Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa hendaknya memiliki kemampuan teoritis dan aplikatif dalam
menunjang proses studi yang merupakan persiapan dalam menghadapi dunia kerja
setelah mereka dinyatakan lulus dari perkuliahan. Pengetahuan yang bersifat teori
merupakan pengetahuan yang konseptual, diperoleh melalui kegiatan perkuliahan
di kampus, penting dikuasai sebagai dasar pemikiran. Pengetahuan yang bersifat
aplikatif atau praktis, dapat diperoleh pada kegiatan praktikum di laboratorium
yang menunjang kegiatan tersebut. Di samping itu, pengetahuan yang tak kalah
pentingnya adalah pengetahuan praktis yang berhubungan dengan dunia kerja
yang riil yang diperoleh di luar jam perkuliahan, untuk dimiliki sebagai bekal
pengalaman berhadapan langsung dengan kenyataan di dunia kerja.
Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah dalam kurikulum jurusan
Teknik Elektro Konsentrasi Teknik Tenaga Listrik Universitas Sriwijaya. Dalam
kerja praktek diharapkan mahasiswa dapat mengetahui penerapan ilmu
pengetahuan teori bidang listrik terdepan sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar kesarjanaan.
PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III PLAJU sebagai salah
satu unit pengolahan dari perusahaan pertambangan minyak dan gas terbesar di
indonesiahensih tentunya menerapkan aplikasi dari ilmu dan teknologi bidang
listrik terdepan dan terintegrasi dalam pengoperasiannya, kami pandang sebagai
tempat yang sangat sesuai untuk melaksanakan kerja praktek. Atas pertimbangan
tersebut, kami melukakan permohonan untuk melakukan kerja praktek di PT
PERTAMINA (PERSERO) RU III PLAJU. Kerja praktek ini tentunya akan
menjadi bekal bagi kami dalam memasuki dunia kerja nantinya.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Manfaat Kerja Praktek


Setelah melaksanakan kerja praktek ini, beberapa manfaat yang

dapat diambil antara lain :


A.

Bagi Mahasiswa
-

Telah melaksanakan salah satu mata kuliah wajib pada Jurusan


Teknik Elektro di Universitas Sriwijaya.

Mengetahui

ruang

lingkup

dan

gambaran

tentang

PT.PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III PLAJU.


-

Mengenal peralatan peralatan yang digunakan dilokasi kerja


praktek serta aplikasinya.

Mempelajari

secara

langsung

sistem

kelistrikan

PT.

PERTAMINA (Persero) RU III terutama pada pembangkit listrik.


-

Menerapakan hasil yang diperoleh untuk mengembangkan


potensi diri mahasiswa.

Sebagai sarana bekerja profesional agar mampu bersaing di Era


globalisasi.

B.

Bagi Universitas Sriwijaya


-

Merupakan wujud kerja sama antara pihak Universitas


Sriwijaya dengan PT.PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT
III PLAJU.

Memperoleh masukan - masukan dari pelaksanaan kerja


praktek ini.

Mempersiapkam mahasiswa dalam menghadapi era globalisasi


dengan kondisi yang penuh persaingan.

C.

Bagi

PT.PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III

PLAJU.
-

Menerima masukan-masukan dari mahasiswa dalam


bentuk laporan selama kerja praktek.

Merupakan wujud kepedulian terhadap peningkatan


kualitas diperguruan tinggi.

Tujuan Kerja Praktek


Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut :
- Sebagai studi banding mahasiswa antara teori dasar yang didapat bangku
kuliah dengan aplikasi didalam dunia industri.
-

Menjalani kerjasama yang baik antara PT.PERTAMINA


(Persero) Refinery Unit III Plaju dan Universitas Sriwijaya

Mengetahui Sistem Kerja Pembangkit Listrik dan Sistem Distribusi Listrik

secara langsung.
Untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat di PLTG,PLTD
dan PLTU di PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju.

1.3 Batasan Masalah


Dalam penulisan laporan kerja praktek ini untuk lebih memfokuskan
permasalahannya, maka dibuat batasan masalah sebagai

yaitu : pembahasan

tentang Keandalan Sistim Distribusi Listrik Di Substation 2001K PT. Pertamina


(Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong

1.4 Bentuk Kegiatan


Kegiatan kerja praktek dilaksanakan dengan cara bekerja di perusahaan
dengan mendapatkan bimbingan secara langsung dari pembimbing lapangan yang
sudah ditunjuk oleh perusahaan. Adapun bentuk kegiatan dari kerja praktek ini
meliputi :
1. Pengenalan organisasi
2. Manajemen dan operasi perusahaan
3. Sistem pembangkit dan sistem distribusi.
1.5 Pelaksanaan
Tanggal
Tempat

: 07 September 2011 08 November 2011


: PT.PERTAMINA (PERSERO) RU III PLAJU
Jalan Beringin No. 1 Komperta Plaju Palembang 30268

Dengan jadwal kegiatan sebagai berikut :


07 September 2011

: HR Development
Safety/security

07 September 2011 09 September 20011

: Utilities

12 September 2011 07 November 2011

: Maintenance Area II

08 November 2011

: HR Development

1.6 Metode Pengumpulan Data


1. Metode Wawancara
Metode ini dilaksanakan melalui tanya jawab secara langsung kepada
karyawan atau pembimbing mengenai sistem kelistrikan di Unit
Pengolahan III Plaju.
2. Metode Observasi Lapangan

Metode ini dilaksanakan dengan peninjauan lapangan untuk melihat dan


mengamati secara langsung peralatan peralatan yang di pakai untuk
memenuhi kebutuhan listrik Unit Pengolahan III Plaju.

3. Metode Studi Pustaka


Metode ini dilaksanakan dengan mencari referensi,dan pengambilan data
dari internet untuk kemudian dibandingkan dengan apa yang telah
didapatkan selama berada di lapangan secara langsung.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang dipergunakan dalam penulisan laporan kerja
praktek ini meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, batasan masalah,
bentuk kegiatan, pelaksanaan, metode pengumpulan data dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM
Menjelaskan mengenai sejarah singkat, struktur organisasi, wilayah operasi.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Menjelaskan tentang sistem kelistrikan di PT PERTAMINA RU III.
BAB IV PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang Keandalan Sistim Distribusi Listrik Di Substation 2001K
PT.Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong
BAB V PENUTUP

Kesimpulan dan saran terhadap pembahasan tentang Keandalan Sistim Distribusi


Listrik Di Substation 2001K PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong

BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah singkat pertamina RU III Plaju
Sebelum perang dunia II, Indonesia merupakan penghasil minyak di Timur
jauh dengan hasil rata-rata 62 juta barel/tahun. Pada waktu itu perindustrian
minyak indonesia dikuasai oleh perusahaan SHELL dan SVPM, dengan daerah
operasi SHELL mulai dari sumatera Utara sampai Irian jaya, kecuali daerah
Sumatera Selatan yang dikuasai oleh SVPM. Di Sumatera selatan pencarian
minyak dan gas bumi telah dimulai di formasi Muara Enim (MEF) dan mulai
diproduksi pada tahun 1909.
Selanjutnya pada tahun 1912, didaerah Talang Akar Pendopo ditentukan
sumber minyak terbesar oleh perusahaan Nenderlandsche Koloniale Petroleum
Maatschappij ( NKPM) akhirnya, pada tahun 1920 didirikan kilang minyak di
plaju dan sungai gerong. Setelah indonesia merdeka NKPM berganti nama
menjadi SVPM ( standart vacum Petroleum Maatschappij) dan pada tahun 1959
berganti nama lagi menjadi PT.Stanvac Indonesia. Kilang yang ditentukan oleh
NKPM inilah yang didirikan di Plaju oleh belanda, yang kemudian menjadi cikal
bakal kilang pertamina RU III.
Mengingat usaha pembangunan dan pengolahan minyak membutuhkan
modal dan dana yang besar , maka diadakan perjanjian kontrak kerja antara
pemerintah RI dengan perusahaan SHELL dan SPVM. Sebagai realisasi PP No.
44 tahun 1960, maka tanggal 31 Desember 1965 semua asset SHELL, termasuk
Prabumulih,jambi,terminal pulau sumbu, dan kilang Plaju dibeli oleh Pemerintah
RI yang selanjutnya dikelola oleh PN Pertamina. Pada tanggal 17 januari 1970,
6

