Anda di halaman 1dari 85

Laporan Praktek Lapangan Industri

Pekerjaan :

TAMBANG TERBUKA BATU SILIKA BUKIT NGALAU


PT. SEMEN PADANG SUMATERA BARAT
Studi Kasus :

E v a l u a s i B i a y a d a n K e s e l a r a s a n K e r j a Al a t G a l i M u a t
d e n g a n Al a t An g k u t p a d a P e n a m b a n g a n B a t u S i l i k a
di Bukit Ngalau PT. Semen Padang

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Dalam Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi D3- Teknik Pertambangan

Oleh :

TRIANDOKO MARDIAN
BP. 2009/98013
Konsentrasi

: Tambang Umum

Program Studi : D-3 Teknik Pertambangan

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013

Ya Allah tetapkanlah hatiku untuk mensyukuri nikmat-Mu


Yang telah Engkau berikan kepadaku dan kedua Ibu-Bapakku, serta kukerjakan
amalan shaleh yang Engkau ridhai dan masukkan aku dengan rahmat-Mu kedalam
golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh. (Qs. An-naml : 19)
Alhamdulillahrabbil`alamin
Ya Allah.
Kumenyadari sepenuhnya yang kuperbuat hari ini
Belum mampu membayar setetes keringat orang tuaku
Setetes air mata pengorbanan orang tuaku, abang ku, adik ku, dan seluruh kawankawan ku
Karenanya Ya Allah Hamba memohon jadikanlah
Butiran-butiran keringat ku sebagai mutiara petunjuk saat orang-orang dalam
kegelapan
Jadikanlah kelelahanku sebagai penyejuk dikala orang-orang dahaga (haus)
Hari ini dengan segala kerendahan hati
Ku ucapkan syukur padamu Ya Rabbi.
Ku panjatkan puja dan puji bagimu ya. Tuhan ku.
Sebuah amanah keluarga telah berhasil kuselesaikan
Sebagai bukti dan terima kasihku atas pengorbanan oran tua ku
Dan putih kasih saying ayahanda tercinta (Zaimardi)
Dan ibuku tersayang (Lasmi)
Serta abangkudan adikku yang kucintai
Hari ini keberjanji dan bertekad
Untuk membalas dan membahagiakan
Orang-orang yang menaruh harapan dan masa depan kepada ku
Jangan Engkau sia-sia kan pengorbanan mereka ya Tuhan ku.
Kumohon dan memohon lagi
Jangan sia-sia kan harapan mereka
Dan lancarkanlah semua usaha ku untuk mencapai cita-cita ku
Karena Engkaulah maha pengasih dan lagi maha penyanyang
Amin aminYa robbal`alamin
Walhamdulliahirabbil`alamin

ii

ABSTRAK
Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya
alamnya, salah satu sumber daya yang ada adalah bahan tambang seperti
batubara, emas, perak, dan batu kapur. Sumatera Barat mempunyai
cadangan batu kapur terbesar di Indonesia. Sebagian besar cadangan batu
kapur yang ada di Sumatera Barat ditambang oleh PT. Semen Padang.
PT. Semen Padang memakai cara tambang terbuka (quarry)
dengan metoda Quarry Side Hill yaitu sistem penambangan yang
diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang
letaknya di lereng bukit atau endapannya berbentuk bukit. Bahan baku
pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, gypsum, tanah liat dan
pasir besi. Di Bukit Ngalau hanya terdapat penambangan batu silika.
Untuk menilai apakah pekerjaan penambangan itu efektif atau
tidak, maka penulis mengevaluasi pada pekerjaan penambangan batu silika
di Bukit Ngalau. Bedasarkan hasil evaluasi yang penulis lakukan, dapat
diketahui jumlah alat yang dibutuhkan, produktifitas masing-masing alat
serta biaya yang paling efektif dan efisien. Pada saat ini untuk alat gali
yang digunakan adalah 1 unit Excavator Komatsu PC 400 dengan
kapasitas bucket 3,2 m3 dan 3 unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS
dengan kapasitas 15 ton dapat melebihi target produksi yaitu, dari 35.000
ton menjadi 36.450 ton dengan 25 hari kerja serta memerlukan biaya Rp
205.625.000,00 per bulan. Sedangkan, jika PT. Semen Padang
menggunakan 1 unit Excavator Komatsu PC 400 dengan kapasitas bucket
3,2 m3 dan 4 unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS dengan kapasitas 15
ton memerlukan biaya Rp 238.500.000,00 per bulan dan dapat
memproduksi 48.600 ton batu silika.

vii

iii

ABSTRACT
State of Indonesia is a country rich in natural resources, one of the
existing resources are minerals such as coal, gold, silver, and limestone.
West Sumatra has the largest limestone reserves in Indonesia. Most of the
existing reserves of limestone mined in West Sumatra by PT. Semen
Padang.
PT. Semen Padang used the method of open pit method with the
Side Hill Quarry mining system that is applied to mine the rock or
industrial mineral deposits are located on hillsides or hill-shaped sediment.
Raw material for making cement are limestone, silica sand, gypsum, clay,
and iron sand. In the ngalau Hill there are only mined silica.
To assess whether the mining work is effective or not, the authors
evaluated the silica rock mining jobs in ngalau hill. Based on the results of
the evaluation by the author, can be seen the amount of equipment needed,
the productivity of each device as well as the most cost effective and
efficient, which is to explore the tool used is 1 unit Komatsu PC 400
excavator with a bucket capacity of 3.2 m 3 and 3 units dump Truck
Mitsubishi HD 220 PS with a capacity of 15 tons can exceed production
targets namely, from 35,000 tons to 36,450 tons to 25 working days and
will cost Rp 205,625,000.00 in a month. Whereas, if the PT. Semen
Padang using 1 unit Komatsu PC 400 excavator with a bucket capacity of
3.2 m3 and 4 units of Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS with a capacity
to produce 15 tons will cost Rp 238,500,000.00 in a month.

iv
viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil`alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan


kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Lapangan Industri dengan judul:
E v a l u a s i B i a y a d a n K e s e l a r a s a n K e r j a Al a t G a l i M u a t
d e n g a n Al a t A n g k u t p a d a P e n a m b a n g a n B a t u S i l i k a di Bukit
Ngalau PT. Semen Padang.
Penulisan Laporan Praktek Lapangan Industri ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan kuliah pada Program Studi Diploma-3 Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (UNP).
Dalam penulisan Laporan Praktek Lapangan Industri ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan, pengarahan serta bantuan yang telah diberikan kepada
penulis, dengan ini penulis penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibuk Yoszi Mingsi Anaperta, ST. MT dan Dedi Yulhendra, ST. MT selaku
Dosen Pembimbing Laporan Praktek Lapangan Industri yang telah banyak
membantu dan memberikan masukan kepada penulis sehingga Laporan
Praktek Lapangan Industri ini dapat diselesaikan.
2. Teristimewa untuk kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang telah
memberikan dukungan secara moril dan materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Lapangan Industri ini.

ix
v

3. Bapak Drs. Bambang Heriyadi, MT selaku Ketua Jurusan Teknik


Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
4. Bapak Drs. Tamrin Kasim, MT selaku Dosen Penasehat Akademis serta Ketua
Program Studi D-3 Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Padang.
5. Seluruh dosen pengajar Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang.
6. Bapak Ariyan Trisno, ST selaku Pembimbing di PT.Semen Padang.
7. Seluruh Staff dan Karyawan PT. Semen Padang.
8. Kepada Resti Ramadhani yang selalu memberi semangat dan mengingatkan
dalam mengerjakan Laporan Praktek Lapangan Industri ini.
9. Rekan-rekan yang sama-sama melakukan Praktek Lapangan Industri di PT.
Semen Padang.
10. Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Padang (khususnya angkatan 2009).
11. Kepada seluruh orang-orang terdekat saya yang sudah membantu saya dalam
menyelesaikan Laporan Praktek Lapangan Industri ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Proyek Akhir ini jauh dari
kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang
dapat membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Laporan
Praktek Lapangan Industri ini bermanfaat terutama untuk penulis sendiri,
perusahaan dan bagi pembaca yang memerlukan.

Padang, 2 Desember 2012

Penulis

vix

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN JUDUL .......................................................

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN


INDUSTRI ...................................................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAAN LULUS UJIAN PRAKTEK LAPANGAN


INDUSTRI ...................................................................................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .....................................

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................

BIODATA .....................................................................................................

vi

ABSTRAK ....................................................................................................

vii

ABSTRACT .................................................................................................

viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................

ix

DAFTAR ISI ................................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR....................................................................................

xiv

DAFTAR TABEL .........................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................

xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................
B. TUJUAN DAN MANFAAT.......................................................
C. SISTEMATIKA PENULISAN..................................................

1
2
3

BAB II LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN


A. DESKRIPSI PERUSAHAAN
1. Sejarah PT. Semen Padang....................................................
2. Visi dan Misi PT. Semen Padang............................................
3. Struktur Organisasi ................................................................

4
6
7

B. DESKRIPSI PROYEK
1. Lokasi dan Kesampaian PT. Semen Padang...........................
2. Iklim dan Curah Hujan...........................................................
3. Keadaan Geologi dan Morfologi............................................

7
9
9

xi

vii

4. Statigrafi dan Ganesa Bahan Galian ......................................


5. Jumlah Cadangan ..................................................................

10
10

C. PROSES PELAKSANAAN PROYEK


1. Perencanaan Penambangan ....................................................
2. Proses Penambangan ............................................................

11
12

D. PELAKSANAAN KEGIATAN LAPANGAN


1. Batu Kapur
a. Pemboran .........................................................................
b. Peledakan .........................................................................
c. Kegiatan Pemuatan ..........................................................
d. Kegiatan Pengakutan .......................................................
e. Kegiatan Peremukan ........................................................
2. Batu Silika
a. Kegiatan Penggalian ........................................................
b. Kegiatan Pemuatan ..........................................................
c. Kegiatan Pengangkutan ...................................................
d. Kegiatan Peremukan ........................................................
E. DIAGRAM ALIR PENELITIAN ...........................................
F. TEMUAN MENARIK ..............................................................

15
18
26
28
29
31
31
33
34
37
38

BAB III STUDI KASUS


A.
B.
C.
D.

PERUMUSAN MASALAH....................................................... 40
TUJUAN STUDI KASUS ......................................................... 40
PEMBATASAN MASALAH .................................................... 41
LANDASAN TEORI
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi performance alat mekanis
a. Pola Penggalian dan Pemuatan......................................... 41
b. Swell Factor (Faktor Pengembangan) ............................. 43
c. Faktor Keserasian (Match Factor) ................................... 45
d. Efisiensi Alat ................................................................... 45
e. Waktu Edar ...................................................................... 48
E. METODOLOGI PEMBAHASAN
1. Pengambilan Data................................................................... 50
2. Penentuan Rumus yang Digunakan untuk Perhitungan Alat Berat
. 51
F. DATA DAN PENGOLAHAN DATA
1. Data Rata-rata yang di Dapat Dari Lapangan........................ 54
2. Efisiensi Kerja Alat................................................................ 56
3. Produktifitas Alat Gali-Muat (Loading) dan Alat Angkut (Hauling)
xii
..
59
G. PEMECAHAN MASALAH ATAU ANALISA HASIL
1. Jumlah unit alat Angkut dan Alat Gali-Muat yang
viii

Dibutuhkan untuk Mencapai Keserasian..... . 64


2. Biaya Excavator Komatsu PC400 dalam 25 hari kerja ....... 65
4. Biaya 3 unit Dump Truck Dalam 25 hari kerja .................... 66
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN...........................................................................
B. SARAN........................................................................................
DAFTAR PUSATAKA
LAMPIRAN

xiii

ix

68
69

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1

Peta Lokasi dan kesampaian daerah.........................................

8
Gambar 2

Pemboran Batukapur.................................................................

17
Gambar 3

Anfo Mixer ...............................................................................

