Anda di halaman 1dari 118

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA


Jl. Kompleks Balaikota Blok H Lantai 17 Jln Merdeka Selatan No 8-9 Jakarta Pusat
Telp (021)3822076, Fax (021)3822477

LAPORAN ANALISS DIVESTASI


SAHAM PT. DELTA DJAKARTA TBK

BDC PT. BUANATAMA DIMENSI CONSULTANT


i
Crown Palace Blok A No 15B, Jl. Prof. DR. Soepomo No.231, RT.7/RW.1, Menteng Dalam, Kec. Tebet, Kota
CONSULT Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12870 021-22323086
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan LAPORAN ANALISS DIVESTASI SAHAM
PT. DELTA DJAKARTA TBK. Terima kasih kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah
membantu kami sehingga kami bisa menyelesaikan laporan ini.

Dokumen ini merupakan analisis terhadap upaya divestasi saham kepemilikan pemerintah
provinsi dki Jakarta pada perusahaan PT. DELTA DJAKARTA TBK untuk menggambarkan
usulan terkait dengan kepentingan yang akan dilakukan. Dalam proses analisis tersebut PT
BDC menggunakan standar analisis yang akurat dan tepat digunakan untuk melakukan
menjustifikasi dokumen studi kelayakan yang diajukan mulai dari aspek teknis, pemasaran,
ekonomi, keuangan , portofolio, risiko, dan aspek legal, sesuai dengan arahan Kerangka acuan
kerja yang sudah disusun.

Penggunaan empirical tools untuk melakukan analisis tersebut dapat memperkuat justifikasi
yang dilakukan terutama dalam pengambilan keputusan terhadap usulan yang
disampaikan. Dan keputusan tersebut dapat dipertanggung jawabkan karena sudan di dukung
oleh data yang komprehensif dan alat analisis yang akurat.

Tim penasehat investasi PT BDC mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan
untuk melaksanakan kegiatan ini, jika dibutuhkan klarifikasi atau informasi lebih lanjut terkait
kegiatan ini lebih lanjut bisa menghubungi kami.

PT BUANATAMA DIMENSI CONSULTANT

TIM PENYUSUN

i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta memiliki kedudukan yang sangat penting dan
strategis dalam pembangunan di Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. BUMD berperan dalam
mewujudkan kemakmuran daerah dengan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
investasi melalui Penerimaan PAD, baik dalam bentuk deviden atau pajak. Secara makro,
BUMD berkontribusi terhadap perekonomian daerah melalui nilai tambah yang dihasilkan
dan penyerapan tenaga kerja. BUMD juga dapat menjadi pendukung dan pelaksana tugas-
tugas pelayanan masyarakat di Provinsi DKI Jakarta.

PT. DELTA DJAKARTA, TBK sebagai salah satu BUMD di provinsi DKI Jakarta merupakan salah
satu BUMD yang difungsikan untuk memberikan kontribusi terhadap salah satu sumber PAD
prov DKI Jakarta, sebagai salah satu BUMD yang bergerak dibidang minuman beralkohol, sejak
beberapa tahun terakhir mengalami performance yang kurang baik adapun indikasi tersebut
adalah :

 Price earning ratio dari tahun 2015 -2020 sampai sahun berada di atas 10, ini
menunjukkan kemampuan memperoleh pendpatan per lembar sahamnya yang
semakin menurun dari tahun 2015 sampai 2020.

 Dividen Payout Ratio DPR berkisar antara 0,34 sampai 0,745 menunjukkan persentase
pengembalian kepada pemegang saham yang semakin tinggi dari porsi laba bersih per
lembar sahamnya.

 Pertumbuhan laba (EGR) berfluktuatif dimana pada tahun 2015 mengalami


pertumbuhan yang negative

Kondisi tersebut memaksa PT. Delta Djakarta, Tbk untuk melakukan beberapa kebijakan

 DLTA memecah saham pada 2015, lewat aksi stock split 1:50. Dengan langkah
tersebut, nilai nominal saham Rp1.000 dipecah menjadi Rp20. Stock split itu pun
mengamankan porsi free float atau saham produsen minuman beralkohol bermerek
lokal Anker dan Kudaputih serta penyedia Carlsberg dan San Miguel itu yang beredar
di publik.
 Saham DLTA relatif minim mendapatkan sentimen. Paling tidak, sentimen pasar yang
membayangi sebatas regulasi pemerintah ataupun musim Ramadan.

ii
 bisnis yang digeluti DLTA cenderung sensitif terhadap regulasi ataupun sentimen
sosial lainnya.

2020 adalah tahun yang benar-benar sulit bagi perusahaan besar maupun kecil karena COVID-
19 telah mengakibatkan hampir seluruh sektor ekonomi terpuruk. Untuk menekan penularan
virus, pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan lockdown parsial—Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB)—yang bertujuan untuk membatasi mobilitas masyarakat. Kebijakan
tersebut antara lain mengatur penutupan sekolah, sektor non-esensial, ruang publik dan
tempat rekreasi serta larangan berkumpul dalam jumlah besar, acara-acara yang
mendatangkan kerumunan, festival dan hari raya.

Walaupun sektor industri lain yang menyediakan layanan penting diperbolehkan tetap
beroperasi, pembatasan yang berkepanjangan telah menghantam sisi penawaran dan
permintaan ekonomi secara bersamaan. Akibatnya, perekonomian Indonesia berkontraksi
tajam dan terjadinya resesi selama tiga kuartal secara berturutturut terhadap ekspor,
investasi, belanja konsumen dan pariwisata yang merosot akibat ketidakpastian pasar,
ditambah melambatnya ekonomi global.

Kondisi ini memaksa banyak perusahaan melakukan rasionalisasi usaha untuk dapat bertahan
sehingga banyak pekerja yang dirumahkan bahkan di-PHK. PT Delta juga tidak terlepas dari
goncangan ekonomi yang berdampak cukup dalam terhadap industri minuman beralkohol
domestik, terutama akibat penutupan gerai-gerai on-premise dan destinasi tujuan wisata.
COVID-19 telah menghalangi rencana Perseroan untuk mencapai pertumbuhan dan
profitabilitas. Tak diragukan lagi, ini adalah tahun yang menantang dalam sejarah Perseroan
dimana volume penjualan turun secara signifikan dan laba anjlok dibanding tahun-tahun
sebelumnya.

Terkait dengan masalah tersebut PROV DKI berencana untuk melakukan divestasi saham Pt
Delta Jakarta dengan pemikiran bahwa dana saham di perusahaan bir itu akan lebih
bermanfaat apabila dijual dan uangnya digunakan untuk pembangunan Jakarta. saham PT
Delta lebih bermanfaat untuk pembangunan yang bisa dirasakan warga Jakarta. dalam
perspektif komersial, divestasi maupun jual-beli saham merupakan hal yang biasa terjadi
dalam kegiatan investasi. Kegiatan divestasi dan jual beli saham biasanya didahului dengan
proses komersial, seperti uji tuntas (due diligence), non binding offer hingga binding offer,

iii
penyusunan term sheet (term jual beli saham), hingga CSPA (condition sales and purchase
agreement) dan SPA (sale and purchase agreement). Proses divestasi yang akan dilakukan
oleh Pemerintah provinsi DKI Jakarta adalah : Alasan non yuridis penanam modal pemerintah
provinsi DKI mendivestasikan sahamnya menjadi dasar filosofis peraturan perundang ±
undangan yang mengatur tentang kewajiban divestasi. Alasanalasan non yuridis tersebut
sebagai berikut:

1. Meningkatkan pendapatan daerah;


2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

Tekait dengan upaya divestasi PT.DELTA DJAKARTA TBK perlu dilakukan kajian yang
komprehensif sehingga kebijakan yang dihasilkan memberikan dampak positif pada semua
pihak

Hasil analisis kami terkait dengan upaya divestasi PT.DELTA DJAKARTA TBK secara global dapat
dilihat pada :
1. Price earning ratio dari tahun 2015 berada di atas 10, ini menunjukkan kemampuan
memperoleh pendpatan per lembar sahamnya yang semakin menurun dari tahun 2015
sampai 2020.
2. DPR (Dividen Payout Ratio) memberikan gambaran tentang berapa banyak uang yang
dikembalikan perusahaan kepada pemegang saham versus berapa banyak yang tersisa
untuk diinvestasikan kembali dalam pertumbuhan, melunasi utang, atau menambah
cadangan kas (laba ditahan). Berdasarkan data nilai DPR berkisar antara 0,34 sampai
0,745 menunjukkan persentase pengembalian kepada pemegang saham yang semakin
tinggi dari porsi laba bersih per lembar sahamnya.
3. Pertumbuhan laba (EGR) berfluktuatif dimana pada tahun 2015 mengalami
pertumbuhan yang negative dan tahun 2016 sampai tahun 2020 mengalami
pertumbuhan yang positif
4. Kebijakan divestasi saham pt delta Djakarta tbk dapat dilakukan hal ini didasarkan
Perhitungan External Faktor Evaluation sebesar 2.21 dan perhitungan internal faktor
evaluation adalah sebesar 1.77 menunjukkan bahwa posisi pt delta berada pada posisi
dog yang berkonsekuensi logis strategi divestasi
5. Mekanisme divestasi dapat dilakukan sesuai dengan S.O.P yang sudah ada

iv
6. Pasca divestasi dapat dilakukan strategi pengembangan dana yang diperoleh dari
divestasi yaitu Skeario alokasi penggunaan divestasi dibagi 2 sebagian untuk perbaikan
fasilitas umum dan sebagian lagi untuk mengembangkan usaha baru start up
7. Perhitungan secara ekonomis alterantif bisnis yang dilakukan dapat diteruskan hal ini
berarti bahwa proses divestasi layak dilakukan sementara bisnis yang diajukan layak
secara ekonomis

PT BUANATAMA DIMENSI CONSULTANT

Ir Hasanuddinsyah
Direktur

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... x
1.1. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................................ 3
1.3. RUANG LINGKUP .......................................................................................................... 3
1.4. TUJUAN ........................................................................................................................ 3
1.5. TARGET/ SASARAN ....................................................................................................... 3
2.1. PT. DELTA DJAKARTA TBK ............................................................................................ 5
2.1.1. Sejarah perusahaan ......................................................................................... 5
2.1.2. Dasar Hukum Pendirian ................................................................................... 5
2.1.3. Kepemilikan saham .......................................................................................... 6
2.1.4. Pengurus .......................................................................................................... 6
2.1.5. Laporan keuangan............................................................................................ 7
3.1. KERANGKA PIKIR ........................................................................................................ 12
3.2. RANGKAIAN KEGIATAN .............................................................................................. 12
3.2.1. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal .................................................. 14
3.2.2. Pemilihan Strategi ......................................................................................... 16
3.3. ANALISIS ..................................................................................................................... 17
3.3.1. Analisis Faktor Internal Dan Eksternal ........................................................... 17
3.3.2. Strategi integrasi ............................................................................................ 19
3.3.3. Mekanisme divestasi...................................................................................... 20
3.3.4. Kelayakan Divestasi PT DELTA DJKARTA, TBK ............................................... 20
4.1. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL................................................. 22
4.1.1. Analisis Lingkungan Eksternal ........................................................................ 22
4.1.2. Analisis lingkungan Internal ........................................................................... 43
4.2. ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL .......................................................... 54

vi
4.2.1. EFAS (eksternal faktor analysis strategy) ....................................................... 54
4.2.2. IFAS (internal faktor analysis strategy), ........................................................ 55
4.3. DASAR PEMILIHAN STRATEGI DIVESTASI ................................................................. 57
4.3.1. Aspek hukum divestasi .................................................................................. 57
4.3.2. Pengertian Divestasi ...................................................................................... 60
4.3.3. Momentum Terjadinya Divestasi. .................................................................. 63
4.3.4. Metode Divestasi (Divestitur). ....................................................................... 64
4.3.5. Mekanime Divestasi ...................................................................................... 65
4.3.6. Analisis Terhadap Penilaian Objek Yang Di Divestasi .................................... 68
4.3.7. Pedoman Pelaksanaan Penawaran, Evaluasi, Serta Perhitungan Harga
Saham Divestasi ............................................................................................. 68
4.4. ARAHAN PENGGUNAAN DANA HASIL DIVESTASI ..................................................... 73
4.4.1. Orientasi Penggunaan Hasil Divestasi ........................................................... 78
5.1. KESIMPULAN .............................................................................................................. 95
5.2. REKOMENDASI ........................................................................................................... 95

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1 Kepemilikan saham PT. Delta Djakarta, Tbk .......................................................... 6


Gambar 2-2 Struktur organisasi PT. Delta Djakarta, Tbk .......................................................... 7

Gambar 3-1 Kerangka Pikir Analisis Divestasi Saham PT. Delta Djakarta, Tbk ........................ 12
Gambar 3-2 Rangkaian Kegiatan Analisis Divestasi Saham PT. Delta Djakarta, Tbk ............... 13
Gambar 3- 3 Kerangka Analisis Eksnternal Dan Internal Analisis Divestasi Saham PT. Delta
Djakarta, Tbk ....................................................................................................... 15
Gambar 3-4 : Alternatif Pilihan Strategi................................................................................... 17

Gambar 4-1 Informasi harga saham on the spot pada saham delta Djakarta ......................... 44
Gambar 4-2 Prediksi informasi harga saham PT Delta Djakarta jangka panjang .................... 45
Gambar 4- 3 Posisi Market Share PT. Delta Djakarta, Tbk .................................................... 47
Gambar 4-4 Proses Produksi Bir PT Delta Djakarta ................................................................ 51
Gambar 4- 5 Sertifikasi ISO 14000 PT. Delta Djakarta, Tbk ..................................................... 53
Gambar 4-6 Posisi Valuasi Strategi PT DeltaDjakarta tbk ....................................................... 57
Gambar 4-7 Pertimbangan divestasi PT. Delta Djakarta, Tbk .................................................. 58
Gambar 4-8 : IKU, Cascading & Alignment .............................................................................. 59
Gambar 4-9 Proyeksi saham PT. Delta Djakarta, Tbk .............................................................. 63
Gambar 4-10 Pelaksanaan Penawaran Evaluasi Serta Perhitungan Harga Saham Divestasi . 69
Gambar 4-11 Orientasi Arahan Kebijakan Penggunaan Hasil Divestasi ................................. 79
Gambar 4-12 Program Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat .................................. 83
Gambar 4-13 Kebijakan penguatan ketahanan pangan Provinsi DKI Jakarta ......................... 85

viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2-1 Ikhtisar Laporan Keuangan PT. Delta Djakarta, Tbk ................................................ 8
Grafik 2-2 Laporan Rugi Laba PT. Delta Djakarta, Tbk ............................................................ 9

Grafik 4- 1 Inflasi Indonesia 2021........................................................................................... 32


Grafik 4-2 Pertumbuhan penjualan PT. Delta Djakarta, Tbk .................................................. 56
Grafik 4-3 Net Profit Margin PT. Delta Djakarta Tbk ............................................................... 57
Grafik 4-4 Rasio hutang PT. Delta Djakarta, Tbk ..................................................................... 59
Grafik 4-5 Debt to Equity Ratio (DER) ...................................................................................... 60
Grafik 4-6 ROE Pt. Delta Djakarta, Tbk ..................................................................................... 61
Grafik 4-7 Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor) ................................................................ 62

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4-1 Data Kecelakaan Akibat Konsumsi Alkohol ............................................................. 27
Tabel 4-2 Data konsumsi alkohol oleh penduduk umur > 15 tahun 2018-2020 ................... 33
Tabel 4- 3 Market share produk PT DELTA DJAKARTA dengan PT MULTI BINTANG .............. 46
Tabel 4-4 Pertumbuhan pernjualan PT.Delta Djakarta, TBK ................................................... 46
Tabel 4-5 Posisi keuangan PT. Delta Djakarta, Tbk 2016-2020 ............................................... 54
Tabel 4-6 laporan rugi laba PT. Delta Djakarta, Tbk 2016-2020 .............................................. 56
Tabel 4-7 Rasio keuangan PT. Delta Djakarta, Tbk .................................................................. 57
Tabel 4-8 Analisis Kinerja Saham PT. Delta Djakarta, Tbk ....................................................... 52
Tabel 4-9 Jumlah pekerja PT. Delta Djakarta, Tbk ................................................................... 54
Tabel 4-10 Hasil Perhitungan Exsternal Factor Evaluation PT. Delta Djakarta, Tbk ................ 55
Tabel 4-11 Hasil perhitungan Internal Factor Evaluation PT. Delta Djakarta, Tbk .................. 56
Tabel 4-12 Ketidak Sesuaian Kepemilikan Saham PEMPROV DKI Jakarta pada PT. Delta
Djakarta, Tbk dengan visi misi PEMPROV DKI Jakarta ..................................... 59
Tabel 4-13 Pilihan alokasi hasil divestasi pada Isu strategis pembangunan DKI Jakarta
tahun 2017-2022 ................................................................................................ 78
Tabel 4-14 Jumlah jaringan jalan dan kebutuhan perjalanan serta kendaraan bermotor
Provinsi DKI Jakarta .............................................................................. 90
Tabel 4-15 Alokasi Penting Pasca Divestasi ................................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 4-16 Rincian Alokasi Penting Pasca Divestasi.................... Error! Bookmark not defined.

x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. PENDAHULUAN
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta memiliki kedudukan yang sangat penting dan
strategis dalam pembangunan di Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. BUMD berperan dalam
mewujudkan kemakmuran daerah dengan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
investasi melalui Penerimaan PAD, baik dalam bentuk deviden atau pajak. Secara makro,
BUMD berkontribusi terhadap perekonomian daerah melalui nilai tambah yang dihasilkan
dan penyerapan tenaga kerja. BUMD juga dapat menjadi pendukung dan pelaksana tugas-
tugas pelayanan masyarakat di Provinsi DKI Jakarta.

PT. DELTA DJAKARTA, TBK sebagai salah satu BUMD di provinsi DKI Jakarta merupakan salah
satu BUMD yang difungsikan untuk memberikan kontribusi terhadap salah satu sumber PAD
prov DKI Jakarta, sebagai salah satu BUMD yang bergerak dibidang minuman beralkohol, sejak
beberapa tahun terakhir mengalami performance yang kurang baik adapun indikasi tersebut
adalah :

 Price earning ratio dari tahun 2015 -2020 sampai sahun berada di atas 10, ini
menunjukkan kemampuan memperoleh pendpatan per lembar sahamnya yang
semakin menurun dari tahun 2015 sampai 2020.

 Dividen Payout Ratio DPR berkisar antara 0,34 sampai 0,745 menunjukkan persentase
pengembalian kepada pemegang saham yang semakin tinggi dari porsi laba bersih per
lembar sahamnya.

 Pertumbuhan laba (EGR) berfluktuatif dimana pada tahun 2015 mengalami


pertumbuhan yang negative

Kondisi tersebut memaksa PT. Delta Djakarta, Tbk untuk melakukan beberapa kebijakan

 DLTA memecah saham pada 2015, lewat aksi stock split 1:50. Dengan langkah
tersebut, nilai nominal saham Rp1.000 dipecah menjadi Rp20. Stock split itu pun
mengamankan porsi free float atau saham produsen minuman beralkohol bermerek
lokal Anker dan Kudaputih serta penyedia Carlsberg dan San Miguel itu yang beredar
di publik.

1
 Saham DLTA relatif minim mendapatkan sentimen. Paling tidak, sentimen pasar yang
membayangi sebatas regulasi pemerintah ataupun musim Ramadan.
 bisnis yang digeluti DLTA cenderung sensitif terhadap regulasi ataupun sentimen
sosial lainnya.

2020 adalah tahun yang benar-benar sulit bagi perusahaan besar maupun kecil karena COVID-
19 telah mengakibatkan hampir seluruh sektor ekonomi terpuruk. Untuk menekan penularan
virus, pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan lockdown parsial—Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB)—yang bertujuan untuk membatasi mobilitas masyarakat. Kebijakan
tersebut antara lain mengatur penutupan sekolah, sektor non-esensial, ruang publik dan
tempat rekreasi serta larangan berkumpul dalam jumlah besar, acara-acara yang
mendatangkan kerumunan, festival dan hari raya.

Walaupun sektor industri lain yang menyediakan layanan penting diperbolehkan tetap
beroperasi, pembatasan yang berkepanjangan telah menghantam sisi penawaran dan
permintaan ekonomi secara bersamaan. Akibatnya, perekonomian Indonesia berkontraksi
tajam dan terjadinya resesi selama tiga kuartal secara berturutturut terhadap ekspor,
investasi, belanja konsumen dan pariwisata yang merosot akibat ketidakpastian pasar,
ditambah melambatnya ekonomi global.

Kondisi ini memaksa banyak perusahaan melakukan rasionalisasi usaha untuk dapat bertahan
sehingga banyak pekerja yang dirumahkan bahkan di-PHK. PT Delta juga tidak terlepas dari
goncangan ekonomi yang berdampak cukup dalam terhadap industri minuman beralkohol
domestik, terutama akibat penutupan gerai-gerai on-premise dan destinasi tujuan wisata.
COVID-19 telah menghalangi rencana Perseroan untuk mencapai pertumbuhan dan
profitabilitas. Tak diragukan lagi, ini adalah tahun yang menantang dalam sejarah Perseroan
dimana volume penjualan turun secara signifikan dan laba anjlok dibanding tahun-tahun
sebelumnya.

Terkait dengan masalah tersebut PROV DKI berencana untuk melakukan divestasi saham Pt
Delta Jakarta dengan pemikiran bahwa dana saham di perusahaan bir itu akan lebih
bermanfaat apabila dijual dan uangnya digunakan untuk pembangunan Jakarta. saham PT
Delta lebih bermanfaat untuk pembangunan yang bisa dirasakan warga Jakarta. dalam
perspektif komersial, divestasi maupun jual-beli saham merupakan hal yang biasa terjadi

2
dalam kegiatan investasi. Kegiatan divestasi dan jual beli saham biasanya didahului dengan
proses komersial, seperti uji tuntas (due diligence), non binding offer hingga binding offer,
penyusunan term sheet (term jual beli saham), hingga CSPA (condition sales and purchase
agreement) dan SPA (sale and purchase agreement). Proses divestasi yang akan dilakukan
oleh Pemerintah provinsi DKI Jakarta adalah : Alasan non yuridis penanam modal pemerintah
provinsi DKI mendivestasikan sahamnya menjadi dasar filosofis peraturan perundang ±
undangan yang mengatur tentang kewajiban divestasi. Alasanalasan non yuridis tersebut
sebagai berikut:

3. Meningkatkan pendapatan daerah;


4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

Tekait dengan upaya divestasi PT.DELTA DJAKARTA TBK perlu dilakukan kajian yang
komprehensif sehingga kebijakan yang dihasilkan memberikan dampak positif pada semua
pihak

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


 Untuk melakukan kajian divestasi perusahaan bir
 Bagaimana dampak divestasi saham bir
 Alternative investasi yang menguntungkan

1.3. RUANG LINGKUP


 Analisis eksnternal PT DELTA DJAKARTA
 Analisis internal PT DELTA DJKARTA
 mekanisme divestasi saham PT DELTA JAKARTA ?
 Skenario pasca divestasi

1.4. TUJUAN
1) Melakukan Analisis strategis PT. DELTA JAKARTA, TBK
2) mekanisme divestasi saham PT DELTA JAKARTA ?
3) Skenario pasca divestasi

1.5. TARGET/ SASARAN


Dalam Penyusunan Analisis Kebijakan divestasi adalah

a) Terpetakannya faktor intenal dan eksternal PT DELTA DJAKRTA

3
b) Positioning strategi
c) Uraian mekanisme divestasi
d) Uraian skenarion pasca divestasi

4
BAB 2 GAMBARAN UMUM
2.1. PT. DELTA DJAKARTA TBK

2.1.1. Sejarah perusahaan


Pada 1997, Perseroan memulai rencana ekspansi besar-besaran dengan memindahkan pabrik
pembuatan bir dari lokasi awal di Jakarta Utara ke fasilitas yang lebih besar dan modern di
lokasinya saat ini di Bekasi, Jawa Barat.

PT Jangkar Delta Indonesia, anak perusahaan PT Delta, didirikan pada 1998, dan menjadi
distributor tunggal Perseroan, dengan jejaring distribusi yang menyebar ke seluruh negeri,
mulai dari Medan di Sumatra Utara hingga ke Jayapura di Papua. Namun, pada semester
pertama 2017, anak perusahaan memindahkan seluruh karyawannya ke Perseroan dan pada
akhir tahun, anak perusahaan hanya menangani satu sub-distributor. Sejauh ini, Perseroan
tidak berencana menghentikan operasional PT Jangkar Delta Indonesia.

