Anda di halaman 1dari 68

52

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Industri Batubara


4.1.1 Definisi, Deskripsi dan Fungsi Batubara

Batubara adalah salah satu sumber daya alam yang terdistribusi secara luas dan

ditambang oleh banyak negara di seluruh dunia. Industri batubara terbagi dalam dua

segmen utama yaitu batubara thermal dan batubara coking. Batubara thermal juga

dikenal sebagai batu bara steaming, adalah jenis batubara yang digunakan dalam

proses pembakaran guna menghasilkan uap (steam) yang selanjutnya digunakan

untuk menghasilkan listrik dan panas. Batubara coking, juga dikenal sebagai

batubara metalurgis, yang pada prinsipnya digunakan dalam produksi besi dan baja,

secara umum batu bara dianggap sebagai bahan bakar fosil yang relatif lebih murah

berdasarkan panas yang dikandungnya dan banyak digunakan sebagai sumber energi

untuk pembangkit tenaga listrik. Keuntungan lainnya dari batubara mencakup

pasokan yang relatif stabil dari beragam lokasi geografis, penyimpanan yang mudah

dan aman, serta transportasi yang mudah. Sejumlah faktor tersebut telah membuat

industri pembangkit tenaga listrik bergantung pada batubara.

Batubara memiliki kandungan materi yang kompleks, dimana batubara yang

berasal dari satu deposit dapat berbeda dengan batubara yang berasal dari deposit

yang lain. Secara umum, batubara dapat diklasifikasikan dengan peringkat (rank),

yang didasarkan pada tingkat perubahan atau transformasi dari bentuk asalnya ke

bentuk karbon. Peringkat batubara, jika diurutkan mulai dari jenis batubara yang

52
53

memiliki kandungan karbon paling rendah hingga jenis batubara yang memiliki

kandungan karbon paling tinggi, secara berturut turut adalah jenis batubara lignite,

batubara sub-bituminous, batubara bituminous dan batubara anthracite.

Gambar 4.1 Jenis batubara

Peat Brown Coal Sub-bituminous Bituminous

Source : The coal resources (www.worldcoal.org)

Batubara juga mengandung hydrogen, oksigen, nitrogen dan belerang

(sulphur) yang jumlah kandungannya bervariasi. Batubara yang berperingkat tinggi

adalah batubara yang memiliki kandungan karbon yang tinggi dan karena itu

mempunya nilai panas (heat value) yang tinggi, akan tetapi mempunyai kandungan

hydrogen dan oksigen yang rendah. Sebaliknya, batubara yang berperingkat rendah

memiliki kandungan karbon yang rendah akan tetapi memiliki kandungan hydrogen

dan oksigen yang tinggi.

Batubara bituminous banyak digunakan dalam industri metalurgi (dipakai

untuk membuat kokas (coke) untuk tanur api (blast furnace) atau untuk disuntikkan

ke dalam tanur sebagai batubara PCI), industri energi dan industri umum.

Batubara berperingkat rendah seperti batubara sub-bituminous secara historis

hanya digunakan di Negara asalnya karena kandungan kelembaban (moisture

content) yang tinggi dan nilai kalori yang rendah. Namun dalam beberapa tahun

terkahir, perdagangan lintas laut (seaborne trade) atas batubara sub-bituminous yang

memiliki kandungan abu dan belerang yang rendah telah mengalami peningkatan.
54

Pada umumnya, batubara sub-bituminous yang diperdagangkan di pasar ekspor

lintas laut (seaborne export trade) dicampurkan dengan batubara yang memiliki

kandungan abu dan belerang yang lebih tinggi agar penggunaanya dapat

memenuhi ketentuan batas emisi SO2 dan mengurangi biaya pembuangan abu

ketel uap. Pencampuran juga dapat memberikan solusi bagi operator pembangkit

listrik untuk menggunakan sebagian batubara sub-bituminous sebagai campuran

di dalam ketel uapnya dalam upaya untuk mengurangi biaya bahan bakar bagi

pembangkit listrik yang memiliki batas rancangan sehingga tidak dapat

menggunakan batubara jenis ini.

Pencampuran tersebut terkadang diperlukan untuk memenuhi ketentuan energi

minimum dan kandungan kelembapan maksimum untuk ketel uap tua berbahan

bakar batubara giling (pulverized coal) yang banyak digunakan pasar Asia.

Barlow Jonker juga mencatat bahwa saat ini telah banyak pembangkit listrik baru

di Asia Tenggara yang dirancang untuk menggunakan batubara sub-bituminous

tanpa harus dicampur terlebih dahulu.

Barlow Jonker membandingkan batubara BUMI. dengan batubara lain yang

menjadi referensi standar untuk jenis batubara peringkat rendah (low rank), dan

dengan batubara sub-bituminous lain yang diekspor dari Indonesia, serta dengan

batubara yang menjadi tolak ukur standar termal dari Australia, Cina dan Afrika

Selatan. Tabel 4.1 berikut menunjukan perbandingan batubara di Indonesia.


55

Tabel 4.1
Perbandingan Batubara di Indonesia
Item Ecocoal Satui Arutmin Bengalon Rate Samaran Roto Eavirocoal Lati Blair Hunter Newlands Datong Optimum
6100 4500 gau 4200 (sub- Athol Valley Thermal
(Blend) bituminous) Thermal Coal
Coal
Country Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Australia Australia Australia China South
Africa
Producer Arutmin Arutmin Arutmin KPC Kideco Kideco Kideco Adaro Berau Rio Rio Xstrata CNCIEC BHPB
Tinto Tinto
TM % (ar) 35 10 15 19.5 33 35 26 25 25 18 8.5 9 10 9
IM % (ad) 23 6 9.5 14 15 18 15 16.5 18 5.5 2.5 2.5 4 3.6
Ash % (ad) 3.9 10 12 4.5 5 1.6 2.5 1 4.5 8.7 13.5 14 12 10.4
VM % (ad) 38 42 42 38.5 43 40.2 41 42 37.8 27.6 31.2 32 32 30.8
Total Sulphur % (ad) 0.15 1 0.85 0.8 0.15 0.09 0.1 0.1 0.9 0.36 0.5 0.5 1 0.6
Fixed carbon % (ad) 35.1 42 36.5 43 42 33.7 39.5 40.4 39.7 57.8 52.3 51 51 54.6
HGI 70 40 42 45 45 42 48 53 50 60 50 50 42
SE kcal/kg (gad) 5000 6650 6100 6200 5400 5200 5600 5900 5500 6760 6865 6880 6800 6880
SE kcal/kg (gar) 4221 6367 5729 5800 4500 4200 4900 5299 5030 5865 6416 6420 6375 6495
Fuel ratio 0.92 1 0.87 1.12 0.98 0.84 0.96 0.96 1.05 2.09 1.68 1.59 1.59 1.77
(FC/VM)(Barlow
Jonker Calc.)
Sumber : Barlow Jonker

55
56

4.1.2 Industri Batubara Global

4.1.2.1 Permintaan Batubara Termal Dunia

Perdagangan internasional batubara termal secara historis didominasi oleh

batubara bituminous khususnya dari Australia. Sejak Indonesia menjadi eksportir

batubara termal terbesar didunia pada tahun 2005, batubara sub-bituminous telah

mengalami peningkatan pangsa pasar yang disebabkan oleh harga batubara sub-

bituminious yang kompetitif dan kandungan belerang dan abunya yang sangat

rendah.

Total permintaan impor batubara termal dunia terus meningkat pada tahun

2007, walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang lebih rendah daripada dua

tahun sebelumnya. Permintaan batubara thermal dunia meningkat kira-kira 27,4

juta ton atau 4,4 % dari 629,2 juta ton pada tahun 2006 menjadi 656,6 juta ton

pada tahun 2007. Tabel berikut menunjukan permintaan batubara Termal dunia.

Tabel 4.2 Permintaan Impor Batubara Termal dunia (juta ton)


2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008F 2009F 2010F
Amerika Utara 31.8 43.2 40.3 47.4 53.1 52.5 52.9 54.7 57.9
Amerika Tengah & Selatan 3.4 4.7 6.5 5.9 6.6 6.8 7 7.6 9
EU-15 128 137.4 148.6 147 158 150 155.4 160.4 164.8
EU-10 6.1 6.9 7 7.9 9.7 9.5 10.7 11.3 11.3
Eropa Lainnya 14.2 17 18.6 18 15.9 18.2 18.4 19.4 20.8
Total Eropa 128.3 161.3 172.4 173 183.5 177.7 184.5 191 196.8
CIS 22.5 28.7 24.8 24.2 27.8 24.6 26.8 29.3 29.8
Timur Tengah 8.7 14.1 11.3 9.9 8.5 8.8 9.9 9.9 9.9
Afrika 5.4 4.3 4.4 7.8 6.8 6.5 6.7 7 7.2
China 10.6 8.2 11.8 18.9 33.6 44.8 51.3 57 61.2
Hongkong 8.5 10.6 10.6 10.8 11.4 13 13.7 14 14.4
India 10.8 12.7 15.6 23 26.5 29.9 33.9 39 45
Jepang 94.4 102.6 114.8 118 115.4 123.1 121.1 122.9 123.6
Korea Selatan 51.6 52.4 58.9 57.8 59.7 67.8 72.1 74.8 77.3
Taiwan 42.9 46.6 52.4 52.9 54 57.5 57.3 57.3 57.3
Asia Lainnya 22.1 27 30.1 29.2 40.7 42.8 45.2 52 58.8
Asia 240.9 260.1 294.2 310.6 341.3 378.9 394.6 417 437.6
Oceania 0.2 0.5 0.8 1.1 1.6 1 1.2 1.4 1.6
Total Dunia 461.3 516.9 554.7 580 629.2 656.6 683.5 717.9 749.9
% Perubahan 1.90% 12.10% 7.30% 4.60% 8.50% 4.40% 4.10% 5% 4.50%
Sumber : IEA, EIA, UN, Country Statistics, Perkiraan AME
57

Permintaan dunia diperkirakan mengalami peningkatan rata-rata tahunan

(Compound Annual Growth Rate, CAGR) sebesar 4.5% pada tahun 2007 sampai

dengan tahun 2010F dibandingkan dengan 5.5% CAGR pada tahun 2004 hingga

2007. secara global, permintaan batubara thermal sangat dipengaruhi oleh

permintaan listrik tenaga batubara. Batubara merupakan sumber energi utama

pembangkit listrik pada tahun 2007.

Jepang masih tetap menjadi importir terbesar di dunia dengan volume

impor mencapai 123,1 juta ton pada tahun 2007. Volume ini diperkirakan akan

terus meningkat namun tingkat pertumbuhan yang moderat di masa yang akan

datang. Konstribusi peningkatan volume impor terbesar berasal dari china dimana

volume impor naik 11,2 juta ton menjadi 44,8 juta ton pada tahun 2007.

Pertumbuhan volume impor batubara cina diperkirakan akan terus tumbuh seiring

dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi mengindikasikan

permintaan energi listrik. Selain itu, volume impor batubara termal ke India juga

terus mengalami peningkatan sebesar 3,4 juta ton menjadi 29,9 juta ton pada

tahun 2007. Peningkatan pertumbuhan tersebut menjadikan India sebagai salah

satu pasar importir batubara termal yang paling signifikan. Indonesia merupakan

pemasok batubara yang penting bagi India dan potensi peran Indonesia dalam

memenuhi pertumbuhan tersebut cukup nyata. Selain itu juga terdapat

peningkatan permintaan batubara termal dari Korea Selatan, Taiwan, Thailand,

Malaysia dan Filipina yang kini telah menjadi negara-negara importir batubara

yang semakin signifikan.

Kondisi tersebut kami nilai ada kaitannya dengan peningkatan pertumbuhan

ekonomi sejumlah negara yang ter-refleksikan dengan tingginya permintaan akan


58

pembangkit listrik. Tabel berikut menunjukan kondisi GDP sejumlah Negara

pengimpor batubara.

Tabel 4.3 Real GDP (%) Sejumlah Negara Pengimpor Batubara


Negara 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
India 4.08 4.53 4.6 7.33 7.38 8.58 9.75 9.25
Korea Selatan 8.49 3.84 6.97 3.1 4.7 4.2 5.1 5
China 8.4 8.3 9.1 10 10.1 10.4 11.6 11.9
Taiwan 5.81 -2.16 4.64 3.46 6.27 4.13 4.9 5.7
Hongkong 8 0.5 1.8 3 8.5 7.1 7 6.4
Euro 4.03 1.93 0.93 0.8 1.85 1.78 2.95 2.68
Malaysia 8.3 0.5 5.4 5.8 6.8 5 5.9 6.3
Filpina 5.98 3.13 4.48 4.15 6.08 4.9 5.45 7.2
Thailand 4.8 2.2 5.3 7.1 6.3 4.5 5.1 4.8
Jepang 2.85 0.23 0.28 1.4 2.78 1.93 2.43 2.08
Sumber : Bloomberg

Permintaan yang tinggi akan batubara sebagai alternatif energi pengganti

dari minyak bumi dikarenakan biayanya yang murah. Konstribusi batubara

sebagai pembangkit listrik akan semakin besar dan terus akan berkembang. Saat

ini, berdasarkan hasil kajian statistik BP World Energy Juni 2007, konsumsi

energi dunia telah mencapai total ekuivalen 10.875,5 juta ton pada tahun 2006,

dimana batu bara memberikan konstribusi sebesar 28,4 %, sedangkan minyak dan

gas bumi, masing masing sebesar 35,8% dan 23,7%.

Gambar 4.2 Konsumsi Energi Global tahun 2006

Sumber : Kajian Statistik BP World Energy Juni 2007


59

4.1.2.2 Cadangan dan Produksi Batubara Dunia

Setelah mengalami peningkatan perdagangan batubara termal dunia

sebesar lebih dari 70 juta ton pada dua tahun terakhir, ekspor batubara thermal

pada tahun 2007 meningkat sebesar 27,4 juta ton menjadi 656,6 juta ton atau

meningkat 4,4 % dari tahun 2006. Batubara termal yang diperdagangkan di pasar

internasional diperkirakan meningkat menjadi 749,9 juta ton pada tahun 2010.

Pada tahun 2007, ekspor batubara termal didorong terutama oleh Indonesia, Rusia

dan Kolombia, Ekspor batubara termal China diperkirakan akan berkurang,

sedangkan ekspor dari Polandia dan Kanada diperkirakan stabil sampai dengan

tahun 2010.

