PENDAHULUAN
2.1.1 Pendahuluan
2.1.1.1 Sejarah Perkembangan PT. Pertamina (Persero)
Pada 1950-an, ketika penyelenggaan Negara mulai berjalan normal sesuai
perang mempertahankan kemerdekaan, Pemerintah Republic Indonesia mulai
menginventarisasi sumber-sumber pendapatan negara, diantaranya dari minyak
dan gas. Namun saat itu, pengelolaan lading-ladang minyak peninggalan Belanda
terlihat tidak terkendali dan penuh dengan sengketa di Sumatera Utara misalnya,
banyak perusahaan-perusahaan kecil saling berebut untuk menguasai lading-
ladang tersebut.
Pada tahun 1960, PT. PERTAMINA direstrukturisasi menjadi PN.
PERTAMINA sebagai tindak lanjut dari kebijakan pemerintah, bahwa pihak yang
berhak melakukan eksplorasi minyak dan gas di Indonesia adalah Negara. Melalui
Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan presiden pada 20 Agustus 1968, PN
PERMINA yang bergerak dibidang produksi digabung dengan PN PERTAMINA
yang bergerak dibidang pemasaran guna menyatukan tenaga, modal dan sumber
daya yang kala itu sangat terbatas. Perusahaan gabungan tersebut dinamakan PN
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PERTAMINA).
Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, Pemerintah
menerbitkan Undang-Undang No. 8 tahun 1971, dimana didalamnya mengatur
peran Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan milik Negara yang ditugaskan
melaksanakan pengusahaan migas mulai dari mengelola dan menghasilkan migas
dari ladang-ladang minyak diseluruh wilayah Indonesia, mengolahnya menjadi
berbagai produk dan menyediakan serta melayani kebutuhan bahan bakar minyak
dan gas di seluruh Indonesia.
Seiring dengan waktu, menghadapi dinamika perubahan di industry minyak
dan gas nasional maupun global, Pemerintah menerapkan Undang-Undang No.
22/2001. Paska penerapan tersebut, Pertamina memiliki kedudukan yang sama
dengan perusahaan minyak lainnya. Penyelenggaraan kegiatan bisnis PSO
tersebut akan diserahkan kepada mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat,
dan transparan dengan penetapan harga yang sesuai yang berlaku di pasar. Pada
17 September 2003 Pertamina berubah menjadi PT. Pertamina (Persero)
berdasarkan PP No. 31/2003. Undang-undang tersebut antara lain juga
mengharuskan pemisahan antara kegiatan usaha migas di sisi hilir dan hulu.
Pada 10 Desember 2005, sebagai bagian dari upaya menghadapi persaingan
bisnis, PT. Pertamina mengubah logo dari lambing kuda laut menjadi anak panah
dengan tiga warna dasar hijau-biru-merah. Logo tersebut menunjukkan unsure
kedinamisan serta mengisyaratkan wawasan lingkungan yang diterapkan dalam
aktivitas usaha Perseroan.
Selanjutnya pada 20 Juli 2006, PT. Pertamina mencanangkan program
transformasi perusahaan dengan 2 tema besar yakni fundamental dan bisnis.
Untuk lebih memantapkan program transformasi itu, pada 10 Desember 2007 PT.
Pertamina mengubah visi yaitu, “Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas
Dunia”. Menyikapi perkembangan global yang berlaku, Pertamina mengupayakan
perluasan bidang usaha dari minyak dan gas menuju ke arah pengembangan
energy baru dan terbarukan, berlandaskan hal tersebut di tahun 2012 Pertamina
menetapkan visi baru perusahaannya yaitu, “Menjadi Perusahaan Energi Nasional
Kelas Dunia”.
3. Transportasi
Lokasi kilang PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan berdekan dengan
jalan raya dan lepas pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga
memperlancar distribusi hasil produksi, terutama untuk daerah jakarta dan jawa
barat. Marine facilities adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan
bongkar muat crude oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar
tangker, SBM, rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran
peralatan dan produk (propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG
dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan jetty facilities.
4. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dipakai di PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
terdiri dari dua golongan. Golongan pertama adalah yang dipekerjakan pada
proses pendirian kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal non-skill
sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar. Sedangakan golongan
kedua adalah yang dipekerjakan untuk proses pegoperasian, berupa tenaga kerja
PT. Pertamina (Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang di
Indonesia.
