Anda di halaman 1dari 24

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

REKOMENDASI HARI OPERASI DAN PRODUKSI


NORMAL UNTUK KILANG MINYAK KASIM
DI INDONESIA

BIDANG KEGIATAN

PKM-ARTIKEL ILMIAH

DIUSULKAN OLEH :

Firdha Meidya Buana 071001700048


Rexsa Alamsyah 071001700113
Muhammad Rizki Renaldi 071001600080

UNIVERSITAS
TRISAKTI JAKARTA
2021
ABSTRAK

Beberapa tahun terakhir ini, banyak media massa yang kerap memberitakan beberapa
penutupan kilang yang tidak direncanakan di Indonesia, salah satunya adalah Kilang Kasim.
Akibat gangguan produksi bahan bakar tidak bisa dihindari. Studi khusus ini bertujuan untuk
mengetahui korelasi kualitas antara kinerja kilang sebelumnya dengan kinerja saat ini.
Umumnya, penghentian tidak terencana harus digambarkan sebagai kilang yang dioptimalkan
untuk pemanfaatan di Indonesia. Penelitian tersebut juga membandingkan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Matthew Cheses. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif dengan menggunakan regresi multivariat nonlinier. Hasilnya, regresi
non-linier multivariat yang digabungkan dengan multivariat bertujuan untuk membantu
menemukan kemungkinan informasi yang hilang dari kinerja masa lalu sebagai alat kontrol
manajemen dan memantau pemanfaatan kilang saat ini. Terakhir, berkat pemanfaatan kilang,
saran perbaikan sejauh ini dapat dilakukan. Kesimpulan dari studi khusus ini adalah
merekomendasikan pengambil keputusan kilang untuk meningkatkan rencana perputaran kilang
dan mengoptimalkan pemanfaatan dalam operasi kilang yang diusulkan.

Kata kunci: Produksi, Refinery

ABSTRACT

Last several years, a number of mainstream mass media often reported several
recurring refinery unplanned shutdown in Indonesia, one of which is Kasim refinery. As a
result, the disruption of fuel production was unavoidable. This particular study aims at
finding qualitative correlation between the prior working performance and the current
performance of a refinery. In general, unplanned shutdown should be explained as to the
optimized refinery utilization occurred in Indonesia. The study also compares the result of the
result with that of the previous study by Matthew Cheses. The method being applied in this
study is qualitative approach using a non-linear multivariable regression. As the result, a
non-linear multivariable regression that incorporates multivariable in an effort to help
discover the presumably overlooked information of the past performance as means of
management control and to monitor the current refinery utilization performance. In the end,
recommendation for improvement as far as the refinery utilization can possibly be achieved in
the near future. The conclusion of this particular study is the recommendation for refinery
decision maker to improve the scheduling of refinery turnaround and optimize the utilization
as well within the recommended range of refinery operation.

Keywords: Production, Refinery

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan yang didirikan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan perusahaan
dapat tercapai dengan adanya peran sumber daya manusia sebagai faktor sentral yang mengatur
jalannya perusahaan. Perusahaan dibuat berdasarkan visi untuk kepentingan manusia dan dalam
pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Manusia dikatakan sebagai sumber daya
penting karena bagaimana pun canggihnya teknologi yang ada, manusia merupakan pelaku
utama dalam teknologi itu sendiri. (Pan, S. B., Zhang, J. B., Zhao, B. Q., & Chai, Y. 2016)

Penelitian mengenai supply chain atau rantai pasok seharusnya sudah menjadi fokus
perusahaan karena rantai pasok meruapakan urat nadi kelancaran bisnis perusahaan. Hal ini
disebabkan karena rantai pasok perusahaan adalah sistem yang menghubungkan antara pemasok,
perusahaan, dan pelanggannya. Jika sistem ini tidak dikelola dan diatur dengan baik maka
perusahaan akan kalah bersaing dengan perusahaan kompetitornya. Ruang Lingkup usaha
Pertamina terdiri atas bisnis energi di sektor hulu dan sektor hilir. Bisnis sektor hulu meliputi
kegiatan di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak dan gas. Untuk
mendukung gerak laju kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut, Pertamina juga menekuni
bisnis jasa teknologi dan pengeboran. Aktivitas lainnya terdiri atas pengembangan energi
panasbumi dan Coal Bed Methane (CBM). Seluruh kegiatan tersebut dilaksanakan di beberapa
wilayah di Indonesia dan luar negeri. (Harisnanda, F., Amaly, I., Gusman, A. M., Febriani, F.,
Zamer, A., & Elisya, W. 2016)