Tabel 4.4 Produksi Batubara Termal Dunia (juta ton)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008F 2009F 2010F


Kanada 2.1 1.3 1.9 1.5 2.8 4.2 4.8 5.5 6
Amerika Serikat 18.4 20.1 20.9 20.6 22.7 27.2 38.8 37.5 34
Kolombia 33.9 44.4 49.7 53.5 57.8 63 69 76 82
Amerika tengah & selatan 39.5 49.6 55.3 58.8 63 68.6 76.3 85.3 92
EU-15 0.5 0.5 0.5 0.6 0.3 0 0 0 0
Polandia 19.1 17.4 16.6 17.6 16.6 10.5 9.5 9 8.5
EU-10 21.4 19.4 19 19.7 18.7 12.5 11 10.5 10
Rusia 33.9 46.9 60 63.6 78.5 84.5 88 90 92
CIS 59.1 76.2 89.6 93.6 107.5 110.7 114.5 117 119.5
Afrika Selatan 67.3 67.1 63.6 72.8 65.4 63.2 63 70 73
Afrika 67.3 67.1 63.6 72.8 65.4 63.2 63 70 73
China 67.5 77.9 74 61.5 55 49 38 38 38.5
Indonesia 70.2 87.8 103 123.8 154.7 174.4 190.8 202.8 215.3
Negara asia lainnya 17.7 14.1 20.5 19.4 28.9 37.8 32.8 30.5 29.5
Asia 155.4 179.8 197.5 204.7 238.6 261.2 261.6 271.3 283.3
Australia 99.5 104 107.9 108.8 112.8 112.9 118 126 136.9
Selandia Baru 0.2 0.3 0.3 0.4 0.3 0.3 0.3 0.3 0.4
Oceania 99.8 104.3 108.2 109.2 113.1 113.2 118.3 126.3 137.3
Total Dunia 461.3 516.9 554.7 580 629.2 656.6 683.5 717.9 749.9
% Perubahan 1.90% 12.10% 7.30% 4.60% 8.50% 4.40% 4.10% 5% 4.50%
Sumber : IEA, EIA, UN, Country Statistics, Perkiraan AME

Volume produksi batubara Indonesia terus mengalami peningkatan

melebihi dari eksportir terbesar di dunia yaitu Australia sejak tahun 2005. Pada

tahun 2007 volume ekspor mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar
60

19,7 juta ton menjadi 174,4 juta ton. Permintaan batubara termal dari Indonesia

mengalami penguatan terutama didorong oleh peningkatan jumlah permintaan

dari negara China dan India yang menganggap Indonesia sebagai sumber utama

pasokan batubara mereka.

4.1.2.3 Pekembangan Harga Batubara Global

Harga batubara termal telah naik ke tingkat yang belum pernah terjadi

sebelumnya, yang ditandai dengan permintaan yang kuat dan pasokan terbatas.

Harga FOB spot untuk batubara termal ekspor Newcastle melebihi USD 90/ton

pada Desember 2007 dan pada tanggal 4 Juli 2008, harga spot Barlow Jonker

mencapai level tertinggi sebesar USD 192.5/t FOB. Beberapa faktor yang

memicu penguatan harga batubara termal di dunia, antara lain :

Produsen batubara termal di Australia sangat terkendala oleh keterbatasan

pelabuhan dan kapasitas infrastruktur kereta api sehingga mereka belum

mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan di pasar pasifik. Selain itu,

hujan yang menyebabkan banjir di Queensland tengah pada bulan Januari dan

Februari tahun 2008 telah meningkatkan kendala untuk melakukan ekspor.

Meskipun proyek ekspansi kapasitas pelabuhan dan kereta api sedang

dilaksanakan di Newcastle dan Queensland, diperkirakan kapasitas ekspor

batubara termal Australia akan tetap terbatasi setidaknya sampai dengan tahun

2010.

Sementara itu, produsen batubara termal Indonesia mengambil keuntungan

dari kondisi pasar saat ini seiring dengan banyaknya pelanggan batubara yang

menunjukan peningkatan minat atas batubara sub-bituminous. Tingginya

harga batubara termal asal Australia dan Afrika Selatan telah menyebabkan
61

mengalirnya permintaan ke batubara sub-bituminous, meskipun diskon

berdasarkan nilai kalori untuk batubara dengan peringkat yang rendah dan

tingkat kelembapan yang tinggi masih berlaku.

Pada bulan Januari 2008, Pemerintah Cina melakukan larangan sementara

terhadap ekspor batubara termal guna menyediakan pasokan batubara untuk

pasar domestic yang sedang booming. Hal ini telah meningkatkan ketegangan

di pasar batubara dan terjadi pada saat bersamaan dengan dilakukannya

negosiasi harga kontrak JFY (Japanese Fiscal Year) tahun 2008 antara

eksportir Newcastle dengan perusahaan-perusahaan listrik Jepang.

Gambar 4.3 Harga Batubara Dunia AU Newcastle

Mcloskey Newcastle coal spot price

250

200

150

100

50

Mid Line

Sumber : Bloomberg

4.1.3 Industri Batubara Indonesia

4.1.3.1 Cadangan dan Produksi Batubara Domestik

Pada jangka menengah, pertumbuhan permintaan domestik diperkirakan

hanya akan mulai mempengaruhi pasokan ekspor setelah tahun 2010. Meskipun

kebijakan pemerintah menargetkan peningkatan pemanfaatan batubara untuk


62

pembangkit listrik secara agresif, namun jumlah permintaan domestik aktual pada

periode tahun 2007 hingga tahun 2010 di prediksi akan berada dibawah tingkat

permintaan yang diproyeksikan oleh pemerintah. Hal ini diperkirakan sebagai

akibat dari penundaan pelaksanaan program percepatan pembangunan pembangkit

listrik berbahan bakar batubara (crash program). Setelah tahun 2010, Barlow

Jonker memprediksikan bahwa jumlah pertumbuhan pasokan batubara Indonesia

secara keseluruhan akan banyak dipengaruhi oleh dampak pertumbuhan

permintaan batubara domestik terhadap permintaan batubara ekspor.

4.1.3.2 Permintaan Batubara Indonesia

Pelanggan utama batubara Indonesia adalah Perusahaan Listrik Negara

(PLN) dan anak perusahaannya, yaitu Indonesia Power. Pelanggan lain di pasar

domestik adalah beberapa proyek IPP (Independent Power Producer),

pembangkit listrik berskala kecil dan sektor industri pada umumnya.

Tabel 4.5 Konsumsi Batubara Domestik (juta ton)


Konsumsi Domestik 2005 2006 2007F 2008F
Industri Umum 9.2 9.3 9.3 9.7
Pembangkit Listrik 27.3 30.3 32 34.8
Total 36.5 39.6 41.3 44.5
Sumber : Penelitian Internal Barlow Jonker

Konsumsi domestik pada tahun 2005 adalah 36.5 juta ton dimana jumlah

ini telah mengalami kenaikan sebesar 8 % menjadi 39.6 juta ton pada tahun 2006.

Tingkat konsumsi domestik diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang stabil

hingga tahun 2010, meskipun pemerintah telah menghimbau peningkatan

penggunaan batubara untuk keperluan pembangkit listrik.

Indonesia diperkirakan untuk tetap menjadi negara eksportir batubara

termal terbesar sampai dengan tahun 2010 dengan ekspor yang diharapkan

bertumbuh menjadi sekitar 215,3 juta ton per tahun sampai tahun 2010 (7,3%
63

CAGR antara 2007 dan 2010) Pertumbuhan ekspor yang lambat pada awal

dekade diharapkan dapat diimbangi oleh peningkatan yang signifikan di dalam

permintaan domestik. Pemerintah Indonesia telah menerapkan kebijakan untuk

meningkatkan porsi batubara dari sekitar 11% di tahun 2007 menjadi 33% pada

tahun 2025. Pertumbuhan tersebut diperkirakan akan didorong oleh peningkatan

pembangkit listrik bertenaga batubara dan ekspansi penggunaan batubara untuk

industri lainnya, termasuk industri semen dan kertas. PLN diharapkan untuk

menginstalasi pembangkit listrik tenaga batubara sebesar 9GW melalui

Electricity Crash Programe dengan tambahan sebesar 1 GW kapasitas baru dari

IPP. Hal ini akan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara

dari 10,4 GW pada tahun 2007 menjadi 18.0 GW pada tahun 2010. Peningkatan

kapasitas tersebut akan meningkatkan konsumsi batubara domestik dari sekitar

31 juta ton pada tahun 2007 menjadi sekitar 54 juta ton pada tahun 2010, dengan

asumsi mengunakan tren konsumsi tenaga batubara saat ini. Berikut ini adalah

gambar tujuan ekspor batubara termal dari Indonesia.

Gambar 4.4 Tujuan Ekspor Batubara Indonesia Tahun 2007

Sumber : Barlow and Jongker Supply Series Indonesia 2007


64

4.1.3.3 Analisis Industri Batubara Indonesia

Berdasarkan Barlow Jonker Coal Supply Series Indonesia 2007, secara

keseluruhan hasil produksi batubara Indonesia didominasi hanya oleh sepuluh

produsen batubara, dimana pada tahun 2007, secara bersama-sama telah

memproduksi 168.7 juta ton batubara atau kurang lebih 83.1 % dari total batubara

yang diproduksi di Indonesia, dimana BUMI menduduki peringkat pertama

sebagai produsen batubara terbesar dengan total volume produksi pada tahun 2007

sebesar 53.8 juta ton. Gambar 4.5 berikut ini merupakan Jajaran produsen

batubara terbesar di Indonesia, serta tingkat produksi masing masing perusahaan

untuk tahun 2007.

Gambar 4.5 Perusahaan Penghasil Batubara Terbesar di Indonesia


Volume Produksi (Juta ton)

60 53.8
50

40 33
30
18.9 16.6
20
11.8
10 6.5 5.1 4.7 3.7 3.4
0
Indotambangraya
PT Kideco Jaya

PT Baramarta

Cakrawala
PT Berau Coal

PT Anugerah

Grup Bayan
Resources (1)

Grup PTBA (3)

PT Bahari
PT Adaro
Indonesia

Bara Kaltim
Group Bumi

Sebuku
Megah (2)
Agung

Grup

(1) Termasuk PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia.


(2) Termasuk PT Indominco Mandiri, PT Trubaindo Coal mining dan PT Jorong Barutama Greston.
(3) Termasuk Bukit Asam dan Bukit Asam- Ombiin

Sumber : Kementerian Energi dan Pertambangan.


65

4.2 Analisis Akuisisi Arutmin dan KPC

4.2.1 Latar Belakang Perusahaan

4.2.1.1 PT Bumi Resources Tbk. (BUMI)

BUMI pada awalnya merupakan perusahan yang bergerak di sektor bisnis

perhotelan dan pariwisata dengan nama PT. Bumi Modern Tbk. yang didirikan

pada tahun 1973. Menjadi perusahaan terbuka melalui Penawaran Umum Perdana

saham pada tahun 1990 yang seluruh sahamnya tercatat di Bursa Efek Jakarta dan

Bursa Efek Surabaya. Pada tahun 1997, PT. Bakrie Capital Indonesia mengambil

alih saham-saham yang dimiliki Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 (AJB

Bumiputera) sebesar 58,51% dari total saham yang dikeluarkan BUMI.

Tahun berikutnya melalui RUPS Luar Biasa diputuskan untuk merubah

usaha inti Bumi dari perhotelan dan pariwisata menjadi perusahaan investasi di

bidang minyak, gas bumi, dan pertambangan, perdagangan umum, industri hotel

dan parawisata bersama jasa-jasa lainnya yang terkait. Langkah awal Bumi dalam

mengukuhkan dirinya sebagai perusahaan investasi di bidang minyak, gas bumi

dan pertambangan ini dimulai dengan mengakuisisi saham Gallo Oil yang

beroperasi di Yaman, dengan kantor pusat yang berkedudukan di New Jersey,

Amerika Serikat pada tahun 2000. Langkah BUMI semakin jelas ketika pada

tahun 2001 meng-akuisisi Arutmin kemudian KPC pada tahun 2003.

4.2.1.2 PT Arutmin Indonesia (Arutmin)

Arutmin awalnya didirikan oleh Atlantic Richfield Company dan Utah

Exploration Inc. pada bulan November 1981 Arutmin memperoleh ijin eksplorasi

dan penambangan batubara di Blok 6, Kalimantan Selatan, berdasarkan Perjanjian

Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi pertama,. Antara


66

tahun 1986-1991, BHP Billiton (melalui Utah Exploration) mengambil alih 100%

kepemilikan Arutmin. Pada tahun 1991, BHP Biliton menjual 20% bagian dari

kepemilikannya di Arutmin kepada PT Bakrie & Brothers Tbk. dan PT Bakrie

Nusantara Corporation, afiliasi dari Bumi, masing-masing 15% dan 5%.

4.2.1.3 PT Kaltim Prima Coal (KPC)

KPC didirikan di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1982 yang berlokasi di

Sangatta, Kalimantan Timur yang merupakan perusahaan patungan Rio Tinto Ltd.

dan BP International Ltd. Pada tanggal 8 April 1982, KPC menandatangani

Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), yang akan

berakhir di tahun 2021, untuk kegiatan ekplorasi, penambangan dan pemasaran

batubara dari areal konsesi seluas 90.950 hektar. 60% dari area konsesi tersebut

belum tereksplorasi. KPC berada di cekungan Kutai yang berasal dari era geologi

Mioscene. Wilayah konsesi KPC meliputi Lembak sinklin.

4.2.2 Latar Belakang Pengalihan Bisnis Utama

Ditengah badai krisis ekonomi yang terjadi pada skala nasional maupun

regional Asia sepanjang pada tahun 1999 yang masih belum berakhir

mengakibatkan kondisi makro ekonomi maupun sosial politik nasional sangat

tidak menguntungkan bagi dunia usaha terutama bidang property dan jasa

perhotelan serta pariwisata. Kunci dari penyelesaian utama di Perseroan pada saat

itu adalah penyelesaian restrukturisasi hutang sehingga struktur permodalan

menjadi lebih sehat. Akibat dari restrukturisasi hutang tersebut, BUMI harus

mengalihkan kepemilikan asset perseroan berupa Hotel Hyatt Regency Surabaya

dan Gedung Perkantoran, sehingga asset perseroan yang masih tinggal hanya

Hotel le-Meridien, di Tashkent, Uzbekistan. Namun dengan perkembangan


67

kondisi politik dan ekonomi di Asia Pacific termasuk Asia tengah yang masih

belum stabil menyebabkan BUMI sulit untuk mengoperasikan bisnis jasa

perhotelannya secara maksimal sehingga BUMI kembali melepas usaha

perhotelannya di Uzbekistan.

Memperhatikan kondisi makro yang sangat tidak menguntungkan hampir

disemua sektor usaha, dan untuk menjamin adanya kesinambungan usaha untuk

dapat menempatkan posisi daya saing perseroan yang lebih kompetitif khususnya

dalam menghadapi era persaingan yang lebih terbuka dimasa mendatang, BUMI

melakukan suatu langkah diversifikasi usaha. Pemilihan sektor industri minyak

dan gas bumi memiliki prospek yang cukup baik sebagaimana ditunjukkan dengan

permintaan pasar dan harga jual yang stabil.

4.2.2.1 Akuisisi Arutmin dan KPC

Arutmin dan KPC merupakan 2 anak perusahaan BUMI yang bergerak

dibidang pertambangan batubara, yang diakuisisi oleh BUMI masing-masing

ditahun 2001 dan 2003 melalui transaksi Leverage Buy-Out. Arutmin pada saat itu

merupakan perusahaan penghasil batubara terbesar ke-4 di Indonesia yang

memiliki daerah konsesi seluas 70.153 hektar untuk periode 30 tahun sejak

tanggal 1 Oktober 1989. Dan KPC pada saat itu merupakan perusahaan penghasil

batubara terbesar di Indonesia dan merupakan salah satu penghasil batubara

thermal terbesar di dunia. Pada tanggal 8 April 1982, KPC menandatangani

Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), yang akan

berakhir di tahun 2021, untuk kegiatan ekplorasi, penambangan dan pemasaran

batubara dari areal konsesi seluas 90.950 hektar.