102
2.Pertamax
Bilangan oktan : min 92
Kandungan belerang, %wt : max 0,1
Kandungan timbal, g/ml : max 0,013
Kandungan aromatik : max 50
Densitas, kg/m3 : max 780
Kandungan merkaptan, %wt : max 0,002
Warna : biru
3.Pertamax Plus
Bilangan oktan : min 95
Kandungan belerang : max 0,1
Kandungan timbal, g/ml : max 0,013
Kandungan aromatik : max 50
Densitas, kg/m3 : max 780
Kandungan merkaptan : max 0,002
Warna : merah
Getah purwa, mg/100 ml :4
5.Decant Oil
Viskositas, CSTS pada 122°F : max 180
Kandungan sulfur, %wt : max 4
Kandungan abu, %wt : max 0,1
Flash point, °C : max 62
Kandungan katalis, ppm : max 30
6.LPG
RVP pada 100°F, psig : max 120
Copper Strip Corrotion, 3h/122°F : max nomor 1
Kandungan metana, %wt :0
Kandungan etana, %wt : max 0,2
Kandungan propane & butane, %wt : max 97,5
Kandungan pentane, %wt : max 2,5
Merkaptan, ml/1000 USG : 50
7.Propylene
Propylene, %mol (kemurnian) : min 99,6
Total paraffin, %mol : max 0,4
Kandungan metana, ppm : max 20
Kandungan etilen, ppm : max 25
Kandungan etana, ppm : max 300
Kandungan propane, ppm : max 5
Kandungan pentane, ppm : max 10
Asetilen, ppm : max 5
Metiasetilen, propadien, butadien : max 2
Total butane, ppm : max 100
Pentane, ppm : max 100
Hidrogen, ppm : max 20
Nitrogen, ppm : max 100
CO, ppm : max 0,5
BBM
Non BBM
LPG 700 Ton/hari
Propylene 600 Ton/hari
Ref. Fuel Gas Sulfur 125 Ton/hari
30 Ton/hari
BBK
2. Produk Samping
Produk samping dari minyak bumi biasanya limbah senyawa sulfur
berupa gas yang akan dibuat padatan sulfur sebagai bahan kosmetik dengan laju
alir sebesar 27 ton/jam. Sulfur padata yang dihasilkan tersebut biasa dijual
langsung ke pasaran. Pengolahan limbah ini pada dasarnya tidak
menguntungkan secara komersial, tetapi lebih diutamakan pada pengurangan
limbah ke lingkungan agar tidak mengganggu masyarakat setempat.
2.1.2.4 Utilitas
Unit pendukung proses atau sering pula disebut unit utilitas merupakan
sarana penunjang proses yang diperlukan pabrik agar dapat berjalan dengan baik.
Pada umumnya, utilitas dalam pabrik proses meliputi air, udara dan listrik.
Penyediaan utilitas dapat dilakukan secara langsung dimana utilitas diproduksi di
dalam pabrik tersebut, atau secara tidak langsung yang diperoleh dari pembelian
ke perusahaan-perusahaan yang menjualnya.
Unit pendukung proses yang terdapat dalam pabrik T-Butyl Alcohol antara lain:
4. Tahun 1984-sekarang
Mulai tanggal 4 maret 1984 pengelolaan PT. Madubaru diserahkan pada PT.
Rajawali Nusantara Indonesia, berdasarkan kontrak manajemen 10 tahun pertama.
Sampai saat ini saham PT. Madu Baru sebesar 65% dipegang oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono dan 35% dipegang oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan
keputusan Menteri BUMN No.KEP-01/MBU/2003 tanggal 4 Februari tahun 2003
dan telah diundangkan dengan Peraturan Pemerintah No.03 tahun 2004 tanggal 14
Januari 2004 tentang penambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia
kedalam modal saham perusahaan PT. Rajawali Nusantara Indonesia sebesar
35%, maka PT. Rajawali Nusantara Indonesia saat ini sebagai pemegang saham
minoritas PT. Madubaru Yogyakarta.