semua asset PTSI seperti kilang sungai gerong dan tanjung Uban dibeli oleh
pemerintah RI dan Dikelola oleh PN Pertamina.
Sampai saat ini, kilang RU III PLAJU yang disebut juga dengan kilang
Musi terletak di Area Plaju dan sungai Gerong yang terpisahkan oleh sungai
Komering dan merupakan salah satu kilang yang memiliki konfugurasi terpadu,
yakni kilang minyak dan kilang petrokimia.
Keberadaan kilang musi dalam struktur mikro perusahaan, cukup strategis
untuk memupuk pendapatan perusahaan serta mampu memenuhi spesifikasi world
wide fuel charter dengan menghasilkan jenis produk yang luas, yaitu BBM, non
BBM, dan Petrokimia.
Sejak tahun 2003 Pertamina kembali mengalami perubahan berdasarkan
undang-undang No. 22/2001 tentang minyak dan gas bumi dan PP No. 31 / tahun
2003, status pertamina berubah dari BUMN menjadi persero, yang menghadapkan
pada kenyataan bahwa pertamina harus menjadi perusahaan yang profit Oriented
dan berkompetisi di pasar bebas. Sebagai perusahaan yang profit oriented, PT.
Pertamina ( Persero) harus meningkatkan kemampuan untuk memenangkan
persaingan dengan perusahaan perusahaan yang bergerak di bidang migas baik
nasional ataupun internasional, pada tahun 2005 lambang pertamina berubah dari
lambang kuda laut menjadi huruf P yang terdiri dari tiga warna yaitu warna
biru,hijau dan merah
2.2 Organisasi
2.2.1 Visi, Misi dan Tata Nilai
PT pertamina (persero) memiliki visi, dan tata nilai sebagai berikut.
1. Visi
Menjadi Kilang Minyak dan Petrokimia Nasional Terkemuka di Asia
Tenggara tahun 2015
2. Misi
Mengelola Kilang Minyak dan Petrokimia :

Menghasilkan Produk BBM, NBM dan Petrokimia yang bermutu


Internasional untuk dipasarkan didalam atau diluar negeri.
7

Berlandasakan pada etika dan prinsip-prinsip bisnis unggulan.

Untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan stake holder.

3. Tata Nilai

Focus
Menghasilkan Nilai Tambah secara Optimal dan Kontinyu

Integrity
Mempunyai komitmen dan program kerja untuk memajukan
perusahaan

Visionary
Tumbuh dan Berkembang

Excellence
Mempunyai daya saing tinggi

Mutual Respect
Mitra kerja yang handal dan terpecaya, berorientasi pada
kepentingan pelanggan dan bewawasan lingkungan

2.2.2 Struktur Organisasi


Struktur organisasi didalam tubuh Pertamina Refinery Unit (RU) III Plaju
dipimpin oleh seorang General Manajer. GM ini kemudian membawahi manajer
dan lima kepala bidang, yaitu :
a. Manajer Perencanaan dan Keekonomian
Membawahi beberapa bagian antara lain :

Perencanaan Crude Produksi dan Keekonomian

Penjadwalan Produksi

b. Manajer Enginering / DEVELOPMENT


Membawahi beberapa bagian antara lain :

Proses Enginering

Fasilitas Enginering

Proyek Enginering

c. Manajer Keuangan
Membawahi beberapa bagian antara lain :

Kontroler

Akutansi Kilang

Perbendaharaan

d. Manajer Umum
Membawahi beberapa bagian antara lain :

HKP

Hummas

Sekuriti

e. Manajer Sumber Daya Manusia


Membawahi beberapa bagian antara lain :

P dan B

Ren Dan Bang

O dan P

Kesehatan

f. Kepala Bidang jasa dan sarana Umum


Membawahi beberapa bagian antara lain :

Marine

Pengadaan

Fasilitas Umum

Kontrak

g. Kepala Bidang Sistem info dan Komunikasi


Membawahi beberapa bagian antara lain :

Ops.Telepon dan Jaringan

Pengembangan Sistem Informasi

h. Manajer Kilang
Membawahi beberapa bagian antara lain :

Manajer Unit Produksi I


9

Manajer Unit Produksi II

Manajer Reliabilitas

Membawahi beberapa bagian antara lain :

Ren dan Koordinasi

Inspeksi

i. Shift Superintendent
j. Kepala Laboratorium
2.2.3 Struktur Organisasi Utilities

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Utilities

10

2.3 Wilayah Operasi


Kilang Plaju termasuk kedalam wilayah Kecamatan Plaju Kota
Palembang. Sedangkan kilang sungai gerong termasuk dalam wilayah Kecamatan
Banyuasin Kabupaten Banyuasin.
Adapun area PT Pertamina UP III Plaju-sungai gerong terdiri dari kawasan
kawasan sebagai berikut

Perkantoran Perumahan dan kilang plaju seluas 229,60 Ha

Kilang Sungai gerong seluas 152,90 Ha

RDP dan Lapangan Golf bagus Kuning seluas 51,40 Ha

RDP Kenten seluas 21,29 Ha

Lapangan Golf kenten seluas 80,60 Ha

RDP Plaju, sungai Gerong dan 3 Ilir seluas 349,37 Ha

Sehingga total wilayah operasi PT Pertamina RU III Plaju-sungai gerong seluas


921,02 Ha.
2.4 Bahan Baku Pengolahan kilang RU III
Pertamina RU III mengolah minyak mentah atau crude oil dari dalam dan luar
daerah operasi RU III. Bahan yang diolah di kilang adalah sebagai berikut :
1. Minyak Mentah
Minyak mentah didatangkan ke kilang PERTAMINA RU III dari ladang
minyak mentah yang antara lain :
a. Melalui pipa
11

Minyak mentah South Palembang District (SPD)


Minyak mentah Talang Akbar Pendopo ( TAP)
Minyak mentah Jambi Asphatalic/Parafinic (JAO/JPO)
Minyak mentah Ramba (Asamerah)
Minyak mentah Jane
b. Melalui Kapal tanker

Minyak mentah minas

Minyak mentah Klamono

Minyak mentah duri

Minyak mentah bula

Minyak mentah Lalang

Minyak mentah Katapa

2. Hasil antara ( Intermediade)


a. Butumen Feed Stock (BFS)
BFS merupakan bahan baku asphalt dari cilacap
b. High Octane motor Gasoline Component ( HOMC)
HMOC digunakan untuk blending motor gasoline, berasal dari
cilacap dan dumai
c. Paraxyline
Paraxyline digunakan sebagai bahan baku PTA dari cilacap.
2.5 Produk yang dihasilkan PERTAMINA RU III
Pengolahan minyak mentah di kilang PERTAMINA menghasilkan produkproduk sebagai berikut :
a. Bahan Bakar Minyak (BBM)

Avigas ( Aviaton gasoline)


Digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang bermesin piston.

Avtur ( Aviation Turbine fuel)


Digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang bermesin turbo.
12

Premium
Digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.

Kerosine atau minyak tanah


Digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga

Automotive Diesel Oil (ADO)


Digunakan sebagai bahan bakar kendaraan dan peralatan bermesin
diesel

Industrial Diesel Oil (IDO)


Digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel industri.

Fuel Oil
Digunakan sebagai bahan bakar furnace.

b. Non BBM

Liquid Petroleum Gas (LPG)


Digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga

Solvent
Digunakan sebagai bahan pelarut utama dalam industri kimia seperti
SPBX, HAWS, dan BGO.

Asphalt

Low Sulphur Waxy Residue (LSWR)

Polytam Pellet
Merupakan produk polypropylene sebagai bahan pembuat plasctic.

Purrified Terephalic Acid (PTA)


Digunakan sebagai bahan baku pembuat polyester atau serat kain.