68

4.2.2.2 Latar Belakang Akuisisi Arutmin

Pengambilalihan kepemilikan Arutmin dari BHP dan EYI dilatar

belakangi oleh hal-hal sebagai berikut :

Mencari peluang baru untuk menambah portfolio perusahaan seiring dengan

perubahan bidang usaha BUMI dari sektor properti dan perhotelam menjadi

pertambangan

Arutmin merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia

dengan produksi sekitar 11,0 juta MT per tahun dan cadangan lebih dari 420

juta MT untuk jangka waktu lebih dari 19 tahun dan telah memiliki fasilitas

produksi dan pengapalan kelas dunia.

Merupakan tindak lanjut dari strategi BUMI memasuki industri pertambangan.

Menempatkan posisi daya saing BUMI yang lebih kompetitif, khususnya

dalam menghadapi era persaingan yang lebih terbuka.

Meningkatkan pengembalian yang optimal kepada pemegang saham.

Alasan BHP menjual 80% sahamnya adalah merupakan program divestasi

saham yang harus diberikan kepada Perusahaan Indonesia sesuai pasal 29

Perjanjian Kontrak Karya.

Sedangkan alasan EYI menjual 20% sahamnya adalah bagian dari program

restrukturisasi

Tambang Arutmin merupakan tambang terbuka dengan gradien tanah yang

halus yang memungkinkan akses dengan rasio pengupasan rendah hingga

menengah. Arutmin memiliki cadangan batubara jenis bitumen dan sub-bitumen

yang sangat besar. Ketebalan lapisan batubara Arutmin berkisar antara 3,0 6,3

meter.
69

Arutmin memproduksi batubara melalui 3 (tiga) tambangnya di Senakin, Satui,

dan Mulia.

1. Senakin

Tambang Senakin merupakan tambang batubara bitumen terbuka yang telah

beroperasi sejak 1989. Batubara Senakin memerlukan proses pencucian tetapi

memiliki kandungan kalori tinggi, kadar abu yang sedang (setelah pencucian),

kadar air rendah, serta kandungan sulfur yang rendah.

2. Satui

Tambang Satui merupakan tambang batubara bitumen terbuka yang beroperasi

sejak 1991. Karakteristik dari batubara Satui adalah memiliki nilai kalori yang

tinggi, berkadar abu sedang, dengan kandungan sulfur dan kadar air yang

rendah dan tidak memerlukan proses pencucian.

3. Mulia

Tambang Mulia Asam-asam merupakan tambang terbuka jenis sub-bitumen

yang sudah berproduksi sejak tahun 1999. Batubara Mulia Asamasam ini

dikenal sebagai Ecocoal karena sifatnya yang ramah lingkungan, memiliki

kandungan kalori rendah, kadar abu sangat rendah, kadar air tinggi namun

kandungan sulfur rendah.


70

Tabel 4.6
Sumber dan Cadangan Batubara Arutmin
(Dalam ribuan ton)
Area Sumber yang di ukur Cadangan yang dapat di
(Measured & Indicated perdagangkan (Marketable
Resources) Reserves)
Yang berproduksi :
Senakin 260 35.5
Satui 245 40.7
Mulia 452 55.8
Sub total 957 132.0
Yang belum berproduksi :
Ata
78 21.0
Mereh/Saring 133 10.3
West Asam-Asam 1,335 59.2
Sub total 1,546 90.5

Total 2,504 222.5


Sumber : Perusahaan

Keunggulan Kompetitif Arutmin (periode sebelum akuisisi)

1. Penghasil batubara terbesar ke-4 di Indonesia, yang memperoleh kontrak

eksplorasi batubara dengan pemerintah Indonesia generasi pertama dengan

jangka waktu 30 tahun, yang merupakan jangka waktu kontrak terlama.

Arutmin memproduksi batubara bitumen berkualitas tinggi dengan nilai

kalori tinggi dan kandungan abu rendah sampai sedang dari tambang

Satui, Senakin dan Batulicin, yang terutama dipergunakan untuk

kebutuhan industri dan pembangkit listrik. Selain itu, Arutmin juga

memproduksi batubara Ecocoal yang lebih rendah kualitasnya namun

lebih ekonomis dari tambang Mulia Asam-Asam. Ecocoal adalah batubara

sub-bitumen kalori rendah dan kelembaban tinggi dengan kandungan abu

dan sulfur yang sangat rendah, yang dipasarkan sebagai produk batubara

ramah lingkungan.
71

2. Arutmin memiliki fondasi customer yang stabil. Sebagian besar produknya

di jual secara kontrak jangka panjang kepada perusahaan besar ternama di

bidang energi listrik dan industri utilities di Asia khususnya jepang, hal ini

menjadikan penghasilan yang diperoleh Arutmin menjadi lebih stabil.

3. Arutmin memiliki kerjasama strategis dengan 2 perusahaan yang

berstandar Internasional BHP Biliton untuk memperluas jaringan

pemasaran Arutmin dan Thiess Pty Ltd Dan Thiess merupakan perusahaan

Australia yang merupakan provider of integrated engineering and services

with wolrdwide project and decades of mining experience in Indonesia.

4. Lokasi tambang Arutmin strategis karena dekat dengan pelabuhan milik

sendiri NPLCT (North Pulau Coal Terminal) di pantai utara Pulau Laut.

Pelabuhan NPLCT memberikan kontribusi yang signifikan dalam cost

competitiveness Arutmin, karena dekat dengan ke-4 lokasi tambang yang

dimilikinya. Dengan fasilitas pelabuhan NPLCT Arutmin menghindarkan

diri dari ketergantungan fasilitas dari pihak luar dalam mengangkut

batubara untuk tujuan ekspor

5. Sebagai perusahaan pertambangan batubara yang berlokasi di Indonesia,

Arutmin diuntungkan dengan letak geografis Indonesia yang dijadikan

sebagai supplier utama negara-negara di wilayah Asia. Indonesia

merupakan ekportir batubara utama untuk Malaysia dan Philipina.

6. Memiliki tenaga kerja ahli yang berpengalaman, dikombinasikan dengan

specialist contractor yang menyediakan jada yang flexibel membuat biaya

operasi menjadi lebih efisien.


72

4.2.2.3 Akuisisi Arutmin

Pada tanggal 23 Oktober 2001 BUMI menandatangani Sale & Purchase

Agreement dengan BHP untuk mengambil alih 80% kepemilikan BHP di Arutmin

dengan nilai pembelian sebesar US$ 148,5 juta yang dialokasikan untuk

pembelian saham senilai US$ 140 juta dan pengalihan hutang BHP Developement

Finance Pty, Ltd. di Arutmin sebesar US$ 8,5 juta. Selanjutnya BUMI

menyepakati untuk mengambil alih 20% kepemilikan EYI dengan nilai pembelian

sebesar US$ 35 juta dan menggunakan tata cara pembelian yang sama seperti

BHP (equal treatment).

Sumber pembiayaan transaksi akusisi sebesar US$ 148,5 juta diperoleh


dari Bank dan Lembaga Keuangan, dengan uraian atas pokok pinjaman sebagai
berikut :
Tabel 4.7
Sumber Pembiayaan Akuisisi Arutmin

Pemberi Total Fasilitas Bunga Jangka Cara Pembayaran Jaminan


Pinjaman Pinjaman per Waktu
tahun
PT. Bank US$ Floating 5 tahun Bunga dibayar setiap Seluruh aktiva,
Mandiri (Persero) 103.906.045 rate (semi bulan persediaan,
(pagu:US$ dengan annualy) Cicilan hutang di piutang, seluruh
103.950.000) referensi bayar setiap 6 bukan saham
atau sebesar Rp. Prime sekali perusahaan yang
980.956.204.800 rate bank dimiliki BUMI,
(Senior Loan) (2001 : seluruh saham
11%) Long Haul
Holding, Ltd
(perusahaan
yang memiliki
hubungan
istimewa
PT. Rifan Rp. 25% per 3 tahun Dibayar setiap tahun Seluruh Piutang
Financindo Asset 469.999.992.800 tahun + (annualy) dengan menggunakan Usaha
Management (Junior Loan) 5% kelebihan dana yang
(RFAM) bagian dimiliki Perusahaan
dari net setelah dikurangi
Income pembayaran cicilan
selama bunga, pokok, kredit,
masa dan/atau biaya atas
Investasi senior loan
Sumber : Perusahaan
73

Pada tanggal 12 Desember 2001, seluruh hutang tersebut diatas di alihkan ke

Arutmin. Sehubungan dengan dilakukannya perjanjian novasi kredit dalam rangka

membiayai transaksi akuisisi, kerugian dan resiko potensial yang mungkin timbul

dari transaksi akuisisi tersebut adalah sebagai berikut :

Arutmin tidak boleh membagikan dividen atau bonus tanpa persetujuan Bank

Mandiri

Tidak diperkenankan untuk membayar hutang kepada pemegang

saham/pemilik perusahaan sendiri kecuali untuk junior loan

Tanpa persetujuan dari Bank Mandiri, Arutmin tidak diperkenankan untuk

mengadakan ekspansi usaha dan/atau investasi baru

4.2.2.4 Latar Belakang Akuisisi KPC

BUMI sebagai perusahaan Indonesia yang beroperasi di bidang

pertambangan khususnya batubara, melihat kepemilikan saham dalam Sangatta

dan KCL dan secara tidak langsung dalam KPC sebagai peluang yang besar bagi

BUMI untuk meningkatkan portofolionya dan memperkuat posisinya di bidang

usaha pertambangan, khususnya tambang batubara yang pada akhirnya sejalan

dengan rencana jangka panjang BUMI.

Dengan bergabungnya Arutmin dan KPC, maka BUMI mengharapkan

timbulnya sinergi-sinergi dengan operasi BUMI saat ini, yang diharapkan

berdampak pada peningkatan kinerja operasi, keuangan dan Modal BUMI, yaitu :

1. Memperkuat posisi daya saing yang lebih kompetitif, khususnya dalam

penjualan batubara. Dengan bergabungnya KPC dan Arutmin dibawah satu

kendali kepemilikan, maka gabungan produksi batubara dari 2 perusahaan


74

tersebut akan menjadikan BUMI sebagai produsen batubara terbesar di

Indonesia serta menjadi salah satu produsen batubara terbesar di dunia yang

akan mengusai sekitar 6% - 7% dari pasokan batubara internasional. Posisi

ini memungkinkan BUMI untuk meningkatkan pangsa pasar dan

memperkuat posisinya dalam melakukan proses negosiasi penjualan. Melalui

kerjasama dengan manajemen BUMI, KPC dan Arutmin dapat melayani

jaringan pelanggan uang lebih luas (dengan peluncuran produk campuran)

dan tidak perlu bersaing untuk mencari pelanggan di pasar batubara yang

berbeda.

2. Meningkatnya kemampuan tawar-menawar (bargaining power) dengan para

pemasok dan kontraktor pertambangan sebagai hasil dari sinergi dan

peningkatan skala ekonomi operasi BUMI. Dua biaya terbesar yang khas

untuk tambang batubara berhubungan salah satunya dengan pembelian

peralatan dan biaya operasi dan tenaga kerja, atau alternatifnya kontraktor

pengelola tambang.

3. Membuka peluang bagi BUMI untuk sumber-sumber modal baru.

KPC adalah perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia yang secara

teratur memiliki arus kas yang besar yang menjadi sumber modal kerja yang

besar, yang mana dapat digunakan BUMI untuk memperkuat posisi

modalnya.

4. Sumber penyediaan batubara alternatif

Terbuka peluang bagi penyediaan sumber penyediaan batubara alternatif bagi

pemasok di pasar tradisional, yang memungkinkan BUMI memperoleh

tambahan pangsa pasar dan/atau menguasai harga jual.


75

5. Diversifikasi operasi BUMI dan memperkecil resiko-resiko usaha.

Diversifikasi operasi dan resiko perolehan laba dengan memiliki anak

perusahaan kedua yang bergerak di bidang usaha pertambangan batubara.

6. Meningkatkan nilai aktiva BUMI lebih dari 127%

Jumlah aktiva KPC pada tanggal 30 Juni 2003 tercatat sebesar USD 564 juta,

sementara jumlah aktiva BUMI pada tanggal yang sama adalah sebesar USD

443 juta (dengan menggunakan kurs nilai tukar Ro. 8.285/USD). Aktiva

KPC akan menambah nilai konsolidasi dan meningkatkan kredibilitas dari

Grup BUMI dan mungkin memberikan akses ke pasar modal yang lebih baik

dan biaya pendanaan yang lebih murah.

7. Arus kas positif yang diproyeksikan untuk 18 tahun kedepan memperlihatkan

kemampuan KPC untuk mendanai sendiri kebutuhannya akan modal kerja

dan capital expenditure.

KPC memproduksi tiga jenis produk batubara, yaitu Prima, Pinang dan Melawan.

1. Prima

Prima adalah produk andalan KPC, karena memiliki kualitas bagus dengan

kalori tinggi, abu sangat rendah, serta sulfur dan kelembaban sedang. Produk

ini berwarna cerah dan mengkilap. Pinang memiliki karakteristik serupa

dengan Prima namun dengan kandungan kelembaban yang lebih tinggi.

2. Melawan

Sementara Melawan adalah produk batubara sub-bitumen dengan kandungan

abu dan sulfur yang rendah serta kelembaban lebih tinggi. Pada tahun 2005,

KPC mulai mengembangkan tambang Bengalon (sekitar 35 kilometer


76

sebelah utara lapangan Sangatta). Lokasi tersebut saat ini telah dilengkapi

dengan fasilitas transportasi batubara dan pelabuhan.

3. Pinang

Di tahun 2006, tambang Bengalon memproduksi 5,5 juta ton batubara yang

dipasarkan dengan nama Pinang-B, karena karakteristik yang mirip dengan

Pinang namun dengan kalori sedikit lebih rendah. Ke depan, tambang ini

diharapkan dapat memproduksi lebih dari 8,5 juta ton batubara per tahun.

Formasi batubara KPC tersebar di sembilan lapisan utama yang terletak di

wilayah barat Pinang Dome dan di empat lapisan utama di sebelah selatan. Lebih

dari 10 juta tahun yang lalu, batubara disini terbentuk dengan kondisi geologis

yang sempurna, sehingga menghasilkan formasi tidak terkontaminasi yang tebal,

bersih dengan kadar abu yang sangat rendah.

Tabel 4.8
Kandungan Batubara KPC per 31 Desember 2002

Dalam ribuan ton


Wilayah Kandungan Batubara
Dapat di tambang Dapat dipasarkan
Sangatta (5pits) 168.737 159.115
Pit J (8 pits) 61.896 59.775
Melawan (17 pits) 166.555 161.952
Pinang Barat (2 pits) 1.277 1.111
Sumber : Perusahaan

Keunggulan kompetitif KPC :

1. KPC memiliki cadangan batubara yang berkualitas tinggi . Dengan track-

record produksi yang stabil lokasi tambang KPC sangat strategis dan

sangat dekat dengan pelabuhannya didukung dengan infrasturktur tambang

yang sangat memadai menjadikan KPC perusahaan tambang dengan

fasilitas berstandar internasional.


77

2. KPC memiliki Tanjung Batubara Coal Terminal (TBCT) yang merupakan

pelabuhan milik sendiri yang berkapasitas 800.000 metric ton dan dapat

dikembangkan menjadi 1,2 juta metric ton.