PT Delta memproduksi bir Pilsner dan Stout berkualitas untuk pasar domestik Indonesia,
dengan sejumlah merek di antaranya Anker Bir, Anker Stout, Carlsberg, San Miguel Pale
Pilsen, San Mig Light, San Miguel Cerveza Negra, dan Kuda Putih. PT Delta juga memproduksi
dan mengekspor bil Pilsner dengan merek “Batavia”. Dan kuartal terakhir 2017 menandai
awal ekspor bir PT. Delta Djakarta Tbk ke negara tetangga, Timor Leste.
manajemen

2.1.2. Dasar Hukum Pendirian


 Akta Pendirian Perusahaan No.35 yang dibuat di hadapan Notaris Abdul Latief, SH,
Notaris di Jakarta, tertanggal 15 Juni 1970
 Surat Keputusan Kementerian Kehakiman Republik Indonesia (Sekarang Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia) No. J.A.5/75/9 tertanggal 26 April 1971)
 Akta Pendirian Perusahaan No.56 yang dibuat di hadapan Notaris Lindasari Bachroem,
SH, Notaris di Jakarta, tertanggal 15 Agustus 2008
 Surat Keputusan Kementerian Kementerian Kehakiman Republik Indonesia (Sekarang
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia) No. AHU-02021.AH.01.02 tertanggal 12
Januari 2009

5
2.1.3. Kepemilikan saham

Gambar 2-1 Kepemilikan saham PT. Delta Djakarta, Tbk


Laporan tahunan PT. Delta Djakarta, Tbk 2020
2.1.4. Pengurus

Direksi
 Direktur Utama Jose Daniel A. Javier
 Direktur Keuangan Alan DV Fernandez
 Direktur Penjualan Webster A. Gonzales
 Direktur Produksi Allan I. Abrea
 Direktur Pemasaran & Direktur Independen Ronny Titiheruw

6
Komisaris
 Komisaris Utama DR. Roy Tumpal Pakpahan, SH, MSi
 Komisaris Carlos Antonio M. Berba
 Komisaris Fumiaki Ozawa
 Komisaris Independen Reynato S. Puno
 Komisaris Independen Samuel Nitisaputra, ST

Gambar 2-2 Struktur organisasi PT. Delta Djakarta, Tbk


Laporan tahunan PT. Delta Djakarta, Tbk 2020

2.1.5. Laporan keuangan


2.1.5.1. Ihktisar laporan keuangan
Adapun Ikhtisar laporan keuangan PT PT. Delta Djakarta, Tbk dapat dilihta pada grafik 4-1

7
Grafik 2-1 Ikhtisar Laporan Keuangan PT. Delta Djakarta, Tbk
Laporan tahunan PT. Delta Djakarta, Tbk 2020

2.1.5.2. Laporan Rugi Laba


Laporan laba rugi adalah salah satu laporan keuangan yang harus dibuat oleh setiap
perusahaan. Karena ini yang menjadi acuan terkait kondisi finansial yang terjadi di saat itu.
Adapun laporan rugi laba perusahaan dapat dilihat pada grafik 2-2

8
Grafik 2-2 Laporan Rugi Laba PT. Delta Djakarta, Tbk
Sumber : Laporan Tahunan PT. Delta Djakarta, Tbk 2020

2.1.5.3. Kinerja Saham Di Bursa Efek Indonesia


Adapun gambaran kinerja saham PT. Delta Djakarta, Tbk di Bursa Efek Indonesia dapat
dilihat pada gambar 4-1

9
Gambar 4-1 Gambaran Kinerja Saham PT. Delta Djakarta, Tbk di Bursa Efek Indonesia
Laporan tahunan PT. Delta Djakarta, Tbk 2020

2.1.5.4. Pergerakan Harga Saham Pada Tahun 2021


Emiten produsen bir PT. Delta Djakarta, Tbk (DLTA) mencatat penurunan laba yang dapat
diatribusikan kepada entitas induk sebesar 50,47% pada kuartal pertama 2020 menjadi Rp
42,42 miliar dari periode sebelumnya Rp 85,66 miliar. Berdasarkan laporan keuangan kuartal
I 2020, penurunan laba bersih tersebut disebabkan menurunnya pendapatan bersih sebesar

10
32,50% menjadi Rp 153,06 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 226,76 miliar.
Akibatnya, laba kotor perseroan terkoreksi 34,21% menjadi Rp 105,97 miliar dari periode
yang sama tahun 2019 sebesar Rp 161,08 miliar

Adapun pergerakan harga saham jangka panjang dapat dilihat pada grafik Grafik 4-3

Grafik 2-3 Historical data harga saham PT. Delta Djakarta, Tbk
https://www.idnfinancials.com/id/dlta/pt-delta-djakarta-tbk#news

berdasarkan data pada grafik 2-3 harga saham PT. Delta Djakarta, Tbk berada pada level 3710
pada harga on the spot sejak tahun 2021 harga saham PT. Delta Djakarta, Tbk berada di level
3710 sampai 3900 trend grafik tersebut menunjukkan harga saham berusaha menembus
level psikologi 3700, hal ini berarti secara teknikal harga saham PT. Delta Djakarta, Tbk
mengalami trend penurunan jangka panjang untuk itu direkomendasikan untuk menjual
saham tersebut guna memperoleh keuntungan

11
BAB 3 METODE
Metode pelaksanaan pekerjaan merupakan langkah-langkah dalam penyelesaian pekerjaan
Metode ini dibuat berdasarkan dasar-dasar pemikiran dalam penyelesaian pekerjaan yang
merupakan pemikiran dalam mencapai maksud dan tujuan dengan menggunakan ruang
lingkup pekerjaan yang telah ditentukan. Selanjutnya akan dipaparkan dasar pemikiran
penyelesaian pekerjaan dan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan

3.1. KERANGKA PIKIR


Kerangka pikir kegiatan ini adalah

Gambar 3-1 Kerangka Pikir Analisis Divestasi Saham PT. Delta Djakarta, Tbk

3.2. RANGKAIAN KEGIATAN


Dalam Kegiatan Analisis Divestasi Saham PT. Delta Jakarta, Tbk, metodologi kegiatan ini akan
dilakukan dengan beberapa tahapan yang berkaitan dengan kaidah-kaidah penyusunan
rencana yaitu :

12
Gambar 3-2 Rangkaian Kegiatan Analisis Divestasi Saham PT. Delta Djakarta, Tbk

13
1. Tahap Persiapan.
2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data
3. Tahap Kompilasi dan Analisis Data yang terdiri dari
a) Melakukan Analisis Analisis Divestasi Saham Pt. Delta Jakarta, TBK. Meliputi analisis:
1. Eksternal
2. Internal
1. Tahap Penyusunan Konsep laporan yang terdiri dari :
a. Analisis Divestasi Saham PT. Delta Djakarta, Tbk.
b. Penyusunan grand strategi
c. Executive Summary atas laporan/kajian yang telah dibuat..
2. Tahap Finalisasi Konsep.

3.2.1. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal


Analisis eksternal dan internal merupakan salah satu metode yang cukup efektif untuk
melihat secara holistic kondisi eksisting terkait dengan upaya divestasi saham pr delta
Djakarta tbk agar dalam proses pengambilan keputusan tepat dan benar adapun secara
diagramatis analisis lingkungan eksternal dan internal dapat dilihat pada gambar Analisis ini
merupakan analisis terkait dengan upaya divestasi dari sisi eksternal maupun internal
lingkungan eksternal terdiri dari dimensi yang terdapat di dalam masyarakat luas, yang
berpengaruh langsung terhadap suatu industri dan perusahaan yang ada di dalam industri
tersebut.

14
Gambar 3- 3 Kerangka Analisis Eksnternal Dan Internal Analisis Divestasi Saham PT. Delta
Djakarta, Tbk
3.2.1.1. Analisis Eksternal
Faktor eksternal berupa peluang dan ancamansebagai tujuan penting dari kajian lingkungan
umum atau makro. Faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan operasional adalah faktor
ekonomi, faktor teknologi, faktor politik dan hukum dan faktor sosial budaya, adapun aspek
yang diperhatikan pada analisis eksternal adalah :

1. Aspek Hukum
2. Aspek Sosial
3. Aspek Ekonomi
4. Aspek Risiko

3.2.1.2. Analisis internal


Analisis internal pada dasarnya adalah pemeriksaan kompetensi, sumber daya, dan posisi
perusahaan di pasar. Hasil analisis internal seringkali memberikan informasi bermanfaat
tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan. Hasil tersebut penting
karena manajemen dapat menggunakannya untuk mengembangkan tujuan perencanaan
strategis untuk mempertahankan dan menumbuhkan bisnis.

15
Manajemen harus dapat memanfaatkan kekuatan internal secara maksimal demi
mendukung keunggulan kompetitif perusahaan. Kekuatan dapat berasal dari sumber daya
yang unik atau kompetensi yang khas. Demikian juga, identifikasi kelemahan juga sama
pentingnya dengan identifikasi kekuatan. Manajemen perlu meminimalisir dampaknya
terhadap kesuksesan bisnis.

Analisis internal memungkinkan untuk menentukan posisi biaya mereka dibandingkan


dengan pesaing. Posisi biaya penting dalam menarik dan mengeksploitasi setiap peluang
bisnis baru. Posisi biaya melibatkan kemampuan instansi untuk memperoleh dan mengelola
sumber daya dan memberikan nilai luar biasa kepada pelanggan dengan cara yang tidak
tertandingi oleh pesaing. Peluang untuk pertumbuhan bisnis dapat mencakup kemitraan
modal ventura, prospek hubungan di pasar luar negeri dan akuisisi bisnis yang bersaing.
Analisis internal dapat mengungkapkan kesiapan perusahaan untuk mengambil keuntungan
dari peluang pertumbuhan bisnis.

Analisis internal dapat membantu manajemen menentukan seberapa kompetitif perusahaan


di industri. Sebuah bisnis yang bersaing secara kompetitif menantang para pesaingnya untuk
mencocokkan layanan atau produk yang ditawarkannya, terutama jika menggunakan
teknologi eksklusif yang canggih, dan telah menerapkan standar kontrol kualitas yang kuat.

1. Aspek Pemasaran
2. Aspek Produksi
3. Aspek Keuangan
4. Aspek SDM
5. Aspek Portfolio

3.2.2. Pemilihan Strategi


Model Kelompok Strategi Induk (Model Of Grand Strategy Cluster)

Model kelompok strategi induk adalah suatu teknik yang secara simultan melakukan analisis
mengenai tingkat pertumbuhan pasar dan posisi kompetitif suatu perusahaan atau lembaga.
Posisi pertumbuhan pasar dibedakan atas cepat dan lambat, posisi bersaing dibedakan atas
kuat dan lemah sehingga apabila dipasangkan menghasilkan 4 posisi, yaitu:

(1) posisi bersaing kuat dan pasar yang tumbuh cepat,

16
(2) posisi bersaing lemah pasar tumbuh cepat,
(3) posisi bersaing lemah dan pasart tumbuh lambat, dan
(4) posisi bersaing kuat dan pasar tumbuh lambat. Masing-masing posisi diberika
alternatif strategi, seperti terlihat dalam Gambar Model Kelompok Strategi Induk.

Gambar 3-4 : Alternatif Pilihan Strategi


3.3. ANALISIS
Analisis adalah proses pemecahan suatu masalah kompleks menjadi bagian-bagian kecil
sehingga bisa lebih mudah dipahami. Untuk memahami hal tersebut dapat digunakan tools
analisis agar menghasilkan suatu keputusan berdasarkan kaidah empiris, adapun penjelasan
alat analisis yang digunakan adalah

3.3.1. Analisis Faktor Internal Dan Eksternal


Dalam melakukan analisis internal dan eksternal dapat dilakukan perhitungan yang dikenal
dengan perhitungan IFAS (internal faktor analysis strategy), EFAS (eksternal faktor analysis
strategy) dan SFAS (strategy faktor analysis strategy) dengan memperhitungkan nilai bobot
dan rating

3.3.1.1. IFAS (Internal Faktor Analysis Strategy),


Cara menghitungan IFAS (internal faktor analysis strategy), dapat dilakukan dengan cara

1. Masukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada Tabel IFAS kolom 1. Susun 5
faktor dari kekuatan dan 5 faktor kelemahan (Freddy Rangkuti, 2001 : 22)

17
2. Berikan bobot masing-masing faktor strategis pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Semua bobot tersebut jumlahnya tidak
melebihi dari skor total = 1,00 (Diklat Spama, 2000 : 13). Faktor-faktor itu diberi bobot
didasarkan pengaruh posisi strategis (Freddy Rangkuti, 2001 : 22)

3. Berikan rating pada kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan skala mulai dari 10
(sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah), berdasarkan pengaruh faktor tersebut
variabel yang dianalisis . Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
kategori kekuatan) diberi nilai dari 6 sampai dengan 10 dengan membandingkan
terhadap rata-rata pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif
kebalikannya jika kelemahan besar sekali (dibanding dengan rata-rata pesaing sejenis)
nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai kelemahan rendah/di bawah rata-rata pesaing-
pesaingnya nilainya 5.

4. Kalikan bobot dengan nilai (rating) untuk memperoleh faktor pembobotan dalam
kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya
bervariasi mulai dari 4,0 (menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah).

5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor bobot
faktor yang dianalisis. Nilai total ini menunjukan bagaimana variabel yang di analisis
bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.

3.3.1.2. EFAS (eksternal faktor analysis strategy)

1. Masukan faktor-faktor peluang dan ancaman pada Tabel EFAS, kolom 1. Susun 5 faktor
dari peluang dan 5 faktor ancaman (Freddy Rangkuti, 2001 : 22)

2. Berikan bobot masing-masing faktor strategis pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Semua bobot tersebut jumlahnya tidak
melebihi dari skor total = 1,00 (Diklat Spama, 2000 : 13). Faktor-faktor itu diberi bobot
didasarkan pada dapat memberikan dampak pada faktor strategis.

3. Berikan rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan skala mulai dari 10
(sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah), berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kodisi bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang
masuk kategori peluang) diberi nilai dari 6 sampai dengan 10 dengan membandingkan
dengan rata-rata pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif

18
kebalikannya, jika ancaman besar sekali (dibanding dengan rata-rata pesaing sejenis)
nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai ancaman kecil/di bawah rata-rata pesaing-
pesaingnya nilainya 5

4. Kalikan bobot dengan nilai (rating) untuk memperoleh faktor pembobotan dalam
kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya
bervariasi mulai dari 4,0 (menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah).

5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan faktor yang dianalisis. Nilai total ini menunjukan bagaimana reaksi faktor
strategis eksternalnya.

3.3.2. Strategi integrasi


Ada 4 kelompok besar jenis strategi pertama adalah Strategi Integrasi yang meliputi strategi
integrasi depan,integrasi belakang,dan integrasi horizontal. Kelompok strategi yang kedua
adalah strategi intensif yang meliputi mencari pangsa pasar,mengembangkan pasar dan
mengembangkan produk. Selanjutnya adalah kelompok strategi diversifikasi yang meliputi
strategi diversifikasi terkait dan tidak terkait. Serta kelompok strategi yang terakhir adalah
strategi defensive. adapun

Strategi integrasi secara umum menggambarkan mengenai upaya kepemilikan usaha yang
dapat membantu usaha yang sedang di jalankan yang membedakan hanyalah usaha siapa
yang harus dimiliki.

1. integrasi depan,yakni upaya kepemilikian usaha yang dapat membantu distribusi


produk.

2. integrasi horizontal adalah upaya kepemilikan usaha pesaing yang memungkinkan


minimal mengurangi “serangan” terhadap usaha yang sedang dilakukan ,umumnya
hal ini dilakukan dengan cara merger usaha.

3. Strategi intensif, Strategi ini meggambarkan bagaimana agar produk dapat


menjangkau konsumen semaksimal mungkin baik dari segi konsumsi dan geografis.
Pertama strategi mencari pangsa pasar adalah dengan menggunakan produk yang
sudah ada kemudian di kembangkan cara pemasarannya untuk dapat menghasilkan

19
citra. Strategi yang kedua adalah pengembangan pasar. “meletakan” produk di
geografis yang berbeda untuk menjangkau konsumen baru. Strategi yang ketiga
adalah pengembangan produk.Mengembangkan produk yanga ada kemudian di
perbaiki baik dari segi kulitas,bentuk atau rasa (variasi.

4. Strategi Diversifikasi. Strategi ini secara umum menggambarkan sebuah strategi


mendirikan sebuah usaha lain,yang membedakan adalah apakah usaha tersebut
sejenis atau tidak..

5. Strategi defensif. Strategi ini menggambarkan ketika Anda harus mempertahankan


keberlangsungan hidup perusahaan Anda atau ingin berhenti berbisnis dengan
mewujudkan usaha Anda dengan nilai kekayaannya.

 Strategi pertama adalah penciutan, penciutan bisa dengan mengurangi


jumlah karyawan yang cukup signifikan,atau menutup beberapa toko-
toko retail di mall untuk mengurangi biaya operasional.

 Strategi kedua adalah dengan strategi divestasi. Menjual divisi dalam


usaha yang dianggap memiliki potensi risiko dan menurunkan
performa instansi

 Likuidasi dapat lakukan jika benar-benar ingin menikmati nilai


kekayaan usaha Anda,Anda dapat menjual aset-aset perusaahaan.

3.3.3. Mekanisme divestasi


Penyusunan mekanisne divestasi dapat dilakukan melalui benchmarking terhadap praktek
divestasi yang sudah pernah dilakukan kemudian melakukan penyusunan tahapan tahapn
divestasi

3.3.4. Kelayakan Divestasi PT DELTA DJKARTA, TBK


Kelayakan divestasi PT DELTA DJKARTA, TBK dilakukan dengan melakukan seberapa besar
perolehan jika divestasi dilakukan terhadap Saham delta Djakarta tbk, kemudian perlu
diadakan simulasi alternative investasi pada beberapa usaha yang dianggap tetap eksis
pasca covid, pemilihan altenatif investasi lain ini dibuat untuk memberikan masukan kepada

20
provinsi DKI terkait dengan pengembangan bisnis yang membutuhkan investasi rendah
dengan profit yang optimal. Kemudian melakukan Simulasi sederhana peluang usaha
merupakan gambaran jenis usaha apa yang dapat dijadikan peluang pasca divestasi
adapun gambaran jenis usaha apa yang dapat dijadikan alternative investasi setelah selesai
dapat dilakukan Skenario alokasi penggunaan hasil divestasi. Kemudian parameter
kelayakan seperti :

3.3.4.1. NPV
Dalam analisis yang dilakukan untuk kelayakan ini akan digunakan beberapa nilai yang biasa
digunakan sebagai parameter dalam menentukan kriteria penerimaan terhadap suatu
investasi sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya suatu proyek. Adapun nilai-nilai
tersebut yaitu NPV (Net Present Value),

3.3.4.2. ROI
Return on invesment (ROI) adalah rasio yang menunjukkan hasil dari jumlah aktiva yang digunakan
dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukkan hasil dari
seluruh aktiva yang dikendalikan dengan mengabaikan sumber pendanaan, rasio ini biasanya diukur
dengan persentase

ROI bisa juga diartikan sebagai rasio laba bersih terhadap biaya. Rumus atau formula sebagai cara
menghitung ROI adalah sebagai berikut:

ROI= (Pendapatan Investasi-Biaya Investasi) / Biaya Investasi x 100%

3.3.4.3. SENSITIVITAS
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari
perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi
dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang
mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi
sebelumnya.

21
BAB 4 PEMBAHASAN
Pembahasan terkait dengan rencana divestasi saham PT. DELTA DJAKARTA, TBK dapat dilihat
pada uraian dibawah ini

4.1. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL

4.1.1. Analisis Lingkungan Eksternal

4.1.1.1. Aspek Hukum


Analisis lingkungan eksternal terkait dengan aspek hukum merupakan hal hal yang dianggap
berpengaruh terhadap kebijakan divestasi yang dilakukan oleh pemprov dki Jakarta adapun
analisis lingkungan eksternal terkait dengan aspek hukum dapat dilihat pada uraian dibawah
ini Peraturan tekait dengan minuman beralkohol

 Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan


Minuman Beralkohol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 190);
 Perpres Nomor 10 Tahun 2021 yang menjadi salah satu aturan pelaksana Undang-
Undang tentang Cipta Kerja.
 Pasal 2 Ayat (2) huruf b Perpres Nomor 49 Tahun 2021 menyebut, bidang usaha yang
dinyatakan tertutup untuk penanaman modal adalah industri minuman keras
mengandung alkohol (KBLI 11010); industri minuman mengandung alkohol anggur
(KBLI 11020); dan minuman mengandung malt (KBLI 11031)
 peraturan Menteri Kesehatan RI No. 86/Menkes/Per/IV/77 tentang minuman
keras,
 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2020 Tentang
Pengendalian Dan Pengawasan Terhadap Pengadaan Bahan Baku Minuman
Beralkohol
 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Keenam Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-Dag/
Per/4/2014 Tentang Pengendalian Dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran,
Dan Penjualan Minuman Beralkohol
 PERMENDAG NO . 06 / M- DAG / PER / 1 / 2015 Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 dibentuk dengan tujuan mempersulit masyarakat

22
terutama anak-anak muda dalam menjangkau minuman keras. Namun demikian,
peraturan tersebut tidak menjawab realita atas keinginan anak-anak muda untuk
mengonsumsi alkohol.
 Surat Keputusan No. 561/Kep983-Yanbangsos/2019 tentang “Pelaksanaan Upah
Minimum Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2020”.
 Stimulus pada sektor fiskal mencakup relaksasi Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 untuk
pekerja di sektor manufaktur selama 6 bulan, relaksasi PPh pasal 22 Impor selama 6
bulan untuk sektor 19 sektor tertentu, pengurangan PPh pasal 25 sebesar 30% selama
6 bulan untuk 19 sektor tertentu, dan relaksasi restitusi PPN yang dipercepat selama
6 bulan untuk 19 sektor tertentu
Pada aspek hukum ini secara umum kebijakan divestasi yang akan dilakukan oleh pemerintah
provinsi DKI JAKARTA sesuai dengan kebijakan yang ada
4.1.1.2. Aspek Sosial

A. Permasalahan sosial
Masalah alkohol di negara ini telah lama diperdebatkan. Indonesia, sebagai negara mayoritas
Muslim, juga merupakan negara yang pluralis, demokratis dan sekuler. Dan dengan seluruh
dunia yang perlahan-lahan bergeser untuk beradaptasi dengan perubahan – dalam
pandangan atau hukumnya – Indonesia masih melangkah dengan hati-hati di belakang, terus-
menerus memainkan tarik menarik antara mempertahankan kepercayaan konservatifnya
atau membuat penyesuaian yang diperlukan untuk menyesuaikan dengan tuntutan
masyarakat.

Permasalahan sosial di tengah-tengah masyarakat saat ini menjadi sebuah polemik yang tidak
akan pernah hilang begitu saja, dan tentunya hal ini terkadang menjadi berita hangat yang
dibicarakan baik di sosial media maupun di lingkup masyarakat pada umumnya, tidak
terkecuali perilaku sosial remaja sebagai seorang pengguna minuman keras.

Minuman keras merupakan jenis minuman yang mengandung zat adiktif (alkohol), yang
membuat orang menjadi tidak sadarkan diri, sehingga setiap tindakan yang dilakukan
terkadang berada dibawah kontrol kesadaran diri. Hal ini yang kemudian membuat setiap
pengguna minuman keras terkadang melakukan tindakan kriminal yang tentunya merugikan
dan meresahkan masyarakat

23
Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 terdapat 2,5 juta
penduduk dunia meninggal akibat mengkonsumsi minuman keras. Sebesar sembilan persen
angka kematian tersebut terjadi pada orang muda berusia 15 - 29 tahun.

Di Indonesia tahun 2019 sebagian besar korban penyalahgunaan minuman keras adalah
remaja yang terbagi dalam golongan umur 14 - 16 tahun(47,7 %) golongan umur 17 - 20 tahun
(51 %) dan golongan umur 21 - 22 tahun (31 %) dan berdasarkan hasil survei dinas penelitian
dan pengembangan polri memperlihatkan bahwa pemakaian narkotika dan minuman keras
di Indonesia terbanyak dari golongan pelajar baik SLTP/SLTA2 Banyak alasan setiap orang
yang menkonsumsi minuman keras tersebut mengarah pada prestige yang mereka tonjolkan
dalam diri mereka.

Banyak remaja yang mengatakan bahwa denga minum minuman keras, kepercayaan diri
mereka bisa meningkat.3 Disamping itu, para remaja saat ini menganggap bahwa setiap
masalah mereka dapat teratasi dengan minum minuman keras, dan dengan minuma keras
pun, setiap orang dapat memperbanyak teman.Oleh karena itu, minum minuman keras
merupakan salah satu perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan masyarakat.Tentunya
penyimpangan sosial ini tidak terlepas dari faktor penarik atau faktor pendorong yang berasal
dari dalam diri maupun luar diri seseorang.

Mutia Ramdhani (2015) mengungkapkan bahwa penyebab setiap orang mengkonsumsi


minuman keras diakibatkan oleh teman sebaya. Disisi lain, opini yang dilansir dari Choices
Scholastic (2014) bahwa faktor penyebab setiap orang mengkonsumsi minuman keras diduga
berasal dari faktor keluarga, teman sebaya, budaya, media, dan teknologi.4 Faktor- faktor ini
menjadi representasi bahwa minuman keras diduga tidak hanya berasal dari faktor internal
saja, tetapi berasal dari faktor eksternal. Saat ini, aspek psikologi merupakan aspek yang
rentan dengan kehidupan para remaja. Aspek inilah yang seringkali menjadikan remaja sering
mancoba sesuatu untuk alasan mencari jati diri.

Kadang remaja salah mengartikan jati diri sehingga terjebak dalam pergaulan bebas terutama
terjebak dalam hal penggunaan minuman keras, selain faktor rasa ingin mencoba, faktor
lingkungan atau pergaulan juga dapat mempengaruhi keingintahuan remaja tentang
minuman keras, jadi pengaruh perubahan psikologi dapak berdampak pada penggunaan
minuman keras pada masa remaja. Pada saat sekarang banyak remaja yang mengatakan

24
bahwa dengan minum minuman keras kepercayaan diri mereka bertambah dari yang pemalu
menjadi pemberani, mereka beranggapan bahwa semua masalah dapat teratasi dengan
minum minuman keras, minuman keras dapat memperbanyak teman. Tapi sesuai kenyataan
minuman keras dapat merusak proses berfikir dan menjadikan seorang tidak sadarkan diri
atau bertindak tidak sesuai kehendak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Daerah (RISKESDA)
tahun 2007 untuk tingkat Nasional.

B. Faktor Penggunaan Minuman Keras


Mengkonsumsi minuman keras adalah salah satu bentuk penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial
yang terjadi di kalangan remaja tidak akan begitu saja muncul apabila tidak ada faktor penarik atau
pendorong. Faktor penarik berada di luar diri seseorang sedangkan faktor pendorong berasal dari
dalam diri/ keluarga yang memungkinkan seseorang untuk melakukan penyimpangan tersebut.

Di bawah ini akan dijelaskan secara lebih terperinci alasan utama kenapa remaja tertarik
dengan minuman keras :

1. Meniru Orang lain Remaja melihat banyak orang menggunakan minuman keras.
Mereka melihat orang tua mereka dan orang dewasa lainnya menggunakan alkohol.
Ditambah lagi kehidupan remaja saat ini dalam pertemanan tidak lepas dari minum
minuman keras. Terkadang seorang teman menyarankan teman yang lainnya untuk
minum alkohol sehingga tidak heran dari sini mereka mulai menggunakannya karena
selalu tersedia di kelompok sepermainannya dan mereka melihat bahwa
temantemannya sangat menikmati minuman keras ini.
2. Media 42% dari remaja setuju bahwa film dan tayangan itu membuat alkohol menjadi
sesuatu yang menyenangkan untuk digunakan maka tidak heran jika remaja tertarik
untuk mencobanya.
3. Pelarian Diri dan Untuk Terapi Ketika remaja terlihat tidak bahagia dan tidak
menemukan cara sehat untuk mengobati frustasi/hilangnya rasa percaya diri, mereka
akan menggunakan ksebagai pelariannya. Apapun bahan kimia yang mungkin
menyebabkan mereka lebih bahagia, energik dan percaya diri mereka akan mencoba
menggunakannya.
4. Kebosanan Remaja tidak biasa hidup sendiri, apalagi jika kedua orang tua tidak
memperhatikan mereka. Ada kecenderungan remaja mulai bosan melihat keadaan

25
keluarganya yang tidak memperhatikan mereka sehingga mereka mulai bergabung
dengan kelompok remaja lain. Dari situ dimulailah mereka mengenal minuman keras.
5. Informasi yang Salah Terkadang para remaja selalu didekati oleh teman dekatnya
untuk meminum alkohol, karena mereka berkeyakinan alkohol bisa mengurangi
masalah yang saat ini mulai berkembang. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana
orang tua sebelumnya memberikan informasi mengenai bahaya penggunaan
minuman keras.

Kaum muda atau remaja lebih mudah terjerumus pada minuman keras karena faktor-faktor
sebagai berikut :

1. Ingin membuktikan keberaniannya dalam melakukan tindakan berbahaya.


2. Ingin menunjukan tindakan menentang terhadap orang tua yang otoriter.
3. Ingin melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman emosional.
4. Ingin mencari dan menemukan arti hidup.
5. Ingin mengisi kekosongan dan kebosanan.
6. Ingin menghilangkan kegalauan/ kegelisahan.
7. Solidaritas di antara kawan.
8. Ingin tahu.

