Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Kegiatan Kerja Praktek (KP) harus dilaksanakan oleh mahasiswa sebagai salah satu
mata kuliah pada semester VII program studi Teknik Mesin Universitas Bung Hatta
Padang. Kerja praktek ini dapat meningkatkan keterampilan dan menambah pengetahuan
mahasiswa dengan jalan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dibangku perkuliah ke
dunia industri.
Didunia industri mahasiswa melakukan latihan-latihan dan bekerja layaknya karyawan
yang ada di suatu perusahaaan serta mendapat perlakuan disiplin yang sama dengan
karyawan. Dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat melatih disiplin diri, sehingga
tidak hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan saja akan tetapi ikut merasakan
situasi pekerjaan.
Bagi perusahaan yang memberi tempat untuk program kerja praktek dapat dikaitkan
dalam usaha mengisi kebutuhan tenaga kerja baru. Selama kerja praktek perusahaan dapat
mengamati dan mengarahkan para mahasiswa yang melakukan kerja praktek di perusahaan
tersebut, agar mahasiswa dapat mengambil pelajaran dari arahan yang diberikan.
Keuntungan timbal balik akan didapatkan apabila kerja yang dilakukan sungguh-sungguh.
Bagi mahasiswa selain mendapatkan program studi juga mendapatkan pengalaman
dalam melatih keterampilan, sikap serta pola dalam bertindak. Bagi perusahaan dapat
menarik keuntungan secara langsung dengan memberi program dalam pemecahan
persoalan khusus yang disadari selama ini sehingga persoalan tersebut dapat dibawa
keperguruan tinggi untuk di jadikan bahan penelitian dengan demikian hubungan yang
lebih harmonis akan terjalin antara perusahaan dengan perguruan tinggi.
Akhir dari Kerja Praktek (KP) adalah mahasiswa diwajibkan untuk membuat laporan
hasil kerja praktek nya dan mempresentasikan hasil laporan tersebut di depan dosen
penguji yang telah ditentukan.

Fungsi dari cooling water system pada PLTA adalah untuk menjaga agar mesin tidak
beroperasi pada temperatur yang sangat tinggi (overheating) maka sangat diperlukan
sistem pendingin yang efektif. Jika mesin dioperasikan pada temperatur tinggi maka

1
2

efisiensi mesin akan menurun. Pada dasaarnya sistem pendingin pada PLTA menggunakan
air yang diambil dari water supply dan dipompa oleh sebuah pompa sentrifugal.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan dari Kerja Praktek di PT. PLN (Persero) Sektor


Pengendalian Pembangkitan Bukittinggi PLTA Maninjau adalah :

1. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan.


2. Memperdalam dan meningkatkan kualitas, keterampilan dan kreativitas pribadi.
3. Melatih diri agar tanggap dan peka dalam menghadapi situasi dan kondisi
lingkungan kerja.
4. Melatih diri dalam hal kerjasama untuk menghasilkan pemahaman yang
sejalan.
5. Mengukur kemampuan mahasiswa dalam bersosialisasi dan bekerja dalam
suatu perusahaan.
6. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman sebagai generasi terdidik
untuk nantinya dapat terjun ke dalam masyarakat terutama di lingkungan
pendidikan dan industri.

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan sistem penulisan laporan dari awal sampai akhir

sehingga isinya menghasilkan tulisan dengan urutan yang teratur dan lebih terarah serta

pengelompokan-pengelompokan yang jelas. Adapun sistematika penulisan Laporan Kerja

Praktek ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini pembahasan difokuskan pada Latar Belakang Kerja Praktek,

Tujuan Kerja Praktek, Dan Sistematika Penulisan Kerja Praktek.

BAB II : MANAJEMEN PERUSAHAAN


3

Pada bab ini jarah perusahaan, bidang usaha dan pemasaran produk,

struktur organisasi dan manajemen perusahaan, sistem dan mekanisme

pengendalian , kualitas produk perusahaan.

BAB III : PROSES PRODUKSI

Pada bab ini dijelaskan mengenai proses produksi perusahaan yang memuat

tentang tata letak pabrik dan tata letak fasilitas /mesin , proses produksi,

sistem dan mekanisme pemeliharaan mesin dan peralatan mekanis.

BAB IV : TUGAS KHUSUS

Bab ini berisi latar belakang tugas khusus (Cooling Water System),

batasan masalah, tujuan, tinjauan pustaka, perancangan /analisis

pembahasan dan kesimpulan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang dikemukakan berdasarkan hasil

pengamatan penulis selama Kerja Praktek.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
4

BAB II
MANAJEMEN PERUSAHAAN

2.1 Deskripsi PT. PLN (Persero) Sektor Pengendalian Pembangkitan Bukittinggi

PLTA Maninjau.

Didalam deskripsi tentang perusahaan/industri dimana KP dilaksanakan akan

dibahas mengenai sejarah berdirinya perusahaan/industri, struktur organisasi dan

fasilitas yang tersedia di perusahaan tersebut.