4.2.2.5 Akuisisi KPC

BUMI meng-akuisisi 100% saham KPC pada bulan Oktober 2003 dari

British Petroleum International Limited (BP) dan Rio Tinto berdasarkan Share

Sales and Purchase Agreement (SPA). KPC merupakan perusahaan yang

masing-masing dimiliki oleh Sangatta Holding Limited (SHL) milik Rio Tinto

sebanyak 50% dan Kalimantan Coal Limited (KCL) milik BP sebanyak 50%

seharga AS$500 juta dengan penyesuaian atas nilai Modal Kerja KPC pada

tanggal penutupan transaksi.

Sumber pembiayaan transaksi akusisi diperoleh dari Lembaga keuangan

asing, dengan uraian atas pokok pinjaman sebagai berikut :

Tabel 4.9
Sumber pembiayaan Akuisisi KPC
Pemberi Pinjaman Total Fasilitas Bunga per Jangka Cara Pembayaran Jaminan
Pinjaman tahun Waktu
Sindikasi Bank dan Lembaga Keuangan
United Overseas US$ 115.485.200 LIBOR + 2 tahun Cicilan pokok hutang
Bank Limited 6.5% p.a. di bayarkan dalam
interval waktu 3 bulan
sekali
Credit Suisse First US$ 202.261.000 LIBOR + 5 tahun Cicilan pokok hutang Hak tagih
Boston Limited 9.6% p.a. di bayarkan dalam fiducia atas
interval waktu 3 bulan piutang usaha,
sekali persediaan,
Leighton Finance US$ 39.999.996 LIBOR + 3 tahun Cicilan pokok hutang klaim asuransi,
Limited 10.6% p.a. di bayarkan dalam rekening dan
interval waktu 3 bulan pinjaman
sekali intercompany
kepada pihak
Macquire Bank US$ 46.391.760 14.5% p.a. 3 tahun Cicilan pokok hutang
BUMI
Limited di bayarkan dalam
interval waktu 3 bulan
sekali
Sumber : Perusahaan
78

4.2.3 Analisis LBO BUMI

4.2.3.1 Proses LBO

BUMI menggunakan sumber pinjaman untuk meng-akuisisi Arutmin dan

KPC. Dana untuk mengakuisisi Arutmin seluruhnya diperoleh dari pinjaman, baik

Bank maupun Lembaga Keuangan yang terdiri dari Senior dan Junior Loan.

Dalam mengakuisisi KPC lebih dari 80% dana yang digunakan oleh BUMI

bersumber dari pinjaman.

Berikut proses transaksi LBO BUMI atas KPC dan Arutmin (skema

transaksi LBO serta Time-Line Refinancing post LBO masing-masing dapat

dilihat pada gambar 4.6 dan gambar 4.7)

A. Skema Akuisisi Arutmin

BUMI mengakuisisi 80% saham Arutmin senilai US$148 juta dari BHP

dengan menggunakan dana 100% pinjaman dari Bank Mandiri dan Rifan Asset

Management.

Pinjaman tersebut diperoleh dengan jaminan berupa seluruh aktiva, persediaan,

piutang, seluruh saham perusahaan yang dimiliki BUMI dan seluruh saham

Long Haul Holding, Ltd (perusahaan yang memiliki hubungan istimewa)

dengan 11% untuk pinjaman US$ dan 25% untuk pinjaman rupiah.

Pada akhir tahun 2001 pinjaman tersebut dialihkan ke Arutmin.

B. Skema Akuisisi KPC

BUMI mengakuisisi 100% saham KPC dari Sangatta Holding Ltd dan

Kalimantan Coal Ltd senilai US$ 500 juta dengan menggunakan dana yang

berasal dari pinjaman bank dan lembaga keuangan (81%) dan dana internal

(19%).
79

Pinjaman tersebut diperoleh dengan jaminan berupa hak tagih fiducia atas

piutang usaha, persediaan, klaim asuransi, rekening-rekening penerimaan milik

KPC dengan tingkat bunga rata-rata tertimbang (weighted interest interest rate)

sebesar 10,39%.

C. Skema LBO BUMI

Bumi membentuk Special Purpose Vehicle (SPV) yang bernama Indocoal

Resources (Cayman) Ltd (Indocoal)

IndoCoal Export (Cayman) Limited menerbitkan Nota Hutang tujuh-tahun

senilai US$ 600 juta, dengan jaminan sekuritisasi tagihan penjualan batubara

dimasa mendatang yang dimiliki oleh Arutmin dan KPC. Hasil penerbitan Nota

Hutang ini digunakan untuk pembiayaan kembali (re-financing) hutang

Arutmin dan KPC saat itu

Karena KPC dan Arutmin kembali dijadikan jaminan oleh Indocoal dalam

surat hutangnya. Maka KPC dan Arutmin harus menjual batubaranya melalui

Indocoal, dimana dana hasil penjualan akan digunakan untuk membayar bunga

dan pokok dari pinjaman Indocoal, kemudian sisanya baru dialokasikan untuk

biaya operasional KPC dan Arutmin.


80

Gambar 4.6
Skema Leverage Buy-Out BUMI

SkemaAkuisisiArutmin SkemaAkuisisiKPC

A B

SkemaLBOBUMI
C


Sumber : Perusahaan, Penulis
81

Gambar 4.7 Time-line Re-financing Post-LBO BUMI

Nov01 Oct03 Nov03 Mar04 Apr04 Oct04 Jul05 Oct06 Jun07

Divestasi seluruh
kepemilikan Hotel
Pembentukan SPV-
Bumi Tashkent
Indocoal
sebesar US$ 6 juta
Resources
Akuisisi (Cayman) Ltd,
19,99% Saham menandatangani
Akuisisi 80% Akuisisi 100% Arutmin
Saham Saham KPC Hutang Seri 2005-1
Arutmin sebesar US$ 600 Divestasi 30%
juta saham KPC &
Interest rate 7,134% Arutmin kepada
untuk melunasi Tata Power dgn
semua Hutang nilai transaksi
Sindikasi Bank Bank dan hutang sebesar US$ 1,1
& LK II Arutmin sindikasi milyar + tambahan
Nilai akuisisi Nilai akuisisi sebesar US$ modal kerja
sebesar US$ 148,5 sebesar US$ 500 77.17.500 Pelunasan Hutang
juta juta Interest rate : Rifinancing Seri 2005-1 dengan
- Senior Debt : Sindikasi Bank & +/- LIBOR + Sindikasi Bank & menandatangani
Bank Mandiri LK I KPC 4,33% LK I KPC: sebesar Hutang Seri 2006-1
Sebesar US$ Sebesar US$ US$ 385 sebesar US$ 900
103.906.045 404.137.956 Interest rate : juta
(floating rate) Interest rate : +/- LIBOR + 4% diperpanjang dgn
- Junior Debt : LIBOR + 8,9% dan Hutang Seri 2006-2
RFAM 14,5% A US$ 600 juta dan
Sebesar Rp. B US$ 300 juta
469.999.992.800 Interest rate LIBOR
(Interest rate : 25% + % atas margin
+ 5%NI)

Sumber : Perusahaan, Penulis


82

Tabel 4.10 Re-Financing Post-LBO BUMI

Period LBO - Nov'01 Dec'02 LBO - Oct'03 Dec'04 Dec'05 Dec'06 Dec'07

Kejadian Akuisisi 80% saham Arutmin - Akuisisi 100% saham KPC senilai Akuisisi 19.99% saham Arutmin Pembentukan SPV SPV-Indocoal - Divestasi 30% saham anak
sebesar US$ 148.456.045 US$ 500.000.000+ tambahan sebesar US$ 148.456.045 Resources (Cayman) Ltd perusahaan Batubara BUMI kepada
Modal kerja TATA senilai US$ 1,1 milyar +
tambahan Modal Kerja

Bank US$ 104 juta US$ 132 juta US$ 104 juta US$ 71 juta - - -

*Interest : 11% p.a *Interest : 9,8% p.a *Interest : 9,69% p.a *Interest : 9,73% p.a
Rp 90 milyar Rp 90.000.000.000
Interest : 21% p.a Interest : 21% p.a

Lembaga Keuangan Rp. 470 milyar US$ 1 juta US$ 99 juta US$ 141 juta US$ 112 juta US$ 367 juta US$ 8 juta
Interest : Interest : 12,74% p.a *Interest : 12,36% p.a *Interest : 13,16% p.a *Interest : 13,13% p.a
25% p.a + 5% dari laba bersih

- - US$ 404 juta US$ 462 juta - - -


Sindikasi Bank & Lembaga
Keuangan Interest : 10,39% p.a *Interest : 6,65% p.a

Notes Purchase Agreement - - - - US$ 563 juta US$ 648 juta -

Interest : 7,134% p.a Interest : 7,134% p.a

Obligasi Konversi - - - - - - OK I : US$ 261,4 juta


OK II : US$ 17,4 juta
Interest : 0%, Issuance price at par

Interest - net (per 31 Des) US$ 146 ribu US$ 26 juta US$ 25 juta US$ 77 juta US$ 79 juta US$ 98 juta US$ 39 juta

Jaminan Seluruh aktiva, persediaan, Seluruh aktiva, persediaan, Hak tagih fiducia atas piutang Hak tagih fiducia atas piutang Piutang atas penjualan batubara Piutang atas penjualan batubara Konversi dengan Saham BUMI :
piutang, seluruh saham piutang, seluruh saham usaha, persediaan, klaim dari KPC dan Arutmin dari KPC dan Arutmin
usaha, persediaan, klaim Obl. Konv. I : 1.018.590.168
perusahaan yang dimiliki BUMI, perusahaan yang dimiliki BUMI, asuransi, rekening-rekening berdasarkan perjanjian originator berdasarkan perjanjian originator
seluruh saham Long Haul seluruh saham Long Haul asuransi, rekening dan pinjaman receivables sale agreements and receivables sale agreements and
penerimaan milik Arutmin dan Obl. Konv. II : 50.267.260
Holding, Ltd (perusahaan yang Holding, Ltd (perusahaan yang intercompany kepada pihak BUMI KPC long-term supply aggreement long-term supply aggreement
memiliki hubungan istimewa) memiliki hubungan istimewa) Harga Konversi : Rp. 2.284/lbr shm
Rasio Kunci (per 31 Des) Net Gearing Ratio (x) 2.97 Net Gearing Ratio (x) 1.37 Net Gearing Ratio (x) 4.82 Net Gearing Ratio (x) 5.75 Net Gearing Ratio (x) 2.56 Net Gearing Ratio (x) 2.85 Net Gearing Ratio (x) 0.15
Net Debt to EBITDA (x) 12.1 Net Debt to EBITDA (x) 2.0 Net Debt to EBITDA (x) 6.8 Net Debt to EBITDA (x) 1.8 Net Debt to EBITDA (x) 1.6 Net Debt to EBITDA (x) 2.6 Net Debt to EBITDA (x) 0.5
Free Cashflow / Int. Exp (x) -75.5 Free Cashflow / Int. Exp (x) 3.1 Free Cashflow / Int. Exp (x) 0.5 Free Cashflow / Int. Exp (x) 3.9 Free Cashflow / Int. Exp (x) 2.3 Free Cashflow / Int. Exp (x) 2.8 Free Cashflow / Int. Exp (x) 12.1
* merupakan bunga rata-rata (weighted average )
Sumber : Perusahaan, Penulis
82
83

Karakteristik KPC Memenuhi hampir semua dari persyaratan baku bagi target

LBO kecuali debt to equity ratio yang rendah. Namun hal itu tetap tidak menjadi

penghalang bagi Bumi untuk memperoleh pinjaman dikarenakan kualitas asset dari

KPC yang sangat tinggi, seperti cadangan batu bara yang besar dan berkualitas tinggi,

lokasi tambang yang dekat dengan pelabuhan pengaturan batubara, dan KPC juga

memiliki sendiri coal terminal port sehingga tidak tergantung pada pihak ketiga. Hal

ini cukup untuk meyakinkan para pemberi pinjaman untuk mengucurkan dananya

kepada Bumi.

Seiring berjalannya waktu, setelah KPC diakuisisi oleh Bumi, kinerjanya

terus meningkat. Hal ini dapat terlihat dari produksi batu bara yang terus meningkat

dan harga batu bara yang semakin tinggi. Oleh karena itu, pada tahun 2007 Tata

Power perusahaan energi dari India mengambil alih 30% kepemilikan di KPC dan

Arutmin dalam rangka memperoleh pasokan batubara untuk pembangkit listriknya.

4.2.4 Analisis Kondisi BUMI Setelah Akuisisi Melalui LBO

Setelah menjalani transformasi dan mengukuhkan posisinya menjadi produsen

batubara terbesar di Indonesia dan operator energi berkelas dunia (world class energy

operator), melalui kepemilikannya pada Arutmin dan KPC maka BUMI

memproduksi 30% dari total produksi Indonesia dan mengekspor 8% dari total

ekspor thermal coal dunia. Saat ini jumlah cadangan batubara yang siap dipasarkan

(marketable reserve) yang dimiliki BUMI memungkinkan masa produksi di atas 20

tahun. BUMI juga merupakan salah satu produsen batubara dengan biaya produksi

paling rendah di dunia. Hal ini dimungkinkan karena secara geologis cadangan
84

batubara BUMI berada di dekat permukaan, sehingga BUMI dapat melakukan

penambangan melalui metode open pit mining yang mana letak geografis tambang

batubara BUMI juga berdekatan dengan terminal pelabuhan muat batubara. Lokasi

tambang BUMI lebih dekat ke Jepang dan Eropa, dibanding dengan pesaing besar

lain seperti Australia, memberikan keuntungan biaya transportasi bagi BUMI.

Dengan mengakuisisi 60% saham kepemilikan Enercorp Ltd. (Enercorp), sebuah

perusahaan agen pemasaran yang bertanggung jawab dalam pemasaran produk-

produk energi (seperti batubara, minyak dan gas) dipasar domestik BUMI

mengkonsolidasikan upaya pemasaran sumber daya dan energi serta untuk

membangun sebuah perusahaan perdagangan yang memiliki akses pasar domestik.

4.2.4.1 Kinerja Keuangan BUMI

Keberhasilan BUMI dalam melakukan transaksi Leverage Buy-Out

dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

KPC dan Arutmin merupakan asset berstandar Internasional dengan total produksi

yang stabil dan cadangan batubara yang banyak dan berkualitas prima, didukung

dengan infrastuktur yang memadai.

Operasional tambang KPC dan Arutmin ditangani oleh orang2 yang memang

sudah sangat berpengalaman dan teruji. Seluruh jajaran management di tingkat

operasional KPC dan Arutmin dipertahankan tetap sama seperti sebelum akuisisi.

Industri sumber daya khususnya Batubara, sedang mengalami pertumbuhan pesat,

sehubungan dengan pertumbuhan GDP yang pesat di Cina dan India yang

menuntut adanya pembangunan infrastruktur baru (misalnya power plant) untuk


85

memenuhi kebutuhan domestic yang pada akhirnya meningkatkan demand

terhadap batubara yang merupakan salah satu sumber energi yang paling murah,

sementara supply nya terbatas.

