PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa hendaknya memiliki kemampuan teoritis dan aplikatif dalam
menunjang proses studi yang merupakan persiapan dalam menghadapi dunia kerja
setelah mereka dinyatakan lulus dari perkuliahan. Pengetahuan yang bersifat teori
merupakan pengetahuan yang konseptual, diperoleh melalui kegiatan perkuliahan
di kampus, penting dikuasai sebagai dasar pemikiran. Pengetahuan yang bersifat
aplikatif atau praktis, dapat diperoleh pada kegiatan praktikum di laboratorium
yang menunjang kegiatan tersebut. Di samping itu, pengetahuan yang tak kalah
pentingnya adalah pengetahuan praktis yang berhubungan dengan dunia kerja
yang riil yang diperoleh di luar jam perkuliahan, untuk dimiliki sebagai bekal
pengalaman berhadapan langsung dengan kenyataan di dunia kerja.
Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah dalam kurikulum jurusan
Teknik Elektro Konsentrasi Teknik Tenaga Listrik Universitas Sriwijaya. Dalam
kerja praktek diharapkan mahasiswa dapat mengetahui penerapan ilmu
pengetahuan teori bidang listrik terdepan sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar kesarjanaan.
PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III PLAJU sebagai salah
satu unit pengolahan dari perusahaan pertambangan minyak dan gas terbesar di
indonesiahensih tentunya menerapkan aplikasi dari ilmu dan teknologi bidang
listrik terdepan dan terintegrasi dalam pengoperasiannya, kami pandang sebagai
tempat yang sangat sesuai untuk melaksanakan kerja praktek. Atas pertimbangan
tersebut, kami melukakan permohonan untuk melakukan kerja praktek di PT
PERTAMINA (PERSERO) RU III PLAJU. Kerja praktek ini tentunya akan
menjadi bekal bagi kami dalam memasuki dunia kerja nantinya.
Bagi Mahasiswa
-
Mengetahui
ruang
lingkup
dan
gambaran
tentang
Mempelajari
secara
langsung
sistem
kelistrikan
PT.
B.
C.
Bagi
PLAJU.
-
secara langsung.
Untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat di PLTG,PLTD
dan PLTU di PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju.
yaitu : pembahasan
: HR Development
Safety/security
: Utilities
: Maintenance Area II
08 November 2011
: HR Development
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah singkat pertamina RU III Plaju
Sebelum perang dunia II, Indonesia merupakan penghasil minyak di Timur
jauh dengan hasil rata-rata 62 juta barel/tahun. Pada waktu itu perindustrian
minyak indonesia dikuasai oleh perusahaan SHELL dan SVPM, dengan daerah
operasi SHELL mulai dari sumatera Utara sampai Irian jaya, kecuali daerah
Sumatera Selatan yang dikuasai oleh SVPM. Di Sumatera selatan pencarian
minyak dan gas bumi telah dimulai di formasi Muara Enim (MEF) dan mulai
diproduksi pada tahun 1909.
Selanjutnya pada tahun 1912, didaerah Talang Akar Pendopo ditentukan
sumber minyak terbesar oleh perusahaan Nenderlandsche Koloniale Petroleum
Maatschappij ( NKPM) akhirnya, pada tahun 1920 didirikan kilang minyak di
plaju dan sungai gerong. Setelah indonesia merdeka NKPM berganti nama
menjadi SVPM ( standart vacum Petroleum Maatschappij) dan pada tahun 1959
berganti nama lagi menjadi PT.Stanvac Indonesia. Kilang yang ditentukan oleh
NKPM inilah yang didirikan di Plaju oleh belanda, yang kemudian menjadi cikal
bakal kilang pertamina RU III.
Mengingat usaha pembangunan dan pengolahan minyak membutuhkan
modal dan dana yang besar , maka diadakan perjanjian kontrak kerja antara
pemerintah RI dengan perusahaan SHELL dan SPVM. Sebagai realisasi PP No.
44 tahun 1960, maka tanggal 31 Desember 1965 semua asset SHELL, termasuk
Prabumulih,jambi,terminal pulau sumbu, dan kilang Plaju dibeli oleh Pemerintah
RI yang selanjutnya dikelola oleh PN Pertamina. Pada tanggal 17 januari 1970,
6
semua asset PTSI seperti kilang sungai gerong dan tanjung Uban dibeli oleh
pemerintah RI dan Dikelola oleh PN Pertamina.