2.6 Unit Proses Kilang Pertamina RU III


Pada dasarnya proses pengolahan minyak bumi adalah proses pemisahan
minyak bumi menjadi produk-produk dengan komposisi yang lebih sederhana dan

13

lebih berharga sangat penting, seperti BBM. Proses-proses pengolahan minyak


bumi menjadi fraksi-fraksinya dapat dikatagorikan :
2.6.1 Proses pengolahan pertama (primary process)
Primary Process merupakan proses pemisahan minyak mentah berdasarkan
perbedaan sifat fisik komponen-komponen yang terkandung dalam minyak
mentah. Sifat-sifat fisik tersebut dapat berupa titik didih, titik beku, kelarutan
dalam suatu pelarut, perbedaan ukuran molekul dan sebagainya. Oleh karena itu
pemisahan minyak bumi dengan pada proses primer memanfaatkan proses-proses
pemisahan secara fisika.

a.

Distilasi
Distilasi adalah proses pemisahan minyak mentah berdasarkan perbedaan titik

didih. Distilasi

merupakan prosess utama dalam pengolahan minyak bumi

menjadi produk-produknya. Distilasi terbagi menjadi 2, yaitu distilasi atmosferik


dan distilasi vakum. Distilasi atmosferik dilakukan pada tekanan sedikit di bawah
tekanan atmosfer. Produk yang dihasilkan oleh kolom distilasi atmosferik adalah
gas, LPG, naphtha, kerosin, gas oil, dan residu. fraksi yang belum dapat
dikonsumsi sebagai bahan bakar, seperti residu atau fraksi minyak berat, diproses
lebih lanjut dengan distilasi vakum. Distilasi vakum dilakukan pada kondisi
tekanan vakum. Hal ini disebabkan karena fraksi minyak berat hanya dapat
dipisahkan pada temperatu tinggi, namun pada temperatur yang tinggi minyak
mentah akan mengalami perengkahan (cracking). Oleh sebab itu tekanan pada
kolom dibuat vakum agar titik didih fraksi minyak berat tersebut dapat diturunkan
produk yang dihasilkan pada distilasi ini adalah Light Vacuum Gas Oil (LVGO),
Medium Vacuum Gas Oil (MVGO), Heavy Vacuum Gas Oil ( HVGO) dan
Vacuum Residue.
b.

Ekstraksi

14

Ekstraksi adalah proses pemisahan minyak mentah dengan memanfaatkan


sifat kelarutan suatu zat dengan pelarut tertentu. Merupakan proses tertua dalam
penghilangan minyak bumi. Awalnya proses ini dilakukan untuk meningkatkan
kualitas kerosin.
Contoh pemisahan secara ekstraksi adalah pada pengolahan minyak pelumas,
pemgolahan aspal ( propane deasphalting), pengolahan BTX, dsb.
c.

Absorpsi dan Stripping


Proses absorpsi adalah penyerapan gas dalam suatu campuran gas dan cairan

dengan menggunakan pelarut. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan fraksi


gas yang bercampur dengan produk

hidrokarbon

hasil distlilasi atau hasil

perengkahan . sedangkan stripping adalah proses pemisahan gas terlarut dalam


suatu

campuran

gas

cair.

Stripping

mengunakan

larutan

benfield,

MEA( Monoethyl alkohol) DEA ( Diethly alkohol).untuk menghilangkan gas


CO2 atau H2S dalam suatu minyak atau produk hasil pengolahan.
d.

Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik leleh.

Kristalisasi umumnya digunakan pada proses dewaxing, yaitu memisahkan lilin


atau WAX dari minyak mentah. Lilin terlarut dalam minyak dan mendidih pada
selang titik didih minyak pelumas, oleh sebab itu lilin tidak dapat dipisahkan
dengan distilasi. Pada proses dewaxing minyak didinginkan untuk mengkristalkan
lilin, kemudian disaring dan diendapkan untuk mendapatkan kristal lilin
2.6.2 Proses pengolahan lanjut ( secondary process)
Secondary process merupakan proses pengolahan lanjut setelah primary
proses. Produk dari tahap sebelumnya yang tidak lagi dapat dipisahkan dengan
pemisahan fisik di proses ditahap ini. Tahap pengolahan ini melibatkan prosesproses kompersi( secara kimiawi) proses-proses tersebut adalah dikomposisi
molekul, kombinasi molekul dan perubahan struktur molekul.

15

2.6.3

Proses treating
Proses treating bertujuan untuk menghilangkan

senyawa- senyawa

pengotor yang masih ada pada produk penghilangan atau untuk menstabilkan
produk.
Proses treating yang paling penting adalah proses penghilangan gas H2S
dengan menggunakan MEA atau dengan caustic soda ( NaOH) . proses treating ini
dilakukan pada unit CTU ( Caustic Treating Unit), BB treater ( ButhaneButhylene Treater), doctor treater ( untuk menghilangkan merkapan-merkapan),
dan SAU ( Sulphuric Acid Recovery Unit)

2.6.4

Percampuran atau blending

Proses blending/percampuran bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk


atau agar produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Proses pencampuran dua produk yang berbeda spesifikasinya. Contoh proses
pencampuran adalah penambahan TEL( Tetra Ethyl Lead) untuk meningkatkan
angka oktan bensin atau pencampuran HOMC (High Octane Mogas Component)
dengan nafta untuk menghasilkan bahan bakar premium dengan angka oktan yang
tinggi.
2.6.5

Proses Petrokimia
Bahan bahan petrokimia pada umumnya adalah turunan dari olefin dan

aromat. Bahan baku ini dapat diperoleh dari hasil proses pemisahan minyak
mentah. Nilai bahan petrokimia dapat lebih tinggi lagi daripada produk bahan
bakar. Contoh bahan petrokimia adalah polietilen, polypropylene, PVC, Etilen
glikol, polistiren purified terephthalic Acid (PTA), dan sebagainya
2.7 Penunjang operasi kilang RU III

16

Utilitas merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pengolahan


bahan baku menjasi produk. Pada RU-III, utilitas merupakan unit penunjang dan
pendukung dari proses-proses yang terdapat pada kilang RU-III ini. Selain itu,
unit utilitas juga memenuhi kebutuhan utilitas perkantoran dan pemukiman
karyawan serta pengolahan limbah.
Unit utilitas bertugas untuk menyediakan fasilitas fasilitas seperti :

Listrik

Air proses

Air minum

Air umpan boiler (BFW)

Air pendingin

Steam bertekanan

Udara bertekanan

Gas-gas Penunjang proses, seperti H2, O2 dan N2

Power Station 1
WTP (B.Kuning)

Power Station 2
WTU

Power Station 3
WTU

Pembangkit kukus (Boiler 15 K)

Cooling tower

Air plant

Rumah pompa air (RPA 1-3)

Deminerlization plant

Demineralization plant

Air plant

Air plant

Cooling tower

Oxygen plant

Boiler ( 40 K)

Dringking water plant

Gas turbine

(DWP II)

Nitrogen plant

RPA 5-6

RPA 4
Sistem utilitas RU-III dibagi menjadi tiga Power Station (PS), yaitu PSI dan
PS2 yang terletak di plaju sedangkan PS 3 terletak di sungai gerong
Tabel 2.1 Power Station pada Utilitas RU-III

17

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Power Station


PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III PLAJU-SUNGAI
GERONG memiliki 5 (lima) unit Pembangkit Listrik yang terdiri dari :

3 (tiga) Unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas Turbin


1 (satu) Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap
1 (satu) Unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
Kelima unit generator ini berlokasi di PS II (Power Station) Plaju.Saat

ini,pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di Kilang Plaju Sungai Gerong semuanya


di supply oleh Pusat Pembangkit II.Kelima unit pembangkit tenaga listrik di PS II
mempunyai kapasitas 137,2 MW.Pengoperasian kelima unit pembangkit tenaga
listrik ini adalah sebagai berikut :
Pada kondisi normal ketiga unit PLTG akan beroperasi dengan pengaturan
tugas,dua unit beroperasi menyuplai tenaga listrik untuk kebutuhan di

18

kilang Plaju dan kilang Sungai Gerong sedangkan PLTU dan PLTD dalam

keadaan standby.
Satu unit PLTU posisi stanby
Satu unit PLTD digunakan untuk daya darurat (emergency) yang meliputi
penerangan,control motor,UPS,dan kebutuhan lokal.