Kita semua tahu bahwa BBM merupakan komoditas yang tidak dapat kita keluarkan dari
kehidupan kita sehari-hari. Kebutuhan konsumen perorangan sangat erat kaitannya dengan
mobilitas antar kota atau daerah, untuk di sektor transportasi, seperti seperti sepeda motor dan
mobil juga Angkutan umum, seperti bus, kereta api dan kapal. Pada saat yang bersamaan
tentunya terdapat kebutuhan yang besar akan kegiatan usaha produktif sebagai bahan bakar
untuk kegiatan industri, terutama di pabrik dan usaha lain yang dapat menggairahkan kegiatan
perekonomian. Menurut data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), rata-
rata konsumsi bahan bakar tahunan Indonesia adalah 50 juta kiloliter. Baik bersubsidi maupun
tidak bersubsidi, jumlahnya sangat besar, Pasokan dan inventaris untuk memenuhi konsumsi
tersebut maka kilang didalam negeri harus dioptimalkan selain juga dipenuhi lewat impor BBM.
Gambar 1.1 Kegiatan Usaha Migas (SKK Migas, 2015)

Seperti terlihat pada diagram di gambar 1.1 bahwa kilang pengolahan minyak bumi
adalah proses awal dari kegiatan pengadaan BBM, dari kilang pengolahan inilah nanti terjadi
proses pembuatan bahan bakar minyak (BBM) seperti LPG, Gasoline (Bensin), Kerosine
(Minyak tanah) Gas oil (Minyak solar) dan turunannya seperti aspal pelumas dan lain-lain.

Selama ini produksi bahan bakar minyak Indonesia hanya dilakukan oleh PT Pertamina
sementara untuk kilang selain pertamina sangat kecil proporsinya. Dari total kapasitas kilang
minyak yang mencapai sekitar 1,1 juta bpd, Pertamina hanya mampu memproduksi BBM rata-
rata sebesar 940 ribu bpd pada 2012 lebih tinggi 6,7% dibandingkan dengan tingkat produksi
BBM Pertamina pada 2011 yang hanya mencapai 881 ribu bpd barrel/day, 1 barrel = 159,6 liter).
Solar merupakan BBM yang paling banyak diproduksi dari kilang Pertamina. Produksi solar
pada 2012 mencapai 19,8 juta kiloliter (KL), meningkat 6% dibandingkan produksi solar pada
2011. Premium 11 jutaKL, kerosene 1,7 juta KL, dan avtur 3,3 jutaKL. Produksi bahan bakar
dalam negeri, secara total hanya mampu memenuhi 53% kebutuhan BBM dalam negeri, sisanya
dipenuhi dari impor. Untuk solar, produksi Pertamina hanya mampu memenuhi 79% kebutuhan
solar dalam negeri, sementara premium dari kilang minyak Pertamina hanya memenuhi 38%
dari kebutuhan nasional. Tingkat produksi BBM yang dihasilkan dari kilang dalam negeri
Indonesia semakin lama cenderung semakin tidak mampu memenuhi kebutuhan BBM yang
semakin meningkat, selain karena teknologi pengolahan kilang yang semakin tidak efisien, biaya
memproduksi BBM di dalam negeri justru menjadi lebih mahal jika dibandingkan dengan harga
BBM impor dari Singapura. Untuk memproduksi BBM dengan menggunakan kilang di dalam
negeri diperkirakan dibutuhkan biaya berkisar antara 2%-5% lebih besar dari harga Meanof
Platts Singapore (MOPS). Oleh karena itu fungsi kilang sangat vital untuk ketersediaan
konsumsi BBM nasional.

Kinerja kilang-kilang PT.Pertamina berada didalam batas normal sebagaimana berlaku dibeberapa
refinery sebagai benchmark utilitas. (Andry Prima, Bayu Satiyawira, Cahaya Rosyidan dan Samsol. 2018)
Selain penurunan konsumsi, Covid-19 juga berdampak pada penurunan harga dan produksi minyak
dan gas bumi, termasuk penghentian kegiatan hulu dan pengurangan kegiatan pengilangan (refinery).
Rekomendasi yang dikemukakan antara lain pembentukan strategic petroleum reserves, pengkajian ulang
proyek-proyek kilang minyak dan green fuel, serta tidak menurunkan harga jual BBM (Dampak Covid-19
terhadap Industri Minyak dan Gas Bumi. (Nur Laila Widyastuti dan Hanan Nugroho. 2020)

Kegiatan hilir (downstream) meliputi kegiatan pengolahan melalui kilang minyak (refinery) untuk
memproduksi bahan bakar beserta turunannya dan marketing (pemasaran) serta distribusi melalui kegiatan
penyimpanan (storage). (Sillak Hasianya, Erliza Noorb, Moh. Yanib. 2015)

