4.1. Analisis Kinerja Komprehensif ditinjau dari Arus Kas, Likuiditas, dan
Struktur Modal, Rasio Keuangan PT Pertamina
4.1.1. Arus Kas
Pada tahun 2019, Pertamina memiliki arus kas positif dari aktivitas
operasional, yaitu sebesar USD4.490 juta. Aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan berkontribusi pada pengurangan arus kas sebesar USD3.897 juta dan
arus kas untuk pendanaan mencapai USD3.062 juta.
RKAP
(%) 2019 2018
Uraian 2019
B/A (B-C)/C A B C
Arus kas bersih aktivitas
operasi 356,63 41,69 1.259 4.490 3.169
-
Arus kas aktivitas investasi 85,12 11,22 -4.578 -3.897 3.504
Arus kas aktivitas pendanaan -108,62 -193,67 2.819 -3.062 3.269
Penambahan (penurunan)
neto kas dan setara kas 493,8 -184,15 -500 -2.469 2.934
Efek perubahan nilai kurs
pada kas dan setara kas 0 -148,71 0 113 -232
Saldo kas dan setara kas
pada awal tahun 151,87 42,15 6.000 9.112 6.410
Saldo kas dan setara kas
pada akhir tahun 122,84 -25,86 5.500 6.756 9.112
(Sumber : Laporan Tahunan PT Pertamina (Persero) Tahun 2019)
Arus kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi selama tahun 2019 lebih
tinggi USD1.321 juta dibandingkan tahun 2018. Hal ini terutama disebabkan
adanya peningkatan penerimaan kas dari pelanggan sebagai akibat peningkatan
kuantitas penjualan tahun 2019 sebesar 5,47 juta KL.
Arus kas dari Aktivitas Investasi
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi selama tahun 2019
lebih tinggi USD393 juta dibandingkan tahun 2018. Hal ini seiring dengan
peningkatan pembelian aset tetap dan aset minyak, gas dan panas bumi.
Arus kas dari Aktivitas Pendanaan
Arus kas dari aktivitas pendanaan selama tahun 2019 lebih rendah USD6.331
juta dibandingkan tahun 2018. Hal ini terutama disebabkan adanya peningkatan
pelunasan dari pinjaman jangka pendek (trust receipt) sebagai akibat penurunan
harga rata-rata ICP tahun 2019.
4.1.2. Likuiditas
Tingkat likuiditas yang diperlukan Grup untuk kegiatan operasi tidak pasti dan hal
ini dapat berpengaruh buruk terhadap operasi Grup apabila Grup tidak mempunyai
modal kerja yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kas dan operasi. Hal ini dapat
terjadi antara lain karena keterlambatan pembayaran subsidi dari Pemerintah. Grup
menggunakan kas dalam jumlah yang cukup signifikan operasinya, terutama untuk
pengadaan komoditas dan bahan baku. Salah satu biaya operasi utama adalah
pembelian bahan untuk pengolahan di kilang. Fluktuasi harga minyak mentah, gas
bumi dan produk turunannya dan fluktuasi nilai tukar mata uang asing
menyebabkan ketidakpastian jumlah modal kerja dan biaya untuk kegiatan hulu dan
hilir dari Grup.
Grup mendanai kegiatan operasinya terutama melalui arus kas dari kegiatan
operasi, dimana bagian yang signifikan terdiri dari penjualan, pembayaran subsidi,
fasilitas modal kerja jangka pendek (termasuk cerukan bank, L/C dan revolving
credit) dan pinjaman bank jangka panjang. Berikut adalah perhitungan dan analisis
yang dilakukan terhadap tingkat likuiditas pada PT Pertamina:
A. Perhitungan dan Analisis Pada Bagian Aset
Pada akhir tahun 2019, jumlah aset Pertamina tercatat sebesar USD67.086 juta yang
terdiri dari 34,40% aset lancar dan 65,60% aset tidak lancar. Jumlah aset tersebut
mengalami kenaikan 3,66% dibandingkan tahun 2018 sebesar USD64.718 juta.