19
Gambar 4

Ohm Meter ...............................................................................

20
Gambar 5

Blasting Machine .....................................................................

21
Gambar 6

Lead Wire .................................................................................

22
Gambar 7

Detonator Listrik ......................................................................

22
Gambar 8

Leg Wire ...................................................................................

23
Gambar 9

Connecting Wire .......................................................................

23
Gambar 10
25

Penancapan Detonator pada power gel ....................................

Gambar 11

Rangkaian Peledakan (seri) ......................................................

26
Gambar 12

Proses Pemuatan Batu kapur ....................................................

27
Gambar 13

Proses Pemuatan dengan Wheelloader .....................................

28
Gambar 14

Pengangkutan Batu Kapur ........................................................

29
Gambar 15

Crusher IIIA dan IIIB ...............................................................

30
Gambar 16

Penggalian Batu Silika .............................................................

31
Gambar 17

Pemuatan Batu Silika................................................................

32
Gambar 18

Dumping ...................................................................................

33
Gambar 19

Pengangkutan Batu Silika.........................................................

34

xiv
ix

xi

Gambar 20

Prinsip Kerja Crusher ..............................................................

35
Gambar 21

Mobile Hopper .........................................................................

36
Gambar 22

Digram Alir Penelitian .............................................................

37
Gambar 23

Excavator yang Menunggu ......................................................

38
Gambar 24

Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi Alat Gali-Muat Terhadap


Alat Angkut..............................................................................
...................................................................................................42

Gambar 25

Pola Pemuatan Berdasarkan Jumlah Penempatan Alat Angkut

43

xv

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1

Bahan Baku Pembuat Semen .................................................

10

Tabel 2

Density dan Swell Factor dari bermacam material ................

44

Tabel 3

Efisiensi Kradaan Alat ...........................................................

46

Tabel 4

Faktor Bucket Alat Muat ........................................................

53

Tabel 5

Data Jam Kerja Dump Truck di Bukit Ngalau .......................

55

Tabel 6

Data Kesedian Alat Dump Truck di Bukit Ngalau .................

55

Tabel 7

Data Kesedian Alat Excavator di Bukit Ngalau......................

56

Tabel 8

Data Jam Standby dan Jam Perbaikan Alat di Bukit Ngalau. .

56

Tabel 9

Efisiensi Kerja Alat.................................................................

59

Tabel 10

Perbandingan Analisa dan Lapangan .....................................

67

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Struktur Organisasi PT. Semen Padang

Lampiran 2.

Data Curah Hujan

Lampiran 3. Waktu Edar Excavator Komatsu PC 400


Lampiran 4. Waktu Edar Excavator Komatsu PC 400 dan Dump Trcuk
Mitsubishi HD 220 PS
Lampiran 5. Spesifikasi Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS
Lampiran 6. Spesifikasi Excavator Komatsu PC 400
Lampiran 7. Performances alat berat

xvii
xii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan semen
sangatlah meningkat seiring dengan banyaknya pembangunan, oleh karena
itu PT. Semen Padang harus meningkatkan hasil produksi semen.
Ketersediaan bahan baku yang semakin tipis menuntut PT. Semen Padang
untuk menyusun strategi agar kebutuhan konsumen tetap terpenuhi. PT.
Semen Padang mempunyai target pencapaian produksi semen sebesar
5.566.400 ton ditahun 2012 ini dibutuhkan supply batu kapur 7.602.474
ton dan kebutuhan silika 871.858 ton, penambangan PT. Semen Padang
sampai dengan saat ini hanya mengandalkan sumber daya di Bukit Karang
Putih dengan jumlah cadangan yang semakin terbatas, sehingga untuk
memenuhi sasaran produksi tersebut akan mengoptimalkan penambangan
di Bukit Ngalau.
Akibat cadangan bahan baku semakin menipis sedangkan
pemenuhan produksi harus berkelanjutan maka dibutuhkan pengoptimal
penambangan di areal Bukit Ngalau agar produksi meningkat dan produk
yang dihasilkan dapat bersaing di dunia industri, hal ini dapat terwujud
jika dilakukan penambangan yang ramah lingkungan. Saat sekarang ini
industri semen semakin marak dipasaran, oleh karena itu PT. Semen
Padang harus menekan biaya produksi agar semen yang berkualitas baik
dapat dijual dengan harga murah dan tetap menjadi yang terdepan. Dalam
1

rangka mengoptimalkan penambangan Bukit Ngalau sangat dibutuhkan


rencana teknis penambangan terlebih dahulu agar dapat menganalisa
kebutuhan peralatan yang diperlukan.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Proyek
Tujuan yang ingin dicapai PT. Semen Padang dalam
penambangan batu silika di Bukit Ngalau adalah:
a. Menciptakan

penambangan

yang

efisien,

ekonomis,

dan

berkelanjutan.
b. Menyediakan batu silika sebagai bahan dalam pembuatan semen.
c. Menciptakan penambangan yang ramah lingkungan.
d. Menghasilkan produk semen yang berkualitas baik.
2. Manfaat Proyek
Adapun manfaat yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan
yang dilakukan oleh PT. Semen Padang adalah:
a. Menambah devisa negara dari sektor penerimaan pajak dan bea
cukai.
b. Menambah pendapatan daerah dan Propinsi Sumatera Barat
melalui pemasukan pajak yang dibebankan kepada perusahaan.
c. Dengan adanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang
akan berdampak terhadap perbaikan ekonomi masyarakat di sekitar
tambang.

C. Sistematika Penulisan
Penulisan Proyek Akhir ini terdiri dari empat bab yang saling
berhubungan satu sama lainnya. Disamping itu, pada bagian akhir

Proyek Akhir ini juga dilampirkan hal-hal yang berhubungan dengan


topik pembahasan. Secara garis besar masing-masing bab akan
membahas hal-hal sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang proyek , tujuan, manfaat, dan
sistematika penulisan Proyek Akhir.
Bab II. Laporan Kegiatan Lapangan
Bab ini membahas tentang deskripsi perusahaan, deskripsi
proyek, proses pelaksanaan proyek, pelaksanaan kegiatan lapangan, dan
temuan-temuan menarik di lapangan.
Bab III. Studi Kasus
Bab ini menjelaskan tentang perumusan masalah, landasan teori,
data, dan metodologi pemecahan masalah
Bab IV. Penutup
Bab ini merupakan penutup dari semua bab yang berisikan tentang
kesimpulan dan saran dari permasalahan yang dibahas.

BAB II
LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN
A. Deskripsi Perusahaan
1. Sejarah PT. Semen Padang
PT. Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Indonesia
yang didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV
Nederlandsch Indische Portland Cement (NV NIPCM). Alasan pendirian
pabrik ini karena ditemukan cadangan batu kapur dan silika di Bukit
karang Putih dan Ngalau pada tahun 1906. Oleh seorang perwira Belanda
berkebangsaan Jerman yang bernama Ir. Carl Cristoper Lau. Kedua jenis
batu tersebut dibawa ke Belanda untuk diteliti kemudian hasil penelitian
menunjukkan bahwa kedua jenis bahan baku tersebut dapat dijadikan
bahan baku untuk membuat semen. Sedangkan bahan baku yang satunya
lagi yaitu tanah liat terdapat di perkampungan Indarung.
Ketiga bahan baku utama tersebut memiliki cadangan yang
terbesar sehingga pemerintah Belanda yang berkuasa saat itu untuk
mendirikan pabrik semen. dengan kegigihan dan kerja keras Ir. Carl
Christoper Lau yang menghimpun kerja sama dangan perusahaan besar
seperti Fa. Gebroeders Veth, Fa. Yarman dan Soon serta pihak swasta
lainnya, maka tanggal 18 maret 1910 berdirilah pabrik semen ini dengan
notaries Johannes Pieder Smith di Amsterdam dengan nama NV.
Nedherlandsch Portand Cement Maatchappij (NIPCM). Pabrik ini mulai
memproduksi semen pada tahun 1913.

Ketika Jepang menguasai Indonesia tahun 1942-1945, pabrik


diambil alih dengan manajemen Asano Cement. Setelah proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Pabrik ini
diambil alih oleh karyawan dan diserahkan kepada pemerintah Republik
Indonesia dengan nama Kilang semen Indarung. Pada Agresi Militer I
tahun 1947, pabrik dikuasai kembali oleh Belanda dan namanya diganti
menjadi NV Padangs Portland Cement Maatschappij (NV PPCM).
Berdasarkan PP No. 50 tanggal 5 Juli 1958, tentang penentuan
perusahaan dan pertambangan milik Belanda dikenakan Nasionalisasi,
maka NV Padangs Portland Cement Maatschappij (NV PPCM)
dinasionalisasikan dan selanjutnya ditangani oleh Badan Pengelola
Perusahaan Industri Tambang (BAPPIT) Pusat. Setelah tiga tahun dikelola
BAPPIT Pusat, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 135 tahun
1961 status perusahaan dirubah menjadi Perusahaan Negara . Akhirnya
pada tahun 1971 melalui peraturan pemerintah No 7, menetapkan Semen
Padang menjadi PT. Semen Padang dengan Akta Notaris 5 tanggal 4 Juli
1872.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No.5-326/MK.016/1995, pemerintah melakukan konsolisasi atas
3 (tiga) pabrik semen milik pemerintah yaitu PT. Tonasa (PTST), PT.
Semen Padang (PTSP), PT. Semen Gresik, yang teralisir pada tanggal 15
September 1995. Sehingga saat ini PT. Semen Padang berada dibawah PT.
Semen Gresik Group.
Tahun 1998, pemerintah menjual 4% SSG kepada CEMEX
(Perusahaan Kanada) yang kemudian menjadi 25,53% dengan demikian

PT. Semen Padang dikuasai juga oleh CEMEX, sejak awal masyarakat
Sumatera Barat pada umumnya dan masyarakat Padang pada Khususnya
menolak gagasan pemerintah tersebut, karena tempat Industri dan bahan
baku PT. Semen Padang merupakan tanah ulayat (tanah kaum) masyarakat
minang kabau, sehingga masyarakat Minang Kabau tidak rela jika tanah
ulayatnya jatuh ketangan orang asing.
Pada tahun 2006 silam masyarakat pun mendesak agar PT. Semen
Padang lepas dari SSG, dan saham pun diminta agar sepenuhnya kembali
ketangan PT. semen Padang, nampaknya permasalahan ini belum tuntas
oleh Pemerintah Republik Indonesia, dan semoga permasalahan ini dapat
terselesaikan dengan waktu yang secepatnya.
2. Visi dan Misi PT. Semen Padang
a. Visi
Menjadi Industri semen yang handal, unggul dan berwawasan
lingkungan.
b. Misi
1) Meningkatkan nilai perusahaan bagi stakeholder, bertumbuh dan
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
2) Mengembangkan Industri berwawasan lingkungan
3) Mengembangkan sumberdaya manusia yang berkompeten dan
professional.
3. Struktur Organisasi
Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut , PT. Sememn Padang
menyusun

struktur organisasi perusahaan, ini dimaksudkan agar

perusahaan maju dan berkembang, serta menghasilkan produksi semen

yang bermutu dan berkualitas. Struktur organisasi dapat dilihat pada


lampiran 1.
B. Deskripsi Proyek
1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi PT. Semen Padang terletak di Indarung, sekitar 15 Km di
sebelah Timur kota Padang, secara administrasi termasuk dalam
Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Madya Padang, Provinsi Sumatera
Barat dengan ketinggian lebih kurang 200 m di atas permukaan laut.
Indarung terletak di kaki Bukit Barisan yang membujur dari Utara

ke Selatan, dan secara geografis terletak antara garis meridian

LS sampai

LS dan

BT sampai

BT.