2. Bahan pembantu
b. Pemurnian Nira
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula
yaitu cara defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula
di indonesia memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat
biaya produksi, bahkan pemurnian mudah di dapat dan gula yang
dihasilkan adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Sumber).
Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan
saringan Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah kapur
tohor dan gas sulfit dari hasil pembakaran.
Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan
susu kapur dalam defekator, kemudian diberi gas SO2 dalam peti
sulfitasi, dipanaskan dan diendapkan dalam alat pengendap. Nira kotor
yang diendapkan kemudian disaring menggunakan Rotery Vaccum Filter.
Dari proses ini dihasilkan nira jernih dan endapan padat berupa blotong.
Nira jernih yang dihasilkan kemudian dikirim kestasiun penguapan.
d. Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu
pan vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-
menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai
produk,dan gula D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur
untuk dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan
dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya
650c. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi.
Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (Stroop).
Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu didinginkan pada palung
pendinginan (kultrog).
Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi,
kira-kira 20% . Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan
gula kering,untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula
tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan
dengan cara alami atau dengan memakai udara panas kira-kira
800c.pengeringan gula secara alami dilakukan dengan melewatkan SHS pada
talanggoyang yang panjang. Dengan melalui talang ini gula diharapkan dapat
kering dan dingin. Proses pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang
yang lebih luas dibandingkan cara pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula
menggunakan cara pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar prinsip aliran
berlawanan dengan aliran udara panas.
2. Bioetanol
Bahan baku yang digunakan untuk membuat bioetanaol adalah tetes, yang
merupakan hasil sampingan dari PG. Madukismo. Proses yang dipakai adalah
peragian (fermentasi), dari ragi yang dipakai : Sacharomyces Cereviceae. Enzim
yang ada dalam ragi ini mengubah gula yang masih ada dalam tetes menjadi
alcohol dan gas CO2
Reaksi kimia :
Penyulingan
a. Kolom Maische
b. Kolom Rectifiser
c. Kolom Voorloop
d. Kolom Nachloop
Penyulingan menggunakan tenaga uap dengan tekanan 0.5 kg/cm2 suhu 120º
a. Kolom Maische:
Alkohol kasar kadar ± 45% → masuk ke Kolom Voorloop
Hasil bawah : Vinase dibuang
b. Kolom Voorloop
Hasil atas : Alkohol teknis kadar : 94% masih mengandung aldehid,
ditampung sebagai hasil. Hasil bawah : Alkohol mudah kadar ± 25% →
masuk ke Kolom Rectifiser.
c. Kolom Rectifiser
· Hasil atas : alkohol murni (prima 1) kadar minimal 95% ditampung
sebagai hasil.
· Hasil tengah : alkohol mudah yang mengandung minyak Fusel, masuk
Kolom Nachloop
· Hasil bawah : Lutter washer, air yang bebas alkohol, kadang-kadang bila
perlu sebagian digunakan untuk menamnah kolom Voorloop sebagai
bahan penyerap alkohol dan sebagian dibuang.
d. Kolom Nachloop
1. Utilitas
Utilitas yang diperlukan untuk menjalankan proses produksi di Pabrik
Spiritus Madukismo meliputi air, listrik dan steam.
Air
Kebutuhan air di Pabrik Spiritus Madukismo diperoleh dari sungai
winongo yang terletak disebelah timur pabrik. Air yang dipakai dapat
dikategorikan 3 jenis yaitu air kali, air bersih dan air sumur bor. Air kali
merupakan air sungai yang pengolahannya hanya dilakukan penyaringan saja.
Sedangkan air bersih merupakan air sungai yang diolah dalam unit pembersih air.
Untuk pembersih air terdiri dari dua unit yang digunakan secara bergantian
dengan kapasitas 80-90 m3/jam. Setiap unot terdiri dari:
1. Dua buah tangki saringan pasir yang masing masing volumenya 21,226 m3
yang berfungsi untuk menyaring kotoran kotoran yang terdapat dala air
sungai.
2. Tangki saringan arang aktif (volume 21,226 m3) yang berfungsi untuk
mengikat kelebihan khlor dan menghilangkan bau.
