menurut Yudhie, MT Mau Hau yang diproduksi sejak akhir tahun 2009 dengan nilai investasi sebesar11,8 juta Dolar Amerika ini diharapkan akan memperkuat armada Pertamina di Wilayah Indonesia Timur, dan akan dioperasikan pada pertengahan Oktober 2012. Sementara itu, Amir Gunawan menyampaikan terima kasih kepada Pertamina yang telah memberikan kepercayaan pada perusahaan galangan kapal dalam negeri untuk membuat kapal tanker ukuran small I. "Keberhasilan ini bukan hanya menjadi miik PT. Daya Radar Utama tetapi merupakan keberhasilan galangan nasional yang mulai bangkit dan dipercaya membuat kapal berstandar internasional,"ujar Amir Gunawan. Bagi Pertamina memberikan kepercayaan kepada perusahaan dalam negeri, merupakan bagian dari komitmen perusahaan energi ini untuk memprioritaskan kerja sama dengan mitra nasional. Apalagi sebelumnya PT Daya Radar Utama telah memproduksi MT Musi yang telah dioperasikan sejak bulan Mei 2012.

http://www.pertamina.com/index.php/detail/view/news-update/9462/tanker-mau-hau-perkuatarmada-indonesia-timur

Surabaya - Kapal Tanker Kasim 6500 LTDW hull No N10604, kapal yang dikerjakan PT Dok dan Perkapalan Surabaya (DPS), ini merupakan pesanan dari PT. Pertamina Indonesia dan diluncurkan hari ini, Rabu (25/4). "Spesifikasi kapal ini, panjang keseluruhan 108,00 meter, lebar 19,20 meter, tinggi 9,30 meter, syarat batas air 6,00 meter, dan dengan kecepatan 12,00 knots. Kapal ini dikerjakan lewat kerjasama dengan mahasiswa ITS serta 100 pekerja selama 19 bulan," ujar Suhartoyo, Senior Vice President PT.Pertamina Indonesia. Daerah pengoperasiannya ditujukan untuk wilayah bagian Indonesia Timur, dan akan memuat bahan bakar minyak berupa solar dan premium. "Kapal ini dioperasikan di wilayah Indonesia timur, dengan tujuan memperlancar distribusi pada bagian Makasar, Ambon, dan Papua," imbuh pria berkacamata ini. Diungkapkanya juga, kebanyakan faktor penghambat distribusi bukan dari kurangnya jumlah kapal dalam menangani pendistribusian. Namun, lebih pada faktor cuaca, sehingga seringnya Syahbandar tidak memperbolehkan untuk melakukan pengoperasian. PT. Pertamina Indonesia saat ini, mempunyai sedikitnya 180 kapal yang beroperasi. Sekitar 47 unit saja yang dimiliki pihak Pertamina, sisanya merupakan milik perusahaan swasta yang disewa. "Saat ini kami akan mengupayakan untuk pembuatan kapal dengan target separuh dari jumlah kapal yang memang saat ini ada. Dijadwalkan sekitar tahun 2018 akan terealisasi penambahan hingga 90 kapal, yang menjadi milik kami," pungkasnya.
http://www.centroone.com/news/2012/04/4r/layani-indonesia-timur-pertamina-luncurkan-kapaltanker/

