Anda di halaman 1dari 9

REMOTE ENVIRONMENT AND INDUSTRY ENVIRONMENT ANALYSIS

PT. PERTAMINA

OLEH :

KELOMPOK 2

MELLYA DEWI FAJAR 1410531013

FALAH RAFIQA 1410531014

KUNTUM CHAIRANI MUSLYADI 1410531016

CAECY LIA FEBRIYANTI 1410531016

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2017
Profil Perusahaan

Dengan pengalaman lebih dari 56 tahun, Pertamina semakin percaya diri untuk
berkomitmen menjalankan kegiatan bisnisnya secara profesional dan penguasaan teknis yang
tinggi mulai dari kegiatan hulu sampai hilir.Berorientasi pada kepentingan pelanggan juga
merupakan suatu hal yang menjadi komitmen Pertamina,agar dapat berperan dalam
memberikan nilai tambah bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Upaya perbaikan dan inovasi sesuai tuntutan kondisi global merupakan salah satu
komitmen Pertamina dalam setiap kiprahnya menjalankan peran strategis dalam
perekonomian nasional. Semangat terbarukan yang dicanangkan saat ini merupakan salah
satu bukti komitmen Pertamina dalam menciptakan alternatif baru dalam penyediaan sumber
energi yang lebih efisien dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Dengan inisatif
dalam memanfaatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk mendapatkan sumber
energi baru dan terbarukan di samping bisnis utama yang saat ini dijalankannya, Pertamina
bergerak maju dengan mantap untuk mewujudkan visi perusahaan, Menjadi Perusahaan
Energi Nasional Kelas Dunia.

Mendukung visi tersebut, Pertamina menetapkan strategi jangka panjang perusahaan,


yaitu Aggressive in Upstream, Profitable in Downstream, dimana Perusahaan berupaya
untuk melakukan ekspansi bisnis hulu dan menjadikan bisnis sektor hilir migas menjadi lebih
efisien dan menguntungkan.

Pertamina menggunakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan kiprahnya untuk


mewujudkan visi dan misi perusahaan dengan menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang
sesuai dengan standar global best practice, serta dengan mengusung tata nilai korporat yang
telah dimiliki dan dipahami oleh seluruh unsur perusahaan, yaitu Clean, Competitive,
Confident, Customer-focused, Commercial dan Capable. Seiring dengan itu Pertamina juga
senantiasa menjalankan program sosial dan lingkungannya secara terprogram dan terstruktur,
sebagai perwujudan dari kepedulian serta tanggung jawab perusahaan terhadap seluruh
stakeholder-nya.

Sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak


dan gas bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu Pertamina yang dilaksanakan di
beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi,
produksi, serta transmisi minyak dan gas. Untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan
produksi tersebut, Pertamina juga menekuni bisnis jasa teknologi dan pengeboran, serta
aktivitas lainnya yang terdiri atas pengembangan energi panas bumi dan Coal Bed Methane
(CBM). Dalam pengusahaan migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina beroperasi baik
secara independen maupun melalui beberapa pola kerja sama dengan mitra kerja yaitu Kerja
Sama Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical Assistance Contract (TAC),
Indonesia Participating/ Pertamina Participating Interest (IP/PPI), dan Badan Operasi
Bersama (BOB).

Aktivitas eksplorasi dan produksi panas bumi oleh Pertamina sepenuhnya dilakukan
di dalam negeri dan ditujukan untuk mendukung program pemerintah menyediakan 10.000
Mega Watt (MW) listrik tahap kedua. Di samping itu Pertamina mengembangkan CBM atau
juga dikenal dengan gas metana batubara (GMB) dalam rangka mendukung program
diversifikasi sumber energi serta peningkatan pasokan gas nasional pemerintah.

Potensi cadangan gas metana Indonesia yang besar dikelola secara serius yang dimana
saat ini Pertamina telah memiliki 6 Production Sharing Contract (PSC)-CBM.

Sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah, pemasaran dan
niaga produk hasil minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk
pendistribusian produk Perusahaan. Kegiatan pengolahan terdiri dari: RU II (Dumai), RU III
(Plaju), RU IV (Cilacap), RU V (Balikpapan), RU VI (Balongan) dan RU VII (Sorong).

Selanjutnya, Pertamina juga mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun (Aceh) dan Unit
Kilang LNG Bontang (Kalimantan Timur). Sedangkan produk yang dihasilkan meliputi
bahan bakar minyak (BBM) seperti premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel,
minyak bakar dan Non BBM seperti pelumas, aspal, Liquefied Petroleum Gas (LPG),
Musicool, serta Liquefied Natural Gas (LNG), Paraxylene, Propylene, Polytam, PTA dan
produk lainnya.

Selain itu Direktorat Gas, Energi Baru dan Terbarukan mengelola bisnis Gas, Power,
dan NRE sebagai core business Pertamina untuk memperkuat business positioning dan daya
saing, mengoptimalkan profit serta mendukung business sustainability Perseroan. Strategi:
1. Mengembangkan penguasaan pasar Gas, Power, dan NRE dengan mengamankan
sisi pasokan, serta meng-create dan memperluas pasar untuk mengembangkan
skala bisnis melalui optimalisasi bisnis eksisting dan penguasaan resources baru.

2. Ekspansi pasar baru untuk mengakselerasi bisnis Direktorat GEBT di bidang


Gas, Power, dan NRE

3. Mengembangkan resources dan bisnis baru sebagai new growth engine

4. Ekspansi pasar baru untuk mengakselerasi bisnis Direktorat GEBT di bidang


Gas, Power, dan NRE

5. Mengembangkan resources dan bisnis baru sebagai new growth engine.

Remote Environment

1. Faktor Ekonomi

Pengaruh terbesar bagi ekonomi Indonesia di 2016 bisa jadi antara lain, yaitu pertama
perlambatan ekonomi Tiongkok dan kedua masih rendahnya harga minyak. Bahasan pertama
adalah pengaruh Tiongkok ke Indonesia. Sebagai mitra dagang terbesar Indonesia,
perlambatan di Tiongkok berarti memberi pengaruh pada kegiatan ekspor. Perlu dicatat,
ekonomi dunia juga mendapat pengaruh yang sama atas perlambatan ini. Melihat hal ini,
tentunya pola ekspor Indonesia pun harus mulai diubah, dari barang mentah menjadi barang
jadi/ barang konsumsi.

Kedua, terkait harga minyak. Secara otomatis, minyak menjadi referensi harga bagi
komditas lain, dimana nilai minyak yang rendah berimbas pada harga komoditas yang
rendah. Indonesia sendiri mulai berusaha untuk mengurangi ketergantungan kepada
komoditas pada 2015 lalu. Di dalam negeri, harga minyak ini mengganggu ide
pengembangan energi terbarukan karena harganya menjadi lebih murah untuk dikonsumsi.

2. Faktor Politik
Bambang P.S. Brodjonegoro mengungkapkan program kewajiban pencampuran
(mandatori) biofuel 20 persen ke dalam bahan bakar minyak (BBM) akan membantu
pemerintah memangkas subsidi. Selama ini perbedaan harga bahan bakar minyak (BBM) dan
biofuel yang terlalu tinggi dinilai menjadi penyebab enggannya masyarakat berpindah ke
bahan bakar non-fosil. Sesuai Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Nomor 2856 Tahun 2015 tentang Harga Dasar BBM, dalam setiap liter BBM yang dijual ke
masyarakat mengandung setidaknya lima komponen harga, yaitu:

1. Margin keuntungan SPBU Rp270 per liter.


2. Margin keuntungan PT Pertamina (Persero) Rp324 per liter
3. Pajak Daerah Rp 100 per liter
4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen
5. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) 5 persen.