Berbatasan ke arah Barat dengan kota Padang, ke arah Timur dengan


kabupaten Solok, ke arah Utara dengan kabupaten Batu Sangkar dan ke
arah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.
Lokasi penambangan Silika berada di Bukit Ngalau. Bukit Ngalau
terletak 1,5 km arah Tenggara pabrik yang terletak antara 076 23,56
LS sampai

076 45,44LS dan

100 47 5,31BTsampai dengan

10047 43,56BT.
Daerah penambangan ini dihubungkan dengan jalan yang telah di
beton dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan umum atau naik
kendaraan milik karyawan PT. Semen Padang. Lokasi penambangan batu

silika di Bukit Ngalau dapat dilihat pada gambar 1 peta lokasi dan
kesampaian daerah dibawah ini.

BUKIT
NGALA
U

SS
umber : Google, Search, 2012

Gambar 1. Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah

2. Iklim dan Curah Hujan


Iklim di daerah PT. Semen Padang adalah iklim tropis yang
memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan
kisaran temperatur 27-35C.

Cuaca

dapat

mempengaruhi

efektivitas

kerja

pada

penambangan yang menggunakan metode tambang terbuka. Cuaca


yang sering hujan dapat menyebabkan kondisi jalan tambang yang
becek dan lengket sehingga akan mempengaruhi kinerja alat maupun
operator, dan membuat waktu kerja akan lebih pendek, demikian juga
sebaliknya apabila cuaca pada musim kemarau yang menyebabkan
jalan tambang jadi berdebu. Data curah hujan rata-rata dapat dilihat
pada lampiran 2.
3. Keadaan Morfologi dan Geologi
Keadaan morfologi daerah ini merupakan bukit yang sangat
terjal.

Morfologi

bukit

ngalau

merupakan

daerah

perbukitan

bergelombang hingga sangat terjal. Morfologi ini berada pada


ketinggian 229-410 meter dari permukaan laut.
Batu silika tersusun oleh silsilium oksida (SiO2) dan
Alumunium Oksida (Al2O3), terjadi secara organik rombakan dan
kimia. Skala kekerasan atau skala Mohs batu silika adalah 7. Lapisan
tanah yang dijumpai pada lokasi penambangan terdiri dari batu silika
dan basalt.
4. Stratigrafi dan Ganesa Bahan galian
Batu silika termasuk golongan rijang (chert), radiolarian dan
tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan
terbatas sekali. Lapisan rijang terbentuk di atas lantai laut dan danau.
Kerangka silika terbentuk dari organisme mikroskopik terakumulasi
membentuk silika. Organisme ini adalah diatom, terdapat di danau dan
terakumulasi dalam laut, meskipun radiolaria lebih umum sebagai

10

komponen utama silika di laut. Sifat fisik dari batu silika diantaranya,
berwarna keputihan, coklat, putih susu, coklat muda-tua kemerahan,
ungu kekuningan, hijau dan agak tembus cahaya.
5. Jumlah Cadangan
Berdasarkan data yang didapatkan cadangan batu silika yang
terdapat di Ngalau 6 juta ton. Silika termasuk dalam komposisi
pembuatan semen. Adapun bahan baku pembuat semen dapat dilihat
pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Bahan Baku Pembuat Semen
Jenis-jenis bahan baku

Perbandingan berat (%)

Batu kapur

81%

Pasir silica
Clay/ tanah Liat

5%
10%

Gypsum

1%

Pasir besi

3%

Sumber : PT. Semen Padang

C. Proses Pelaksaan Proyek


1. Perencanaan Penambangan
Penambangan batu silika di Bukit Ngalau menggunakan sistem
penambangan terbuka. Penambangan batu silika tidak melalui proses
peledakan tetapi langsung ditambang dengan menggunakan excavator.
Untuk merencanakan dan mengetauhi daerah yang akan di
tambang , ataupun sedang ditambang, perlu dilakukannya kegiatan survey

11

dan pengukuran. Data yang diperoleh hasil survey dan pengukuran ini
berguna nantinya untuk memetakan front penambangan.
Untuk kegiatan pengukuran ini diperlukan sebuah GPS (Global
Position System) yang terhubung dengan satelit, dan peralatan pendukung
lainnya. Untuk melakukan survey dan pengukuran melalui GPS
diharapkan dapat melalui prosedur-prosedur, yakni :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Cek semua peralatan.


Tempatkan antena pada posisi yang benar.
Orientasikan atena kearah yang benar, dan ukur tinggi antena.
Cek mode pangamatan pada receiver GPS
Koordinat pendekatan
Interval data
Besar Maks. Angle
Nomor titik dan nomor proyek
Zona waktu
Waktu mulai dan selesai pengamatan
Setelah mengetahui data hasil survey pengukuran dan sistem yang

efisien untuk melakukan penambangan, perlu direncanakan cara untuk


melakukan penambangan

tersebut. Sehingga dapat meminimalisir

pengeluaran untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya.


2. Proses Penambangan
a. Perintisan
Perintisan adalah pembuatan jalan masuk untuk pembukaan daerah
yang akan digunakan sebagai aktivitas penambangan (front baru).
Biasanya meliputi penebangan pohon dan pembersihan dari semak
belukar. Hal ini bertujuan untuk membuat jalan masuk sampai dapat
ditempatkan peralatan pada lokasi baru tersebut.
b. Pembabatan (clearing)

12

Pembabatan merupakan pekerjaan pengembangan yang bertujuan


untuk membersihkan daerah penambangan yang baru dari vegetasi
tumbuhan pada luas areal tertentu. Biasanya kegiatan tersebut meliputi
aktivitas penebangan pohon dan pembuangan.
c. Penambangan (mining)
Pada lokasi penambangan tanah penutupnya mengandung silika,
jadi overburdennya selama pengupasan juga bisa dimanfaatkan untuk
diproduksi. Sebelum dilakukan penambangan batu kapur maka dilakukan
penambangan silika terlebih dahulu dengan mengunakan alat berat
excavator sebagai alat gali dan muat lalu dump truck sebagai alat angkut.
d. Pemuatan (Loading I)
Loading merupakan proses pemuatan material ke alat angkut.
Excavator dan Whel loader, biasanya melakukana pekerjaan penggalian
dan pemuatan, sedangkan wheel loader digunakan untuk pemuatan pada
daerah loading area.
Waktu siklus alat muat adalah waktu yang dibutuhkan alat untuk
melakukan pekerjaan dari awal hingga akhir dan kembali lagi pada
keadaan awal. Gerakan yang dilakukan alat muat adalah :
1) Waktu gali
Waktu gali adalah waktu yang dibutuhkan excavator untuk
mengisi bucket.
2) Waktu swing isi
Adalah waktu yang dibutuhkan excavator untuk membawa
bucket yang terisi material ke alat angkut.
3) Waktu Tumpah
Adalah waktu yang dibutuhkan
menumpahkan material isi bucket ke alat angkut.
4) Waktu swing kosong

excavator

untuk

13

Adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengayunkan bucket


kembali ke gerakan penggalian.
5) Waktu terbuang (Spot Time)
Adalah keadaan dimana alat muat menunggu sedangkan alat
angkut melakukan pengakutan.
e. Pengangkutan (Hauling)
Pengakutan bertujuan untuk memindahkan material silika
menuju tempat dumping point.
Pencatatan waktu siklus alat angkut, gerakan yang dilakukan alat angkut
adalah :
1) Waktu Manufer I
Adalah waktu yang dibutuhkan alat angkut untuk membelok
hingga mundur mengatur posisi untuk diisi oleh alat muat.
2) Waktu Muat
Adalah lama waktu pengisian material ke alat angkut.
3) Waktu Angkut
Adalah waktu yang dibutuhkan alat angkut untuk membawa
material dari tempat pengisian ke tempat dumping (penumpahan).
4) Waktu Manufer II
Adalah waktu yang dibutuhkan untuk membelok dan bersiap
untuk dumping.
5) Waktu Tumpah (dumping)
Adalah waktu yang dibutukan alat untuk menumpahkan
material.
6) Waktu Kembali
Adalah waktu yang dibutuhkan alat angkut untuk kembali ke
tempat pengisian material.
7) Waktu Terbuang (Spot Time)
Adalah keadaan dimana alat angkut menunggu sedangkan alat
muat masih mencari material.
f. Peremukan (Crushing)

14

Crusher

bertujuan untuk menghancurkan atau mengubah

ukuran (mesh) batu silika sesuai dengan permintaan pabrik. Material


yang telah diremukkan dibawa ke storage dengan menggunakan belt
conveyor.
D. Pelaksanaan Kegiatan di Lapangan
Menurut jadwal yang telah ditentukan oleh Pusdiklat PT. Semen
Padang penulis memulai kegiatan lapangan dari tanggal 11 September 2012
sampai 26 Oktober 2012. Selama di lapangan penulis mengamati aktifitas
penambangan, berikut penulis sampaikan kegiatan lapangan yang diamati
selama di lapangan:
1. Batu Kapur
a. Pemboran (Drilling)
Pemboran adalah suatu kegiatan untuk membuat lubang ledak
terhadap batuan yang akan dibongkar dengan manggunakan alat bor
yang sesuai dengan keadaan batuan. Tujuan dari kegiatan pemboran
adalah membuat lobang ledak untuk tempat pengisian bahan peledak.
Pada pelaksanaan di lapangan arah pemborannya.
Tahap-tahap kegiatan pemboran terdiri dari :
1) Persiapan pemboran
Pada tahap ini hal yang perlu dilakukan antara lain :
a) Melakukan pembersihan pada lahan yang akan dibor supaya
nantinya dalam proses pemboran tidak mengalami kesulitan
dalam menentukan titik yang akan dibor. Proses pembersihan
ini menggunakan alat bulldozer.
b) Memberikan tanda atau titik yang akan dibor, pekerjaan ini
dilakukan oleh tin survey dan perencanaan dengan pola
pemboran bujur sangkar (square pattern) dan ukuran yang telah

15

direncanakan ialah burden 4 meter dan spasi 4 meter kemudian


masing-masing titik ditandai dengan menggunakan cat semprot
yang berwarna terang agar mudah untuk dilihat oleh operator
bor saat melakukan pemboran.
2) Pelaksanaan pemboran
Pelaksanaan pemboran di area Y Quarry Bukit Karang
Putih dilakukan dengan menggunakan 3 jenis alat bor, yaitu
Ingersoll Rand Drill Master

30 (DM 03), JunJin JD-800,

Furukawa 1500 ED II. Ingersoll Rand Drill Master

memiliki

panjang stang 7,8 meter, panjang Bit 1,2 meter dan memiliki 3
buah

Jack

dengan panjang 1 meter untuk kedudukan saat

melakukan pemboran. Alat tersebut dapat dilihat pada gambar 4 di


bawah ini:

Gambar 2. Pemboran Batu kapur


Pelaksanaan pemboran dimulai dari :

16

a) Mengambil posisi untuk titik yang akan dibor


b) Menurunkan 3 buah Jack secara satu persatu untuk melevelkan
alat bor supaya arah pemboran lurus.
c) Menaikkan menara (Rig).
d) Memulai pemboran dengan cara menurunkan stang bor secara
perlahan.
e) Setelah pembuatan lubang selesai, stang bor dinaikkan lagi lalu
menurunkan menara (Rig).
f) Menaikkan Jack satu persatu.
g) Pindah posisi lalu mengambil posisi untuk membor titik patok
selanjutnya.
Hambatan hambatan yang terjadi selama kegiatan pemboran
berlangsung antara lain :
(1) Menentukan titik yang akan dibor pada lokasi yang tidak datar
dan adanya terdapat tonjolan pada lantai jenjang (toe).
(2) Melakukan pemboran ulang jika tergenang air.
(3) Kerusakan alat bor
(4) Masuknya material lepas ke dalam lubang sehingga terjadi
penyumbatan
(5) Mengatasi terjepitnya alat bor pada saat melakukan pemboran.
3) Pemindahan alat bor
Apabila waktu untuk peledakan sudah tiba, maka segala
kegiatan di lokasi peledakan dihentikan dan semua peralatan dan
alat-alat berat tambang dijauhkan hingga pada jarak yang dirasa
aman, termasuk juga alat bor harus menghentikan kegiatan
pemboran dan menuju jarak aman 200 meter dari lokasi
peledakan.
b. Peledakan (Blasting)
Peledakan bertujuan untuk menghancurkan, membongkar,
melepas atau memecah batuan semula berdimensi besar menjadi

17

dimensi lebih kecil sehingga mudah dalam kegiatan pengangkutan atau


proses penambangan selanjutnya.
1) Persiapan peledakan
Dalam kegiatan peledakan merupakan kegiatan untuk
memisahkan atau menbongkar lapisan batuan dari masa batuan
induknya.