Sampai saat ini, kilang RU III PLAJU yang disebut juga dengan kilang
Musi terletak di Area Plaju dan sungai Gerong yang terpisahkan oleh sungai
Komering dan merupakan salah satu kilang yang memiliki konfugurasi terpadu,
yakni kilang minyak dan kilang petrokimia.
Keberadaan kilang musi dalam struktur mikro perusahaan, cukup strategis
untuk memupuk pendapatan perusahaan serta mampu memenuhi spesifikasi world
wide fuel charter dengan menghasilkan jenis produk yang luas, yaitu BBM, non
BBM, dan Petrokimia.
Sejak tahun 2003 Pertamina kembali mengalami perubahan berdasarkan
undang-undang No. 22/2001 tentang minyak dan gas bumi dan PP No. 31 / tahun
2003, status pertamina berubah dari BUMN menjadi persero, yang menghadapkan
pada kenyataan bahwa pertamina harus menjadi perusahaan yang profit Oriented
dan berkompetisi di pasar bebas. Sebagai perusahaan yang profit oriented, PT.
Pertamina ( Persero) harus meningkatkan kemampuan untuk memenangkan
persaingan dengan perusahaan perusahaan yang bergerak di bidang migas baik
nasional ataupun internasional, pada tahun 2005 lambang pertamina berubah dari
lambang kuda laut menjadi huruf P yang terdiri dari tiga warna yaitu warna
biru,hijau dan merah
2.2 Organisasi
2.2.1 Visi, Misi dan Tata Nilai
PT pertamina (persero) memiliki visi, dan tata nilai sebagai berikut.
1. Visi
Menjadi Kilang Minyak dan Petrokimia Nasional Terkemuka di Asia
Tenggara tahun 2015
2. Misi
Mengelola Kilang Minyak dan Petrokimia :
3. Tata Nilai
Focus
Menghasilkan Nilai Tambah secara Optimal dan Kontinyu
Integrity
Mempunyai komitmen dan program kerja untuk memajukan
perusahaan
Visionary
Tumbuh dan Berkembang
Excellence
Mempunyai daya saing tinggi
Mutual Respect
Mitra kerja yang handal dan terpecaya, berorientasi pada
kepentingan pelanggan dan bewawasan lingkungan
Penjadwalan Produksi
Proses Enginering
Fasilitas Enginering
Proyek Enginering
c. Manajer Keuangan
Membawahi beberapa bagian antara lain :
Kontroler
Akutansi Kilang
Perbendaharaan
d. Manajer Umum
Membawahi beberapa bagian antara lain :
HKP
Hummas
Sekuriti
P dan B
O dan P
Kesehatan
Marine
Pengadaan
Fasilitas Umum
Kontrak
h. Manajer Kilang
Membawahi beberapa bagian antara lain :
Manajer Reliabilitas
Inspeksi
i. Shift Superintendent
j. Kepala Laboratorium
2.2.3 Struktur Organisasi Utilities
10
Premium
Digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
Fuel Oil
Digunakan sebagai bahan bakar furnace.
b. Non BBM
Solvent
Digunakan sebagai bahan pelarut utama dalam industri kimia seperti
SPBX, HAWS, dan BGO.
Asphalt
Polytam Pellet
Merupakan produk polypropylene sebagai bahan pembuat plasctic.
13
a.
Distilasi
Distilasi adalah proses pemisahan minyak mentah berdasarkan perbedaan titik
didih. Distilasi
Ekstraksi
14
hidrokarbon
campuran
gas
cair.
Stripping
mengunakan
larutan
benfield,
Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik leleh.
15
2.6.3
Proses treating
Proses treating bertujuan untuk menghilangkan
senyawa- senyawa
pengotor yang masih ada pada produk penghilangan atau untuk menstabilkan
produk.