1.1.1 Sejarah PT Pertamina Persero

PT. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah
Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan
nama PT. Pertamina pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN Pertamina.
Sebutan ini tetap dipakai setelah Petamina berubah status hukumnya menjadi PT. Pertamina
(PERSERO) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi. Pertamina (dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara)
adalah sebuah BUMN yang bertugas mengelola penambangan minyak dan gas bumi di
Indonesia.
Pertamina masuk urutan ke 122 dalam Fortune Global 500 pada tahun 2013 Pada tahun
2018, fokus utama Pertamina adalah untuk mencapai cita-cita ketahanan dan kemandirian
energi nasional di tengah kebutuhan energi yang juga terus mengalami peningkatan. Masifnya
pembangunan infrastruktur yang dijalankan pemerintah pada akhirnya akan mendorong
peningkatan kebutuhan energi Pertamina memperoleh hak pengelolaan Blok Rokan dari
Pemerintah Indonesia pada tahun 2018 dan akan secara penuh menjadi operator di tahun 2021.
Dengan tambahan satu lagi blok raksasa dan Blok Mahakam yang telah diserahkan kepada
Pertamina sejak 2017, produksi Pertamina diproyeksikan akan semakin meningkat. Tahun
2018 juga menandai perkembangan bisnis gas Pertamina dengan bergabungnya PT
Perusahaan Gas Negara Tbk. Pertamina menjadi pemilik jaringan pipa gas terpanjang di Asia
Tenggara dengan total mencapai lebih dari 9.600 km.
Dalam mendukung ketahanan energi nasional, Pertamina telah memproyeksikan
pengembangan bisnis lebih lanjut yang mampu mengoptimalkan kekayaan alam Indonesia
dengan dimulainya studi pembangunan Green Refinery di Indonesia. Green Refinery akan
berperan dalam mengolah vegetasi lokal seperti sawit, tebu, dan tanaman lainnya menjadi
biofuel. Hal ini akan mendukung program pemerintah Indonesia untuk mengurangi impor
BBM dengan meningkatkan produksi B20. Untuk mencapai sasaran dan menghadapi
tantangan terutama di dalam negeri, PT. Pertamina (Persero) membangun unit pengolahan
minyak di berbagai wilayah di Indonesia. Saat ini PT. Pertamina (Persero) telah mempunyai
enam buah kilang. (Prasetyo, Panji Rendika. 2019)

1.1.2 Miscibility dan Pengaruhnya


Miscibility didefinisikan sebagai kemampuan suatu fluida untuk bercampur
dengan fluida lainnya dan membentik suatu fasa yang homogen sehingga tidak tampak
batas fasa fluida tersebut. Tercapainya miscibility CO2 dengan minyak ditandai dengan
mengecilnya tegangan permukaan sampai mendekati nol. Untuk mencapai miscibility,
kondisi temperatur serta komposisi harus memenuhi syarat tertentu. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi tercapainya miscibility CO2 dan minyak adalah kemurnian
CO2, komposisi minyak, temperatur serta tekanan.
• Kemurnian CO2
Hasil percobaan pada berbagai tingkat kemurnian yang digunakan, menunjukkan
bahwa semakin murni CO2 semakin besar miscibilitasnya. Adanya C1 dan N2 di dalam
CO2 akan mempengaruhi terjadinya miscibilitas, sedangkan
adanya H2S didalam CO2 pengaruhnya lebih kecil dibanding C1 dan N2.
• Komposisi Minyak(Iii, Perolehan, & Tahap, n.d.)
Holm dan Josendal menyatakan bahwa dalam sistem biner (diagram
dua fasa), komposisi dari minyak juga akan mempengaruhi tekanan yang
diperlukan untuk pendorongan miscible.
Menurut penelitian dari Holm dan Josendal didapatkan komposisi
kimia CO2 dan hidrokarbon selama pendorongan CO2 terhadap minyak
―Mead Strawn‖ pada tekanan 2000 psi dan temperatur 135 F. Pada daerah
miscible hanya terdapat sejumlah kecil pada komponen C2-C4 dalam fasa
gabungan zat cair dan uap. Dari analisa produksi fasa uap selama
pendorongan telah breakthrough CO2, tetapi sebelum miscible,
diperlihatkan penguapan komponen C2-C4 cenderung menempati bagian
depan front pendorong. Hal ini terlihat dengan adanya kenaikan % mol
C2-C4 dari 5,11 menjadi 10,86 pada daerah ini. Pada saat CO 2 diinjeksikan,
maka CO2 akan terserap kedalamnya, komponen-komponen ringan akan
menguap, maka terbentuklah kesetimbangan fasa ternyata dari hasil
pengamatan dapat ditarik kesimpulan C5-C30 atau C5+ terekstraksi lebih
banyak.
• Temperatur(Ayirala & Yousef, 2015)
Temperatur minyak juga akan mempengaruhi tekanan yang
diperlukan untuk pendorongan miscible, dapat ditarik kesimpulan bahwa
temperatur yang semakin besar, tekanan pendorongan makin besar.
• Tekanan
Tekanan yang diperlukan untuk pendorongan miscible akan
dipengaruhi oleh kemurnian CO2, komposisi minyak dan tekanan reservoir.
Ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik bahwa pada tekanan
pendorongan miscible CO2 terhadap minyak reservoir dengan adanya
komponen hidrokarbon ringan C2, C3, C4 didalam minyak
reservoir tidak mempengaruhi proses miscibility. Pendorongan miscible