Proses

peledakan

dilakuakan

telebih

dahulu

mempersiapkan peralatan. Peralatan kegiatan proses peledakan


yang digunakan PT. Semen Padang antara lain sebagai berikut :
a) ANFO Mixer
ANFO Mixer merupakan alat yang digunakan untuk
mengaduk ammonium nitrat dengan solar untuk dijadikan
ANFO . Alat ini berada di gudang dekat kantor juru ledak. Anfo
mixer dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 3. Anfo mixer


Cara kerja Anfo mixer sebagai berikut :
(1) Masukan AN (Amonium Nitrat) kedalam

tempat

pengadukan dan buka tutup kran FO (Fuel Oil) dengan


perbandingan AN 95,5% dan FO 4,5%.
(2) Hidupkan Mesin dan mulai proses pencampuran.

18

(3) Apabila telah tercampur sempurna AN dan FO akan naik ke


tempat penampungan secara otomatis dan masuk kedalam
karung yang telah disediakan.
(4) ANFO telah siap digunakan untuk peledakan.
b) Ohm meter
Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
tahanan listrik dalam rangkain dan untuk pengecekkan apakah
semua sambungan telah tersambung dengan baik dalam
rangkaian peledakan. Cara penggunaan alat ini sangat mudah,
tinggal masukan kabel leg wire dan lead wire kedalam lubang
yang ada disetiap sisi atas alat dan hitung tahanannya. Tahanan
yang ideal apabila alat ini menunjukan tiga satuan angka. Ohm
meter dapat dilihat pada gambar 4 dibawah.

Gambar 4. Ohm meter


c) Blasting machine
Merupakan alat yang berfungsi sebagai penghasil arus
listrik untuk meledakkan detonator listrik. Cara kerjanya cukup
sederhana dengan memasukan kabel utama atau lead wire
kedalam lubang blasting machine lalu panaskan dengan
memutar berkali-kali, tunggu aba-aba dari juru ledak dan tekan

19

tombol fire untuk peledakan. Blasting machine dapat dilihat


pada gambar 5 dibawah.

Gambar 5. Blasting machine


d) Lead Wire
Merupakan kabel utama yang menghubungakan sumber
utama listrik (Blasting machine) dengan Leg wire detonator
listrik. Lead wire dapat dilihat pada gambar 6 di bawah.

Gambar 6. Lead wire


e) Cangkul
Merupakan alat yang digunakkan untuk memasukkan
stemming kedalam lubang ledak.
f) Detonator listrik

20

Berfungsi

sebagai

penggalak

primer

dengan

menggunakan arus listrik ulang dihasilkan blasting machine.


Detonator listrik dapat dilihat pada gambar 7 dibawah.

Gambar 7. Detonator Listrik


g) Leg wire
Merupakan dua kawat yang menjadi satu dengan
detonator listrik yang berfungsi untuk penghantar arus listrik ke
detonator. Leg wire dapat dilihat pada gambar 8 dibawah.

Gambar 8. Leg Wire


h) Kabel penghubung (connecting wire )
Kabel penghubung adalah kabel yang menghubungkan
antara rangkaian detonator listrik dengan kabel utama dan
antara leg wire detonator yang satu dengan leg wire detonator

21

yang lainnya. Connecting wire dapat dilihat pada gambar 9


dibawah.

Gambar 9. Connecting wire


Kemudian dilakukan proses pengecekkan oleh juru ledak
berapa jumlah lubang ledak yang diselesaikan oleh operator bor.
Karena ada kalanya lubang ledak tidak terselesaikan oleh operator
bor yang disebabkan adanya hambatan alam kegiatan pemboran.
Pengecekkan lubang ledak utnuk memastikan apakah lubang
tersebut aman dari genangan air. Biasanya dilakukan apabila
sebelumnya dilapangan hujan. Jika terdapat genangan air
ditanggulangi dengan cara di pompa.
2) Pengisian Bahan Peledak
Setelah dipastikan lubang ledak aman dari genangan air
barulah dilakukan proses pengisian bahan peledak kedalam lubang
ledak (charging) sesuai dengan jumlah lubang ledak, setiap harinya
jumlah lubang ledak sekitar 100 lubang/hari dan melakukan
perangkaian untuk siap diladakkan. Prosedur peledakan mulai dari
awal hingga akhit antara lain :
a) Menancapkan detonator pada powergel untuk dijadikan primer
dan memasukkan ke lubang ledak. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada gambar 10 dibawah ini.

22

Gambar 10. Penancapan detonator pada powergel


b) Memasukkan ANFO sebanyak kurang lebih 50 kg (2 karung).
(1) Memasukkan stemming yang berasal dari cutting pemboran
lubang ledak tersebut.
(2) Lakukan perangkain peledakan, leg wire dengan leg wire
dan leg wire dengan lead wire.
(3) Pengecekkan tahanan dengan menggunakan ohm meter,
untuk memastikan semua rangkaian tersambung dengan
baik. Rangkaian tersambung dengan baik apabila ohm
meter menunjukkan jumlah tahanan pada rangkaian yang
terdiri dari detonator, leg wire, dan lead wire kurang lebih
dengan hasil perhitungan oleh juru ledak.
3) Perangkaian peledakkan
Melakukan perangkaian dengan sistem rangkaian seri yang
menyambungkan kabel yang menghubungkan antara detonator
listrik dengan kabel utama dan antara Leg wire detonator yang satu
dengan Leg wire detonator yang lainnya. Dan kabel utama
disambungkan ke Blasting machine yang letakanya 300 meter dari
lokasi lubang ledak untuk pengamanan juru ledak saat meledakkan
detonator listrik. Sebelum peledakkan dilakukan harus dihitung
tahanan listrik dan untuk pengecekkan apakah semua sambungan

23

telah tersambung dengan baik dalam rangkaian peledakkan dengan


menggunakan alat ohm meter. Jumlah lubang ledak berkisar antara
20-80 lubang ledak dalam sekali peledakan. Delay antar lubang
ledak adalah 0,07 ms. Sebelum memulai peledakan tunggu aba-aba
dari juru ledak. Setelah juru ledak bilang tembak baru rangkaian
dapat diledakan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 11
dibawah ini.

Gambar 11. Rangkaian Peledakan (seri)


c. Kegiatan Pemuatan
Pemuatan adalah mengambil material yang sudah diledakkan
kemudian dipindahkan kedalam alat angkut. Alat muat yang tersedia di
lapangan Bukit Karang Putih terdapat 3 unit excavator yaitu merk
Hitachi EH 4, Dossan PC 200, dan PC 400. Dengan kapasitas masingmasing bucket adalah : EH 4 = 6,5 m3, PC 200 = 0,6 m3, PC 400 = 3,6
m3.
Pemuatan yang dilakukan adalah excavator

naik ke atas

tumpukkan material yang akan dimuat kemudian menggali dan


memuatnya ke dalam Dump truck. Terkadang excavator turun dari

24

material yang akan diangkut, karena material yang diangkut tinggal


sadikit. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada gambar 12.

Gambar 12. Proses Pemuatan batu kapur


Proses pemuatan dilakukan pada loading area yang merupakan
tempat tumpukan material dari hasil dumping. Pada tahapan ini
menggunakan alat muat whel loader yaitu LC 6 dengan kapasitas
bucket 12,5 m3. Apabila tumpukan material masih banyak di stockpile,
whel loader langsung memuat material ke crusher, namun apabila
material yang di stockfile tinggal sedikit wheel loader mengambil
material pada loading area dan memuatnya ke dumptruck untuk
dibawa ke stockpile atau langsung ke crusher. Proses pemuatan dengan
wheel loader bisa dilihat pada gambar 13.

25

Gambar 13. Proses Pemuatan dengan Wheel loader


d. Kegiatan Pengangkutan
Kegiatan pengangkutan adalah kegiatan yang mengangkut
material hasil peledakan ke dumping area yang diluncurkan dari lereng
bukit dengan kemiringan 700-600 dengan ketinggian 115-125 meter.
Kegiatan ini disebut rock slide.
Kegiatan dumping batukapur dilakukan secara bergantian.
Jika crusher sedang beroperasi di loading area VII dan begitu
sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi atau menghindari
kecelakaan dalam bekerja. Pada Bukit Karang Putih terdapat 6 unit alat
angkut. Untuk lebih jelasnya proses pengangkutan batukapur dapat
dilihat pada gambar 14.

26

Gambar 14. Pengangkutan batu kapur


e.

Kegiatan Peremukan / Pereduksian Batuan


Kegiatan peremukan / pereduksian batuan ini bertujuan untuk
memperkecil ukuran batuan sesuai dengan permintaan pabrik dengan
menggunakan alat crusher. Pada crusher terjadi perobahan ukuran dari
besar menjadi lebih kecil tanpa menggunakan zat kimia.
Pada di setiap crusher terdapat stockpile sebagai tempat
penumpukan batu kapur sementara. Di Bukit Karang Putih terdapat 2
kegiatan peremukan batu kapur yaitu,
1) Kegiatan pada LSC IIIA dan LSC IIIB
Pada LSC IIIA dan LSC IIIB tidak terdapat moser. Material
yang telah dibawa dari loading area oleh dump truck atau
whelloader langsung masuk ke mulut crusher dengan ukuran 1000
mm. Kapasitas dari masing masing crusher adalah 600 1000
ton/jam. Proses kegiatan pada crusher ini sama dengan LSC II, LSC
IIIA dan LSC IIIB.
Proses kerja crusher sebagai berikut:
a) Hopper yaitu tempat memasukkan material

27

b)
c)
d)
e)

Feeder yaitu alat berupa rantai yang membawa material ke roller.


Roller yaitu sebagai alat pengumpan ke Hammer crusher.
Hammer crusher merupakan alat tempat pemecahan material.
Gratebar merupakan alat yang berfungsi sebagai saringan

material.
f) Belt conveyor adalah alat yang berfungsi untuk membawa
material yang lolos dari gratebar ke storage.
g) Storage merupakan gudang pengumpulan material yang akan di
olah dan berada di area Departemen Produksi.

Gambar 15. Crusher IIIA dan IIIB

2. Batu silika
a. Kegiatan penggalian
Penggalian batu silika di Bukit Ngalau menggunakan 1 unit
excavator merk Komatsu PC 400 dengan kapasitas bucket 3,2 m3.
Penggalian batu silika langsung menggunakan excavator tanpa melalui
peledakan seperti batu kapur. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
gambar dibawah.

28

Gambar 16. Penggalian batu silika


b. Kegiatan pemuatan
Pemuatan adalah mengambil material yang sudah digali
kemudian dipindahkan kedalam alat angkut. Alat angkut yang tersedia
di bukit ngalau terdapat dump truck merk Mitsubishi HD 220 PS
dengan kapasitas bucket 15 ton.
Pemuatan yang dilakukan adalah excavator

naik ke atas

tumpukkan material yang akan dimuat kemudian menggali dan


memuatnya kedalam Dump truck . Terkadang excavator turun dari
material yang akan diangkut, karena material yang diangkut tinggal
sedikit. Proses pemuatan dapat dilihat pada gambar 17 dibawah ini.