Proses treating yang paling penting adalah proses penghilangan gas H2S
dengan menggunakan MEA atau dengan caustic soda ( NaOH) . proses treating ini
dilakukan pada unit CTU ( Caustic Treating Unit), BB treater ( ButhaneButhylene Treater), doctor treater ( untuk menghilangkan merkapan-merkapan),
dan SAU ( Sulphuric Acid Recovery Unit)
2.6.4
Proses Petrokimia
Bahan bahan petrokimia pada umumnya adalah turunan dari olefin dan
aromat. Bahan baku ini dapat diperoleh dari hasil proses pemisahan minyak
mentah. Nilai bahan petrokimia dapat lebih tinggi lagi daripada produk bahan
bakar. Contoh bahan petrokimia adalah polietilen, polypropylene, PVC, Etilen
glikol, polistiren purified terephthalic Acid (PTA), dan sebagainya
2.7 Penunjang operasi kilang RU III
16
Listrik
Air proses
Air minum
Air pendingin
Steam bertekanan
Udara bertekanan
Power Station 1
WTP (B.Kuning)
Power Station 2
WTU
Power Station 3
WTU
Cooling tower
Air plant
Deminerlization plant
Demineralization plant
Air plant
Air plant
Cooling tower
Oxygen plant
Boiler ( 40 K)
Gas turbine
(DWP II)
Nitrogen plant
RPA 5-6
RPA 4
Sistem utilitas RU-III dibagi menjadi tiga Power Station (PS), yaitu PSI dan
PS2 yang terletak di plaju sedangkan PS 3 terletak di sungai gerong
Tabel 2.1 Power Station pada Utilitas RU-III
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
18
kilang Plaju dan kilang Sungai Gerong sedangkan PLTU dan PLTD dalam
keadaan standby.
Satu unit PLTU posisi stanby
Satu unit PLTD digunakan untuk daya darurat (emergency) yang meliputi
penerangan,control motor,UPS,dan kebutuhan lokal.
Suplai tenaga listrik dari plaju ke Suangai Gerong melalui gardu hubung (SS#1A)
Pasiran.
GTG 2015 UB
43.675 MVA
0.8 lagging
12 KV
50 Hz
3000 Rpm
46.250 MVA
0.8 lagging
12 KV
50 Hz
3000 Rpm
253 % (57.66%)
23.9% (5.45%)
17.1% (3.9%)
195% (42.16%)
20.8 % (4.49%)
15.1% (3.26%)
0.57 sec
0.026 sec
0.7 sec
0.04 sec
Manufacture
Output KVA/KW
RPM
Volts
Ampere
Phase/Hertz
Phase Connection
Excitation Volts
Excitation Ampere
Coolant
Spec
Power Factor
334.7 A
3/50
Star
55.6 V
372 A
Air
BS 500 PF 99
0.8
Tabel 3.2 Generator turbin uap
Sistem
distribusi
tenaga
listrik
yang
digunakan
di
Kilang
distribusi dibedakan menjadi dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem
distribusi sekunder. Pada sistem distribusi primer terdapat tiga jenis dasar,yaitu
sistem radial,sistem lup (loop) dan sistem jaringan primer.
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari
gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan
saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan
yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini
direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat
beban. Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer.
21
pasokan dari salah satu arah terganggu,pemakai itu akan disambung pada
tiap fider.Sistem lup dapat dioperasikan secara terbuka,ataupun secara
tertutup.
Pada system lup terbuka,bagian-bagian fider tersambung melalui
alat pemisah (disconnectors),dan kedua ujung fider tersambung pada
sumber energy.Pada suatu tempat tertentu pada fider,alat pemisah sengaja
dibiarkan dalam keadaan terbuka.Pada asasnya,system ini terdiri atas dua
fider yang dipisahkan oleh suatu pemisah,yang dapat berupa sekreng,alat
pemisah,atas daya.(Gambar 3.3).Bila terjadi gangguan,bagian saluran dari
fider yang terganggu dapat dilepas dan menyambungnya pada fider yang
tidak terganggu.Sistem demikian biasanya dioperasikan secara manual dan
dipakai pada jaringan-jaringan yang relatif kecil.
Pada system lup tertutup (Gambar 3.4) diperoleh suatu tingkat
keandalan yang lebih tinggi.Pada system ini alat-alat pemisah biasanya
berupa saklar daya yang lebih mahal.Saklar-saklar daya itundigerakkan
oleh relai yang membuka saklar daya pada tiap ujung dari bagian saluran
yang terganggu,sehingga bagian fider yang tersisa tetap berada dalam
keadaan berenergi.Pengoperasian relai yang baik diperoleh dengan
mempergunakan kawat pilot yang menghubungkan semua saklar
daya.Kawat pilot ini cukup mahal untuk dipasang dan
dioperasikan.Kadang-kadang rangkaian telepon yang disewa dapat dipakai
sebagai pengganti kawat pilot.
