Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan
kesehatan kepada kelompok kami selama proses penyusunan studi kelayakan
dengan judul Studi Kelayakan Pembangunan Pabrik Gula di Daerah Maumbi, Kota
Manado, Sulawesi Utara.

Penyusunan studi kelayakan ini dimaksudkan untuk menganalisis apakah rencana


proyek pembangunan pabrik gula di lokasi yang telah dipilih dapat layak
dilaksanakan atau tidak.

Kelompok kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam proses pembuatan studi kelayakan ini sampai akhirnya kelompok
kami dapat menyelesaikan studi kelayakan ini.

Kelompok kami menyadari bahwa studi kelayakan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kelompok kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk perbaikkan studi kelayakan ini.

Akhir kata, kelompok kami berharap agar studi kelayakan ini dapat memberikan
manfaat bagi pembacanya. Selamat membaca dan terimakasih.

Bandung, April 2013

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………......1

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………...2

Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………………………..4
1.2. Tujuan dan Manfaat …………………………………………………………………….5
1.3. Ruang Lingkup Projek …………………………………………………………………….5
1.4. Stakeholder ……………………………………………………………………………..5
1.5. Pendekatan ……………………………………………………………………………..6

Bab II Kajian Aspek Pasar


2.1. Diskripsi Sektor Industri …………………………………………………………………….7
2.2. Analisis Potensi Pasar dan Competitor …………………………………………………..8
2.3. Analisis STP ……………………………………………………………………………..9
2.4. Analisis dan Proyeksi Pasar Effektif …………………………………………………...9
2.5. Program Marketing Mix …………………………………………………………………...10

Bab III Kajian Produksi/Operasi


3.1. Perencanaan Kapasitas Produksi ………………………………………………….11
3.2. Teknologi dan Proses Produksi …………………………………………………………..11
3.3. Peralatan dan Fasilitas …………………………………………………………………...13
3.4. Bahan Baku, Penolong dan Utilitas ………………………………………………….13
19
3.5. Organisasi dan Manajemen …………………………………………………………..14
3.6. Jadwal Implementasi …………………………………………………………………...17
Bab IV Analisis Finansial
4,1 Rincian permodalan …………………………………………………………………...18
4.2 Biaya Operasi ……………………………………………………………………………19
4.3 Proyeksi pendapatan BEP …………………………………………………………..20
1.4 Proyeksi Cash Flow …………………………………………………………………...21

Bab V Kesimpulan dan Tindak Lanjut


5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………22
5.2 Tindak Lanjut ……………………………………………………………………………22

19
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Industri gula di Indonesia dewasa ini belum memperlihatkan perkembangan yang
menggembirakan. Produksi gula belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam
negeri sehingga masih diperlukan impor gula. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
menutupi kekurangan produksi gula ini, antara lain:
 Memperluas areal tanaman tebu baik yang diusahakan oleh pabrik gula maupun
petani (areal tebu rakyat)
 Meningkatkan produktivitas tanaman tebu melalui program intensifikasi.
 Merehabilitasi serta menambah kapasitas pabrik gula yang sudah ada.
 Membangun pabrik gula baru dengan melibatkan investasi perusahaan swasta
nasional.

Usaha perluasan tanaman tebu untuk pengembangan pabrik gula baru telah dilakukan di
beberapa daerah di luar pulau Jawa seperti di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, dan
Sulawesi Utara dengan hasil yang cukup memuaskan. Oleh karena itu, pada dasarnya
Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan industri gula. Sebagai
komoditi yang termasuk kebutuhan pokok, tata niaga gula pasir dulu dikendalikan oleh
BULOG, namun dengan tekanan dari IMF maka tataniaga gula dibebaskan. Data ststistik
memperlihatkan tingkat konsumsi gula di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Suatu penelitian telah menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara tingkat pendapatan
dengan tingkat konsumsi gula per kapita. Dengan demikian peningkatan konsumsi gula
dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1. Pertambahan penduduk
2. Peningkatan pendapatan per kapita