Melihat karakter usia yang paling banyak mengkonsumsi alkohol maka dapat disimpulkan
bahwa minuman alkohol memiliki dampak yang berbahaya bagi generasi muda

C. Data Kecelakaan Akibat Mengkonsumsi Alkohol


Cedera adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting. Lima juta orang lebih (9%)
meninggal pertahun akibat cedera. Cedera utama yang menyebabkan kematian di dunia
adalah kecelakaan lalu lintas (24%). Sebelumnya telah diperkirakan, berdasarkan disability
adjusted life year (DALY), kecelakaan lalu lintas menempati urutan ketiga di tahun 2020
(Nantulya, 2002), sedangkan di negara berkembang menempati urutan kedua (Coats, 2002).
Cedera akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama disabilitas dan mortalitas di
negara berkembang (Riyadina, 2007). Di Indonesia, tren kejadian cedera cenderung
meningkat tahun 2007-2018 yaitu 7,5% menjadi 9,2% (Balitbangkes, 2019). Proporsi cedera
disebabkan kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu 2,2% dan paling tinggi pada usia 15-24
tahun sebesar 4,9% (Balitbangkes, 2019). Setiap tahun terdapat sekitar 1,35 juta orang

26
meninggal di dunia karena kecelakaan lalu lintas (WHO, 2020). Indonesia adalah tertinggi
kelima di dunia jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas tahun 2016, yaitu sebanyak
31.282 orang (World Health Organization, 2018). Menurut Korps Lalu Lintas Kepolisian
Republik Indonesia (Korlantas POLRI), selama kurun waktu 2014-2018, jumlah kecelakaan lalu
lintas di Indonesia mengalami kenaikan rata-rata 3,30% per tahun (Badan Pusat Statistik,
2019). Salah satu perilaku berisiko ketika mengemudi adalah mengonsumsi minuman
beralkohol. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol meningkatkan risiko kecelakaan lalu
lintas (Pan American Health Organization , 2018). Total konsumsi alkohol per kapita
diperkirakan meningkat di separuh wilayah WHO hingga tahun 2025. Peningkatan tertinggi
terjadi di wilayah Asia Tenggara dengan peningkatan 2,2 liter di India, sebagai representasi
populasi terbesar. Peningkatan juga diperkirakan terjadi di Indonesia dan Thailand sebagai
representasi populasi terbesar kedua dan keempat (World Health Organization 2018).

Di Indonesia, proporsi konsumsi minuman beralkohol pada penduduk > 10 tahun yaitu 3,3%
dengan lima Provinsi tertinggi di atas 10% yaitu: Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT),
Bali, Gorontalo dan Maluku (Balitbangkes, 2019). WHO melalui Global Action Plan on
Sustainable Development Goals (SGDs) 2013-2030 memberi arahan untuk melaksanakan 17
tujuan SDGs, dimana terdapat tujuan ke-3 yaitu “menjamin kehidupan yang sehat dan
mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia”. Dalam konteks ini, WHO
menargetkan untuk menurunkan konsumsi alkohol setidaknya menjadi 10% pada setiap
negara dan menurunkan angka kematian yang disebabkan kecelakaan lalu lintas sebanyak
50% (WHO, 2018).

Melihat tingginya angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas dan konsumsi alkohol
mengindikasikan perlunya lebih banyak perhatian dari pemerintah dan stakeholders

DATA KECELAKAAN AKIBAT ALKOHOL


SUB_SATUAN_KERJA
KORBAN_MATI KORBAN_LUKA_BERAT KORBAN_LUKA_RINGAN KERUGIAN_BENDA
Subdit Bin Gakkum 12 22 137 283
Satlantas Wil Jakarta Pusat 7 41 90 208
Satlantas Wil Jakarta Utara 47 10 213 306
Satlantas Wil Jakarta Barat 22 128 35 233
Satlantas Wil Jakarta Selatan 10 32 209 243
Satlantas Wil Jakarta Timur 30 60 204 360
Satlantas Wil Kepulauan Seribu
Tabel 4-1 Data Kecelakaan Akibat Konsumsi Alkohol
Sumber : Polda Metro Jaya 2020

27
berdasarkan data kepolisian Indonesia, tahun 2020 kecelakaan akibat minuman beralkohol
276 kejadian. Memang alkohol tidak langsung menyebabkan orang langsung tabrakan, tapi
setidaknya dari 726 kejadian itu memiliki latar belakang sebelumnya korban minum minuman
atau kecanduan minuman.

D. Bahaya konsumsi alkohol


Sebuah riset menunjukkan bahwa kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol merupakan
salah satu penyebab kematian tertinggi. WHO menyebutkan bahwa setidaknya ada 3 juta
orang meninggal setiap tahunnya karena minuman beralkohol, baik akibat efek alkohol secara
langsung maupun penyakit yang ditimbulkannya.

Selain meningkatkan risiko kematian, kecanduan alkohol juga dapat merusak organ hati atau
liver. Organ ini berfungsi untuk membantu proses pencernaan makanan, menetralkan racun
dalam darah, mengatur kadar gula dan kadar kolesterol dalam darah, membantu proses
pembekuan darah, serta menghasilkan hormon.

Orang yang kecanduan alkohol sangat berisiko mengalami gangguan fungsi hati
karena penyakit hati. Bukan hanya itu, bahaya minuman beralkohol juga akan meningkatkan
risiko munculnya berbagai masalah kesehatan lain.

Berikut ini adalah beberapa penyakit yang dapat timbul akibat mengonsumsi minuman
beralkohol terlalu banyak:

1. Perlemakan hati Perlemakan hati adalah penumpukan lemak pada hati yang disebabkan
oleh konsumsi minuman beralkohol dalam jumlah banyak atau terlalu sering.
Umumnya, perlemakan hati tidak menimbulkan gejala. Meski demikian, penyakit ini bisa
berkembang menjadi peradangan hati (hepatitis). Perlemakan hati dapat disembuhkan
dengan cara menghentikan konsumsi minuman beralkohol, menjalani pola makan yang
sehat, berolahraga secara rutin, dan menjaga berat badan tetap ideal.
2. Hepatitis Hepatitis lebih serius daripada perlemakan hati. Saat liver sudah dipenuhi
lemak dan konsumsi minuman beralkohol tidak dihentikan, dapat terjadi peradangan
pada organ tersebut. Kondisi inilah yang disebut hepatitis. Hepatitis ringan bisa sembuh
bila Anda benar-benar berhenti mengonsumsi minuman beralkohol. Namun, jika sudah
parah, kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan hati yang permanen.

28
3. Sirosis Kondisi terparah yang bisa Anda alami karena konsumsi minuman beralkohol
secara terus-menerus adalah penyakit sirosis. Penyakit ini terjadi ketika organ hati
sudah rusak parah dan mengeras karena dipenuhi jaringan parut. Ketika liver mengalami
sirosis, fungsi hati pun akan terganggu. Tidak seperti perlemakan hati dan hepatitis,
sirosis tidak bisa disembuhkan. Namun, dengan berhenti mengonsumsi minuman
beralkohol, Anda dapat mencegah terjadinya kerusakan hati yang lebih parah. Penderita
sirosis biasanya perlu menjalani transplantasi hati untuk bisa bertahan hidup.
4. Kanker Konsumsi minuman beralkohol dalam jangka panjang dapat menyebabkan
berbagai jenis janker, terutama kanker hati. Selain kanker hati, minuman beralkohol
juga bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara, kanker usus besar, kanker
mulut, dan kanker pankreas.
5. Anemia Anemia merupakan kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah. Saat
terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol, Anda akan merasa kenyang sehingga
kerap melewatkan waktu makan. Lama-kelamaan, kondisi ini dapat menyebabkan
tubuh kekurangan zat besi yang berperan penting dalam proses pembentukan sel darah
merah. Selain itu, orang yang sering mengonsumsi alkohol juga berisiko tinggi
mengalami gangguan fungsi hati, sehingga tubuhnya lebih mudah mengalami
perdarahan. Hal ini juga bisa menjadi penyebab anemia pada orang yang kecanduan
alkohol.
6. Gangguan sistem pencernaan Bahaya minuman beralkohol lainnya adalah dapat
menyebabkan gangguan sistem pencernaan, seperti tukak lambung dan pankreatitis.
Orang yang terlalu sering mengonsumsi minuman beralkohol juga lebih rentan
mengalami kekurangan gizi, karena saluran cernanya tidak bisa mencerna dan
menyerap nutrisi dengan baik. Selain berbagai penyakit di atas, bahaya minuman
beralkohol juga bisa meningkatkan risiko terjadinya:
 Penyakit jantung
 Diabetes
 Stroke
 Demensia
 Disfungsi ereksi
 Osteoporosis

29
 Susah tidur atau insomnia
 Gangguan mental, seperti depresi dan gangguan cemas

Minuman beralkohol melemahkan daya tahan tubuh. Jika dikonsumsi oleh ibu hamil,
minuman beralkohol bisa menyebabkan janin mengalami kelainan genetik, cacat bawaan
lahir, gangguan tumbuh kembang, atau terlahir prematur. Tak hanya itu, konsumsi alkohol
selama kehamilan juga lebih memicu terjadinya penyakit beri-beri.

Selain itu, mengemudi di bawah pengaruh alkohol juga sangat berisiko menyebabkan
kecelakaan. Dalam hal ini, bahaya minuman beralkohol tidak hanya berdampak pada orang
yang mengonsumsinya, tapi juga pada orang lain.

Efek negative alkohol akan membawa perubahan mindset terhadap masyarakat untuk tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol perubahan mindset tersebut akan menyebabkan trend
social baru yaitu masyarakat yang sadar akan kesehatan perubahan mindset tersebut mau
tidak mau akan berpengaruh terhadap bisnis perusahaan di masa yang akan datang,
pemikiran divestasi atau tidak lagi in charge di bishis tersebut merupakan salah satu
reasoning terhadap upaya divestasi saham bir

4.1.1.3. Aspek Ekonomi


A. Kondisi eksisting perekonomian DKI JAKARTA
Perbaikan ekonomi Jakarta masih berlanjut pada triwulan I 2021. Pertumbuhan ekonomi DKI
Jakarta pada triwulan I 2021 mencapai -1,65% (yoy), membaik dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (-2,14% yoy). Program vaksinasi yang mulai dijalankan pada awal triwulan I 2021
telah membangkitkan optimisme masyarakat, sehingga mendukung berlanjutnya perbaikan
ekonomi di Jakarta. Namun demikian, penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada awal tahun 2021, telah menahan kenaikan aktivitas
masyarakat lebih lanjut, sehingga perbaikan ekonomi terpengaruh pembatasan tersebut.

Dari sisi pengeluaran, Konsumsi Pemerintah merupakan satu-satunya komponen yang


tumbuh positif, sedangkan komponen lainnya masih mengalami kontraksi. Peningkatan
Konsumsi Pemerintah dibandingkan tahun sebelumnya bersumber dari peningkatan belanja
barang dan jasa Kementerian dan Lembaga (K/L) di Jakarta dalam rangka menangani pandemi
COVID-19. Perbaikan perekonomian pada triwulan I 2021 juga didukung dengan perbaikan
kontraksi Konsumsi Rumah Tangga (RT), Ekspor, dan Impor seiring dengan meningkatnya

30
optimisme masyarakat akibat program vaksinasi, serta mulai meningkatnya permintaan
domestik dan global. Selain itu, investasi juga membaik seiring dengan mulai berjalannya
Proyek Strategis Nasional di Jakarta setelah sebelumnya sempat tertunda akibat refocusing
anggaran infrastruktur. Sementara itu, dari sisi lapangan usaha (LU), perbaikan kinerja
perekonomian terutama bersumber dari LU utama, yaitu Perdagangan Besar dan Eceran, dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, LU Industri Pengolahan, LU Konstruksi, dan LU Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum. Perbaikan terjadi sejalan dengan peningkatan Konsumsi RT
yang menggerakan permintaan di sektor ekonomi lainnya, serta adanya pemberian stimulus
fiskal dari Pemerintah.

Seiring dengan masih terkontraksinya pertumbuhan ekonomi, inflasi IHK Provinsi DKI Jakarta
pada triwulan I 2021 masih rendah. Pada periode ini, inflasi mencapai 1,11% (yoy), lebih
rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 1,59% (yoy). Penurunan inflasi tersebut sejalan
dengan permintaan masyarakat yang masih terbatas sebagai dampak kebijakan pembatasan
sosial yang masih terus berlanjut dan pasokan yang memadai. Selain itu, inflasi yang rendah
juga didukung oleh menurunnya ekspektasi inflasi, terkendalinya harga-harga komoditas yang
diatur pemerintah, seperti tarif transportasi dan energi, semakin efektifnya program
pengendalian inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DKI Jakarta, serta konsistensi
kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter.

Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I 2021 yang masih terkontraksi berkaitan erat
dengan penurunan angka penduduk bekerja di Jakarta pada periode pencatatan bulan
Februari 2021 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Turunnya jumlah orang
bekerja terutama disebabkan oleh turunnya jumlah pekerja di sektor formal, sebaliknya
jumlah pekerja di sektor informal mengalami kenaikan. Namun demikian, jika dibandingkan
dengan periode pencatatan Agustus 2020, dimana perekonomian Jakarta sudah terdampak
oleh pandemi COVID-19, kondisi ketenagakerjaan di Jakarta pada periode Februari 2021
relatif membaik.

B. Inflasi
Inflasi IHK triwulan I 2021 tetap rendah sejalan dengan permintaan yang belum kuat dan
pasokan yang memadai. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi DKI Jakarta pada
triwulan I 2021 tercatat sebesar 1,11% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada
triwulan sebelumnya (1,59%, yoy) dan berada di bawah sasaran inflasi tahun 2020 yaitu 3 ±
31
1%. Perlambatan inflasi pada triwulan I 2021 terjadi hampir di seluruh kelompok pengeluaran
kecuali kelompok Transportasi dan kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya. Lebih
rendahnya inflasi disumbang oleh deflasi yang terjadi pada beberapa komoditas. Beberapa
komoditas penyumbang deflasi terbesar pada triwulan I 2021 adalah bawang bombay,
angkutan udara, bawang putih, telur ayam ras, dan tarif listrik. Semua komoditas yang
menjadi kontributor utama deflasi pada triwulan I 2021 tersebut mengalami deflasi lebih
dalam dari rata-rata tiga tahun sebelumnya. Sementara itu, komoditas bawang bombay
menjadi komoditas baru dalam keranjang inflasi Survei Biaya Hidup (SBH) tahun Tabel 4.1
Kontributor Utama Deflasi Triwulan I 2021 Tabel 4.2 Kontributor Utama Inflasi Triwulan I 2021
dasar 2018. Di sisi lain, beberapa komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi IHK pada
triwulan I 2021 adalah emas perhiasan, akademi/perguruan tinggi, rokok kretek filter, daging
ayam ras, dan rokok putih. Semua komoditas yang menjadi kontributor utama inflasi tersebut
mengalami inflasi lebih tinggi dari rata-rata tiga tahun terakhir pada periode yang sama.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau
merupakan kelompok yang menyumbang inflasi tertinggi dengan sumbangan sebesar 0,48%
(yoy) terhadap inflasi IHK triwulan I 2021. Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau
tercatat mengalami inflasi sebesar 2,20% (yoy) pada triwulan I 2021, lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,34% (yoy) Penyumbang utama inflasi
kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau pada triwulan I 2021 didominasi oleh
komoditas yang tergabung dalam subkelompok Makanan terutama daging ayam ras, cabai
rawit, dan tempe. Secara umum, inflasi pada kelompok ini disebabkan terganggunya pasokan,
kenaikan harga global, dan dampak kebijakan pemerintah.

Grafik 4- 1 Inflasi Indonesia 2021


Sumber : Bank Indonesia 2021

32
Kontribusi kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran pada triwulan I 2021
tercatat sebesar 0,11% (yoy) dengan inflasi sebesar 1,28% (yoy), lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yakni 1,73% (yoy). Inflasi tersebut bersumber dari inflasi
komoditas nasi dengan lauk (1,32%, yoy), soto (5,76%, yoy) dan masakan jepang (7,72%, yoy).
Nasi dengan lauk dan soto mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
yaitu masing-masing sebesar 3,02% (yoy) dan 8,52% (yoy). Inflasi pada komoditas ini terjadi
di tengah kebijakan work from home yang diberlakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
sejak 23 Maret 2020 yang terus berlanjut hingga triwulan I 2021 meskipun dalam tren
melambat. Sementara itu, inflasi masakan jepang mengalami peningkatan setelah beberapa
bulan sebelumnya tercatat stabil.

Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau memberikan andil tertinggi pada inflasi DKI
Jakarta Mei 2021, yaitu sebesar 0,19% (mtm). Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau
mengalami inflasi sebesar 0,86% (mtm), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya (0,06%,
mtm). Inflasi pada kelompok ini bersumber dari inflasi subkelompok Makanan

C. Konsumsi Bir
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi alkohol oleh penduduk berusia 15 tahun ke
atas di Indonesia menurun sejak 2018-2020. Pada 2018, konsumsi alkohol di Indonesia
tercatat sebesar 0,48 liter per kapita. Jumlahnya turun menjadi 0,41 liter per kapita pada
2019. Setahun setelahnya, konsumsi alkohol tercatat berkurang menjadi 0,39 liter per kapita.
Dilihat berdasarkan wilayahnya, konsumsi alkohol oleh penduduk perdesaan mencapai 0,61
liter per kapita pada 2020. Jumlah itu turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,64 liter
per kapita. Sedangkan, konsumsi alkohol di perkotaan tercatat sebesar 0,22 liter per kapita
pada tahun lalu. Jumlah itu hanya turun tipis dibandingkan pada 2019 yang sebanyak 0,23
liter per kapita.
Konsumsi Alkohol Oleh Penduduk Umur ≥ 15 Tahun
Klasifikasi Dalam Satu Tahun Terakhir (Liter Per Kapita)
Perkotaan/Perdesaan+ 2018 2019 2020
Perkotaan 0.28 0.23 0.22
Perdesaan 0.72 0.64 0.61
Perkotaan+Perdesaan 0.48 0.41 0.39
Tabel 4-2 Data konsumsi alkohol oleh penduduk umur > 15 tahun 2018-2020
Sumber : BPS RI 2020

33
Penurunan pada 2020 tak sebesar tahun 2019 mengingat 44,5% orang Indonesia tak
mengubah pola konsumsi alkoholnya selama pandemi virus corona Covid-19. Bahkan, hasil
studi FKUI-RSCM menunjukkan, 25,7% responden lebih banyak mengonsumsi alkohol selama
pandemi corona. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan beban psikologis selama
pagebluk. Konsumsi alkohol dianggap mampu meredam kecemasan lantaran memiliki sifat
depresan.

4.1.1.4. Aspek Teknologi


Aspek teknologi merupakan factor eksternal yang tidak dapat dihindari, perkembangan
teknologi secara umum membuat suatu entitas usaha maupun institusi harus mengikuti
perkembangan teknologi, terkait dengan upaya divestasi saham PT. Delt Djakarta, Tbk,
perkembangan teknologi memberikan pengaruh terhadap perilaku social masyarakat atau
keputusan ,masyarakat untuk membeli suatu produk, dalam hal ini kami menjelaskan
perkembangan teknologi terkait dengan hal hal yang berpengaruh terhadap factor social
masyarakat Indonesia

A. Tren Teknologi Terbaru


Teknologi tentunya terus berkembang seiring zaman. Kehadiran COVID-19 juga telah berhasil
mempengaruhi transformasi digital. Sepanjang tahun 2020, masyarakat di seluruh dunia telah
beradaptasi dengan keadaan normal baru atau new normal karena hadirnya COVID-19. Tak
hanya dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain, adaptasi juga terjadi di dunia
teknologi. Sepanjang tahun, seluruh sektor bisnis masyarakat dunia dituntut untuk melakukan
digitalisasi sesuai dengan perkembangan dan tren teknologi saat itu. Hal tersebut
membuktikan bahwa teknologi mampu mendisrupsi hampir sebagian sektor industri bisnis.
Oleh karena itu, penting sekali bagi masyarakat modern untuk adaptif dengan teknologi
terbaru. Trend teknologi terbaru saat ini yang sedang berkembang adalah

1. Jaringan 5G Beberapa tahun ke belakang, telah sering terdengar perkembangan jaringan


ponsel terbaru, yaitu 5G. Ada beberapa keunggulan jaringan 5G, misalnya jaringan dapat
terhubung dengan peralatan rumah tangga, telepon, dan mobil serta memiliki kecepatan
jaringan 5G yang bisa mencapai 800 Gbps per detik sehingga kamu bisa download 30 film
dengan kualitas HD (high definition) dalam hitungan detik. Setidaknya, hingga akhir 2020
sudah terdapat 101 operator seluler yang tersebar di 45 negara yang menawarkan

34
layanan 5G. Indonesia pun direncanakan akan segera mengakselerasi keberadaan
jaringan 5G Dengan kemunculan jaringan 5G, manusia diprediksi akan semakin
tergantung dengan ponsel dan perangkat pintar. Pada tahun 2021 mendatang, jaringan
5G akan semakin mainstream. Selain itu, beberapa brand ponsel, seperti Apple dan
Samsung kabarnya akan segera merilis ponsel 5G
2. Hybrid Cloud Hybrid cloud adalah gabungan dari public cloud dan private cloud. Hybrid
cloud dapat mengelola private cloud dan public cloud dengan menggunakan tools dalam
lingkungan cloud berbeda. Pada tahun 2020, telah banyak perusahaan besar, seperti
AWS, Google, dan IBM berinvestasi pada sistem hybrid cloud. Di tahun yang akan datang,
hybrid cloud akan dijadikan strategi oleh banyak organisasi atau perusahaan.
Pengembangan teknologi hybrid cloud ini juga akan semakin diminati karena lebih
fleksibel digunakan dari versi teknologi cloud sebelumnya, terutama dalam
pengembangan operasional perusahaan yang kini dituntut untuk bergerak secara digital
3. Cyber Security Pandemi COVID-19 yang membuat dunia digital semakin berkembang
membuat tingginya kebutuhan keamanan siber. Penggunaan sistem keamanan siber
diprediksi akan menjadi keharusan bagi sektor swasta maupun publik di masa
mendatang. Banyaknya data yang terkumpul dalam dunia digital membuat para hacker
tertarik melakukan peretasan. Laporan serangan siber di tengah pandemi meningkat dan
berdampak besar, bagi individu, organisasi, maupun perusahaan. Kebijakan bekerja dari
rumah membuat perusahaan semakin meningkatkan keamanan data perusahaan
maupun karyawannya. Oleh karena itu, pada tahun 2021, cyber security akan lebih
banyak diminati
4. Artificial Intelligence (AI) Data, AI, dan machine learning adalah ketiga hal yang kini
banyak digunakan oleh perusahaan dan akan terus berkembang di tahun yang akan
datang. Ketiga teknologi tersebut dapat membantu organisasi atau perusahaan
menyelesaikan masalah dalam skala lebih besar. Misalnya, penggunaan teknologi AI yang
diprediksi akan mengalami babak baru, terlebih dalam perencanaan rantai pasokan.
Software dan framework yang semakin berkembang juga mendorong perusahaan untuk
menjadikan pengembangan teknologi AI sebagai tren tahun 2021.
5. Teknologi Pendukung Work from Home Persentase pekerja sektor teknologi informasi
(TI) di seluruh dunia yang bekerja dari rumah diprediksi akan meningkat di tahun 2021.
Tak hanya itu, di tahun yang akan datang juga diprediksi bahwa akan hadir lebih banyak

35
perusahaan berbasis teknologi. Hal itu tentunya mendesak hadirnya beragam teknologi
dan aplikasi baru yang dapat mendukung produktivitas bekerja dari rumah.

Perkembangan teknologi terbaru tersebut memberikan masukan informasi terkait dengan


kebijakan divestasi untuk mencari altenatif bisnis lain yang lebih menguntungkan jika saham
bir pada PT.Delta Djakarta di lakukan.

B. Dampak teknologi
Dampak positif dan dampak negatif dari perkembangan teknologi dilihat dari berbagai
bidang:
1. Bidang Informasi dan Komunikasi
Dalam bidang informasi dan komunikasi telah terjadi kemajuan yang sangat pesat. Dari
kemajuan dapat kita rasakan dampak positifnya antara lain:
a. lebih cepat mendapatkan informasi yang akurat dari berbagai belahan dunia,
b. dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh
melalui handphone,
c. mendapatkan layanan bank yang cepat dan sangat mudah melalui fasilitas e-
banking.
Disamping keuntungan, kemajuan teknologi juga dapat menimbulkan dampak negatif,
antara lain:
d. jaringan teroris dapat menyebar dengan cepat melalui fasilitas internet,
e. penggunaan informasi dan situs yang terdapat diinternet bisa disalah gunakan
pihak tertentu untuk menjalankan tindak kriminal seperti penipuan dan
penculikan,
f. kerahasiaan negara dapat diketahui publik karena adanya penyadapan
komunikasi dari pihak-pihak tertentu,
g. kecemasan teknologi, karena kerusakan komputer yang terserang oleh virus
sehingga seseorang dapat kehilangan file penting dalam komputer.
2. Bidang Informasi dan Komunikasi
Dalam bidang ekonomi teknologi berkembang sangat pesat. Dari kemajuan teknologi
dapat kita rasakan manfaat positifnya antara lain:
a. pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi,

36
b. pesatnya perkembangan industri yang dapat memberikan peningkatan
kualitas hidup bagi masyarakat,
c. produktifitas dunia industri semakin meningkat. Kemajuan teknologi akan
meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek
teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi. Investasi dan reinvestasi
yang berlangsung secara besar- besaran yang akan semakin meningkatkan
produktivitas dunia ekonomi. Di masa depan, dampak perkembangan
teknologi di dunia industri akan semakin penting. Tanda-tanda telah
menunjukkan bahwa akan segera muncul teknologi bisnis yang memungkinkan
konsumen secara individual melakukan kontak langsung dengan pabrik
sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara langsung dan selera individu
dapat dipenuhi, dan yang lebih penting konsumen tidak perlu pergi ke toko.
d. persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu
menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki. Kecenderungan
perkembangan teknologi dan ekonomi, akan berdampak pada penyerapan
tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan. Kualifikasi tenaga
kerja dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan mengalami perubahan
yang cepat. Akibatnya, pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan yang
menghasilkan tenaga kerja yang mampu mentransformasikan pengetahuan
dan skill sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja yang berubah
tersebut.

Meskipun demikian ada pula dampak negatifnya antara lain :

e. terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi


yang sesuai dengan yang dibutuhkan,
f. sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi yang
melahirkan degradasi moral pada generasi berikutnya,
g. munculnya mentalitas instant bagi manusia karena selalu ingin cepat dan
mudah tanpa mengalami proses yang matang.