1
sangat dipengaruhi oleh adanya komponen C5-C30 di dalam
reservoir. Dari kenyataan ini Holm dan Josendal memberikan suatu
kesimpulan bahwa tekanan diinjeksi agar terjadi pendorongan yang miscible
ditentukan oleh adanya komponen C5, dalam minyak reservoir.(Iii et al.,
n.d.)

1.1.3 Model Penginjeksian CO2

Berdasarkan kondisi geologi reservoir, fluida, serta faktor formasi batuan.


Terdapat beberapa model penginjeksian CO2 diantaranya:
1. Injeksi CO2 secara kontinuitas selama proses EOR
Proses ini membutuhkan penginjeksian CO2 secara berkala tanpa injeksi
fluida lainnya. Terkadang gas Nitrogen juga di injeksikan bersamaan
dengan gas CO2 agar meningkatkan efektivitas penyapuan (UKCS Oil and
Gas Authority, 2017).
2. Injeksi CO2, di ikuti oleh air
Sama seperti metode CO2 namun terdapat air yang di injeksikan untuk
menambah volume CO2 (UKCS Oil and Gas Authority, 2017).
3. Injeksi CO2, bergantian dengan air (WAG konventional)
Water-alternating-gas (WAG) dalam proses ini, volume CO2 yang
diinjeksikan dalam siklus bergantian dengan volume air yang telah
ditentukan sama. Air bergantian dengan injeksi CO2 membantu mengatasi
override gas dan mengurangi penyaluran CO2 berlebihan. Serta
meningkatkan efisiensi penyapuan CO2 secara keseluruhan (Merchant,
2015).
4. Injeksi CO2, bergantian dengan air (WAG)
Sama seperti metode WAG konventional, namun disini dilakukan
pengurangan bertahap pada volume injeksi CO2. Relatif penambahan
injeksi volume air (Merchant, 2015).

1.1.4 Kriteria Penyaringan untuk Penginjeksian CO2

Kriteria penyaringan untuk penginjeksian CO2 meliputi kedalaman


reservoir, tekanan dan suhu, tekanan miscibility minimum (MMP), saturasi
minyak residu, ketebalan net pay, gravitasi minyak mentah, viskositas
,permeabilitas, porositas, dan heterogenitas reservoir (Huang et al., 2015). Dalam
penyaringan awal, menurut Dewan Petroleum Nasional, kriteria reservoir optimal
untuk miscible CO2 dirangkum dalam Tabel 2.1 (Drahansky et al., 2016).
Setiap penyimpangan dari kriteria ini akan tergantung pada ukuran reservoir
dan potensi pemulihan hidrokarbon. Misalnya ketika suhu reservoir lebih besar
dari 120°F, tekanan tambahan berkisar dari 200 hingga 500 psi diperlukan untuk
mencapai miscibilitas.
Densitas CO2 tergantung pada kedalaman injeksi, yang mengontrol suhu dan
tekanan sekitar dan berkisar 0,6-0,8 g/cc. Dimana CO2 harus disuntikkan pada
kedalaman lebih dari 800 m, di kedalaman ini CO 2 berada dalam fase padat (baik
cair atau superkritis) . Reservoir dengan tingkat salinitas tinggi lebih rentan
terhadap penyimpanan CO2 daripada reservoir salinitas rendah (Al-Aryani,
Obeidi, Brahmakulam, & Ramamoorthy, 2011).