3. Faktor Sosial

Walaupun perekonomian selama setahun belakangan cenderung melemah, daya beli


masyarakat menurun, dan semakin padatnya jalanan atas kendaraan yang berakibat macet
panjang di kebanyakan kota-kota besar, pasar mobil di Indonesia tetap bertumbuh. Untuk
tahun ini saja, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memprediksi
penjualan hingga akhir tahun dapat mencapai 1.050.000 unit. Selain itu, pemakaian bahan
bakar Gas dalam keperluan Rumah Tangga juga sudah menjadi kebutuhan primer bagi warga
Indonesia. Karena itu, permintaan akan bahan bakar pertamina semakin meningkat dengan
meningkatnya gaya hidup masyarakat yang cenderung menganut budaya serba praktis.

4. Faktor Teknologi

Di zaman modernisasi seperti sekarang, manusia sangat bergantung pada teknologi. Hal
ini membuat teknologi menjadi kebutuhan dasar setiap orang. Tidak terlepas dari itu ,
perusahaan-perusahaan pun berlomba-lomba menggunakan teknologi yang lebih maju untuk
meningkatkan efisiensi, efketifitas, ataupun kualitas produk yang dihasilkannya. Demikian
pula dengan Pertamina, dengan membentuk Upstream Technology Center (UTC), yaitu
lembaga penelitian dan Perguruan Tinggi dalam negeri untuk mengembangkan teknologi
eksplorasi dan produksi migas dan panasbumi baru yang murah serta lebih sesuai dengan
kondisi geologi, topografi dan sosial Indonesia. Teknologi yang dikembangkan oleh
pertamina juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi secara global, contohnya saja
Penelitian atau pengembangan perangkat lunak 4D Microgravity.

5. Faktor Ekologi

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan bahan bakar fosil seperti
minyak bumi yang menjadi sumber energi utama bagi kebutuhan nasional. Namun pada
kenyataannya penggunaan yang terus menerus dengan pola konsumsi yang konsumtif, tidak
terkendali dan tidak peduli terhadap lingkungan menyebabkan penipisan cadangan minyak
bumi secara cepat. Indonesia diprediksi oleh para ahli energi, akan mengalami krisis energi.

Pertamina sebagai leading sector dalam energi pun memahami fenomena tersebut, bahwa
perubahan paradigma masyarakat terhadap energi dan pengembangan sumber energi baru
masih memerlukan waktu yang panjang untuk implementasinya, sedangkan kebutuhan energi
adalah sesuatu yang mendesak dan harus selalu tersedia.

Industry Environment

3. Kekuatan kompetitif: produk subtitusi


Produk perusahaan sering menghadapi persaingan yang ketat dengan produk dari
industri lain yang dapat menjadi alternatif bagi konsumen untuk memilih. Suatu produk dapat
menjadi substitusi atau pengganti bagi produk lain jika konsumen menganggap produk
produk tersebut mempunyai fungsi yang serupa.Tekanan persaingan dari produk substitusi
akan mendorong suatu perusahaan menjalankan strategi yang untuk meyakinkan pelanggan
bahwa produk mereka berbeda daripada produk substitusi dengan melalui berbagi bentuk
differentiate strategy seperti harga yang bersaing , kualitas yang beda, pelayanan yang lebih
baik, dan kinerja yang lebih sesuai dengan keinginan konsumen atau kombinasi.

Analisis untuk pertamina: konsumen bisa saja memilih menggunakan bahan bakar minyak
dari shell sebagai produk pengganti karena memiliki fungsi yang serupa. Sehingga pertamina
menjalankan strategi seperti:
a. Fokus
Menggunakan secara optimum berbagai kompetensi perusahaan untuk meningkatkan nilai
tambah perusahaan.
b. Integritas
Mampu mewujudkan komitmen kedalam tindakan nyata.
c. Visionary (Berwawasan Jauh Kedepa)
Mengantisipasi lingkungan usaha yang berkembang saat ini maupun yang akan datang untuk
dapat tumbuh dan berkembang.
d. Excellence (Unggul)
Menampilkan yang terbaik dalam semua aspek pengelolaan usaha.
e. Mutual Respect (Keselarasan dan Kesetaraan)
Menempatkan seluruh pihak yang terkait setara dan sederajat dalam kegiatan usaha.