37
3. Bidang Sosial dan Budaya
Dalam bidang sosial budaya, kemajuan teknologi dapat memberikan dampak positif
antara lain :
a. kemitra sejajaran posisi dan kedudukan pria dan wanita di ranah publik.
Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita yang
memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun
dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang
sebelumnya merupakan pekerjaan pria semakin menonjol. Data yang tertulis
dalam buku Megatrend for Women : From Liberation to Leadership yang ditulis
oleh Patricia Aburdene & John Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran
wanita dalam kepemimpinan semakin besar. Saat ini, banyak wanita yang
memasuki bidang politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur,
menteri, dan berbagai jabatan penting lainnya.Kemajuanteknologi membrikan
kemudahan kepada merekauntuk mencapai jabatan tersebut,
b. timbulnya kelas menengah baru Pertumbuhan teknologi dan ekonomi di
kawasan ini akan mendorong munculnya kelas menengah baru. Kemampuan,
keterampilan serta gaya hidup mereka sudah tidak banyak berbeda dengan
kelas menengah di negara-negera Barat. Dapat diramalkan, kelas menengah
baru ini akan menjadi pelopor untuk menuntut kebebasan politik dan
kebebasan berpendapat yang lebih besar,
c. lahirnya generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras akibat adanya
kompetisi yang tajam di pelbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi
globalisasi.
4. Meskipun demikian kemajuan teknologi akan berpengaruh negatif pada aspek
sosial,budaya dan politik berupa:

a. kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan


remaja dan pela jar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan
pada upaya pemenuhan berbagai keinginan material, telah menyebabkan
sebagian warga masyarakat menjadi “kaya dalam materi tetapi miskin dalam
rohani”,

38
b. kenakalan dan perilaku menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat
semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti
gotong royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan
sentripetal yang berperan penting dalam menciptakan kesatuan sosial. Akibat
lanjut bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan
remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya, seperti
perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan,
c. pola interaksi antar manusia yang meminimalisir nilai-nilai kemanusiaan.
Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke
atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan
dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan
dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail
telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu
tersedianya berbagai warung internet (warnet) telah memberi peluang kepada
banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri untuk
berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak orang
yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program
internet relay chatting (IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman
dan orang asing kapan saja.
5. Bidang Pendidikan
Perkembangan teknologi informasi memiliki dampak positif di bidang pendidikan
antara lain :
a. munculnya media massa elektronik, khususnya media elektronik sebagai
sumber informasi yang menyajikan beragam pengetahuan secara cepat.
Dampak dari hal ini adalah siswa dapat memperoleh sumber informsi yang
tidak hanya berpusat pada guru tetapijuga dari situs-situs internet,
b. munculnya metode-metode pembelajaran baru yang dapat diakses melalui
internet. Dengan ini siswa dan guru dapat dimudahkan dalam proses
pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi terciptalah metode-metode baru
yang membuat siswa mampu memahami materi-materi yang abstrak, karena
materi tersebut dengan bantuan teknologi bisa dibuat abstrak,

39
c. sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. Dengan kemajuan
teknologi proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan
guru dalam satu ruang tetapi proses pembelajaran dapat mereka lakukan pada
ruang yang berbeda malalui fasilitas internet. Meskipun demikian kemajuan
teknologi akan berpengaruh negatif pada aspek sosial,budaya dan politik
berupa:
d. kerahasiaan alat tes semakin terancam Program tes inteligensi seperti tes
Raven, Differential Aptitudes Test dapat diakses melalui compact disk.
Implikasi dari permasalahan ini adalah, tes psikologi yang ada akan mudah
sekali bocor, dan pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan
kecepatan pembocoran melalui internet tersebut,
e. penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan
tindak kriminal. Kita tahu bahwa kemajuan di badang pendidikan juga
mencetak generasi yang berepngetahuan tinggi tetapi mempunyai moral yang
rendah. Contonya dengan ilmu komputer yang tingi maka orang akan berusaha
menerobos sistem perbangkan dan lain-lain.
6. Bidang Politik
Beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dalam bidang politik :
a. meningkatnya partisipasi aktif dari negara-negara berkembang dalam
percaturan politik global.. Kemajuan teknologi informasi di negara-negara
berkembang memberikan kemudahan untuk mengakses setiap informasi
politik luar negeri secara cepat dan akurat. Perkembangan dan kemajuan ini
dapat berpengaruh bagi eksistensi negara berkembang terhadap negara maju,
b. proses regenerasi kepemimpinan. Sudah barang tentu peralihan generasi
kepemimpinan ini akan berdampak dalam gaya dan substansi politik yang
diterapkan. Nafas kebebasan dan persamaan semakin kental,
c. di bidang politik internasional, juga terdapat kecenderungan tumbuh
berkembangnya regionalisme. Kemajuan di bidang teknologi komunikasi telah
menghasilkan kesadaran regionalisme. Ditambah dengan kemajuan di bidang
teknologi transportasi telah menyebabkan meningkatnya kesadaran tersebut.
Kesadaran itu akan terwujud dalam bidang kerjasama ekonomi, sehingga
regionalisme akan melahirkan kekuatan ekonomi baru.

40
Penerapan Iptek dalam pembangunan telah meningkatkan kehidupan masyarakat dan
memajukan kehidupan bangsa dan negara di berbagai sektor. Namun harus disadari di balik
semua itu ada dampak-dampak negatifnya terhadap lingkungan hidup. Yang dimaksud
lingkungan hidup dalam hal ini adalah menyangkut lingkungan alam, lingkungan sosial dan
budaya. Lingkungan alam adalah segala kondisi alam baik yang organik maupun anorganik
(tumbuh-tumbuhan, binatang, air, tanah, batuan, udara, dan lain-lain). Sedangkan lingkungan
sosial adalah semua manusia yang ada di sekitar, baik perorangan maupun kelompok (
misalnya keluarga, teman sepermainan, tetangga, dan teman sekerja). Kemudian juga
menyangkut lingkungan budaya, yakni hal-hal yang berkaitan dengan karya cipta dan hasil
perbuatan atau tingkah laku manusia misalnya yang menyangkut gagasan, norma,
kepercayaan, adat istiadat, pakaian, rumah, dan lain-lain.

Dampak iptek bagi masyarakat terlihat pada hal hal berikut :

1. Perubahan Tata Nilai aktif


Berbagai penemuan teknologi telah membawa perubahan yang begitu cepat dalam
tata kehidupan masyarakat. Perubahan itu antara lain cara orang bekerja, gaya hidup,
dan tata nilai masyarakat. Berbagai penemuan dan penerapan teknologi telah
membuka fase industrialisasi. Teknologi dan industrialisasi cenderung mempercepat
tempo kehidupan, pengangkutan serba cepat, dan komunikasi secepat kilat.
Ciri masyarakat industrialis akan sangat tergantung pada produk teknologi.
Ketergantungan ini telah mendorong pada pilihan-pilihan yang terkait dengan reward
(keuntungan) dan cost (biaya). Untuk mencapai kesejahteraan hidup, orang
cenderung untuk mendapatkan keuntungan dan memperkecil biaya. Hal ini telah
mengarahkan manusia ke dalam paham materialisme. Akibatnya, ketergantungan
manusia terhadap sesamanya semakin berkurang. Ikatan sosial tradisional akan
semakin luntur dan beralih pada ikatan kepentingan dengan pertimbangan untung
dan rugi. Muncullah tata nilai budaya yang individual materialistik. Nilai-nilai
kegotong-royongan, terutama di lingkungan masyarakat kota mulai melemah.
2. Adanya Kesenjangan Sosial
Perkembangan industri dapat meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan
kerja. Tetapi juga memunculkan kesenjangan sosial di masyarakat. Muncullah
kelompok masyarakat pemilik modal yang kaya bahkan menjadi konglomerat, tetapi

41
juga ada kelompok masyarakat yang tidak memiliki ketrampilan. Mereka yang tidak
menguasai teknologi akan semakin ketinggalan dan hidup miskin. Terjadilah jurang
perbedaan yang begitu dalam antara si kaya dan si miskin. Hal ini dapat mendorong
kecemburuan sosial dan kerawanan keamanan.
3. Merosot dan Rusaknya Lingkungan Alam
Akibat dari semakin meningkatnya jumlah penduduk, dan penerapan Iptek yang
kurang bijaksana telah menimbulakan kemerosotan kualitas lingkungan alam. Bahkan
tidak hanya merosot, tetapi juga mulai timbul kerusakan-kerusakan sistem lingkungan
alam. Beberapa masalah lingkungan yang berkaitan dengan merosot dan rusaknya
kualitas lingkungan alam, sebagai berikut:
 Kemerosotan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Alam
 Pencemaran oleh Limbah dan Bahan Berbahaya
 Meningkatnya Lapisan Gas CO2 dan Kenaikan Suhu Bumi
 Adanya Hujan Asam
 Lubang Lapisan Ozon
 Adanya Bencana Alam Banjir

4. Kekhawatiran Manusia terhadap Persenjataan Kimia dan Nuklir


Perkembangan iptek tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan
persenjataan canggih, termasuk senjata kimia dan nuklir. Hal ini dapat membahayakan
kehidupan manusia.
5. Berkembangnya Kenakalan Remaja dan Kriminalitas
Perkembangan dan penerapan iptek telah mendorong terjadinya globalisasi. Dengan
berbagai macam media, setiap orang termasuk para remaja mudah kena pengaruh
nilai budaya lain, termasuk tingkah laku kekerasan. Media massa dan terutama televisi
disebut-sebut sebagai salah satu media yang sangat besar pengaruhnya, khususnya
bagi remaja dan manusia pada umumnya.
Muncullah kenakalan remaja antara lain karena adanya pengaruh dari luar melalui
media massa termasuk film-film di televisi. Begitu juga berbagai bentuk kriminalitas
juga dipengaruhi oleh media massa. Demikian uraian mengenai dampak penerapan
IPTEK terhadap lingkungan hidup. Jadi, jelas penerapan IPTEK memiliki banyak
keuntungan, tetapi juga ada dampak negatif yang harus dicari jalan pemecahannya.

42
Selain dampak positif, perkembangan sistem informasi, komunikasi, dan transportasi
juga memiliki dampak yang negatif.

Dengan adanya media informasi, komunikasi, dan transportasi ternyata telah


membawa pengaruh nilai-nilai sosial budaya luar yang mulai menggeser budaya
bangsa klasik yang adi luhung. Kehidupan individualistik mulai berkembang dan
menggeser nilai-nilai kekerabatan dan gotong royong sebagian rakyat Indonesia.

Dengan semakin berkembangnya alat transportasi, juga menimbulkan dampak


negatif. Semakin banyaknya kendaraan bermotor telah menimbulkan polusi, sehingga
mengurangi kenyamanan, mengganggu kesehatan setiap pemakai jalan, sering
menimbulkan kecelakaan.

4.1.2. Analisis lingkungan Internal


Analisis lingkungan internal adalah proses dimana perencanaan stategi mengkaji faktor-
faktor internal perusahaan untuk menentukan dimana perusahaan memiliki kelemahan dan
kekuatan sehingga dapat mengelola peluang secara efektif dalam menghadapi ancaman yang
terdapat dalam lingkungan.

4.1.2.1. Aspek Pemasaran


Dalam hal ini aspek pemasaran dapat dilihat pada uraian dibawah ini
A. Harga Saham
Adapun informasi harga saham PT. DELTA DJAKARTA, Tbk di pasar saham adalah

43
Gambar 4-1 Informasi harga saham on the spot pada saham delta Djakarta
Sumber : LQ 45 bursa efek Indonesia, 2021

44
Gambar 4-2 Prediksi informasi harga saham PT Delta Djakarta jangka panjang
Hasil prediksi tim BDC

DLTA IDR 3.910 -10 (-0,26%)

Pembaharuan Terakhir: 24 March 2021, 11:59 AM

PembukaanIDR 3.890 Penutupan SebelumnyaIDR 3.910


Penawaran (Offer)IDR 3.900 Penawaran (Bid)IDR 3.890
Harga TerendahIDR 3.890 Harga TertinggiIDR 3.910
Volume12.700 (Saham) Nilai TransaksiIDR 49.455.000
Frekuensi18 (Kali) EPSIDR 283
PE Ratio13 (Kali) Kapitalisasi PasarIDR 3.122.570Jt
Peringkat kapitalisasi pasar industri Peringkat kapitalisasi pasar semua
terkait10 dari 34 perusahaan219 dari 751

Saham-saham produsen minuman beralkohol atau minol ditutup di zona merah pada
perdagangan hari ini setelah bereda Rancangan Undang Undang (RUU) yang melarang
konsumsi dan produksi minol. Terpantau saham PT. Delta Djakarta, Tbk (DLTA) produsen
minol jenis bir bermerk Anker ini diperdagangkan turun 0,24% ke level Rp 4.110/unit.

Saham perusahaan bir yang juga dimiliki oleh Pemerintah Daerah (Pemda) DKI sebanyak
26,25% per 31 Oktober 2020 ini anjlok jelang akhir perdagangan setelah ditransaksikan
sebanyak 68 kali dengan total nilai transaksi sebanyak Rp 181 juta

45
B. Pangsa pasar
Perhitungan pangsa pasar dari PT DELTA DJAKARTA dilakukan dengan membandingkan
dengan perusahaan Sejenis yaitu PT MULTI Bintang adapun perhitungan pangsa pasar PT
DELTA DJAKARTA dapat dilihat pada tabel 4-3

TAHUN PT DELTA DJAKARTA PT MULTI BINTANG MARKET SHARE


2016 774,968.00 3,389,736.00 23%
2017 777,308.00 3,649,615.00 21%
2018 893,006.00 3,574,801.00 25%
2019 827,137.00 3,711,405.00 22%
2020 546,336.00 1,985,009.00 28%
Tabel 4- 3 Market share produk PT DELTA DJAKARTA dengan PT MULTI BINTANG
Hasil Analisis Konsultan

Pada tabel 4-3 yang menyajikan data market share produk PT DELTA DJAKARTA dengan PT
MULTI BINTANG dapat dilihat bahwa rata rata market share PT DELTA DJAKARTA hanya 24%
pada industry minuman bir hal ini dapat dilihat pada perkembangan penjualan pt delta
Djakarta pada tahun 2016- 2020 hanya memiliki market share sebesar 24 % hal ini
menginformasikan bahwa PT. Delta Djakarta bukan market leader pada industry bir

Sedangkan pertumbuhan penjualan PT Delta Djakarta, TBK dapat dilihat pada tabel 4-4

TAHUN PT DELTA DJAKARTA PERTUMBUHAN


2016 774,968.00
2017 777,308.00 30%
2018 893,006.00 15%
2019 827,137.00 -7%
2020 546,336.00 -34%
total 4%
rata rata pertumbuhan 1%
Tabel 4-4 Pertumbuhan pernjualan PT.Delta Djakarta, TBK

Pada tabel 4-4 dapat dilihat bahwa rata rata pertumbuhan pernjualan pt delta Djakarta hanya
1 % secara pertumbuhan pasar dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut 5 tahun
terakhir tidak begitu bagus usahanya. Adapun market positioning PT DELTA DJAKARTA
adalah

46
Gambar 4- 3 Posisi Market Share PT. Delta Djakarta, Tbk
Hasil Analisis Konsultan

Pada gambar 4-3 posisi PT. Delta Djakarta, Tbk dibandingkan dengan PT. Multi Bintang, Tbk
mempunyai posisi di kuadran ke 4 selama 5 tahun di posisi dog hal ini berarti Pangsa pasar
kecil menunjukkan produk tidak kompetitif. Dan, perusahaan membukukan penjualan yang
rendah. Konsumen tidak menyukainya karena citra produk yang buruk atau harga yang mahal.
Mereka lebih menyukai produk pesaing karena lebih baik dan lebih bermanfaat bagi kesehatan
, misalnya karena lebih murah, lebih unik atau bahkan karena layanan konsumen yang lebih
unggul elanjutnya, pertumbuhan rendah mengindikasikan pasar yang telah masuk pada tahap
matang. Hampir semua konsumen telah menggunakan atau membeli produk. Oleh karena itu,
sumber utama pertumbuhan adalah berasal dari pembelian berulang, alih-alih dari
peningkatan pelanggan baru.

Karena pelanggan baru telah semakin langka, perusahaan menghadapi kesulitan untuk
menumbuhkan penjualan. Karena itu, untuk meningkatkan pangsa pasar pesaing, solusi yang
mungkin adalah dengan merebut pelanggan dari pesaing.

Posisi dog umumnya memiliki keuntungan rendah. Pangsa pasar rendah berarti perusahaan
menjual sedikit barang dan menghasilkan lebih sedikit pendapatan. Kapasitas produksi tidak

47
optimum karena volume penjualan yang rendah. Pada akhirnya, perusahaan harus
menanggung biaya per unit yang lebih tinggi daripada pesaing.

Dog mungkin menghasilkan cukup uang untuk mencapai titik impas. Tapi, perusahaan jarang
berinvestasi pada kategori ini karena tidak layak. Sebaliknya, mereka akan berusaha memeras
kas secepat mungkin, misalnya dengan menjual peralatan produksi dan mengurangi belanja
iklan. Seperti upaya yang dilakukan oleh perusahaan Perseroan meningkatkan langkah-
langkah pengendalian biaya serta produksi yang ditingkatkan dan efisiensi operasional untuk
menjaga profitabilitas. Di tahun 2020, PT. Delta Djakarta, Tbk meluncurkan perubahan
kemasan kaleng kami dari 330mL menjadi 320Ml untuk menyelaraskan dengan persaingan
sehingga menghasilkan margin laba yang lebih baik. Kami juga memanfaatkan teknologi
informasi dengan menerapkan Sistem Informasi Distributor (DIS) yang memungkinkan kami
untuk mengelola aktivitas distribusi dan informasi penjualan dengan lebih baik. Selain itu,
untuk mengurangi biaya, PT. Delta Djakarta, Tbk menegosiasikan harga kontrak yang lebih
rendah untuk beberapa material utama serta menunda belanja modal non-esensial

Usaha untuk merebut pangsa pasar dari pesaing membutuhkan sumber daya yang signifikan.
Itu semakin sulit jika melibatkan biaya peralihan yang tinggi, misalnya karena pelanggan sangat
loyal terhadap produk pesaing. Lebih lanjut, usaha semacam itu mungkin akan sia-sia, jika
pasar ternyata segera memasuki fase penurunan. Itu berarti, tambahan keuntungan mungkin
tidak sebesar biaya yang perusahaan keluarkan. Juga, karena pertumbuhan rendah, setiap
langkah strategis untuk meningkatkan pangsa pasar kemungkinan akan memancing reaksi
kompetitif yang kuat. Tentu saja, pesaing, terutama pemimpin pasar tidak akan rela kehilangan
dominasinya.

Katakanlah, perusahaan meluncurkan harga rendah untuk menarik lebih banyak pelanggan
pesaing. Itu kemungkinan akan mengarah ke perang harga karena pesaing juga akan
melakukan langkah yang sama untuk mempertahankan posisi mereka. Jika pasar segera masuk
tahap penurunan, opsi membuang produk adalah yang paling masuk akal. Mereka menjadi
calon utama divestasi karena menjadi perangkap uang bagi perusahaan. Perusahaan mungkin
berusaha untuk menjual haknya kepada perusahaan lain atau setidaknya menjual beberapa
aset (seperti peralatan) yang digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian, perusahaan

48
dapat memfokuskan sumber daya ke produk lainnya yang lebih kompetitif seperti kategori
star. Dan, jika tahap matang bertahan cukup lama, perusahaan mungkin akan
mempertahankannya jika berkontribusi sesuatu untuk bisnis, misalnya berkontribusi untuk
biaya overhead atau kebutuhan strategis lainnya. Perusahaan dapat memaksimalkan arus kas
dari produk dengan mengurangi seminimal mungkin semua biaya produksi dan pemasaran.

4.1.2.2. Aspek Produksi

A. Proses produksi Pembuatan Bir


Bir adalah minuman beralkohol yang dibuat secara spesifik yaitu menggunakan campuran
malt dan hop serta bahan tambahan lainnya. Produk ini mengandung alkohol sekitar 3,8%
dengan kisaran antara 3-7%. Menurut jenisnya dikenal dua macam bir yaitu yang
berpenampakan jernih dinamakan Pisener yang mempunyai karbohidrat hanya sedikit yang
dapat digunakan untuk bahan baku fermentasi.

Bir secara harafiah berarti segala minuman berolkohol yang diproduksi melalui proses
fermentasi bahan berpati seperti biji malt, cereal dan diberi aroma flavor hops, tetapi tanpa
proses melalui proses penyulingan setelah fermentasi. Proses pembuatan Bir disebut
Brewing. Karena bahan yang digunakan untuk membuat Bir berbeda antara satu tempat
dengan tempat lainnya, maka karakteristik Bir seperti rasa dan warna sangat berbeda baik
jenis maupun klasifikasinya.

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan bir adalah malt, yaitu biji barley atau semacam
gandum yang dikecambahkan dan dikeringkan.Apabila hendak digunakan maka harus
dihilangkan bagian tunasnya. Biji barley banyak dihasilkan dari negara-negara Eropa seperti
Perancis dan Belgia ataupun dari Australia.

Malt merupakan bahan baku yang banyak mengandung pati, protein, vitamin dan mineral.
Bahan lainnya adalah hop atau Humulus hupulus yaitu sejenis tanaman perdu yang memiliki
aroma dan rasa yang khas. Bagian tanaman yang digunakan untuk pembuatan bir adalah
bagian bunga, getah dari sari tanaman tersebut, yang dikeringkan. Bahan ini akan menambah
aroma dan rasa dari cairan yang dihasilkan. Minyak esensial pada hop yang digunakan untuk

49
mempengaruhi rasa dan aroma bir adalah mircen, linalol, geraniol, humulen, dan lain
sebagainya. Tanaman ini banyak mengandung tanin (pirogaol dan katekol) yang pada proses
penemuan bir akan berikatan dengan protein dan harus dihilangkan karena mempengaruhi
kejernihan bir. Selain itu, juga terdapat kandungan â-resin yang akan memberikan rasa pahit.
Adanya rasa pahit inilah yang merupakan rasa pahit yang khas yang diinnginkan terdapat pada
minuman bir. Rasa pahit ini akan timbul terutama bila hop sudah dipanaskan hingga cairannya
mendidih.

Bahan yang penting dan akan menemukan mutu akhir adalah air yang digunakan. Air pada
pembuatan bir harus bersifat netral dengan nilai pH 6,5-7,0 kandungan kalsium sebaiknya
kurang dari 100 ppm. Begitu pula dengan kandungan magnesium karbonat. Kandungan
kalsium sulfat, natrium klorida dan besi masing-masing kurang dari 250, 200, dan 1 ppm.

Mikroba yang ditambahkan sebagai starter pada fermentasi pembuatan bir adalah S.
cerevisiae dari jenis khamir permukaan dan khamir terendam, selain itu juga digunakan S.
carlsbergensis dari jenis khamir terendam. Pengolahan bir diawali dengan proses malting
yaitu untuk memperoleh malt yang banyak mengandung enzim pemecah pati dan protein
yaitu á-amilase, â-amilase dan protease. Barley yang dikecambahkan akan menghasilkan
komponen flavor dan warna yang khas.

Selanjutnya dilakukan proses mashing yaitu proses pelarutan dari malt dan malt adjuncts
sehingga dapat digunakan sebagai media fermentasi seefisien mungkin. Prinsip dari proses
adalah memanaskan malt dan malt adjuncts secara terpisah kemudian dilakukan
pencampuran sehingga suhunya sekitar 57-77oC.

Filtrat (wort) yang dihasilkan harus dimasak dan dicampur denga hop dan bila perlu
ditambahkan juga gula sebagai tambahan substrat. Wort tersebut dimasak pada suhu 100oC
selama 1,5 hingga 2,5 jam. Setelah itu disaring melewati sisa-sisa hop sehingga protein dan
padatan hop tertahan. Endapan yang terpisah dari substrat dicuci kembali dan penyaringan
dilakukan untuk menahan padatan demikian seterusnya sehingga filtrat yang terbentuk cukup
banyak. Perbandingan bahan baku dan proses selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 19.

Pada persiapan bahan dilakukan pemasakan wort, hal ini bertujuan agar terjadi reduksi
mikroba. Mikroba patogen dan pembusuk diharapkan sudah dapat dimusnahkan dengan

50
adanya pemanasan yang cukup lama. Dengan pemanasan yang cukup lama itu juga akan
menyebabkan terjadinya pemekatan bahan, pemucatan, inaktivasi enzim, ekstraksi zat-zat
yang dapat larut, koagulasi protein dan terbentuk karamel yang akan mempengaruhi mutu
akhir produk.

Fermentasi biasanya berlangsung pada suhu dibawah 10oC penambahan starter dilakukan pada suhu
3,3-14oC. Pada saat itu pH media sekitar 5,0-5,2 pada awal fermentasi dilakukan secara anaerobik
sehingga dapat dihasilkan alkohol. Fermentasi akan dibiarkan berlangsung selama 8-20 hari
tergantung dari beberapa faktor seperti bahan baku, kondisi starter dan faktor lainnya yang
mempengaruhi proses fermentasi. Fermentasi permukaan biasa berlangsung antara 5-7 hari
sedangkan fermentasi terendam mebutuhkan waktu yang lebih lama yaitu antara 7-12 hari.

Adapun proses produksi pembuatan bir dapat dilihat pada gambar

Gambar 4-4 Proses Produksi Bir PT Delta Djakarta


Sumber : Desk study tim BDC

Pada akhir fermentasi akan terjadi penggumpalan dari sel-sel khamir dan akn turun kedasar
wadah fermentasi. Proses ini dilanjutkan dengan proses penuaan atau aging. Aging
berlangsung pada suhu 0-3oC selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. Selama aging
akan terjadi koagulasi komponen-komponen yang akan dipisahkan pada akhir proses.
Komponen tersebut antara lain adalah protein, sel khamir dan resin. Pada saat ini bir akan
menjadi jernih dan berbentuk aroma yang khas, karena terbentuknya ester.

51
B. Proses Sertifikasi ISO 14001
Sertifikasi atau registrasi ISO-14001 adalah suatu pengakuan berbentuk sertifikat dari pihak
ketiga (lembaga sertifikasi) atas kesesuaian penerapan sistem manajemen lingkungan
organisasi (perusahaan) terhadap standar ISO-14001.

Organisasi (perusahaan) yang telah memiliki dan menerapkan seluruh persyaratan standar
ISO-14001 dapat mengajukan permohonan sertifikasi kepada lembaga sertifikasi sistem
manajemen lingkungan. Proses sertifikasi mensyaratkan Sistem Manajemen Lingkungan
(SML) organisasi telah memenuhi ketentuan berikut ini:

1. Tersedia seluruh dokumentasi SML sesuai persyaratan ISO 14001;

2. SML telah diimplementasikan (minimum 3 bulan), yang nantinya dibuktikan oleh


tersedianya rekaman-rekaman penerapan SML;

3. Telah dilaksanakan audit internal ISO 14001;

4. Telah dilaksanakan kaji ulang manajemen.

Pada umumnya proses sertifikasi melalui dua tahapan audit, yaitu:

1. Audit Tahap Pertama; terdiri dari dua kegiatan, yakni audit kecukupan (adequacy
audit) yaitu pemeriksaan dan penelaahan dokumentasi SML organisasi untuk
menentukan bahwa sistem memenuhi persyaratan standar ISO 14001. Setelah
dokumentasi SML organisasi dinilai cukup, selanjutnya dilakukan audit pendahuluan
(initial audit atau pre-assessment), yaitu pemeriksaan dan pengujian awal
implementasi sistem untuk memastikan sistem telah siap untuk dinilai secara
menyeluruh.

2. Audit Tahap Kedua; merupakan penilaian kesesuaian secara menyeluruh terhadap


ISO 14001 organisasi, atau dikenal audit penaatan (compliance audit atau main
assessment).

52
Gambar 4- 5 Sertifikasi ISO 14000 PT. Delta Djakarta, Tbk
Sumber : Desk study tim BDC

Sertifikat ISO 14001 yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi umumnya memiliki masa
berlaku 3 (tiga) tahun, dimana setelah masa waktu tersebut akan dilakukan penilaian ulang
(re-assesment). Dalam periode masa sertifikasi, umumnya setiap 6 bulan organisasi akan di-
audit secara berkala oleh Lembaga Sertifikasi (surveillance audit), untuk menjamin
terpeliharanya kesesuaian organisasi terhadap persyaratan standar ISO 14001.