29

Gambar 17. Pemuatan Batu Silika


Hambatanhambatan yang terjadi selama kegiatan penambangan
berlangsung:
1) Ada alat muat yang rusak
Adanya alat muat yang rusak, seperti pecahnya hoes
hydraulic pada excavator Komatsu PC 400 dapat mengganggu
target produksi.
2) Keadaan material
Lokasi yang tidak rata menyebabkan alat muat terlebih
dahulu membersihkan area tersebut, selain itu alat angkut pun
sedikit kesulitan dan lama mencapai lokasi, sehingga produktifitas
alat muat menjadi sedikit. Untuk menghindari hal ini dipergunakan
Bulldozer untuk meratakan lokasi.
c. Kegiatan Pengangkutan
Kegiatan pengangkutan adalah kegiatan yang mengangkut
material hasil muatan dari loading area ke crusher yang berjarak 1200

30

m. Proses peluncuran batu silika ke mobile crusher dapat dilihat pada


gambar 18 berikut ini.

Gambar 18. Dumping


Hambatan-hambatan

dalam

kegiatan

pengangkutan

selama

berlangsung adalah :
1) Jalan areal penambangan tidak rata dan lebar jalan angkut tidak
sesuai dengan lebarnya mobil yang membuat operator dump truck
harus berhenti saat berseslisih jalan
2) Banyaknya material yang terbuang pada jalan dapat menghambat
proses penganGkutan material.
3) Adanya alat muat yang rusak.
4) Tidak adanya rambu-rambu seperti jalan di belokan jalan tambang
yang sedikit patah kelokannya membuat operator dump truck
kesulitan untuk mengoperasikan dump truck saat pengangkutan
material saat sedang berhadapan dengan dump truck satunya yang
bisa mengakibatkan kecelakaan lalu lintas jalan tambang.
Untuk lebih jelasnya proses pengangkutan batu silika dapat
dilihat pada gambar 19 di bawah ini.

31

Gambar 19. Pengangkutan Batu silika


d. Kegiatan Peremukan / Pereduksian Batuan
Kegiatan peremukan/pereduksian batuan ini bertujuan
untuk memperkecil ukuran batuan sesuai dengan permintaan pabrik
dengan menggunakan alat crusher. Pada crusher terjadi perubahan
ukuran dari besar menjadi lebih kecil tanpa menggunakan zat
kimia. Dari loading area silika diangkut ke crusher

untuk

menyesuaikan ukuran setelah itu di bawa ke pabrik dengan


menngunakan belt conveyor. Prinsip kerjanya dapat dilihat pada
gambar 20 dibawah ini.
Sizer

Screen

Reduksi

Reject Area

Material > 50 mm

Material < 50 mm

Crusher
Storage
Gambar 20. Prinsip kerja Mosher

Silo

32

Untuk lebih jelasnya kegiatan pada crusher dan Hopper di


bukit Ngalau adalah sebagai berikut:
Material yang telah diambil dari loading area oleh dump
truck di masukkan ke crusher dengan ukuran material 1000 mm.
Setelah dihancurkan material ukuran material 50 mm langsung
dibawa ke pabrik oleh belt conveyor. Sedangkan ukuran material
yang lebih dari 50 mm dan masih basah di reject keluar, 24 jam
setelah itu di masukan ke Hopper. Pada hopper material kembali
di saring lagi dan material reject yang telah masuk ke hopper
langsung dibawa ke pabrik dengan menggunakan belt conveyor.
Gambar Hopper dapat dilihat pada gambar 23 dibawah ini.

Gambar 21. Mobile Hopper

33

E. Diagram Alir Pengolahan Data

Pengumpulan data
Data Sekunder

Data primer

Waktu siklus alat berat


Waktu Efektif Alat Berat

Spesifikasi Alat Berat


Data Jam Kerja
Jarak
Pengolahan
datadari loading area ke dumping

- Waktu edar dump truck dan excavator Komatsu PC400


- Produktifitas excavator Komatsu PC400
- Produktifitas dump truck Mitsubishi HD 220 PS
batu(match
silika perbulan
- Produktifitas
Factor keserasian
factor)
Analisa hasil perhitungan

Gambar 22. Diagram Alir Pengolahan Data

34

F. Temuan Menarik
Selama melakukan Praktek Lapangan Industri pada areal
penambangan batu silika di Bukit Ngalau PT. Semen Padang, ada beberapa
temuan menarik yang ditemukan di lapangan, yaitu :
1. Adanya waktu tunggu pada alat muat.
Hal ini terjadi karena adanya alat angkut yang rusak sehingga
banyaknya kehilangan waktu alat muat untuk menunggu alat angkut.

Gambar 23. Excavator yang Menunggu


Kebanyakan kerusakan yang ditimbulkan ialah pada alat angkut, bukan
pada alat muat.
2. Belum adanya keserasian antara penempatan Alat Muat dan Alat
Angkut.
Temuan ini penulis ungkap, karena seringnya alat muat menunggu
yang disebabkan kondisi lapangan yang tidak diinginkan dan kerusakan
alat angkut.
3. Sering tumpanhnya batu silika yang diangkut Dump Truck.

35

Batu silika yang diangkut oleh dump truck sering tumpah pada saat
pengangkutan ke mobile crusher. Hal ini berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja, juga memperlambat jalan alat angkut.
Dari beberapa temuan menarik yang penulis amati dilapangan,
maka

penulis

mengangkat

judul

E v a l u a s i

Biaya

dan

Kes elaras an Kerja Alat Gali Mu at dengan Alat Angku t


p a d a P e n a m b a n g a n B a t u S i l i k a di Bukit Ngalau PT. Semen
Padang

BAB III

36

STUDI KASUS
A. Perumusan Masalah
Di PT. Semen Padang penambangan batu kapur dan silika dilakukan
dengan sistem tambang terbuka metoda quarry dengan menggunakan alat-alat
berat untuk penambangan. PT. Semen Padang

tepatnya di bukit ngalau

mempunyai target produksi batu silika 410.000 ton per tahunnya atau rata-rata
35.000 ton per bulannya. Oleh karena itu diperlukan evaluasi penambangan
yang baik agar proses penambangan dan target produksi dapat tercapai.
Dalam usaha untuk mendukung tercapainya proses penambangan dan
target produksi, maka harus dilakukan kajian terhadap kebutuhan alat mekanis
yang akan digunakan dengan melihat kinerja nyata alat mekanis yang ada
dilapangan. Kinerja alat mekanis dilapangan dipengaruhi oleh keadaan
lapangan itu sendiri, yang mana selama ini belum serasi kinerja antar alat muat
dan alat angkut . Dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Berrkaitan dengan diatas, maka penulis melakukan penelitian tentang
E v a l u a s i B i a y a d a n K e s e l a r a s a n K e r j a A l a t G a l i M u a t
d e n g a n A l a t An g k u t p a d a P e n a m b a n g a n B a t u S i l i k a di
Bukit Ngalau PT. Semen Padang
B. Tujuan Studi Kasus
Adapun tujuan dari studi kasus ini adalah :
1. Dapat menentukan Produktifitas Excavator Komatsu PC 400 dan Dump
Truck Mitsubishi HD 220 PS.
2. Dapat mengetahui jumlah alat berat.
3. Dapat mengetahui biaya operasional yang dibutuhkan pada keadaan nyata
dilapangan dengan yang direncanakan
40

37

C. Pembatasan Masalah
Dalam studi kasus ini masalah yang akan dibahas

adalah sebagai

berikut:
1.

Menghitung faktor keserasian Alat berat dengan


metoda Match Factor.

2.

Membandingkan

kapasitas

produksi

alat

hauling perjam pada keadaan nyata dilapangan


3.

Jumlah kebutuhan alat loading dan hauling


yang diperlukan untuk mendukung tercapainya keserasian alat berat.

4.

Membandingkan

biaya

operasional

yang

dibutuhkan pada keadaan nyata dilapangan dengan yang direncanakan.


D. Landasan Teori
1.

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi Performance Alat Mekanis


Performance alat mekanis dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut
dalam penggunaannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah
sebagai berikut :
a. Pola Penggalian dan Pemuatan
Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan.
Setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali-muat sudah
terisi penuh dan siap ditumpahkan.
Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan
dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat

38

angkut maupun alat gali-muatnya.

Pola pemuatan dapat dilihat dari

beberapa keadaan yang ditunjukkan alat gali-muat dan alat angkut, yaitu:
1) Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali-muat yang
berada di atas atau di bawah jenjang (Gambar 24).
a)

Top Loading, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian


dengan menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut
berada di bawah alat gali-muat.

b)

Bottom

Loading,

yaitu

alat

gali-muat

melakukan

penggalian dengan menempatkan dirinya di jenjang sejajar dengan


posisi alat angkut.

Top
Loading

Bottom
Loading

Gambar 24 :
Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi Alat Gali-Muat
Terhadap Alat Angkut
2) Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut
untuk dimuati terhadap posisi alat gali-muat (Gambar25 ).
a) Single Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati
pada satu tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat
angkut pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama

39

berangkat alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati


sedangkan truk ketiga menunggu, dan begitu seterusnya.
b) Double Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk
dimuati pada dua tempat, kemudian alat gali-muat mengisi salah
satu alat angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua
yang sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut
kedua diisi, alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang
sama dengan alat angkut pertama dan seterusnya.

Double Back
Up

Single Back Up

Gambar 25 :
Pola Pemuatan Berdasarkan Jumlah Penempatan Alat Angkut.
b. Swell factor (Faktor Pengembangan)
Swell factor adalah material di dalam itu didapat dalam keadaan
padat dan terkonsilidasi dengan baik sehingga hanya sedikit bagian yang
kosong atau yang terisi udara di antara butir butirnya, lebih-lebih kalau
butir-butir itu halus sekali.

40

Menurut Partanto, (1996) Swell factor merupakan perbandingan


antara material insitu (belum digali) dengan material dalam keadaan loose
(setelah digali). Besarnya swell factor dapat dihitung dengan persamaan:

Swell Factor =

Vundisturb ed
x 100% (Ir. Partanto, 1996 :179 )
Vloose

Pada PT. Semen Padang material yang ditambang adalah berupa


tanah liat basah yang mana swell factornya 0,85 untuk tanah biasa basah.
Density dan Swell Factor dari bermacam material dapat di lihat pada tabel
2.
Tabel 2:
Density dan Swell Factor dari Bermacam Material
Density lb/cu
Swell Factor In-Bank
Macam
Material

Yd

Corection Faktor

Tanah liat kering

2300

0,85

Tanah liat basah

2800 3000

0,82 0,80

Anthrasite

2200

0,74

Bituminous

1900

0,74

2800

0,85

3320

0,85

Pasir kering

2200 3250

0,89

Pasir basah

3300 3600

0,88

Tanah biasa
kering
Tanah biasa
basah

Sumber ;(Partanto, 1993:186)

c. Faktor Keserasian (Match Factor)

41

Untuk menyatakan keserasian (synchronization) kerja antara alat


muat dengan alat angkut adalah dengan cara menghitung faktor keserasian
(match factor).
Match Factor (MF) =

n x Na x CTm
(Ir. Partanto, 2005 :179 )
Nm x CTa

Keterangan :
n

= Banyak siklus yang diperlukan excavator untuk


mengisi dump truck sampai penuh.

Na

= Jumlah alat angkut (unit)

Nm

= Jumlah alat muat (unit)

CTa

= Cycle Time alat angkut (menit)

CTm

= Cycle Time alat muat (menit)

Bila dari hasil perhitungan didapatkan :


1) MF < 1, maka alat muat akan menunggu.
2) MF = 1, maka kedua alat tersebut sudah serasi (synchron),
artinya kedua-duanya akan sama sibuknya dan tidak ada yang
menunggu.
3) MF > 1, maka alat angkut yang akan menunggu.
d. Efisiensi Alat
Merupakan tingkat prestasi kerja alat yang digunakan untuk
melakukan produksi dari waktu yang tersedia.