RKAP
(%) 2019 2018
Uraian 2019
B/A (B-C)/C A B C
Perihal tersebut tidak terlepas dari turunnya penjualan dalam negara minyak
mentah,, gas bumi, tenaga panas bumi serta produk minyak. Penjualan dalam
negara minyak mentah, gas bumi, tenaga panas bumi serta produk minyak pada
tahun 2019 sebesar USD43. 784 juta ataupun turun 2, 14% dibandingkan tahun
2018 sebesar USD44. 743 juta. Aspek utama pemicu penyusutan tersebut
dipengaruhi oleh rata- rata harga jual produk yang lebih rendah sebab dipengaruhi
realisasi ICP serta publikasi harga yang lebih rendah di tahun 2019 dibanding
dengan tahun 2018. Rata- rata ICP tahun 2019 sebesar USD 62, 38/ barel sebaliknya
rata- rata ICP tahun 2018 sebesar USD 67, 47/ barel. Sebaliknya harga rata- rata
MOPS tahun 2019 sebesar USD 73, 87/ barel serta harga rata- rata MOPS tahun
2018 sebesar USD 81, 71/ barel.
Buat beban pokok penjualan serta beban langsung yang lain tahun 2019
menggapai USD46. 508 juta ataupun turun 4, 53% dari realisasi di tahun 2018
sebesar USD48. 714 juta. Beban- beban tersebut terdiri dari beban pokok penjualan,
beban penciptaan hulu serta lifting, beban eksplorasi serta beban dari kegiatan
pembedahan, dengan donasi penyusutan terbanyak dari beban pokok penjualan.
Turunnya beban pokok penjualan pada tahun 2019 diakibatkan oleh turunnya harga
pembelian bahan baku serta impor produk yang dipengaruhi penyusutan realisasi
ICP serta publikasi harga minyak di tahun 2019 dibanding dengan tahun 2018. Ada
pula rata- rata ICP tahun 2019 sebesar USD62, 38/ barel sebaliknya rata- rata ICP
tahun 2018 sebesar USD67, 47/ barel sebaliknya buat rata- rata MOPS PSA tahun
2019 sebesar USD73, 87/ barel sebaliknya rata- rata MOPS PSA tahun 2018 sebesar
USD81, 71/ barel
Beban usaha terdiri dari beban penjualan serta pemasaran dan beban
universal serta administrasi. Pada tahun 2019, beban usaha hadapi peningkatan 6,
92% ialah dari sebesar USD2. 973 juta di tahun 2018 jadi sebesar USD3. 179 juta.
Perihal ini paling utama diakibatkan oleh peningkatan beban universal serta
administrasi sebesar USD1. 554 juta ataupun naik 16, 82% dari tahun 2018 sebesar
USD1. 330 juta yang diakibatkan terdapatnya peningkatan donasi beban atas
aktivitas operasional anak industri Pertamina dari PT Pertamina Internasional
Eksplorasi& Penciptaan atas akumulasi tenaga pakar terpaut dengan
penerapan proyek Phase IV serta Phase V di entitas Pertamina Algeria EP.
Dengan menyusutnya persentase penjualan serta pemasukan usaha yang
lain sebesar 5, 78% dari tahun tadinya, menimbulkan laba usaha tahun 2019 turun
21, 59%, dimana laba usaha tahun 2019 sebesar USD4. 898 juta serta laba usaha
tahun 2018 sebesar USD6. 247 juta. Realisasi penyusutan tersebut paling utama
diakibatkan antara lain dari penyusutan pemasukan usaha dari kegiatan
pembedahan yang lain tahun 2019 sebesar USD2. 297 juta yang hadapi penyusutan
41, 19%, penyusutan penjualan dalam negara minyak mentah, gas bumi, tenaga
panas bumi serta produk minyak tahun 2019 sebesar USD959 juta ataupun turun 2,
14% serta penyusutan penggantian bayaran subsidi dari pemerintah sebesar
USD757 juta ataupun turun 13, 45% dibanding tahun 2018. Sebaliknya,
meningkatnya pemasukan keuangan spesialnya dari pemasukan bunga atas
pemulihan penyesuaian nilai normal pengakuan selisih harga jual eceran tahun
2018 serta 2017( unwinding interest) serta gain atas selisih kurs membagikan donasi
positif terhadap nilai laba saat sebelum pajak pemasukan.
