Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada zaman globalisasi ini Indonesia telah memulai suatu kesepakatan yang bertajuk
AEC (Asean Economic Community). Hal ini menyebabkan semua para tenaga kerja
asing dapat dengan bebas bersaing dengan tenaga kerja dari Indonesia untuk
mendapatkan pekerjaan di Indonesia. Dengan demikian, masyarakat Indonesia pun
harus mengembangkan dirinya untuk menjadi tenaga kerja yang ahli dan berkompeten
dengan tenaga kerja asing. Hal ini membuat mahasiswa harus dapat mempersiapkan diri
sebaik mungkin agar mampu untuk turun dan bersaing di dunia kerja riil nantinya. Salah
satu program dari perguruan tinggi adalahj mewajibkan mahasiswa untuk melakukan
kerja praktik. Kegiatan kerja praktik ini adalah ditujukan bagi mahasiswa untuk belajar
serta mencari pengalaman di duni kerja yang riil dan untuk mengaplikasikan ilmunya.
Selain itu, hal ini dapat membuka wawasan bagi mahasiswa bahwa aka nada banyak
pelajaran yang tidak bias dipetik saat berada di bangku kuliah. Dengan begitu
mahasiswa dapt meningkatkan kemampuan baik hard skill maupun soft skill serta akan
membentuk mahasiswa yang dapat bekerja profesional dan berintegritas.
Dalam kesempatan kerja praktik ini, penulis melakukan kerja praktik di PT.
Pertamina (Persero)) RU VI Balongan. PT. Pertamina RU VI Balongan adalah salah
satu perusahaan refinery unit dari Pertamina yang bertugas untuk mengolah crude oil
menjadi produk jadi dan merupakan salah satu dari 7 unit kilang yang ada di Indonesia.
Beberapa contoh produknya adalah LPG (Liquefied Petroleum Gas), Premium,
Pertalite, Pertamax, Propyline, dan lainlain. PT. Pertamina RU VI Balongan ini terbagi
menjadi beberapa divisi. Penulis melakukan praktik kerja lapangan pada bagian
Stationary and Statutory Inspection Engineer.
Pada perusahaan migas di Indonesia pada umumnya menggunakan jalur pipa untuk
mentransportasikan bahan baku menuju ke tempat pemrosesan atau refinery. Pipeline
adalah suatu jalur pipa yang melewati beberapa daerah dari sumber hingga ke tempat
yang dituju. Pada dasarnya pipeline digunakan untuk mentransfer suatu fluida dari satu
tempa
ke tempat lain. Penggunaan pipeline untuk mentransfer suatu fluida jauh lebih ekonomis
dibandingkan menggunakan tanker jika fluida yang ditransfer dalam jumlah yang besasr

1
dan dalam waktu yang relatif panjang. PT PERTAMINA RU VI menggunakan jalur
pipa dari FSO yang tertambat di laut kemudian mengalirkan crude oil menuju SPM
melalui floating hose. Kemudian dari SPM ( Single Point Mooring ) crude oil atau bahan
baku ditransportasikan menuju refinery melalui pipeline. Dalam proses transportasi
crude oil dari SPM ( Single Point Mooring ) keamanan pipa harus terjamin agar tidak
terjadi kebocoran ataupun kerusakan pada pipa. Dalam menunjang proses inspeksi pada
pipa maka digunakan salah satu cara inspeksi yaitu dengan Intelligent Pigging.
Intelligent Pigging merupakan proses inspeksi dengan cara memasukkan Pig ke dalam
jalur pipa dimulai dari ujung sumber hingga ke ujung akhir, dari hasil pigging tersebut
akan diketahui jenis-jenis kerusakan pipa yang dialami. Pada kerja praktik ini penulis
akan mengkaji perbandingan antara magnetic flux lekage pig dan ultrasonic test pig.

1.2. Rumusan Masalah

Beradasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dibuat perumasan masalah dari
kerja praktik ini, adalah :
1. Bagaimana perbandingan antara magnetic flux leakage pig dan ultrasonic test pig?

1.3. Tujuan

Tujuan yang diharapkan dapat diperoleh dalam pelaksanaan kerja prakik ini antara lain :

1. Memperoleh hasil perbandingan antara magnetic flux leakage pig dan ultrasonic test pig.

1.4. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam pelaksanaan kerja praktik ini antara lain :

1. Dapat mengaplikasikan proses Intelligent Pigging pada pipa milik PT. Pertamina RU
VI Balongan
2. Mendapatkan hasil berupa jenis pig yang paling ideal untuk Intelligent Pigging.

2
1.5. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kerja praktik ini dilaksanakan di,

Perusahaan : PT PERTAMINA RU VI Balongan


Alamat : Jalan Raya Balongan Km 9, Balongan

Indramayu, Indonesia
Waktu : 25 Juni 2016 – 25 Agustus 2016 (Selama 2
bulan)

1.6. Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktik

Dalam menjalankan kerja praktik di PT PERTAMINA RU VI Balongan selama 1


bulan dengan jadwal kegiatan yang kurang lebih telah terwakili dengan jadwal yang telah
diajukan pada proposal permohonan kerja praktik yakni sebagai berikut :
Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan Mingguan Kerja Praktik
Jenis Kegiatan Minggu

I II III IV V VI VII VIII

Pengenalan lingkungan kerja dan


observasi
Survey dan Studi Pustaka

Training, pembelajaran, dan


pengumpulan data
Penentuan masalah dan penyelesaian
masalah
Evaluasi dan Penyusunan Laporan

3
BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Profil PT. PERTAMINA (Persero)

PT. PERTAMINA adalah salah satu BUMN milik negara Indonesia yang
bergerak di bidang pengelolaan gas dan minyak bumi. Proses pengolahan minyak bumi
menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi merupakan tujuan utama dari perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi sampai dengan industri petrokimia
hilir.
Sebagai salah satu elemen penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan BBM di
Indonesia tantangan yang dihadapi PT. Pertamina (Persero) semakin berat karena
lonjakan kebutuhan BBM harus diiringi dengan peningkatan pengolahan minyak bumi
agar suplai BBM tetap stabil.
Dalam pembangunan nasional, PT. Pertamina (Persero) memiliki tiga peranan penting,
yaitu:

1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM.

2. Sebagai sumber devisa negara.

3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi

dan pengetahuan.

Untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama di dalam negeri, PT.
Pertamina (Persero) membangun unit pengolahan minyak di berbagai wilayah di
Indonesia.

4
Saat ini PT. Pertamina (Persero) telah mempunyai enam buah kilang, yaitu :

Tabel 2. 1 Kapasitas Produksi Kilang PT. PERTAMINA (Persero)

No Unit Pengolahan Kapasitas (MBSD)

1 RU II Dumai 170.0

2 RU III Plaju 133.7

3 RU IV Cilacap 348.0

4 RU V Balikpapan 260.0

5 RU VI Balongan 125.0

6 RU VII Kasim 10.0

(Sumber : www.pertamina.com, 2016)

2.2 Logo, Slogan, Visi dan Misi Perusahaan

2.2.1 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero)

Visi dan misi PERTAMINA (Persero) adalah sebagai berikut:

Visi:

“Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas


Dunia.”
Misi:
“Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.”

Gambar 2. 1 Logo PT. PERTAMINA (Persero ) (Sumber : www.pertamina.com, 2016


5
Arti Logo :

1. Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan


representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang
bergerak maju dan progresif
2. Warna – warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil
PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif
dan dinamis dimana:
- Biru : mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab

- Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan

- Merah : mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam


menghadapi berbagai macam kesulitan

2.3 Profil PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Kilang Balongan merupakan salah satu kilang yang ada di Indonesia. Kilang ini
dirancang untuk mengolah minyak mentah yang berasal dari lapangan Minas dan Duri.
Pada awalnya kilang ini yang menerima pasokan minyak mentah Duri saja karena
minyak mentah dari Duri ini kualitasnya rendah dengan kandungan residu mencapai
78%. Atas dasar itulah kilang Balongan dibangun dengan teknologi yang lebih tinggi
dibandingkan kilang-kilang sebelumnya yang ada di Indonesia kilang Balongan mampu
mengolah jenis minyak mentah yang kualitasnya rendah menjadi minyak yang lebih
ringan dan berharga.

Unit yang paling terpenting pada kilang ini adalah unit Residue Catalyc
Cracking atau biasa disebut RCC. Unit ini merupakan unit unggulan dibandingkan unit
di kilang-kilang yang lain karena unit RCC di Balongan ini mampu mengubah residu
(sekitar 62 % dari total feed) menjadi minyak ringan yang lebih berharga. Residu yang
dihasilkan sangat besar sehingga sangat tidak menguntungkan bila residu tersebut tidak
dimanfaatkan. Kapasitas unit ini yang sekitar 83.000 BPSD merupakan yang terbesar
di dunia untuk saat ini. Dasar pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk
memenuhi kebutuhan BBM yaitu:

1. Pemecahan permasalahan minyak mentah (Crude) Duri.

2. Antisipasi kebutuhan produk BBM nasional, regional, dan internasional.

6
3. Peluang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi.

2.4 Logo, Slogan, Visi dan Misi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

2.4.1 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan Visi


dan misi PERTAMINA RU VI Balongan adalah sebagai
berikut:
Visi:

Menjadi Kilang Terkemuka di Asia Tahun 2025


Misi:

- “Mengolah crude dan naptha untuk memproduksi BBM, BBK, Residu, NBBM
dan

Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi laba serta berdaya saing
tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.”
- “Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman,
handal, efisien dan berwawasan lingkungan.”
- “Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh sistem
manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan dan
prinsip saling menguntungkan.”
2.4.2 Logo dan Slogan PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Slogan dari PT. Pertamina (Persero) adalah “Renewable Spirit” atau “Semangat
Terbarukan”. Slogan tersebut diharapkan mendorong seluruh jajaran pekerja
untuk memiliki sikap enterpreneurship dan costumer oriented yang terkait
dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.
Logo PT Pertamina (Persero) RU VI memiliki makna sebagai berikut:

1. Lingkaran : fokus ke bisnis inti dan sinergi

2. Gambar : konstruksi regenerator dan reaktor di unit RCC yang menjadi ciri
khas dari PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
3. Warna :

a. Hijau : berarti selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup

7
b. Putih : berarti bersih, profesional, proaktif, inovatif dan dinamis dalam setiap
tindakan yang selalu berdasarkan kebenaran
c. Biru : berarti loyal kepada visi PT Pertamina (Persero)

d. Kuning : berarti keagungan PT Pertamina (Persero) RU VI

2.5 Tata Letak PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Pabrik PT. PERTAMINA (Persero) RU VI didirikan di kecamatan Balongan,


kabupaten Indramayu, Jawa Barat (40 km arah barat laut Cirebon).

Tata letak pabrik disusun sedemikian rupa hingga memudahkan jalannya proses
produksi serta turut mempertimbangkan aspek keamanan dan lingkungan. Untuk
mempermudah jalannya proses produksi, unit-unit dalam kilang disusun sedemikian
rupa sehingga unit yang saling berhubungan jaraknya berdekatan. Dengan demikian
pipa yang digunakan dapat sependek mungkin dan energi yang dibutuhkan untuk
mendistribusikan aliran dapat diminimalisir.

Untuk keamanan, area perkantoran terletak cukup jauh dari unit-unit yang memiliki
resiko bocor atau meledak, seperti RCC, ARHDM, dll. Unit-unit yang berisiko
diletakkan di tengahtengah kilang. Unit terdekat dengan area perkantoran adalah unit
utilitas dan tangki-tangki yang berisi air sehingga relatif aman.
Area kilang terdiri dari :

• Sarana kilang : 250 ha daerah konstruksi kilang

: 200 ha daerah penyangga

• Sarana perumahan : 200 ha berada sekitar di pusat kabupaten Indramayu

Gambar 2.2 Letak Geografis PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

(Sumber : www.google.com/earth/PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan)

8
BAB III

DASAR TEORI

3.1. Pigging

Pigging merupakan salah satu teknik cleaning operation dan inspection bagian dalam
dari suatu jaringan pipa yang berada di darat maupun di laut. Sistem perpipaan ini dapat
menjadi kotor akibat berbagai hal seperti, adanya kerak (scale), korosi, aus, dan lainnya.
Cleaning and detecting bagian dalam pipa dengan sistem ini dilakukan dengan memasukkan
alat Pig kedalam Pig launcher kemudian pig akan meluncur sepanjang jalur pipa dan
diterima oleh pig receiver.

