Anda di halaman 1dari 55

Laporan Kerja Praktik

PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan kebutuhan mendasar yang sangat diperlukan pada saat ini.
seiring dengan perkembanga teknologi dari tahun ke tahun kebutuhan akan
energi semakin meningkat, hal ini juga bisa dikarenakan kebutuhan manusia
yang semakin beragam. Sampai saat ini indonesia masih berusaha untuk
memenuhi kebutuhan energi nasional, dimana kebutuhan akan energi yang ada
di indonesia belum bisa di bilang terpenuhi dengan baik. PT. Pertamina
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas yang ada di
indonesia. Namun pada perkembanganya, PT. Pertamina melakukan ekspansi
tidak hanya bergerak dalam bidang minyak dan gas saja melainkan juga muai
bergerak di bidang energi. Perluasan sektor kerja PT. Pertamina ini menjadikan
perusahaan ini memiliki ruang gerak yang lebih luas, mengingat bidang energi
mencakup banyak hal, mulai dari sumber energi yang berbasis fosil hingga
sumber energi non fosil / EBT ( Energi baru terbarukan ).
Produk yang dihasilkan berupa produk BBM dan non-BBM, seperti premium,
minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, pelumas, aspal, Liquefied Petrolium
Gas ( LPG ), Paraxylene dan lain sebagainya. PT pertamina ( Persero ) Refinery
Unit IV Cilacap merupakan unit yang memiliki kapasitas produksi terbesar di
indonesia, yaitu sejumlah 348.000 barrel /hari. Dengan jumlah ini PT pertamina (
Persero ) Refinery Unit IV Cilacap memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau
60 % kebutuhan BBM untuk Pulau jawa. Seiring dengan meningkatnya
kebutuhan dan permintaan produk BBM dan non-BBM di indonesia, maka
optimalisasi produksi pun akan turut ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen di indonesia.
Untuk meningkatkan produksi PT pertamina ( Persero ) Refinery Unit IV
Cilacap harus juga diimbangi dengan sarana dan sarana penunjang yang
memadai, salah satunya kebutuhan akan motor. Salah satu jenis motor yang di

1
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

pakai yaitu motor sinkron. Karena jenis motor ini memiliki kelebihan putaran
yang stabil. Aplikasi motor sinkron yang sering dipakai dalam bidang minyak dan
gas yaitu dalam hal pompa pompa fluida dan kompresor. Oleh karena itu
penggunaan motor sinkron yang benar dan sesuai sangat diperlukan dalam
proses kalancaran produksi di PT pertamina ( Persero ) Refinery Unit IV Cilacap.
Pada laporan kerja Prakrik ini akan dibahas tentang metode starting
motor sinkron yang ada di PT pertamina ( Persero ) Refinery Unit IV Cilacap,
dikarenakan pada praktiknya masih terdapat kesalahan dalam starting motor
sinkron yang ada di PT pertamina ( Persero ) Refinery Unit IV Cilacap.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada laporan Kerja praktik ini yaitu, tentang
permasalahan motor sinkron yang terdapat di PT. Pertamina (Persero) RU IV
Cilacap.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dari laporan kerja praktik ini berupa studi permasalahan
kegagalan starting motor sinkron 014-K-102 AM di PT. Pertamina (Persero)
RU IV Cilacap.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari Kerja Praktik ini antara lain :
1. Mendekatkan civitas akademik dalam dunia kerja
2. Mengimplementasikan ilmi yang di dapat di bangku kuliah dalam duia
kerja
3. Pembelajaran bagi civitas akademik untuk menghadapi dunia kerja
nantinya
4. Mempelajari permasalahan yang berkaitan dengan bidang electrical
engineering yang ada di PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kerja Praktik ini dilaksanakan dalam kurun waktu lebih kurang 1 bulan,
terhitung mulai tanggal 5 juni 2017 hingga 7 Juli 2017. Tempat pelaksanaan

2
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

kerja praktik ini berada si seluruh area PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
secara umum, dan pada bidang electrical and instrument secara khusus.