Tabel 3 :
Efisiensi Keadaan Alat

42

Pemeliharaan Mesin
Kondisi
Operasi Alat

Baik Sekali

Baik

Buruk
Sekali

Normal Buruk

Baik Sekali

0,83

0,81

0,76

0,7

0,63

Baik sekali

0,78

0,75

0,71

0,5

0,6

Normal

072

0,69

0,65

0,6

0,54

Buruk

0,63

0,61

0,57

0,52

0,45

Buruk Sekali

0,52

0,5

0,47

0,42

0,32

(Sumber Ir. Rochmanhadi, 1983 : 22)

1)

Mechanical Availability (MA)


Mechanical

Availability

(MA)

Adalah

faktor

yang

menunjukkan ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu kerja


yang hilang untuk perbaikan karena alasan Mekanis.

MA =
2)

W
X 100 %
W R

(Ir. Partanto, 2005 :179 )

Use of Utilization (UA)


Merupakan cara untuk menyatakan efisiensi kerja berdasarkan
pada keadaan alat standby, karena suatu alasan selain alasan mekanis.

UA =

W
x 100 %
W S

3) Physicall Availability (PA)

(Ir. Partanto, 2005 :179 )

43

Merupakan tingkat kesediaan alat untuk melakukan kegiatan


produksi dengan memperhitungkan kehilangan waktu karena alasan
tertentu. Kesediaan fisik dapat dirumuskan sebagai berikut:

PA =

W S
x100%
W SR
W S
x100%
T

(Ir. Partanto, 2005 :179 )

4) Effective Utilization (EU)


Merupakan tingkat prestasi kerja alat, yaitu yang benar-benar
digunakan untuk melakukan produksi dari waktu yang tersedia, dapat
dirumuskan sebagai berikut:

EU =
=

W
x100%
W RS

(Ir. Partanto, 2005 :179 )

W
x100%
T

Keterangan
R = Jumlah Jam perbaikan (repair hours)
W = Jumlah Jam kerja alat (working hours)
S = Jumlah jam standby (Stand By hours)
T = ( W + R + S)

e. Waktu Edar

(Ir. Partanto, 2005 :179 )

44

Pada saat ini pertambangan menerapkan sistem konvensional


dalam sistem produksinya. Menurut Partanto, dalam suatu sistem produksi
pada tambang terbuka yang menerapkan sistem konvensional adalah
menggunakan dump truck dan excavator sebagai alat tambang utama.
Untuk kerja dump truck sebagai alat angkutnya sangat berperan dalam
pencapaian target produksi. Dapat juga dikatakan, dump truck adalah alat
yang fleksibel serta jumlah dan kapasitasnya dapat disesuaikan dengan alat
gali-muat yang melayaninya.
Produktivitas dump truck dipengaruhi oleh

waktu edar, dimana

waktu edar dump truck tergantung pada jumlah dump truck yang dapat
dilayani oleh satu buah excavator. Menurut Partanto, waktu edar dump
truck adalah terdiri dari 4 (empat) segmen besar, yaitu :
1)

loading time (waktu memuat), yaitu waktu yang diperlukan untuk


mengisi bak angkut oleh alat muat atau frekuensi pengisian dikali

waktu edar excavator.


2) hauling time (waktu mengangkut), yaitu waktu yang diperlukan untuk
mengangkut material ke area dumping.
3) dumping time (waktu pembongkaran), yaitu waktu yang diperlukan
untuk mengeluarkan material dari dalam bak.
4) return time (waktu kembali), yaitu waktu yang diperlukan untuk
kembali ke daerah pengisisan material dari area dumping.

Menurut Peurifoy, waktu edar dump truck terdiri dari 5 (lima) segmen,
yaitu ditambah dengan spoting at the excavator yang terdiri dari waktu

45

manuver dump truck di lokasi penggalian dan penimbunan serta waktu tunggu
dump truck sebelum diisi excavator.
Sedangkan waktu edar excavator terdiri dari fill dipper (waktu pada
saat excavator mengisi bucket), swing (waktu manuver bucket untuk mengisi
bak dump truck), dump (waktu saat bucket menumpahkan galiannya ke bak
dump truck), dan return

(waktu excavator kembali mengisi bucket) dan

delay (waktu tunggu excavator sebelum mengisi bak dump truck).


Excavator yang berfungsi sebagai alat gali dan alat muat dalam
kerjanya mengalami digging resistance, yaitu tahanan yang dialami oleh alat
gali pada waktu melakukan penggalian tanah. Tahanan ini disebabkan oleh :
a) Gesekan antara alat gali dan material yang digali, dimana semakin besar
kelembaban dan kekerasan butiran material semakin besar pula gesekan
yang terjadi.
b) Kekerasan material yang umumnya bersifat menahan masuknya alat gali
kedalam material.
c) Roughness (kekasaran) dan ukuran butiran material.
d) Adanya gaya adhesi antara material dengan alat gali dan kohesi antara
butiran-butiran material itu sendiri.
e) Berat jenis material.
Secara garis besar, waktu edar alat berat terdiri dari dua bagian, yaitu:
Waktu Tetap (Fixed Time) dan Waktu Tidak Tetap (Variable Time).
Waktu tetap adalah waktu yang diperlukan untuk gerakan-gerakan
tetap. Besarnya hampir selalu konstan, walaupun ada perbedaan kondisi kerja,

46

pengaruhnya sangat kecil. Tiap-tiap jenis alat memiliki gerakan-gerakan


konstan yang berbeda-beda. Misalnya waktu tetap pada excavator adalah
mengayun (swing) baik dalam keadaan bermuatan maupun dalam keadaan
kosong. Untuk dump truck waktu tetapnya adalah membuang muatan.
Sedangkan waktu variabel adalah waktu yang diperlukan untuk
gerakan-gerakan tidak tetap. Waktu ini lebih banyak tergantung pada kondisi
pekerjaan. Misalnya untuk excavator, kekerasan material akan berpengaruh
terhadap waktu isi bucketnya.
Sedangkan untuk dump truck waktu angkut merupakan waktu yang
bervariasi sesuai dengan jenis permukaan jalan dan jarak angkut. Dengan
mengetahui waktu tetap dan waktu tidak tetap maka waktu edar dapat
dihitung. Waktu edar atau Cycle Time (CT) adalah jumlah waktu tetap dan
waktu tidak tetap.
E. Metodologi Pembahasan
Agar proses pemecahan masalah dapat terarah dan lebih mudah
menganalisa langkah-langkah, maka dibutuhkan adanya suatu metodologi
pemecahan masalah. Dari hasil penulisan ini secara umum, dapat dibagi
beberapa metodologi pemecahan masalahnya:
1. Pengambilan data.
a. Data primer.
Data primer merupakan data langsung yang diambil dari lapangan.
Adapun data primer meliputi waktu siklus alat berat dan waktu efektif dari alat
berat.

47

Waktu siklus dapat ditentukan dengan rumus :


Waktu siklus = Waktu tetap + waktu tidak tetap
( Sumber : Rochmanhadi 1992 )
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari PT. Semen Padang
dan literatur-literatur yang mendukung.
Data-data tersebut meliputi :
1) Spesifikasi Alat Berat
2) Pembagian Waktu Kerja
3) Deskripsi Perusahaan
4) Sejarah Perusahaan
5) Lokasi dan Topografi
6) Iklim dan Cuaca
7) Keadaan Geologi dan Stratigrafi
8) Kualitas batu silika.
2. Penentuan rumus yang digunakan untuk perhitungan alat berat.
a. Waktu edar alat gali dan alat angkut
1) Waktu edar untuk alat gali
Terdiri dari waktu gali, waktu putar bermuatan, waktu
buang dan waktu putar kosong.
Ct = A + B + C + D
Keterangan
A = Waktu gali (detik)

(Ir. Rochmanhadi, 1983 : 22)

48

B = Waktu putar bermuatan (detik)


C = Waktu buang (detik)
D = Waktu putar kosong (detik)
2) Waktu edar untuk alat angkut
Terdiri dari waktu penempatan posisi pengisian, waktu
pengisian muatan (loading), waktu mengangkut muatan, waktu
menempatkan

posisi

ketika

menumpahkan,

menumpahkan muatan (dumping), dan waktu kembali.


Ct = A + B + C + D + E + F + G
( Ir. Rochmanhadi, 1983 : 24)
Keterangan :
A = Waktu Muat
B = Waktu Dumping
C = Waktu Manufer 1
D = Waktu Spot
E = Waktu Manufer 2
F = Waktu Pergi
G = Waktu Pulang

b. Produktivitas alat gali dan alat angkut


1) Produktivitas Alat Gali

waktu

49

Rumus yang digunakan untuk menghitung produktivitas


excavator adalah sebagai berikut:
q

= ql x K

Keterangan:
q

= Kapasitas Produksi Persiklus

ql

= Kapasitas Bucket

= Faktor Bucket
Tabel 4 :
Faktor Bucket Alat Muat

No

Jenis
pekerjaan

Kondisi Muatan

Faktor
Bucket

Ringan

Menggali dan memuat dari stock 1.0 - 0.8


room dan stockpile atau material
yang telah dikeruk oleh excavator
lain yang tidak membutuhkan daya
gali dan dapat dimuat munjung.

Sedang

Menggali dan memuat dari stock 0.8 - 0.6


room atau stockpile, dengan kondisi
tanah yang sulit digali dan dikeruk
akan tetapi dapat dimuat hampir
munjung.

Agak Sulit

Menggali dan memuat batu pecah, 0.6 - 0.5


tanah liat yang keras, pasir dan kerikil
yang telah dikumpulkan, sulit
mengisi bucket dengan material
tersebut.

Sulit

Bongkahan batu besar dengan bentuk


tidak teratur dengan banyak rongga
diantaranya.

Sumber : Kapasitas dan Produksi Alat-alat Berat (Rochmanhadi 1992)

0.5 0.4

50

Produktivitas Excavator:
p

qx3600 xE
CT

( Ir. Rochmanhadi, 1983 : 20)

Keterangan:
P

= Produktivitas excavator

= Kapasitas produksi persiklus

= Efesiensi kerja alat

SF

= Swell Faktor

CT

= Waktu Edar, detik

2) Produktivitas Alat Angkut


Q

Cx3600 xE
CT

( Ir. Rochmanhadi, 1983 : 34)

Keterangan:
Q

= Produktivitas dump truck

= Efesiansi kerja alat

CT

= waktu edar, detik

F. Data dan Pengolahan Data


1. Data rata-rata yang didapat dari lapangan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kecepatan Pergi
= 5,74 m/detik (Lampiran 4)
Kecepatan Angkut
= 4,92 m/detik (Lampiran 4)
Jumlah unit Dump Truck
= 3 unit
Jumlah unit Excavator PC 400 = 1 unit
Kapasitas Dump Truck
= 15 ton
Kapasitas Excavator PC400
= 3,2 m3
Data waktu edar Excavator (Waktu muat Alat Angkut)
Waktu edar Excavator dirata-ratakan dari waktu muat dump truck dari

excavator yang ada. (Lampiran 3)


h. Data waktu edar Excavator dan Dump Truck (Lampiran 4)

51

Tabel 5 :
Data Jam Kerja Dump Truck di Bukit Ngalau
Kegiatan

Shift

Waktu (Wib)

08.00 - 11.30
11.30 - 13.30

Penambangan
Istirahat
Penambangan

13.30 18.10

Tabel 6 (Lampiran 7):


Data Jam Kesediaan Dump Truck di Bukit Ngalau
Jumlah

Nomor

Jumlah jam

Jam

Jam

Jam

Alat

Alat

Tersedia (T)

Efektif

Standby

Perbaikan

(S)
37,41

(R)
0

204,1

(W)
166,69

204,1

166,69

37,41

204,1

166,69

37,41

Sumber: Data PT Semen Padang

Tabel 7 (Lampiran 7) :
Data Jam Kesediaan Excavator di Bukit Ngalau
Jumlah

Nomor

Jumlah jam

Jam

Jam

Jam

Alat

Alat

Tersedia (T)

Efektif

Standby

Perbaikan

204,1

(W)
157,41

(S)
37,41

(R)
9,28

Sumber: Data PT Semen Padang

Tabel 8 :
Data jam standby dan jam perbaikan alat di Bukit Ngalau
No.
1.
2.
4.