Tabel 1.1 Kriteria Penyaringan untuk Injeksi CO2.(Khalil & Biyanto, 2018)
Criteria Optimum condition
Depth, ft 2500-3000
Reservoir temperature, °F <120
Total dissolved solids (TDS) >3000
Oil gravity <10,000 mg/l
Oil viscosity, cp Medium to light oils (27-39 °API)
Reservoir type Carbonate or Sandstone reservoar
Minimum miscibility pressure (MMP) 1300-2500 psi
Oil saturation >20%
Net pay thickness, ft 75-137
Porosity >7%
Permeability >10mD

1.2 Rumusan Masalah

Sering kali terjadi kasus penurunan produksi minyak karena semakin


sedikitnya jumlah kandungan minyak di dalam sumber minyak akibat
dieksploitasi terus menerus. Padahal kandungan minyak di dalam sumber tersebut
masih ada, namun semakin sulit untuk terproduksi karena jumlah kandungan
minyak dan tekanan reservoarnya semakin berkurang. Secara alami, hasil
produksi pengangkatan minyak akan semakin menurun sehingga diperlukan
teknologi untuk terus mempertahankan produksi tersebut.
Jika ini dibiarkan, maka produksi minyak akan semakin menurun hingga
mendekati end of production. Sebelum itu terjadi, seorang engineer harus
mempertimbangkan suatu langkah agar dapat memulihkan laju produksi kembali.
Pilihan metode itu disesuaikan dengan kondisi masing-masing di lapangan.
Enhanced Oil Recovery ini metode yang tepat untuk digunakan. Salah satu
metode EOR ini adalah penginjeksian CO2. Dengan adanya metode ini maka
dapat dilakukan perpanjangan umur lapangan dan peningkatan profitabilitas dari
lapangan minyak.

1.3 Manfaat Penulisan

Menjelaskan bagaimana rekomendasikan hari produksi normal untuk


kilang Kasim di Indonesia.

1.4 Batasan Masalah

Makalah ini akan membahas bagaimana cara penginjeksian CO 2 dapat


menyebab proses miscibiliti minyak agar minyak dapat terakumulasi sebagian
besar, sampai dengan screening criteria untuk penginjeksian CO2.
BAB II TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana metode


mekanisme penginjeksian CO2 dapat membuat miscibilitas fluida hidrokarbon dan
dapat meningkatan perolehan minyak atau recovery factor dari sumur serta bisa
memperpanjang umur lapangan dan peningkatan profitabilitas dari lapangan
minyak.
BAB III METODE PENELITIAN

Penulisan artikel ilmiah ini dilakukan dengan cara mengumpulan data dari
buku-buku, artikel-artikel, paper, dan dari internet. Metode yang digunakan
adalah library search. Dalam penelitian ini, Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan regresi nonlinier
multivariabel. Selain itu, regresi multivariat nonlinier menggabungkan beberapa
variabel untuk mencoba membantu menemukan informasi yang mungkin
terlewatkan dalam kinerja masa lalu, sebagai metode pengendalian manajemen
dan pemantauan pemanfaatan kilang saat ini. Karena keterbatasan aksesibilitas
data utama yang disediakan oleh Genspace, data yang digunakan dalam penelitian
ini berasal dari sumber data tambahan. Oleh karena itu, karena tidak ada dua atau
lebih kilang yang identik di industri, pendekatan umum diadopsi, pendekatan
regional harus digunakan untuk menghasilkan gambaran kinerja kilang secara
global.
Dalam pembuatan artikel ini, penulis menggunakan analisa deskriptif
dengan menjelaskan permasalahan dan penanggulangan dengan teks maupun
gambar, dan untuk metode penginjeksian gas CO2 yang akan dilaksanakan ini,
menggunakan tahapan yang disusun berupa flowchart. Berikut merupakan
flowchart gambaran tahapan injeksi gas CO2:
START