Menurut hasil penelitian, permintaan gula di kota Manado selalu


19 mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Khususnya menjelang perayaan hari – hari besar seperti Natal,
Tahun Baru, dan Lebaran, permintaan gula selalu meningkat dua kali lipat. Seperti pada
perayaan Natal tahun 2012 yang lalu, permintaan gula di kota Manado meningkat dari
4.000 ton menjadi 8.000 ton. Akibatnya, gula yang dipasarkan kepada masyarakat
Manado pada waktu itu perlu dipasok dari Sulawesi Selatan, Lampung, Gorontalo dan
beberapa kawasan yang menjadi produsen gula di pulau Jawa. Oleh karena itu, kami
menganggap perlu dibangun sebuah pabrik gula di kota Manado untuk memenuhi
permintaan gula di kota Manado.
1.2 Tujuan dan Manfaat
 Tujuan dari pembangunan pabrik ini adalah agar perusahaan kami mendapatkan
keuntungan dari penjualan produk (gula) nantinya. Keuntungan yang diharapkan
adalah sebesar 4 M per bulan.
 Manfaat dari pembangunan pabrik ini adalah agar para konsumen yang berada di kota
Manado tidak perlu mengimpor gula dari luar daerah. Kehadiran pabrik ini diharapkan
dapat memenuhi permintaan gula di kota Manado.

1.3 Ruang Lingkup Projek


Untuk membangun pabrik gula ini, hal – hal yang perlu dilakukan adalah :
 Mempersiapkan proyek : melakukan survey, feasibility studi (menentukan STP,
menentukan struktur organisasi, menyusun anggaran biaya), dan design and
engineering (menentukan luas bangunan, tipe bangunan).
 Merekrut pekerja.
 Memenuhi persyaratan administrasi pembangunan pabrik.
 Melakukan pembangunan pabrik (lahan tebu bangunan, kantor administrasi,
bangunan kesejahteraan karyawan, dan perumahan karyawan).
 Pengoperasian pabrik.

1.4 Stakeholder
Pihak – pihak yang akan terlibat dalam proyek ini adalah :
 Investor : sebagai penanam modal untuk pembangunan pabrik.
 Bank Swasta / Pemerintah : sebagai penanam modal untuk pembangunan pabrik.
 Pekerja bangunan : bertugas melaksanakan pembangunan pabrik.
 Supplier alat dan bahan bangunan : sebagai pemasok alat dan bahan untuk
pembangunan pabrik.
 Supplier fasilitas produksi pabrik : sebagai pemasok untuk fasilitas di dalam pabrik.
 Arsitek : sebagai pembuat desain bangunan.
19
 Pemilik lahan : sebagai pihak yang akan dibeli lahannya untuk dibangun pabrik.
 Pemerintah : sebagai pemberi izin untuk mendirikan bangunan dan seluruh keperluan
administrasi
1.5 Pendekatan
Pembiayaan investasi dan pemodalan dari proyek ini terdiri dari : Fixed asset dan Modal
kerja.
Kedua pembiayaan investasi tersebut dapat diperoleh dari :
 Para investor : memberikan proposal pembangunan proyek, memberikan tawaran
kerja sama. Para investor akan mendapat pembagian keuntungan beberapa persen
dari pabrik gula ini apabila telah beroperasi.
 Peminjaman uang dari bank swasta / pemerintah : memilih bank yang akan dipinjami,
mempersiapkan dokumen – dokumen yang dibutuhkan, melakukan peminjaman uang.
 Keuangan pribadi dari pendiri proyek.

19
BAB II
Kajian Aspek Pasar

2.1 Diskripsi Sektor Industri

2.1.1 Perkembangan Industri Gula Saat Ini


Bercermin pada kesuksesan industri gula di Brazil, Indonesia sebenarnya sudah mulai
melakukan industrialisasi diversifikasi produk turunan tebu yang terintegrasi dengan
pabrik gula seperti industri lilin (wax) dari blotong, pabrik alkohol serta spirtus mulai tahun
1950-an, namun perkembangannya cenderung lambat dan jalan di tempat. Keseriusan
pemerintah untuk membangun industri produk turunan tebu yang terpadu dengan industri
gula mulai terlihat kembali beberapa tahun terakhir dengan disusunnya Rencana Strategis
Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014 maupun Program Revitalisasi Industri Gula
Nasional Kementerian BUMN dan Kementerian Perindustrian. Pengembangan industri
produk turunan tebu yang terpadu dan modern dapat memberikan multiplier effect (efek
pengganda) terutama di sektor hulu. Akan banyak industri yang tumbuh dan banyak
menyerap tenaga kerja serta mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam jangka
pendek, pengembangan industri gula terpadu dapat dimulai dari beberapa produk seperti
bioethanol, kompos atau pupuk organik, dan listrik (co-generation).

