KAJIAN STRATEGIS
Pejuang Pemikir - Pemikir Pejuang
MINYAK GORENG
POLICY PAPER
DPP GMNI
#ARJUNA-DENDY
DEWAN PIMPINAN PUSAT
KAJIAN STRATEGIS GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
#WORKINGIDEOLOGY #ARJUNADENDY
DEWAN PIMPINAN PUSAT
KAJIAN STRATEGIS GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
Struktur Pengolahan Hasil Perkebunan Sawit - Struktur pasar usaha pengolahan hasil
perkebunan sawit (tandan buah segar kelapa sawit) di Indonesia bersifat oligopolistik dan
praktis 75% (18.268 ton TBS/jam) dari total kapasitas produksi pengolahan CPO (24.268
ton TBS/jam) terkonsentrasi pada perusahaan perkebunan swasta besar. Hal ini berpotensi
terjadinya praktek OLIGOPSONI terhadap pekebun dan atau praktek OLIGOPOLI terhadap
pasar hilir perlu diawasi secara terus menerus.
Raksasa Minyak Goreng - Berdasarkan data Consentration Ratio (CR) yang dihimpun
KPPU pada 2019 terlihat pula bahwa sekitar 40 persen pangsa pasar minyak goreng
dikuasai oleh empat perusahaan besar yang juga memiliki usaha perkebunan, pengolahan
CPO, hingga beberapa produk turunan CPO seperti biodiesel, margarin, dan minyak
goreng.
#WORKINGIDEOLOGY #ARJUNADENDY
DEWAN PIMPINAN PUSAT
KAJIAN STRATEGIS GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
Sumber: KPPU
1 Sinar Mas Group Filma, Kunci Mas, dan Mitra US$ 9,7 miliar
Salim Ivomas
2 Pratama/Indofood Agri Bimoli, Delima dan Happy US$ 8,5 miliar
Resources Ltd
3 Grup Musim Mas Sanco, Amago, dan Voila US$ 3,5 miliar
#WORKINGIDEOLOGY #ARJUNADENDY
DEWAN PIMPINAN PUSAT
KAJIAN STRATEGIS GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
Dalam pola pemilikan dan pengusahaan industri minyak goreng sawit di Indonesia, banyak
perusahaan minyak goreng yang terintegrasi dengan perkebunan CPO. Sebanyak 66%
perusahaan minyak goreng yang terintegrasi dengan perkebunan CPO. Hal ini membuat
kebijakan DMO untuk menekan harga minyak goreng sangat tidak efektif, karena hampir 70%
industri minyak goreng sawit di Indonesia memiliki karakteristik pola pengusahaan yang
terintegrasi secara vertikal. Sehingga kebijakan yang menghambat pemasaran produk pada lini
hulu (output berupa CPO) akan dialihkan sebagai beban (bahan baku/input) pada proses produksi
berikutnya sehingga akan mempengaruhi kenaikan harga produk pada lini hilir (output berupa
minyak goreng). Dengan kata lain, secara kumulatif potensi penurunan margin keuntungan yang
ditimbulkan akibat dari implementasi kebijakan pemerintah pada lini produksi hulu dapat
dikompensasikan dengan sempurna oleh pelaku usaha melalui kenaikan harga produk yang
dihasilkan lini produksi hilir.
Melihat kondisi semacam ini, Industri minyak goreng sawit dalam negeri cenderung akan
melakukan tindakan consious parallelisme dalam menetapkan harga minyak goreng yakni
menggunakan informasi pasar pergerakan harga input (CPO) internasional dalam menetapkan
harga jual minyak goreng di pasar domestik. Sedangkan pada saat terjadi penurunan harga CPO
di pasar dunia, diduga terjadi asymetric price transmission, yang terlihat dari semakin
melebarnya selisih antara harga CPO dengan harga minyak goreng
Kebijakan Biodesel dan Ketidakadilan Alokasi Subsidi - Program B20 adalah program
pemerintah untuk mewajibkan pencampuran 20% Biodiesel dengan 80% bahan bakar minyak
jenis Solar. Program ini membuat konsumsi minyak sawit mentah (CPO) untuk biodesel
meningkat pesat. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, produksi CPO
pada Januari 2022 mencapai 3,862 juta ton dan minyak inti kelapa sawit (PKO) 365.000 ton.
Sedangkan total konsumsi CPO dalam negeri pada Januari 2022 mencapai 1,506 juta ton, turun
9,6 persen atau sekitar 160.000 ton dari Desember 2022. Konsumsi terbesar adalah untuk
biodiesel, yakni mencapai 732.000 ton, diikuti industri pangan 591.000 ton dan oleokimia 183.000
ton.
Publikasi Indonesia Oilseeds and Products Annual 2019 menyebutkan, konsumsi minyak
goreng rumah tangga Indonesia mencapai 13 juta ton atau setara 16,2 miliar liter pada 2019.
Sedangkan Kementerian Perindustrian RI mencatat, realisasi produksi minyak goreng sawit
(MGS) tahun 2021 mencapai 20,22 juta ton, yang mana sebanyak 5,07 juta ton (25,07 persen)
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sisanya sebanyak 15,55 juta ton (74,93
persen) digunakan untuk tujuan ekspor.
Selain mengganggu rantai pasok bahan baku minyak goreng, program biodesel membuat subsidi
dana punguran ekspor CPO lebih dari 80 persen diberikan untuk insentif program tersebut. Petani
sawit belum menikmati dana subsidi tersebut secara maksimal. Hal ini pula yang menyebabkan
perusahaan CPO lebih suka mengalokasikan CPO nya untuk program biodesel karena mendapat
subsidi yang sangat besar.
#WORKINGIDEOLOGY #ARJUNADENDY
DEWAN PIMPINAN PUSAT
KAJIAN STRATEGIS GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
Komisi pemberantasan Korupsi (KPK) menyoroti dana pungutan ekspor kelapa sawit
yang lebih banyak disalurkan ke korporasi besar untuk subsidi biodiesel. Sekitar 81,8%
biaya subsidi mandatori biodesel diserap oleh 4 perusahaaan yakni PT. Wilmar Bioenergi
Indonesia, PT. Wilmar Nabati Indonesia, PT. Musim Mas, dan PT. Darmex Biofuel. Dana
pungutan terbesar diterima oleh PT Wilmar Nabati Indonesia yakni Rp 1,02 triliun atau 31
persen dari total Rp 3,2 triliun. Biofuel yang diproses oleh perusahaan itu mencapai
330.139.061 liter.
Sumber: Forbes,2021
#WORKINGIDEOLOGY #ARJUNADENDY
DEWAN PIMPINAN PUSAT
KAJIAN STRATEGIS GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
#WORKINGIDEOLOGY #ARJUNADENDY
#WorkingIdeology
ALAMAT KANTOR:
Pejuang Pemikir - Pemikir Pejuang
Email: gmnidpp@gmail.com
Facebook : DPP GMNI
Instagram : @DPP_GMNI
Twitter : @DPPGMNI_
Youtube : DPP GMNI
Spotify : GMNI Official
Anchor : GMNI Official
#ARJUNA-DENDY