Gambar 4.8 Production Track Record BUMI

Sumber : Perusahaan

4.2.4.2 Analisis Rugi / Laba BUMI

Pertumbuhan pendapatan BUMI dipicu oleh pertumbuhan produksi di kedua


perusahaan batubaranya KPC dan Arutmin serta semakin meningkatnya harga
batubara dunia.
Tabel 4.11 Harga Produksi Dan Penjualan Batubara BUMI
Produksi (mt) Penjualan (mt) Harga /
Tahun
mt
KPC Arutmin KPC Arutmin

2003 16.2 13.6 16.6 14.0 24.8

2004 21.4 15.0 21.3 14.6 31.2

2005 28.2 16.8 27.5 16.9 40.1

2006 35.3 15.3 34.9 15.1 40.8

2007 38.9 15.3 39.4 16.0 44.0


Sumber : Perusahaan
86

Pendapatan BUMI setelah akuisisi mengalami kenaikan dari Rp. 19 milyar

tahun 2000 menjadi Rp. 9.421 milyar ditahun 2001 atau mengalami pertumbuhan

sebesar 495%, sementara itu EBIT sempat mengalami penurunan yang sangat

signifikan di tahun 2001 akibat akuisisi Arutmin yang seluruhnya menggunakan

pinjaman Bank dan Lembaga Keuangan, yang menyebabkan beban bunga yang harus

di tanggung BUMI meningkat tajam.

Gambar 4.9
Pendapatan dan Laba bersih BUMI Sebelum dan Setelah Akuisisi
Akuisisi Akuisisi
Akuisisi Akuisisi Arutm in KPC
Arutm in KPC 3,500.0
25,000.0
2,899.7
20,698.3 3,000.0

20,000.0 2,500.0
16,974.6 2,038.0
15,921.5
2,000.0
15,000.0
1,500.0 1,222.1
9,420.6 1,079.5
10,000.0 1,000.0

3,863.3 500.0
5,000.0 67.2 91.1 107.6
2,433.0 13.5 10.6
449.9 -
93.0 34.2 18.9 (22.9)
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*
- (500.0)
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 CAGR 271.3% selam a periode 1998-2007
Laba Bersih * tidak term asuk laba atas divestasi 30% saham anak
Pendapatan CAGR 82% selam a periode 1998-2007 ..perusahaan batubara ke TATA

Sumber : Perusahaan, Penulis

Pengujian yang dilakukan pada Laporan Rugi/Laba BUMI periode 2007,

menunjukkan bahwa pertumbuhan profitabilitas BUMI lebih banyak di dorong oleh

kenaikan harga jual batubara. Kenaikan harga jual sebesar 10% akan menyebabkan

laba bersih naik sebesar 23,5%, dan sebaliknya jika harga jual mengalami penurunan

laba bersih menjadi turun sebesar 23,5%.

Dasar perhitungan (Data aktual periode 2007) :

Average Selling Price (ASP) = US$ 44/mt.

Volume = 55,4 mt.

Cash Cost = US$ 25,9/mt.


87

Pengujian terhadap kenaikan/penurunan Harga Jual


Income Statement (Rpbn) 2007A 2007 Base ASP + 10% ASP - 10%
Revenues 2,265.5 2,437.6 2,681.4 2,193.8
Cost of Revenue (1,511.2) (1,434.9) (1,434.9) (1,434.9)
Gross Profit 754.3 1,002.7 1,246.5 759.0
Operating Expenses (347.9) (347.9) (347.9) (347.9)
Operating Income (EBIT) 406.4 654.8 898.6 411.1
Other income and associates 448.6 448.6 448.6 448.6
Profit before tax 855.0 1,103.4 1,347.2 859.7
Tax (14.6) (14.6) (14.6) (14.6)
Profit after tax 840.4 1,088.8 1,332.6 845.1
Minorities/pref dividends (51.3) (51.3) (51.3) (51.3)
Net Income 789.1 1,037.5 1,281.3 793.8
23.5% -23.5%
(Diasumsikan semua variabel selain harga jual tidak bergerak)

Pengujian terhadap kenaikan/penurunan Cash Cost


Income Statement (Rpbn) 2007A 2007 Base CC + 10% CC - 10%
Revenues 2,265.5 2,437.6 2,437.6 2,437.6
Cost of Revenue (1,511.2) (1,434.9) (1,578.3) (1,291.4)
Gross Profit 754.3 1,002.7 859.3 1,146.2
Operating Expenses (347.9) (347.9) (347.9) (347.9)
Operating Income (EBIT) 406.4 654.8 511.4 798.3
Other income and associates 448.6 448.6 448.6 448.6
Profit before tax 855.0 1,103.4 960.0 1,246.9
Tax (14.6) (14.6) (14.6) (14.6)
Profit after tax 840.4 1,088.8 945.4 1,232.3
Minorities/pref dividends (51.3) (51.3) (51.3) (51.3)
Net Income 789.1 1,037.5 894.1 1,181.0
-13.8% 13.8%
(Diasumsikan semua variabel selain Cash Cost tidak bergerak)

Pengujian terhadap kenaikan/penurunan Volume Penjualan


Income Statement (Rpbn) 2007A 2007 Base Vol 10% Vol - 10%
Revenues 2,265.5 2,437.6 2,681.4 2,193.8
Cost of Revenue (1,511.2) (1,434.9) (1,578.3) (1,291.4)
Gross Profit 754.3 1,002.7 1,103.0 902.5
Operating Expenses (347.9) (347.9) (347.9) (347.9)
Operating Income (EBIT) 406.4 654.8 755.1 554.6
Other income and associates 448.6 448.6 448.6 448.6
Profit before tax 855.0 1,103.4 1,203.7 1,003.2
Tax (14.6) (14.6) (14.6) (14.6)
Profit after tax 840.4 1,088.8 1,189.1 988.6
Minorities/pref dividends (51.3) (51.3) (51.3) (51.3)
Net Income 789.1 1,037.5 1,137.8 937.3
9.7% -9.7%
(Diasumsikan semua variabel selain Volume Penjualan tidak bergerak)
88

4.2.4.3 Analisis Rasio Likuiditas BUMI

Berdasarkan analisis dari data historis, rasio likuiditas BUMI terus mengalami

peningkatan. Dari analisis yang ada, current ratio dan quick ratio BUMI mengalami

perbaikan paska akuisisi Arutmin dan KPC. Secara konstan dari tahun 2003, current

ratio BUMI terus mengalami peningkatan dari 0.5 pada tahun 2003 hingga mencapai

1.4 pada tahun 2007. Selain itu, quick ratio BUMI juga terus meningkat dari 0.2 pada

tahun 2003 hingga mencapai 0.6 pada tahun 2007.

Gambar 4.10 Liquidity Ratio BUMI

Akuisi Akuisi
4.0 3.7 si si KPC
3.5 3.3
3.0
2.5 2.2
2.0
1.5 1.3 1.4
1.5
0.8
1.0 0.5 0.5 0.6 0.6
0.4 0.5
0.5 0.2 0.2 0.1 0.2 0.3 0.3 0.3
-
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Current Ratio Quick Ratio

Sumber : Perusahaan

4.2.4.4 Analisis Rasio Solvency BUMI

Pasca akuisisi Arutmin pada tahun 2001, rasio EBIT/Int.Exp BUMI sempat

melonjak ke level 48.3x sebelum pada tahun berikutnya turun ke level 1.8x, hal ini

dikarenakan pada tahun 2001, biaya bunga untuk akuisisi Arutmin belum sepenuhnya

tercatat. Namun setelah mencapai level terendah pada 1.8x, rasio ini terus bertumbuh
89

sampai pada tahun 2007 sudah berada dilevel 9.7x, hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan BUMI untuk membayar bunga dari hasil operasionalnya terus membaik.

Sementara itu, dari sisi debt-to-equity ratio (DER) juga menunjukkan tren

perbaikan yang pesat, dimana pasca akuisisi Arutmin di tahun 2001, kemudian KPC

ditahun 2003, rasio DER BUMI terus berada diatas 300%, namun sejak mencapai

puncaknya di tahun 2004, rasio DER terus membaik hingga berada dilevel yang

sangat baik di tahun 2007, yaitu 15%.

Gambar 4.11 Rasio Solvency BUMI


(X) Akuisisi Akuisisi
Arutmin KPC
60.0 700%
575%
48.3 600%
50.0 482%
500%
40.0
297% 400%
285%
256%
30.0 300%
137% 200%
20.0 15%
20% -2% -3% 9.7 100%
10.0 3.6
1.8 1.9 3.1 3.3 0%
0.1 - -
- -100%
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

EBIT/Int.Exp (LHS) Debt Equity Ratio (RHS)

Sumber : Perusahaan, Penulis

Rasio hutang BUMI pada saat melakukan akuisisi Arutmin dan KPC sempat

mengalami kenaikan yang signifikan akibat hampir 80% dari keperluan dana akuisisi

2 (dua) perusahaan batubara tersebut didanai oleh pinjaman, baik kepada bank

maupun lembaga keuangan non-bank, dengan tingkat bunga yang pada saat itu cukup

tinggi. Akan tetapi seperti dapat dilihat pada gambar 4.12, bahwa dalam kurun waktu

2 tahun setelah akuisisi manajemen telah dapat menurunkan rasio hutang perusahaan.
90

Hal ini mengindikasikan kemampuan manajemen dalam mengelola cashflow

perusahaan dan me-refinancing hutang-hutangnya dari tingkat bunga tinggi ke tingkat

bunga yang lebih rendah sehingga memudahkan manajemen dalam pengaturan

cashflow untuk melunasi hutang-hutangnya. Rasio hutang yang rendah memudahkan

BUMI untuk memperoleh pinjaman dalam rangka membiayai modal kerja dan

ekspansi perusahaan.

Gambar 4.12 Rasio Hutang BUMI


(X) A k uis is i A k uis is i
A rut m in KP C
(X)
A k uis is i A k uis is i 14.0
A rut m in KP C
7.0
12.0 12 .1
6.0
5 .7
10.0
5.0 4 .8
8.0 8 .0
4.0 7 .7
6 .8
6.0
3.0 3 .0 2 .8
2 .6
2.0 4.0 3 .9
1.4 2 .6
1.0 2.0 2.0 1.8 1.6
0 .2 0 .2 0 .5
- ( 0 .0 ) ( 0 .0 ) -
98 99 00 01 02 03 04 05 06 07
(1.0) 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07

Net Gearing Ratio Net Debt/EBITDA

Sumber : Perusahaan, Penulis

4.2.4.5 Analisis Sustainability BUMI

BUMI secara konstan terus menumpuk perolehan labanya dalam saldo laba

ditahan dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan operasional perusahaan kedepan.

Hal ini terlihat dengan rasio sustainable growth rate ( r) yang terus bertumbuh pesat.

Baru setelah rasio r mencapai level yang baik, BUMI mulai perlahan2 meningkatkan

dividend payout ratio-nya.


91

Gambar 4.13 Sustainable Growth Rate BUMI

120% 116% 140%


120%
100%
100%
80%
58% 56% 80%
60% 43% 60%
40%
40% 10% 10%
5% 3% 4% 20%
20% -8%
0%
0% -20%
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Retention Ratio Sust.Growth Rate

Sumber : Perusahaan, Penulis

Langkah strategis BUMI dalam merubah jalur bisnisnya dengan mengakuisisi


2 perusahaan tambang batubara yang dominan di Indonesia terbukti telah
meningkatkan rasio Return on Equity selama periode 1998 sampai dengan 2007, yang
telah meningkat CAGR 224%. Terlepas dari posisi BUMI yang memang diuntungkan
oleh harga batubara yang tinggi, kinerja manajemen yang solid dalam mengelola
modal kerja perusahaan untuk menghasilkan keuntungan juga merupakan faktor
penunjang yang sangat penting.
Gambar 4.14 Return on Equity BUMI

A k uis is i A k uis is i
A rut m in KP C
140%

120%
116 %
100%

80%

60% 63% 6 1%
55%
40%

20%
14 % 10 %
10 %
5% 3%
0%
-8%
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
-20%

ROE CAGR 224% selama periode 1998 - 2007

Sumber : Perusahaan, Penulis


92

Beberapa faktor yang akan mempengaruhi BUMI untuk mempertahankan

kelangsungan usahanya dimasa yang akan datang.

A. Demand dan Supply Batubara Global

Permintaan batubara sebagai alternatif sumber energi yang relatif lebih murah

akan terus bertumbuh dimasa yang akan datang seiring dengan pertumbuhan GDP di

negara-negara berkembang. Dengan ketersediaan cadangan yang terbatas, perlunya

infrastruktur yang memadai dalam mengembangkan tambang batubara, menyebabkan

pertumbuhan supply menciptakan ketidakseimbangan dengan demandnya. Penjelasan

yang lebih detail telah dipaparkan oleh penulis dalam analisis industri.

B. Cadangan yang memadai untuk menunjang operasi.

BUMI mempunyai cadangan batubara dalam jumlah besar dengan kualitas

batubara yang prima, dimana data terakhir menunjukkan jumlah cadangan terbukti

sebesar 1.402 juta ton, dimana dengan asumsi produksi tahunan sebesar 60 juta ton,

maka cadangan tersebut akan cukup untuk kegiatan produksi sampai lebih dari 23

tahun kedepan. Hal ini menunjukkan kemampuan BUMI untuk terus melakukan

kegiatan operasi dimasa yang akan datang.

Sebagai tambahan, BUMI telah melakukan perjanjian dengan Tata Power

untuk menjual batubara sebesar 10,8 juta ton pertahun mulai dari tahun 2009 dan

seterusnya. Hadirnya Tata Power sebagai off-taker dari produksi batubara BUMI

akan menjamin terpeliharanya pendapatan dari BUMI.


93

Laporan Cadangan Terbukti dan Terduga per 30 September 2007


(Berdasarkan laporan Konsultan Independen)
(dalam jutaan ton)
Cadangan Cadangan
Terbukti Terduga Total
KPC :
Sangatta 442 3,357 3,799
Melawan 346 - 346
Bengalon 152 976 1,128
940 4,333 5,273

Arutmin :
Senakin 28 382 410
Satui 59 296 355
Batulicin 16 529 545
Mulia Asam-asam 359 1,190 1,549
462 2,397 2,859

TOTAL 1,402 6,730 8,132

Berdasarkan report per Desember 2005 1,087 6,124 7,211

Naik 315 606 921


% Kenaikan 29% 10% 13%
Sumber : Perusahaan

Tipe batubara dan kandungan yang diproduksi oleh 2 (dua) anak perusahaan BUMI,
adalah sebagai berikut :
KPC Arutmin
Prima Pinang Melawan Bengalon Senakin Satui Batulicin EcoCoal
Qualityparameters
Calorificvalue(kcal/kg) 7,100 6,290 5,690 6,230 6,700 6,800 6,600 5,000
Totalmoisture 10.50% 17% 23% 19% 11% 10% 9% 35%
Inherentmoisture 5% 13% 18% 14% 6% 6% 4.50% 23%
Ash 4% 3.50% 2.50% 4.50% 12% 8% 12% 3.90%
Volatilematter 39.20% 39.00% 38.50% 40.00% 44.30% 41.50% 43% 38%
Fixedcarbon 52% 44.50% 41% 41.50% 40% 44% 41% 35%
Totalsulfur 0.70% 0.50% 0.3% 0.90% 1% 1% 1% 0%
Handgrovegrindabilityindex(ASTM) 48 46 45 45 40 40 40 70
Sumber : Perusahaan

C. Infrastuktur yang lengkap untuk menunjang ekspansi produksi.

Dua anak usaha BUMI, yaitu KPC dan Arutmin, dilengkapi oleh infrastruktur yang

memadai untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan dan ekspansi usaha.