EBITDA untuk tahun 2019 sebesar USD7.908 juta atau turun 14,08% dari
tahun 2018 sebesar USD9.204 juta, karena terdapat penurunan penjualan dalam
negeri atas minyak mentah, gas, energi panas bumi, dan hasil minyak. Sehubungan
dengan program Pemerintah Indonesia untuk pemulihan ekonomi nasional terkait
dapak pandemi Covid-19, Pertamina akan menerima pelunasan piutang dari
Pemerintah sebesar USD2.793 juta atau Rp45 triliun. Hal tersebut akan berdampak
pada peningkatan pendapatan keuangan sebesar USD1.221 juta, atau 476% dari
tahun 2018 sebesar USD256 juta, khususnya dari pendapatan bunga atas pemulihan
penyesuaian nilai wajar pengakuan selisih harga jual eceran tahun 2018 dan 2017
(unwinding interest). Berdampak terhadap peningkatan pendapatan keuangan
sebesar USD1.221 juta atau 476% dari tahun 2018 sebesar USD256 juta khususnya
dari pendapatan bunga atas pemulihan penyesuaian nilai wajar pengakuan selisih
harga jual eceran tahun 2018 dan 2017 (unwinding interest). Di sisi lain terdapat
penurunan realisasi ICP dan publikasi harga minyak di tahun 2019 dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang mempengaruhi beban pokok penjualan dan beban
langsung lainnya. Adapun penurunan realisasi ICP menyebabkan penurunan beban
pajak tahun 2019 sebesar 24,91%, dengan pajak kini tahun 2019 sebesar USD1.878
juta dan pajak tangguhan sebesar USD385 juta.
4.2.2. Perspektif Pelanggan
Pada perspektif ini menilai dari tingkat atau meningkatnya kepuasan,
retensi, akuisisi, dan loyalitas pelanggan. Sasaran dari pada strategi customer
perspektif pada PT Pertamina (Persero) adalah untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan dan kepercayaan pelanggan. Sejalan dengan perannya untuk menjaga
pasokan dan keamanan energi nasional, kegiatan usaha Pertamina mencakup juga
sektor hilir industri energi, yaitu para pengguna energi. Terkait hal tersebut,
Pertamina merasa perlu menjaga serta terus meningkatkan kualitas produk dan
layanan, dan juga memastikan kepuasan pelanggan melalui tanggung jawab sosial
dan lingkungan (TJSL) di bidang konsumen. Beberapa isu yang tercakup di
dalamnya yaitu terkait dengan jaminan mutu produk, kualitas layanan, keselamatan
dan kesehatan pelanggan, pengaduan dan penyelesaian keluhan pelanggan, serta
digitalisasi layanan.
Komitmen Pertamina pada tanggung jawab sosial perusahaan terkait
konsumen merupakan bagian dari transformasi Pertamina, dengan diterapkannya
Pertamina Way sebagai langkah untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen.
Selain itu, sebagai pelaku bisnis dalam industri migas, Pertamina berkomitment
untuk menyediakan produk-produk yang sesuai dengan spesifikasi standar yang
ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta standar yang
berlaku secara internasional. Pelaksanaan survei kepuasan pelanggan dan loyalitas
pelanggan merupakan salah satu mekanisme due diligence dan pendekatan untuk
mengenali dan merumuskan TJSL di bidang konsumen. Survei juga bermanfaat
untuk mendapatkan gambaran mengenai persepsi konsumen terhadap produk dan
layanan Pertamina. Selain itu, hasil survei juga menjadi salah satu pertimbangan
Pertamina dalam merumuskan dan menjalankan tanggung jawab sosial di bidang
konsumen. Mekanisme lainnya yang digunakan dalam merumuskan TJSL yaitu
dengan mereview dan mengacu pada ketentuan peraturan dan perundangan yang
berlaku. Terkait hal tersebut, Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menjadi acuan utama bagi Pertamina menjalankan TJSL
di bidang konsumen.
