Anda di halaman 1dari 2

Kuliah kerja lapangan yang diadakan di PT.

PERTAMINA (PERSERO) RU VI
Balongan ,PT. Madubaru PG-PS Madukismo Bantul, dan PT. Petrokimia Gresik dilakukan
untuk melihat proses-proses yang ada di industri tersebut dan mengenalkan peralatan industri
yang nyata, serta mengetahui sistem kerja, struktur organisasi, sistem Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang diterapkan dan tanggung jawab kepada lingkungan.
PT. Petrokimia gresik beroperasi secara resmi pada tanggal 10 juli 1972 oleh presiden
republik indonesia soeharto. Tanggal 10 Juli kemudian ditetapkan sebagai hari jadi PT.
Petrokimia Gresik. Seiring dengan perjalanan waktu serta perkembangan perekonomian
nasional dan global, PT Petrokimia Gresik pun mengalami perubahan status perusahaan, pada
tahun 2012 struktur korporasinya berada di bawah PT Pupuk Indonesia (Persero) atau Pupuk
Indonesia Holding Company (PIHC). Pabrik PT Petrokimia Gresik dapat memproduksi
4.430.000 ton pupuk dan 1.647.600 ton produk non pupuk. PT Petrokimia Gresik mempunyai
tiga unit departemen produksi/pabrik, yaitu Departemen Produksi I (unit pupuk Nitrogen),
Departemen Produksi II (unit pupuk Fosfat) dan Departemen Produksi III (Unit Asam Fosfat)
dan mengoprasikan 21 pabrik yang terdiri atas 16 pabrik yang memproduksi pupuk Urea,
pupuk Fosfat, Pupuk ZA, pupuk majemuk PHONZKA, pupuk NPK, pupuk ZK (K2SO4) dan
pupuk Petroganik, serta 5 Pabrik yang memproduksi produk non pupuk mencakup Amoniak,
Asam Sulfat, Cement Retarder dan Aluminium Flourida.
RU VI Balongan mulai beroperasi sejak tahun 1994. Kilang ini berlokasi di Indramayu
(Jawa Barat) sekitar ±200 km arah timur Jakarta, dengan wilayah operasi di Balongan,
Mundu dan Salam Darma. Bahan baku yang diolah di Kilang RU VI Balongan adalah
minyak mentah Duri dan Minas yang berasal dari Propinsi Riau.
Pada tahun 1966 BPU-PPN bubar, sehingga PG Madubaru memilih Perseroan Terbatas
(PT) sebagai bentuk dari perusahaan dan disebut P2G Madubaru PT, yang membawahi PG
Madukismo dan PS madukismo. Dengan susunan direksi yang dipimpin oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX sebagai presiden direkturnya pemerintah untuk mengelolanya
berdasarkan kontrak manajemen yang ditandatangani pada tanggal 14 maret 1984 oleh
direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia Mohammad Yusuf dan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX selaku pemegang sero terbesar. Pada tahun 2004 saham pemerintah
diambil alih oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia sehingga kepemilikan saham menjadi
35% PT. Rajawali Nusantara Indonesia dan 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Sejak tahun 1975 berdasarkan impress No. 9/75 yang menyatakan bahwa pada akhir
repelita II, pabrik pabrik gula tidak diperbolahkan menyewa tanah milik petani, sedangkan
penyediaan tebu seluruhnya adalah dari Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), dan pabrik gula
hanya membantu dalam penebangan dan pembibitan paket kredit dan penyuluhan saja.
Sistem yang dipergunaan adalah bagi hasil sesuai dengan rendemen gula dari tebu milik
petani.

Anda mungkin juga menyukai