2.1.2 Problem dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Industri Gula


Namun, ada beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan terkait pembangunan industri gula
yang terpadu dengan industri turunannya agar efisien dan menguntungkan, antara lain :
 Ketersedian lahan yang cukup luas di pabrik gula. Pertumbuhan penduduk dan
ekonomi yang semakin meningkat memaksa ketersediaan lahan kosong dan pertanian
diubah menjadi perumahan dan industri. Hal ini juga berdampak pada eksistensi
pabrik gula. Saat ini, sebagian besar lokasi pabrik gula BUMN berdampingan dengan
perumahan penduduk bahkan ada yang berada di tengah-tengah kota. Oleh karena
19
itu, perintisan industri gula terpadu dalam jangka pendek perlu dipilih lokasi pabrik gula
yang memiliki lahan cukup luas. Hal ini selain agar proses produksi berjalan lancar
juga tidak mengganggu lingkungan sekitar, sehingga tercipta industri gula terpadu
yang lestari dan berkelanjutan. Sedangkan dalam jangka menengah-panjang dapat
dibangun perkebunan tebu dan pabrik gula baru yang terintegrasi dengan pabrik co-
product tebu seperti bioethanol, pupuk organik, co-generation, dan industri produk
turunan tebu lainnya seperti yang akan dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara X
(Persero) di Pulau Madura dalam beberapa tahun ke depan[4].
 Kapasitas giling dan efisiensi pabrik gula. Pabrik gula yang efisien dan memiliki
kapasitas giling lebih dari 5.000 TCD (Ton Cane per Day/Ton Tebu per Hari) dinilai
memiliki profil kelayakan finansial yang lebih baik untuk usaha produk turunan tebu
seperti pabrik bioethanol dan produksi listrik. Hal ini berkaitan dengan efisiensi energi
proses produksi, ketersediaan bahan baku produk turunan tebu, dan nilai
keekonomian pabrik tersebut. Hasil kajian Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Kementerian Pertanian menunjukkan pabrik bioethanol dengan kapasitas
60 kiloliter/hari memerlukan biaya investasi sebesar Rp. 133 – 200 milyar. Dengan
biaya operasional per tahun sekitar Rp. 39 milyar dan harga bioethanol Rp. 5,5
juta/kiloliter, maka usaha tersebut secara finansial menguntungkan dengan B/C ratio
(Benefit Cost Ratio) diestimasi sekitar 1,37. Pengusahaan pembangkit tenaga listrik
dengan memanfaatkan ampas tebu (co-generation) juga cukup prospektif. Dengan
kapasitas sekitar 6.000 KWH (Kilowatt Hour), usaha ini memerlukan dana investasi
sekitar Rp. 45 milyar dan biaya operasional sekitar Rp. 9 milyar. Secara finansial
usaha cogeneration cukup menguntungkan dengan nilai B/C adalah sekitar 1,84[5].
 Kebijakan pemerintah. Tanpa political will berupa dukungan kebijakan dari pemerintah,
pembangunan industri gula terpadu sulit diwujudkan. Berbagai kebijakan pergulaan
seperti kebijakan produksi, perdagangan, dan investasi harus dijalankan secara
konsisten. Seperti diketahui, investasi pada industri gula memerlukan investasi yang
sangat besar. Oleh karena itu, perlu dukungan modal atau investasi baik dari
pemerintah maupun investor dan tidak hanya mengandalkan kas internal perusahaan.
Pemberian insentif dari pemerintah juga diperlukan untuk pembangunan industri gula
terpadu di luar pulau Jawa.

2.2 Analisis Potensi Pasar dan Kompetitor

2.2.1 Konsumen dan Potensinya


Industri yang nantinya akan menjadi konsumen kami adalah industri yang bahan baku
utama untuk membuat produknya adalah gula, yaitu : Cake & Bakery dan Café yang
berlokasi di kota Manado. Konsumen yang menjadi target pasar ini kami rasa sangat
berpotensi untuk menjadi customer yang dapat menguntungkan perusahaan melalui
19
kebutuhan dan permintaan gula yang akan selalu terus - menerus dalam proses produksi
pembuatan produknya. Khususnya saat perayaan beberapa hari besar yang sering
mengalami lonjakan permintaan pelanggan. Kami tidak berfokus pada harga akan tetapi
pada kualitas yang baik. Akan tetapi, harga produk kami tetap dapat bersaing karena
rendahnya biaya transportasi untuk mendistribusikan produk kami dibanding dengan para
kompetior.