4.1.2.3. Aspek Keuangan


Aspek keungan terkait dengan analisis kinerja keuangan PT DELTA DJAKARTA dan analisis
rasio pada bagian ini diharapkan dapat memperoleh informasi secara detail kondisi finansial
perusahaan adapun tinjauan terhadap aspek keuangan adalah

A. Tinjauan keuangan secara umum tahun 2016-2020

Posisi keuangan
Gambaran umum posisi keuangan PT. Delta Djakarta, Tbk adalah

53
POSISI KEUANGAN 2016 2017 2018 2019 2020

Kas Setara Kas 658,666.00 845,324.00 963,342.00 844,219.00 697,228.00

Piutang Usaha-Neto 148,407.00 146,030.00 157,118.00 197,060.00 101,781.00

Persediaan Neto 183,868.00 178,864.00 205,396.00 207,461.00 185,922.00

Aset Tetap 96,275.00 89,979.00 90,191.00 85,235.00 79,117.00

Total Aset 1,087,216.00 1,260,197.00 1,416,047.00 1,333,975.00 1,064,048.00

Hutang Usaha 29,442.00 34,997.00 54,116.00 31,911.00 35,707.00


Total Liabilitas Jangka
Pendek 137,842.00 139,685.00 192,300.00 160,587.00 147,208.00
Total Liabilitas Jangka
Panjang 47,581.00 56,512.00 47,054.00 51,833.00 58,474.00

Total Liabilitas 214,865.00 231,194.00 293,470.00 244,331.00 241,389.00


Ekuitas yang didapat
yang didistribusikan
kepada pemilik
entitas induk) 1,008,341.00 1,140,585.00 1,280,040.00 1,209,525.00 1,016,433.00

Total Ekuitas 1,012,374.00 1,144,645.00 1,284,164.00 1,213,563.00 1,019,899.00

Modal Kerja 910,292.00 1,066,891.00 1,191,928.00 1,132,218.00 956,624.00


Tabel 4-5 Posisi keuangan PT. Delta Djakarta, Tbk 2016-2020
Sumber : laporan tahunan PT. Delta Djakarta, Tbk 2016-2020

Aset
Jumlah aset pada akhir tahun sebesar Rp1.225,6 miliar, turun 14,1% dari Rp1.426,0 miliar di
tahun 2019, yang terutama disebabkan posisi kas yang lebih rendah. Kas dan Setara Kas turun
Rp147,0 miliar atau 17,4% dari Rp844,2 miliar di tahun 2019 terutama disebabkan turunnya
kas bersih dari aktivitas operasi dan 100% rasio pembayaran dividen yang diumumkan pada
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan bulan Agustus 2020. Piutang Usaha turun 48,4%
dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp101,8 miliar terutama disebabkan pendapatan yang
lebih rendah di Desember dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Begitu juga Total
Persediaan yang turun sebesar 10,4% dibanding tahun sebelumnya disebabkan tingkat
persediaan yang lebih rendah. Aset Lancar lain juga turun sebesar Rp2,6 miliar terutama
disebabkan pengembalian sebagian klaim paja

54
Liabilitas
Per akhir tahun 2020, total Liabilitas turun sebesar 3,2% dari Rp212,4 miliar menjadi Rp205,7
miliar diakibatkan Liabilitas Jangka Pendek yang lebih rendah. Liabilitas Jangka Pendek
menurun 8,3% disebabkan utang pajak yang lebih rendah, diimbangi oleh meningkatnya
utang dagang dan beban akrual. Liabilitas Jangka Panjang naik Rp6,6 miliar dibanding tahun
sebelumnya disebabkan kenaikan kewajiban imbalan pasca kerja
Ekuitas
Ekuitas bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham Perseroan per akhir tahun
2020 adalah Rp1.016,4 miliar atau 16,0% lebih rendah dibanding Rp1.209,5 miliar di tahun
sebelumnya. Penurunan sebesar Rp193,1 miliar disebabkan laba komprehensif tahun
berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham Perseroan yang lebih rendah
sebesar Rp119,2 miliar dan pembagian dividen sebesar Rp312,3 miliar

Laporan rugi laba


Adapun informasi laporan rugi laba dapat dilihat pada table 4-5

RUGI LABA 2016 2017 2018 2019 2020

Penjualan Neto 774,968.00 777,308.00 893,006.00 827,137.00 546,336.00

Laba Kotor 540,882.00 574,271.00 651,285.00 596,696.00 36,718.00


Laba Sebelum
Pajak 327,048.00 369,013.00 441,248.00 412,437.00 164,704.00
Labah Neto Tahun
Berjalan 254,509.00 279,773.00 33,813.00 317,815.00 123,466.00
Laba Neto Yang
Dapat
Diatribusikan
Kepada Pemilik
Entitas Induk 253,725.00 279,745.00 338,067.00 3,179.00 124,038.00
Laba Neto Yang
Dapat
Distribusikan
Kepada
Kepentingan Non
pengendali 784.00 27.00 63.00 (85.00) (573.00)
Total Penghasilan
Komprehensif 258,832.00 276,390.00 347,690.00 312,115.00 118,593.00
Total Laba
Komprehensif
Yang Data
Didistribusikan
Kepada Pemilik
Entitas Induk 257,865.00 276,363.00 347,627.00 312,199.00 119,165.00

55
Jumlah Saham 800,659,050.00 800,659,050.00 800,659,050.00 800,659,050.00 800,659,050.00
Laba Dasar per
saham* 317.00 349.00 422.00 397.00 155.00

Dividen Tunai 180.00 260.00 478.00 390.00

harga persaham 5,000.00 4,590.00 5,500.00 6,800.00 4,400.00


Tabel 4-6 laporan rugi laba PT. Delta Djakarta, Tbk 2016-2020
Sumber : laporan tahunan PT. Delta Djakarta, Tbk 2016-2020

Penjualan Neto
Penjualan netto dari tahun 2016 -2020 mengalami rata rata pertumbuhan sebesar 1 % hal ini
dapat dilihat pada pertumbuhan pernjualan 5 tahun terakhir yang trend nya mengalami
penurunan adapun pertumbuhan penjualan dari PT DELTA DJAKARTA dapat dilihat pada
grafik :

Grafik 4-2 Pertumbuhan penjualan PT. Delta Djakarta, Tbk


Sumber : laporan tahun 2016-2020 PT. Delta Djakarta, Tbk data diolah

Berdasarkan data pada grafik 4-2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan penjualan PT. DELTA
DJAKARTA, TBK mengalami penurunan yang signifikan pandemic covid merupakan salah satu
penyebab dari turunnya penjualan akan tetapi jika dilihat dari rata rata pertumbuhan
penjualan yang sebesar 1 % jakarta dan dengan menggunakan trend line linier sudah jelas
bahwa di masa yang akan datang pt delta mengalami penurunan penjualan yang yang
massif, faktor penyebabnya bisa jadi kejenuhan pasar atau perilaku social yang berubah,

56
sehingga hal tersebut menggambarkan bahwa pt delta Djakarta harus melakukan inovasi
terkait dengan penjualan

B. Analisis Rasio Keuangan Tahun 2016-2020


Gambaran mengenai rasio keuangan dapat dilihat pada tabel 4-6

RASIO KEUANGAN 2016 2017 2018 2019 2020


Rasio Laba Bersih (Net Profit Margin) 21.18 20.86 22.19 22.29 10.12
Rasio Hutang Atau Debt Ratio 15.48 14.63 15.71 14.9 16.78
Debt To Equity Ratio 18.39 17.2 18.7 17.56 20.24
ROE (Return On Equity ) 25.16 24.53 26.41 26.28 12.2
Gross Profit Ratio 32.74 35.99 37.86 38.43 22.7
Rasio Lancar 760.39 863.78 719.83 805.05 749.05
Tabel 4-7 Rasio keuangan PT. Delta Djakarta, Tbk
Sumber: laporan tahun 2016-2020 PT. Delta Djakarta, Tbk data diolah

Adapun analisis rasio keuangan PT. Delta Djakarta, Tbk dapat dilihat pada uraian dibawah ini
Net profit margin
Gambaran net profit margin PT. Delta Djakarta, Tbk adalah

Grafik 4-3 Net Profit Margin PT. Delta Djakarta Tbk


Sumber: laporan tahun 2016-2020 PT. Delta Djakarta, Tbk data diolah

Pada grafik 4-3 dapat kita lihat bahwa kenaikan Net Profit Margin dari tahun 2016 sampai
2020 tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan malah cenderung mengalami penurunan
jika peraturan tentang larangan minuman keras diberlakukan maka prospek perusahaan

57
dimasa yang akan datang akan terjadi penurunan laba bersih dan perusahaan tidak
berkembang secara maksimal bahkan akan mengalami masa masa yang sulit .

Rasio hutang atau debt ratio


Rasio hutang atau debt ratio adalah rasio solvabilitas yang mengukur total kewajiban
perusahaan sebagai persentase dari total asetnya. Dalam arti tertentu, debt ratio
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya dengan asetnya.
Dengan kata lain, ini menunjukkan berapa banyak aset yang harus dijual perusahaan untuk
melunasi semua kewajibannya.

Rasio ini mengukur leverage keuangan suatu perusahaan. Perusahaan dengan tingkat
kewajiban yang lebih tinggi dibandingkan dengan aset dianggap memiliki leverage yang tinggi
dan lebih berisiko bagi pemberi pinjaman. Rasio ini juga membantu investor dan kreditor
menganalisis keseluruhan beban utang pada perusahaan serta kemampuan perusahaan
untuk melunasi utang di masa depan, masa ekonomi yang tidak pasti. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, debt ratio berarti ukuran stabilitas keuangan suatu perusahaan,
adalah evaluasi umum untuk setiap investasi yang membutuhkan pinjaman.

Semakin rendah ketergantungan perusahaan pada hutang untuk pembentukan aset, semakin
kecil resiko perusahaan. Di sisi lain, semakin tinggi rasio berarti perusahaan memiliki risiko
insolvent yang tinggi karena hutang yang berlebihan dapat menyebabkan beban pembayaran
hutang yang berat. Berikut adalah rumus dalam menghitung rasio hutang pada suatu
perusahaan:

Rasio hutang = total hutang / total asset

Struktur modal PT Delta adalah 83,2% asetnya dibiayai ekuitas dan hanya sisanya sebesar
16,8% dibiayai utang, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya
sebesar, masing-masing, 85,1% dan 14,9%. Perseroan tidak memiliki liabilitas lain selain yang
timbul dari transaksi perdagangan normal. Pada tahun ini, utang PT Delta dan jumlah ekuitas
adalah sebesar masing-masing Rp205,7 miliar dan Rp1.019,9 miliar, dengan rasio utang
terhadap ekuitas 0,20:1, yaitu sedikit lebih tinggi dari rasio tahun sebelumnya yang adalah
0,18:1. Jumlah utang bersih yang merupakan total utang dikurangi kas, adalah sebesar kas
bersih berjumlah Rp491,5 miliar, lebih rendah dibandingkan tahun lalu sebesar Rp631,8

58
miliar. Dengan Aset Lancar sebesar Rp1.103,8 miliar dan Liabilitas Jangka Pendek sebesar
Rp147,2 miliar, maka modal kerja bersih adalah sebesar Rp956,6 miliar, 15,5% lebih rendah
daripada tahun lalu Rp1.132,2 miliar. Oleh sebab itu, Rasio Lancar lebih rendah, yaitu 7,50 kali
dibandingkan 8,05 kali di tahun 2019, terutama karena penurunan Aset Lancar dibandingkan
Liabilitas Jangka Pendek yang lebih besar

Kolektabilitas Piutang Usaha


Pada akhir tahun 2020, Total Piutang Usaha setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai
turun menjadi Rp101,8 miliar dibanding tahun 2019 sebesar Rp197,1 miliar. Oleh sebab itu,
saldo piutang jatuh tempo tahun ini lebih rendah di Rp37,9 miliar dibanding tahun
sebelumnya, dianggap masih dapat dipulihkan dan terlindungi dengan jaminan yang cukup,
kecuali untuk beberapa akun yang sudah memiliki penyisihan penurunan nilai. Di dalam
menentukan kolektabilitas piutang usaha, Perseroan mempertimbangkan setiap perubahan
kualitas kredit piutang sejak kredit diberikan hingga akhir periode pelaporan.

Adapun kondisi rasio hutang pt delta Djakarta dapat dilihat pada grafik

Grafik 4-4 Rasio hutang PT. Delta Djakarta, Tbk


Sumber : Laporan tahun 2016-2020 PT. Delta Djakarta, Tbk data diolah

Debt ratio yang lebih rendah biasanya menyiratkan bisnis yang lebih stabil dengan potensi
umur panjang karena perusahaan dengan rasio yang lebih rendah juga memiliki utang
keseluruhan yang lebih rendah. Setiap industri memiliki tolok ukur sendiri untuk utang, tetapi
0,5 adalah rasio yang masuk akal. Pada grafik 4-4 diatas semakin lama terjadi kenaikan pada

59
rasio hutang mengalami kenaikan dari tahun 2019 hal ini menunjukkan bahwa bisnis pt delta
Djakarta tidak stabil

Debt to Equity Ratio


Kondisi umum debt to equity ratio PT. Delta Djakarta, Tbk adalah

Grafik 4-5 Debt to Equity Ratio (DER)


Sumber : laporan tahun 2016-2020 PT. Delta Djakarta, Tbk data diolah

Sebagai mana kita kita tahu bahwa DER diatas 10 hal ini berarti profit pada saham yang ada
semakin lama semakin jauh dari profit

ROE
sangat menarik bagi pemegang maupun calon pemegang saham , dan juga bagi manajemen,
karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholders value
creation, artinya semakin tinggi rasio ROE . Semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini
tentunya merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan
tersebut. Pada grafik 4-6 kinerja ROE mengalami peniurunan 5 tahun terakhir sehingga
dapat dikatakan PT. Delta Djakarta, Tbk tidak menarik lagi secara finansial, kondisi ROE PT.
Delta Djakarta, Tbk dapat dilihat pada grfik

60
Grafik 4-6 ROE Pt. Delta Djakarta, Tbk
Sumber : Laporan Tahun 2016-2020 PT. Delta Djakarta, Tbk data diolah

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa ROE perusahaan mengalami penurunan yang
signifikan hal ini memberikan indikasi bahwa performance perusahaan mengalami
penurunan

Gross Profit Ratio


Gross profit ratio adalah rasio yang membandingkan laba kotor dengan pendapatan
penjualan. Ini menunjukkan berapa banyak penghasilan bisnis, dengan memperhitungkan
biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa.

Rasio margin laba kotor yang tinggi mencerminkan efisiensi yang lebih tinggi dari operasi inti,
yang berarti masih dapat menutupi biaya operasi, biaya tetap, dividen, dan depresiasi,
sementara juga memberikan laba bersih kepada bisnis. Di sisi lain, margin keuntungan yang
rendah menunjukkan harga pokok penjualan yang tinggi, yang dapat dikaitkan dengan
kebijakan pembelian yang merugikan, harga jual rendah, penjualan rendah, persaingan pasar
yang ketat, atau kebijakan promosi penjualan yang salah. Gambaran umum Gross profit
ratio PT. Delta Djakarta, Tbk

61
Grafik 4-7 Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor)
Sumber: Laporan tahun 2016-2020 PT. Delta Djakarta, Tbk data diolah

Pada grafik 4-7 dapat dilihat bahwa dari tahun 2016 -2020 terjadi penurunan profit yang
diperoleh oleh PT. Delta Djakarta, Tbk, hal ini mencerminkan bahwa tingkat efisiensi lebih
rendah dalam proes operasionalnya

C. Anaslisis Kinerja Saham


Pada bagian ini akan dianalisis kinerja saham PT. DELTA DJAKARTA, TBK adapun informasi
terkait dengan kinerja Saham Pt Delta Djakarta dapat dilihat pada tabel 4-6 :

62
Keterangan 2020 2019 2018 2017 2016 2015
Laba Bersih Rp 123.466.000.000 Rp 317.815.000.000 Rp 33.813.000.000 Rp 279.773.000.000 Rp 254.509.000.000 Rp 192.045.000.000
Jumlah Saham Rp 800.659.050 Rp 800.659.050 Rp 800.659.050 Rp 800.659.050 Rp 800.659.050 Rp 800.659.050
Dividen Tunai Rp 312.257.000.000 Rp 382.715.000.000 Rp 208.171.000.000 Rp 208.171.000.000 Rp 144.119.000.000 Rp 96.079.000.000
Dividen per Share (DPS) 390 478 260 260 180 120
Harga Saham 4.400 6.800 5.500 4.590 5.000 5.200
Earning per Share (EPS) 154,2055 396,9417 42,2315 349,4284 317,8744 2398587
Price Earning Ratio (PER) 28,53 17,13 130,23 13,14 15,73 21,85
Return Saham 19,826 -8,2 -3,846 -98,667
Dividen Payout Ratio (DPR) 2,53 1,2 6,16 0,74 0,57 0,5
Earning Growth Rate (EGR) 0,19 0,04 3,08 0,04 0,05 0,09

Tabel 4-8 Analisis Kinerja Saham PT. Delta Djakarta, Tbk


Hasil analisis diolah

52
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
 Price earning ratio dari tahun 2015 berada di atas 10, ini menunjukkan kemampuan
memperoleh pendpatan per lembar sahamnya yang semakin menurun dari tahun 2015
sampai 2020.

 DPR (Dividen Payout Ratio) memberikan gambaran tentang berapa banyak uang yang
dikembalikan perusahaan kepada pemegang saham versus berapa banyak yang tersisa untuk
diinvestasikan kembali dalam pertumbuhan, melunasi utang, atau menambah cadangan kas
(laba ditahan). Berdasarkan data nilai DPR berkisar antara 0,34 sampai 0,745 menunjukkan
persentase pengembalian kepada pemegang saham yang semakin tinggi dari porsi laba bersih
per lembar sahamnya.

 Pertumbuhan laba (EGR) berfluktuatif dimana pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan
yang negative dan tahun 2016 sampai tahun 2020 mengalami pertumbuhan yang positif

4.1.2.4. Aspek SDM


Tingkat kepuasan kerja yang tinggi adalah cerminan praktik dan kebijakan sumber daya manusia
Perseroan yang telah dirancang dengan cermat. PT Delta peduli dengan kesejahteraan karyawan dan
stafnya, dan oleh karena itu, Perseroan memiliki tingkat pergantian karyawan yang rendah dari tahun
ke tahun. Perseroan menerapkan prinsip kesetaraan dan non-diskriminasi dalam perekrutan
karyawan, serta menjalankan panduan serta prosedur penerimaan yang obyektif dimana Perseroan
hanya mensyaratkan kualifikasi yang berhubungan dengan posisi yang perlu diisi.

Perseroan mempekerjakan 358 orang, termasuk anggota Direksi. Jumlah ini sedikit lebih tinggi dari
jumlah 357 orang pada akhir tahun 2019, dengan rasio pergantian 3,4%, sedikit di bawah rasio
industri. Usia rata-rata karyawan adalah 44 tahun. Berikut rincian jumlah karyawan berdasarkan
departemen pada akhir periode pelaporan

53
Tabel 4-9 Jumlah pekerja PT. Delta Djakarta, Tbk
Sumber : laporan tahunan PT. Delta Djakarta, Tbk

4.2. ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL


Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) adalah alat yang digunakan untuk mengevaluasi lingkungan
internal perusahaan dan untuk mengungkapkan kekuatan serta kelemahannya. Matriks Evaluasi
Faktor Eksternal (EFE) adalah alat yang digunakan untuk menguji lingkungan eksternal perusahaan
dan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang ada.

4.2.1. EFAS (eksternal faktor analysis strategy)


1. Masukan faktor-faktor peluang dan ancaman pada Tabel EFAS, kolom 1. Susun 5 faktor dari
peluang dan 5 faktor ancaman (Freddy Rangkuti, 2001 : 22)

2. Berikan bobot masing-masing faktor strategis pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting). Semua bobot tersebut jumlahnya tidak melebihi dari skor
total = 1,00 (Diklat Spama, 2000 : 13). Faktor-faktor itu diberi bobot didasarkan pada dapat
memberikan dampak pada faktor strategis.

3. Berikan rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan skala mulai dari 10 (sangat
kuat) sampai dengan 1 (lemah), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kodisi
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori peluang)
diberi nilai dari 6 sampai dengan 10 dengan membandingkan dengan rata-rata pesaing utama.

54
Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya, jika ancaman besar sekali (dibanding
dengan rata-rata pesaing sejenis) nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai ancaman kecil/di bawah
rata-rata pesaing-pesaingnya nilainya 5

4. Kalikan bobot dengan nilai (rating) untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.
Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah).

5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan faktor
yang dianalisis. Nilai total ini menunjukan bagaimana reaksi faktor strategis eksternalnya.

Adapun hasil perhitungan EFAS adalah :

PELUANG BOBOT RATING TOTAL


1 Paket Stimulus Fiskal 0.02 4 0.08
2 Perbaikan Ekonomi Pasca Covid 19 0.03 5 0.15
3 Tambahan Diskon Pajak Sebesar 3%. 0.04 4 0.16
Terbatasnya Perizinan Minuman Beralkohol Di
4 Indonesia 0.11 4 0.44
5 Adanya Pita Cukai 0.03 3 0.09
ANCAMAN BOBOT RATING TOTAL
1 Pengawasan minuman beralkohol oleh pemerintah 0.17 1 0.17
larangan penjualan dan pendistribusian bir beserta
minuman beralkohol lainnya di
toko serba ada, minimarket, dan gerai-gerai off-
premise tradisional diberlakukan sejak bulan April
2 2015 0.16 1 0.16
3 kenaikan biaya UMR 0.13 5 0.65
4 inflasi yang masih tinggi 0.11 1 0.11
5 Dampak sosial yang negatif dari minuman alkohol 0.2 1 0.2
Total SKOR 1 2.21
Tabel 4-10 Hasil Perhitungan Exsternal Factor Evaluation PT. Delta Djakarta, Tbk
Hasil Analisis konsultan

4.2.2. IFAS (internal faktor analysis strategy),


Cara menghitungan IFAS (internal faktor analysis strategy), dapat dilakukan dengan cara

1. Masukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada Tabel IFAS kolom 1. Susun 5 faktor dari
kekuatan dan 5 faktor kelemahan (Freddy Rangkuti, 2001 : 22)

2. Berikan bobot masing-masing faktor strategis pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting). Semua bobot tersebut jumlahnya tidak melebihi dari skor total

55
= 1,00 (Diklat Spama, 2000 : 13). Faktor-faktor itu diberi bobot didasarkan pengaruh posisi
strategis (Freddy Rangkuti, 2001 : 22)

3. Berikan rating pada kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan skala mulai dari 10 (sangat kuat)
sampai dengan 1 (lemah), berdasarkan pengaruh faktor tersebut variabel yang dianalisis .
Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai dari 6
sampai dengan 10 dengan membandingkan terhadap rata-rata pesaing utama. Sedangkan
variabel yang bersifat negatif kebalikannya jika kelemahan besar sekali (dibanding dengan rata-
rata pesaing sejenis) nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai kelemahan rendah/di bawah rata-rata
pesaing-pesaingnya nilainya 5.

4. Kalikan bobot dengan nilai (rating) untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.
Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari
4,0 (menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah).

5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor bobot faktor yang
dianalisis. Nilai total ini menunjukan bagaimana variabel yang di analisis bereaksi terhadap faktor-
faktor strategis internalnya.

Hasil perhitungan IFAS adalah :

KEKUATAN BOBOT RATING TOTAL


1 Turn over karyawan yang rendah 0.02 5 0.1
2 Proses Produksi yang terstandarisasi 0.11 2 0.22
3 Pengalaman pengusaha 0.12 3 0.36
4 Variasi produk 0.05 2 0.1
5 Modal 0.09 3 0.27
KELEMAHAN BOBOT RATING TOTAL
1 Pertumbuhan pasar yang rendah 0.12 1 0.12
2 pangsa pasar rendah 0.15 1 0.15
3 kinerja keuangan yang menurun 5 tahun terakhit 0.13 1 0.13
4 harga saham trendnya menurun 0.11 2 0.22
Citra perusahaan kurang baik sebagai penyedia
5 minuman alkolhol 0.1 1 0.1
TOTAL 1 1.77
Tabel 4-11 Hasil perhitungan Internal Factor Evaluation PT. Delta Djakarta, Tbk
Hasil Analisis konsultan

Hasil analisis dengan menggunakan Ekternal Faktor Evaluation (EFE) Matrix dan Internal Faktor
Evaluation (IFE) Matrix masing-masing diperoleh skor EFE = 2.21 dan IFE = 1.77. Skor EFE dan IFE

56
kemudian dimasukkan ke dalam Internal Ekternal (IE) Matrix dan kemudian ditarik garis vertikal dan
horisontal maka terjadi sebuah titik pertemuan pada kwadran V di mana akan diperoleh strategi yang
sesuai yaitu strategi Rentrenchment (divestasi) melalui pengembangan pasar dan pengembangan
produk.

Gambar 4-6 Posisi Valuasi Strategi PT DeltaDjakarta tbk


Hasil Analisis Konsultan

Jika langkah penghematan tidak menolong perbaikan kondisi perusahaan maka penjualan
asset nonproduktif ataupun selanjutnya asset produktif seperti tanah, bangunan, dan aktiva t
etap lainnya perlu dilakukan untuk memperoleh dana segar. Strategi divestasi juga sering dilakukan
untuk modal untuk selanjutnya digunakan mendanai akuisisi atau investasi.

Strategi divestasi dapat menjadi dapat juga menjadi bagian dari keseluruhan strategi
penghematan untuk memangkas bisnis yang tidak profitabel , yang membebani dan memerlukan
modal cukup banyak, dan yang tidak sejalan dengan misi dan aktivitas provinsi .