Suplai tenaga listrik dari plaju ke Suangai Gerong melalui gardu hubung (SS#1A)
Pasiran.

Berikut ini data-data Generator pada PS II :


a. Generator Turbin Gas (Gas Turbine Generator)
GTG 2015 UA dan GTG 2015 UC
Rated Power Output
Power Factor
Rated Voltage
Frequency
Speed
Reactances (at 10 MVA Base)
a. Synchronous Xd
b. Transient Xd
c. Sub-Transient TD
Time Constant
a. Transient Td
b. Sub-Transient Td

GTG 2015 UB
43.675 MVA
0.8 lagging
12 KV
50 Hz
3000 Rpm

46.250 MVA
0.8 lagging
12 KV
50 Hz
3000 Rpm

253 % (57.66%)
23.9% (5.45%)
17.1% (3.9%)

195% (42.16%)
20.8 % (4.49%)
15.1% (3.26%)

0.57 sec
0.026 sec

0.7 sec
0.04 sec

Tabel 3.1 Generator turbin Gas


b. Generator Turbin Uap (Steam Turbine Generator)

Manufacture
Output KVA/KW
RPM
Volts

Brush Electrical Machine


4000/3200
1500
6.9 KV
19

Ampere
Phase/Hertz
Phase Connection
Excitation Volts
Excitation Ampere
Coolant
Spec
Power Factor

334.7 A
3/50
Star
55.6 V
372 A
Air
BS 500 PF 99
0.8
Tabel 3.2 Generator turbin uap

c. Generator Mesin Diesel ( Diesel Engine Generator)


Manufacture
Output KVA/KW
RPM
Volts
Phase/Hertz
Power Factor

Brush Electrical Machine


937.5/750.4
750
400 V
3/50
0.8
Tabel 3.3 Generator Mesin Diesel

Sistem pendingin yang digunakan di plaju merupakan pendingin tertutup.


Hal ini akan menjamin kebersihan winding stator dan rotor juga juga agar tidak
terjadi kondensasi uap air pada stator dan rotornya dengan demikian isolasi
winding tersebut akan selalu dalam kondisi yang baik. Pada kedua ujung rotor dan
generator terdapat kipas yang terpasang seporos serta akan berputar mengikuti
putaran rotor generator tersebut. Jadi bila generator beroperasi akan menyebabkan
udara dibagian bawah generator akan terhisap keatas melalui celah-celah stator
winding yang akan bersirkulasi. Udara pendinginan akan menjadi panas dan akan
terdorong kebagian bawah dari generator dan melalui cooling water untuk
didinginkan kembali dengan air yang dialirkan di dalam fin tube. Udara yang
telah didinginkan tersebut akan bersirkulasi kembali untuk mendinginkan
generator dan akan berulang terus menerus selama beroperasi.
3.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
20

Sistem

distribusi

tenaga

listrik

yang

digunakan

di

Kilang

PT.Pertamina(Persero) Refinery Unit III PLaju adalah Sistem selektif sekunder


radial atau sistem radial ganda

(double feeder) dan Sistem Ring (Loop) untuk

sekolahan dan perumahan.


Untuk menunjang operasi kilang yang menuntut kontinuitas yang
tinggi,maka diperlukan sistem distribusi tenaga listrik

yang handal. sistem

distribusi dibedakan menjadi dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem
distribusi sekunder. Pada sistem distribusi primer terdapat tiga jenis dasar,yaitu
sistem radial,sistem lup (loop) dan sistem jaringan primer.
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari
gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan
saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan
yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini
direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat
beban. Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer.

Jaringan Distribusi Radial.


Sistem radial adalah yang paling sederhana dan paling banyak

dipakai,terdiri atas fider (feeders) atau rangkaian tersendiri,yang seolah-olah


keluar dari suatu sumber atau wilayah tertentu secara radial.Fider itu dapat juga
dianggap sebagai terdiri atas suatu bagian utama dari mana saluran samping atau
lateral lain bersumber dan dihubungkan dengan transformator distribusi
sebagaimana terlihat pada gambar 3.1.Saluran samping sering disambung pada
fider dengan sekring (fuse).Dengan demikian maka gangguan pada saluran
samping tidak akan mengganggu seluruh fider.Bilamana sekring itu tidak bekerja
atau terdapat gangguan pada fider,proteksi pada saklar daya di gardu induk akan
bekerja dan seluruh fider akan kehilangan energi.Pemasokan pada rumah sakit
atau pemakai vital lain tidak boleh mengalami gangguan yang berlangsung
lama.Dalam hal demikian,satu fider tambahan disediakan,yang menyediakan
suatu sumber penyedia energy alternative.Hal ini dilakukan dengan suatu saklar
pindah,sebagaimana terlihat pada gambar 3.2.Saklar pindah itu dapat juga bekerja

21

secara otomatik.Bila tegangan pada saluran operasional hilang,saklar dengan


sendirinya akan memindahkan sambungan pada saluran alternatif.

Gambar 3.1 Skema Saluran Sistem Radial

Gambar 3.2 Penggunaan Saluran Alternatif dengan Saklar Pindah

Jaringan Distribusi Lup (loop)


Suatu cara lain guna mengurangi lama interupsi daya yang disebabkan
gangguan adalah dengan mendesain fider sebagai lup (loop) dengan
menyambung kedua ujung saluran.Hal ini mengakibatkan bahwa suatu
pemakai dapat memperoleh pasokan energi dari dua arah.Bilamana
22

pasokan dari salah satu arah terganggu,pemakai itu akan disambung pada
tiap fider.Sistem lup dapat dioperasikan secara terbuka,ataupun secara
tertutup.
Pada system lup terbuka,bagian-bagian fider tersambung melalui
alat pemisah (disconnectors),dan kedua ujung fider tersambung pada
sumber energy.Pada suatu tempat tertentu pada fider,alat pemisah sengaja
dibiarkan dalam keadaan terbuka.Pada asasnya,system ini terdiri atas dua
fider yang dipisahkan oleh suatu pemisah,yang dapat berupa sekreng,alat
pemisah,atas daya.(Gambar 3.3).Bila terjadi gangguan,bagian saluran dari
fider yang terganggu dapat dilepas dan menyambungnya pada fider yang
tidak terganggu.Sistem demikian biasanya dioperasikan secara manual dan
dipakai pada jaringan-jaringan yang relatif kecil.
Pada system lup tertutup (Gambar 3.4) diperoleh suatu tingkat
keandalan yang lebih tinggi.Pada system ini alat-alat pemisah biasanya
berupa saklar daya yang lebih mahal.Saklar-saklar daya itundigerakkan
oleh relai yang membuka saklar daya pada tiap ujung dari bagian saluran
yang terganggu,sehingga bagian fider yang tersisa tetap berada dalam
keadaan berenergi.Pengoperasian relai yang baik diperoleh dengan
mempergunakan kawat pilot yang menghubungkan semua saklar
daya.Kawat pilot ini cukup mahal untuk dipasang dan
dioperasikan.Kadang-kadang rangkaian telepon yang disewa dapat dipakai
sebagai pengganti kawat pilot.

Gambar 3.3 Jaringan Distribusi Lup terbuka

23

Gambar 3.4 Jaringan Distribusi Lup tertutup

Jaringan Distribusi Jaring-jaring (NET)


Merupakan gabungan dari beberapa saluran mesh, dimana terdapat lebih

satu sumber sehingga berbentuk saluran interkoneksi.Jaringan ini berbentuk


jaring-jaring, kombinasi antara radial dan loop.