2.2.2 Kompetitor dan Potensinya


Sejauh ini yang kami anggap sebagai perusahaan competitor adalah perusahaan atau
industri yang memproduksi gula, seperti Gulaku-Sugar Group Companies (SGC) dan
beberapa pabrik gula di Sulawesi Selatan, Lampung, Gorontalo juga beberapa kawasan
yang menjadi produsen gula di pulau Jawa yang sering mengimpor gula ke kota Manado.
Dengan hampir 20 tahun pengalaman dalam industri, Sugar Group Companies adalah
kelas dunia produsen gula terpadu di Indonesia, dan mencakup setiap aspek dari produksi
gula dari tanaman tebu, penggilingan, penyulingan, dan kemasan untuk distribusi dan
pemasaran untuk industri, grosir dan ritel pelanggan. Sugar Group Companies memiliki
sekitar 60.000 hektar perkebunan tebu dan tiga pabrik gula di pulau Sumatera,
memproduksi lebih dari 450.000 ton gula per tahun – sekitar 30% dari produksi gula total
di Indonesia dan menguasai pangsa pasar 15%. Sugar Group Companies juga
mengoperasikan etanol terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi penyulingan
tahunan lebih dari 40 juta liter. Sugar Group Companies mencapai sinergi yang signifikan
dengan mengoperasikan empat pabrik dan perkebunan sebagai satu kelompok. Strategi
manajemen Sugar Group Companies memberikan efisiensi biaya dan fleksibilitas
operasional melalui skala ekonomi. Sebagai perusahaan gula terintegrasi, memiliki
keuntungan dari pasokan mandiri bahan baku untuk pabrik-pabrik gula dan penyulingan
etanol. Semua pabrik Sugar Group Companies terus dipelihara dan ditingkatkan untuk
meningkatkan produksi dan efisiensi.

2.3 Analisis STP


 Segmentasi yang Akan Diambil
Segmen pasar kami ada beberapa, yaitu : Restoran, Cake & Bakery, Café,
Perusahaan pembuat biskuit dan cokelat, dan ibu rumah tangga.
 Target Pasar
Kami mengincar target pasar yang bahan baku utama untuk membuat produknya
adalah gula, yaitu : Cake & Bakery dan Café yang berlokasi di kota Manado.
 Posisi Produk di Mata Konsumen
Produk gula yang kami tawarkan kepada konsumen adalah gula dengan high quality
(kualitas tinggi) dengan harga yang dapat bersaing di pasaran.

2.4 Program Marketing Mix


 Produk 19
Perusahaan meluncurkan produk gula ini untuk menyediakan gula yang manis, alami,
dan bersih. Gula ini akan dengan cepat menjadi merek terkenal dan terpercaya di
Indonesia.
 Harga
Produk dijual dalam bentuk karung dengan berat bersih 50 kg gula. Harga gula per
karung adalah Rp. 420.000,00.
 Promosi
Promosi dari produk kami akan dilakukan melalui beberapa cara, yaitu personal
selling (interaksi langsung dengan calon pembeli atau lebih untuk melakukan suatu
presentasi, menjawab langsung dan menerima pesanan dari konsumen) dan direct
marketing (penggunaan surat, telepon, faksimil, e-mail dan alat penghubung nonpersonal
lain untuk berkomunikasi secara dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari
konsumen tertentu dan calon konsumen).
 Distribusi
Dalam pendistribusiannya, perusahaan kami akan mendistribusikan sebagian besar gula
secara langsung kepada konsumen yang disasar. Selain itu sebagian kecil gula akan
diserahkan kepada distributor utama yang kemudian mendistribusikan ke konsumen yang
disasar. Beberapa konsumen utama yang ingin kami sasar adalah :
1) Beberapa Cake & Bakery tersebut adalah : Evie Cake & Bakery, Ananas Cake &
Bakery, Jaya Cake & Bakery, Cella Cake & Bakery, Holland Cake & Bakery, Batavia
Cake & Bakery, Venezia Cake & Bakery, Kartini Cake & Bakery, Dolphin Donuts, J.Co
Donuts, Happy Cake & Bakery, Bread Talk, Roti Boy, dan lain - lain.
2) Beberapa Café yang menjadi target kami adalah : D’Terrace Café, Kabal Café, The
Club Café, Black Canyon Café, Coffee Toffee, Waroeng Charity, HaHa Café, The
Sense Café, Kowloon Café, Hollywood Café, dan lain – lain.
Pelanggan-pelanggan kami ini merupakan pelangan yang menuntut kualitas tertinggi
untuk memproduksi produknya.

2.5 Analisis dan Proyeksi Pasar Effektif

2.5.1 Perkiraan Market Share


Dengan mempertahankan kualitas produk yang tinggi, perusahaan mampu menargetkan
sekitar 80% dari konsumen yang disasar dan sisanya 20% untuk pasar pesaing.
Penentuan strategi akan dilakukan oleh perusahaan kami dengan mempertimbangkan
posisi masing - masing perusahaan (termasuk competitor) dalam pasar. Karena
perusahaan yang besar yang sudah ada sebelumnya mungkin19 dapat menerapkan stretegi
tertentu yang jelas tidak bisa dilakukan oleh perusahaan baru seperti kami. Akan tetapi
sebaliknya, bukanlah menjadi sesuatu hal yang jarang terjadi bahwa perusahaan baru
seperti kami dengan strategi kami sendiri mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang
sama atau bahkan lebih baik daripada perusahaan besar.