Kegiatan
Pemanasan Mesin/cek bersihkan jalur peralatan
Istirahat Makan
Pecah Hoes Hydraulic

Waktu (Menit)
60
120
190

52

Setiap waktu yang tersedia untuk menjalankan alat berat, tidak


semua bisa dijalankan. Maka dari itu dibuatlah standar dari waktu
kegiatan, sehingga bisa dijadikan acuan bagi kita semua. Ini merupakan
waktu yang digunakan dalam penambangan batu silika di Bukit Ngalau
PT. Semen Padang.
2. Efisiensi Kerja Alat
a. Excavator Komatsu PC 400
T
= 204,1
W
= 157,41
S
= 37,41
R
= 9,28
1) M.A

W
X 100 %
W R
157,41

= 157,41 9,28 X 100 %


= 94,4%
2) P.A

W S
X 100 %
W RS
157,41 37,41

= 157,41 9,28 37,41 X 100 %


194,8

= 204,1 X 100 %
= 95,44%
3) U.A

W
X 100 %
W S
157,41

= 157,41 37,41 X 100 %


= 80,79%

4) E.U

W
X 100 %
T
157,41

= 204,1 X 100 %
= 77,12%

53

b. Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS I, II dan III


T
W
S
R

= 204,1
= 166,69
= 37,41
=0

1) M.A

W
X 100 %
W R
166,69

= 166,69 0 X 100 %
= 100%

2) P.A

W S
X 100 %
W RS
166,69 37,41

= 166,69 0 37,41 X 100 %


204,1

= 204,1 X 100 %
= 100%
3) U.A

W
X 100 %
W S
166,69

= 166,69 37,41 X 100 %


= 81,67%

4) E.U

W
X 100 %
T
166,69

= 204,1 X 100 %
= 81,67%
Tabel 9 :
Kondisi Kerja Alat
Nama Alat
Excavator
Komatsu PC 400
Dump Truck HD

M.A (%)
94,4

P.A (%)
95,44

U.A (%)
80,79

E.U (%)
77,12

100

100

81,67

81,67

54

220 PS I
Dump Truck HD
220 PS II
Dump Truck HD
220 PS III

100

100

81,67

81,67

100

100

81,67

81,67

3. Produktifitas alat gali-muat (loading) dan alat angkut (hauling)


Dalam pelaksanaannya, alat gali yang digunakan dalam proses
penggalian dan pemuatan batu silika di Bukit Ngalau PT. Semen Padang
pada bulan September adalah 1 unit excavator Komatsu PC 400 dengan
kapasitas bucket 3,2 m3.

a. Produktifitas excavator Komatsu PC 400


Data :
Cycle time (Ct)

= 33,09 detik (lampiran 3)

Jumlah pengisisan truck

= 5 kali

Efisiensi Alat

= 77 %

Density Batu Silika

= 1,4 ton/m3

Kapasitas bucket (ql)

= 3,2 m3

Factor bucket (K)

= 0,8

Swell Factor

= 0,85

Jam kerja

= 8 jam

1) Kapasitas produksi per siklus


q = ql x K
= 3,2 m3 x 0,8
= 2,56 m3/siklus

55

2) Produktifitas Excavator
P =

qx3600 xE
CT
2,56 m x 3600 detik x 0,77
33,09 detik

= 214,45 LCM/jam x SF (0,85 )


= 182,28BCM/jam
3) Produktivitas Excavator Komatsu PC 400 per Bulan
= Produktifitas perjam x 8 jam/hari x 25 hari/bulan
= 182,28 x 8 x 25
= 36.456 BCM/bulan
b. Produktifitas dump truck Mitsubishi HD 220 PS I, II dan III
Dalam proses pengangkutan Batu Silika, PT Semen Padang
menggunakan 3 alat angkut jenis dump truck Mitsubishi HD 220 PS
yang berkapasitas 15 ton.
Data :
Cycle Time (Ct)

701,69 detik
(lampiran 4)

Jumlah bucket (n)

Kapasitas bucket excavator PC 400 (ql) = 3,2 BCM


Faktor Bucket

= 0,8

Effisiensi alat

= 0,72 %

1) Kapasitas Produksi per Siklus

56

= n x ql x K
= 5 x 3,2 x 0,8
= 12,8m3

T angkut = (S/V) x 60 menit/jam


= (1 km / 18 km/jam) x 60 menit/jam
= 3,3 menit
Ct

= A+B+C+D+E+F+G
=2,04 + 0,57 + 0,58 + 0,25 + 0,48 + 2,9 + 3,38
= 10,2 menit

Lama waktu terbuang :


Na

Cta

5 x 0,55
1xCta

2,75
=1
Cta

= 2,75 menit

Jadi waktu terbuang = 10,2 menit 2,75 menit


= 7,45 menit

2) Produktivitas 3 unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS


Q

C x 60 x E
Ct

15tonx60menitx 0,81
10,2menit

= 71,47 LCM/jam x SF (0,85)


= 60,75 BCM/jam

57

Produktivitas 3 unit Dump Truck per bulan


= 60,75 BCM/jam x 25 hari/bulan x 8 jam/hari
= 12.150 BCM/bulan x 3 unit Dump Truck
= 36.450 BCM/bulan
Dari hasil perhitungan produktifitas diatas didapatkan produksi
batu silika sebesar 36.450 BCM/bulan, hasil ini telah melebihi target
produksi batu silika PT. Semen Padang yaitu sebesar 35.000 ton/bulan.
c. Faktor Keserasian (Match Factor)
Data :
n
= 5 kali (lampiran 4)
Na
= 3 dump truck Mitsubishi HD 220 PS
Nm
= 1 excavator Komatsu PC 400
CTa
= 10,2 menit (lampiran 4)
CTm
= 33,09 detik = 0,55 menit (lampiran 4)

Match Factor =
=

n x Na x CTm
Nm x CTa
5 x 3 x 0,55
1 x 10,2

= 0,808

MF < 1

Hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa faktor keserasian


(match factor) alat gali-muat dan alat angkut kecil dari 1 yang berarti
belum serasinya produktifitas alat muat dan alat angkut sehingga, alat muat
akan sering menunggu.
Nm x CTm
Na x CTa

Na

Na

= 1 x 10,2
5 x CTa

Cta

= 2,04 menit

58

Jadi, waktu tunggu untuk alat muat excavator yaitu selama 2,04 menit

G. Pemecahan Masalah atau Analisa Hasil


Bedasarkan data dan pengolahan data yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa tidak efektifnya kinerja alat muat, karena kemampuan alat
muat per jam nya lebih besar dari alat angkut. Hal itu menyebabkan waktu
tunggu alat muat lebih lama. Penulis menyarankan untuk keserasian dan lebih
ekonomisnya biaya alat tersebut, maka perlu penambahan 1 unit Dump Truck
Mitsubishi HD 220 PS.
Alasan penambahan 1 unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS dapat
dilihat dari perhitungan dibawah :
1. Jumlah unit alat angkut dan alat gali-muat yang dibutuhkan
untuk mencapai keserasian.
a. Jumlah unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS yang dilayani
Excavator Komatsu PC 400
Match Factor =
1=

n x Na x CTm
Nm x CTa

5 x Na x 0,55
1 x 10,2
10,2

Na = 2,75
n = 3,7 4 unit

59

Jadi, melayani 1 excavator maka sebaiknya menggunakan 4


dump truck. Karena jika menggunakan 4 dump truck maka nilai match
factornya:
Match Factor =
Match Factor =

n x Na x CTm
Nm x CTa
5 x 4 x 0,55
1 x 10,2

Match Factor = 1,07


Produktivitas 4 unit Dump Truck per bulan

C x 60 x E
Ct

15tonx60menitx 0,81
10,2menit

= 71,47 LCM/jam x SF (0,85)


= 60,75 BCM/jam
Produktivitas 4 unit Dump Truck per bulan
= 60,75 BCM/jam x 25 hari/bulan x 8 jam/hari
= 12.150 BCM/bulan x 4 unit Dump Truck
= 48.600 BCM/bulan
Oleh karena itu, pada penambangan batu silika di bukit Ngalau
sebaiknya melakukan penambahan 1 unit dump truck, supaya tidak
terjadinya penungguan pada alat muat dan produksi batu silika sebesar
48.600 BCM/bulan,
2. Biaya Excavator Komatsu PC400 dalam 25 hari kerja/bulan
Diketahui :
Biaya sewa Excavator
= Rp 260.000,00/jam
Harga BBM Excavator /liter
= Rp 7500/liter
Jam kerja efektif Excavator
= 7 jam/hari
Jam rental Excavator
=10 jam/hari
Jumlah Excavator
= 1unit
Biaya BBM Excavator/hari
= 32 liter x Rp 7500/liter x 7 jam/hari

60

Biaya sewa Excavator/hari

= Rp 1.680.000,00/hari
= Rp 260.000,00/jam x 10 jam/hari
= Rp 2.600.000,00/hari

Biaya excavator/bulan = (biaya sewa alat + biaya BBM /jam) x jumlah


alat x 25 hari/bulan
= (Rp 2.600.000/hari + Rp 1.680.000/hari) x
1unit x 25hari/bulan
= Rp 107.000.000/bulan
3. Biaya 3 unit Dumptruck Mitsubishi HD 220 PS dalam 25 hari (1
Bulan) waktu kerja
Diketahui :
Biaya sewa Dump Truck
= Rp 100.000,00/jam
Biaya BBM Dump Truck /liter
= Rp 7500/liter
Jam kerja efektif Dump Truck
= 7 jam/hari
Jam rental Dump Truck
=10 jam/hari
Jumlah Dump Truck
= 3 unit
Biaya BBM Dump Truck perjam = 6 liter x Rp 7500/liter x 7 jam/hari
= Rp 315.000,00/hari
Biaya sewa Dump Truck
= Rp 100.000,00/jam x 10 jam/hari
= Rp 1.000.000,00/hari
Biaya untuk 3 unit Dump Truck dalam 25 hari/bulan
Biaya/bulan = (biaya sewa alat + biaya BBM /jam) x jumlah alat x 25
hari/bulan
= (Rp 1.000.000/hari + Rp 315.000/hari) x 3 unit

25hari/bulan
= Rp 98.625.000/bulan
Biaya untuk 4 unit Dump Truck dalam 25 hari/bulan
Biaya/bulan = (biaya sewa alat + biaya BBM /jam) x jumlah alat x 25
hari/bulan
= (Rp 1.000.000/hari + Rp 315.000/hari) x 4 unit x
25hari/bulan

61

= Rp 131.500.000/bulan
Tabel 10 :
Perbandingan Analisa dan Lapangan
No.
1.

Jenis Alat
Excavator
Komatsu PC 400
DT Mitsubishi

Jumlah Alat

Produktifitas

Waktu

Biaya perbulan

(unit)
1

(ton/bulan)
36.456

(Hari)
25

Rp 107.000.000

25

Rp 98.625.000

36.450

220 PS
Rp 205.625.000

Jumlah
2.

Excavator

36.456

25

Rp 107.000.000

48.600

25

Rp 131.500.000

Komatsu PC 400
DT Mitsubishi
HD 220 PS
Jumlah

Rp 238.500.000

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisa yang sudah dilakukan maka, didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak adanya keserasian antara alat gali muat dengan alat angkut yang
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Ketidak disiplinan operator dari alat gali muat maupun alat angkut.
b. Kondisi dari alat gali muat maupun alat angkut yang tidak dapat
diprediksi secara pasti.
c. Kurangnya pengawasan yang intensif dari formen dan supervisor
lapangan terhadap para pekerja, sehingga menyebabkan kurang
efektifnya penggunaan waktu kerja, hal ini berpengaruh terhadap
keserasian antara alat gali muat dan alat angkut.
2.