Gambar 2.1. Gedung Sektor Pembangkitan Bukittinggi (SBKT)

2.1.1 Sejarah Berdirinya PLTA Maninjau

PLTA Maninjau berada disebelah barat daya Danau Maninjau, terleta kira-kira

125 Km pinggir pantai ke utara kota Padang. Keseluruhan proyek PLTA Maninjau

merupakan daerah vulkanik yang terletak dipinggir Bukit Barisan. Bukit Barisan ini

memanjang hampir tidak ada putus-putusnya dari ujung yang satu ke ujung yang

lainya pada pinggir sebelah barat Pulau Sumatra dengan evaluasi yang

bervariasi,elevasi yang tertinggi dari bukitinggi mencapai ketinggian 400 meter.

Danau Maninjau merupakan suatu kaldera yang sudah mati dengan tinggi permukaan

air 464 meter, pinggiran perbukitan dikelilingi danau sangat curam dengan ketinggian
5

sekitar mencapai 800 meter.

Gambar 2.2.Power House PLTA Maninjau

Rencana pembangunan PLTA Maninjau ini sudah berlangsung sejak zaman


kolonial Belanda dan Jepang, tetapi realisasi dari perencanaan tersebut dilakukan
sekitar tahun 1965, sebuah perusahaan konsultant koe co Ltd. Japan, mengadakan
penelitian tentang kemungkinan dibangunnya pembangkit listrik dimaninjau. Setelah
diadakan penyelidikan ulang oleh sebuah Firma dari Jerman, Lehmayerir
Internasinal Gmbh mengadakan studi menyeluruh terhadap masalah pembangunan
pembangkit tenaga listrik di maninjau pada tahun 1977. Hasil studi tersebut
dijadikan sebagai pedoman untuk pembangunan PLTA Maninjau.

Penelitian terakhir yang dilakukan oleh pihak PLN pembangunan II


PIKITRING Sumbar-Riau yang saat itu dikepalai oleh bapak Ir. Januar Muin,
dilakukan bersama beberapa konstributor lainya pada awal tahun 1975. Hasil
penelitian tersebut pada tahun 1976 dijadikan sebagai salah satu pedoman
pemerintah untuk memperoleh dana pinjaman dari ADB (Asian Development
Bank) untuk keperluan pembangunan PLTA Maninjau.

Pada tahun 1977 pihak PLN menunjuk konsultan Electrowat Enggineering


service Ltd Zurich Switzerland dan Nippon Koei Ltd Jepang untuk memulai
pembangunan proyek PLTA maninjau, pelaksanaan proyek yang dilakukan kedua
perusahaan ini meliputi pekerjaan perencanaan, pembangunan dan pemasangan
6

alat-alat listrik dan mesin selama pelaksanaan proyek. Sebagai kontraktor pelaksana
pembangunan power house (bangunan gedung) sentral PLTA Maninjau dan
pembangunan trowongan (tunnel) dan dam (weir) serta pintu masuk air (intake).
Pekerjaan ini dilaksanaan oleh kontraktor OBAYASHIGUMI Co. Ltd (meliputi
pekerjaan sipil).

Pekerjaan pintu air termasuk sistim kontrolnya, pembangunan pipa pesat


(penstock) dan pipa pembagi (manifold) dilaksanakan oleh kontraktor KURIMOTO
Co. Ltd. Untuk pekerjaan elektro mekanik meliputi pengerjaan pemasangan Turbin
dan Generator serta seradang hubung (switch yard) dilaksanakan dan diawasi
oleh kontraktor SUMITOMO Co. Ltd dengan pengerjaan turbin dilaksanakan
oleh TOSHIBA, sedangkan bagian generator dan switch yard dilaksanakan oleh
MEIDENSA. Penyelesaian proyek tersebut dilaksanakan dengan empat tahap
pemasangan turbin dan generator dengan tahap pengoperasian yaitu:

1. Tahapan pertama turbin unit IV tanggal 13 September 1983

2. Tahapan kedua turbin unit II tanggal 2 Oktober 1983

3. Tahapan ketiga turbin III tanggal 13 Oktober 1983

4. Tahapan kempat turbin unit I tanggal 13 November

Peresmian PLTA Maninjau dilaksanakan oleh presiden Soeharto pada


tanggal 28 Desember 1983, saat itu PLTA Maninjau berada dibawah pengawasan
dan operasional PLN Wilayah III Sumbar-Riau sebagai salah satu bagian dari satu
administrasi surat keputusan Direksi No. 079/DIR/82. Sesuai dengan tingkat
perkembangan organisasi selanjutnya, maka dengan surat keputusan Direksi No.
097.K/023/DIR/1997, PLN Sektor Bukittinggi berubah nama menjadi PT. PLN
(Persero) Pembangkitan Sumbagsel Sektor Pembagkitan Bukittinggi yang
berkedudukan di Bukittinggi dengan unit kerja PLTA Maninjau Lubuk Sao.