2.5.2 Proyeksi Pasar Efektif


Saat ini kompetitor telah meraih pasar sebesar 50% dari pasar yang ditargetkan oleh
perusahaan kami. Hal ini menunjukkan peluang yang masih sangat besar bagi
perusahaan untuk mengembangkan produksi pada target pasar yang akan dituju.
BAB III
Kajian Produksi / Operasi

3.1 Kapasitas Produksi Dan Lokasi


Luas area yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek ini adalah 2000 hektar. Luas area
ini menggambarkan kapasitas efektif dari proyek ini. Sementara luas bangunan pabrik
gula itu sendiri adalah 3500 m2.

Lokasi yang dipilih untuk pembangunan pabrik gula ini adalah daerah Maumbi, Manado.
Lokasi ini dipilih karena : masih terdapat banyak lahan kosong yang memenuhi kapasitas
efektif yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek ini, daerah ini merupakan daerah
industri di kawasan Manado, dan jarak yang tidak terlalu jauh dengan konsumen yang
umumnya berada di dalam kota Manado atau dekat dengan pusat kota Manado. Jarak
lokasi ini dari pusat kota Manado sekitar 30 menit.

Lokasi
pembangunan
pabrik

3.2 Teknologi dan Proses Produksi 19


Setelah pabrik gula ini selesai dibangun, proses produksi yang dipilih untuk memproduksi
gula adalah pemurnian nira dengan metode Sulfitasi. Teknologi yang akan digunakan
dalam proses produksi ini akan diadopsi dari pabrik – pabrik gula yang sudah sukses
sebelumnya, tentunya dengan sedikit modifikasi agar lebih efektif, efisien, dan ramah
lingkungan. Seluruh peralatan dari proses produksi (mesin dan peralatan lainnya) didapat
dari supplier yang telah dipilih sebelumnya.

Proses pembuatan gula dari tebu adalah sebagai berikut :


2. Pemurnian Nira : proses pemisahan sakharosa yang terdapat dalam batang tebu dari
zat-zat lain seperti air, zat organic, sabut. Pemisahan dilakukan dengan jalan tebu
digiling dalam beberapa mesin penggiling sehingga diperoleh cairan yang disebut nira.
Dalam pabrik kami menggunakan proses Sulfitasi yang terdiri dari : pengapuran
sebagian dan sulfitasi, sulfitasi asam, sulfitasi alkalis, dan sulfitasi netral.
3. Penguapan : Nira yang diperoleh dari mesin penggiling dibersihkan dari zat-zat bukan
gula dengan pemanasan dan penambahan zat kimia. Sedangkan ampas digunakan
bahan ketel uap.
4. Pengkristalan.
5. Pengeringan.

Sesuai dengan proses di atas, maka stasiun – stasiun kerja yang terdapat pada sebuah
pabrik gula adalah :
1. Cane preparation plant

2. Milling plant

3. Clarification plant

4. Evarorating plant

5. Boiling and Cristalizing plant

6. Centrifugal, drying and bagging plant

7. Steam generation plant

8. Electric power plant

Gambaran kasar skema layout di dalam pabrik :

19
Evarorating P Plant

Clarification Plant

Office

3704 sq. ft.

Boiling and Cristalizing Plant

Milling Plant

Centrifugal, drying and bagging plant

Cane Preparation Plant

Steam Generation Plant Electric Power Plant

3.3 Peralatan dan Fasilitas


Fasilitas utama yang diperlukan untuk pabrik gula ini nantinya adalah :
No. Fasilitas Produksi (Utama)

1 Cane preparation plant

2 Milling plant

3 Clarification plant

4 Evarorating plant 19
5 Boiling and Cristalizing plant

6 Centrifugal, drying and bagging plant

7 Steam generation plant

8 Electric power plant

9 Laboratory

10 Work Shop
Fasilitas pendukung yang diperlukan untuk pabrik gula ini nantinya adalah :
No. Fasilitas Pendukung

1 Toilet

2 Kantor administrasi

3 Klinik

4 Loker

5 Gudang bahan baku

6 Gudang barang jadi

7 Kantin

8 Tempat parker

9 Bangunan kesejahteraan karyawan

10 Perumahan karyawan

3.4 Bahan Baku, Penolong dan Utilitas


Bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi adalah batang tebu. Batang tebu in
nantinya diperoleh dari pemasok bahan baku tebu melalui usaha dari pabrik yang akan
dibangun. Pendstribusian bahan baku dilakukan setiap 1 tahun sekali, sesuai dengan
waktu panen batang tebu dari pemasok. Sedangkan utilitas yang digunakan ada 4 yaitu:
air, uap, listrik, dan udara. Utilitas ini dapat diperoleh setiap saat melalui sumber daya
alam yang terdapat di lokasi pembangunan pabrik.