4. Kekuatan kompetitif: pembeli

D. kekuatan kompetitif: pembeli

Daya tawar menawar pembeli berubah sejalan dengan perubahan tren dan teknologi

dari tahun ke tahun, hal ini dapat mempengaruhi volume penjualan perusahaan. Untuk

mengatasi resiko ini, PT pertamina senantiasa melakukan penelitian dan mengembangkan

mutu dan ragam produk agar selalu menghasilkan produk-produk yang menyesuaikan

keinginan pembeli.

PT pertamina senantiasa memperhatikan pertambahan penduduk, kendaraan, mesin-

mesin yang memakai minyak pertamina sehingga apabila permintaan konsumen meningkat

maka dapat diantisipasi atau dilayani sesuai kebutuhan konsumen.

Pembeli terkonsentrasi dan pembelian dalam volume besar.

Produk yang dibeli dari industri adalah standar dan tidak berdiferensiasi.

Pembeli memperoleh laba yang rendah, yang menciptakan insentif yang besar untuk

mengurangi biaya pembelian.


Mutu produk pembeli sangat besar dipengaruhi oleh produk industri, pembeli pada

umumnya kurang sensitif harga.

Produk industri tidak menghemat uang pembeli.

Pembeli menempatkan suatu ancaman yang dapat dipercaya melakukan integrasi ke hulu

untuk membuat produk industri

5. Kekuatan Kompetitif: Perebutan Posisi (Jockeying For Position)

Persaingan diantara pesaing yang ada mengambil bentuk yang sama dalam memperebutkan

poisisi dengan menggunakan taktik taktik seperti :

kompetisi harga,

pengenalan produk, dan

persaingan advertensi.

Oleh karena itu, PT pertamina terus berusaha dan selalu menekankan pada peningkatan pada

pelayanan dan jaminan kepuasan pelanggan serta harga yang terjangkau

a) Pembeli terkonsentrasi dan pembelian dalam volume besar.

Di Indonesia, pertamina merupakan perusahaan bahan bakar minyak nomor satu dan
merupakan milik pemerintah sehingga pembeli lebih terkonsentrasi kepada pertamina
dibandinkan dengan perusahaan bahan bakar minyak milik swasta lainnya (shell, petronas
etc)

b) Produk yang dibeli dari industri adalah standar dan tidak berdiferensiasi.
Bahan bakar minyak yang dibeli dari pertamina merupakan produk standar
yang digunakan di Indonesia

c) Pembeli memperoleh laba yang rendah, yang menciptakan insentif yang besar untuk
mengurangi biaya pembelian.

d) Mutu produk pembeli sangat besar dipengaruhi oleh produk industri, pembeli pada
umumnya kurang sensitif harga.

Maksudnya, apabila harga bahan bakar minyak naik, pembeli mungkin akan merasa
jengkel, tetapi pembeli tetap akan membeli bahan bakar minyak tersebut karena diperlukan
untuk kehidupan sehari-hari

e) Produk industri tidak menghemat uang pembeli.

f) Pembeli menempatkan suatu ancaman yang dapat dipercaya melakukan integrasi ke hulu
untuk membuat produk industri

5. Kekuatan Kompetitif: Perebutan Posisi (Jockeying For Position)


Persaingan diantara pesaing yang ada mengambil bentuk yang sama dalam memperebutkan
poisisi dengan menggunakan taktik taktik seperti :

kompetisi harga,

pengenalan produk, dan

persaingan advertensi.

Anda mungkin juga menyukai