Tenaga listrik yang dihasilkan PLTA Maninjau dengan daya terpasang 4 X 17


MW dan tegangan 10 kv dinaikan menjadi 150 kv melalui trafo utama dan
disalurkan melalui jaringan transmisi 150 kv yang terinterkoneksi dengan sistem
7

Sumbagtengsel yang harus mengikuti aturan Unit Pengaturan Beban (UPB) yang
terletak di Lubuk Alung, yaitu:

1. Line 1 : Pariaman

2. Line 2 : Lubuk Alung

3. Line 3 : Padang Luar

4. Line 4 : Simpang 4 I (satu)

5. Line 5 : Simpang 4 II (dua)

Untuk melayani konsumen di Lubuk Basung, Maninjau dan Bukittinggi


digunakan transformer 150/20 kv yang disalurkan melalui feeder I,II,III dan IV
Lubuk Basung dan feeder Bukittinggi.

Gambar 2.3. Pintu Air Masuk (Intake) PLTA Maninjau

Gambar 2.4.Intake dan Power Hause PLTA Maninjau


8

Gambar 2.5. Lokasi PLTA Maninjau

2.2 Visi Dan Misi PT.PLN (Persero)

Visi

“Menjadi perusahaan pembangkitan terkemuka dan unggul di Indonesia dengan

kinerja kelas dunia dengan bertumpu pada potensi insani”.

MISI

1. Menjalankan usaha pembangkitan energi listrik yang efisien, handal, dan

berwawasan lingkungan.

2. Menerapkan tata kelola pembangkitan kelas dunia yang didukung oleh sumber

daya manusia berpengalaman dan berpengetahuan.

3. Menjadikan budaya perusahaan sebagai tuntunan didalam pelaksanaan tugas

dan tanggungjawab.

MOTTO

“Energi kita untuk kehidupan yang lebih baik”

(our energy for a better life)


13

2.3 Struktur Organisasi

Gambar 2.6. Struktur Organisasi


14

Struktur organisasi dan manajemen perusahaan sangat diperlukan oleh suatu

perusahaan karena setiap orang ingin mengetahui dari siapa dia akan menerima perintah

dan kepada siapa dia mempertanggung jawabkan pekerjanya. Organisasi dan

manajemen juga memegang peranan penting sebab majunya suatu perusahaan

tergantung dari bentuk organisasi dan manajemen suatu perusahan itu sendiri, maka

tujuan dan sasaran ditetapkan agar akan lebih berhasil bila ada pengkoordinasi antara

sub-sub dalam organisasi yang terarah.

Struktur organisasi yang digunakan di PLTA Batang Agam adalah stuktur

organisasi fungsional, dimana struktur organisasi ini memanfaatkan tenaga ahli dibidang

khusus semaksimal mungkin.

a. Manajer PLTA Maninjau

PLTA Maninjau dipimpin oleh seorang manajer yang tugas pokoknya adalah

mengkoordinir jalanya rencana operasi dan pemeliharaan, menganalisa dan mengatasi

atau mencegah terjadinya kerusakan maupun gangguan yang akan terjadi pada unit

pembangkit, membina bawahan dan mengawasi pengelolaan pengusahaan pembangkit

dan sumber daya manusia dalam rangka memproduksi tenaga listrik yang handal.

b. AEP Pengusahaan

Tugas pokok dari AEP ( Assisten Engenering Pengusahaan ) adalah membawahi

seluruh supervisor di unit PLTA Maninjau serta mengatur dan mengkoordinir seluruh

pekerjaan yang akan dilakukan oleh masing-masing seksi. AEP di dalam pelaksanaan

pekerjaann bertanggung jawab langsung kepada Manejer PLTA.

c. Supervisor Operasi Shift A, B, C dan D


15

Tugas pokok dari supervisor operasi A, B, C dan D adalah mengkoordinasikan,

memberi petunjuk dan arahan kepada anggota operator yang di bawahinya untuk

pelaksanaan operasi pembangkitan demi menjaga keandalan sistem pengoperasian

pembangkit serta kontinuitas penyaluran tenaga listrik dan keandalan dari mesin

pembangkit itu sendiri. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya supervisor operasi A, B, C

dan didukung oleh operatorpembangkit yang bertugas mengoperasikan mesin

pembangkit sesuai jadwal dan Standart Operasional Prosedure (SOP) untuk memenuhi

kebutuhan daya serta mencatat angka-angka usaha unit mesin secara periodik untuk

menjaga keandalan dan kontinuitas pembangkitan tenaga listrik.

d. Supervisor Pemeliharaan

Supervisor pemeliharan bertugas melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara

terjadwal maupun tidak terjadwal, melaporkan hasil kegiatan pemeliharaan pembangkit

kepada manajer PLTA. Supervisor pemeliharaan mencakup wilayah nya adalah teridiri

dari pemeliharan mesin, listrik, lingkungan hidup .