23
24
bentuk spindle, yang biasanya terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan
dibebani, dan satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Perhatikan
gambar (3.6). Saluran 6 penyulang yang beroperasi dalam keadaan berbeban
dinamakan "working feeder" atau saluran kerja, dan satu saluran yang
dioperasikan tanpa beban dinamakan"express feeder".
Fungsi "express feeder" dalam hal ini selain sebagai cadangan pada saat
terjadi gangguan pada salah satu "working feeder", juga berfungsi untuk
memperkecil terjadinya drop tegangan pada sistem distribusi bersangkutan pada
keadaan operasi normal. Dalam keadaan normal memang "express feeder" ini
sengaja dioperasikan tanpa beban. Perlu diingat di sini, bahwa bentuk-bentuk
jaringan beserta modifikasinya seperti yang telah diuraikan di muka, terutama
dikembangkan pada sistem jaringan arus bolak-balik (AC).
25
merupakan dasar untuk menentukan suatu Lay Out. Prinsip dari lay out juga
tergantung dari variasi tegangan dan arus yang keduanya akan menentukan ukuran
dari komponen dan jarak antara peralatan peraltan tersebut .
3.2.2
Saluran Distribusi
Untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke beban
1. Konduktor
2. Isolasi
3. Filler
4/5. Perisai
kontinuitas dan kehandalan yang tinggi. Motor listrik yang digunakan sebagian
besar adalah motor listrik tak serempak dengan kapasitas antara 0.25 HP sampai
dengan 1500HP.
Tegangan nominal motor ditentukan oleh besarnya kapasitas motor yang
bersangkutan. Motor-motor di bawah 200 HP dapat menggunakan tegangan
26
Sistem Proteksi
Suatu peralatan yang dirancang dengan baik bagaimanapun tidak dapat
menghindari adanya gangguan pada system dari peralatan tersebut. Hal ini dapat
terjadi akibat factor peralatan itu sendiri, seperti lamanya umur pemakaian yang
menyebabkan turunanya kemampuan suatu system peralatan. Gangguan dapat
juga diakibatkan oleh pengaruh dari luar yang menyebabkan terganggunya suatu
system. Untuk dapat mendeteksi suatu gangguan yang terjadi dan dapat
mengisolir dengan cepat daerah yang mendapat gangguan, sehingga tidak
mempengaruhi keseluruhan system, maka diperlukan sistem proteksi yang baik.
System proteksi terdiri dari :
1.
Circuit Breaker (CB)
CB adalah suatu peralatan listrik yang menghubungkan atau memutuskan
rangkaian listrik dalam keadaan normal dan tidak normal yang dilengkapi dengan
alat pemadam busur api. Dalam keadaan tidak normal atau gangguan, CB adalah
merupakan sakelar otomatis yang dapat memisahkan arus gangguan, dimana
untuk mengerjakan atau mengoperasikan CB dalam keadaan tidak normal ini
umumnya digunakan suatu rangkaian trip yang mendapat signal dari suatu
rangkaian rele rangkaian rele pengalaman.
2.
Sekering (Fuse)
Sekering digunakan untuk melindungi peralatan listrik dari gangguan terhadap
arus lebih. Sekering digunakan apabila peralatan tidak dilengkapi dengan rele arus
lebih.
3.
Proteksi Rele
Merupakan alat yang mengatur kerja suatu system proteksi berdasarkan
api berlangsung. Tahanan kontak utama adalah rendah dan dibuat dari lapisan
perak. Sedangkan kontak busur api_arcing contacts) dibuat dari bahan yang keras
dan tahan terhadap panas yang tinggi seperti copper Alloy. Karena kontak busur
api ditekan oleh pegas maka terjadi pembukaan kontak-kontak dari CB, kontak
busur api ini akan terjadi pada kontak busur api ini. Sewaktu jarak kontak busur
api semakin melebar, maka busur api yang terjadi akan dipisahkan dan dialihkan
pada suatu peralatan lain yang disebut arc runners, dimana kemudian busur api
yang terjadi diantara ujung arc runners ini segera didinginkan dan dipisahkan oleh
plat-plat pemisah busur api atau arc splitter plates.