Pada awalnya nama pig muncul karena suara yang ditimbulkannya. Pada saat benda itu
bekerja mulai meluncur di sepanjang pipa, timbul suara menguik seperti babi sehingga
timbulah istilah pig yang diartikan sebagai babi. Kemudian seiring dengan perkembangan
dikenal kepanjangan dari pig adalah pressure inspection gauge (Wikipedia, 2008).

Menurut Cordel dan Panzant (1990) dan Tiratsoo (1992), pada saat ini ada berbagai
macam pig untuk berbagai keperluan. Jika dirangkumkan kegunaan pig yang utama adalah:

1. Memisahkan produk berbeda yang harus mengalir dalam pipa yang sama

2. Membersihkan endapan dan lumpur yang menempel pada pipa

3. Mengkalibrasi alat ukur kecepatan fluida

4. Memoleskan inhibitor korosi ke sepanjang sisi dalam jalur pipa

5. Menghilangkan jebakan cairan dalam aliran gas, atau menghilangkan jebakan gas
dalam cairan

6. Inspeksi bagian dalam pipa.

9
Untuk memenuhi berbagai keperluan, diperlukan berbagai jenis pig sesuai dengan
fungsi dan bentuknya

Belokan pipa harus diatur agar pig dapat berjalan dengan lancar. Radius belokan diatur
dalam standar pemasangan jalur pipa, agar jalur pipa tersebut bersifat piggable atau dapat
dilalui oleh pig. Menurut ukuran Cordel dan Vanzant (1990) belokan disesuaikan dengan
diameter pipa, seperti tercantum dalam table berikut.

Tabel 3.1 Ketentuan belokan pipa yang dapat dilewati Pig

3.2. Jenis-jenis pig

Pembagian jenis pig dapat dilakukan dari berbagai dasar tinjauan. Jika ditinjau dari
kondisi fisiknya pig dapat dibagi menjadu dua (Godevil, 2008), jenis berupa pig fisik
(Physical pig) yang disebut juga sebagai pig konvensional dan pig elektronik
(electronical pig). Pig fisik merupakan pig yang bekerja karena bentuk fisiknya,
sedangkan pig elektronik pada prinsipnya berupa detector yang dimasukkan kedalam
jalur pipa untuk mendeteksi korosi serta kerusakan bagian dalam pipa.
Cara pembagian kedua adalah menurut kegunaanya dan hanya berlaku untuk pig
fisik. Seperti diuraikan oleh Cordel dan Panzant (1990) dan Tiratsoo (1992), ada
berbagai jenis pig, namun jika dirangkum sesuai dengan fungsi jenis pig dapat dibagi
menjadi :
1. Pig pengering
2. Pig pembersih
3. Pig penyekat.

3.2.1 Utility Pig

Utility Pig merupakan salah satu cara yang sederhana untuk melakukan
proses pigging. Utility pigging lebih ditekankan untuk proses pembersihan pada
jalur pipa atau pengeringan pada jalur pipa. Proses ini terdiri dari beberapa jenis
10
pigging antara lain cleaning pig, sealing pig, mandrel pig, foam pig, solid cast pig,
dan spherical pig.

3.2.2 Cleaning Pig

Cleaning Pig merupakan alat pigging yang bergerak di dalam jalur pipa yang
yang berbentuk seperti mangkuk yang terdiri dari pengeruk atau sikat yang berguna
untuk menghilangkan kotoran pada pipa seperti paraffin, karat, kerak fluida, atau
benda asing lainnya yang berada dalam pipa. Cleaning Pig berguna untuk
meningkatkan efisiensi dari pipa tersebut atau untuk persiapan inspeksi internal.

Gambar 3.1 Cleaning Pig (Sumber : www.google.com/cleaning-pig)

3.2.3 Foam Pig

Foam Pig merupakan jenis cleaning pig juga yang digunakan untuk
menghilangkan fluida pada pipa, mengeringkan pipa, memisahkan produk, dan
sebagai bagian dari proses pembersihan pipa yang moderen. Foam Pig terbentuk
dari Polyurethane foam dengan berbagai konfigurasi dari Polyurethane Solid dan
material kasar lainnya yang mengikat Polyurethane foam. Foam Pig ideal untuk
semua tipe pipeline termasuk sistem perpipaan yang kompleks dengan jari-jari pipa
yang kecil atau sambungan yang belok dan pada pipeline yang memiliki variasi
diameter yang signifikan.

11
Gambar 3.2 Foam Pig (Sumber : www.google.com/foam-pig)

3.2.4 Solid Cast Pig

Solid Cast Pig biasanya terbuat dari formulasi High Grade Polyurethane.
Biasanya Solid Cast Pig ini digunakan sebagai sealing pig untuk menghilangkan
serpihan dan menjaga pipeline agar terbebas dari endapan yang terbentuk dari
fluida dalam pipa tersebut. Solid Cast Pigs juga digunakan untuk batching
operations. Solid Cast Pig tidak memerlukan perawatan karena di desain untuk
sekali pakai dan membuat Solid Cast Pig ini cocok ketika Metal Bodied Pigs
tidak cocok untuk digunakan. Fleksibilitas dari Solid Cast Pig ini membuat pig
jenis ini ideal untuk digunakan pada geometri pipa yang kompleks dan pipa
dengan diameter yang kecil yang biasanya digunakan pada pabrik pemrosesan.

Gambar 3.3 Solid Cast Pig (Sumber : www.google.com/solidcast-pig)

12
3.2.5 Spherical Pig

Spherical Pig adalah pig yang sebagian besar digunakan untuk batching atau
operasi pemisahan pada pipeline dan untuk menghilangkan cairan dari pipeline yang
berisi gas. Spherical pig ini biasanya terbuat dari material yang solid atau pun
material yang dapat di pompa seperti balon untuk mengoptimalkan kerjanya dengan
isi glikol atau air. Spherical pig sangatlah adaptif dan ideal terhadap pipa yang
berkelok.

Gambar 3.4 Spherical Pig (Sumber : www.google.com/spherical-pig)

3.3. Intelligent Pigging

Intelligent Pigging merupakan proses pigging yang berbeda dengan utility pigging
karena intelligent pigging digunakan untuk proses inspeksi pada pipeline sedangkan
utility pigging digunakan untuk membersihkan bagian dalam pipeline. Intelligent
pigging digunakan untuk inspeksi bagian dalam pipa agar bisa terdeteksi kerusakan-
kerusakan pada pipeline seperti defleksi, lengkungan, korosi, crack detection, metal-
loss detection dan lainnya.