94

KPC

Transportasi batubara menuju Penampungan sementara di Pengangkutan ke kapal


Loading Port pelabuhan
13 km overland conveyor dengan Kapasitas Stockpile 1.4 Mt Pelabuhan Private International Port
kapasitas maksimum 4,200 tph Kapasitas Stacker 4,200 tph 2 km Jetty 17.2 m draft deep water
Batubara diangkut dari tambang ke Kapasitas Reclaim 4,700 tph berth at low tide
Loading Port dalam jangka panjang Dalam proses upgraded Load vessels up to 220,000 dwt
waktu 25 menit Loading rate of 4,700 tph (being
BUMI sedang merencanakan untuk raised to 7,000 tph)
membuat conveyor dengan
kapasitas yang sama dengan yang
telah ada

Arutmin

Terminal penampungan batubara di 10 buah self-discharging North Pulau Laut Coal Terminal
Senakin memiliki kapasitas @ 1,500 Barges (NPLCT) :
tph Flat top barges ready for Designed for big size ship
1 buag terminal penampungan transshipment (Handymax up to Capesize)
batubara di Satui berkapasitas @ Stockpile capacity; 600,000 tonne
3,000 tph Shiploading capacity; 1.1 million
tonne/month
Excess loaded by direct barging
and transshipment.
95

4.2.5 Divestasi Arutmin dan KPC

Strategi usaha BUMI adalah menjadi perusahaan pertambangan

terdiversifikasi yang berkelas dunia. Salah satu implementasi dari strategi BUMI

tersebut adalah dengan melakukan pengembangan berupa ekspansi pada aset

pertambangan baru masa depan disamping pengembangan secara intensif atas

portfolio aset yang telah dimiliki pada saat ini.

Namun demikian dengan karakteristik bisnis di bidang pertambangan yang

bersifat sangat padat modal dan membutuhkan investasi dalam jumlah yang

signifikan, posisi fundamental keuangan yang kuat merupakan faktor yang sangat

penting bagi BUMI. Pelaksanaan Transaksi penjualan ini akan memperkuat posisi

fundamental keuangan BUMI sekaligus meningkatkan fleksibilitas keuangan secara

signifikan karena relatif kecilnya rasio hutang terhadap ekuitas. Posisi fundamental

yang kuat dan fleksibilitas keuangan akan meningkatkan tingkat kredibilitas BUMI di

mata investor dan institusi keuangan, baik dalam rangka kerjasama strategis maupun

pendanaan baru untuk menunjang ekspansi dan pengembangan pada aset-aset

pertambangan di masa depan seperti tembaga, emas, bijih besi, dan lain-lain. Melalui

ekspansi dan pengembangan asset secara berkelanjutan, BUMI akan bertumbuh

semakin cepat seiring dengan peningkatan yang signifikan pada kinerja operasional

dan keuangan BUMI yang pada akhirnya akan memberikan BUMI kemampuan untuk

memanfaatkan peluang-peluang akuisisi strategis atas aset potensial pertambangan

lainnya. Dengan penerapan strategi ini, diharapkan di masa yang akan datang BUMI

dapat mewujudkan salah satu visinya yakni menjadi perusahaan pertambangan yang
96

terdiversifikasi yang pada akhirnya secara otomatis akan menurunkan tingkat risiko

bisnis BUMI.

BUMI menandatangani perjanjian dengan The Tata Power Company Limited

(Tata Power) pada tanggal 30 Maret 2007. Berdasarkan perjanjian tersebut, Tata

Power akan menjadi mitra strategis BUMI melalui pembelian 30% kepemilikan

saham di anak perusahaan BUMI, yaitu KPC, Arutmin, Indocoal Resources

(Cayman) Limited, PT Indocoal Kalsel Resources (Indokalsel) dan PT Indocoal

Kaltim Resources (Indokaltim). Dalam transaksi ini, pembelian yang dilakukan oleh

Tata Power adalah atas 30% saham yang dimiliki oleh BUMI pada anak perusahaan,

sehingga sebagai implikasinya kepemilikan BUMI pada anak perusahaan akan

menjadi 65% untuk kepemilikan di KPC dan 70% untuk kepemilikan di Arutmin,

Indocoal, Indokalsel dan Indokaltim .

Nilai transaksi ini sebesar USD $ 1,1miliar dengan penyesuaian harga

tambahan pada saat penutupan transaksi. BUMI menggunakan dana hasil penjualan

tersebut untuk melunasi seluruh hutang sehubungan dengan fasilitas surat hutang

Indocoal (Surat Hutang Indocoal Seri 2006-2) melalui penyelesaian hutang piutang

antar perusahaan diantara Bumi dan Perusahaan Tambang Batu Bara. Dengan

dilunasinya Surat Hutang Indocoal seri 2006-2, maka seluruh transaksi dan perjanjian

sehubungan dengan transaksi sekuritisasi Piutang Batu Bara berakhir dengan

penjualan 30% saham perusahaan tambang batu bara kepada Tata Power.

Tata Power adalah salah satu perusahaan swasta penyedia jasa energi listrik

yang terbesar di India, dengan kapasitas terpasang lebih dari 2.300 MW. Tata Power

juga merupakan pelopor dalam industri kelistrikan di India yang memiliki kinerja
97

historis dan pelayanan pelanggan yang baik serta pertumbuhan usaha yang mantap.

Kegiatan usaha Tata Power mencakup penyedia tenaga listrik dengan menggunakan

generator tenaga uap, air, matahari, angin dan batu bara, serta transmisi dan distribusi

tenaga listrik. Selain itu Tata Power merupakan bagian dari Grup Tata, yang

merupakan salah satu grup konglomerasi terkemuka di India dengan cakupan bidang

kegiatan usaha yang meliputi industri baja, otomotif, perhotelan, telekomunikasi,

tenaga listrik dan kimia.

Tata Power juga telah mengadakan perjanjian penjualan batubara jangka

panjang dengan KPC untuk pasokan batubara +/- 10 juta ton per tahun dengan harga

yang terkait pada index internasional tertentu untuk keperluan pembangkit tenaga

listriknya di Trombay, India serta untuk proyek-proyek pembangkit tenaga listrik di

masa yang akan datang, termasuk proyek yang baru-baru ini dimenangkan, yaitu

Proyek Tenaga Listrik Ultra Mega 4,000MW di Mundra, India.

Secara lebih terperinci, tujuan dan manfaat Transaksi ini bagi seluruh

pemegang saham, antara lain termasuk:

BUMI mendapatkan pendanaan dalam jumlah besar untuk pengembangan lebih

lanjut atas unit-unit bisnis yang telah dimiliki dan melakukan investasi baru di

masa depan.

Penciptaan nilai tambah yang signifikan bagi pemegang saham BUMI, tidak

hanya melalui dividen namun juga dari pertumbuhan nilai perusahaan yang

berkesinambungan.

Penciptaan sinergi antara BUMI dengan Tata Power di masa yang akan datang.
98

Memperkuat posisi keuangan BUMI melalui pelunasan hutang dan perbaikan

dalam hal ketersediaan modal kerja.

Potensi pengurangan biaya modal melalui pendanaan dari mitra strategis sehingga

tidak memberatkan kondisi keuangan BUMI.

Peningkatan tata kelola perusahaan, team manajemen yang solid dan transparansi

yang lebih baik melalui pemanfaatan daya saing dan keahlian yang dimiliki oleh

mitra strategis.

Meningkatkan kredibilitas dan citra BUMI secara keseluruhan melalui kemitraan

dengan pemain-pemain besar utama dalam industri.

Memperluas akses ke ketersediaan peralatan dan jasa melalui peningkatan

kemampuan keuangan dan hubungan dalam industri.

4.3 Strategi Jangka Panjang BUMI

4.3.1 Analisis Persaingan Five-Forces Porter Model

A. Persaingan di antara Produsen batubara

Di Pasar Internasional, peran Indonesia sebagai salah satu negara eksportir

batubara thermal mengalami pertumbuhan yang pesat bahkan melampaui peran

Australia sebagai eksportir batubara thermal terbesar di dunia beberapa tahun

belakangan berdasarkan proyeksi IEA dalam International Energy Outlook 2007.

Indonesia memiliki cadangan batubara yang rendah sulfur, dengan banyak pelabuhan

yang beberapa di antaranya memiliki kapasitas yang besar untuk dilabuhkan oleh

vessel yg lebih besar yang dapat menampung batubara lebih banyak. Dengan

infrastruktur yang memadai ini memberikan kemampuan bagi Indonesia untuk


99

memproduksi batubara dengan biaya yang lebih kompetitif di bandingkan dengan

kompetitornya di pasar Internasional.

Di tahun 2006, total ekspor batubara Indonesia mencapai 129,5m ton. Sampai

dengan bulan Juli 2007, total ekspor batubara Indonesia telah mencapai 69,3m ton,

atau sekitar 83% dari total produksi batubara selama tahun 2007. Total ekspor BUMI

di tahun 2006 adalah sebesar 47,2 ton atau 36% dari total ekspor batubara Indonesia.

Hal ini menjadikan BUMI sebagai produsen batubara terbesar di Indonesia.

Persaingan tentunya tetap ada, berasal dari beberapa produsen batubara berskala

besar lainnya seperti Adaro, Kideco, Berau Coal dan Indo Tambangraya. Namun

mengingat permintaan yang sangat besar dan persediaan yang terbatas maka

persaingan menjadi terbatas. Masing-masing perusahaan masih dapat menikmati

bagian keuntungan yang besar.

B. Potensi Pemain baru dalam industri batubara

Potensi masuknya saingan baru di industri batubara sangatlah rendah

mengingat besarnya barrier to entry seperti perijinan, lokasi tambang yang biasanya

terletak di pedalaman dan sulit untuk di jangkau, infrastruktur dan tenaga ahli yang

tidak terlalu banyak. Selain itu dengan semakin terbatasnya cadangan batubara di

Indonesia juga merupakan salah satu hambatan bagi pendatang baru yang berminat

untuk berkompetisi di industri ini.

C. Produk Pengganti

Substitusi produk saat ini adalah minyak bumi dan gas alam, dimana keduanya

secara ekonomis jauh lebih mahal dari batubara. Harga minyak bumi yang terus

menjulang membuatnya tidak mungkin menjadi substitusi batubara yang notabene


100

harganya jauh dibawahnya. Sementara untuk gas, dibutuhkan investasi yang sangat

besar untuk membangun infrastruktur yang memadai yang dapat menyalurkan gas

dari ladang gas industri penambangan batubara langsung ke pengguna (consumer),

dibutuhan saluran pipa yang sangat panjang dengan biaya yang sangat mahal dan

pabrik pengolahan gas menjadi LNG.

D. Supplier

Supplier untuk adalah kontraktor pertambangan. Jumlah kontraktor relatif

banyak walaupun hanya ada beberapa saja yang ukurannya bisa dikatakan besar.

Banyak jumlah kontraktor membuat bargaining powernya relatif moderat terhadap

BUMI. Disatu sisi BUMI membutuhkan kontraktor untuk melakukan kegiatan

penambangan sementara kontraktor membutuhkan pendapatan dari pemilik hak

tambang. Saat ini KPC mempekerjakan THIESS, Pamapersada & Darma Henwa

sebagai kontraktor pertambangannya, serta tetap melakukan penambangan dengan

menggunakan sumber daya sendiri. Arutmin mempekerjakan Thiess, Pama Persada,

dan Cipta Kridatama untuk melakukan penambangan seluruh produksi batubaranya.

Untuk memasarkan produknya ke pasar Internasional KPC menggunakan jasa

Mitsubishi untuk pasar Jepang dan Glen Core untuk pasar non-Jepang dengan komisi

sebesar 5%. Sedangkan Arutmin menggunakan jasa BHP Biliton untuk pasar ekspor

dan Enercorp (salah satu perusahaan dibawah Bakrie Group) untuk pasar domestic.

Dengan adanya jasa outsourcing dalam memasarkan produknya, BUMI dapat benar-

benar berkonsentrasi pada core business mereka.


101

E. Buyers

Pada dasarnya, BUMI mempunyai posisi tawar-menawar yang kuat karena

tingginya permintaan akan batubara yang besar saat ini terutama dari Cina dan India.

Sementara dari sisi penawaran, kondisi saat ini sangat ketat karena adanya gangguan

infrastruktur di beberapa negara peng-ekspor batubara yang dominan seperti

Australia dan Afrika Selatan. Hal ini tercermin dengan terus meningkatnya harga

batubara dunia.

Dari analisis komponen-komponen Porters Five Forces diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa industri batubara khususnya di Indonesia merupakan sektor

industri yang tidak mudah untuk dimasuki. Besarnya working capital yang harus

diinvestasikan, sulitnya perijinan serta masalah dalam pembebasan lahan menjadi

constraint bagi setiap investor yang ingin terjun di industri ini. Hal ini menyebabkan

kompetisi diantara produsen batubara menjadi tidak terlalu ketat, mengingat tidak

terlalu banyak nya kemungkinan akan dilakukannya aktifitas merger dan akuisisi lain

sejalan dengan tujuan jangka panjang perusahaan. Dengan persaingan yang tidak

terlalu ketat, produsen batubara memiliki bargaining power yang kuat terhadap para

pembelinya hal ini tentu saja akan mendorong peningkatan pendapatan dan laba

usaha. Akan tetapi mengingat sumber daya batubara yang terbatas, perusahaan-

perusahaan disektor ini harus melakukan diversifikasi untuk memitigasi keterbatasan

sumber daya dengan terus melakukan eksplorasi lahan baru atau atau

mendiversifikasikan usahanya dengan melakukan eksplorasi terhadap jenis sumber


102

daya mineral lain. Penilaian terhadap masing-masing komponen kekuatan dapat

dilihat pada gambar 4.15.

Gambar 4.15 Porters Five Forces Model BUMI

Substitutes Product Low


Minyak bumi dan gas bumi
Harga minyak bumi dan gas bumi
global yang terus melambung,
Batubara menjadi sumber energi
yg lebih murah

Supplier Power Market Rivalry - Medium Buyer Power - Low


Medium Ada bebarapa perusahaan Kebutuhan dunia akan
Hanya ada beberapa pertambangan batubara yang sumber energi menjadi
mining contractor yang potensial diantanya Adaro, PTBA, semakin besar akibat
berskala besar dengan Kideco, SAR, dll pertumbuhan yg pesat
fee yang cukup mahal BUMI memiliki area penambangan terutama di China dan
Bumi tetap melakukan yang strategis dengan infrastrukstur India, serta terjadinya
penambangan dengan yang memadai masalah infrastruktur di
menggunakan sumber KPC dan Arutmin merupakan Australia yang
daya sendiri di Produsen terbesar batubara No1 di merupakan produsen
beberapa daerah Indonesia dan No 4 di Dunia utama batubara

Entry Barrier - High


Masalah perijinan dan
pembebasan lahan masih
merupakan constraint dalam
industri ini
Persediaan batubara yang
terbatas dan lokasi pertambangan
yg terpencil
Dibutuhkan Working Capital yang
sangat besar untuk membangun
infrastruktur yang memadai

4.3.2 Formulasi Strategi BUMI

4.3.2.1 Tahap Input

4.3.2.1.1 External Factor Evaluation (EFE) Matrix

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal, telah diperoleh nilai bobot EFE

BUMI adalah sebesar 3,15. Dimana total nilai bobot tersebut berada diatas rata-rata
103

2,5 sehingga menunjukan bahwa perusahaan dapat menanggapi dengan baik peluang

dan ancaman di dalam perusahaan.