SURABAYA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) menambah kepemilikan kapal tanker 6500 LTDW untuk dioperasikan di kawasan terpencil di Timur Indonesia dari Nusa Tenggara hingga Merauke sebagai pengangkut BBM. Kapal Tanker senilai 15 juta USD, yang diberi nama Kamojang itu diserahterimakan kepada PT Pertamina (Persero) dari PT Dok Perkapalan Surabaya (PT DPS) selaku produsen di Surabaya, Jumat (27/5/2011). Menurut Koordinator Ship Contruction, Direktorat Marketing and triding PT Pertamina, Subagjo HM, Kapal Tanker Kamojang menambah koleksi kapal tanker milik Pertamina menjadi 36 unit dari 190 unit yang dioperasikan untuk pengangkutan minyak mentah, produk-produk kilang BBM, dan pengangkutan LPG dari berbagai kawasan di Indonesia. Dalam pembangunan armada kapal menurut Subagjo, Pertamina memang sengaja menggandeng perusahaan galangan kapal dalam negeri sebagai upaya mendukung pertumbuhan industri perkapalan dalam negeri. 'Tahun lalu, Pertamina memesan 5 armada tanker berbagai ukuran kepada empat perusahaan galangan kapal negeri senilai 87,38 USD. Kelima tanker itu diharapkan sudah dioperasikan pada akhir 2012 mendatang,' katanya. Dirut PT DPS, Mohammad Firmansyah mengatakan, Kamojang adalah tanker kelima pesanan Pertamina. Berikutnya kapal yang akan diserahkan adalah Kapal dengan bobot yang sama. Menurut dia, PT Pertamina sudah sejak 1997 mempercayakan pembuatan kapalnya kepada PT DPS. Tanker yang sudah dibangun adalah MT Ketaling, MT Katomas, MT Kasogun, dan MT Plaju. 'Tahun ini kami juga tengah bersiap mengikuti lelang tender pengadaan kapal yang digelar PT Pertamina,' katanya. PT DPS masih mengandalkan jasa perbaikan kapal untuk pendapatan perusahaan sebesar 55%, sisanya diperoleh dari pembuatan kapal baru.

RENCANA pengembangan galangan kapal PT Industri Kapal Indonesia (IKI) mendapat apresiasi khusus dari pemerintah Kota Makassar. Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin mengatakan, pengembangan galangan kapal ini memang sudah sangat tepat.

Sebab, kata Ilham, itu bentuk keadilan pusat terhadap wilayah di Indonesia Timur. Bagi Ilham, industri perkapalan terbaik memang harusnya ada di kawasan timur Indonesia.

"Kita merespons positif jika memang itu benar. Mestinya memang pusat, untuk memperlihatkan keadilan terkait investasi. Tidak usah di wilayah barat semua apalagi yang terkait industri laut," kata Ilham di ruang kerjanya, pekan lalu.

Bagi Ilham, kultur budaya maritim di Indonesia timur harusnya menjadi pertimbangan untuk memang mengembangkan industri perkapalan di daerah ini."Mestinya memang untuk kawasan timur, tidak usah lagi di Surabaya," kata Ilham.

Sebelumnya, lanjut Ilham, saat muncul wacana PT IKI akan dipindahkan ke Surabaya, pemkot Makassar sudah ngotot agar tidak terealisasi. "Kita ngotot dan minta ke menteri agar dipertahankan. Karena memang kita ingin membangun industri kapal yang lebih besar," katanya.

Selama ini, kata Ilham, kendala utama untuk industri perkapalan itu hanya pada pendangkalan laut. Kapal yang masuk terbatas dan hanya yang bertonase kecil. "Tapi sebenarnya itu bisa disiasati," ujar Ilham. (*) http://metronews.fajar.co.id/read/101249/61/index.php

PT Pertamina mengoperasikan sebanyak 173 kapal tanker yang terdiri dari 153 kapal pengangkut minyak dan 20 pengangkut gas. Dari total jumlah kapal itu, 42 kapal diantaranya milik Pertamina dan 131 lainnya merupakan kapal charter. Rupanya kapal tanker milik perusahaan pelat merah ini usianya sudah di atas 20 tahun dan single hull (lambung satu). Meskipun kapal-kapal uzur di kantor Karen Agustiawan sudah tidak layak beroperasi, namun ada dispensasi masih bisa berlayar di dalam negeri hingga 2015.