Pada CB jenis ini ada juga yang menggunakan medan magnet untuk
memecah mecah loncatan busur api yang terjadi diantara kontak-kontak pada
waktu pembukaan kontak-kontak sehingga busur api akan segera padam.
b. Oil Circuit Breaker
Pada CB jenis ini kontak-kontak akan teredam didalam suatu tangki yang
berisi minyak yang mempunyai sifat isolasi . bila terjadi loncatan busur pai, maka
akan terjadi dan terbentuk gas dan aliran turbulen dari minyak.
Pada dasarnya pemadaman busur api yang terjadi di antara kontakkontaknya adalah sebagai berikut :
Pendinginan , dimana panas dari busur api dibawa keluar oleh gas yang
terjadi
Oleh adanya aliran turbulen dari minyak
Kekuatan dielektrik (dielectric strength) yang terbentuk dengan tiba-tiba
Karena tekanan gas yang terjadi sehingga menambah kekuatan daya
dielektrik.
Bila terjadi busur api didalam minyak , maka minyak yang dekat dengan
busur api tersebut akan berubah menjadi uap minyak dan busur api akan
dikelilingi oleh gelembung-gelembung uap minyak dan gas. Gas yang terjadi
berisi sekitar 70 % hydrogen dan sedikit acetylene dan gas lainya, gas yang
terbentuk ini mempunyai sifat thermal conductivity yang baik dan tegangan
ionisasi yang tinggi. Oleh karenanya maka sifat-sifat ini baik digunakan sebagai
bahan media pemadam. Tangki yang digunakan pada CB jenis ini dapat terdiri
dari satu tangki saja, yaitu untuk CB dengan masing- masingphasanya terpisah.
Pada setiap tangki terdapat gelas penduga dan ventilasi untuk melepaskan tekanan
di dalam tangki. Disamping itu , kontak-kontak juga dilengkapi dengan peralatan
29
yang disebut arc control devices yang berfungsi untuk mempercepat padamnya
busur api. Arc control devices tersebut dapat juga berupa peralatan yang disebut
explotion yang melingkupi sekeliling kontak.
c. Minimum Oil Circuit Breaker
Pada minimum oil CB ini minyak digunakan sebagai bahan pemadam
busur api saja. Karena bagian dari tangki CB ini merupakan bahan yang terbuat
dari keramik atau porselin sebagai bahan isolasi dengan ukuran relative lebih
kecil, biasanya juga disebut Porcelin Circuit Breaker (PCB). Prinsip pemadaman
busur api pada CB Jenis ini adalah dengan terjadinya penyemprotan minyak
dielektrik yang disebabkan oleh aksi dari piston pada permukaan kontak, peralatan
piston ini bekerja karena pergerakan moving contact sehingga menekan minyak
yang ada didalam siliender, dan tekanan minyak didalam silinder ini yang
menyebabkan semprotan pada permukaan kontak.
d. Vacuum Circuit Breaker.
Prinsip kerja CB ini Adlah dengan menempatkan kontak yang terdapat
busur api pada ruang vakum udara, dimana ruang vakum udara merupakan tempat
yang paling baik untuk memandamkan busur api yang terjadi akibat gangguan.
3.3.3
Proteksi Generator
Rele yang dipasang pada generator berfungsi untuk mendeteksi gangguan
yng terjadi pada generator itu sendiri maupun dari luar generator. Pada PS II yang
menggunakan GTG, rele proteksi yang digunakan adalah :
- Rele differensial
- Rele arus lebih
- Rele pergeseran titik netral
- Rele tegangan naik dan jatuh
- Rele urutan negatif
- Rele penguatan jatuh dan lebih dan kegagalan medan
3.3.4
hubung singkat antar fasa, gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, dan
gangguan beban lebih.
Untuk memproteksi gangguan- gangguan yang sering terjadi tersebut,
maka saluran distribusi dilengkapi dengan rele arus lebih, rele gangguan ketanah,
dan rele beban lebih.
30
3.3.5
Proteksi Transformator
Gangguan yang sering terjadi pada transformator adalah hubung singkat
pada terminal dan hubung singkat pada lilitan transformator. Untuk memproteksi
gangguan gangguan tersebut di atas, maka pada transformator dipasang rele arus
lebih dan rele gangguan ke tanah.