Tabel 4.12 EFE Matrix BUMI


Opportunities Weight Rating Weighted
Score
1. Permintaan yang besar dari negara China dan India untuk 0.2 4 0.8
kebutuhan listrik. Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi (GDP)
dan populasi penduduk merefleksikan permintaan akan tenaga
listrik.
2. Ketergantungan terhadap ekspor batubara Thermal Indonesia 0.1 3 0.3
semakin meningkat karena cadangan batubara bituminous yang
dapat diambil secara global mulai menipis. Menurut studi yang
dilakukan tahun 2006 oleh kementerian Energi dan Sumber daya,
Indonesia memiliki cadangan batubara lebih dari 6,75 miliar ton.
3. Konsesi pertambangan BUMI dengan area produktif yang masih 0.05 2 0.1
relatif kecil.
4. Masih ada potensi bagi perusahaan untuk meningkatkan tingkat 0.05 2 0.1
efisiensi dalam kegiatan pertambangan maupun distribusi.
5. Penciptaan sinergi antara BUMI dengan Tata Power di masa yang 0.1 4 0.4
akan datang. Kerja sama dengan Tata Power akan menciptakan
pasar yang stabil dalam jangka panjang.
Threats
1. Peraturan pemerintah. Aktivitas pertambangan diatur oleh 0.1 3 0.3
peraturan dan regulasi pemerintah. Sehingga perubahan regulasi
dan peraturan tersebut dapat berimbas pada kinerja perseroan.
2. Penerapan regulasi emisi carbon dioxide (CO2) dan manajemen 0.05 2 0.1
CO2 dapat memberikan dampak terhadap penggunaan batubara.
3. Cadangan yang terbatas. Aktivitas produksi akan terus mengurangi 0.1 4 0.4
cadangan tambang yang ada. Bila perseroan gagal menemukan
cadangan baru atau estimasi yang kurang tepat mengenai potensi
cadangan yang ada akan menambah resiko pada operasional jangka
panjang perseroan.
4. Siklus harga komoditas. Kinerja operasional perseroan akan sangat 0.15 3 0.45
bergantung dengan fluktuasi harga batubara. Kami melakukan
pengujian sensitivitas harga batu bara terhadap kinerja keuangan
perseroan pada sub bab sebelumnya. Setiap kenaikan harga
batubara sebesar 10% mempengaruhi kenaikan laba bersih
perusahaan menjadi sebesar 23.5%, dan begitu pula sebaliknya.
5. Potensi kenaikan Harga minyak sangat berpengaruh terhadap biaya 0.1 2 0.2
produksi Perseroan mengingat area pertambangan yang dimiliki
Perseroan merupakan open pit mining.
TOTAL 1.00 3.15
104

4.3.2.1.2 Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix

Berdasarkan analisis lingkungan internal diperoleh nilai bobot IFE BUMI

adalah sebesar 2,88. Dimana total nilai bobot tersebut berada diatas rata-rata yaitu

2,50. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan sudah cukup baik dalam menggunakan

kekuatan-kekuatannya secara optimal dan meminimalisasi kelemahan-kelemahannya.

Tabel 4.13 IFE Matrix BUMI

Strength Weight Rating Weighted


Score
1. Mendapatkan keuntungan secara langsung dari penguatan harga 0.15 4 0.6
komoditas batubara. Perseroan yang mengekspor seluruh produksinya
akan mendapat keuntungan secara langsung dari penguatan spot price
batu bara.
2. KPC dan Arutmin merupakan dua perusahaan yang mendominasi 30% 0.1 3 0.3
pangsa pasar produsen batubara di Indonesia.
3. Struktur modal yang kuat dengan penuntasan semua hutang batubara 0.05 3 0.15
pada tahun 2007. Rasio Debt Equity relatif kecil yaitu sebesar 0.15x.
Kondisi ini dapat memudahkan perseroan mendapatkan pinjaman untuk
kegiatan ekspansi.
4. Biaya penambangan perseroan yang merupakan termurah di Asia 0.1 4 0.4
Pasifik di karenakan oleh tambang yang terbuka, stip ratio yang rendah
dan cadangan batubara. Rata-rata biaya produksi untuk ekspor dengan
harga FOB meningkat sebesar US$ 33,37 Per ton pada akhir tahun 2007,
namun masih lebih rendah daripada pesaing utama di Australia dengan
biaya rata-rata sekitar US$ 38,32 per ton.
5. BUMI merupakan eksportir batubara thermal kedua terbesar secara 0.05 3 0.15
global dengan total produksi pada tahun 2007 sebesar 53.8 juta ton.
6. Kondisi geologis dan lokasi yang menguntungkan. Kedekatan dari 0.1 3 0.3
lokasi pertambangan terhadap konsumen Asia, Eropa dan Afrika
selatan yang membutuhkan infrastruktur ringan berupa pipa penyaluran
dengan pelabuhan yang terintegrasi.
7. Track record yang baik dari manajemen. Perusahaan dijalankan oleh 0.1 4 0.4
orang-orang yang berpengalaman lebih dari 30 tahun di industri
batubara, komoditas, dan industri infrastruktur .
8. KPC dan Arutmin memiliki produksi batubara dengan berbagai kualitas 0.1 3 0.3
berdasarkan klasifikasi kandungan kalori, sehingga memberikan
fleksibilitas memenuhi permintaan dan kebutuhan pelanggan yang
bervariasi (product blending).
105

Weakness Weight Rating Weighted


Score
1. Cadangan tambang dalam jumlah besar banyak berada pada lokasi yang 0.15 1 0.15
belum mendapat ijin. Kegagalan dalam mendapat ijin dari pemerintah
dapat berakibat pada target produksi jangka panjang perseroan.

2. Resiko kegagalan produksi akibat curah hujan dan Force Majeure 0.1 2 0.2
seperti gempa bumi amat besar. Kepulauan Indonesia terletak di wilayah
dengan aktivitas teraktif di dunia, kerena terletak di pertemuan tiga
lempeng tektonik.
TOTAL 1.00 2.95

4.3.3 Tahap Pencocokan

4.3.3.1 Analisis SWOT

Didalam pembuatan strategi dengan menggunakan matriks SWOT, penulis akan

menggunakan semua faktor dari hasil analisis lingkungan internal dan eksternal yang

telah dilakukan sebelumnya untuk memperoleh formulasi empat tipe strategi seperti

yang digambarkan dalam tabel 4.16.


106

Gambar 4.16 Matriks SWOT


Strength (S) Weakness (W)
1. Mendapatkan keuntungan secara 1. Cadangan tambang perseroan dalam
langsung dari penguatan harga komoditas jumlah besar, berada pada lokasi yang
batubara. belum mendapat ijin.
2. KPC dan Arutmin merupakan dua 2. Resiko kegagalan produksi akibat
perusahaan yang mendominasi 30% cuaca buruk seperti curah hujan yang
pangsa pasar produsen batubara di tinggi dan Force Majeure amat besar.
Indonesia.
3. Struktur modal yang kuat dengan DER
2007 relatif kecil sebesar 0.15x.
4. Biaya penambangan perseroan yang
merupakan termurah di Asia Pasifik.
5. Perseroan merupakan eksportir batu bara
thermal terbesar kedua di dunia.
6. Kondisi geologis dan lokasi yang
menguntungkan.
7. Track record yang baik dari management.
8. KPC dan Arutmin memiliki produksi
batubara dengan berbagai kualitas
berdasarkan klasifikasi kandungan kalori
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
1. Permintaan yang besar dari negara (S1, S4, O1,O2) (W1, O3)
China dan India untuk kebutuhan Menambah kapasitas produksi dengan Membina hubungan dan kerja sama yang
listrik. memanfaatkan momentum penguatan harga baik dengan stakeholder di daerah
2. Ketergantungan terhadap ekspor komoditas batubara. setempat untuk menggarap cadangan-
batubara Thermal Indonesia semakin (S2, S6, O2, O5) cadangan tambang perusahaan yang
meningkat Mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk belum mendapat izin.
3. Konsesi pertambangan BUMI dengan produk yang sudah ada, lewat usaha (W2, O1)
area produktif yang masih relatif kecil. pemasaran yang lebih gencar. Membuat rencana penambangan yang
4. Masih ada potensi bagi perusahaan disesuaikan dengan perkiraan curah hujan.
untuk meningkatkan tingkat efisiensi
dalam kegiatan pertambangan maupun
distribusi.
5. Penciptaan sinergi antara BUMI
dengan Tata Power di masa yang akan
datang.
Threat (T) Strategi ST Strategi WT
1. Peraturan pemerintah. Aktivitas (S3, S7, T3, T4) (W1, T1, T3)
pertambangan diatur oleh peraturan dan Melakukan diversifikasi usaha dengan Mencari cadangan-cadangan untuk usaha
regulasi pemerintah. mencari peluang usaha lain untuk mengurangi bisnis lain (selain batu bara) yang lebih
2. Penerapan regulasi emisi carbon resiko ketergantungan terhadap satu lini mudah perizinannya untuk mengatasi
dioxide (CO2) dan manajemen CO2 bisnis. siklus harga batubara yang berfluktuasi.
dapat memberikan dampak terhadap
penggunaan batubara.
3. Cadangan yang terbatas. Aktivitas
produksi akan terus mengurangi
cadangan tambang yang ada.
4. Siklus harga komoditas. Kinerja
operasional perseroan akan sangat
bergantung dengan fluktuasi harga
batubara
5. Potensi kenaikan Harga minyak sangat
berpengaruh terhadap biaya produksi
Perseroan.
107

4.3.3.2 Boston Consulting Groups (BCG)

Berdasarkan analisis BCG, BUMI berada pada posisi bintang pada kuadran II

karena posisi perseroan yang menguasai pangsa pasar pada pertumbuhan industri

batubara yang relatif cepat. Perseroan harus menerima investasi yang cukup besar

untuk mempertahankan atau memperkuat posisi dominannya. Integrasi kedepan,

Integrasi kebelakang, integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar,

pengembangan produk dan usaha patungan merupakan strategi yang tepat untuk

dipertimbangkan bagi posisi bintang.

Tabel 4.14 Pertumbuhan Penjualan Perusahaan Batubara di Bursa Efek


Indonesia

No Perusahaan 2006 2007 Pertumbuhan =


1 BUMI 16,974.63 20,698.32 22%
2 ADRO 9,748.07 11,592.64 19%
3 PTBA 3,533.48 4,123.85 17%
4 INDY 1,188.54 2,336.96 97%
5 ITMG 732.32 771.82 5%
6 BYAN 2,995.81 3,451.06 15%
Rata rata penjualan diluar INDY 16%

Tabel 4.15 Pangsa Pasar Perusahaan Batubara di Indonesia

Volume Pangsa pasar Pangsa pasar Pangsa Pasar


No Perusahaan
produksi 10 besar Industri Relatif
1 BUMI 53.8 34.2% 30.85% 1.00
2 Adaro 33 21.0% 18.92% 0.61
3 Kideco 18.9 12.0% 10.84% 0.35
4 ITMG 16.6 10.5% 9.52% 0.31
5 Berau Coal 11.8 7.5% 6.77% 0.22
6 Anugrah Bara Kaltim 6.5 4.1% 3.73% 0.12
7 PTBA 5.1 3.2% 2.92% 0.09
8 Bayan 4.7 3.0% 2.69% 0.09
9 Baramarta 3.7 2.3% 2.12% 0.07
10 Bahari Cakrawala 3.4 2.2% 1.95% 0.06
Total 10 157.5
Others 16.9
All Coal Industry 174.4
108

Sumber : Kementerian Energi dan Pertambangan


Gambar 4.17
Matriks BCG

Posisi Pangsa Pasar Relatif (volume produksi)

STAR QUESTION MARK


Tinggi +20 II I
+16 BUMI
Kecepatan Perumbuhan
penjualan industri

Sedang 0 CASH COW DOG


III IV

Rendah -20
1.0 0.5 0.0

4.3.3.3 Internal and External Matrix (IE Matrix)

Dari hasil analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan, telah

diketahui bahwa total nilai bobot dari IFE matriks adalah 2.95 pada sumbu X.

sementara total nilai bobot dari EFE matriks adalah 3.15 pada sumbu Y. Berdasarkan

hasil tersebut maka diperoleh hasil bahwa posisi PT Bumi Resources Tbk pada

matriks IE terletak pada kotak I dan II yang termasuk pada daerah Growth And

Build atau tumbuh dan bina dapat dilihat pada gambar 4.18. Sesuai dengan posisi

tersebut maka ada dua strategi yang dapat di implementasikan oleh PT Bumi

Resources Tbk, yaitu strategi intensif dan integratif.

Pada strategi intensif, strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar,

pengembangan pasar dan pengembangan produk. Sedangkan pada strategi integratif,


109

strategi yang dapat dilakukan adalah integrasi ke depan, integrasi ke belakang dan

integrasi horizontal.

Gambar 4.18
Matriks IE

Kuat Rata-rata Lemah


3.0 - 4.0 2.0 2.99 1.0 1.99
4.0 3.0 2.95 2.0 1.0
3.0-4.0

Tumbuh
Kuat

dan Bina

3.15
I II III
3.0
Rata-rata
2.0-2.99

IV V VI
2.0
1.0-1.99
Lemah

VII VIII IX
1.0

4.3.3.4 Grand Strategy


BUMI berada pada posisi pertumbuhan pasar yang cepat di industri batubara,

hal ini tercermin dari penjualan BUMI yang terus menunjukan peningkatan hingga

mencapai CAGR 16% dari tahun 2003-2007. selain itu posisi bersaing BUMI di

industri batu bara sangat kuat yang terlihat pada produksi batubara BUMI di tahun

2007 yang sebesar 53,8 juta ton atau 31% dari total produksi batubara Indonesia.

Selain itu juga perseroan tercatat mengekspor sebesar 8% dari total ekspor thermal
110

coal dunia serta mempunyai cadangan dan sumber daya sangat besar. Data terakhir

menunjukkan jumlah cadangan terbukti sebesar 1.402 juta ton, dimana dengan asumsi

produksi tahunan sebesar 60 juta ton, maka cadangan tersebut akan cukup untuk

kegiatan produksi sampai lebih dari 23 tahun kedepan.

Melihat kondisi tersebut, posisi BUMI berada pada quadrant I Matrix Grand

Strategy digambar 4.19 yang merupakan posisi strategis yang sangat baik. Strategi

yang tepat di quadrant ini adalah konsentrasi terus menerus pada pasar (Market

Penetration, Market Development dan Product Development. Jika perusahaan

memiliki kelebihan sumber daya, maka Backward Integration, Forward dan

Horizontal dapat menjadi strategi yang efektif. Selain itu jika perusahaan terlalu besar

komitmennya pada produk tunggal, maka diversifikasi konsentrik dapat mengurangi

risiko yang berkaitan dengan lini produk yang sempit.