3. Tangki hydrophor (volume 11,775 m3) yang berfungsi untuk membuat
tekanan dan kecepatan aliran keluar konstan, dengan tekanan maksimum
yang dihasilkan sebesar 4 kg/cm2
Unit pembersih air juga dilengkapi dengan bak penampung porselin yang
memiliki volume 22,5 m3. Bak penampung porselin ini berfungsi sebagai
penyedia air proses, MCK dan sebagainya. Selain itu terdapat tangki penguras
dengan volume 24,915 m3 yang selalu terisi penuh dengan air bersih. Tangki
penguras ini berfungsi sebagai penyedia air pencuci untuk tangki-tangki unit
pembersih air. Pencucian dilakukan jika tekanan dalam tangki pembersih
mencapai 10 mWs, menandakan tangki telah kotor.
Air umpan boiler
Pabrik Spiritus Madukismo menggunakan pembangkit steam sendiri,
sehingga air umpan boiler juga harus dapat dibuat sendiri. Air untuk umpan boiler
ini di dapat dari bak penampung porselin yang kemudian diturunkan
kesadahannya dengan disaring pada tangki softener yang berisi pasir resin.
Tangki softener terdiri dari dua buah tangki yang dipakai secara
bergantian. tangki ini perlu di kuras secara berkala denga menggunakan air garam.
Setelah kesadahan menunjukkan angka yang meningkat, maka tangki perlu
dikuras. Setelah disaring melalui tangki softener ini kemudian air umpan boiler
ditambahi dengan zat tambahan sebelum dimasukkan dalam unit pembangkit
steam.
Listrik
Teanaga listrik yang digunakan oleh Pabrik Spiritus Madukismo dipenuhi
oleh Pabrik Gula Maduksimo yang mempunyai 3 generator uap dan 4 generator
diesel. Generator uap digunakan apabila musim giling, sedangkan generator diesel
digunakan pada masa tidak giling. Kebutuhan listrik PS kira kira 350 KW//jam
dengan tegangan 380 V, 220 V, 110 V dan 24V
Udara
Udara diperlukan untuk aerasi pada tahap pembiakan ragi pada tangki
pembibitan. Udara tersebut dibutuhkan untuk mengakomodasi pembiakan sel
secara aerobik.
Kebutuhan udara ini dipenuhi dengan sebuah kompresor tenaga listrik
yang mempunyai tekanan maksimum 4 kg/cm2. Sebelum dialirkan udara
ditampung dalam tangki kompresor udara dan dilewatkan tangki penyaring udara
yang berisi silika gel. Kebutuhan udara untuk aerase sebesar 12 m2/jam.
Steam
Kebutuhan steam Pabrik Spiritus Madukismo berasal dari unit pembangkit
steam dengan bahan bakar batubara, yang bernama Basuki. Spesifikasi uap yang
dihasilkan memiliki temperatur 120-1300C dengan tekanan sekitar 0,5 kg/cm2.
Kapasitas pemakaian steam Pabrik Spiritus Madukismo adalah 60-70 ton/hari.
2. Pengolahan lingkungan
Pengolahan Limbah
Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik spirtus, pengolahan limbah diolah
dalam Unit Pengolahan Limbah Cair Waste Water Treatment atau Sewage
Treatment Plant (STP) Pabrik Madukismo.
Jumlah limbah cair dari pabrik spirtus yang berupa vinase lebih kurang
480 m3/hari, sedangkan jumlah limbah cair dari pabrik gula 50 m3/hari.
Sistem pengolahan
Sistem pengolahan yang dipakai dalam menangani limbah cair Pabrik
Spiritus Madukismo adalah dengan perpaduan antara pengolahan fisik, mekanik,
biologis, dan kimia fisika.
Tahap pengolahan
Terdiri dari:
1. Pemipaan, merupakan jarignan penghubung sumber-sumber penghasil
limbah cair ke instalasi sewage treatment plant.
2. Bangunan pengolahan, yang terdiri atas:
a. Assenering
b. Bak-bak pengolahan dari unit-unit sewage treatment plant
SATUAN
INTERN
BID. PENGAWASAN ADMINISTRASI
KOMP.
BIRO PERSONALIA
& PERUSAHAAN
SEKRETARIS
BIRO.HUMAS
BIRO. HUKUM
PENGENDALIAN
PERENCANAAN
USAHA
KOMP.