DATA RESERVOAR UNTUK SCREENING


CRITERIA

NO LOLOS
YES
SCREE- DATA RESERVOIR
NIG

YES MMP>
MEKANISME
TEK. RES
MISCIBLE

MEKANISME
MEKANISME
PENGINJEK- IMMISCIBLE
SIAN

INJEKSI
INJEKSI
NO CO2
NO WAG
YES WAG
SECARA KONVEN-
KONTINU DIIKUTI TIONAL
AIR

END
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode EOR atau enhanced oil recovery yang diterapkan kepada suatu
lapangan sangatlah tergantung kepada jenis minyak yang terkandung didalam
reservoir, karena tidak semua metode bekerja dengan efektif pada semua
reservoir. Pada bab ini akan dibahas mengenai usaha untuk meningkatkan
perolehan minyak.. EOR ini digunakan pada saat metode primer dan sekunder
sudah tidak dapat meningkatkan laju produksi sumur. Perbedaan primer, sekunder
,dan tersier adalah pada saat metode primer sumur reservoar masih memakai
bantuan pompa untuk membantu menaikan tekanan reservoir. Metode sekunder
hampir sama dengan tersier dimana di buat lubang sumur yang baru untuk
penginjeksian air atau yang di kenal water flooding, bedanya adalah densitas
minyak kurang dari air maka dengan meningkatan nilai recovery factornya tidak
terlalu siknifikan di bandingkan dengan metode tersier ini (Ayirala & Yousef,
2015). Metode tersier atau EOR ini memerlukan sumur injeksi dimana dari sumur
injeksi ini akan di injeksi fluida (cair atau gas ). Metode-metode dari EOR ini
sudah banyak di kembangkan salah satunya adalah dengan cara penginjeksian
CO2 (Verma, 2015).
Penginjeksian CO2 ini adalah salah satu metode EOR yang sering di
gunakan dalam meningkatkan jumlah produksi minyak, karenakan biaya yang
diperlukan relatif lebih murah. Dan juga CO2 memiliki karakteristik yang cocok
dalam proses EOR misal nya: CO2 mudah terlarut kedalam minyak bumi karena
merupakan unsur gas yang ringan, dapat menurunkan viscositas minyak dan juga
menaikan viskositas air, dan menurunkan densitas minyak, serta membentuk
fluida bercampur dengan minyak karena ekstraksi sehingga dapat bertindak
sebagai solution gas drive. Sumber penginjeksian CO2 ini berasal dari sumur yang
memproduksi gas CO2 yang relatif murni ataupun berasal dari pabrik yang
mengelola gas hidrokarbon yang banyak mengandung CO2 sebagai kontaminan
Penginjeksian CO2 ini juga memberi dampak positif terhadapat lingkungan
atmosfer karena sebagian CO2 (polutan) di injeksikan kembali ke dalam tanah
(Khalil & Biyanto, 2018).
Metode penginjeksian CO2 dibagi menjadi 4 bagian, yang pertama adalah
penginjeksian CO2 secara kontinuitas, pada saat metode ini berlangsung
terkadang CO2 juga di injeksikan bersamaan dengan gas Nitrogen hal ini
bertujuan untuk efektivitas penyapuan reservoar lebih baik dan jauh lebih optimal
. Yang kedua adalah penginjeksian CO2 bersamaan dengan injeksi air, jadi setelah
proses miscibiliti antara CO2 dengan minyak bumi sudah terjadi, di injeksikan air
formasi sehingga tidak sepenuh nya Petroleum Engineer menggunakan CO2
untuk mendorong minyak naik keatas permukaan. Yang ketiga adalah Injeksi
CO2, bergantian dengan air (Water Alternating Gas konventional). Pada
penginjeksian ini, volume CO2 yang ditentukan akan diinjeksikan dalam siklus
bergantian dengan jumlah volume air yang sama. Injeksi CO 2 bergantian dengan
injeksi air, hal ini dapat membantu mengatasi override gas dan dapat mengurangi
penyaluran CO2 yang terhitung berlebihan. Serta dapat meningkatkan efisiensi
penyapuan CO2 secara menyeluruh. Yang terakhir adalah penginjeksian CO2
dengan air dengan cara stimulan. Sama seperti metode Water Alternating Gas
Conventional (WAG), namun pada metode ini dilakukan pengurangan bertahap
pada volume penginjeksian CO2. Relatif penambahan injeksi volume air
bergantung dengan kondisi reservoir.
Proses mekanisme penginjeksian CO2 di bagi menjadi 2 bagian. Yaitu
mekanisme Immiscible CO2 dan Mekanisme Miscible CO2. Yang pertama adalah
Immiscible CO2 proses, dimana pada kondisi ini tekanan pada reservoir lebih
rendah di bandingkan dengan tekanan MMP (Minimum Miscibility Pressure).
MMP ini biasanya berkisar antara 1300-2500 psia. Tekanan MMP ini yang akan
menentukan apakah fluida yang di injeksi dapat bereaksi dengan minyak bumi
ataupun tidak, atau dapat mengalirnmasuk ke dalam pori batuan atau tidak.
Karena pada Immiscible proses tekanan reservoir lebih besar dibandingkan
dengan MMP, maka dari itu gas CO2 yang di dinjeksikan akan larut ke dalam
minyak sehingga membuat volume minyak akan bertambah dan menurunkan nilai
viscositas serta nilai densitas minyak akan meningkat, dengan mekanisme ini
minyak akan dapat lebih mudah untuk di produksikan. Pada proses Immiscible ini
sangat cocok di gunakan pada reservoir yang mengandung minyak bumi yang
berat atau biasa disebut dengan heavy oil.
Yang kedua adalah mekanisme penginjeksian CO2 dengan Misscible
proses, dimana pada kondisi ini tekanan reservoir harus lebih tinggi dibandinkan
tekanan MMP. Sehingga injeksi CO2 dapat bercampur dengan minyak bumi dan
membuat 1 fasa. Miscibiliti antara CO2 dengan minyak bumi dapat terjadi melalui
multiple contact, dimana pada kondisi ini berat hidrokarbon dengan berat molekul
menengah dan lebih tinggi menguap ke dalam CO 2, proses ini biasa disebut
driver gas. Permindahan antara minyak dan CO2 ini memungkinkan kedua fasa
bergabung menjadi 1 fasa sepenuh nya tanpa terdapat perbedaan tengangan
permukaan (Dessouky, 2018). Pada saat penginjeksian CO 2 yang diharapkan
adalah misscible proses, sehingga penginjeksian CO2 yang di berikan tidak perlu
secara kontinuitas. Penginjeksian CO2 bekerja secara maksimal pada kedalam
2500-3000 ft. Dengan temperature reservoir tidak lebih dari 120 derajat F.
BAB V KESIMPULAN