4.3. DASAR PEMILIHAN STRATEGI DIVESTASI


4.3.1. Aspek hukum divestasi
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 183/Pmk.05/2008, berdasarkan dasar
hukum tersebut pertimbangan divestasi PT. Delta Djakarta, Tbk secara diagramatis adalah :

57
Penjualan Surat Penjualan kepemilikan
Berharga Investasi Langsung.

Syarat divestasi Analisis penilaian saham


1. harga saham naik secara signifikan
2. terdapat investasi lain yang diproyeksikan lebih
menguntungkan; Analisis portfolio
3. terjadi penurunan harga secara signifikan

DER diatas 10 hal ini berarti


profit pada saham yang ada
semakin lama semakin jauh
dari profit

Gambar 4-7 Pertimbangan divestasi PT. Delta Djakarta, Tbk


Hasil Analisis Konsultan

Pada gambar 4-7 dapat dilihat bahwa kebijakan divestasi PT. Delta Djakarta, Tbk tidak bertentangan
dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 183/Pmk.05/2008 yaitu bahwa
divestasi dapat dilakukan dengan pertimbangan
1. terdapat investasi lain yang diproyeksikan lebih menguntungkan;
2. terjadi penurunan harga secara signifikan
kedua pasal tersebut menjelaskan bahwa kebijakan divestasi dilakukan terkait dengan ketidak
sesuaian kepemilikan saham PEMPROV DKI Jakarta pada PT. Delta Djakarta, Tbk dengan visi misi
PEMPROV DKI Jakarta
Visi Dampak produk PT DELTA JAYA
Jakarta kota maju, lestari dan berbudaya yang a) setiap pengguna minuman keras terkadang
warganya terlibat dalam mewujudkan melakukan tindakan kriminal yang tentunya
keberadaban, keadilan dan kesejahteraan bagi merugikan dan meresahkan masyarakat
semua. b) Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol
Misi meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas (Pan
American Health Organization , 2018).
 Menjadikan Jakarta kota yang aman, sehat, c) bahaya minuman beralkohol juga akan
cerdas, berbudaya, dengan memperkuat nilai- meningkatkan risiko munculnya berbagai
nilai keluarga dan memberikan ruang masalah kesehatan lain
kreativitas melalui kepemimpinan yang  Penyakit jantung
melibatkan, menggerakkan dan
 Diabetes
memanusiakan.
 Menjadikan Jakarta kota yang memajukan
 Stroke
kesejahteraan umum melalui terciptanya  Demensia
lapangan kerja, kestabilan dan keterjangkauan  Disfungsi ereksi
kebutuhan pokok, meningkatnya keadilan  Osteoporosis

58
sosial, percepatan pembangunan infrastruktur,  Susah tidur atau insomnia
kemudahan investasi dan berbisnis, serta  Gangguan mental, seperti depresi dan
perbaikan pengelolaan tata ruang. gangguan cemas
 Menjadikan Jakarta tempat wahana aparatur
negara yang berkarya, mengabdi, melayani,
serta menyelesaikan berbagai permasalahan
kota dan warga, secara efektif, meritokratis
dan berintegritas.
 Menjadikan Jakarta kota yang lestari, dengan
pembangunan dan tata kehidupan yang
memperkuat daya dukung lingkungan dan
sosial.
 Menjadikan Jakarta ibukota yang dinamis
sebagai simpul kemajuan Indonesia yang
bercirikan keadilan, kebangsaan dan
kebhinekaan

Tabel 4-12 Ketidak Sesuaian Kepemilikan Saham PEMPROV DKI Jakarta pada PT. Delta Djakarta, Tbk
dengan visi misi PEMPROV DKI Jakarta
Hasil Analisis Konsultan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa eksistensi produk pt delta Djakarta pada dasarnya tidak sesuai
dengan visi misi provinsi DKI Djakarta ketidak sesuaian dengan visi misi tersebut akan menimbulkan
chaos pada Cascading Kinerja IKU provinsi dki jakarta

Gambar 4-8 : IKU, Cascading & Alignment


Hasil Analisis Konsultan

Kebijakan divestasi merupakan upaya tepat untuk menyelaraskan IKU, Cascading & Alignment
dengan visi misi DKI Jakarta

59
Aspek hukum lain terkait dengan divestasi

Pasal 13
• Penjualan Surat Berharga dilakukan dengan cara penjualan berdasarkan ketentuan di bidang
pasar modal.
Pasal 14
1. Penjualan kepemilikan atas Penyertaan Modal dilakukan dengan cara penjualan hak
kepemilikan kepada pihak lain.

2. Penjualan kepemilikan atas Pemberian Pinjaman dilakukan dengan cara pemindahan piutang
atau hak untuk memperoleh pengembalian berupa pokok pinjaman, bunga, dan/ atau biaya
lainnya kepada pihak lain.

Pasal 15
Kepala/Direktur Badan Investasi Pemerintah melaksanakan Divestasi dengan ketentuan:

a) Penjualan Surat Berharga tidak memerlukan persetujuan Menteri Keuangan;

b) Penjualan atas kepemilikan Investasi Langsung memerlukan persetujuan Menteri Keuangan.

Pasal 16
1. Hasil Divestasi atas seluruh jenis investasi merupakan hasil bersih setelah dikurangi biaya
pelaksanaanDivestasi.

2. Biaya pelaksanaan Divestasi wajib memperhatikan prinsip kewajaran, transparansi, dan


akuntabilitas.

3. Hasil Divestasi ditempatkan dalam Rekening Induk Dana Investasi

4.3.2. Pengertian Divestasi


Terdapat beberapa pengertian divestasi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya divestasi
adalah penjualan dari beberapa aset perusahaan untuk beberapa alasan strategis, Gitman (1994,
h.77). Benson et al. (1984) mengkategorikan divestasi sebagai sell-offs dan spinoffs. Sell-offs adalah
menjual sebagian aset dari perusahaan induk, seperti anak perusahaan, divisi, atau lini produk
kepada perusahaan lain. Sedangkan spin-offs terjadi ketika sebuah perusahaan mendistribusikan
seluruh saham biasa yang dimiliki pada sebuah anak cabang yang dikuasainya untuk shareholder
aslinya. Rosenfeld (1984) mendefinisikan divestasi sebagai sebuah langkah perubahan portofolio aset

60
perusahaan dengan cara melakukan sell-offs ataupun spin-offs aset yang tidak diinginkan
(bermanfaat lagi). Linn & Rozeft (1984) mendefinisikan sell-offs sebagai penjualan sub bagian, divisi,
atau lini bisnis oleh suatu perusahaan ke perusahaan lain.

Sell-offs merupakan bentuk sederhana dari divestiture, proses yang merupakan kontraksi bagi
perusahaan yang menjual namun menjadi alat untuk ekspansi bagi perusahaan yang membelinya.
Sudarsanam (1995) menyatakan bahwa divestasi merupakan kebalikan dari pertumbuhan sebagai
akibat akuisisi dengan cara menjual sebagian bisnisnya untuk alasan yang berbeda-beda.

Menurut Moin (2003) pengertian divestasi adalah menjual sebagian unit bisnis atau anak perusahaan
kepada pihak lain untuk mendapatkan dana segar dalam rangka menyehatkan 15 perusahaan secara
keseluruhan. Sedangkan menurut Jeff Madura (2007) menyajikan pengertian divestasi sebagai
pengurangan beberapa jenis aset baik dalam bentuk finansial atau barang, dapat pula disebut
penjualan dari bisnis yang dimiliki perusahaan. Dan menurut Peraturan Pemerintah No.1 tahun 2008
tentang investasi, divestasi adalah penjualan surat berharga dan atau kepemilikan pemerintah baik
sebagian atau keseluruhan kepada pihak lain. Apabila berbagai definisi yang tercantum dalam
Peraturan Pemerintah dan pandangan para ahli tersebut dianalisis, ternyata divestasi
dikonstruksikan sebagai jual beli.

Di Amerika Serikat, aktivitas divestasi dan spin-offs merupakan hal yang biasa terjadi. Menurut
Mergerstat Review mengumumkan telah terjadinya divestasi pada tahun 2006 mencapai hingga
3.375 transaksi terhadap perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut dengan nilai $342
milyar. Dimana jumlah transaksi berjalan relatif stabil antara tahun 1980 dan 1995. Sedangkan pada
pertengahan tahun 1990 mengalami peningkatan transaksi hingga 3x lipat dan puncaknya pada tahun
2005-2006 dimana jumlah perusahaan yang melakukan divestasi mencapai hingga 3.500 transaksi.

Sedangkan berdasarkan Thompson SDC Platinum (SDC), di Amerika Serikat spin-off dimulai pada
tahun 1985 dan mulai mengalami peningkatan sekitar tahun 1990 hingga mencapai puncaknya pada
tahun 2000 dengan jumlah lebih dari 90 transaksi. Dan pada tahun 2007 mengumumkan perusahaan-
perusahaan yang melakukan spinoff sebanyak 90 transaksi dengan total nilai yang diperoleh hampir
mencapai $80 milyar. Sedangkan di Indonesia aktivitas divestasi (divestiture) maupun spin-off, mulai
marak dilakukan seiring dengan majunya pasar modal di Indonesia.

Beberapa contoh perusahaan yang terdaftar melakukan divestasi maupun spin-off di Bursa Efek
Indonesia (BEI) adalah PT Multipolar (MLPL) yang melakukan divestasi terhadap anak perusahaannya

61
PT Matahari Putra Prima pada tahun 2013, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang melakukan
divestasi terhadap PT Patrakom dan PT Citra Sari Makmur pada tahun 2010, PT Borneo Lumbung
Energi & Metal Tbk divestasi PT Asmin Koalindo Tuhup pada tahun 2012, PT Medco Energi
Internasional Tbk divestasi PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) pada tahun 2008 dan PT Indosat
Tbk pada tahun 2007 sedangkan PT. Adhi Karya Tbk yang melakukan spin-off terhadap anak
perusahaannya PT Adhimix pada tahun 2002, PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk Spin off PT BNI
Syariah pada tahun 2010 serta beberapa perusahaan lainnya.

4.3.2.1. Manfaat divestasi


Untuk mengetahui manfaat divestasi dapat menggunakan Teori utilitas digunakan untuk
menganalisa manfaat divestasi, baik yang diakukan pemerintah Indonesia kepada pihak lainnya
maupun yang dilakukan oleh badan hukum asing kepada pemerintah Indonesia, pemerintah daerah,
warga Negara Indonesia ataupun badan hukum yang dikendalikan untuk menganalisis manfaat
divestasi, yaitu Utilitas dan Cita Hukum. Konsep Negara kesejahteraan juga dikembangkan oleh Sir
William Beveridge (1942) di Inggris. Di dalam laporannya (report), ia mengemukakan tentang
program sosial dengan perincian antara lain, tentang :

a. Meratakan pendapatan masyarakat.


b. Usaha kesejahteraan sosial sejak manusia lahir sampai meninggal.
c. Mengusahakan lapangan kerja seluas-uasnya.
d. Pengawasan atas upah oleh pemerintah.
e. Usaha dalam bidang pendidikan di sekolah-sekolah, pendidikan lanjutan /latihan kerja, dan
sebagainya. Konsep tentang Negara kesejahteraan dijumpai dalam pembukuan UUD 1945 dan
pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Dalam pembukuan UUD 1945 ditegaskan tujuan Negara Republik
Indonesia, yaitu :
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
b. Memajukan kesejahteraan umum.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia. Sementara itu, dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945
ditegaskan bahwa “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

62
4.3.2.2. Kewenangan.
kewenangan dari Badan Investasi Pemerintah dalam mengadakan transaksi dengan pihak lainnya dan
pemerintah daerah dalam mengadakan transaksi divestasi saham dengan badan hukum asing yang
bergerak di bidang pertambangan, baik kewenangan yang ada pada Badan Investasi Pemerintah
maupun Pemerintah Daerah itu karena atribusi, delegasi atau mandate.

4.3.3. Momentum Terjadinya Divestasi.


Di dalam hukum positif Belanda, juga di ikuti yurisprudensi, ataupun doktrin, teori yang dianut adalah
teori pengetahuan (vernemingstheorie) dengan sedikit koreksi dari ontvangstheorie (teori
penerimaan). Maksudnya adalah penerapan teori pengetahuan tidak dilakukan secara mutlak sebab
lalu lintas hukum menghendaki gerak cepat dan tidak menghendaki formalitas yang kaku sehingga
vernemingstheorie yang dianut karena jika harus menuggu sampai mengetahui secara langsung
adanya jawaban dari pihak lawan (ontvangstheorie). Jadi dapat disimpulkan bahwa teori momentum
terjadinya kontrak digunakan untuk menganalisis tentang saat terjadinya kontrak antara penjual
saham dengan pembeli saham yang di divestasikan. Momentumnya terjadinya kontrak, tidak cukup
dengan adanya kesepatakan para pihak, tetapi harus dituangkan dalam sebuah kontrak jual beli
saham yang ditandatangani oleh para pihak.

Model divestasi yang dianjukan adalah pengumuman secara terbukan pada bursa efek Indonesia,
sedangkan waktu yang dianggap paling tepat adalah dengan melakukan prediksi secara technical
dan fundamental terhadap kinerja saham PT. Delta Djakarta, Tbk

Gambar 4-9 Proyeksi saham PT. Delta Djakarta, Tbk


Hasil Analisis Konsultan

63
1. Harga On The Spot 3910
2. Trend Secara Long Term Masih Menunjukkan Indikasi Turun
3. Nilai Psikologis Atas 4000
4. Sampai Maret 2022 Secara Teknikal Nilai Tersebut Akan Semakin Turun
5. Fundamental Menunjukkan Indikasi Penurunan
6. Jika Di Level 4000 Batas Psikologis Tidak Mengalami Kenaikan Maka Harga Saham Delta
Djakarta Akan Turun
7. Di Posisi Antara Harga 3700 – 3900 Bisa Dilakukan Divestasi

4.3.4. Metode Divestasi (Divestitur).


Likuidasi. Asset perusahaan mungkin memiliki nilai yang lebih tinggi jika dilakukan likuidasi
(liquidation) dari pada nilai sekarang dari aliran arus kas yang diharapkan, yang berasal dari asset
tersebut. melalui likuidasi, penjual dapat menjual asset kebanyak pihak, yang dapat menghasilkan
nilai yang lebih tinggi untuk direalisasi dari pada jika harus dijual secara satu kesatuan. Pelepasan
sebagian. Dalam hal pelepasan (self-off) sebagian, hanya sebagian dari perusahaan yang dijual. Ketika
sebuah unit bisnis dijual, pembayaran biasanya diberikan dalam bentuk tunai atau sekuritas.

Pemisahan Perusahaan. Serupa dengan pelepasan, pemisahan (spin-off) melibatkan keputusan


divestasi atas sebuah unit bisnis, seperti anak perusahaan yang berdiri sendiri atau sebuah divisi.
Dalam pemisahan, unit bisnis tersebut tidak dijual secara tunai atau melalui sekuritas. Akan tetapi,
saham biasa dalam unit tersebut didistribusikan kepada pemegang saham perusahaan secara
prorata.

Equity Carve-Out Equity Care-Out hampir sama dalam beberapa hal dengan kedua bentuk divestasi
yang telah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi, saham biasa di unit bisnis terkait di jual ke public. IPO
biasanya hanya melibatkan beberapa bagian saham anak perusahaan tersebut. biasanya, induk
perusahaan tetap memiliki ekuitas di anak perusahaan tersebut dan tidak menyerahkan kendali. Cara
Melakukan Penawaran Dalam Proses Divestasi Saham ada dua (2) cara penawaran dalam proses
divestasi saham, yaitu secara :

Secara Langsung. Penawaran secara langsung merupakan penawaran dimana penanam modal asing
secara langsung menawarkan saham yang didivestasi kepada pihak lainnya. Berdasarkan penawaran

64
itu, calon pembeli dapat menyetujui atau menolak tawaran yang dilakukan oleh penanam modal
asing. Penawaran secara langsung dilakukan kepada :

a. Pemerintah
b. Pemerintah Daerah
c. Bada Usaha Milik Negara (BUMN)
d. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
e. Badan Usaha Swasta Nasional.

Secara Lelang. Penawaran secara lelang merupakan penawaran yang dilakukan oleh penanam modal
asing kepada pihak lainnya untuk memperoleh harga tertinggi. Penawaran secara lelang dilakukan
terhadap :

a. Badan Usaha Swasta Nasional.


b. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD
c. Bada Usaha Milik Negara (BUMN)

4.3.5. Mekanime Divestasi


Sebelum pelaksanaan Divestasi perlu melakukan beberapa kegiatan yang diperlukan ataupun
dipersyaratkan terkait rencana divestasi . Kegiatan yang telah dilakukan tersebut antara lain:

1. Legal Due Dilligence Legal (uji tuntas) perlu dilakukan oleh Konsultan Hukum Pasar Modal14
untuk mengetahui perusahaan target yang akan divestasi. Legal due dilligence dilakukan
mengikuti ketentuan standar telah ditentukan oleh Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal
(HKHPM). Pemprov dki dapat menunjuk menunjuk Konsultan Hukum independen yang
ditugaskan untuk melakukan audit atas perusahaan target dan konsultan hukum tersebut
memberikan legal due dilligence report serta legal opinion atas hasil penugasan yang telah
dilakukan. Legal Due Dilligence Report dan Legal Opinion tersebut dijadikan dasar oleh
Pemerintah Pronvinsi DKI Jakarta untuk mengambil keputusan dari sisi hukum atas rencana
divestasi
Uji Tuntas sehubungan dengan Pengambilalihan Saham dilakukan dengan menganalisa aspek-
aspek berikut:
1. hambatan dan batasan yang ada atau yang mungkin timbul terhadap rencana
Pengambilalihan Saham dilihat dari peraturan perundang-undangan yang berlaku,
anggaran dasar, perijinan, perjanjian, dan perkara yang dihadapi;

65
2. akibat hukum dari Pengambilalihan Saham terhadap pihak-pihak yang bertransaksi;
3. struktur permodalan dan pemegang saham sebelum dan sesudah Pengambilalihan
Saham dari perusahaan yang diambil-alih yang menunjukkan siapa yang menjadi pihak
pengendali; 4. aktiva dan passiva dari perusahaan yang diambil-alih;
4. perubahan anggaran dasar dari perusahaan yang diambil-alih (apabila ada);
5. tindakan korporasi dan persetujuan-persetujuan yang diperlukan untuk
melaksanakan transaksi Pengambilalihan Saham;
6. keabsahan pemilikan saham oleh penjual dan pembebanan atas saham (apabila ada);
dan 8. syarat dan ketentuan penting dalam perjanjian Pengambilalihan Saham.
Materi Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada Pengambilalihan Saham
adalah dokumen-dokumen, sesuai dengan aspek-aspek yang perlu dianalisa sebagaimana
diatur dalam angka [20] dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur
Pengambilalihan Saham, dengan memperhatikan kepentingan pemodal
2. Business and Asset Valuation Konsultan Penilai yang dapat melakukan penilaian adalah
konsultan penilai yang terdaftar di OJK dan melakukan penilaian mengikuti ketentuan yang
diatur dalam peraturan OJK dan Kode Etik yang berlaku bagi profesi penunjang pasar modal
dalam hal ini Konsultan Penilai.16 Peraturan OJK yang harus dipenuhi antara lain Lampiran
Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-196/BL/2012 Tanggal : 19 April 2012.
Dalam hal penilaian yang dilakukan oleh Penilai Usaha mengacu pada hasil penilaian properti,
maka:
1. hasil penilaian properti yang digunakan sebagai acuan adalah hasil penilaian properti yang
diterbitkan oleh Penilai Properti;
2. hasil penilaian properti yang dijadikan acuan wajib dilampirkan dalam Laporan Penilaian
Usaha; dan
3. Tanggal Penilaian (Cut Off Date) pada Penilaian Usaha wajib sama dengan Tanggal
Penilaian (Cut Off Date) pada penilaian properti.
Dalam hal penilaian yang dilakukan oleh Penilai Usaha mengacu pada hasil Penilaian Usaha,
maka:
1. hasil Penilaian Usaha yang digunakan sebagai acuan adalah hasil Penilaian Usaha yang
diterbitkan oleh Penilai Usaha;
2. hasil Penilaian Usaha yang dijadikan acuan wajib dilampirkan dalam Laporan Penilaian
Usaha; dan

66
3. Tanggal Penilaian (Cut Off Date) pada Penilaian Usaha yang dijadikan acuan wajib sama
dengan Tanggal Penilaian (Cut Off Date) pada Penilaian Usaha
3. Persetujuan Kreditor Berdasar tambahan keterbukaan informasi yang akan dilakukan dan
diumukan dalam surat kabar atau media lainnya sehingga diumumkan rencana divestasi
tidak terdapat negative covenant dari kreditur atau pihak lainnya yang dapat menghalangi
rencana transaksi tersebut
4. Keterbukaan Informasi Kepada Pemegang Saham Atas rencana divestasi tersebut Pemerintah
Pronvinsi DKI Jakarta telah melakukan pengumuman kepada publik atas informasi material
yang ada. Informasi material tersebut telah diumumkan dalam surat kabar dan tambahan
informasi material juga diumumkan melalui surat kabar atau media lainnya . Dalam informasi
material kepada publik itu terdiri atas informasi-informasi antara lain
 uraian mengenai Transaksi Material yang akan dilakukan, yang meliputi sekurang-
kurangnya tentang nilai transaksi dan pihak-pihak yang melakukan transaksi
(nama, alamat, telepon, pengurusan, dan pengawasan);
 laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar penilaian adalah laporan
keuangan yang telah diaudit oleh akuntan yang terdaftar di negara yang
bersangkutan untuk penilaian atas perusahaan yang berada di luar yurisdiksi
Indonesia;
 jangka waktu antara tanggal laporan keuangan dan Tanggal Laporan Penilaian
Usaha tidak lebih dari 6 (enam) bulan; dan
 Tanggal Penilaian (Cut Off Date) yang digunakan oleh Penilai Usaha wajib sama
dengan tanggal laporan keuangan.

Dalam hal Penilai Usaha melakukan revisi atas Laporan Penilaian Usaha, maka Penilai
Usaha wajib menerbitkan kembali Laporan Penilaian Usaha dengan tanggal dan nomor
yang berbeda dengan disertai alasan dan penjelasan diterbitkannya revisi atas Laporan
Penilaian Usaha dimaksud. Fakta dan perubahan yang material wajib diungkapkan dalam
Laporan Penilaian Usaha yang telah direvisi tersebut. Laporan Penilaian Usaha berlaku
selama 6 (enam) bulan sejak Tanggal Penilaian (Cut Off Date), kecuali terdapat hal-hal
yang dapat mempengaruhi kesimpulan Nilai lebih dari 5% (lima perseratus).

67
5. Pelaksanaan Divestasi
Divestasi yang akan dilakukan atas penjualan seluruh saham Pemerintah Pronvinsi DKI Jakarta
atau 26.58 % dibuat di hadapan Notaris Dimana untuk pelaksanaan jual beli saham tersebut
telah mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham PT. DELTA DJAKARTA, TBK Para
Pihak Dalam Divestasi Bertindak sebagai pihak yang mengalihkan kepemilikan saham,
keterangan dan data tentang PT DELTA DJAKARTA telah diuraikan pada bagian Akuisisi
tersebut diatas. Berdasarkan surat yang kirimkan oleh emiten dan diumumkan di website
bursa efek, sebagai pihak yang mengakuisisi Saham pt delta Djakarta

4.3.6. Analisis Terhadap Penilaian Objek Yang Di Divestasi


appraisal atau penilaian terhadap objek divestasi yang dilakukan oleh Konsultan Penilai yang
terdaftar di OJK. Terdiri dari

1. total aset sebelum eliminasi pada laporan keuangan


2. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:
a. mengalihkan kekayaan Perseroan; atau
b. menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan;
3. Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah transaksi pengalihan kekayaan
bersih Perseroan yang terjadi dalam jangka waktu 1 (satu) tahun buku atau jangka waktu yang
lebih lama sebagaimana diatur dalam anggaran dasar Perseroan.
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak berlaku terhadap tindakan pengalihan
atau penjaminan kekayaan Perseroan yang dilakukan oleh Direksi sebagai pelaksanaan
kegiatan usaha Perseroan sesuai dengan anggaran dasarnya.
5. Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tanpa persetujuan RUPS, tetap
mengikat Perseroan sepanjang pihak lain dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik.

4.3.7. Pedoman Pelaksanaan Penawaran, Evaluasi, Serta Perhitungan Harga Saham Divestasi
Penetapan Pedoman Pelaksanaan Penawaran, Evaluasi, serta Perhitungan Harga Saham Divestasi
merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses divestasi saham PT delta Djakarta, adapun
pedoman pelaksanaan penawaran evaluasi serta perhitungan harga saham divestasi dapat dilihat
pada :

68
Gambar 4-10 Pelaksanaan Penawaran Evaluasi Serta Perhitungan Harga Saham Divestasi
PT. Delta Djakarta, tbk
Hasil analisis konsultan

4.3.7.1. Penawaran Divestasi Saham


a. Pengajuan penawaran PEMERINTAH PRONVINSI DKI JAKARTA mengajukan penawaran
divestasi saham kepada PT. DELTA DJAKARTA, Tbk dengan menyampaikan:
1) surat penawaran divestasi saham yang ditandatangani di atas materai oleh direksi Badan
Usaha yang berisi besaran saham divestasi yang akan dijual dan harga saham divestasi;
2) dokumen kelengkapan penawaran divestasi saham sebagai berikut:
a) daftar susunan direksi dan komisaris yang dilengkapi dengan identitas dan nomor
pokok wajib pajak dan/atau tax identity;
b) daftar pemegang saham sampai dengan penerima manfaat akhir (beneficial
ownership);

69
c) dokumen perhitungan harga saham divestasi sesuai dengan surat penawaran
sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang sekurang-kurangnya memuat data:
1) pendekatan dan metode analisis investasi;
2) asumsi-asumsi penilaian;
3) biaya investasi;
4) biaya penambangan;
5) depresiasi dan amortisasi;
6) proyeksi keuangan; dan
7) aplikasi diskon dan premi.
d) data neraca sumber daya dan cadangan yang telah diverifikasi oleh competent
person;
e) dokumen studi kelayakan yang telah mendapat persetujuan;
f) laporan keuangan 3 (tiga) tahun terakhir yang telah diaudit oleh Akuntan Publik.
b. Perhitungan harga saham divestasi PT DELTA DJAKARTA dan pemprov DKI melakukan
perhitungan harga saham divestasi dengan menggunakan metode:
1) discounted cash flow atas manfaat ekonomis berdasarkan arus kas bebas selama periode
dari waktu pelaksanaan divestasi saham hingga yang lebih cepat antara:
a) akhir masa berlakunya kepemilikan saham PEMERINTAH PRONVINSI DKI JAKARTA
termasuk jangka waktu perpanjangannya; atau
b) umur cadangan sesuai dengan dokumen studi kelayakan yang telah mendapat
persetujuan; dan/atau
2) perbandingan data pasar (market data benchmarking).
3) asumsi-asumsi keuangan:
a) harga sesuai dengan Harga pasar;
b) eskalasi harga berdasarkan sumber yang diakui secara internasional;
c) eskalasi biaya berdasarkan data historis perusahaan;
d) penerimaan negara menggunakan tarif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan atau ketentuan lain yang diatur dalam kontrak;
e) nilai tukar rata-rata (kurs tengah) Bank Indonesia pada saat penawaran divestasi
saham diajukan; dan
f) mata uang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

70
4) tingkat diskonto yang wajib mencerminkan biaya kapital ratarata tertimbang (weighted
average cost of capital) yang digunakan untuk menghasilkan arus kas sesuai dengan
formula sebagai berikut:

Keterangan:
Kd adalah tingkat bunga utang perusahaan (cost of debt)
Ke adalah biaya ekuitas (the required rate of return)
t adalah tarif pajak (tax rate)
D (dalam persentase) adalah prosentase utang (debt) dalam debt-to-equity ratio
E (dalam persentase) adalah prosentase ekuitas (equity) dalam debt-to-equity ratio
Rf adalah tingkat suku bunga bebas resiko (risk-free rate) Beta (β) adalah koefisien beta
(Rm – Rf) adalah premi resiko ekuitas (equity risk premium)

5) komponen-komponen weighted average cost of capital dalam menghasilkan arus kas


sebagai berikut:
a) menghitung biaya ekuitas dengan memperhatikan:
a. tingkat imbal hasil atas penempatan dana pada suatu investasi yang berisiko;
b. biaya ekuitas saham preferen yang merupakan dividen saham preferen yang
dibayarkan; dan
c. perkiraan inflasi.
b) imbal hasil dari investasi yang sebanding (comparable investments);
c) biaya utang yang digolongkan sebagai struktur modal;
d) risiko industri dan kondisi perusahaan;
e) melakukan prosedur sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a) mengidentifikasi jenis transaksi dengan mengeliminasi transaksi-transaksi
tidak berulang (non recurry transaction)
b) mengidentifikasi sumber pembiayaan yang digunakan; dan
c) menetapkan utang yang digolongkan sebagai struktur modal yang memenuhi
ketentuan antara lain:
i) utang tidak berbunga kepada pemegang saham; dan

71
ii) utang jangka pendek berbunga yang masuk ke dalam golongan
modal kerja permanen.
f) menghitung persentase struktur modal atau tingkat leverage perusahaan dengan
ketentuan dalam hal penilaian dilakukan atas Objek Penilaian yang merupakan
kepemilikan minoritas dan mayoritas, Penilai Bisnis wajib menggunakan struktur
modal berdasarkan nilai pasar perusahaan-perusahaan yang sebanding dalam
industry yang sama;
g) menggunakan data tingkat bunga pasar dari rata-rata bank yang melaksanakan
fungsi pembiayaan dalam menentukan biaya utang, baik utang jangka pendek
(utang modal kerja) maupun utang jangka panjang (utang investasi);
h) melakukan penyesuaian dalam hal terdapat pembiayaan utang dengan tingkat
bunga yang berbeda dengan tingkat bunga pasar untuk mencerminkan risiko yang
sebanding pada Objek Penilaian; dan
i) menghitung biaya modal rata-rata tertimbang secara proporsional berdasarkan
bobot setiap jenis struktur modal dan biaya dari setiap jenis struktur modal

4.3.7.2. Evaluasi dan Negosiasi Harga Saham


a. PEMERINTAH PRONVINSI DKI JAKARTA melakukan evaluasi dan negosiasi harga saham
divestasi yang ditawarkan dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak
diterimanya penawaran divestasi saham;
b. Dalam melakukan evaluasi, Pemerintah melalui Menteri dapat:
1) membentuk tim divestasi yang mempunyai tugas untuk melakukan evaluasi, dan
melaporkan hasil evaluasi harga saham divestasi kepada PEMPROV . Keanggotaan tim
divestasi sekurang-kurangnya terdiri atas perwakilan dari:
a) BPBUMD;
b) Kementerian Keuangan;
2) menunjuk penilai independen berdasarkan pertimbangan kredibilitas dan reputasi
calon penilai yang akan ditunjuk serta efisiensi dan efektivitas keuangan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

72
4.3.7.3. Penyelesaian Divestasi Saham
Pembayaran dan penyerahan saham divestasi dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 12
(dua belas) bulan setelah tanggal pernyataan divestasi dan dituangkan dalam akta jual beli saham
divestasi yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

4.4. ARAHAN PENGGUNAAN DANA HASIL DIVESTASI


Arahan penggunaan dana hasil divestasi sebaiknya dialokasikan pada hal hal yang sesuai dengan
Visi pembangunan jangka panjang DKI Jakarta dalam RPJPD Provinsi DKI Jakarta 2005- 2025,
Sebagaimana kita tahu bahwa arah kebijakan RPJPD Provinsi DKI Jakarta adalah

visi pemerintahan provinsi DKI Jakarta “Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Aman,
Nyaman, Sejahtera, Produktif, Berkelanjutan dan Berdaya Saing Global”. Visi tersebut diwujudkan
dengan 6 misi, yakni :

 Misi 1 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Prasarana dan Sarana Wilayah;


 Misi 2 Meningkatkan Perekonomian yang Kuat dan Berkualitas;
 Misi 3 Membangun Ketahanan Sosial dan Budaya;
 Misi 4 Meningkatkan Daya Dukung, Daya Tampung Lingkungan dan Efisiensi Pemanfaatan
Sumberdaya Alam;
 Misi 5 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pemerintahan;
 Misi 6 Memperkuat Inovasi dan Kreativitas Daerah.