19

3.4 Organisasi dan Manajemen


Struktur organisasi dari pabrik gula yang akan dibangun adalah :
Dari gambar di atas dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab dari masing – masing
jabatan yang ada pada pabrik gula. Uraian tugas dan tanggung jawab tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Manager : Dalam menjalankan tugasnya, manager dibantu dengan kepala dinas,
mengendalikan kegiatan operasional pabrik, mengelola seluruh produksi yang dikirim
dari kebun sesuai dengan kapasitas optimal pabrik dan menghasilkan produk yang
berkualitas sesuai dengan standart yang telah ditetapkan (nasional maupun
internasional).
2. Kepala Dinas Pengolahan : Dalam melaksanakan tugas kepala dinas pengolahan
harus berkoordinasi dengan kepala dinas teknik dan bibantu oleh asisten,
mengkoordinasi semua asisten yang dibawahinya untuk mencapai target/sasaran
yangsudah ditentukan, mengoptimalkan kerja mesin dan perlatan.
3. Kepala Dinas Laboratorium : Membantu manager pabrik dalam melaksanakan
pekerjaan di bidang laboratorium sebagai alat kontrol.
4. Kepala Dinas Teknik : Dalam menjalankan tugas , kepala 19 dinas teknis harus
berkoordinasi dengan kepala pengolahan dibantu oleh asisten, mengkoordinasi
seluruh asisten yang dibawahinya untuk mencapai target/sasaran yang tepat,
mengoptimalkan kerja mesin/ peralatan agar proses produksi berjalan optimal,
membuat laporan pertanggung jawaban.
5. Kepala Dinas Tata Usaha : Mengkoordinir seluruh kegiatan administrasi kantor,
bersama dinas/bagian lain menyusun rencana kerja tahunan, pengawasan dan
evaluasi pelaksanaan rencana kerja, pengendalian sumber dana dan penggunaan
dana, menyimpan uang kas dan surat berharga milik perusahaan, melakukan inspeksi
ke kantor unit dalam lingkungan pabrik/kebun, pengamanan terhadap aset
perusahaan.
6. Asisten Pemurnian : Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan,
perbaikan dan pengoperasian peralatan pada stasiun pemurnian, menyusun program
perawatan peralatan, melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu, melaksanakan
inspeksi secara teratur dan membuat recording, pengendalian biaya dan system kerja.
7. Asisten Masakan : Membuat rencana kerja jangka pendek tentang pengadaan,
perbaikan dan pengoperasian peralatan pada stasiun masakan, meyusun program
perawatan peralatan, melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu, melaksanakan
inspeksi secara teratur dan membuat recording, pengendalian biaya dan sistem kerja.
8. Asisten Putaran : Meyusun program perawatan peralatan, melaksanakan standar
fisik, biaya dan mutu, melaksanakan inspeksi secara teratur dan membuat recording,
pengendalian biaya dan sistem kerja.
9. Asisten Laboratorium : Mengkoordinir dan mengevaluasi kegiatan laboratorium di
laboratorium, menganalisa dan memperbaiki hasil kerja, membuat rencana kerja
tahunan dengan bagian lain.
10. Asisten Instrumen : Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan,
perbaikan dan penggunaan peralatan-peralatan listrik/ instrument, menyusun program
perawatan peralatan listrik dan instrument, melaksanakan standar baik biaya, fisisk
maupun mutu sesuai dengan ketetapan, melakukan inspeksi secara teratur,
memantau menganalisa dan memperbaiki pekerjan dibidang listrik/ instrument.
11. Asisten Gilingan : Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan perbaikan
dan penanganaan peralatan pada stasiun gilingan, menyusun program perawatan/
mesin/ peralatan stasiun gilingan, melaksanakan standat fisik, biaya, dan mutu yang
telah ditetapkan, melakukan inventaris fisik, memantau, menganalisa, dan
memperbaiki hasil kegiatan distasiun gilingan, membuat laporan pertanggung jawaban
hasil kerja.
12. Asisten Work Shop : Membuata rencana jangka pendek dalam pengadaan
perbaikan/ modifikasi dan penggunaan mesin/ peralatan work shop, menyusun
program perawatan peralatan work shop, melaksanakan standart biaya, fisik, dan
mutu, memantau, mengevaluasi, dan memperbaiki hasil kerja work shop.
13. Asisten Cane Yard : Menentukan operasi cane staker, forklift, traktor, dll, menyusun
anggaran dan program perawatan peralatan yang dipergunakan di cane yard beserta
keberhasilannya, pengawasan dan pengendalian biaya 19 serta operasi cane yard,
menjaga kebersihan halaman, lingkungan, jalan saluran air, pasar dan infrastruktur
lainya milik pabrik
14. Asisten Gudang Hasil/Material : Melakukan pemeriksaan di gudang material dan
gudang hasil, melakukan inspeksi secara teratur, menyusun laporan mengenai jumlah
barang masuk dan keluar.
15. Asisten Keuangan : Mengkoordinir semua kegiatan adminisrasi perkantoran,
bersama dinas/ bagian lain menyusun rencana kerja tahunan, pengawasan dan
evaluasi pelaksanaan rencana kerja, pengendalian sumber dana dan penggunaan
dana, menyimpan uang kas dan surat-surat berharga milik perusahaan, melakukan
inspeksi kekantor unit dalam lingkup pabrik/ kebun, pengamanan asset perusahaan.
16. Asisten SDM dan Umum : Mengelola sumber daya yang ada pada perusahaan,
mengelola perkoprasian perusahaan, sebagai hubungan masyarakat perusahaan.
17. Perwira Pengamanan : Menjaga keamanan pabrik dan aset – aset yang dimilikinya.
18. Pekerja : Pihak yang melakukan proses produksi.