2.4 Sistem Persediaan Barang (Inventory)

Ketersedian suku cadang dari komponen mesin-mesin yang beroperasi di PLTA

Batang Agam sangat penting, karena hal tersebut sangat menentukan efesiensi pada

saat proses maintenance. Suku cadang pada PLTA Batang Agam terdiridari jenis yang

di tempatkan di masing-masing gudang I, III dan IV, empat jenis suku cadang tersebut

adalah:

a. Material instalasi mesin

b. Material umum
16

2.4 Data Non-Teknis PLTA Maninjau

2.4.1 Danau Maninjau

Gambar 2.7. Danau Maninjau

Tabel 1.Area Danau Maninjau


No Data Area Danau Satuan
1 Luas Daerah Curahan Hujan 235 Km2
2 Luas Danau 94 Km2
3 Elevasi Air Tertinggi 464m
4 Elevasi Air Terendah 461,5m

2.4.2 Bendungan

Gambar 2.8 Bendungan Air


17

Tabel 2.Data Bendungan


No Data Bendungan Air Satuan
1 Tinggi 2m
2 Lebar Masing-masing 60 m
3 Panjang Puncak Total 6m
4 Elevasi Dasar 462 m
5 Tinggi Air Maksimum 462

2.4.3 Weir
Tabel 3.Dataweir
No Data Weir Satuan
1 Tipe DoubleGate
2 Tinggi 2,5 m
3 Lebar 2 x 3,5 m
4 ElevasiDasar 462

2.4.4 Intake PLTA Maninjau

Gambar 2.9.Intake
Tabel 4.Data Intake
No Data Intek Satuan
1 Tipe RollerGate
2 Tinggi 3,4 m
3 Lebar 2 ,4 m
4 ElevasiDasar 453,75 m
18

2.4.5 Terowongan Pipa Pesat

Gambar 2.10. Terowongan Pipa Pesat

Tabel 5.Terowongan Pipa Pesat


No Data Terowongan Pipa Pesat Satuan
1 Diameter 3,4 m
2 Panjang 4,3km
3 Diameter Pipa 2,7 m
4 Panjang Pipa 584m
5 Sudut Kemiringan 60
6 ManiFold Steel Linier

2.4.6 TailRace

Gambar 2.11.Tail Race PLTA Maninjau


19

Tabel 6.Tail Race


No Data Tail Race Satuan
1 Ukuran ( L x T ) 2(2,8X 3,3)m
2 Panjang Saluran 350

2.4.7 Gedung Pembangkit

Gambar 2.12.Gedung Pembangkitan

Tabel 1.12.Luas Area Pembangkitan

No Data Area Pembangkit Satuan


1 Tipe Semi UnderGruond
2 Panjang 56m
3 Lebar 28 m
4 Tinggi 45 m

2.5 Data Teknis PLTA ManinjauTurbin


20

2.5.1 Turbin

Gambar 2.13.Bentuk Turbin PLTA Maninjau

Tabel 11.Spesifikasi Turbin


No Data Turbin Satuan
1 Type VF-IRS
2 Merek TOSHIBA
3 Kapasitas terpasang 17,5 KW
4 Serial No. 3601075
5 Rate Head 210,1m
6 Max Head Efisien 226m
7 Debit air max 9,54m
8 Kecepatan Putar 600 rpm
9 EnergiYang Dihasilkan 99,2m/kW
10 Kecepatan Awal 1,02 rpm

2.5.2 Generator Pembangkit


21

Gambar 2.14.Unit Generator

Tabel 12 Spesifikasi Generator

No Data Generator Satuan


1 Type VF-IRS
2 Frekuensi 50 Hz
3 Kapasitas terpasang 4 x17,KW
4 Output 4x 21,5MVA
5 Power Factor 0,79 %
6 Speed 226m
7 Voltage 10 KV
8 Hubungan Gulungan Double Star
9 Perbandingan Short circuit : 1,15
10 Tekanan Oli Penggerak 110 Kg/cm2
11 Tekanan Udara Penggerak 12 –18 Kg / cm2
12 Pendingin Udara 1300 liter/liter
13 Kelas Isolasi B Class
14 Arus 2150 A
15 Tegangan Exiter 150 volt
16 Standard jec. 144
17 Produksi tahunan 1981
22

2.5.3 Main Transformer

Gambar 2.15.Transformator

Tabel 13.Trafo

No Data Trafo Satuan


1 Tipe BoarDiagraf
2 Kapasitas 16000/21500kVA
3 Tegangan P.10KV,S 150KV
4 Frekuensi 50Hz
5 Cooling Onan

3 Aktifitas Perusahaan

Tenaga listrik yang dihasilkan PLTA Maninjau dengan daya terpasang

4X17 MW dan tegangan 10 KV dinaikan menjadi 150 KV melalui transformer

step-up10/150 KV yang terinterkoneksi dengan sistem Sumbagteng dengan


23

tujuan untuk melayani jaringan interkoneksi Sumbar-Riau melalui SUTT 150

KV Maninjau – LubukAlung- Padang- Ombilin- Padang Luar- Payakumbuh-

Koto Panjang – Garuda Sakti Teluk Lembu dan gardu-gardu induk serta

tegangan menengah 20 KV.Secara terperinci sistem transmisi tenaga listrik 150

KV PLTA Maninjau adalah sebagai berikut:

a. Line 1 : Maninjau –Pariaman 40 km

b. Line 2 : Maninjau – Lubuk alung 56 km

c. Line 3 : Maninjau - Padang luar 42 km

d. Line 4 : Maninjau - Simpang 4 I (satu) 75 km

e. Line 5 : Maninjau - Simpang 4 II (dua) 75 km

Untuk melayani konsumen disekitar daerah PLTA Maninjau itu sendiri

digunakan Transformer step-down 150/20 KV yang disalurkan melalui feeder-

feeder.Secara terperinci sistem transmisi tenaga listrik 20 KV PLTA Maninjau

adalah sebagai berikut:

a. Feeder 1 : Maninjau

b. Feeder 2 : Lubuk Basung 1

c. Feeder 3 : Pasar Usang

d. Feeder 4 : Lubuk Basung

BAB IV
24

TUGAS KHUSUS

4.1. Latar Belakang Cooling Water System

Sistem pendinginan adalah suatu sistem yang berfungsi untuk menjaga mesin
supaya temperatur mesin dalam kondisi yang ideal. Sistem pendinginan perlu dan
penting dilakukan. Berdasarkan neraca panas pada mesin maka fungsi pendinginan pada
motor menjadi penting karena panas yang akan terserap oleh sistem pendinginan dapat
mencapai 32 %.

Bila mesin tidak didinginkan akan terjadi pemanasan yang lebih(overheating) dan akan
mengakibatkan gangguan-gangguan seperti:

a. Bahan akan lunak pada suhu tinggi.

Contoh: torak yang terbuat dari logam paduan aluminium akan kehilangan


kekuatannya (kira-kira sepertiganya) pada suhu tinggi (300 C), bagian atas torak
akan berubah bentuk atau bahkan mencair.

b. Ruang bebas (clearance) antara komponen yang saling bergerak menjadi


terhalang bila terjadi pemuaian karena panas berlebihan.

Misalnya torak akan memuai lebih besar (karena terbuat dari paduan aluminium)
daripada blok silinder (yang terbuat dari besi tuang) sehingga gerakan torak menjadi
macet.

c. Terjadi tegangan termal, yaitu tegangan yang dihasilkan oleh perubahan suhu.

Misalnya cincin torak yang patah, torak yang macet karena adanya tegangan
tersebut. 

d. Pelumas lebih mudah rusak oleh karena panas yang berlebihan.


25

Jika suhu naik sampai 250 C pada alur cincin, pelumas berubah menjadi karbon dan
cincin torak akan macet sehingga tidak berfungsi dengan baik, atau cincin
macet(ring stick). Pada suhu 500 ºC pelumas berubah menjadi hitam,
sifat pelumasannya turun, torak akan macet sekalipun masih mempunyai
ruang bebas.

e. Pembakaran tidak normal.

Motor bensin cenderung untuk terjadi ketukan(knocking).Sebaliknya bila motor


terlalu dingin akan terjadi masalah, yaitu pada motor  bensin bahan bakar akan sukar
menguap dan campuran udara bahan bakar menjadi gemuk. Hal ini menyebabkan
pembakaran menjadi tidak sempurna.Pada motor diesel bila udara yang dikompresi
dingin akan mengeluarkan asap putih dan menimbulkan ketukan dan motor tidak
mudah dihidupkan. Selain itu, kalau pelumas terlalu kental, akan mengakibatkan
motor mendapat tambahan tekanan dan uap yang terkandung dalam gas pembakaran
akan terkondensasi pada suhu kira-kira 50 C

4.2. Batasan Masalah

1) Bagaimana proses dasar pembangkitan PLTA Maninjau


2) Bagaimana proses dan fungsi Cooling water system pada PLTA Maninjau
3) Berapa debit air Cooling water system yang dibutuhkan untuk setiap bagian-
bagian pada satu (1) unit turbin di PLTA Maninjau

4.3. Tujuan

1) Mengetahui prinsip dasar PLTA Maninjau


2) Mengetahui definisi , bagian , jenis, dan fungsi serta peralatan yang digunakan
System Pendingin (Cooling Water System)
3) Mengetahui jumlah pemakaian air pendingin untuk satu (1) unit turbin PLTA
Maninjau

4.4. Tinjauan Pustaka


26

4.4.1 Cooling Water System (Sistem Air Pendingin)

 Pengertian Umum Sistem Pendingin Air


Sistem pendingin adalah suatu sistem yang menyangkut tentang pendinginan
suatu peralatan. Sistem pendinginan dimaksudkan untuk mengurangi panas berlebih
dari suatu peralatan agar peralatan tersebut tidak cepat rusak. Dalam sistem pendingin
ada beberapa media yang digunakan untuk  pendinginan yaitu air, minyak dan udara.
Sistem pendingin pada PLTA Maninjau menggunakan media air sebagai media
pendingin atau yang biasa disebut dengan Cooling water  system.