Adapun tujuan RPJMD periode 2017-2022 (Tahap Ke-4)adalah memantapkan prestasi hasil
pembangunan yang telah diperoleh pada RPJMD periode 2013-2017, dengan fokus pada
pemantapan kualitas produktivitas masyarakat sesuai dengan sumber daya yang dimilliki, sehingga
seluruh masyarakat Jakarta dapat menikmati kesejahteraan, keamanan dan kenyamanan, dengan
terus memantapkan daya saing global. Pembangunan pada periode ini diarahkan pada :

Pemantapan Kapasitas dan Kualitas Prasarana dan Sarana Kota Jakarta


1. Sistem transportasi yang terpadu dan terintegrasi berfungsi dengan baik dalam meminimalkan
kemacetan dan efisiensi mobilitas kota melalui :
• Peningkatan sistem jaringan transportasi terpadu berupa berfungsinya 15 koridor Bus Rapid
Transit (BRT) dan Light Rapid Transit (LRT) secara mantap, efektif dan efisien, berfungsinya
Mass Rapid Transit (MRT) North-South Line koridor Lebak Bulus – Ancol secara optimal,

73
dibangunnya MRT East-West Line koridor Kembangan – Ujung Menteng, yang kesemuanya
terintegrasi juga dengan Kereta Lingkar Jakarta dan sistem transportasi pelabuhan.
• Peningkatan dan pengembangan kawasan Transit Oriented Development(TOD) modern
sehingga dapat mendukung mobilitas masyarakat secara efektif dan efisien.
2. Menghindari Banjir dan mengurangi/mengendalikan genangan melalui : Pemantapan sistem tata
air dan drainase, pemeliharaan badan sungai dan kanal dari sampah dan limbah, serta menjaga
luasan badan air permukaan waduk dan situ.
3. Pengolahan dan Pengendalian Sampah dan Limbah melalui :
• Pengembangan Intermediate Treatement Facility (ITF) dengan teknologi yang lebih
modern dan pemantapan sistem pengolahan sampah dan limbah terpadu berupa solid
waste treatment and final disposal serta pengembangan sistem sanitasi (sewerage system)
kota dengan area cakupan seluruh kota;
• Penguatan kerjasama pengelolaan sampah dan limbah dengan pemerintah daerah sekitar
juga dilakukan dalam menciptakan sistem pengolahan sampah dan limbah yang
terintegrasi dengan daerah sekitar.
4. Menjamin Kebutuhan Air Bersih/Air Minum melalui : Pembangunan jaringan air bersih yang
mencakup seluruh wilayah kota dan pengembangan penyediaan sistem jaringan air minum kota.
5. Menjamin Kebutuhan Energi melalui : Penguatan kebijakan efisiensi energi serta prasarana dan
sarana sumber energi baru dan terbarukan yang mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan
energi kota.
6. Pemantapan Pemenuhan Kebutuhan Hunian yang Layak melalui : Pengembangan hunian vertikal
yang terintegrasi dengan tata ruang kota serta penciptaan lingkungan kota yang bebas kumuh
merupakan prioritas dalam pembangunan permukiman di Jakarta.
7. Meningkatkan Sektor Perdagangan Melalui : Pembangunan dan peningkatan prasarana dan
sarana perdagangan diantaranya pemantapan pengembangan pelabuhan dan berfungsinya
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) secara efektif dan efisien yang mampu meningkatkan
pengembangan ekonomi.

Pemantapan Stabilitas Perekonomian Jakarta


Pemantapan stabilitas perekonomian Jakarta ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin
meningkat dan mantap dengan tetap memperhatikan pemerataan dan keadilan serta inklusifitas.
Struktur ekonomi semakin terdiversifikasi sehingga menjadi semakin kokoh dan mantap. Produk

74
masyarakat semakin berkualitas karena semakin berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
proses produksinya. Selain itu, dalam melakukan kegiatan ekonomi, masyarakat semakin mampu
dalam menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif. Daya beli masyarakat terkelola dengan
baik sehingga tidak mengakibatkan penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat
terwujud melalui :

1. Pemantapan sistem distribusi barang kebutuhan masyarakat Jakarta;


2. Berfungsinya lembaga ketahanan pangan secara profesional sehingga dapat
meningkatkan stabilitas ketersediaan pangan;
3. Berfungsinya secara mantap kawasan ekonomi;
4. Beroperasi dan berfungsinya lembaga perekonomian profesional yang mendukung
masyarakat;
5. Menjaga tingkat pengangguran dalam batas tertentu sehingga masih mampu mendukung
kegiatan produksi, sehingga perekonomian tetap sehat dan mantap;
6. Meningkatkan iklim investasi dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang
semakin berkualitas;
7. Menyediakan sistem perijinan usaha yang terintegrasi dengan sistem kegiatan ekonomi
lainnya sehingga perekonomian terus tumbuh berkelanjutan, hal ini ditandai dengan
wirausaha dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah serta kelompok kelas profesional
semakin mantap dan berkualitas.

Pemantapan Ketahanan Sosial Budaya


Untuk mewujudkan pemantapan ketahanan sosial budaya diperlukan :

1. Pemantapan akses pendidikan bagi seluruh warga Jakarta untuk pendidikan yang
kualitas dan mampu bersaing. Selain itu kualitas pendidikan relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan mampu mendukung pembangunan secara
keseluruhan;
2. Mengarahkan warga Jakarta untuk menjadi warga yang lebih berbudaya dalam
lingkungan multikultur termasuk kelompok pemuda melalui revitalisasi
kelembagaan pemuda sehingga harmonisasi hubungan masyarakat dalam budaya
multikultur semakin mantap;

75
3. Pemantapan pengarustamaan gender dan anak melalui kebijakan yang
komprehensif dan tepat sasaran dengan mengedepankan proses partisipatif;
4. Menyediakan prasarana dan sarana kesehatan yang mencukupi serta
menyediakan kebijakan kesehatan yang komprehensif sehingga derajat kesehatan
warga Jakarta semakin mantap.

Pemantapan Pengendalian Kualitas Lingkungan Hidup Dan Sumberdaya Alam


Pemantapan pengendalian kualitas lingkungan hidup dan sumber daya alam diupayakan semakin
diperkuat menuju lingkungan kota yang berkelanjutan, melalui:

1. Pengendalian pencemaran udara, air dan tanah sesuai baku mutu lingkungan menjadikan
lingkungan perkotaan menjadi lebih bersih, sehat dan berkualitas;
2. Berbagai kebijakan dan rencana aksi diterapkan dalam memperkuat antisipasi perubahan
iklim demi pengurangan emisi gas rumah kaca. Pembangunan Jakarta Coastal Defense
Strategy (JCDS) terus dilaksanakan dan dikembangkan;
3. Efisiensi pemanfaatan sumber daya energi dan air tanah diperkuat dengan menerapkan
prinsip pembangunan berkelanjutan dalam bentuk penguatan kebijakan efisiensi energi dan
pengurangan pemanfaatan air tanah menjadi pemanfaatan air olahan (recycle) dan air hujan
menggunakan sistem tadah hujan (rain water harvesting) sehingga optimalisasi daya dukung
dan daya tampung kota dapat terwujud;
4. Penggunaan energi terbarukan pada sebagian besar sarana transportasi umum dan
penerapan kebijakan energi efisiensi pada sebagian besar gedung-gedung bertingkat, dalam
rangka menuju kota berketahanan energi;
5. Melakukan penguatan kawasan lindung, hutan mangrove, dan daerah resapan air yang
mampu menjaga keseimbangan ekosistem kota dan mengurangi risiko degradasi lingkungan;
6. Peningkatan luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan menciptakan badan air permukaan
(sungai, kanal, waduk, situ, dan saluran) yang bebas sampah sehingga kualitas air sungai
semakin membaik di atas baku mutu lingkungan, disamping itu juga merupakan upaya
mitigasi bencana dan manajemen pengelolaan bencana (disaster management) kota.

Pemantapan Kualitas Organisasi Pemerintah


Pemantapan kualitas organisasi pemerintah diarahkan mampu melayani masyarakat sesuai dengan
perkembangan situasi dan kondisi, melalui :

76
1. Pemberian kewenangan dilakukan secara proporsional sesuai dengan tugas dan fungsinya
dengan didukung oleh ketatalaksanaan yang tangguh;
2. Memantapkan akuntabilitas publik dalam hal pelayanan masyarakat;
3. Memantapkan struktur birokrasi dan aparatur, hubungan antar lembaga, BUMD dan
swasta semakin kokoh sehingga menghilangkan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme,
serta mengurangi ekonomi biaya tinggi dan konflik kepentingan.

Pengembangan Kapasitas Ide, Kreativitas dan Inovasi Masyarakat Jakarta


Pengembangan kapasitas ide, kreativitas dan inovasi masyarakat Jakarta secara berkelanjutan
dengan memanfaatkan jaringan regional dan global sehingga hasilnya lebih berdaya guna dan
berhasil guna bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Pemantapan kapasitas dan kualitas
sumber daya daerah untuk mendukung pelaksanaan penelitian, penciptaan, dan inovasi yang sesuai
dengan kubutuhan masyarakat Jakarta sehingga hasil lebih berkualitas dan berdaya saing. Dengan
demikian akan mendorong kemampuan dan keunggulan kompetitif untuk bersaing secara global
sehingga meningkatkan nilai ekonomi daerah dan memajukan kesejahteraan masyarakat. Selain itu,
kebijakan pengembangan kreativitas dan inovasi pada periode ini diarahkan untuk pemantapan
apresiasi. Berdasarkan RPJPD 2005-2025, pada periode tahun 2017-2022 proyeksi jumlah penduduk
mencapai 10,6 – 11 juta dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 7,6 – 8,2 persen dan PDRB per
kapita Rp.195 juta – Rp.280 juta per tahun. Kondisi ini diproyeksikan mampu mengendalikan tingkat
kemiskinan sebesar 2,7-3,1 persen. Selain itu, pada periode ini, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
diproyeksikan mencapai 82,5 – 84,1. Isu strategis pembangunan DKI Jakarta tahun 2017-2022
merupakan aspek global dalam penentuan kebijakan umum pembangunan jangka memengah
berdasarkan permasalahan pembangunan. Isu-isu strategis Provinsi DKI Jakarta tahun 2017-2022
disusun dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :

a. permasalahan strategis berdasarkan hasil analisa data;


b. isu-isu strategis dalam RPJPD Tahun 2005-2025;
c. kebijakan dalam RTRW 2030;
d. kebijakan dalam RPJMN serta RPJMD Prov/Kab/Kota penyangga;
e. tujuan pembangunan dalam SDGs, serta;
f. Isu-isu global yang sedang berkembang;

77
No Isu Utama Isu-isu strategis
1. Isu Pembangunan Manusia • Isu Peningkatan Kualitas Pendidikan
• Isu Peningkatan Kualitas PembangunanKesehatan
• Isu Penguatan Kesetaraan Akses Untuk Disabilitas
• Isu Permuliaan Perempuan
• Isu Pemuda dan Olahraga
2. Isu Percepatan Ekonomi dan • Isu Penguatan Ketahanan Pangan
Infrastruktur • Isu Industri Kreatif Yang Berdaya Saing
• Isu Pengurangan Ketimpangan Ekonomi dan PerluasanKesempatan
Kerja
• Isu Antisipasi Banjir, Rob dan Genangan
• Isu Ketahanan Energi
• Isu Pengembangan Sistem Transportasi
• Isu Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota
3. Isu Integritas Aparatur • Isu Reformasi Birokrasi
• Isu Pengelolaan Pembiayaan Pembangunan
4. Isu Kota Lestari • Isu Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan danPermukiman
Kota
• Isu Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
5. Isu Jakarta sebagai SimpulKemajuan • Isu Pembangunan Budaya Multikultur
• Isu Penguatan Inovasi dan Kreativitas Daerah

Tabel 4-13 Pilihan alokasi hasil divestasi pada Isu strategis pembangunan DKI Jakarta tahun 2017-2022
Sumber : RJPMD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta data diolah

4.4.1. Orientasi Penggunaan Hasil Divestasi


Orientasi penggunaan hasil divestasi dapat diarahkan pada kebijakan strategis pembangunan
manusia dan kebijakan strategis percepatan ekonomi dan infrastruktur adapun uraian orientasi
alokasi hasil divestasi tersebut adalah

78
Gambar 4-11 Orientasi Arahan Kebijakan Penggunaan Hasil Divestasi
Hasil analisis konsultan

4.4.1.1. Kebijakan strategis Pembangunan Manusia


penggunaan hasil divestasi dapat dialokasikan untuk Isu strategis pembangunan manusia yang
terdiri dari

A. Peningkatan Kualitas Pendidikan


Kondisi pendidikan di DKI Jakarta secara umum sudah menunjukkan capaian yang cukup baik, namun
masih terdapat beberapa aspek yang perlu ditingkatkan dalam rangka menciptakan pelayanan
pendidikan prima bagi masyarakat. Dalam menghadapi tantangan ke depan dengan adanya MEA dan
globalisasi perlu memperhatikanakses pendidikan berkualitas yang menjangkau seluruh kalangan,
baik kaum disabilitas maupun yang sudah mencapai usia non sekolah, namun belum mengenyam
pendidikan secara baik (belum lulus pendidikan dasar). Kemudian hal lain yang perlu menjadi
perhatian adalah Angka Partisipasi Murni tingkat SMA sederajat di DKI Jakarta belum optimal. Ini
artinya masih ada anak-anak usia SMA di DKI Jakarta yang seharusnya berada di bangku sekolah,
namun mereka tidak berkesempatan untuk bersekolah.

Saat ini pendidikan Madrasah di DKI Jakarta, khususnya Madrasah swasta juga masih memerlukan
perhatian khusus. Perluasan kesejahteraan tenaga pendidik swasta dan bantuan operasional
pendidikan perlu dikaji lebih lanjut dalam rangka peningkatan kualitas mutu pendidikan. Peningkatan
mutu pendidikan juga perlu didorong khusus untuk wilayah Kepulauan Seribu.

79
Untuk menjaga kualitas pendidikan di DKI Jakarta sendiri juga diperlukan suatu ukuran agar kualitas
pendidikan DKI dapat lebih unggul dibandingkan dengan daerah lainnya. Dalam hal menambah
wawasan siswa sekolah tentang kondisi global, dapat dilakukan proses pertukaran pelajar secara
reguler, khususnya dengan negara-negara tetangga. Kemudian ancaman globalisasi dapat
diminimalisir dengan penciptaan lulusan sekolah yang sudah memiliki keterampilan Oleh karena itu
dapat dipertimbangkan pula untuk menciptakan sekolah kejuruan dengan bidang yang dibutuhkan
dalam mendukung kegiatan perekonomian DKI Jakarta.

Untuk kualitas pendidikan anak sejak dini,perlu didorong peningkatan jumlah dan kualitas sekolah
PAUD di Jakarta. Kemudian untuk tenaga pengajar/ guru PAUD, terutama PAUD Kelompok Belajar,
Tempat Penitipan Anak, Status PAUD Sejenis (SPS), serta Taman Pendidikan Al Quran, juga perlu
mendapat perhatian. Yang perlu menjadi perhatian kedepan adalah Pembelajaran PAUD yang
membangun sikap dan pembelajaran baca-tulis-hitung (calistung) yang bernuansa akademik.

Adapun orientasi penggunaan hasil divestasi dapat digunakan untuk mendukung program
pendidikan dapat diarahkan pada:

• Pogram Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat


• Program Wajib Belajar 12 Tahun
• Program Peningkatan Mutu Pendidikan
• Program Pengembangan Guru dan Tenaga Kependidikan
• Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan
• Program Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
• Program Peningkatan dan Pengelolaan Kantor Urusan Pendidikan
• Program Pengelolaan Kendaraan Operasional Urusan Pendidikan

B. Peningkatan Kualitas Pembangunan Kesehatan


Status Jakarta sebagai ibu kota negara dan pusat perekonomian menarik masyarakat untuk datang
mencari kesempatan kerja di Jakarta. Hal tersebut harus diimbangi dengan pelayanan kesehatan
yang memadai untuk mengakomodasi kebutuhan jumlah penduduk yang kian

bertambah. Terkendalanya akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan akan berimplikasi pada
berbagai masalah kesehatan. Terkait dengan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat melalui
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kendala yang masih dihadapi saat ini antara lain
meningkatnya penggunaan kartu JKN/KIS dalam upaya kuratif. Perlu ada langkah terobosan yang

80
tidak hanya fokus pada upaya pengobatan, tetapi fokus pada upaya preventif (pencegahan) dan
promotif berbasis siklus kehidupan manusia (Continuum of Care) melalui pendekatan keluarga.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus menanggulangi berbagai isu beban penyakit yaitu masih
tingginya kejadian penyakit menular (contoh: Tuberkulosis, HIV/AIDS), meningkatnya kejadian
Penyakit Tidak menular (PTM) (Contoh: Diabetes, Hipertensi) dan masih terdapatnya berbagai
kejadian Re-Emerging Disease (contoh: Difteri, Polio) serta New-Emerging Disease (contoh: Flu
Burung). Selain itu, permasalahan kesehatan di Provinsi DKI Jakarta juga masih terfokus pada upaya
penurunan angka kematian Ibu dan bayi, yang salah satu penyebabnya adalah kendala akses
pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga perlu memberikan perhatian lebih untuk kaum masyarakat
lanjut usia. Diketahui bahwa angka harapan hidup semakin meningkat di Jakarta, jumlah penduduk
usia 60 tahun keatas (Lansia) semakin bertambah. Dalam prosesnya menjadi tua, Lansia akan
mengalami permasalahan seperti menurunnya tingkat penghasilan, kondisi fisik dan kesehatan yang
kian melemah, termasuk kondisi sosial dan psikologisnya.Adapun jumlah “lanjut usia terlantar” di DKI
Jakarta pada tahun 2015 sebanyak 6.684 orang (Jakarta Dalam Angka, 2015), dan jumlah penduduk
Lansia lebih dari 65 tahun sebesar 396.379 orang.

Selain permasalahan dalam pengendalian penyakit, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga
memfokuskan pada upaya pengendalian masalah gizi masyarakat, salah satunya adalah stunting.
Persentase balita stunting (pendek) hasil Riskesdas Tahun 2013 tercatat sebesar 27,5 persen, Hasil
Pemantauan Status Gizi (PSG) 2015 sebesar 23,1 persen dan hasil PSG 2016 sebesar 20,1 persen.
Walaupun hasil PSG mengalami penurunan tetapi balita stunting masih menjadi permasalahan gizi
masyarakat sesuai dengan batasan WHO yaitu kurang dari 20 persen.

Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada kelompok 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23 bulan, karena penanggulangan balita
pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000 HPK. Periode HPK meliputi yang 270 hari selama
kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi yang dilahirkan telah dibuktikan secara ilmiah
merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena itu, periode ini ada yang
menyebutnya sebagai “periode emas”, “periode kritis”, atau yang dikenal sebagai “window of
opportunity”. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam
jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan

81
fisik,dengan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk
yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes,
kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua,
serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.

Adapun orientasi penggunaan hasil divestasi dapat digunakan untuk mendukung Peningkatan
Kualitas Pembangunan Kesehatan adalah :

• Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Daerah


• Program Peningkatan dan Pengelolaan Kantor Urusan Kesehatan
• Program Pengelolaan Kendaraan Operasional Urusan Kesehatan
• Program Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan
• Peningkatan Prasarana dan Sarana Bidang Kesehatan : Upaya kesehatan masyarakat
dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan
berkesinambungan, dengan fokus pada upaya promotif dan preventif, dengan tetap tidak
mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan masyarakat
yang terus dikembangkan adalah berupa layanan preventif promotif yang diselenggarakan
oleh tenaga kesehatan masyarakat yang kompeten (sarjana kesehatan masyarakat, ahli gizi,
epidemiolog, sanitarian dan tenaga kesehatan masyarakat lainnya) untuk mengatasi
permasalahan kesehatan masyarakat. Selanjutnya upaya tersebut dikombinasikan secara
komprehensif melalui pendekatan Continuum of Care pada semua tingkatan usia dalam
kerangka besar program OK O-Care (One Kelurahan with Outstanding Care), yang diselaraskan
dengan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Pelaksanaan pola pelayanan
kesehatan masyarakat inilah yang akan dikembangkan di setiap kelurahan di Provinsi DKI
Jakarta, dengan demikian akan terbentuk 267 fasilitas kesehatan masyarakat tingkat pertama
sebagai dasar peningkatan status kesehatan masyarakat Provinsi DKI Jakarta.

82
Gambar 4-12 Program Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat
Sumber : RJPMD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

• Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)


• Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Urusan Kesehatan

4.4.1.2. Kebijakan strategis Percepatan Ekonomi dan Infrastruktur

A. Isu Penguatan Ketahanan Pangan


Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling hakiki bagi manusia. Pemenuhan kebutuhan pangan
merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi agar kelangsungan hidup masyarakat terjaga dengan
baik. Disisi lain tingkat ketergantungan pangan DKI Jakarta pada daerah lain mencapai 95 persen.
Dengan demikian keterjaminan kelangsungan pasokan pangan bagi seluruh warga Jakarta menjadi
isu penting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun diketahui bahwa
tingginya inflasi volatile food menunjukkan harga bahan pangan sukar dikendalikan dan membuat
warga kesulitan mendapatkan bahan pokok dengan harga terjangkau. Kondisi tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya adalah gangguan kelancaran distribusi bahan pokok; rantai
distribusi yang panjang dan pasokan yang tidak menentu, Infrastruktur logistik yang kurang,
kurangnya moda transportasi untuk mengangkut kebutuhan bahan pokok dari daerah penghasil, dan
tidak adanya tempat-tempat untuk menyimpan bahan pangan yang dekat dengan warga. Kondisi ini
diperburuk dengan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta dari sektor pertanian yang setiap tahun
terus menurun dan belum digalakannya pertanian kota.

83
Kendala lain yang dihadapi adalah masih terdapatnya indikasi bahan-bahan berbahaya dalam pangan
yang tersedia di DKI Jakarta. Oleh karena itu diperlukan pengawasan dan pengendalian kualitas
kesehatan pangan serta pengawasan distribusi pangan. Pengawasan dan pengendalian tersebut juga
diharapkan dapat mencegah spekulasi distibusi pangan.

Kemudian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di DKI Jakarta, diperlukan penguatan
kelembagaan dengan mengedepankan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas
sumber daya manusia, peningkatan akses atau keterjangkauan pangan, serta peningkatan distribusi
dan diversifikasi pangan. Untuk mencapainya, maka sinergitas Pemerintah dengan dunia usaha
menjadi mutlak diperlukan dengan cara mendorong BUMD sektor pangan berperan serta dalam
menjamin ketersediaan bahan pangan pokok dengan harga yang stabil. Upaya lain yang perlu
dilakukan adalah optimalisasi kerjasama antar daerah pemasok pangan utama guna memastikan
pasokan tetap stabil dan terjaga, dengan cara penguatan jalur distribusi pangan. Dengan demikian
amanat RPJMN 2015-2019 berupa peningkatan kualitas konsumsi pangan dalam bentuk mencapai
skor Pola Pangan Harapan (PPH) dapat tercapai.

Adapun rencana pengembangan ketahanan pangan lima tahun kedepan ditujukan untuk menjamin
ketersediaan pangan dalam jumlah dan mutu sesuai standar sepanjang waktu di setiap wilayah
Provinsi DKI Jakarta; menjamin stabilitas harga pangan strategis supaya dapat diakses oleh setiap
individu penduduk DKI Jakarta; menjamin akses pangan bagi setiap warga DKI Jakarta khususnya bagi
kelompok berpendapatan rendah dan kelompok khusus (lansia, jompo, bayi, ibu hamil); dan
menjamin status kesehatan setiap penduduk DKI dari bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh pangan
yang tidak aman atau penyakit yang ditularkan lewat makanan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan pengembangan potensi produksi pangan dengan
memanfaatkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang unit usahanya bergerak dibidang pangan,
selain untuk menjamin ketersediaan pangan juga untuk menjaga stabilisasi harga pangan dan
pengendalian inflasi.