Gambar 3.5 Jaringan Distribusi NET

Jaringan Distribusi Spindle


Selain bentuk-bentuk dasar dari jaringan distribusi yang telah ada,maka

dikembangkan pula bentuk-bentuk modifikasi, yang bertujuan meningkatkan


keandalan dan kualitas sistem. Salah satu bentuk modifikasi yang populer adalah

24

bentuk spindle, yang biasanya terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan
dibebani, dan satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Perhatikan
gambar (3.6). Saluran 6 penyulang yang beroperasi dalam keadaan berbeban
dinamakan "working feeder" atau saluran kerja, dan satu saluran yang
dioperasikan tanpa beban dinamakan"express feeder".
Fungsi "express feeder" dalam hal ini selain sebagai cadangan pada saat
terjadi gangguan pada salah satu "working feeder", juga berfungsi untuk
memperkecil terjadinya drop tegangan pada sistem distribusi bersangkutan pada
keadaan operasi normal. Dalam keadaan normal memang "express feeder" ini
sengaja dioperasikan tanpa beban. Perlu diingat di sini, bahwa bentuk-bentuk
jaringan beserta modifikasinya seperti yang telah diuraikan di muka, terutama
dikembangkan pada sistem jaringan arus bolak-balik (AC).

Gambar 3.6 Jaringan distribusi Spindle


3.2.1 Gardu Induk atau Sub Station
Lay out dari suatu gardu induk pada hakekatnya adalah suatu pengaturan
tempat dari komponen-komponen switchgear yang bentuknya sangat dipengaruhi
oleh fungsi dan hubungan-hubungan peralatan switchgear dan disesuaikan pula
dengan system busbarnya.
Setiap gardu induk pada umumnya merupakan semacam unit rangkaian yang
meliputi bagian-bagian busbar-busbar, suatu circuit breaker, dan peralatanperalatan pemasuk rangkaian (circuit entry)dengan menggabungkan isolator
isolator dan peralatan- peralatan transformator , yang kesemuanya tersebut adalah

25

merupakan dasar untuk menentukan suatu Lay Out. Prinsip dari lay out juga
tergantung dari variasi tegangan dan arus yang keduanya akan menentukan ukuran
dari komponen dan jarak antara peralatan peraltan tersebut .
3.2.2

Saluran Distribusi
Untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke beban

diperlukan saluran distribusi. Saluran distribusi yang terpasan di kilang pertamina


adalah saluran kabel bawah tanah yang ditanam langsung dalam parit jalur kabel.
Untuk melindungi terhadap pengaruh endapan minyak yang banyak mengandung
asam dan solvent juga melindungi terhadap korosi, maka jenis kabel yang dipakai
adalah NYFGBY. Untuk kabel yang ditanam melawati jalan umum, maka saluran
kabel yang ditanam dalam tanah tersebut diberi pengaman dengan diselubungi
pipa , untuk memperkecil kemungkinan ganguan getaran yang terjadi.

1. Konduktor
2. Isolasi
3. Filler
4/5. Perisai

: Tembaga yang di-anil-kan


: P VC terekstrusi
: PVC terekstrusi
: Kawat baja dan spiral pita yang
berlapis seng
6. Pelindung Terluar : PVC terekstrusi

Gambar3.7 Kabel NYFGBY


3.2.3

Beban Tenaga Listrik


Beban tenaga listrik di PERTAMINA UP III terdiri dari:
Motor- motor listrik yang digunakan sebagai penggerak peralatanperalatan operasi pada kilang, seperti penggerak pompa-pompa
kompresor
Beban untuk lampu penerangan dalam kilang
Beban untuk listrik perkampungan
Sebagian besar beban digunakan untuk beban industri yang membutuhkan

kontinuitas dan kehandalan yang tinggi. Motor listrik yang digunakan sebagian
besar adalah motor listrik tak serempak dengan kapasitas antara 0.25 HP sampai
dengan 1500HP.
Tegangan nominal motor ditentukan oleh besarnya kapasitas motor yang
bersangkutan. Motor-motor di bawah 200 HP dapat menggunakan tegangan

26

rendah di bawah 1 kv, sedangkan motor-motor di atas 200 HP menggunakan


tegangan menengah.
3.3

Sistem Proteksi
Suatu peralatan yang dirancang dengan baik bagaimanapun tidak dapat

menghindari adanya gangguan pada system dari peralatan tersebut. Hal ini dapat
terjadi akibat factor peralatan itu sendiri, seperti lamanya umur pemakaian yang
menyebabkan turunanya kemampuan suatu system peralatan. Gangguan dapat
juga diakibatkan oleh pengaruh dari luar yang menyebabkan terganggunya suatu
system. Untuk dapat mendeteksi suatu gangguan yang terjadi dan dapat
mengisolir dengan cepat daerah yang mendapat gangguan, sehingga tidak
mempengaruhi keseluruhan system, maka diperlukan sistem proteksi yang baik.
System proteksi terdiri dari :
1.
Circuit Breaker (CB)
CB adalah suatu peralatan listrik yang menghubungkan atau memutuskan
rangkaian listrik dalam keadaan normal dan tidak normal yang dilengkapi dengan
alat pemadam busur api. Dalam keadaan tidak normal atau gangguan, CB adalah
merupakan sakelar otomatis yang dapat memisahkan arus gangguan, dimana
untuk mengerjakan atau mengoperasikan CB dalam keadaan tidak normal ini
umumnya digunakan suatu rangkaian trip yang mendapat signal dari suatu
rangkaian rele rangkaian rele pengalaman.
2.
Sekering (Fuse)
Sekering digunakan untuk melindungi peralatan listrik dari gangguan terhadap
arus lebih. Sekering digunakan apabila peralatan tidak dilengkapi dengan rele arus
lebih.
3.

Proteksi Rele
Merupakan alat yang mengatur kerja suatu system proteksi berdasarkan

setting rele tersebut.


4.
Pentanahan Netral
Pentanahan netral digunakan pada titik netral trafo untuk pengamanan bagi
trafo apabila terjadi gangguan ke tanah.
5.
Detector
Merupakan alat untuk mendeteksi adanya gangguan pada suatu system yang
dilindungi, yang memberikan

sinyal pada detektor ini untuk bekerja adalah


27

current transformator (CT), potential transformer (PT), thermostat dan beberapa


peralatan lainnya yang disesuaikan dangan kebutuhan.
3.3.1

Jenis Proteksi Rele


Berdasarkan setting yang dibuat , rele yang dapat mengendalikan system

pelepasan dari peralatan yang dilindungi, sehingga kerusakan yang dialami


tidak terlalu parah. Penggunaan rele pada umumnya dipakai untuk pengaman
system dari tenaga listrik. Adapun jenis rele yang dipakai pada kelistrikan
PERTAMINA RU III adalah sebagai berikut :
a. Rele Arus Lebih (Over Current relay)
Rele ini bekerja untuk mendeteksi adanya arus lebih yang besar sekali akibat
terjadi hubung singkat pada sistem.
b. Rele Diferensial ( Differential relay)
Rele ini bekerja berdasarkan perbedaan arus pada ujung awal dan akhir dari
c.
d.
e.
f.

peralatan listrik, seperti pada generator, trafo daya, dan busbar.