Dengan menggunakan 1 unit Excavator Komatsu PC 400 kapasitas


3,2

m3

, sebagai alat gali dan alat muat serta 3 unit dump truck Mitsubishi

HD 220 PS, maka produksi batu silika yang dapat dicapai perbulannya
sebanyak 36.450 ton. Jumlah ini telah melebihi target yang di inginkan PT
Semen Padang yaitu sebesar 35.000 ton perbulannya.
3.

Dengan menggunakan 1 unit excavator Komatsu PC 400 kapasitas


3,2 m3, sebagai alat gali dan 3 unit alat angkut dump truck Mitsubishi HD
220 PS, menyebabkan tidak serasinya kerja alat muat dengan alat angkut,
karena terjadinya penungguan pada alat muat.

68

4.

Biaya operasional 1 unit Excavator Komatsu PC 400 dan 3 unit


Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS dalam 25 hari kerja sebesar Rp
205.625.000,00, sedangkan biaya operasional 1 unit Excavator Komatsu
PC 400 dan biaya operasional untuk 4 unit Dump Truck Mitsubishi HD
220 PS sebesar Rp 238.500.000,00.

5.

Penambahan 1 unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS kineja alat


muat akan lebih efektif dan lebih serasinya kinerja alat muat dan alat
angkut.

B. Saran
Berdasarkan analisa yang sudah penulis lakukan dalam pengolahan data di
Bab III. Penulis menyarankan untuk pemanfaatan alat berat yang lebih baik
dalam mencapai target waktu yang diharapkan dan menekan biaya lebih efisien
dapat diberikan saran-saran sebagai berikut :
1.

Penambahan 1 unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS


dengan alasan untuk lebih efektif dari segi kinerja dan lebih serasinya
kinerja alat muat dan alat angkut serta dapat meningkatkan hasil produksi.

2.

Sebaiknya jalan yang rusak diperbaiki seperti menimbun dan


meratakan jalan jalan yang berlubang supaya tidak memerlukan waktu
terlalu lama untuk menunggu bagi excavator, setelah dilakukan perbaikan
jalan dump truck bisa lebih cepat dari pada biasanya, baik tanpa muatan

3.

ataupun sedang bermuatan.


Area penambangan di Bukit Ngalau sebaiknya menggunakan alat
penangkal petir agar sewaktu hujan kegiatan produksi tidak terganggu.

DAFTAR PUSTAKA

http://bosstambang.com/Heavy-Equipment/alat-berat-dan-kapasitasproduksi/All-Pages.html. diakses pada tanggal 9 Oktober 2012

http://semenpadang.co.id diakses pada tanggal 9 Oktober 2012


Kopa, Raimon. 2006. Pelaksanaan Proyek Akhir. Padang : Universitas Negeri
Padang.
Prodjosumarto, Partanto. Ir. 1996. Pemindahan tanah mekanis. Bandung : Intitut
Teknologi Bandung.
Rochmandhadi, Ir. 1982. Alat-alat Berat dan Penggunaannya. Semarang.
Samsudi. 1994. Kursus Juru Ledak Kelas II. Jakarta : Depertemen Tambang dan
Energi.

Lampiran 1. Struktur
Organisasi
DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR
PEMASARA
N

DIREKTUR
PRODUKSI

DIREKTUR
LITBANG

DIREKTUR
KEUANGAN

Departemen
Pemasaran

Departemen
Tambang

Departemen
Litbang

Departemen
Perbendaharaa
n

Departemen
Distribusi &
Transportasi

Departemen
Operasi I

Departemen
Rancang

Departemen
Akutansi

Satuan
Pengawasan
Intern
Sekretaris
Perusahaan

Departemen
Perbekalan

Proyek Pengembangan
SIM
Proyek Pengem. P.Plant
Dumai, Bengkulu, &
Ciwandan

Departemen
Operasi II

Departemen
Jaminan

Departemen
Operasi III

Departemen
Utilitas

Staf
Direksi

Departemen
SDM

Lampiran 2. Data Curah Hujan PT. Semen Padang


Bulan
Tahun

JUMLAH
(mm)

1997

Jan
(mm)
222
164

Feb
(mm)
559
19

Mar
(mm)
352
153

Apr
(mm)
548
404

May
(mm)
33
388

Jun
(mm)
463
137

Jul
(mm)
269
187

Aug
(mm)
267
64

Sep
(mm)
565
20

Oct
(mm)
622
77

Nov
(mm)
282
217

Dec
(mm)
318
335

1998

301

151

293

244

256

437

384

859

789

426

607

840

5584.29

1999

542

235

200

61

202

131

233

368

375

817

821

514

4497.96

2000

559

49

299

307

130

287

356

352

256

555

945

481

4575.22

2001

148

253

187

451

123

330

385

204

343

255

180

82

2940.51

2002

143

230

206

410

295

251

262

172

329

391

498

490

3677.04

2003

346

67

308

201

205

463

372

677

631

389

3659.49

2004

238

218

282

492

396

13

341

223

423

247

218

267

3359.69

2005

523

330

335

219

325

130

150

336

94

382

264

34

3121.63

2006

505

11

506

158

185

404

269

373

359

120

547

519

3955.92

2007

869

141

287

380

149

357

56

420

511

286

1,068

4521.44

Rata-rata
(mm)

380

189

258

306

233

262

258

307

362

423

458

445

3879.82

1996

4498.88
2165.74

Lampiran 3. Waktu edar Excavator Komatsu PC400


WaktuGali
(detik)
1
11
2
15
3
12
4
19
5
20
6
15
7
12
8
16
9
14
10
13
11
13
12
13
13
13
14
10
15
13
16
13
17
15
18
12
19
15
20
15
21
13
22
15
23
15
24
13
25
13
26
15
27
12
28
15
29
13
30
13
Ratarata
13.86
Max
20
Min
10
No.

Waktu
Putar
(detik)
4
4
6
7
5
6
6
7
9
9
8
8
4
4
5
7
5
8
7
5
7
6
6
7
7
7
7
7
6
9

Waktu Muat
(detik)
6
8
8
8
4
6
6
6
6
6
8
5
6
8
6
5
5
5
7
5
6
5
6
6
6
5
6
6
6
6

6.4
9
4

6.06
8
4

Swing
Kosong
(detik)

Cycle Time
(detik)
7
7
7
7
5
5
7
8
8
7
8
8
8
8
4
5
5
8
8
5
8
8
8
5
7
8
5
6
6
6

28
34
33
41
34
32
31
37
37
35
37
34
31
30
28
30
30
33
37
30
34
34
35
31
33
35
30
34
31
34

6.7
8
4

33.09
41
28

Lampiran 4. Waktu edar DumpTruck Mitsubishi HD 220 PS

No.

Waktu
muat
(menit)
A

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Ratarata
Max
Min

2
2
2
2.06
2.06
2
2.06
2.03
2.01
2.01
2.01
2.01
2.01
2.01
2.01
2.03
2.06
2.06
2.03
2.03
2.06
2.06
2.06
2.06
2.06
2.06
2.06
2.06
2.06
2.01
2.04

Waktu
dumping
(menit)
B
0.58
0.58
0.53
0.53
0.58
0.53
0.58
0.58
0.58
0.58
0.58
0.56
0.56
0.56
0.58
0.53
0.58
0.5
0.56
0.5
0.58
0.58
0.58
0.56
0.5
0.58
0.58
0.58
0.58
0.58
0.57

waktu
manufer I
(menit)
C
0.63
0.56
0.56
0.55
0.55
0.56
0.56
0.58
0.63
0.56
0.56
0.55
0.55
0.56
0.56
0.58
0.58
0.63
0.63
0.58
0.56
0.58
0.6
0.56
0.5
0.58
0.56
0.58
0.58
0.58
0.58

waktu
spot
(menit)
D
0.23
0.31
0.31
0.31
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.31
0.23
0.23
0.23
0.31
0.31
0.23
0.23
0.25
0.25
0.25
0.2
0.2
0.23
0.23
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.2
0.25

waktu
manufer II
(menit)
E

waktu
pergi
(menit)
F

0.46
0.46
0.48
0.48
0.48
0.48
0.46
0.46
0.48
0.48
0.48
0.48
0.46
0.5
0.46
0.46
0.48
0.48
0.48
0.48
0.5
0.48
0.48
0.48
0.48
0.48
0.48
0.48
0.5
0.46
0.48

Waktu
pulang
(menit)
G

2.9
2.9
2.9
2.85
2.9
2.9
2.9
2.96
2.9
2.9
2.93
2.95
2.9
2.9
2.9
2.9
2.9
2.93
2.95
2.9
2.9
2.9
2.9
2.9
2.9
2.9
2.9
2.85
2.93
2.95
2.91

2.8
3.56
2.88
3.56
2.9
2.88
3.56
2.9
3.56
3.5
3.5
3.5
3.5
3.56
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.36
3.36
3.36
3.5
3.36
3.36
3.36
3.38

kecepatan kecepatan
pergi
kembali
(m/detik (m/detik
)
)
5.5
5
5.8
5
5.8
5
5.8
5
5.8
5
5.2
4.7
5.8
5
5.8
5
5.7
5
5.8
5
5.8
5
5.8
4.7
5.8
5
5.5
5
5.5
5
5.5
5
5.5
5
5.8
4.7
5.8
5
5.8
5
5.8
4.1
5.8
5
5.8
5
5.8
5
5.8
5
5.8
5
5.8
5
5.8
4.7
5.8
5
5.8
5
5.72

4.93

2.06

0.58

0.63

0.31

0.5

2.9

3.56

5.8

0.53

0.55

0.23

0.46

2.85

2.88

5.2

4.1

Lampiran 5. Spesifikasi DumpTruck Mitsubishi HD 220 PS

Spesifikasi DumpTruck Mitsubishi HD 220


PS

Lampiran 6. Spesifikasi excavator komatsu pc 400


Spesifikasi Alat Komatsu PC400 LC-7 Hydraulic Excavator

\
Selected Dimensions

A
B

Arm Length
Overall length
Length on ground (transport) PC400LC-7

2400 mm
11905 mm
8375 mm
3850 mm

7'10"
39'1"
27'6"
12'8"

Overall height (to top of boom)

Overall width

3440 mm

11'3"

Overall height (to top of cab)


Ground clearance, counterweight
Ground clearance (minimum)
Tail swing radius

3265 mm
1320 mm
550 mm
3645 mm

10'9"
4'4"
1'10"
12'0"

Track length on ground

4350 mm

14'3"

Track length

5355 mm

17'7"

Track gauge
Width of crawler
Shoe width
Grouser height

2740 mm
3440 mm
700 mm
37 mm

9'0"
11'3"
27.6"
1.5"

Machine cab height


Machine cab width

2715 mm
2995 mm

8'11"
9'10"

Distance, swing center to rear end

3605 mm

11'10"

F
G
H

L
M
N
O
P
Q

D
E
C

G
H

PC400LC-7

D Overall width

3440 mm

11'3"

E Overall height (to top of cab)

3265 mm

10'9"

F Ground clearance, counterweight

1320 mm

4'4"

G Ground clearance (minimum)

550 mm

1'10"

H Tail swing radius


I Track length on ground
J Track length

3645 mm
4350 mm
5355 mm

12'0"
14'3"
17'7"

K Track gauge
L Width of crawler
M Shoe width
N Grouser height
O Machine cab height
P Machine cab width
Q Distance, swing center to rear end

2740 mm
3440 mm
700 mm
37 mm
2715 mm
2995 mm
3605 mm

9'0"
11'3"
27.6"
1.5"
8'11"
9'10"
11'10"

Specification
Make
Model
Net Power

Komatsu
SAA6D125E-3
Hp

Kw

Anda mungkin juga menyukai