3.3.1 Geometrical Pig

Geometrical pig merupakan tipe inspeksi yang dikembakan untuk


mengidentifikasi dan mengukur deformasi seperti lekukan, tonjolan, ovalisasi, dan
penyusutan yang terjadi pada pipeline yang dapat menyebabkan bertambahnya

13
tegangan pada pipeline. Deformasi merupakan perubahan dari bentuk lingkaran pada
pipa. Tekanan dalam pipeline dapat menyebabkan deformasi yang tidak sesuai
dengan desain pipeline. Deformasi dapat dikategorikan sebagai berikut :

- Lekukan atau tonjolan

- Ovalisasi

- Penyusutan atau mengkerut

Untuk mendeteksi deformasi tersebut ada tiga cara pigging yang berbeda untuk
mengetahuinya yaitu :

- Mechanical Scanning menggunakan roda pada Geometrical Pig

- Mechanical Scanning menggunakan cup pada Geometrical Pig


- Contact Free Scanning menggunakan prinsip Eddy Current.

Gambar 3.5 Geometrical Pig (Sumber : www.google.com/geometrical-pig)

3.3.2 Wall Thickness Pig

Wall thickness pig digunakan untuk mendeteksi perubahan ketebalan yang terjadi
pada pipeline. Dinding pipa yang menipis akan menyebabkan tegangan membesar yang
menyebabkan umur operasi pipa dapat berkurang dan bias menyebakan kerusakan yang
disebabkan oleh pitting. Penipisan dinding pada dinding pipa adalah berkurangnya
ketebalan dinding pipa baik dari diameter dalam maupun diameter luar pipa yang

14
mungkin disebabkan proses manufaktur pipa atau akibat operasi pada pipa. Beberapa
kategori yang menyebabkan penipisan pada dinding pipa :

- Penipisan akibat suhu fluida yang terlalu panas atau terlalu dingin

- Korosi

- Bekas hasil penggerindaan.

Gambar 3.6 Wall Thickness Pig (Sumber : www.google.com/wallthickness-pig)

3.3.3 Magnetic Flux Leakage Pig

Magnetic Flux Leakage Pig adalah proses pigging yang memiliki proses kerja
menggunakan medan magnet. Pada proses pigging ini dipenuhi dengan medan magnet
yang diproduksi oleh magnet permanen dan ditransmisikan lewat sikat magnet pada
baja dinding pipa. Fluks magnet yang dipantulkan kerusakan pada dinding pipa akibat
penipisan dinding dan gaya dari luar akan direkam oleh sensor. Luasan dari Flux
Leakage berhubungan dengan luasan yang rusak pada dinding pipa. Sensor magnetik
didistribusikan dengan interval 8 mm disekitar lingkaran pipa. MFL pigging hanya
dapat merekam data kualitatif dari penipisan dinding, contoh untuk mengidentifikasi
perubahan ketebalan dinding tetapi tidak menentukan nilai pastinya.
Kerusakan yang dapat diidentifikasi oleh MFL Pig adalah sebagai berikut :

- Material Loss

- Lekukan dan tonjolan yang tajam

- Laminasi terbuka kearah satu permukaan.

15
Gambar 3.7 Magnetic Flux Leakage Pig (Sumber : www.google.com/Magnetic-flux-leakage-pig)

3.3.4 Crack Detection Pig

Crack detection pig merupakan proses pigging yang digunakan untuk


mengidentifikasi keretakan yang terjadi pada pipeline. Keretakan atau cracks
didefinisikan sebagai terpisahnya material akibat potongan baik dengan arah yang lurus
maupun diagonal. Cracks merepesentasikan kerusakan ikatan atau paduan suatu
material yang dapat disebabkan oleh kelelahan pada material, tegangan korosi, dan
kandungan hidrogen pada material. Untuk mendeteksi cracks ini dapat menggunakan
metode MFL dan Ultrasonic Test.

3.3.5 Ultrasonis Test Pig

Ultrasonic test pig merupakan proses pigging yang digunakan untuk


mengidentifikasi kerusakan yang terjadi pada pipeline. Kerusakan seperti korosi,
laminasi, dan penipisan pada dinding pipa. Alat ini menggunakan suara sebagai sumber
untuk proses identifikasi. Getaran pada UT pig memiliki frekuensi yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan frekuensi suara yang dapat kita dengar. Seperti pada gelombang
suara ketika melewati udara, gelombang ultrasonik akan menyebar pada seluruh material
dinding pipa. Ketika getaran mengenai material yang rusak maka gelombang ultrasonik
akan terpantulkan sehingga diketahui ada kerusakan.

16
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

Pada BAB ini akan dibahas mengenai pengerjaan dan analisa untuk mengetahui
perbedaan magnetic flux leakage pig dan ultrasonic test pig pada proses Intelligent
Pigging pada pipa. Alur pengerjaan dan analisa dijabarkan pada diagram alir berikut :

Mulai

Pengumpulan Data

Studi Literatur

Menganalisa prosedur umum Intelligent


Pigging

Perbandingan antara magnetic flux


leakage pig dan ultrasonic test pig

Selesai

Gambar 4.1 Diagram alir pengerjaan

17
4.1 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penjelasan proses kerja Intelligent Pigging yaitu
sebagai berikut:
Pengambilan data properties pipa berguna untuk mengetahui ukuran pig yang akan
digunakan dalam proses Intelligent Pigging.

4.2 Studi Literatur


Dalam perhitungan ini penulis melakukan studi literatur dengan cara mencari dan
membaca sumber pustaka yang berisi mengenai proses intelligent pigging.

4.3 Menjelaskan prosedur Intelligent Pigging


Dalam bagian ini kita dapat mengetahui proses kerja Intelligent Pigging. Dari mulai
persiapan hingga running dari pig itu sendiri.
Setelah dijelaskan proses Intelligent Pigging disetiap bagiannya maka akan dapat
simpulan dari proses kerja Intelligent Pigging tersebut.

4.4 Menjelaskan perbandingan antara magnetic flux leakage pig dan ultrasonic test
pig pada proses Intelligent Pigging
Dalam bagian ini penulis menuliskan perbedaan antara magnetic flux leakage pig
dan ultrasonic test pig dari proses Intelligent Pigging yang digunakan untuk keperluan
maintenance dari jalur pipa tersebut.