19
3.5 Jadwal Implementasi
Jadwal rencana implementasi proyek ini adalah sebagai berikut :
Kegiatan Waktu pelaksanaan
1. Mempersiapkan proyek

1.1 Survey April – Juli 2013

1.2 Feasibility studi

1.2.1 Menentukan STP Agustus 2013

1.2.2 Struktur organisasi September 2013

1.2.3 Menyusun anggaran biaya September 2013

1.3 Design and engineering Oktober – November 2013

1.3.1 Menentukan luas bangunan November 2013

1.3.2 Menentukan tipe bangunan November 2013

2. Merekrut pekerja November - Desember 2013


3. Memenuhi persyaratan administrasi pembangunan
Desember 2013
pabrik
4. Melakukan pembangunan pabrik

4.1 Pembngunan lahan tebu Januari – Juli 2014


4.2 Pembangunan bangunan Pabrik
Januari – Desember 2014
19
4.2 Pembangunan kantor administrasi Oktober 2014 – Mei 2015

4.3 Pembangunan bangunan kesejahteraan karyawan Mei 2015 – Maret 2016

4.4 Pembangunan perumahan karyawan Mei 2015 – Maret 2016

5. Pengoperasian pabrik April 2016


Total waktu yang diperlukan mulai dari persiapan proyek sampai dengan pengoperasian
pabrik diperkirakan 3 tahun (April 2013- april 2016).
BAB IV
Analisis Finansial

4,1 Rincian permodalan


Fix Asset :
Biaya permohonan hak guna usaha (HGU) $ 200,000,000
Bangunan $ 400,000
Kantor Administrasi $ 100,000
Bangunan Kesejahteraan Karyawan $ 75,000
Perumahan Karyawan $ 180,000
Pengadaan alat kantor $ 50,000
Fasilitas Produksi Pabrik :  
Cane preparation plant $ 75,000
Milling plant $ 440,000
Clarification plant $ 155,000
Evarorating plant $ 430,000
Boiling and Cristalizing plant $ 465,000
Centrifugal, drying and bagging plant $ 475,000
Steam generation plant $ 300,000
Electric power plant $ 125,000
Laboratory $ 125,000
Work Shop $ 100,000
Pembangunan Lahan :  
Alat Transportasi $ 200,000
Unit Irigasi $ 150,000
Mesin dan Peralatan Pertanian $ 250,000
Prasarana Jalan $ 100,000
Pelatihan Pekerja $ 100,000
TOTAL $ 204,295,000