Berikut merupakan kesimpulang yang bisa diambil yaitu :

1. Dalam studi ini, model berbasis regresi multivariabel non-linier dikembangkan


untuk membuktikan hari kerja kilang dapat diterima atau ideal.
2. Selain itu, kinerja rata-rata tiga tahun berdampak besar terhadap kinerja saat
ini. Jika kinerja kilang dalam tiga tahun terakhir ini buruk, maka kinerja saat
ini mungkin di bawah target.
3. sebaiknya kinerja rata-rata 3 tahun selalu sesuai dengan target yang
direncanakan, dan kinerja saat ini dapat dicapai dengan mudah. Dengan
penerapan inovasi dan teknologi baru, kinerja produksi saat ini mungkin luar
biasa.
4. Namun mengenai ringkasan kinerja (Tabel 5), Kilang Kasim di Indonesia
termasuk dalam kategori kinerja buruk karena hari kerjanya berada pada level
120 hari kerja.
5. Terakhir, saran perbaikan dikemukakan guna merealisasikan tingkat utilisasi
kilang dalam waktu dekat.
UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dalam penyusunan Artikel Ilmiah ini tidak terlepas
dukungan dari berbagai pihak. Peneliti secara khusus mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Peneliti banyak
menerima bimbingan, petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak
baik yang bersifat moral maupun material. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT dengan segala rahmat serta karunia-Nya yang memberikan
kekuattan bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kepada kedua orang tua tercinta yang selama ini telah membantu peneliti
dalam bentuk perhatian,kasih sayang,semangat,serta doa yang tidak henti-
hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan peneliti dalam menyelesaikan
skripsi.
3. Kepada Bapak Andry Prima S.T., MT, selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan semangat kepada peneliti,
sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
4. Kepada Bapak Ir. Abdul Hamid,MT, selaku Ketua program studiteknik
perminyakan Universitas Trisakti.
5. Segenap dosen dan seluruh staf akademik yang selalu membantu dalam
memberikan fasilitas, ilmu, serta pendidikan pada peneliti hingga dapat
menunjang dalam penyelesaian skripsi ini.

Serta masih banyak lagi pihak-pihak yang sangat berpengaruh dalam


proses penyelesaian skripsi yang yang tidak bisa penelti sebutkan satupersatu
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan
yang telah diberikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti
umumnya kepada para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Pan, S. B., Zhang, J. B., Zhao, B. Q., & Chai, Y. (2016).


http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/26
62/3056#. Journal of Thoracic Disease, 8(6), E399–E402.
https://doi.org/10.21037/jtd.2016.04.14

Harisnanda, F., Amaly, I., Gusman, A. M., Febriani, F., Zamer, A., & Elisya, W.
(2016). Analisis Sistem Rantai Pasok Minyak. Jurnal Optimasi Sistem
Industri, 11(1), 221. https://doi.org/10.25077/josi.v11.n1.p221-224.2012

Prasetyo, Panji Rendika. (2019). “SISTEM KENDALI DAN INSTRUMENTASI


PADA VESSEL101 AREA HCU-211 DI PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-
II DUMAI DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTED CONTROL
SYSTEM
(DCS).” https://Library.universitaspertamina.ac.id.library.universitaspertami
na.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1456/LAPORAN_PANJI_KPwa
termark.pdf?sequence=1&isAllowed=y.