Dengan sirkulasi air, yang menggunakan gravity head. Alasan memilih air
sebagai media pendingin adalah karena air lebih cepat dalam mendinginkan temperatur
daripada minyak atau udara, hal ini dikarenakan air memiliki temperatur yang lebih
dingin dari pada udara ataupun minyak.Tetapi ada pula kelemahan apabila
menggunakan air yakni apabila terjadi kebocoran pada pipa pendingin maka air tersebut
akan bercampur dengan minyak sehingga akan terjadi gangguan pada peralatan-
peralatan yang mengalami kebocoran. Peralatan yang digunakan adalah head cooling
water tank,reducing valve dan main strainer.

 Jenis Sistem Pendingin

Berdasarkan siklusnya,terdapat 2 (dua) macam sistem air  pendingin, yaitu sistem


siklus terbuka dan sistem siklus tertutup. PLTA menggunakan sistem siklus terbuka
karena air yang dipasok dari bendungan setelah digunakan langsung dibuang ke tail
race. Serta dengan penggunaan siklus terbuka disini sangat efisien daripada
menggunakan siklus tertutup.Hal ini karena jika PLTA menggunakan siklus tertutup
maka masih memerlukan alat penunjang lain yang biayanya akan semakin
membengkak.

 Fungsi Sistem Pendingin Pada PLTA

Fungsi dari sistem pendingin pada PLTA adalah untuk menjaga agar mesin tidak
beroperasi pada temperatur yang sangat tinggi(overheating) maka sangat diperlukan
sistem pendingin yang efektif. Jika mesin dioperasikan pada temperatur tinggi maka
27

efisiensi mesin akan menurun. Pada dasarnya sistem pendingin pada PLTA


menggunakan air yang diambil dari water supply dan dipompa oleh sebuah pompa
sentrifugal.

 Peralatan Yang digunakan Pada Sistem Pendinginan :

Centrifugal Pump

Dasar Pompa adalah suatu alat pengangkut untuk memindahkan zat cair dari suatu
tempat ke tempat lain dengan memberikan gaya tekan terhadap zat yang akan
dipindahkan,seperti misalnya pemindahan crude oil dari tanki penampungan bahan baku
yang akan dialirkan ke kolom Destilasi. Pada dasarnya gaya tekan yang diberikan untuk
mengatasi friksi yang timbul karena mengalirnya cairan di dalam pipa saluran karena
beda evevasi (ketinggian) dan adanya tekanan yang harus dilawan.

Perpindahan zat cair dapat terjadi menurut arah horizontal maupun vertical,
seperti zat cair yang berpindah secara mendatar akan mendapatkan hambatan berupa
gesekan dan turbulensi, sedangkan zat. Pada zat cair dengan perpindahan ke arah
vertical, hambatan yang timbul terdiri dari hambatan-hambatan yang diakibatkan
dengan adanya perbedaan tinggi antara permukaan isap (suction) dan permukaan tekan
ataupun tahanan luar, maka arus akan mengalir pada konduktor-konduktor rotor. Karena
konduktor-konduktor rotor yang mengalirkan arus ditempatkan di dalam daerah medan
magnet yang dihasilkan stator, maka akan terbentuklah gaya mekanik (gaya lorentz)
pada konduktor-konduktor rotor. Hal ini sesuai dengan hukum gayalorentz yaitu bila
suatu konduktor yang dialiri arus berada dalam suatu kawasan medan magnet, maka
konduktor tersebut akan mendapat gaya elektromagnetik.

Centrifugal Pump adalah suatu pompa yang memindahkan cairan dengan


memanfaatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh putaran impeler. Pompa
centrifugal mengubah enegi kecepatan menjadi energi tekanan. Ada juga yang
menyebutnya sebagai mesin kecepatan karena semakin cepat putaran pompanya maka
akan semakin tinggi tekanan (head) dihasilkan.
28

Gambar 4.1.Centrifugal Pump

Motor 3 Phase Main Cooling Water Pump PLTA Manijau

Motor induksi merupakan motor arus bolak balik yang paling banyak digunaan di
dunia industri. Penamaan nya berasal dari prinsip kerjanya, bahwa arus rotor motor ini
bukan diperoleh dari sumber tertentu tapi merupakan arus terinduksi sebagai akibat
adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar yang dihasilkan oleh
arus stator.
29

Gambar 4.2 Motor MCWP

Pompa Main Cooling Water Pump

Pompa pendingin utama yang berfungsi untuk memompakan air yang ada pada
ruang Stop log menuju ke head Tank,yang melewati Main Strainer sebelum di
pergunakan untuk mendinginkan peralatan-peralatan di PLTA Maninjau. Khususnya
untuk mendinginkan Generator dan Turbin.

Gambar 4.3 Pompa


30

Head Tank

Head tank memilki total kapasitas 8x3,5x7 Volume air.Head tank berfungsi untuk
menjaga flow dari air pendingin didalam close auxiliary cooling water system pada
supply utama dari sirkulasi sistem low.Head tank dilengkapi oleh dengan sebuah
vitting,level indikator dan sebuah tabung Level (Level Botlle).Level Botlle di lengkapi
Floating Swicth.