18
BAB V
ANALISA TEORI DAN PEMBAHASAN

Pada BAB ini akan dibahas mengenai prosedur umum yang harus dilakukan untuk
melakukan proses inspeksi dengan cara Intelligent Pigging.
5.1 Pengumpulan data
Berikut hal pertama yang harus kita kumpulkan data yaitu data properties dari pipa
yang akan diinspeksi. Data dilampirkan pada lampiran.

5.2 Studi Literatur


Setelah mendapatkan data penulis melakuakan studi literatur guna menunjang
penlitian yang dilakukan. Studi literatur yang dilakukan dengan cara membaca referensi
yang terdapat di buku teks maupun jurnal-jurnal yang tersedia di internet.

5.3 Prosedur umum Intelligent Pigging


Dalam melakukan proses intelligent pigging ada beberapa prosedur yang harus
dilakukan. Hal ini dilakukan agar proses intelligent pigging dapat berjalan dengan
efesien.

5.3.1 Mempersiapkan pig launcher dan receiver


Perancangan untuk meluncurkan pig dilakukan berdasarkan ASME b31.4
b31.8 sesuai POF (Pipeline Operator Forum). Untuk membuat pig meluncur
mengikuti aliran fluida dalam pipa tidaklah mudah. Perlu keterampilan khusus untuk
menjalankan proses pigging, perlu koordinasi yang baik antar personal agar proses
berjalan baik, dan perlu perangkat khusus untuk memasukkan pig kedalam sistem
perpipaan dan mengeluarkannya kembali tanpa menganggu operasi pengaliran
fluida yang dijalani oleh sistem perpipaan. Alat ini disebut pig launcher serta pig
receiver. Pig launcher dan pig receiver sebenarnya adalah benda yang bentuknya
identic hanya fungsinya yang berbeda. Keduanya biasa disebut pig trap.
Alat peluncur pig harus dirancangkan untuk memasukkan pig dengan
mudah, maka badan launcher yang dimasuki pig harus diperbesar 10-15% dari
diameter pipa. Badan pig trap sendiri terdiri dari :
1. Closure, berupa tutup yang menyerupai pintu berbetuk bulat

19
2. Barrel adalah bagian pig trap yang membesar untuk menginisiasi peluncuran
pig di pig receiver dan akhir perjalanan pig di pig launcher. Bagian ini dibuat
membesar untuk memudahkan keluar-masuknya pig. Secara kasar
perbesaran barrel adalah sebagai berikut:
- jalur pipa berdiameter kurang dari atau sama dengan 10 inici perbesarannya 2
inci
- jalur pipa berdiameter 12 sampai 26 inci perbesarannya 4 inci
- jalur pipa berdiameter lebih dari atau sama dengan 28 inci perbesarannya 6 inci
3. Reducer berupa corong yang menghubungkan bagian dengan diameter
sebesar pig trap dengan bagian yang berdiameter sama dengan pipa utama.
Bentuk reducer ada dua macam yang pertama berupa concentric reducer,
yang kedua acentric reducer. Pada masa kini bentuk acentric reducer lebih
disukai, karena jalannya pig melalui reducer ini lebih mulus (smooth) dan
tidak menemui hambatan berupa “grenjulan”.
4. Nominal bore section merupakan bagian setelah reducer dan sebelum
pigging valve yang diameternya sama dengan diameter sistem perpipaan.
5. Pigging line merupakan bagian setelah pigging valve sampai dengan
sambungan T-joint.

Berikut merupakan ilustrasi bentuk pig trap seperti terlihat pada gambar ini :

Gambar 5.1 Pig Trap


(sumber : Offshore Pipelines by Boyun Guo)

Pig launcher dilengkapi dengan berbagai aksesori. Katub yang digunakan


untuk mengatur aliran juga harus ada 3 buah yaitu :

20
1. Pigging valve terletak antara pig trap dengan jalur pipa utama. Valve ini
dilewati pig saat meluncur, biasa disebut juga sebagai isolation valve
2. Mainline valve atau biasa juga disebut dengan bypass atau throttle valve
berfungsi untuk mengalirkan fluida tanpa melalui pig trap. Valve imi pada
hakikatnya merupakan valve yang mengalirkan fluida pada kondisi normal
jika tidak sedang dilakukan proses pigging.
3. Kicker valve mengalirkan fluida ke arah “belakang” pada saat pig berada di
pig launcher serta dibagian “depan” pada saat berada di pig receiver. Fungsi
aliran melalui valve ini adalah untuk menendang pig agar mulai meluncur di
pig launcher serta membuat aliran sementara antara jalur pipa utama dengan
jalur pipa berikutnya dalam pig receiver. Dalam pig receiver, valve yang
menempati posisi ini biasa disebut juga sebagai bypass valve.
Pig launcher juga harus dilengkapi dengan pig signaller yaitu suatu alat yang
dapat mengindikasikan apakah pig sudah melewati titik pengamatan atau belum. Pig
signaller dapat dipasang di pigging line atau di pangkal jalur pipa utama setelah
akhir pig trap.
Urutan prosedur peluncuran pig dalam pig launcher untuk sistem cairan seperti
dipresentasikan oleh Girard (2003) adalah sebagai berikut :
1. Isolation valve dan kicker valve harus tertutup
2. Dalam sistem aliran fluida cair, buka drain valve dan biarkan udara
menggantikan cairan dengan membukan vent valve. Dalam sistem gas alam
buka vent valve dan biarkan tekanan sama dengan tekanan atmosfir.
3. Jika tekanan dalam pig trap dipastikan telah sama dengan 0 psig, dengan vent
dan drain yang tetap terbuka, bukalah closure.
4. Masukkan pig sehingga posisinya tepat menempati bagian reducer sampai
nominal bore.
5. Bersihkan seal dari closure dan permukaan seal yang lain, beri pelumas jika
perlu, kemudian tutup closure dan kunci atau ikat dengan baik untuk
memastikan keamanannya.
6. Tutup drain valve. Isi trap dengan yang dioperasikan secara perlahan dengan
membuka kicker valve sedikit demi sedikit. Selama tahap ini gas terjebak
dibuang melalui vent valve.
7. Jika pengisian cairan telah selesai, tutup vent valve untuk membuat tekanan
sama di kedua sisi isolation valve
21
8. Buka isolation valve, pig siap diluncurkan.
9. Tutup sebagian mainline valve. Tindakan ini akan meningkatkan aliran
melewati kicker valve dan dibelakang pig. Lanjutkan penutupan mainline
valve sampai pig meninggalkan trap dan masuk ke dalam jalur pipa utama,
ditunjukkan oleh pig signaller yang memberi tanda pig lewat.
10. Setelah pig meninggalkan trap dan memasuki jalur pipa utama, buka penuh
mainline valve. Tutup isolation vavle serta kicker valve.
11. Prosedur peluncuran pig selesai
Penerimaan pig dalam pig receiver adalah sebagai berikut :
1. Pig receiver harus memiliki tekanan yang sama dengan jalur pipa utama
2. Buka penuh bypass valve
3. Buka penuh isolation valve dan buka sebagian mainline valve
4. Pantau terus pig signaller untuk mendeteksi kedatangan pig
5. Tutup isolation valve dan bypass valve
6. Buka drain valve dan vent valve
7. Periksa tekanan dalam pig receiver dan pastikan telah menujukan 0 psig atau
biasa disebut “depressurized”
8. Buka closure dan angkat pig dari pig receiver
9. Bersihkan closure dan permukaan sealing yang ada, beri pelumas jika perlu
dan tutup kembali closure sambil dipastikan keamanannya
10. Kembali kondisi pig receiver seperti semula dan pig receiving telah selesai.