Dalam menjalanan inisiatif TJSL di bidang konsumen, Pertamina
melibatkan pelanggan sebagai pemangku kepentingan utama. Salah satu pelibatan
stakeholder dalam berbagai insiatif CSR bidang konsumen yaitu melalui customer
gathering yang dilaksanakan secara rutin. Pertamina juga mengadakan kegiatan
Hari Pelanggan Nasional pada tahun 2019. Acara tersebut dilaksanakan oleh
masing-masing Marketing Operation Region (MOR), berupa berbagai kegiatan
yang mendorong interaksi langsung Pertamina dengan konsumen.
Terkait dengan adanya keluhan dan/atau konflik terkait konsumen, Pertamina telah
memiliki mekanisme dan prosedur pengaduan, yaitu “Call Center 135”. Jalur
pengaduan ini khusus diperuntukkan bagi pelanggan yang ingin menyampaikan
pengaduan terkait dengan produkproduk Pertamina. Untuk pengaduan lain,
Pertamina mengelola “Contact Pertamina 1 500 000”. Pada tahun 2019, jalur
pengaduan ini mendapatkan penghargaan dalam ajang The Best Contact Center
Indonesia 2019 yang diselenggarakan oleh Indonesia Contact Center Association
(ICCA).
5.1. Simpulan
Berdasarkan uraian-uraian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan berdasarkan analisis kinerja keuangan, balanced scorecard, dan
kompensasi manajemen PT. Pertamina pada periode 2019 – 2020 sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis kinerja keuangan, PT. Pertamina cukup baik dalam
mengelola keuangannya karena ditinjau dari aspek likuditas, arus kas, laba rugi,
rasio keuangan dan struktur modal, PT. Pertamina sangat konsisten dalam menjaga
kesehatan keuangan agar perusahaan dapat terus mengembangkan setiap sektor
usaha yang ada.
2. Berdasarkan analisis balanced scorecard, ditinjau dari perspektif keuangan PT.
Pertamina mengalami penurunan pendapatan usaha dari $57.934 menjadi $54.585.
Akan tetapi, walaupun mengalami penurunan pendapatan, PT. Pertamina tetap
berhasil meyakinkan shareholder bahwa akan ada peningkatan pendapatan pada
tahun mendatang. Selain itu, ditinjau dari perspektif pelanggan, PT. Pertamina
memberikan kepuasan dan loyalitas pelanggan karena PT. Pertamina selalu
mengutamakan kualitas produk yang dihasilkan. PT. Pertamina juga selalu
melakukan pengembangan produk, kualitas pelayanan, serta kritik terhadap PT.
Pertamina sehingga PT. Pertamina selalu bertumbuh dan dipercaya oleh konsumen.
Selanjutnya, ditinjau dari perspektif proses bisnis internal, PT. Pertamina
menjalankan proses bisnisnya dengan sangat baik karena proses bisnis Pertamina
secara keseluruhan transparan yang dimuat dalam annual report perusahaan.
Terakhir, ditinjau dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, PT. Pertamina
selalu berinovasi untuk mengembangkan setiap sektor usaha yang ada pada
Pertamina.
3. Berdasarkan analisis kompensasi manajemen, PT. Pertamina sangat baik dalam
memberikan kompensasi manajemen kepada karyawannya. Kompensasi
manajemen yang diberikan PT. Pertamina berupa kesetaraan gender dalam bekerja,
kesempatan bekerja yang sama, fasilitas yang lengkap, jaminan keselamatan kerja,
pendidikan dan pelatihan, dan remunerasi gaji dan bonus. Maka dari itu PT.
Pertamina sangat baik dalam memberikan kompensasi kepada karyawannya
sehingga karyawan terpacu untuk bekerja lebih baik.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan kepada
PT. Pertamina terhadap analisis kinerja keuangan, balanced scorecard, dan
kompensasi manajemen sebagai berikut:
1. PT. Pertamina sebaiknya memperbaiki nilai dari rasio keuangan yang kurang
baik pada beberapa rasio keuangan.
2. Strategi PT. Pertamina dalam menjaring konsumen untuk meningkatkan
pendapatan lebih ditingkatkan dan dikembangkan lagi agar perusahaan dapat
memperoleh pendapatan yang sesuai ditargetkan dan sesuai dengan harapan
shareholder.