Gambar 4.4 Head Tank PLTA Maninjau

Main Strainer
Main Strainer berfungsi untuk menyaring kotoran yang terdapat pada air sebelum
di gunakan untuk pendingin pada seluruh peralatan yang pada PLTA Maninjau. Air
yang digunakan berasal dari head tank yang kemudian di alirkan ke main strainer
menggunakan gravitasi.Di dalam main strainer air disaring ke Booster pump untuk
dinaikan tekanannya.Booster Pump ini berfungsi untuk menaikan tekanan air di dalam
pipa yang berasal dari valve 20 WC,yang kemudian dialirkan ke water plow relay
menuju turbin bearing dan shaftseal dan ada juga yang dialirkan ke sub strainer dan
alat pendeteksi tekanan air (63 WB dan 63 W).Selain itu booster pump juga berfungsi
untuk memompa air dari main strainer ke stuffing box untuk Pendinginan Shaft seal
dan menahan tekanan dari draft tube,juga untuk Pendingin Turbin Bearing
berkapasitas 120 Liter /menit.Pengoperasian booster pump bergantian secara periodik.
31

Gambar 4.5 Main stariner


Sub Strainer
Sub Strainer berfungsi sebagai penyaring air yang dialirkan ke shaft seal dan
Turbin Bearing dan ada juga yang dialirkan menuju alat pengukur tekanan dan alat
pendeteksi air.
Water flow Relay
Water flow Relay berfungsi untuk menditeksi aliran air yang mengalir didalam
pipa pendingin.

Gambar 4.6 Flow Relay

Air Cooler
Air cooler berfungsi menyerap panas udara yang di dalam generator agar tetap
dalam kondisi baik beroperasi.
32

Gambar 4.7 Air Cooler

Panel Pompa Utama.


Secara umum panel pompa berfungsi untuk pengendali pompa pendingin di
sistem main cooling water pump PLTA Maninjau.

1. Motor dilindungi oleh overload jika pompa macet atau  ampere naik secara tiba-
tiba. Maka overload akan mematikan aliran listrik .
2. Phase protector, dimana  alat ini akan mematikan motor pompa jika salah satu
phase mati, sehingga tidak membuat motor terbakar .
3. Ampere meter dan Volt meter , yang mana kondisi pompa harus terjaga voltage
maupun arusnya sehingga umur motor dapat panjang.
4. Saklar automatic dan manual juga sudah dipasang dalam panel ini.
33

Gambar 4.8 Panel Pompa


4.4.2 Sistem Air Pendingin PLTA Maninjau

Gambar 4.9 Sistem Pendingin PLTA Maninjau

Sistem air pendingin / sirkulasi air pedingin PLTA Maninjau berdasarkan level
air di Head Tank apabila level air 258,65 Floating Switch akan memerintahkan Main
34

Water Pump bekerja memompakan air sampai level air di Head Tank 260,50 mdpl
secara prioritas tergantung jumlah unit yang beroperasi :

 1 - 2 unit yang beroperasi hanya satu pompa akan beroperasi secara hidup mati
 3 unit yang beroperasi satu pompa akan bekerja terus menerus
 4 unit yang beroperasi pompa prioritas akan bekerja terus menerus dan pomp
bantu akan bekerja hidup mati.

Untuk mensupply air dari hasil pemakaian turbin di Tail Race menuju Head Tank
pada elevasi 257,5 mdpl melewati Check Valve dengan ketinggian 30 M kemudian air
tersebut disupply secara gravitasi melalui Main Stainer untuk disaring selanjutnya
menuju ke Upper & Thrust Bearing , Air Cooler , Lower Bearing kemudian keluar ke
Tail Race melalui Flow Relay sedangkan untuk Turbin Bearing , Shaft Seal
keluarannya ke Sump pit melalui Flow Relay. Supply air pendingin untuk Genset tidak
melewati Main Stainer dan keluarannya langsung ke Tail Race Manifold. Apabila
ketiga Main Water Pump tidak bisa di hidupkan sementara di butuhkan air
pendingin,supply air bisa di ambil melalui Reducing valve.