22
Tabel 5.1 rekomendasi tekanan dan laju alir untuk melakukan proses pigging.

(Sumber : ASME B31.4 Pipeline Transportations Systems for Hydrocarbon and other Liquids)
5.3.2 Magnetic Flux Leakage Pigging Process
Magnetic flux leakage (MFL) adalah salah satu metode yang paling popular pada
inspeksi pipeline. Ini merupakan Non Destructive Test dengan teknik menggunakan
sensor sensitivitas magnet untuk mendeteksi kerusakan magnetic di daerah
kerusakan baik dari daerah dalam maupun luar. Pada laporan ini akan dijelaskan
mengenai pengukuran dan proses dari data MFL.
Inspeksi dalam untuk pipeline terdapat banyak metode diantaranya adalah
ultrasonik inspesksi, arus eddy inspeksi, dan magnetic flux leakage inspection.
Magnetic flux inspection dan ultrasonic inspection merupakan teknik yang paling
sering digunakan untuk mengevaluasi keutuhan dari suatu pipa. Meskipun berbeda
batasan dampak dan faktor yang mempengaruhi dan kedua hasilnya yang tidak pasti
maka hasil perlu dievaluasi dan kalibrasi kembali. Magnetic flux leakage adalah
metode yang dapat mendeteksi keretakan ketebalan dinding pipa. Metode ini ituitif,
simpel, memiliki sensitivitas yang sangat tinggi dan telah digunakan diberbagai
industri.
Prinsip kerja dari magnetic flux leakage inspection adalah material feromagnetik
yang memimiliki sifat magnet didekatkan pada bagian bawah medan magnet yang
dipilih. Jika tidak terdapat kerusakan pada material maka magnetic flux akan

23
melewati bagian dalam material feromagnetik namun jika terdapat kerusakan karena
permeability dari kerusakan material tersebut banyak sehingga bagian medan
magnet itu dibelokkan. Kemudian dengan menggunakan sensor magnetic yang
sensitif untuk mendeteksi daerah magnetic leakage sebagai respon dari sinyal
elektronik yang didapatkan. Kerusakan karena korosi dapat muncul di permukaan
dalam pipa maupun permukaan luar pipa dan magnetic flux leakage dapat
mendeteksinya tetapi tidak dapat membedakan anatar kerusakan dalam maupun luar.
Meskipun begitu pendekatan dengan klasifikasi berdasarkan support vector machine
akan dapat di presentasikan untuk mendapatkan perbedaan kerusakan tersebut.

Gambar 5.2 prinsip kerja MFL (a) pipa tanpa metal-loss (b) Pipa dengan cacat
(Sumber : Jurnal MDPI Theory and Application of Magnetic Flux Leakage Pipeline Detection)

Sebelum dimulai MFL pigging dinding pipa perlu dimagnetisasi dahulu. Metode
ini terbagi menjadi tiga metode untuk proses magnetisasi pipa yaitu :
1. AC Magnetisasi ini dapat digunakan untuk mendeteksi bagian kerja yang
memiliki permukaan kasar. Metode ini hanya dapat mendeteksi kerusakan
pada permukaan dan dekat permukaan tetapi intesitas dari AC magnetisasi
dapat dikontrol dengan mudah, struktur magnet yang simpel dan harga yang
murah.
2. DC magnetisasi terbagi menjadi DC pulsating current dan DC constant
current. Proses ini dapat mendetek kerusakan dengan kedalaman lebih dari
10mm dan proses magnetisasi akan lebih mudah diatur dengan mengontrol
arusnya.
3. Magnetisasi magnet permanen. Pada proses ini karakteristiknya hampir sama
dengan magnetisasi DC tetapi untuk peningkatan intensitas tidak sebaik
magnetisasi DC.