19
4.2 Biaya Operasi

Year Capacity Annual Sales Annual operating


1 utilization
55 (%) revenue6.875 costs 6.000
2 75 9.375 7.350
3 80 10.000 7.670
4 – 10 100 12.500 9.000
Fixed investment $ 8,300,000.00        
Land $ 300,000.00        
Buildings $ 1,800,000.00 30 tahun    
Equipment $ 5,200,000.00 10 tahun    
Cars $ 1,000,000.00 5 tahun    
Working Capital $ 2,000,000.00        
Other current assets $ 400,000.00        
Sources of Financing: total $ 10,700,000.00        
           
Current liabilities (account payable) $ 400,000.00        
Supplier’s credit $ 3,000,000.00 5 tahun 8%   $ 600,000.00
Bank overdraft $ 1,500,000.00   9% 75%  
Equity Capital $ 5,800,000.00        
Total $ 10,700,000.00        
           
Sales revenue $ 12,500,000.00        
$
Production costs variable 6,500,000.00 8 tahun   $ 6,000,000.00
$
  fixed 3,280,000.00 8 tahun    
tax of the profit 50%       6117.916667

19
dividend on equity capital 4%        

4.3 Proyeksi pendapatan BEP

Year 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sales revenue 6,875,000 9,375,000 10,000,000 12,500,000 12,500,000 12,500,000 12,500,000 12,500,000 12,500,000 12,500,000
Operating
cost 6,000,000 7,350,000 7,670,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000
Depreciation                    

Buildings 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000

Equipment 520,000 520,000 520,000 520,000 520,000 520,000 520,000 520,000 520,000 520,000

Cars 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000
Profit before
tax 95,000 1,245,000 1,550,000 2,720,000 2,720,000 2,720,000 2,720,000 2,720,000 2,720,000 2,720,000

Tax 0 0 0 0 0 1,360,000 1,360,000 1,360,000 1,360,000 1,360,000


$
$ $ $ $ $ 1,360,000.0 $ $ $ $
Net profit 95,000.00 1,245,000.00 1,550,000.00 2,720,000.00 2,720,000.00 0 1,360,000.00 1,360,000.00 1,360,000.00 1,360,000.00

Depresiasi building, equipment dan cars dijadikan kedalam 1 tahun


Tax = 50% dari profit yang digunakan pada 5 tahun terakhir (tahun ke 6-10)

19
5.4 Proyeksi Cash Flow

Year 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2,000,0 7,823, 16,500, 37,533, 49,276, 60,362, 82,533, 93,619,
Saldo awal 00 200 400 25790400 600 800 400 71448000 600 200
Sales
revenue 6,875,000 9,375,000 10,000,000 12,500,000 12,500,000 12,500,000 12,500,000 12,500,000 12,500,000 12,500,000
Account
payable 0 0 0 0 400 0 0 0 0 0
Supplier’s 648, 648, 648, 648, 648,
credit 000 000 000 000 000 0 0 0 0 0
1,360, 1,360, 1,360, 1,360, 1,360,
Tax 0 0 0 0 0 000 000 000 000 000
$ $ $ $ $ $ $ $ $ $
Dividen 3,800.00 49,800.00 62,000.00 108,800.00 108,800.00 54,400.00 54,400.00 54,400.00 54,400.00 54,400.00
8,223,2 16,500, 25,790, 37,533, 49,276, 60,362, 71,448, 82,533, 93,619, 104,704,8
Saldo akhir 00 400 400 600 400 400 000 600 200 00

Account payable : Perusahaan telah memiliki kontrak peminjaman (hutang) dengan salah satu Bank yang berakhir pada tahun
ke 4. Sehingga peminjaman uang kembali dilakukan oleh perusahaan pada tahun ke 5.

Analisis hasil pendapatan dan pemasukan :


Dengan menggunakan metode payback period pada perhitungan cash flow maka didapatkan hasil pemasukan yang
mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan pemasukan yang ada pada tahun sebelumnya ditambahkan
pada pemasukkan ditahan berikutnya. Sehingga walaupun pendapatan pada tahun ke 4 sampai tahun ke 10 konstan tetapi
pada pemasukkan tetap mengalami peningkatan.

19
BAB V

Kesimpulan dan Tindak Lanjut

5.1 Kesimpulan
Kesimpulannya adalah bahwa berdasarkan hasil perhitungan cash flow khusunya
pemasukkan didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa proyek ini mengalami
peningkatan keuntungan dari tahun ke tahun. Sehingga proyek ini bisa dijalankan dengan
sebagaimana mestinya.

5.2 Tindak Lanjut


Tindak lanjut dari serangkaian analisis sebelumnya adalah tetap melanjutkan proyek ini,
karena sesuai dengan hasil analisis dan kesimpulannya, bahwa proyek ini layak untuk
dilanjutkan dan dijalankan.

19

Anda mungkin juga menyukai