Pertamina berusaha melakukan peremajaan armada dengan membangun puluhan kapal tanker baik yang dipesan di galangan kapal dalam negeri maupun luar negeri. VP Corporate Communication Mochamad Harun mengatakan, dari rencana tersebut sebanyak 12 kapal akan dikirim tahun ini, dua kapal pada 2013, dan satu kapal dikirim pada 2014.

Pertamina akan mendatangkan 47 unit kapal tengker dari 2007 hingga 2015 mendatang. Pembelian kapal baru tersebut upaya memperkuat transportasi dan meningkatkan efisiensi pengapalan BBM, katanya kepada wartawan di Jakarta.

Di sisi lain, Pertamina juga mulai mengoperasikan Terminal Transit BBM Baubau memiliki kapasitas tangki BBM sebesar 100.000 kiloliter (kl) yang terdiri dari produk Solar dan Premium dan telah menelan investasi sekitar 40 juta dolar AS. Terminal Transit ini dilengkapi dengan dermaga BBM 35.000 DWT (dead weight tons) dan 6.500 DWT untuk loading, unloading, dan bunkering.

Proyek ini dimulai pada 10 Desember 2008 dan tuntas pada Juni 2011 dengan masa pemeliharaan selama satu tahun dan akan berakhir pada 30 Mei 2012. Bertindak selaku kontraktor pelaksana kegiatan Engineering, Procurement, and Construction PT Krakatau Engineering.

Pengoperasian Terminal Transit Baubau sejalan dengan tekad perusahaan turut berkontribusi dalam upaya menjaga ketahanan energi nasional melalui perkuatan infrastruktur pasokan dan distribusi BBM. Terminal Transit Baubau merupakan Terminal Transit BBM kesembilan yang dioperasikan Pertamina, selain TTU Teluk Kabung, TTU Wayame, TT Sorong, TT Bitung, TT Makassar, TT Kupang, TT Kota Baru, dan TT Pulau Sambu. Bahkan, untuk TT Pulau Sambu Pertamina segera mengembangkannya menjadi Hyper Terminal BBM dengan kapasitas 300.000 KL, sebagai tindak lanjut dari kesepakatan pemanfaatan terminal BBM Pulau Sambu antara Pertamina dan Pertamina Energy Services Pte Ltd, pada 22 Desember 2011. Proyek senilai 50 juta dolar AS ini dilengkapi dermaga dengan ukuran kapal maksimal 100.000 DWT itu ditargetkan tuntas pada 2013.

Untuk mendistribusikan itu semua, sebanyak 15 unit kapal tanker tambahan akan dibeli sebesar 370 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,33 triliun sampai 2014. Ini dilakukan untuk mengamankan distribusi BBM dan elpiji.

Kemudian BUMN Migas ini juga tengah menunggu proses persetujuan investasi pembelian 11 kapal lagi yang rencananya akan dioperasikan pada 2015. Jadi, akan ada 26 kapal baru sampai 2015.

Unit-unit kapal tersebut merupakan bagian dari rencana investasi jangka panjang Pertamina untuk menambah armada kapal baru milik sendiri sebanyak 47 unit hingga 2015. Sejauh ini Pertamina telah menerima kapal sebanyak 21 unit. Penambahan kapal ini merupakan upaya Pertamina terutama untuk meningkatkan kelancaran distribusi BBM, elpiji, dan produk lainnya di Indonesia, ujar Harun.

Pengamat perkapalan Sidding Irsyad, mengatakan berdasarkan aturan internasional MARPOL Annex I (MEPC 50 Desember 2003) yang mensyaratkan kapal tanker harus berkonstruksi double hull (lambung ganda), dan Indonesia sebagai anggota IMO menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM.66 Tahun 2005 tentang Ketentuan Pengoperasian Kapal Tangki Minyak Lambung Tunggal (Single Hull) yang di dalamnya menyatakan telah memberlakukan ketentuan 13F, 13G dan 13H Annex I Konvensi Internasional MARPOL 73/78, yang mengatur mengenai larangan operasi bagi kapal tangki minyak lambung tunggal (singel hull) pada tanggal 5 April 2005.