MCWP (main cooling water pump) memompakan air menuju head tank, Air yang
dibutuhkan/dikirim ke head tank sebanyak 50.000 liter/menit
Tabel 4.1. Jumlah pemakaian Air pendingin pada setiap komponen
Bagian komponen turbin Jumlah pemakaian air

Upper & Thrust Bearing 300 liter/menit,


Air Cooler 1300 liter/menit,
Lower Bearing 120 liter/menit
Turbin Bearing 130 liter/menit,
Shaft Seal 30 liter/menit,
Jadi, pemakaian air untuk pendinginan satu unit turbin(komponen-komponen yang di
dinginkan) adalah sebanyak =1880 liter/menit.
35

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan Kerja Praktek di PT.PLN (Persero) Pembangkitan unit


Maninjau berlangsung, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Prinsip kerja PLTA Maninjau merupakan salah satu pembangkit hydro sektor
Bukittinggi yang bersumber dari Danau Maninjau. Energi Potensial yang dimiliki
Danau Maninjau mengalirkan air melalui head race tunel. Air tersebut akan
melewati surge tank yang berfungsi sebagai pengaman apabila terjadi water
hummer menuju penstock sehingga mengubahnya menjadi Energi Kinetik melewati
inlet valve. Kemudian menghantam runner turbin disini terjadi perubaan Energi
Kinetik menjadi Energi Mekanik yang ditandai dengan adanya putaran pa da poros
turbin yang dikopel dengan rotor generator karena adanya putaran di rotor
generator yang mengeluarkan medan magnet disebabkan sistem penguat dan
dipotong oleh kumparan stator sehingga menghasilkan Energi Listrik.
2. Proses Cooling water system merupakan sistem air pendingin PLTA Maninjau
berdasarkan level air di Head Tank kemudian Floating Switch akan memerintahkan
Main Water Pump bekerja memompakan air sampai level air di Head Tank secara
prioritas tergantung jumlah unit yang beroperasi :
 1 - 2 unit yang beroperasi hanya satu pompa akan beroperasi secara hidup mati
 3 unit yang beroperasi satu pompa akan bekerja terus menerus
 4 unit yang beroperasi pompa prioritas akan bekerja terus menerus dan pompa
bantu akan bekerja hidup mati.

Untuk mensupply air dari hasil pemakaian turbin di Tail Race menuju Head
Tank melewati Check Valve dengan ketinggian 30 M kemudian air tersebut
disupply secara gravitasi melalui Main Stainer untuk disaring selanjutnya menuju
ke Upper & Thrust Bearing, air Cooler, Lower Bearing kemudian keluar ke Tail
Race melalui Flow Relay sedangkan untuk Turbin Bearing, Shaft Seal, keluarannya
ke Sump pit melalui Flow Relay. Supply air pendingin untuk Genset tidak melewati
36

Main Stainer dan keluarannya langsung ke Tail Race Manifold. Apabila ketiga
Main Water Pump tidak bisa di hidupkan sementara di butuhkan air pendingin,
supply air bisa di ambil melalui Reducing valve.

3. Fungsi cooling water system adalah Main Cooling water system mempunyai
peran yang sangat penting dalam proses menjamin ketersedianya pasokan listrik,
dimana perannya adalah sebagai pelindung komponen-komponen yang penting
dalam proses terbangkitnya listrik di PLTA Maninjau seperti Generator dan Turbin.
 Mendinginkan Generator yang mana bagian-bagian Generator yang di dinginkan
yaitu:Upper Bearing, Cooler dan Lower Bearing.
 Mendinginkan Turbin pada Bagian Turbin yang yaitu: Turbin Bearing.
 Mendinginkan Peralatan-peralatan yang ada pada PLTA Maninjau untuk
meningkatkan efisiensi peralatan agar mengurangi kerusakan pada peralatan
yang mengandung panas .

4. Pemeliharaan cooling water system di PLTA Maninjau di lakukan dalam 3


tahapan,yaitu :

1. Perawatan Preventif adalah perawatan yang bertujuan mencegah terjadinya


kerusakan, atau cara perawatan yang di rencanakan untuk pencegahan
(preventif).Perwatan preventif di lakukan secara rutin, dilakukan secara berulang
dengan priode waktu harian, mingguan dan bulanan dengan kondisi sedang
beroperasi. Seperti Pemeriksaan temperatur bearing, air pendingin, minyak
tekan dan sebagainya, pada sistim pendingin air.

2. Pemeliharaan Korektif adalah tindakan perawatan untuk mengembalikan fungsi


sebuah peralatan produksi yang mengalami kerusakan, baik ringan, sedang
maupun parah, agar bisa melakukan fungsinya dalam mendukung proses
produksi dalam sebuah plan atau pabrik. Seperti pemeliharaan cooling water
system pada PLTA Maninjau terjadi kerusakan pada flow relay, dan pompa mati.
37

Pengecekan rutin kondisi mesin ada 2 macam yaitu :

1. Kondisi langsung
2. Kondisi tidak langsung

Objek yang di pantau pada cooling water system PLTA Maninjau untuk
keperluan pemeliharaan predictive meliputi, Tahanan isolasi, Vibrasi Bearing
MCWP dan Temperatur panel MCB.

B. Saran

Dari hasil diskusi dan pengalaman lapangan industri penulis menyarankan:


 Dalam pemeliharaan selalu mengunakan alat pelindung diri (APD).
 Mengutamakan keselamatan kerja dan menjaga kebersihan lingkungan unit.
 Menjaga kekompakan serta silaturahmi team di lapangan
 Sangat tidak di anjurkan bekerja seorang diri
 Jangan mengabaikan segala peraturan-peraturan yang ada di dalam pabrik

Anda mungkin juga menyukai