Rele Tegangan lebih dan tegangan jatuh (over and under voltage relay)
Rele Gangguan ketanah (Earth fault Relay)
Rele beban lebih (Thermal Over load Relay)
Rele penguatan jatuh dan lebih dan kegagalan medan (Under and over

Excitation and field failure relay)


g. Rele Frekuensi jatuh ( Under Frequency relay)
h. Rele Urutan Negatif
3.3.2 Jenis Circuit Breaker
CB dapat dioperasikan secara otomatis maupun secara manual dengan
waktu pemutusan atau penyambungan yang tetap sama, sebab factor ini
ditentukan oleh struktur mekanismenya yang menggunakan pegas pegas. Karena
itu CB dapat dioperasikan untuk memutus maupun menghubungkan rangkaian
dalam keadaan dilalui arus beban atau tidak. Dlalm keadaan terjadi gangguan, CB
akan memutus rangkaian secara otomatis dan untuk operasi ini CB dilengkapi
dengan rele-rele. Busur api yang terjadi pada waktu pemisahan komtak akan dapat
dipadamkan oleh suatu media isolasi dipakai oleh CB tersebut. Berikut ini jenisjenis CB yang digunakan di PERTAMINA RU III PLAJU :
a. Air Break Circuit Breaker
CB Jenis ini biasa digunakan untuk tegangan menengah dan tegangan
rendah saja. Pada CB ini terdapat dua macam kontak yaitu kontak utama dan
kontak busur api. Kontak utama akan menghubungkan arus pada keadaan CB
posisi menutup sedang kontak busur api dipakan pada waktu pemadaman busur
28

api berlangsung. Tahanan kontak utama adalah rendah dan dibuat dari lapisan
perak. Sedangkan kontak busur api_arcing contacts) dibuat dari bahan yang keras
dan tahan terhadap panas yang tinggi seperti copper Alloy. Karena kontak busur
api ditekan oleh pegas maka terjadi pembukaan kontak-kontak dari CB, kontak
busur api ini akan terjadi pada kontak busur api ini. Sewaktu jarak kontak busur
api semakin melebar, maka busur api yang terjadi akan dipisahkan dan dialihkan
pada suatu peralatan lain yang disebut arc runners, dimana kemudian busur api
yang terjadi diantara ujung arc runners ini segera didinginkan dan dipisahkan oleh
plat-plat pemisah busur api atau arc splitter plates.
Pada CB jenis ini ada juga yang menggunakan medan magnet untuk
memecah mecah loncatan busur api yang terjadi diantara kontak-kontak pada
waktu pembukaan kontak-kontak sehingga busur api akan segera padam.
b. Oil Circuit Breaker
Pada CB jenis ini kontak-kontak akan teredam didalam suatu tangki yang
berisi minyak yang mempunyai sifat isolasi . bila terjadi loncatan busur pai, maka
akan terjadi dan terbentuk gas dan aliran turbulen dari minyak.
Pada dasarnya pemadaman busur api yang terjadi di antara kontakkontaknya adalah sebagai berikut :
Pendinginan , dimana panas dari busur api dibawa keluar oleh gas yang

terjadi
Oleh adanya aliran turbulen dari minyak
Kekuatan dielektrik (dielectric strength) yang terbentuk dengan tiba-tiba
Karena tekanan gas yang terjadi sehingga menambah kekuatan daya
dielektrik.
Bila terjadi busur api didalam minyak , maka minyak yang dekat dengan

busur api tersebut akan berubah menjadi uap minyak dan busur api akan
dikelilingi oleh gelembung-gelembung uap minyak dan gas. Gas yang terjadi
berisi sekitar 70 % hydrogen dan sedikit acetylene dan gas lainya, gas yang
terbentuk ini mempunyai sifat thermal conductivity yang baik dan tegangan
ionisasi yang tinggi. Oleh karenanya maka sifat-sifat ini baik digunakan sebagai
bahan media pemadam. Tangki yang digunakan pada CB jenis ini dapat terdiri
dari satu tangki saja, yaitu untuk CB dengan masing- masingphasanya terpisah.
Pada setiap tangki terdapat gelas penduga dan ventilasi untuk melepaskan tekanan
di dalam tangki. Disamping itu , kontak-kontak juga dilengkapi dengan peralatan
29

yang disebut arc control devices yang berfungsi untuk mempercepat padamnya
busur api. Arc control devices tersebut dapat juga berupa peralatan yang disebut
explotion yang melingkupi sekeliling kontak.
c. Minimum Oil Circuit Breaker
Pada minimum oil CB ini minyak digunakan sebagai bahan pemadam
busur api saja. Karena bagian dari tangki CB ini merupakan bahan yang terbuat
dari keramik atau porselin sebagai bahan isolasi dengan ukuran relative lebih
kecil, biasanya juga disebut Porcelin Circuit Breaker (PCB). Prinsip pemadaman
busur api pada CB Jenis ini adalah dengan terjadinya penyemprotan minyak
dielektrik yang disebabkan oleh aksi dari piston pada permukaan kontak, peralatan
piston ini bekerja karena pergerakan moving contact sehingga menekan minyak
yang ada didalam siliender, dan tekanan minyak didalam silinder ini yang
menyebabkan semprotan pada permukaan kontak.
d. Vacuum Circuit Breaker.
Prinsip kerja CB ini Adlah dengan menempatkan kontak yang terdapat
busur api pada ruang vakum udara, dimana ruang vakum udara merupakan tempat
yang paling baik untuk memandamkan busur api yang terjadi akibat gangguan.
3.3.3

Proteksi Generator
Rele yang dipasang pada generator berfungsi untuk mendeteksi gangguan

yng terjadi pada generator itu sendiri maupun dari luar generator. Pada PS II yang
menggunakan GTG, rele proteksi yang digunakan adalah :
- Rele differensial
- Rele arus lebih
- Rele pergeseran titik netral
- Rele tegangan naik dan jatuh
- Rele urutan negatif
- Rele penguatan jatuh dan lebih dan kegagalan medan
3.3.4

Proteksi saluran distribusi


Gangguan yang sering terjadi pada saluran distribusi adalah gangguan

hubung singkat antar fasa, gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, dan
gangguan beban lebih.
Untuk memproteksi gangguan- gangguan yang sering terjadi tersebut,
maka saluran distribusi dilengkapi dengan rele arus lebih, rele gangguan ketanah,
dan rele beban lebih.

30

3.3.5

Proteksi Transformator
Gangguan yang sering terjadi pada transformator adalah hubung singkat

pada terminal dan hubung singkat pada lilitan transformator. Untuk memproteksi
gangguan gangguan tersebut di atas, maka pada transformator dipasang rele arus
lebih dan rele gangguan ke tanah.
3.3.6

Proteksi motor
Motor induksi dapat mengalami gangguan yang serupa dengan generator.

Semakin kecil kapasitas motor, maka semakin sederhana pula pengamanannya.


Gangguan yang sering terjadi pada motor induksi adalah :
a. Beban lebih dan hubung singkat
Motor dengan rotor sangkar yang menggunakan starting secara langsung
dalam keadaan berbeban , arus mulanya dapat 7 kali lebih besar daripada arus
nominal. Karena itu tidak dapat digunakan time over current relay biasa, sehingga
dipakai thermal relay yang karakteristiknya sesuai dengan karakteristik
pemanasan motor sehingga digunakan untuk beban lebih dan instantaneous over
current relay dengan nilai setting yang tinggi ( lebih besar dari arus mula motor
tersebut) dan diunakan untuk hubung singkat.
b. Rotor terkunci (Locked rotor) dan terhentinya putaran (stalling)
Motor dapat gagal berputar karena gangguan mekanis pada bebannya dan
dapat terhenti karena tegangan kurang atau gangguaan mekanis pada bebanya.
Thermal relay bisa kurang memadai karena rotornya juga mengalami pemanasan
oleh karena itu digunakan thermal relay khusus yang akan masuk kedalam
rangkaian bila arusnya melebihi batas sesuai dengan karakteristiknya.
c. Tegangan turun ( Under voltage)
Motor yang bekerja dengan tegangan kurang akan menjadi panas dan
menyebabkan rele thermal bekerja. Motor juga dilengkapi dengan under voltage
relay dengan karakteristik inverse time yang dapat mengamankan motor terhadap
tegangan yang terlalu rendah.
Selain rele yang telah disebutkan tersebut, ada beberapa macam rele lain
yabg akan digunakan yaitu rele arus lebih, rele gangguan ke tanah, dan rele
differensial untuk motor-motor dengan kapasitas yang besar.