Dalam menjalankan tugas tersebut, BUMD dapat mengendalikan ketersediaan dan kestabilan harga
pangan dengan melakukan usaha pengadaan pangan sendiri baik dengan membangun kawasan
sentra produksi pangan di daerah lain, menyewa lahan, kontrak farming, pembelian lahan dan/atau
pengajuan hak pakai atau hak guna usaha atas tanah negara. Dalam hal pengadaan pangan, BUMD
juga dapat melakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah lain dan/atau lembaga dan/atau

84
BUMN/Daerah dan/atau perusahaan swasta dan/atau perorangan berupa pembelian pangan
dan/atau pengelolaan bersama yang mekanismenya dapat dilihat pada skema sebagai berikut :

Gambar 4-13 Kebijakan penguatan ketahanan pangan Provinsi DKI Jakarta


Sumber : RJPMD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Selain itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengupayakan melanjutkan distribusi dan subsidi pangan
untuk pemegang KJP dan masyarakat tertentu lainnya; pengembangan Kartu Pangan Jakarta;
penambahan produk distribusi pangan murah; utilisasi Jak Grosir, Jak Mart, RPTRA, PKK Mart, UMKM
untuk distribusi pangan; optimalisasi pengelolaan sistem pergudangan, antara lain Distribution
Centre System, Sistem Resi Gudang (SRG) dan Controlled Atmosphere Storage (CAS); pengembangan
trading antar pulau; perintisan kegiatan penggemukan dan pembibitan sapi; pengamanan
ketersediaan stok bahan baku ternak dan daging dan pengembangan pusat perkulakan; serta
revitalisasi terhadap 28 lokasi pasar tradisional; melakukan pemantauan atas kebutuhan dan suplai
pangan.

85
B. Ketahanan Energi
Ketahanan energi adalah kemampuan ekonomi untuk menjamin ketersediaan pasokan sumber daya
energi pada tingkat yang tidak akan mempengaruhi kinerja ekonomi (World Economi Forum, 2006).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek pasokan/supply dan harga menjadi
aspek utama dalam ketahanan energi. Dalam konteks Jakarta, maka ketahanan energi berkaitan
dengan kemampuan pasokan energi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi
DKI Jakarta. Pasokan energi di Jakarta tidak hanya terkait dengan kuantitas tetapi juga kualitas,
dengan kata lain pasokan energi di wilayah Provinsi DKI Jakarta harus memperhatikan aspek
keberlanjutan lingkungan dengan mengedepankan energi ramah lingkungan yang menitikberatkan
pada pemanfaatan bahan bakar gas dan pengembangan energi baru terbarukan.

Setiap tahun, kebutuhan listrik masyarakat DKI Jakarta menunjukkan peningkatan. Saat ini kebutuhan
daya listrik di Jakarta mencapai 7,5 gigawatt per hari, sementara jumlah peningkatan produksi tidak
sebanding dengan jumlah peningkatan kebutuhan masyarakat atas listrik. Salah satu hal untuk
mengantisipasi hal tersebut adalah dengan meminimalisir kehilangan daya di transmisi listrik. Untuk
itu diperlukan penataan utilitas kota serta perbaikan infrastruktur listrik yang lebih baik sehingga
deteksi terhadap pencurian listrik di tingkat masyarakat dapat segera dihindari.

Dalam konteks penyediaan energi baru terbarukan di bidang penyediaan listrik, ketersediaan
pembangkit listrik tenaga surya melalui teknologi panel surya (solar cell) berpotensi menjawab
tantangan kebutuhan listrik masyarakat di DKI Jakarta. Saat ini Pemerintah DKI Jakarta telah
menerapkan panel surya di beberapa infrastruktur publik, diantaranya adalah gedung- gedung
pemerintahan dan sekolah.

Hal yang dapat dilakukan untuk ketahanan energy adalah

• Penerapan teknologi panel surya pada seluruh lampu lalu lintas (traffic light), lampu taman
dan rumah susun.
• penyediaan tenaga listrik berbasis sampah, salah satunya melalui pembangunan Intermediate
Treatment Facility (ITF) yang dapat mengkonversi volume produksi sampah menjadi tenaga
listrik. Dengandemikian,

ke depan diharapkan DKI Jakarta dapat menjadi contoh kota yang menerapkan ketahanan energi
melalui energi baru terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energimasyarakatnya, serta

86
berkontribusi terhadap pencapaian target penggunaan energi baru terbarukan nasional yaitu sebesar
23 persen.

C. Pengembangan Sistem Transportasi


Sebagai salah satu kota megapolitan di dunia, Jakarta menghadapi permasalahan transportasi yang
kompleks akibat meningkatnya aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Permasalahan transportasi di
DKI Jakarta secara teknis disebabkan antara lain kapasitas jalan yang tidak sebanding dengan laju
pertumbuhan kendaraan khususnya kendaraan pribadi, terbatasnya ketersediaan dan pelayanan
angkutan umum, tidak terintegrasinya sistem dan jaringan transportasi multimoda, terbatasnya
ketersediaan dan akses prasarana jalan untuk mendukung mobilitas barang dan orang di pelabuhan
dan bandar udara, terbatasnya akses transportasi laut ke wilayah Kepulauan Seribu, dan lain-lain.

Adapun permasalahan yang paling mendasar adalah menyangkut kapasitas jalan yang sudah tidak
mencukupi untuk memenuhi pergerakan orang dan barang yang terus meningkat dari dalam kota
maupun dari luar kota Jakarta. Penambahan ruas jalan yang hanya sekitar 0,01 persen per tahun tidak
sebanding dengan pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai sekitar 12 persen per tahun.
Kondisi ini menyebabkan terganggunya kelancaran lalu lintas dan menimbulkan titik-titik kemacetan.
Hampir semua ruas jalan arteri di Jakarta sudah mengalami kemacetan.

Terbatasnya ketersediaan dan pelayanan angkutan umum menyebabkan masih tingginya


penggunaan kendaraan pribadi. Kapasitas angkutan umum hanya mampu melayani sekitar 19 persen
dari jumlah permintaan perjalanan. Pertambahan kendaraan bermotor terus meningkat setiap
waktu.

Data tahun 2014 menunjukkan bahwa penambahan jumlah kendaraan roda empat setiap hari
mencapai 1.600 unit dan kendaraan roda dua 4.000 unit. Memang beberapa tahun terakhir telah
dilakukan penambahan armada Transjakarta secara masif, namun pengadaan bus dapat dikatakan
hanya fokus pada bus-bus besar. Sedangkan untuk bus sedang (metromini) dan bus kecil (angkot,
KWK, mikrolet, dll) yang merupakan satu moda transportasi yang bisa dimaksimalkan untuk menjadi
feeder ke kawasan pemukiman, peremajaan dan revitalisasinya masih belum optimal.

Sistem dan jaringan transportasi antar moda belum seluruhnya terintegrasi dengan baik, sehingga
menyebabkan mobilitas penduduk tidak efisien dan efektif. Sistem transportasi angkutan jalan raya
tidak terhubung dengan baik dengan sistem dan jaringan transportasi berbasis rel. Begitu pula sistem
dan jaringan angkutan bus massal (busway) belum terintegrasi dengan sistem angkutan feeder yang

87
melayani permukiman masyarakat. Dukungan transportasi antar kota dan antar provinsi juga perlu
untuk dikembangkan untuk memperlancar akses masuk-keluar wilayah ibukota. Belum tersedianya
moda transportasi yang cepat, aman, dan ekonomis menjadikan kendaraan pribadi menjadi alat
transportasi utama masyarakat.

Ketersediaan prasarana jalan dan akses untuk mendukung Pelabuhan Tanjung Priok dan Bandar
Udara Soekarno Hatta kurang memadai untuk melayani pergerakan orang dan barang. Hal ini
menyebabkan terhambatnya proses aliran barang yang pada akhirnya menimbulkan biaya ekonomi
tinggi. Akses jalan menuju dan dari pelabuhan dan bandara menggunakan, beberapa hal terkait
dengan pengembangan sistem transporasi yang dapat dilakukan adalah mengoptimalkan fasilitas
transportasi umum seperti revitalisasi halte bus trans Jakarta serta optimaliasi fasilitas moda
transportasi lain

Integrasi Antar Moda


Dalam rangka pengembangan angkutan umum massal, baik MRT, LRT, maupun BRT, semuanya akan
diintegrasikan dengan pengembangan angkutan umum massal yang dilakukan oleh Pemerintah,
BUMN, swasta dan lainnya, yakni : kereta commuter line, LRT, loop line, kereta bandara, kereta cepat,
layanan bis antar kota dan lain - lain.

Selanjutnya mengingat tingginya dinamika pembangunan Kota Jakarta termasuk kebutuhan


masyarakat akan layanan transportasi, maka dimungkinkan adanya moda, alignment, serta skema
berbagai pendanaan alternatif lainnya, sepanjang memenuhi ketentuan perundang - undangan.

Dalam proses integrasi manajemen moda angkutan jalan dengan PT Transportasi Jakarta, salah satu
prinsip yang perlu dikedepankan adalah pelibatan operator angkutan jalan bus swasta secara
berkeadilan, transparan, dan mendukung pelayanan maksimal bagi masyarakat. Prinsip-prinsip yang
sama pula perlu dikedepankan dalam proses pengembangan integrasi moda angkutan perairan yang
melibatkan para operator swasta.

Pembangunan Kawasan Transit Terpadu (KTT)/ Transit Oriented Development (TOD)


Pengembangan angkutan umum massal, baik yang berbasis rel maupun jalan raya, secara langsung
akan berdampak pada perubahan struktur dan pola ruang kota. Secara tidak langsung, berbagai
perubahan tersebut akan berdampak pula pada perubahan hidup masyarakat ibukota, menjadi
masyarakat yang lebih ramah lingkungan dan lebih optimal dalam pergerakannya, baik untuk
masyarakat pejalan kaki maupun pesepeda. Terkait dengan hal tersebut, maka diperlukanlah

88
pengembangan Kawasan Transit Terpadu (KTT) atau Transit Oriented Development (TOD).
Pembangunan KTT/ TOD dalam lima tahun kedepan, akan dilakukan pada lokasi-lokasi sebagai
berikut:

a. Pengembangan Transit Oriented Development pada Koridor North – South Fase 1 (Lebak Bulus
– Bundaran HI) Sesuai dengan timeline pembangunan MRT Jakarta Koridor North – South Fase
1, operasional koridor ini direncanakan akan dimulai pada awal tahun 2019. Terkait dengan hal
tersebut, PT. MRT Jakarta telah melakukan langkah-langkah persiapan dalam rangka operasional
koridor tersebut, termasuk penyiapan Transit Oriented Development (TOD) pada beberapa
kawasan stasiun MRT Jakarta Koridor North – South Fase 1 yakni Bundaran HI, Dukuh Atas,
Setiabudi, Bendungan Hilir, Istora, Senayan, Blok M, dan Lebak Bulus.
b. Pengembangan Transit Oriented Development pada Koridor North – South Fase 2 (Bundaran HI
– Kampung Bandan) Melanjutkan pola pengembangan Transit Oriented Development (TOD) MRT
Jakarta Koridor North – South Fase 1 (Lebak Bulus – Bundaran HI), maka sepanjang koridor MRT
Jakarta Koridor North – South Fase 2 (Bundaran HI – Kampung Bandan), akan dikembangkan TOD
sesuai dengan potensi serta daya dukung lingkungan yang tersedia sebagai satu kesatuan MRT
Jakarta Koridor North – South. MRT Jakarta Koridor North – South Fase 2 (Bundaran HI –
Kampung Bandan) memiliki total panjang jalur lintas pelayanan 8,3 km dengan jumlah stasiun
sebanyak 8 stasiun yakni Sarinah, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, Kota
dan Kampung Bandan.

Pengembangan TOD MRT Jakarta Koridor North – South Fase 2 (Bundaran HI – Kampung Bandan)
dilakukan dengan memperhatikan draft Panduan Rancang Kota yang saat ini sedang dalam tahap
proses penyusunan. Visi pengembangan TOD pada koridor ini terdiri dari 5 (lima) konsep
pengembangan yaitu :

a. Sarinah, sebagai Kawasan Transit Terpadu pusat bisnis prestisius bertaraf internasional,
dengan tema kawasan Central Business District (CBD) Zone ;
b. Monas, sebagai Kawasan Transit Terpadu yang merupakan kesatuan pengembangan pusat
pemerintahan dengan ruang terbuka publik sebagai kawasan pembentuk identitas utama
Ibukota Negara Republik Indonesia, dengan tema kawasan Civic Center Zone ; c. Harmoni,
Sawah Besar, Mangga Besar, dan Glodok sebagai Kawasan Transit Terpadu pengembangan
hunian vertikal dan koridor niaga terpadu berkarakter kawasan pusat kota lama kontemporer,
dengan tema kawasan North Jakarta Downtown Zone ;
89
c. Kota Tua, sebagai Kawasan Transit Terpadu pengembangan area wisata, bisnis, jasa dan
perdagangan berwawasan cagar budaya Kota Tua dengan tema kawasan Historical and
Cultural Zone ;
d. Kampung Bandan, sebagai Kawasan Transit Terpadu dengan fungsi campuran intensitas tinggi
berbasis transit dengan tema kawasan Historical and Cultural Zone.
e. Pengembangan Transit Oriented Development pada Koridor LRT Jakarta Fase 1 (Kelapa
Gading – Velodrome) Selanjutnya terkait dengan pengembangan TOD, selain pada Koridor
North – South (Lebak Bulus – Kampung Bandan), di DKI Jakarta juga akan dikembangkan TOD
pada 6 stasiun yang berada di Koridor LRT Jakarta Fase 1 (Kelapa Gading – Velodrome), yaitu
Velodrome, Pacuan Kuda, Pulomas, Kelapa Gading Boulevard, Kelapa Gading Mall, dan Depo
Pegangsaan

Electronic Road Pricing (ERP)


Berdasarkan hasil Study on Integrated Transportation Master Plan (SITRAMP) tahun 2004 yang
dilakukan oleh Konsultan JICA, bahwa jika sampai dengan tahun 2020 tidak dilakukan perbaikan pada
sistem transportasi Jabodetabek, maka estimasi kerugian ekonomi yang akan terjadi adalah sebesar
Rp. 65 triliun, meliputi kerugian biaya operasional kendaraan sebesar Rp. 28,1 triliun dan kerugian
nilai waktu perjalanan sebesar Rp. 36,9 triliun. Pada saat ini jumlah jaringan jalan dan kebutuhan
perjalanan serta kendaraan bermotor dapat dilihat pada tabel berikut:

SUPPLY
Jaringa Panjang jalan 6.652 km = 46,426 km2
njalan
Road ratio = 7,10% (dari luas wilayah DKI Jakarta)
Pertumbuhan panjang jalan ± 0,01% /tahun
DEMAND
Kebutuha 25,7 juta perjalanan/hari (Jabodetabek)
n
74,7% menggunakan kendaraan pribadi
perjalana
n 25,3% menggunakan angkutan umum
Kendaraa Jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta : ± 9,2 juta unit (2013) dengan
n rincian :
bermotor • Kendaraan pribadi : 9,1 juta (98,9%)
• Angkutan umum : 104 ribu (1,1%)
Tabel 4-14 Jumlah jaringan jalan dan kebutuhan perjalanan serta kendaraan bermotor Provinsi DKI Jakarta
Sumber : RJPMD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

90
Berdasarkan data - data di atas, upaya mengatasi kemacetan di Provinsi DKI Jakarta ditujukan pula
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas lalu lintas berbasis jalan raya sekaligus
pengendaliannya, dengan penerapan program pengendalian lalu lintas Transportation Demand
Management (TDM), yakni melalui Sistem Jalan Berbayar Elektronik/Electronic Road Pricing (ERP),
dengan kriteria penerapan pada koridor sebagai berikut :

1. Memiliki 2 jalur jalan yang setiap jalur memiliki paling sedikit 2 lajur.
2. Tersedia jaringan dan pelayanan angkutan umum massal dalam trayek yang sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimal dan ketentuan peraturan perundang – undangan.
3. Perbandingan volume lalu lintas kendaraan bermotor dengan kapasitas jalan pada salah satu
jalur jalan sama dengan atau lebih besar dari 0,9 (nol koma sembilan) pada jam puncak;
dan/atau;
4. Hanya dapat dilalui kendaraan bermotor dengan kecepatan rata-rata pada jam puncak sama
dengan atau kurang dari 10 km/jam (sepuluh kilometer per jam). Berdasarkan Peraturan
Gubernur Nomor 25 Tahun 2017 tentang Pengendalian Lalu Lintas dengan Pembatasan
Kendaraan Bermotor Melalui Sistem Jalan Berbayar Elektronik, telah ditetapkan pada tahap
awal Sistem Jalan Berbayar Elektronik akan diterapkan pada koridor sebagai berikut : Jalan
Sisingamangaraja, Jalan Sudirman, Jalan MH. Thamrin, Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan
Majapahit, Jalan Gajah Mada, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Gatot Soebroto, dan Jalan Rasuna Said,
yang merupakan 9 ruas jalan yang dapat diberlakukan Sistem Jalan Berbayar Elektronik. Ruas
jalan dan/ atau kawasan selain itu dapat ditetapkan dengan Peraturan Gubernur berikutnya.
Pembangunan Sistem Jalan Berbayar Elektronik dapat dilakukan melalui investasi pihak ketiga
atau mekanisme lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

D. Pengelolaan Pembiayaan Pembangunan


Mengingat tingginya kebutuhan anggaran dalam mewujudkan penyediaan infrastruktur dan layanan
publik lainnya serta terbatasnya anggaran yang dapat dialokasikan untuk keperluan dimaksud, maka
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dituntut untuk mampu mencari sumber- sumber alternatif
pembiayaan lain untuk memenuhi kebutuhan Jakarta akan hal tersebut di atas.

Ada beberapa alternatif pembiayaan non-APBD yang dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dan dimungkinkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, di antaranya skema
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dan
skema penerbitan Obligasi Daerah. Namun demikian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus
91
mempertimbangkan dan mampu menghitung kemampuan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam
menjalankan kewajiban pengembalian pembiayaan yang diperoleh dari berbagai skema dimaksud.
Skema KPBU dan Obligasi Daerah merupakan pendekatan/skema yang relatif baru dalam penyediaan
infrastruktur dan layanan publik di Provinsi DKI Jakarta, sehingga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
perlu melakukan berbagai langkah strategis dalam penyiapan pengimplementasian dari sisi regulasi,
kelembagaan, kapasitas SDM, dan lain-lain.

Selain skema pembiayaan yang relatif baru tersebut di atas, adapula bentuk pelibatan lain dari pihak
swasta yang telah dimanfaatkan, yaitu skema Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Dunia Usaha
(TSLDU) / Corporate Social Responsibility (CSR). Sejauh ini, sudah cukup banyak layanan publik dan
fasilitas kepada masyarakat yang diperoleh dari skema TSLDU. Namun demikian, dirasakan masih ada
peluang dan ruang untuk optimalisasi baik dari sisi swasta maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
didalam pengelolaannya, diantaranya sinergi antara kegiatan TSLDU dengan program pembangunan
dan kesesuaian dengan kebutuhan riil di masyarakat.

Selain pembiayaan yang berasal dari pemerintah dan pihak swasta, terdapat potensi pembiayaan
yang cukup signifikan dan belum dioptimalkan oleh pemerintah, yaitu pendanaan yang bersifat
swadaya dan berasal dari komunitas/masyarakat itu sendiri. Selama ini, pola pembiayaan yang
bersumber dari dana masyarakat telah banyak digunakan untuk keperluan aktivitas yang berbasis
komunitas seperti pembangunan rumah ibadah, aktifitas sosial kemasyarakatan, dan lain-lain. Untuk
lebih menggerakkan potensi “swa-pendanaan” Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu mendorong
dan melakukan pembinaan melalui tokoh- tokoh masyarakat, memberikan stimulan dan apresiasi
terhadap komunitas masyarakat yang mampu memberdayakan potensi yang ada di mereka untuk
meningkatkan kualitas lingkungan serta kesejahteraan masyarakat setempat.

Disamping itu, masih terdapat peluang untuk mendapatkan sumber pembiayaan alternatif khususnya
dari instrumen pemanfaatan ruang, seperti kewajiban Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah
(SIPPT) dan pengenaan kompensasi pelampauan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sebagai salah satu
bentuk disinsentif dalam proses pemanfaatan ruang. Tantangan utama yang dihadapi dalam
pengimplementasian instrumen tersebut di atas dalam konteks sebagai alternatif pembiayaan
pembangunan adalah pengintegrasian program dan pengadministrasian ke dalam sistem
perencanaan dan pengelolaan keuangan daerah.

92
E. Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kota
Seiring dengan pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta, kebutuhan akan perumahan dan permukiman
pun semakin meningkat. Hingga saat ini peruntukan lahan untuk perumahan dan permukiman sudah
menduduki proporsi terbesar di Jakarta. Namun dalam kenyataannya tingginya permintaan terhadap
perumahan dan permukiman, tidak disertai dengan pertambahan jumlah perumahan dan
permukiman, sehingga mengakibatkan adanya backlog. Sebagaimana diketahui DKI Jakarta
merupakan provinsi kedua dengan backlog perumahan terbesar di Indonesia. Sebanyak 1,3 juta
rumah tangga belum memiliki rumah (BPS 2014). Adapun hal yang menjadi persoalan utama dalam
upaya Pemerintah untuk menyediakan hunian adalah keterbatasan lahan dan mahalnya harga lahan.

Sebagaimana diketahui saat ini 47 persen masyarakat di DKI Jakarta masih tinggal di rumah sewa,
baik kontrak/kost sebanyak 34 persen, bebas sewa sebanyak 13 persen, rumah dinas dan lainnya
(Susenas 2015). Dalam rangka memperoleh hunian, tidak hanya masyarakat berpenghasilan rendah
saja yang mengalami kesulitan memperoleh hunian, namun juga para pekerja dan kelas menengah.
Hingga saat ini mereka masih mengalami kesulitan dalam membayar DP rumah, sehingga otomatis
menyulitkan bagi mereka untuk memperoleh KPR dari bank. Fenomena ini memberikan gambaran
akan pentingnya Kredit Murah Berbasis Tabungan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Menengah
Kebawah.

Dalam menuntaskan persoalan di atas, diperlukan peran aktif dari Pemerintah, antara lain
memberikan kemudahan dalam regulasi yang mengatur tentang investasi rumah susun maupun
ketataruangan, penguatan manajemen pengelolaan aset dalam konteks pemetaan aset tanah daerah
dan lahan-lahan potensial secara optimal. Selain itu aspek lain yang memerlukan peran aktif
Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan perumahan adalah pentingnya pengadaan bank tanah
dikarenakan semakin mahalnya harga tanah di DKI Jakarta yang berimbas pada harga jual rumah,
sehingga diperlukan adanya intervensi dari Pemerintah untuk mengendalikan harga tanah. Harga
lahan di DKI Jakarta tumbuh hingga 16 persen per tahun, sedangkan upah riil pekerja tumbuh
dibawah 10 persen. Banyak pekerja kelas menengah bawah yang akhirnya harus tinggal dipinggiran
DKI Jakarta.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah permukiman kumuh.
Area permukiman di wilayah DKI Jakarta belum tertata sepenuhnya, sehingga perlu ditekankan
pentingnya peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman kota melalui prinsip-
prinsip revitalisasi dalam bentuk penataan kampung, perbaikan lingkungan maupun pembangunan
93
kembali. DKI Jakarta sebagai magnet bagi migrasi penduduk merupakan salah satu faktor yang
mendorong munculnya kawasan-kawasan kumuh di DKI Jakarta, sehingga optimalisasi pencegahan
dan penanganan terhadap penertiban permukiman kumuh perlu terus ditingkatkan melalui penataan
kawasan sungai, penertiban tanah negara, dan penertiban jalur hijau yang saat ini masih terdapat
permukiman kumuh. Dengan melakukan perbaikan lingkungan tempat tinggal dan penyedian hunian
yang layak dapat membantu mewujudkan salah satu sasaran SDGs, yakni “membuat kota dan
permukiman yang inklusif, aman, berdaya tahan, dan berkelanjutan”.

F. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Dengan tingginya tingkat kepadatan penduduk di wilayah DKI Jakarta, salah satu hal yang perlu
diperhatikan adalah kualitas lingkungan hidup. Kualitas lingkungan hidup yang baik akan
memengaruhi kualitas hidup masyarakat DKI Jakarta. Permasalahan lingkungan hidup di DKI Jakarta
mencakup kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan.

Pencemaran lingkungan ditandai oleh masih adanya pencemaran air sungai, air laut, tanah dan udara,
serta pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pengelolaan sampah dan limbah yang belum
optimal, efektif dan efisien. Selain itu juga masih terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap
kondisi lingkungan hidup, antara lain belum optimalnya pembangunan tanggul laut dan normalisasi
sungai, serta masih tingginya penggunaan air tanah.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta giat melaksanakan upaya kuratif (keterdesakan) membersihkan
sampah dengan dana yang besar, mengingat pencemaran, kekumuhan di penjuru kawasan (area
privat, pemerintahan maupun publik) baik di darat maupun di perairan(sungai dan danau) di Ibukota
Republik Indonesia disadari perlu ditanggulangi secara cepat. Dalam pengelolaan persampahan perlu
dilakukan upaya pencegahan dan pelarangan pemakaian bahan yang tidak dapat di daur ulang,
dimanfaatkan atau material lainnya yang dapat menimbulkan pencemaran eksklusif dan berat. Selain
itu, perlu menyiapkan prasarana dan sarana wadah, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutn
dengan ruang dan mekanisme siap menangani sampah terpilah diikuti dengan konsistensi
pemrosesannya

94
BAB KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. KESIMPULAN
1. Price earning ratio dari tahun 2015 berada di atas 10, ini menunjukkan kemampuan
memperoleh pendpatan per lembar sahamnya yang semakin menurun dari tahun 2015 sampai
2020.
2. DPR (Dividen Payout Ratio) memberikan gambaran tentang berapa banyak uang yang
dikembalikan perusahaan kepada pemegang saham versus berapa banyak yang tersisa untuk
diinvestasikan kembali dalam pertumbuhan, melunasi utang, atau menambah cadangan kas
(laba ditahan). Berdasarkan data nilai DPR berkisar antara 0,34 sampai 0,745 menunjukkan
persentase pengembalian kepada pemegang saham yang semakin tinggi dari porsi laba bersih
per lembar sahamnya.
3. Pertumbuhan laba (EGR) berfluktuatif dimana pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan yang
negative dan tahun 2016 sampai tahun 2020 mengalami pertumbuhan yang positif
4. Kebijakan divestasi saham pt delta Djakarta tbk dapat dilakukan hal ini didasarkan Perhitungan
External Faktor Evaluation sebesar 2.21 dan perhitungan internal faktor evaluation adalah
sebesar 1.77 menunjukkan bahwa posisi pt delta berada pada posisi dog yang berkonsekuensi
logis strategi divestasi
5. Mekanisme divestasi dapat dilakukan sesuai dengan S.O.P yang sudah ada
6. Pasca divestasi dapat dilakukan strategi pengembangan dana yang diperoleh dari divestasi
yaitu Skeario alokasi penggunaan divestasi dibagi 2 sebagian untuk perbaikan fasilitas umum
dan sebagian lagi untuk mengembangkan usaha baru start up
7. Perhitungan secara ekonomis alterantif bisnis yang dilakukan dapat diteruskan hal ini berarti
bahwa proses divestasi layak dilakukan sementara bisnis yang diajukan layak secara ekonomis

5.2. REKOMENDASI
1. Perlu adanya koordinasi dengan PT. DELTA DJAKARTA, TBK terkait dengan kebijakan divestasi
2. PEMPROV DKI dapat dapat membentuk Tim Divestasi dan Menunjuk Penilai Independen
berdasarkan Rekomendasi dari Tim Divestasi Saham
3. PEMERINTAH PRONVINSI DKI JAKARTA melakukan evaluasi dan negosiasi harga saham divestasi
yang ditawarkan dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak diterimanya
penawaran divestasi saham

95
96

Anda mungkin juga menyukai