BIRO ANGGARAN
KEUANGAN
SDM & UMUM
KOMP.
DEP. AKUNTANSI
DIR.
DEP. KEUANGAN
BIRO PENGADAAN
TEKNOLOGI
B. INSPEKSI TEKNIK
PABRIK I PABRIK II PABRIK III
DEP. PRODUKSI II
KOMP.
DEP. PEMELIHARAAN II
DEP. PRODUKSI I
KOMP.
DEP. PEMELIHARAAN I
UTAMA
STAF
3. Pabrik O2 Cair
Kapasitas Produksi : 7.500 Ton/th
Bahan Baku : Udara
Bentuk/Sifat : Cairan, mudah menguap
Spesifikasi O2Cair( SNI 06-0031-1990 ) :O2 % : 99.5 min
Kemasan : Tangki isi 4.5 ton
Kegunaan : Pengelasan, Pemotongan logam,
Perbengkelan, Penyulingan/pengilangan minyak, Peleburan logam,
Pengecoran, Membuat gas sintesa untuk produksi ammonia/methyl
alcohol/Acetylene, gas injection dalam penjernihan air, bidang
kedokteran.
4. Pabrik N2 cair
Kapasitas Produksi : 8.000 Ton/th
Bahan Baku : Udara
Bentuk/Sifat : Cairan, mudah menguap
Spesifikasi N2 Cair ( SNI 06-0042-1987 ) :
N2 % : 99.7 min
O2 % : 0.05 maks
H2 ppm : 20 maks
CO2 ppm : 10 maks
Kemasan : Tangki isi 4.5 ton
Kegunaan :Pembuatan ammoniak, Cyanida, Pemadam
kebakaran, Pengawetan bahan makanan, Industri listrik.
5. Pabrik ZA I & III ((NH4)2SO4)
Kapasitas Produksi : 400.000 T/th
Bahan Baku : NH3 dan H2SO4
Bentuk/Sifat : Padatan Tidak Higroskopis, Mudah lrt dlm
air
Spesifikasi ZA ( SNI 02-1760-2005 ) :
Nitrogen % : 20.8 min
Belerang % : 23.8 min
Asam bebas %: 0.1 maks
Kadar Air %: 1.0 maks
Kegunaan : Sebagai sumber unsur hara nitrogen dan
belerang bagi tanaman, bahan baku pembuatan herbisida
Pabrik II
1.Pabrik SP-36
Kapasitas Produksi : 1.000.000 T/th
Bahan Baku : Batuan fosfat (P. Rock), H3PO4 , danH2SO4
Bentuk/Sifat : Padatan tidak Higroskopis, Mudah larut dalam air
Spesifikasi SP-36 ( SNI 02-3769-2005 ) :
P2O5 total % : 36 min
P2O5 CS 2% : 34 min
P2O5 WS % : 30 min
Belerang % :5 min
Asam bebas % : 6 maks
Kadar Air % : 5 maks
Kegunaan : Sebagai sumber unsur hara fosfat bagi
tanaman
5. Pabrik TSP
Kapasitas Produksi : Tergantung Pemesanan Bahan Baku
Batuan fosfat (P. Rock) : H3PO4 , danH2SO4
Bentuk/Sifat : Padatan tidak Higroskopis, Mudah larut
dalam air
Spesifikasi TSP ( SNI 02- 0086 - 2005 ) :
P2O5 total % : 45 min
P2O5 CS 2% % : 40 min
P2O5 WS % : 36 min
Asam bebas % :6 maks
Kadar Air % : 5 maks
Kegunaan : Sebagai sumber unsur hara Fosfat bagi tanaman
7. Pabrik ZK K2SO4
Kapasitas Produksi : 10.000 T/th
Bahan Baku : H2SO4 dan KCl
Bentuk/Sifat : Padatan tidak Higroskopis, Mudah larut sdalam air
Spesifikasi ZK ( SNI 02 - 2809 - 2005 ) :
K2O % : 50 min
Belerang % : 17 min
Asam bebas % : 2.5 maks
Klorida % : 2.5 maks
Kadar Air % : 1.0 maks
Kegunaan : Sumber unsur hara kalium dan belerang bagi
tanaman.