31

3.4

Sistem pengukuran
Besaran yang diukur pada generator secara umum adalah sebagai berikut :
a. Tegangan
Tegangan yang diperlukan untuk menjaga mutu penyediaan tenaga
listrik tidak boleh terlalu rendah dan untuk menjaga jangan sampai
merusak isolasi, tegangan yang diperlukan ini tidak boleh terlalu tinggi
b. Arus
Pengukuran arus diperlukan untuk mengamati perubahan berbagai
alat, jangan sampai mengalami pembebanan lebih
c. Daya aktif
Daya aktif yang diukur dalam kW atau MW. Pengukuran
diperlukan

ini

dalam kaitanya dengan kemampuan mesin penggerak

generator dan pengaturan frekuensi.


d. Daya reaktif
Daya reaktif diukur dalam kVAR atau MVAR. Pengukuran ini
diperlukan dalam kaitanya dengan kemampuan generator penguat (system
eksitasi) dan pengaturan tegangan.
e. Energi Listrik
Energi listtrik diukur dalam kWh atau MWh. Pengukuran ini
diperlukan untuk menyusun

neraca energi dan berkaitan dengan

pemakaian bahan baker.


f. sudut fasa cos phi
Alat ukur cos phi harus menunjukan keadaan lagging atau leading
sehingga dapat segera diketahui apakah generator memproduksi atau
menyerap daya reaktif.
g. Frekuensi
Pengukuran frekuensi diperlukan untuk memparalelkan generator
dan apabila sudah

parallel, pengukuran frekuensi diperlukan untuk

menjaga mutu penyediaan tenaga listrik.

BAB IV

PEMBAHASAN

32

4.1 Pendahuluan
Pada dasarnya ada dua jenis system distribusi listrik di PT. PERTAMINA
RU III plaju-sungai gerong, yaitu :
1. Sistem radial (radial system)
2. Sistem jaringan (network system)
3. Sistem Lup (Loop)
Sistem radial secara sederhana didefinisikan sebagai sistem yang memiliki
satu aliran distribusi secara simultan kebeban. Sedangkan untuk system dengan
lebih dari satu aliran distribusi simultan disebut system jaringan. Dari kedua jenis
sistem tersebut dapat dimodifikasi menjadi beberapa variasi sistem. Diantaranya
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Simple radial system


Expanded radial system
Primary selective system
Primary loop system
Secondary selective system

Masing-masing system memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,


untuk pemilihan sistem yang terbaik harus mempertimbangkan jenis beban yang
akan dilayani, sehingga keandalan dan kontinuitas pelayanan distribusi listrik
dapat terjamin.
4.2 Dasar teori
Pemilihan keandalan pelayanan maksimum merupakan salah satu tujuan
utama disamping faktor efisiensi dan ekonomis dalam pembangkitan sistem
tenaga listrik.
Sistem tenaga listrik di pertamina RU-III merupakan system kelistrikan
sendiri yang terpisah dari listrik publik (PLN), yang memiliki unit-unit
pembangkit tenaga gas dan uap untuk melayani beban industri kilang minyak dan
petrokimia secata kontinu (terus menerus).Karena kegagalan dari penyaluran
energy listrik akan dapat berakibat terganggunya kelangsungan operasi kilang dan
hal ini di upayakan jangan sampai terjadi.

33

Sistem radial merupakan bentuk sistem jaringan distribusi yang paling


sederhana

dan

yang

paling

umum

dipakai

untuk

menyalurkan

dan

mendistribusikan tenaga listrik. Sistem ini dikatakan karena dari kenyataan bahwa
jaringan ini ditarik secara radial dari gardu ke pusat-pusat beban. Sistem ini terdiri
dari saluran utama dan saluran cabang.
Pelayanan tenaga listrik untuk suatu daerah beban tertentu dilaksanakan
dengan memasang trasformator pada sembarang titik pada jaringan yang sedekat
mungkin dengan daerah beban yang dilayaninya. Transformator ini berguna untuk
menurunkan tenaga sistem agar dapat dikonsumsikan pada beban. Untuk daerah
beban yang menyimpang jauh dari saluran utama atu saluran cabang maka akan
ditarik lagi saluran tambahan yang dicabangkan pada saluran tersebut.
Ditinjau dari besarnya penampang saluran ,maka penampang yang terdekat
dengan sumber daya akan memiliki penampang terbesar,kemudian akan
berangsur-angsur mengecil kearah ujung saluran. Hal ini disebabkan karena
semakin dekat dengan sumberdaya distribusi kerapatan arusnya akan semakin
besar.
Salah satu upaya untuk penyaluran enargi listrik yang kontinu ini maka
setiap feeder dihubungkan ke dua bus-bar yang berbeda.Diantara kedua bus-bar
tersebut dilengkapi dengan sebuah Normally Opened Tie Breaker (ATS).Hal ini
dimaksudkan apabila terjadi kegagalan di salah satu feeder,maka bus-bar yang
dialiri oleh feeder tersebut akan dialiri daya listrik dari bus-bar lainnya yang
sehat.Sistem tersebut dikenal dengan Secondary Selective System.seperti gambar
di bawah ini :

34

Gambar 4.1 Sistem Distribusi Secondary Selective Radial


Kelemahan yang dimiliki oleh sistem radial ini adalah voltage dropnya
cukup besar dan bila terjadi ganguan pada sistem akan dapat mengakibatkan
jatuhnya sebagian atau keseluruhan bagian sistem.
4.3 Peralatan Listrik pada system Distribusi
Peralatan listrik untuk mendistribusikan tenaga listrik di PT Pertamina
(Persero) Refinery Unit III Plaju berada di building 2001K.Peralatan-peralatan
listrik tersebut adalah sebagai berikut :

Panel Switchgear A 12 KV
Panel Switchgear A1 12 KV
Panel Switchgear A2 12 KV
Panel Switchgear A3 12 KV
Battery Charger 110VDC dan baterai
UPS 60 KVA 1 dan 2 beserta baterei
Panel Switchgear A9 tegangan 6,9 KV
Panel Relai Pengaman VCB SWGR 12 KV (PA.0.1 s.d PA.3.2)
Panel Load Shedding
PS-INP-1
Trafo LV (TR44,TR45,TR46,TR47,TR48)
Panel LV (TR44,TR45,TR46,TR47,TR48)
Annuounciator Panel
Panel 2001-K Inst/Electr.(terminal control relay & SWGR)
SWGR MCC 26 & 27
35

4.4 Pembahasan Distribusi Listrik


Distribusi listrik di PT Pertamina (Persero) Refinery unit III Plaju
menggunakan sistem distribusi secondary selective radial (Double Feeder) dengan
menggunakan saluran kabel bawah tanah. Jenis kabel bawah tanah yang
digunakan adalah jenis NYFGBY untuk di daerah kilang Sebagian saluran antara
substation dan untuk distribusi ke panel dan motor-motor listrik dalam kilang
sungai gerong menggunakan saluran kabel dalam pipa.Sistem

distribusi

secondary selective radial dipakai di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit III


Plaju agar operasi pengolahan produksi di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit
III Plaju dapat beroperasi secara continue (terus menerus). Dibawah ini gambar
single diagram system distribusi di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju
Sungai Gerong :

36

Gambar 4.2 Single Line Diagram Distribusi di Substation 2001K


penjelasan gambar Distribusi Listrik dari GTG-UA,GTG-UB dan GTG-UC
adalah sebagai berikut :
a. Distribusi listrik dari busbar A1 ada 9 penyulang, yaitu :
Dari busbar A1 breaker A1.1 digunakan sebagai SubStation-29-A
Dari busbar A1 breaker A1.2 mendistribusikan daya ke TR-9

(12/6,9 KV)
Dari busbar A1 breaker A1.3 mendistribusikan daya ke
GI.Kedukan.