24
Pengukuran pada MFL pigging process terdapat beberapa metode. Dengan
perkembangan teknologi computer dan sensor metode pengukuran terbagi menjadi
seperti berikut :
1. Metode Induksi Elektromagnetik. Berdasarkan pada hukum Faraday pada
induksi elektromagnetik, ini menjadikan dasar metode pengukuran magnetic.
Ini dapat mengukur DC, AC, dan pulse medan magnet. Alat instrument
pengukuran biasanya menggunakan koil, galvanometer, flux meters
electronic integrators, dan koil magnetometer.
2. Metode Magnetic Resistance Effect. Pada metode ini menggunakan
perbedaan karakteristik pada ketahanan material dibawah medan magnet.
Sensor pada metode ini termasuk semiconductor reluctance elements dan
ferromagnetic thin film reluctance.
3. Metode Hall Effect. Gaya elektromotif dihasilkan oleh arus dari medan
magnet. Perubahan intensitas medan magnet bias didapatkan dengan
mengukur gaya elektromotifnya.
4. Magnetic Resonance Imaging yaitu metode yang bekerja deangan menyerap
atau meradiasikan frekuensi tertentu dari gelombang elektromagnetik pada
medan magnet beberapa partikel mikroskopis akan terinduksi oleh resonansi
yang ditimbulkan. Intesitas medan magnet didapatkan dari pengukuran dari
derajat resonansi.
5. Magneto Optical Method. Pada metode ini menggunakan pendekatan efek
magneto-optical dan magneto-stricture. Sensor fiber optik pada metode ini
memiliki keunggulan yaitu dapat digunakan di lingkungan yang jelek.
Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai kemungkinan dari hasil
magnetic flux leakage pig. Parameter cacat yang diambil pada pembahasan ini
adalah cacat fisik seperti korosi dan penipisan pada dinding pipa.
Untuk mendapatkan hasil dari inspeksi magnetic flux leakage pig denagn tingkat
presisi yang tinggi :
 Kekuatan dari sinyal magnetic flux leakage, pada dasarnya dari analisa dan
perbandingan berbagai sensor, salah satu yang memiliki performa tinggi
seperti sen sitivitas yang tinggi, linier dan anti gangguan sinyal harus dipilih.
Informasi yang cukup bias didapatkan dengan meningkatkan jumlah sensor
dan menggunakan multi-dimensional komposit untuk meningkatkan
kepresisian dari sistem
25
 Penempatan dan pengaturan, pengaturan ditetapkan pada posisi kerusakan
melalui nilai jarak. Untuk mengurangi akumulasi error, seperti tiga metode
seperti mendeteksi rekaman jarak peralatan, penandaan pipeline,dan
menandai jarak per dua kilometer digunakan alat yang spesifik untuk
mengetahui lokasinya.
 Penyimpanan data, karena data yang dihasilkan begitu besar dan rekaman
data yang cepat maka kapasitas yang besar dan dapat tahan akan gangguan
magnetik diadaptasi untuk menjadi alat penyimpanan.
 Performa peluncuran merupakan bagian dasar dari proses ini. Untuk
menajamin keselamatan pengaturan ketika proses sedang berjalan, seperti
proses pembersihan pipelines, pengukuran diameter, dan proses peluncuran
dengan model yang sama harus dilakukan percobaan sebelum tes sebenarnya
dilakukan.
 Untuk membedakan kerusakan pada awalnya menggnakan metode elemen
hingga pada computer dengan simulasi yang dihasilkan dari sinyal magnetic
flux leakage pig tadi.
Menurut Durry et.al (2000) parameter yang digunakan untuk magnetic flux
leakage pig yaitu :
 Desain magnet yang harus kuat untuk bias menangkap densitas fluks
 Tipe sensor dan layout, tiepe sensor yang digunakan adalah koil dan hall
effect devices. Sinyal voltase dibentuk oleh medan magnet pada sensor koil
yang fungsinya untuk mengetahui laju dari cutting lines. Ini akan menjadi
fungsi dari jumlah perputaran koil dan kecepatan pada scanner.
 Pengatur kecepatan beberapa kecepatan terkadang dibutuhkan untuk semua
tipe sensor
 Signal processing, sinyal dari medan magnet realtif kecil dan membutuhkan
penambahan. Ini juga perlu dipisahkan dari suara bising yang tidak
diinginkan.
 Notifikasi kerusakan, saat pig menemukan kerusakan pada pipa. Yang
pertama autostop yaitu pig akan otomatis berhenti ketika menemui kerusakan
dan akan muncul pada tampilan visual. Kemudian ada dynamic display yaitu
ketika menemukan kerusakan pig akan terus berjalan dan kerusakan akan

26
muncul pada tampilan visual. Terakhir adalah computer data acquisition
yaitu semua kerusakan akan terekan oleh computer.
Kemungkinan dari pendeteksian korosi menggunakan magnetic flux leakage pig
adalah akurat dengan batasan-batsan tertentu dengan perlatan yang terawat proses
inspeksi korosi dan ketebalan dinding pipa bisa mendeteksi korosi sampai 10mm
dan penipisan dinding pipa hingga 20%.

5.3.3Ultrasonic test pigging process


Ultrasonic test pig merupakan suato proses NDT (non-destructive test) yang
dilakukan untuk proses inspeksi bagian dalam pipa menggunakan teknologi
ultrasonik. Proses ini menggunakan ultra high frequency energy untuk mengetahui
lokasi kerusakan padapermukaan suatu material. Menurut Lei et.al (2009) pig
dengan metode ultrasonic test mampu menentukankorosi disekitar pipa dengan
menyimpan data pada hard disk yang kemudia data tersebut bias analisa untuk
mengetahui area yang mengalami penipisan dinding pipa sesuai dengan standar dari
API (Americam Petroleum Engoneer).
Terdapat dua metode untuk pada ultrasonic test yaitu :
 Active pulse method, metode ini biasanya digunakan untuk inspeksi dalam seperti
untuk estimasi level cairan pada suatu kolom, pengukuran ketebalan dinding
pipa,NDT tingkat lanjut seperti intelligent pigging.
 Passive sound emission methods, yaitu metode yang digunakan untuk inspeksi
adanya kerusakan yang dinamis pada suatu struktur, misalnya didalam pipa
terdapat pasir yang mengalir.
Proses yang paling mendasar dari ultrasonic test pig mengenai sensor dan
detektor. Sensor merupakan kunci untuk pengaplikasian yang optimal dalam proses
ini karena jika sensor dan detektor tidak lengkap maka proses akan berjalan kurang
baik. Metode untuk memonitor pig dengan menggunakan pig signaling. Dimana
sinyal ultrasonik yang dipancarkan secara permananen diseluruh bagian pipa.
Sebagian sinyal akan dipantulkan oleh dinding pipa dan akan diterima oleh signaler
pada pig untuk bisa mengetahui posisi pig.
Metode ultrasonik lebih sensitif pada saat kondisi scanning permukaan pipa
dibandingkan metode MFL. Hal ini disebabkan oleh contact scanning dan aliran
jarak scanning. Pemantulan pada kerusakan pada pipa akan menyebabkan noise