8. Pabrik HCl
Kapasitas Produksi :-
Bahan Baku : H2SO4 dan KCl
Bentuk / Sifat : Cairan yang sangat korosif
Spesifikasi HCl ( SNI 06 - 2557 - 1992 ) : Type 2
Klorida sebagai HCl % : 31 min
Sisa pemijaran % : 0.2 maks
Besi sebagai Fe2O3 % : 0.02 maks
9. Pabrik Petroganik
Kapasitas Produksi : 10.000 T/th
Bahan Baku : Kotoran Hewan
Bentuk/Sifat : Granul tidak Higroskopis, Mudah larut
dalam air
Spesifikasi PETROGANIK :
C Organik % : 12.5
C / N Ratio % : 10 – 25
Air % : 4 – 12
Kegunaan : Sumber unsur hara C Organik, nitrogen
bagi tanaman.
Pabrik III
1. Pabrik Asam Sulfat H2SO4
Kapasitas Produksi : 550.000 T/th
Bahan Baku : Belerang & Udara kering
Bentuk/Sifat :Cairan
Spesifikasi Asam Sulfat H2SO4 ( SNI 06 - 0030- 1996 ) :
H2SO4 % : 98 min
Sisa Pemijaran% : 0.03 maks
Klorida, Cl ppm : 10 maks
Nitrat, NO3 ppm :5 maks
Besi, Fe ppm : 50 maks
Timah, Pb ppm : 50 maks
Kemasan : Tangki isi 4.5 ton
Kegunaan :Bahan baku pupuk ZA, SP-36, Gypsum,
Asam Fosfat, Tawas, Utilitas pabrik I, Bahan baku detergen, Industri
MSG, Lysine-HCl, Tekstil, Pengelolaan Oil bekas, dll.
2. Pabrik Asam Fosfat H3PO4
Kapasitas Produksi : 200.000T/th
Bahan Baku : Batuan fosfat (Ca3PO4) & H2SO4
Bentuk/Sifat :Cairan
Spesifikasi Asam Fosfat H3PO4( SNI 06 - 2575- 1992 ) : Grade II
P2O5 % : 50 min
SO3 % : 4.0 maks
CaO % : 0.7 maks
MgO % : 1.7 maks
Fe2O3 % : 0.6 maks
Al2O3 % : 1.3 maks
Cl % : 0.04 maks
F % : 1.0 maks
Kemasan : Tangki isi 4.5 ton
Kegunaan : Baku pupuk fosfat (TSP, SP-36,
Superphos, NPK, DAP), Sodium Tripoly Phosphate, Pengelolaan nira
pada pabrik gula, Chemical Cleaning, bahan baku Lysine-HCl
1. Pabrik AlF3
Kapasitas Produksi : 12.600 T/th
Bahan Baku : Al(OH)3 & H2SiF6
Bentuk/Sifat :Kristal yang tidak larut dalam air
Spesifikasi AlF3( SNI 06 - 2603- 1992 ) :
Purity % : 94 min
SiO2 % : 0.25 min
P2O5 % : 0.02 min
Fe2O3 % : 0.07 min
BD Unt % : 0.700 min
Ukuran butir : (Quality Plant)
+ 150 Tyler Mesh % : 20 – 50
+ 200 Tyler Mesh % : 50 – 75
+ 325 Tyler Mesh % : 75 – 96
Kemasan : Fleksibel Kontainer isi 1 ton
Kegunaan :Sebagai bahan untuk proses peleburan
Alumunium
5.Pabrik ZA II - (NH4)2SO4
Kapasitas Produksi : 250.000 T/th
Bahan Baku : NH3CO3& CaSO4 2 H2O
Bentuk/Sifat : Padatan Tidak Higroskopis, Mudah lrt dlm air
Spesifikasi ZA ( SNI 02-1760-2005 ) :
Nitrogen % : 20.8 min
Belerang % : 23.8 min
Asam bebas % : 0.1 maks
Kadar Air % : 1.0 maks
Kegunaan : Sumber unsur hara nitrogen dan belerang bagi tanaman,
bahan baku pembuatan Herbisida dan Lisin.
2.3.6.2.Proses Produksi
- Proses Granulasi
- Pengeringan Produk
3.2
BAB IV
PENUTUP