Andry Prima, Bayu Satiyawira, Cahaya Rosyidan dan Samsol. (2018) “Kajian Rentang Batas
Kewajaran Utilisasi Produksi Kilang Minyak Indonesia” Universitas Trisakti.
https://www.researchgate.net/publication/331467953_KAJIAN_RENTANG_BATAS_
KEWAJARAN_UTILISASI_PRODUKSI_KILANG_MINYAK_INDONESIA

Nur Laila Widyastuti dan Hanan Nugroho. (2020). “Rekomendasi Kebijakan untuk
Indonesia” Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Republik
Indonesia

Sillak Hasianya , Erliza Noorb , Moh. Yanib. (2015) “Penerapan Produksi Bersih Untuk
Penanganan Air Terproduksi Di Industri Minyak Dan Gas”
LAMPIRAN
BIODATA PELAKSANA

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Rexsa Alamsyah
2 Jenis Kelamin Laki – Laki
3 Program Studi Teknik Perminayakan
4 NIM 071001700113
5 Tempat dan Tanggal Lahir Tangerang, 7 Mei 1999
6 Alamat E-mail rexsa.alamsyah888@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 083818941901

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti


No Jenis Kegiatan Status dalam kegiatan Waktu dan Tempat
1
2

C. Penghargaan Yang Pernah Diterima


No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Penghargaan Tahun
1
2
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-AI

Jakarta, 27 Maret 2021

( Rexsa Alamsyah )
LAMPIRAN
BIODATA PELAKSANA

D. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Firdha Meidya Buana
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Teknik Perminayakan
4 NIM 071001700048
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 Alamat E-mail
7 Nomor Telepon/HP

E. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti


No Jenis Kegiatan Status dalam kegiatan Waktu dan Tempat
1

2
3

F. Penghargaan Yang Pernah Diterima


No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Penghargaan Tahun
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-AI

Jakarta, 27 Maret 2021

( Firdha Meidya Buana)


LAMPIRAN
BIODATA PELAKSANA

G. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Rizky Reynaldi
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Teknik Perminyakan
4 NIM
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 Alamat E-mail
7 Nomor Telepon/HP

H. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti


No Jenis Kegiatan Status dalam kegiatan Waktu dan Tempat
1
2
3

I. Penghargaan Yang Pernah Diterima


No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Penghargaan Tahun
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-AI

Jakarta, 27 Maret 2021

(Rizky Reynaldi )
KOP PERGURUAN TINGGI
SURAT PERNYATAAN KETUA TIM PELAKSANA
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Rexsa Alamsyah
NIM 071001700113
Program Studi : Teknik Perminyakan
Fakultas : Teknologi Kebumian Dan Energi

Dengan ini mcnyatakan bahwa proposal PKM-AI saya dengan judul Rekomendasi
Hari Operasi Dan Produksi Normal Untuk Kilang Minyak Kasim Di Indonesia yang
diusulIan untuk tahun anggaran 2019/2020 adalah asli karya kami dan belum pernah
dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain. Bilamana dikemudian hari ditemukan
ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya yang sudah diterima
ke kas negara. Demikian Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan
sebenar-benarnya.
Jakarta, 6 Desember 2019
Dosen Pendamping, Yang Menyatakan,

(Andry Prima S.T., M.T.) (Rexsa Alamsyah)


NIDN NIM. 071001700113

Mengetahui,
Wakil Dekan III

(Ir. Lilik Zabidi, MT)


NIK 0352/USAKTI
SURAT PERNYATAAN SUMBER TULISAN PKM-AI

Saya yang menandatangani Surat Pernyatan ini:

- Nama : Rexsa Alamsyah


- NIM : 071001700113

1) Menyatakan bahwa PKM-AI yang saya tuliskan bersama anggota tim


lainnya benar bersumber dari kegiatan yang telah dilakukan:
- Nyatakan Program Kegiatan (KKN – Praktik Lapangan – Tugas
Kelompok – Magang – PKM yang sudah dilaksanakan) yang telah
dilakukan sendiri oleh penulis bukan oleh pihak lain
- Topik Kegiatan
- Tahun dan Tempat Pelaksanaan
2) Naskah ini belum pernah diterbitkan/dipulikasikan dalam bentuk prosiding
maupun jurnal sebelumnya.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan
pihak manapun juga untuk dapat digunakan sebagimana mestinya.

Jakarta, 0 Bulan 2021


Mengetahui/Menyetujui
Yang Membuat Pernyataan Ketua Jurusan Teknik Perminyakan

Rexsa Alamsyah Ir. Abdul Hamid, M.T


NIM. 071001700113 NIK. 1894/USAKTI

Anda mungkin juga menyukai