3.3.6
Proteksi motor
Motor induksi dapat mengalami gangguan yang serupa dengan generator.
31
3.4
Sistem pengukuran
Besaran yang diukur pada generator secara umum adalah sebagai berikut :
a. Tegangan
Tegangan yang diperlukan untuk menjaga mutu penyediaan tenaga
listrik tidak boleh terlalu rendah dan untuk menjaga jangan sampai
merusak isolasi, tegangan yang diperlukan ini tidak boleh terlalu tinggi
b. Arus
Pengukuran arus diperlukan untuk mengamati perubahan berbagai
alat, jangan sampai mengalami pembebanan lebih
c. Daya aktif
Daya aktif yang diukur dalam kW atau MW. Pengukuran
diperlukan
ini
BAB IV
PEMBAHASAN
32
4.1 Pendahuluan
Pada dasarnya ada dua jenis system distribusi listrik di PT. PERTAMINA
RU III plaju-sungai gerong, yaitu :
1. Sistem radial (radial system)
2. Sistem jaringan (network system)
3. Sistem Lup (Loop)
Sistem radial secara sederhana didefinisikan sebagai sistem yang memiliki
satu aliran distribusi secara simultan kebeban. Sedangkan untuk system dengan
lebih dari satu aliran distribusi simultan disebut system jaringan. Dari kedua jenis
sistem tersebut dapat dimodifikasi menjadi beberapa variasi sistem. Diantaranya
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
33
dan
yang
paling
umum
dipakai
untuk
menyalurkan
dan
mendistribusikan tenaga listrik. Sistem ini dikatakan karena dari kenyataan bahwa
jaringan ini ditarik secara radial dari gardu ke pusat-pusat beban. Sistem ini terdiri
dari saluran utama dan saluran cabang.
Pelayanan tenaga listrik untuk suatu daerah beban tertentu dilaksanakan
dengan memasang trasformator pada sembarang titik pada jaringan yang sedekat
mungkin dengan daerah beban yang dilayaninya. Transformator ini berguna untuk
menurunkan tenaga sistem agar dapat dikonsumsikan pada beban. Untuk daerah
beban yang menyimpang jauh dari saluran utama atu saluran cabang maka akan
ditarik lagi saluran tambahan yang dicabangkan pada saluran tersebut.
Ditinjau dari besarnya penampang saluran ,maka penampang yang terdekat
dengan sumber daya akan memiliki penampang terbesar,kemudian akan
berangsur-angsur mengecil kearah ujung saluran. Hal ini disebabkan karena
semakin dekat dengan sumberdaya distribusi kerapatan arusnya akan semakin
besar.
Salah satu upaya untuk penyaluran enargi listrik yang kontinu ini maka
setiap feeder dihubungkan ke dua bus-bar yang berbeda.Diantara kedua bus-bar
tersebut dilengkapi dengan sebuah Normally Opened Tie Breaker (ATS).Hal ini
dimaksudkan apabila terjadi kegagalan di salah satu feeder,maka bus-bar yang
dialiri oleh feeder tersebut akan dialiri daya listrik dari bus-bar lainnya yang
sehat.Sistem tersebut dikenal dengan Secondary Selective System.seperti gambar
di bawah ini :
34
Panel Switchgear A 12 KV
Panel Switchgear A1 12 KV
Panel Switchgear A2 12 KV
Panel Switchgear A3 12 KV
Battery Charger 110VDC dan baterai
UPS 60 KVA 1 dan 2 beserta baterei
Panel Switchgear A9 tegangan 6,9 KV
Panel Relai Pengaman VCB SWGR 12 KV (PA.0.1 s.d PA.3.2)
Panel Load Shedding
PS-INP-1
Trafo LV (TR44,TR45,TR46,TR47,TR48)
Panel LV (TR44,TR45,TR46,TR47,TR48)
Annuounciator Panel
Panel 2001-K Inst/Electr.(terminal control relay & SWGR)
SWGR MCC 26 & 27
35
distribusi
36
(12/6,9 KV)
Dari busbar A1 breaker A1.3 mendistribusikan daya ke
GI.Kedukan.