Gambar 4.19
Matriks Grand Strategy

Pertumbuhan Pasar Cepat

Pengembangan Pasar
Penetrasi Pasar
Pengembangan Produk
Integrasi ke depan
Integrasi ke belakang
Integrasi Horizontal
Diversifikasi Konsentrik
IV I
Posisi Posisi
Bersaing III II Bersaing
Lemah Kuat

Pertumbuhan Pasar Lambat


111

4.3.4 Tahap Keputusan


Dengan melalui tahap pencocokan strategi dari SWOT, BCG, IE dan Grand
Strategy (Tabel 4.16), menghasilkan dua alternatif strategi yaitu Market Development
dan Related diversification. Namun untuk menemukan strategi mana yang harus
dipilih dan diimplementasikan perusahaan, maka akan dilakukan analisis
menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

Tabel 4.16
Hasil Tahap Pencocokan

Alternatif SWOT BCG Grand IE Total

Strategi Strategy

Forward Integration X 1

Backward Integration X 1

Horizontal Integration X 1

Market Penetration X X X 3

Market Development X X X X 4

Product Development X X X 3

Related Diversification X X X X 4

Unrelated Diversification X X 2

Retrenchment 0

Divesture 0

Liquidation 0
112

Tabel 4.17 Matriks QSPM

Strategi
Pengembangan Diversifikasi
Opportunities Bobot
Pasar Konsentrik
AS TAS AS TAS
1. Permintaan yang besar dari negara China dan India 0.15 4 0.6 1 0.15
untuk kebutuhan listrik. Tingginya tingkat
pertumbuhan ekonomi (GDP) dan populasi penduduk
merefleksikan permintaan akan tenaga listrik.
2. Ketergantungan terhadap ekspor batubara Thermal 0.1 3 0.3 2 0.2
Indonesia semakin meningkat karena cadangan
batubara bituminous yang dapat diambil secara global
mulai menipis. Menurut studi yang dilakukan tahun
2006 oleh kementerian Energi dan Sumber daya,
Indonesia memiliki cadangan batubara lebih dari 6,75
miliar ton.
3. Konsesi pertambangan BUMI dengan area produktif 0.05 3 0.15 3 0.15
yang masih relatif kecil.
4. Masih ada potensi bagi perusahaan untuk 0.05 2 0.1 2 0.1
meningkatkan tingkat efisiensi dalam kegiatan
pertambangan maupun distribusi.
5. Penciptaan sinergi antara BUMI dengan Tata Power 0.1 3 0.3 4 0.4
di masa yang akan datang. Kerja sama dengan Tata
Power akan menciptakan pasar yang stabil dalam
jangka panjang.
Threats
6. Peraturan pemerintah. Aktivitas pertambangan diatur 0.1 2 0.2 4 0.4
oleh peraturan dan regulasi pemerintah. Sehingga
perubahan regulasi dan peraturan tersebut dapat
berimbas pada kinerja perseroan.
7. Penerapan regulasi emisi carbon dioxide (CO2) dan 0.05 2 0.1 4 0.2
manajemen CO2 dapat memberikan dampak terhadap
penggunaan batubara.
8. Cadangan yang terbatas. Aktivitas produksi akan 0.1 2 0.2 4 0.4
terus mengurangi cadangan tambang yang ada. Bila
perseroan gagal menemukan cadangan baru atau
estimasi yang kurang tepat mengenai potensi
cadangan yang ada akan menambah resiko pada
operasional jangka panjang perseroan.
9. Siklus harga komoditas. Kinerja operasional 0.15 2 0.3 4 0.6
perseroan akan sangat bergantung dengan fluktuasi
harga batubara. Kami melakukan pengujian
sensitivitas harga batu bara terhadap kinerja
keuangan perseroan pada sub bab sebelumnya. Setiap
kenaikan harga batubara sebesar 10% mempengaruhi
kenaikan laba bersih perusahaan menjadi sebesar
23.5%, dan begitu pula sebaliknya.
10. Potensi kenaikan Harga minyak sangat berpengaruh 0.1 2 0.2 3 0.3
terhadap biaya produksi Perseroan mengingat area
pertambangan yang dimiliki Perseroan merupakan
open pit. mining.
113

Tabel 4.17 Matriks QSPM (Lanjutan)

Strategi
Pengembangan Diversifikasi
Strength Bobot
Pasar Konsentrik
AS TAS AS TAS
1. Mendapatkan keuntungan secara langsung dari 0.15 3 0.45 1 0.15
penguatan harga komoditas batubara. Perseroan yang
mengekspor seluruh produksinya akan mendapat
keuntungan secara langsung dari penguatan spot price
batu bara.
2. KPC dan Arutmin merupakan dua perusahaan yang 0.1 3 0.3 2 0.2
mendominasi 30% pangsa pasar produsen batubara di
Indonesia.
3. Struktur modal yang kuat dengan penuntasan semua 0.05 2 0.1 4 0.2
hutang batubara pada tahun 2007. Rasio Debt Equity
relatif kecil yaitu sebesar 0.15x. Kondisi ini dapat
memudahkan perseroan mendapatkan pinjaman untuk
kegiatan ekspansi.
4. Biaya penambangan perseroan yang merupakan 0.1 3 0.3 2 0.2
termurah di Asia Pasifik di karenakan oleh tambang
yang terbuka, stip ratio yang rendah dan cadangan
batubara.
5. BUMI merupakan eksportir batubara thermal kedua 0.05 2 0.1 1 0.05
terbesar secara global dengan total produksi pada tahun
2007 sebesar 53.8 juta ton.
6. Kondisi geologis dan lokasi yang menguntungkan. 0.1 3 0.3 2 0.2
Kedekatan dari lokasi pertambangan terhadap
konsumen Asia, Eropa dan Afrika selatan yang
membutuhkan infrastruktur ringan berupa pipa
penyaluran dengan pelabuhan yang terintegrasi.
7. Track record yang baik dari manajemen. Perusahaan 0.1 3 0.3 3 0.3
dijalankan oleh orang-orang yang berpengalaman lebih
dari 30 tahun di industri batubara, komoditas, dan
industri infrastruktur .
8. KPC dan Arutmin memiliki produksi batubara dengan 0.1 3 0.3 2 0.2
berbagai kualitas berdasarkan klasifikasi kandungan
kalori, sehingga memberikan fleksibilitas memenuhi
permintaan dan kebutuhan pelanggan yang bervariasi
(product blending).
Weakness
9. Cadangan tambang dalam jumlah besar banyak berada 0.1 1 0.1 3 0.3
pada lokasi yang belum mendapat ijin. Kegagalan
dalam mendapat ijin dari pemerintah dapat berakibat
pada target produksi jangka panjang perseroan.
10. Resiko kegagalan produksi akibat curah hujan dan 0.05 1 0.05 2 0.1
Force Majeure seperti gempa bumi amat besar.
Kepulauan Indonesia terletak di wilayah dengan
aktivitas teraktif di dunia, kerena terletak di pertemuan
tiga lempeng tektonik.
TOTAL 1.00 4.75 4.8
114

Dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) yang

merupakan tahap keputusan, maka terlihat bahwa strategi diversifikasi konsentrik

yang memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 4,8 , sedangkan pengembangan pasar

memiliki nilai sebesar 4,75. Hasil tersebut menunjukan bahwa strategi diversifikasi

konsentrik yang paling cocok diimplementasikan oleh BUMI agar dapat

meningkatkan kinerja perusahaan dan mampu mengurangi resiko ketergantungan

terhadap satu lini bisnis.

Strategi Diversifikasi Konsentrik dapat dilakukan dengan cara :

Organik : Menuntaskan eksplorasi dan studi kelayakan pada pertambangan yang

sudah ada seperti tembaga dan emas di Sulawesi, bijih besi di Mauritania, serta

minyak dan gas di Yaman.

Non Organik : Melakukan akuisisi perusahaan dengan lini bisnis yang berbeda

namun masih berhubungan dengan bisnis utama pertambangan untuk

mengurangi ketergantungan terhadap harga batubara yang berfluktuatif.

4.4 .Ekspansi Non Organik

Pada 12 Desember 2007, BUMI mengumumkan rencananya untuk

melakukan penawaran tunai kepada Herald Resources Limited dari Australia, melalui

penawaran dilakukan pada harga premium sebesar A$ 2,25 per saham dibandingkan

harga pasar sehari sebelum penawaran sebesar A$ 1,71. Penawaran sebesar A$ 455

juta ini mencerminkan peluang yang menjanjikan atas prospek alumunium dan timah

di Sumatera Utara. Sejak akhir tahun 2007, terdapat penawaran yang lebih tinggi

yang dilakukan oleh konsorsium perusahaan lain untuk membeli Herald Resources.
115

BUMI berencana untuk memperoleh dana sebesar US$ 1 miliar di tahun 2008 untuk

membiayai eksplorasi, produksi dan rencana akuisisi Herald. Jika dilihat dari valuasi

proyek Dairi harga penawaran tersebut dapat dikatakan di bawah dari nilai valuasi

Dairi., hal ini dapat dilihat pada Appendix 2.

Ada dua hal mendasar yang melandasi manajemen Bumi untuk melakukan

akuisisi Herald, yaitu:

1. Diversifikasi usaha

Saat ini seluruh penghasilan Bumi berasal dari penambangan batubara, sehingga

rentan terhadap fluktuasi harga jual batubara dan adanya gangguan produksi,

baik alami atau disebabkan oleh faktor manusia, dapat mengganggu pencapaian

pendapatan yang ditargetkan perseroan. Maka dari itu, dengan mengakuisi

Herald, yang notabene memiliki wilayah konsensi penambangan timah hitam

dan seng akan menjadikan produksi Bumi menjadi semakin bervariasi. Selain

daripada itu, dengan akuisisi ini Bumi akan semakin memantapkan fondasinya

sebagai perusahaan pertambangan nasional yang terpadu tanpa terbatas pada

pertambangan batubara saja.

2. Prospek dari hasil tambang Herald

Salah satu cadangan tambang yang dimiliki oleh Herald adalah timah hitam,

dimana jenis material ini banyak digunakan sebagai bahan baku untuk baterai,

termasuk baterai aki kendaraan bermotor. Ditengah pesatnya pertumbuhan

industri otomotif, maka permintaan akan timah hitam akan ikut meningkat. Dari

sebab itu, dengan akuisisi ini, Bumi akan menjadi salah satu produsen timah

hitam terbesar dan terpenting di Indonesia yang tentu akan meningkatkan


116

keuntungan perusahaan dimasa yang akan datang. Seperti terlihat pada grafik

berikut ini bahwa penjualan kendaraan mobil di Indonesia terus menunjukkan

pertumbuhan yang pesat. Dimana prospek ke depannya pun masih sangat

menjanjikan.

Gambar 4.20 Pertumbuhan Penjualan Mobil di Indonesia

(Unit)
700,000 50.0%
43.4%
40.0%
600,000 36.4% 36.2%
30.0%
500,000 20.0%
11.5% 10.5% 10.0%
400,000 6.1%
0.0%
300,000 -10.0%
200,000 -20.0%
-30.0%
100,000
-40.3% -40.0%
- -50.0%
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008E

Penjualan Mobi (LHS) Pertumbuhan (RHS)

Sumber : Gaikindo, Penulis

Akuisisi Herald memiliki latar belakang strategis yang kuat bagi Bumi untuk

membangun perusahaan pemanfaatan sumber daya alam yang terdiversifikasi yang

memanfaatkan kemampuan mengembangkan pertambangan di Indonesia dan

operasionalnya.

Poyek Dairi sejauh ini belum beralih secara resmi ke tahap pembangunan dan

akan memerlukan tambahan pendanaan modal yang signifikan dan juga pada saat

yang sama akan terkena sejumlah persyaratan-persyaratan hukum yang signifikan,

pengembangan serta resiko operasional. Setiap penambahan modal lebih lanjut akan

mengharuskan pemegang saham untuk menyetorkan modal kedalam Herald guna


117

menghindari dilusi. Pengalaman Bumi di bidang pertambangan di Indonesia dan

persyaratan berdasarkan peraturan perundangan di Indonesia menempatkannya pada

posisi yang unik untuk mengembangkan Proyek Dairi seng / timbal secara efisien dan

tepat waktu. Bumi menyadari bahwa Dairi merupakan aset strategis jangka panjang

dan berkeinginan untuk menginvestasikan waktu dan sumber daya yang dibutuhkan

untuk perijinan berdasarkan peraturan perundangan dan perkembangan pertambangan

untuk memperoleh potensi sepenuhnya dari Poyek Dairi.

Sekilas tentang Herald

Herald Resources Limited (Herald) merupakan perusahaan yang tercatat di

bursa efek Australia, dengan aktivitas operasional utama melakukan penambangan

seng (zinc) dan timbale (lead) di Dairi, Sumatra Utara. 20% saham Dairi dimiliki oleh

PT. Aneka Tambang, Tbk, yang memiliki total cadangan terbukti zinc sebanyak

970.000 ton dan lead sebanyak 580.000 dengan jangka waktu produksi selama 8

tahun. Biaya untuk konstruksi infrastuktur tambang diperkirakan mencapai US$ 192

juta. Sampai dengan bulan Juni 2007, Herald sama sekali belum menghasilkan

pendapatan selain pendapatan bunga dari kelebihan kas yang dimilikinya sebanyak

US$ 79 juta.
118

Tabel 4.18 Resources (Inclusive of Reserves) Heralds


Project / Prospect Category June 2007 June 2006

Tonnes Grade Grade Tonnes Grade Grade


(000's) (% Zn) (% Pb) (000's) (% Zn) (% Pb)
Dairi (Herald 80%, PT. Antam 20%) Underground
Anjing Hitam Measured 5,400 16.5 10.2 5,400 16.5 10.2
Indicated 2,300 14.7 8.7 2,300 14.7 8.7
Inferred 300 10.3 5.4 300 10.3 5.4
Sub-Total 8,000 15.8 9.6 8,000 15.8 9.6
Basecamp Measured - - - - - -
Indicated - - - - - -
Inferred 800 7.2 4.3 800 7.2 4.3
Sub-Total 800 7.2 4.3 800 7.2 4.3
Lae Jehe Measured - - - - - -
Indicated 4,600 11.6 6.2 2,900 10.1 5.7
Inferred 1,900 10.6 5.9 1,500 9.3 5.2
Sub-Total 6,500 11.3 6.1 4,400 9.9 5.5
Total Measured 5,400 16.5 10.2 5,400 16.5 10.2
Indicated 6,900 12.6 7.0 5,200 12.1 7.0
Inferred 3,000 9.7 5.4 2,600 8.8 4.9
Dairi Resources Total 15,300 13.4 7.8 13,200 13.3 7.9
Total estimated Contained Zinc 2.05Mt Total estimated Contained Zinc 1.76Mt
Lead 1.19Mt Lead 1.04Mt
Sumber : Perusahaan

Tabel 4.19 Reserves Heralds


Project / Prospect Category June 2007 June 2006

Tonnes Grade Grade Tonnes Grade Grade


(000's) (% Zn) (% Pb) (000's) (% Zn) (% Pb)
Dairi (Herald 80%, PT. Antam 20%) Underground
Anjing Hitam Proved 5,100 15.2 9.3 5,100 15.2 9.3
Probable 1,500 12.5 7.3 1,500 12.5 7.3
Total 6,600 14.6 8.8 6,600 14.6 8.8
Total estimated Contained Zinc 0.97Mt Total estimated Contained Zinc 0.97Mt
Lead 0.58Mt Lead 0.58Mt
Sumber : Perusahaan
119

Gambar 4.21 Time-line Akuisisi Herald Resources

Pembentukan SPVs Batas waktu


Calipso Investment Eksekusi fasilitas
Pte, Ltd Periode Penawaran Hutang

10 Oct07 12 Dec07 13 Dec07 17 Mar08 18 Apr08 31 Jul08

Pengumuman Calipso memperoleh fasilitas Penutupan Penawaran,


pengambilalihan HR pinjaman dari Credit Suisse Calipso memperoleh
secara tunai di harga sebesar US$ 375 juta utk kepemilikan HR sebesar
A$2,25/saham membiayai pengambilalihan 84,2% diharga A$
HR tanggal 15 Jan08 2.85

Sumber : Perusahaan, Penulis

Anda mungkin juga menyukai