27
pada tampilan visual yang mengindikasikan adanya kerusakan pada permukaan
dinding pipa.
Menurut Durry et.al (2000) Paramaeter yang digunakan untuk ultrasonic test pig
yaitu :
 Flaw detector, transducer kristal mampu mengatasi untuk mengecek material
yang dengan berbeagai ketebalan akan tetapi dengan jarak yang optimal dan
jumlah energi yang ditrasnsmisi maksismal agar mampu merekam data
kerusakan.
 Couplant method and type, metode yang digunakan untuk ultrasonic test pig
pada proses inspeksi ada dua namun yang digunakan untuk pigging process
adalah metode yang kedua yaitu metode automatic scanning yang dilakukan
pada permukaan yang basah.
 Kalibrator, untuk proses pendeteksian pada proses inspeksi dengan manual
method kalibrasi ini sangat diperlukan karena pada prosses manual tidak bias
hanya dilakukan dengan satu kali pengukuran.
 Scanning technique pada proses ini dilakukan lebih pelan-pelan disbanding
proses dengan MFL pig karena proses perekaman data lebih lambat.
Kemungkinan dari pendeteksian korosi tipe pitting menggunakan ultrasonic test
pig adalah akurat dengan batasan-batasan tertentu. Namun, untuk memerlukan
waktu yang cepat proses ini kurang dianjurkan karena dengan proses yang cepat
pada metode ini akan menyebabkan proses scanning yang kurang bagus.

5.3.4 Perbandingan antara magnetic flux leakage pig dan ultrasonic test pig
Dari penjelasan diatas mengenai magnetic flux leakage dan ultrasonic test
pig dapat diambil perbandingan yang mendasar. Parameter yang diambil untuk
mnegetahui perbandingan antara magnetic flux leakage pig dan ultrasonic test
pig adalah korosi umum dan pitting corrosion.
Pada magnetic flux leakage pig peralatan yang dilakukan lebih sederhana
dibandingkan dengan ultrasonic test pig. Pada ultrasonic test pig diperlukan
tenaga ahli yang sangat cermat dalam pembacaan visual dari data yang
ditampilkan oleh pig tersebut karena proses pendeteksian pitting dan general
corrosion lebih sulit dibandingkan dengan pengukuran ketebalan dinding pipa
dengan metode ini. Penggunaan MFL pig sudah dipakai di berbagai proyek

28
intelligent pigging didunia seperti Offshore Crude Oil Pipeline dari strorage tank
hingga SPM di Kochi, India milik Bharat Petroleum Corporation Limited.
Tabel 5.2 Perbandingan kemampuan pig

MFL pig UT pig


Motor size MagneScan UltraScan
media liquid and gas liquid
Max.pressure 220 bar 120 bar
max.speed 5 m/s 1 m/s
min.speed 0.3 m/s 0.1 m/s
min./max temperature 0 to + 60◦C min10◦C to + 60◦C
min. bend radius 1.5 D 1.5D
min./max. wall thickness 4 mm to 35 mm 5 mm to 45 mm
Inspection Specifications pitting general pitting general
depth sizing accuracy ±10% ±0.5 mm ±1 mm
length sizing accuracy ±10 mm ±15 mm ±6 mm
width sizing accuracy ±20 mm ±12 mm
min.det.depth 8% 1.0 mm
min.det. Pitting diameter 7 mm 5 mm
min.sizable pitting diameter 7 mm 10 mm

Sumber : PII pipeline solutions a GE oil and gas Al Shaheen joint venture
Sesuai dengan analisa diatas untuk deteksi korosi akibat pitting dan
korosi umumnya pada penggunaan MFL pig lebih diunggulkan. Hal ini
terkait dengan analisa sebelumnya dengan tabel 5.1 dimana pada MFL pig
kecepatan untuk melakukan proses pigging bisa lebih cepat dibandingkan
dengan Ultrasonic test pig. Selain dari factor kecepatan dari media yang ada
di pipeline juga UT pig hanya bisa berjalan oleh media liquid sedangkan
MFL pig bisa menggnakan media liquid dan gas.

29
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Pada dasarnya kedua metode ini memiliki keterbatasan dan keunggulan masing-
masing namun dalam analisa ini dapat diambil kesimpulan metode yang paling baik
untuk dilakukan dengan parameter khusus.
Kesimpulan yang diperoleh mengenai analisa perbandingan magnetic flux leakage
pig dan ultrasonic test pig dengan parameter inspeksi pitting corrosion dan general
corrosion adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan MFL pig lebih efektif dibandingkan UT pig untuk mendeteksi
korosi akibat pitting.
2. Kecepatan MFL pig yang lebih cepat dibandingkan UT pig bisa membuat proses
inspeksi lebih ekonomis.
3. Dalam hal akurasi mengenai hasil inspeksi MFL pig dengan UT pig hampir
memiliki tingkat akurasi yang sama.

6.2 Saran
Untuk bisa lebih akurat dalam perbandingan antara Magnetic Flux Leakage pig dan
Ultrasonic Test pig bisa ditambahkan parameter-parameter inspeksi yang akan
dilakukan. Kemudian diadakan pengetesan model sebelum melakukan inspeksi.

30
DAFTAR PUSTAKA
Girard Industries 2010., Pig Launching and Receiving Procedures. Girard Industries,
Houston-Texas. www.girard.com diakses pada tanggal 14 Juli 2016
Guo, Boyun., 2005., “Offshore Pipelines ., U.S.A., Elsevier Inc.
Holstein,Peter et.al., “Ultsonic Pig Detection at Pipelines”., SONOTEC., Germany.
Katalog Metal Loss PII Pipeline Solutions a GE and Al Shaheen joint venture
Pople,Andrew., “Magnetic Flux Leakage Pig ot Ultrasonic Pigs? The Case for
Combined Intelligent Pig Inspections”., PENSPEN Integrity., Newcastle.
Roland Palmer-Jones., “Understanding The Results of an Intelligent Pig Inspection”.,
PENSPEN Integrity., Newcastle.
Shi,Yan et.al..,2015., “Theory and Aplication of Magnetic Flux Leakage Pipeline
Detection”. Vol. 15 No. 12 December 2012 PMC4721765., USA
Tiratsoo, Jrh., 1992 “Pipeline Pigging Technology”., Gulf Professional Publishing
Houston-Texas 2nd Edition.
Wikipedia (2016) Pigging. www.wikipedia.com/pigging diakses pada tanggal 13 Juli
2016
Winters,Bob., Cleaning Pig Designs and Application., U.S.A., NACE Central Area
Conference.
www.NDT.net diakses pada tanggal 18 Juli 2016 pukul 21.32 WIB.

31

Anda mungkin juga menyukai