37

Dari busbar A1 breaker A1..4 mendistribusikan listrik masuk ke

TR-24 (12/6,9 KV) dan TR-27 (12/0.4 KV)


Dari busbar A1 breaker A1..6 mendistribusikan listrik masuk ke

TR-34 (12/6,9 KV) dan TR-20 (12/0.4 KV)


Dari busbar A1 breaker A1.7 sebagai Spare
Dari busbar A1 breaker A1.8 Sebagai Spare
Dari busbar A1 breaker A1..9 mendistribusikan listrik masuk ke

TR-6A (12/0,9 KV)


Dari busbar A1 breaker A1.10 mendistribusikan listrik masuk ke

TR-20 MVA (12/6,9 KV) melayani beban ke


b. Distribusi listrik dari busbar A2 ada 8 penyulang, yaitu :
Dari busbar A2 breaker A2.3 mendistribusikan listrik masuk ke

SubStation-28-A
Dari busbar A2 breaker A2.4 mendistribusikan listrik masuk ke

TR-6B (12/0,4 KV)


Dari busbar A2 breaker A2.5 mendistribusikan listrik masuk ke

PTR-1A (12/6,9 KV)


Dari busbar A2 breaker A2.6 mendistribusikan listrik masuk ke

future TR-11/32
Dari busbar A2 breaker A2.8 mendistribusikan listrik masuk ke

TR-25 (12/6,9 KV)


Dari busbar A2 breaker A2.9 mendistribusikan listrik masuk ke

TR-20 MVA (12/0,4 KV)


Dari busbar A2 breaker A2.10 mendistribusikan listrik masuk ke

SubStation-1B/SG
Dari busbar A2 breaker A2.10 mendistribusikan listrik masuk ke
SubStation-16-A

c. Distribusi listrik dari busbar A3 ada 8 penyulang, yaitu :


Dari busbar A3 breaker A3.1 mendistribusikan listrik masuk ke

TR-33 (12/6,9 KV) dan TR-21 (12/6,9 KV)


Dari busbar A3 breaker A3.2 mendistribusikan listrik masuk ke

SubStation-16-B
Dari busbar A3 breaker A3.3 sebagai Spare
Dari busbar A3 breaker A3.4 mendistribusikan listrik masuk ke
TR-8
38

Dari busbar A3 breaker A3.5 mendistribusikan listrik masuk ke

Substation-28-B
Dari busbar A3 breaker A3.7 mendistribusikan listrik masuk ke

PTR-2A (12/6,9 KV)


Dari busbar A3 breaker A3.8 mendistribusikan listrik masuk ke

SubStation-1A-SG
Dari busbar A3 breaker A3.9 mendistribusikan listrik masuk ke
SubStation-29-B

Prosedur Mengoperasikan Tie Breaker TR 24/TR 25


a. Prosedur mengOFFkan incoming TR 24
1. Pindahkan selector switch manual/auto ke posisi manual
2. ON kan Tie Breaker
3. Setelah Tie Breaker ON segera putar selector switch Trip A-O-Trip
B ke posisi trip A
Tie Breaker ON dan Breaker Incoming TR 24 OFF
b. Prosedur menormalkan Incoming TR 24
1. ON Breaker Incoming TR 24
2. Setelah TR 24,secara otomatis Tie Breaker akan OFF
3. Pindahkan selector switch manual/auto ke posisi auto Tie Breaker
OFF dan Breaker Incoming TR 24 ON
c. Prosedur mengOFFkan incoming TR 25
1. Pindahkan selector switch manual/auto ke posisi manual
2. ON kan Tie Breaker
3. Setelah Tie Breaker ON segera putar selector switch Trip A-O-Trip B
ke posisi trip A
Tie Breaker ON dan Breaker Incoming TR 25 OFF
d. Prosedur menormalkan Incoming TR 25
1. Pindahkan selector switch manual/auto ke posisi manual
2. Setelah TR 25,secara otomatis Tie Breaker akan OFF
3. Pindahkan selector switch manual/auto ke posisi auto Tie Breaker
OFF dan Breaker Incoming TR 25 ON
4.4.1

Sistem Selektif Sekunder Radial (Double Feeder)


Sistem selektif sekunder radial ini disebut juga sistem radial ganda

(double feeder) yang merupakan modifikasi anatara sistem jaringan (Net) dan
sistem radial.Sistem ini terdiri dari sepasang sumber yang masuk atau sepasang
transformator atau sepasang feeder dari sub station lain yang memiliki tipe dan
39

kapasitas yang sama dan terhubung dengan dua buah sub station yang sama
juga,dimana dua sub station yang sama tersebut terhubung dengan sebuah
Normally Open Tie Circuit Breaker (Bus Coupler atau Automatic Transfer
Switch) satu dengan yang lainnya.pada ATS dipasang proteksi relay yaitu relay
hubung singkat dan relay under voltage.jika terjadi gangguan hubung singkat ATS
tidak bekerja karena apabila ATS bekerja maka trafo yang sehat juga akan
terganggu.Tetapi apabila terjadi gangguan under voltage maka ATS akan menutup
dan beban yang disuplai dari trafo yang mengalami gangguan pindah ke trafo
yang sehat.Sistem ini sangat baik dalam pelayanan terhadap beban yang
membutuhkan kontinuitas yang tinggi sebab apabila salah satu sumber mengalami
gangguan, maka suplai daya dapat dilayani dari sumber yang lain dengan
menghubungkan Bus Coupler. Oleh karenanya system ini dipakai pada substation
untuk melayani kebutuhan listrik di kilang.
Keandalan sistem selektif sekunder radial dalam pendistribusian tenaga
listrik di PT.Pertamina (Refinery) Unit III Plaju didukung oleh dua PLTG yang
beroperasi secara pararel agar daya yang dihasilkan lebih besar yang apabila salah
satu PLTG mengalami gangguan maka beban yang disuplai pada PLTG yang
mengalami gangguan dapat disuplai/dipindahkan dari PLTG yang sehat,Pada saat
beban dari PLTG yang mengalami gangguan dipindahkan ke PLTG yang
sehat.sehingga beban yang disuplai dari PLTG yang sehat bertambah.Agar PLTG
yang sehat tidak mengalami gangguan maka dipasang load shedding atau relay
under frekwensi yang melepas beban berdasarkan frekwensi. dua trafo yang
memiliki kapasitas yang sama,dan dua penyulang ke trafo.
Keuntungan dan kelebihan dari system distribusi radial ganda dengan Bus
Coupler adalah :
- Meningkatkan kehandalan suplai daya, yaitu apabila salah satu incoming feeder
mengalami gangguan maka suplai daya akan disuplai ke feeder lain yang sehat
melalui Bus coupler yang segera menutup ( clouse).
- Memudahkan pekerjaan pemeliharaan berjadwal dari peralatan utama system
distribusi tanpa memadamkan beban ataupun memberhentikan operasi pada
kilang.
4.4.2

Sistem Ring Main Unit


40

Beban yang ditanggung oleh system ring main unit ini tidak mendekati
beban penuh dari kapasitas trafo yang ada, sehingga apabila terjadi gangguan pada
salah satu trafo yang menggunakan system ini maka system akan masuk ke
system main unit yang lain. System ini dipakai pada substation yang melayani
beban perumahan dan sekolah yang berada pada komplek PERTAMINA.

41

Gambar 4.3 Disatribusi Listrik ke Subtation dan Beban


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai system distribusi secondaru selective
radial (double feeder) di PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III
dapat disimpulkan.

Bila ada pemeliharaan atau kerusakan pada salah satu substation, proses
pendistribusian listrik ke beban tidak akan terganggu karena menggunakan

system distribusi secondary selective radial (double feeder).


Jika salah satu GTG ( generator turbin gas) mengalami gangguan (shut
down) suplai listrik tidak akan terhenti, karena beban yang di layani oleh
GTG yang mengalami gangguan dapat di layani oleh GTG yang masih

beroperasi, sehingga proses produksi tidak tertanggu.


Untuk meningkatkan kontinuitas penyaluran tenaga listrik maka masingmasing beban dilayanin dengan double feeder dimana antar bus-bar
dilengkapi

dengan ATS

(automatic

dioperasikan secara manual atau otomatis.

42

transfer

sewitch)

yang

dapat

5.2 Saran
Pada sistem kelistrikan di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju,
Sebaiknya tidak hanya mengutamakan kehandalan dalam pembangkitan
dan pendistribusian tenaga listrik untuk proses pengolahan produksi yang
continue,

tetapi

juga

mempertimbangkan

nilai

ekonomis

dari

pembangkitan tenaga listrik tersebut.


Mengingat Produksi Tenaga Listrik yang dihasilkan PT PERTAMINA
(PERSERO) RU III merupakan potensi yang sangat memungkinkan untuk
membantu krisis energy listrik di Sumatera Selatan, khususnya di daerah
luar kilang (perkampungan), Maka sebaiknya dilakukan kerja sama antara
PT. PERTAMINA dengan PT.PLN (interkoneksi) untuk mengatasi
permasalahan tersebut.

43

Anda mungkin juga menyukai