Walaupun kapal tanker Peramina memiliki lambung tunggal, lanjut pria yang biasa disapa Didi ini pada pasal 3 dinyatakan kapal tangki minyak single hull berbendera Indonesia yang berlayar didalam negeri dan berumur 20 (dua puluh) tahun atau lebih, masih boleh beroperasi asalkan melakukan program penilaian kondisi kapal yang berlaku sampai tahun 2015.

sekitar 52% dari total kapal milik Pertamina yang sudah tidak layak beroperasi meskipun ada dispensasi masih berlayar di dalam negeri sampai 2015. Memang Pertamina berusaha melakukan peremajaan armada dengan membangun kapal tanker, tapi itu tidak akan mampu untuk menutupi kekurangan armada kapal di tahun 2015 nanti, ujarnya kepada Indonesia Maritim Magazine, Senin (22/4/2012).

Menurut Didi dampak dari kekurangan kapal tanker yang dimiliki Pertamina akan memunculkan inefisiensi dalam pengiriman minyak mentah dan distribusi BBM. Contoh inefisiensi itu adalah harga keekonomian BBM yang diberlakukan di dalam negeri adalah MOPS + ALPHA. Alpha ini adalah biaya pengiriman dari Singapura ke kilang-kilang di Indonesia ditambah biaya distribusi sampai di SPBU.

Karena kapal-kapal Pertamina kebanyakan dilarang atau tidak diperbolehkan untuk bersadar di luar negeri karena tidak comply dengan aturan IMO maka minyak yang dibeli Pertamina sebagian besar tidak bisa diangkut oleh kapal Pertamina sendiri tetapi harus menyewa kapal pihak lain yang kebayakan milik asing dan tentunya biaya carternya diambil oleh pihak lain, jelasnya

Menurutnya seandainya BBM yang kita beli dari luar sekitar 500.000 barel/hari diangkut oleh kapalkapal milik Pertamina tentu akan memberikan keuntungan buat pertamina yang pada akhirnya membuat nilai Alpha menjadi mengecil dan seterusnya akan berdapak terhadap harga BBM yang dijual pertamina. Besaran Alpha seharusnya bukan beban tapi justru bisa menjadi sumber pendapatan yang cukup besar buat pertimina seandainya kapal-kapal cukup dari segi jumlah, comply dengan aturan IMO dan kapal charternya minim, cetusnya.

Ia pun menyayangkan kala itu ada statement dari pihak Pertamina Shipping bahwa lebih efisien mencarter kapal daripada mengoperasikan kapal sendiri. Ini jelas salah, karena hal itu disebabkan oleh mismanagement di Pertamina Shipping. Dalam pengertian lain masa perusahaan yang mencarterkan kapalnya bisa untung besar sedangkan pertamina tidak, bahkan jadi beban? Perlu audit independen secara konferhensif untuk Pertamina Shipping sendiri terpisah dengan pertamina sepertinya, ungkapnya.

Didi menjelaskan selama ini betapa melempemnya kapal-kapal Pertamina dalam pendistribusian BBM ke pulau-pulau di nusantara melalui kapal tanker yaitu kapal milik Pertamina cuma berkonstribusi 35% dalam distribusi BBM dalam negeri, sisanya di charter oleh pertamina dari pihak lain. Maka itu, kata Didi, sangat jelas Pertamina tidak akan mampu menciptakan efisiensi untuk menekan nilai Alpha dari harga keekonomian BBM yang diberlakukan di masyarakat.

Mengapa Pertamina lebih suka charter kapal daripada mengoperasikan kapal sendiri? Semoga saja tidak ada motif korupsi disitu, karena adanya peluang kongkalikong antara pemilik-pemilik kapal dengan oknum-oknum di pertamina, imbuhnya. http://indomaritimeinstitute.org/?p=1796

Anda mungkin juga menyukai