37
SubStation-28-A
Dari busbar A2 breaker A2.4 mendistribusikan listrik masuk ke
future TR-11/32
Dari busbar A2 breaker A2.8 mendistribusikan listrik masuk ke
SubStation-1B/SG
Dari busbar A2 breaker A2.10 mendistribusikan listrik masuk ke
SubStation-16-A
SubStation-16-B
Dari busbar A3 breaker A3.3 sebagai Spare
Dari busbar A3 breaker A3.4 mendistribusikan listrik masuk ke
TR-8
38
Substation-28-B
Dari busbar A3 breaker A3.7 mendistribusikan listrik masuk ke
SubStation-1A-SG
Dari busbar A3 breaker A3.9 mendistribusikan listrik masuk ke
SubStation-29-B
(double feeder) yang merupakan modifikasi anatara sistem jaringan (Net) dan
sistem radial.Sistem ini terdiri dari sepasang sumber yang masuk atau sepasang
transformator atau sepasang feeder dari sub station lain yang memiliki tipe dan
39
kapasitas yang sama dan terhubung dengan dua buah sub station yang sama
juga,dimana dua sub station yang sama tersebut terhubung dengan sebuah
Normally Open Tie Circuit Breaker (Bus Coupler atau Automatic Transfer
Switch) satu dengan yang lainnya.pada ATS dipasang proteksi relay yaitu relay
hubung singkat dan relay under voltage.jika terjadi gangguan hubung singkat ATS
tidak bekerja karena apabila ATS bekerja maka trafo yang sehat juga akan
terganggu.Tetapi apabila terjadi gangguan under voltage maka ATS akan menutup
dan beban yang disuplai dari trafo yang mengalami gangguan pindah ke trafo
yang sehat.Sistem ini sangat baik dalam pelayanan terhadap beban yang
membutuhkan kontinuitas yang tinggi sebab apabila salah satu sumber mengalami
gangguan, maka suplai daya dapat dilayani dari sumber yang lain dengan
menghubungkan Bus Coupler. Oleh karenanya system ini dipakai pada substation
untuk melayani kebutuhan listrik di kilang.
Keandalan sistem selektif sekunder radial dalam pendistribusian tenaga
listrik di PT.Pertamina (Refinery) Unit III Plaju didukung oleh dua PLTG yang
beroperasi secara pararel agar daya yang dihasilkan lebih besar yang apabila salah
satu PLTG mengalami gangguan maka beban yang disuplai pada PLTG yang
mengalami gangguan dapat disuplai/dipindahkan dari PLTG yang sehat,Pada saat
beban dari PLTG yang mengalami gangguan dipindahkan ke PLTG yang
sehat.sehingga beban yang disuplai dari PLTG yang sehat bertambah.Agar PLTG
yang sehat tidak mengalami gangguan maka dipasang load shedding atau relay
under frekwensi yang melepas beban berdasarkan frekwensi. dua trafo yang
memiliki kapasitas yang sama,dan dua penyulang ke trafo.
Keuntungan dan kelebihan dari system distribusi radial ganda dengan Bus
Coupler adalah :
- Meningkatkan kehandalan suplai daya, yaitu apabila salah satu incoming feeder
mengalami gangguan maka suplai daya akan disuplai ke feeder lain yang sehat
melalui Bus coupler yang segera menutup ( clouse).
- Memudahkan pekerjaan pemeliharaan berjadwal dari peralatan utama system
distribusi tanpa memadamkan beban ataupun memberhentikan operasi pada
kilang.
4.4.2
Beban yang ditanggung oleh system ring main unit ini tidak mendekati
beban penuh dari kapasitas trafo yang ada, sehingga apabila terjadi gangguan pada
salah satu trafo yang menggunakan system ini maka system akan masuk ke
system main unit yang lain. System ini dipakai pada substation yang melayani
beban perumahan dan sekolah yang berada pada komplek PERTAMINA.
41
Bila ada pemeliharaan atau kerusakan pada salah satu substation, proses
pendistribusian listrik ke beban tidak akan terganggu karena menggunakan
dengan ATS
(automatic
42
transfer
sewitch)
yang
dapat
5.2 Saran
Pada sistem kelistrikan di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju,
Sebaiknya tidak hanya mengutamakan kehandalan dalam pembangkitan
dan pendistribusian tenaga listrik untuk proses pengolahan produksi yang
continue,
tetapi
juga
mempertimbangkan
nilai
ekonomis
dari
43