1.6 Metodologi Penelitian


Adapun metodologi yang digunakan dalam kerja praktik ini adalah :
1. Observasi Lapangan
Metode ini dilakukan dengan cara pengumpulan data-data yang
dilakukan dengan melakukan observasi langsung di area PT.
Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
2. Wawancara
Pengumpulan data pada metode ini dilakukan dengan cara bertanya
kepada para pembimbing pada bagian electrical and Instrument
engineering serta para pegawai lainya yang bekeja di PT. Pertamina
(Persero) RU IV Cilacap.
3. Studi Literatur
Dalam metode ini pengambilan data dan informasi berasal dari
referensi buku terkait, jurnal, manual instruction, laporan dan website
yang berhubungan dengan topik yang diangkat.
1.7 Sistematika Laporan
Sistematika laporan ini terdiri dari 5 bab dengan masing-masing bab memiliki
substansial isi yang berbeda-beeda sesuai dengan nama pada masing-masing
bab. Sistematika laporan dan bab yang akan digunakan pada laporan ini
antara lain :
1. BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah yang
diangkat, batasan masalah, tujuan, waktu dan tempat pelaksanaan
kerja praktik, metodologi penelitian dan sistematika laporan.

3
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

2. BAB II : PROFIL PT. PERTAMINA (PERSERO ) RU IV CILACAP


Bab ini menjelaskan mengenai profil perusahaan yang meliputi
sejarah singkat, sistem organisasi dan manajemen, hasil produksi
perusahaan, sarana penunjang dan unit proses yang ada di PT.
Pertamina (Persero) RU IV Cilacap.
3. BAB III : DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai dasar teori yang
diambil dalam analisa permasalahan dan perumusan penyelesaian
metode starting motor sinkron di PT. Pertamina (persero) RU IV
Cilacap. penjelasan dalam bab ini meliputi
4. BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan permasalahan starting
motor sinkron 014-k-102 AM.
5. BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dalam laporan ini, dimana pada
bab ini berisikan tentang kesimpulan dari laporan dan saran yang
diberikan oleh penulis akan topik yang diangkat selama melaksanakan
kegiatan kerja praktek .
6. LAMPIRAN
Bagian ini berisikan berbagai macam lampiran yang dapat
membantu analisa terkait topik yang diangkat. Lampiran ini bisa
berupa gambar, data pendukung, spesifikasi peralatan dan lain
sebaginya.

4
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

BAB II
PROFIL PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP

2.1 Sejarah singkat PT. Pertamina (persero)


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beragam sumber daya
alam seperti minyak bumi dan gas alam. Seiring perkembangan industri dan
pembangunan maka kebutuhan akan sumber energi khusunya minyak bumi
terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk itu Pemerintah Indonesia
mengeluarkan UU No. 19/1960 Tentang Perusahaan Negara dan UU No. 44/1960
Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi. Atas dasar kedua Undang -
Undang tersebut , maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan negara sektor
Minyak dan Gas Bumi, yaitu :
a. PN PERTAMIN
b. PN PERMINA
Kedua perusahaan tersebut bertindak selaku kuasa pertambangan yang
usahanya meliputi bidang gas dan minyak bumi dengan kegiatan meliputi :
a. Eksplorasi
b. Eksploitasi
c. Pemurnian dan pengelolaan
d. Pengangkutan atau pemasaran
Kemudian pada tanggal 20 Agustus 1968 kedua perusahaan tersebut
digabung menjadi PN PERTAMINA. Untuk kelanjutan dan perkembangannya,
maka pemerintah mengeluarkan UU No.8/1971 tentang PERTAMINA sebagai
Pengelola Tunggal di Bidang Minyak dan Gas Bumi di Indonesia. Berdasarkan
peraturan pemerintahan No. 31 tahun 2003 sebagai amanat pasal 60 UU No. 22
tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi PN Pertamina berubah menjadi PT
Pertamina (Persero) hingga saat ini. Pertamina memiliki unit – unit operasi yang
tersebar diseluruh Indonesia yang meliputi beberapa operasi Eksplorasi dan
Produksi.

5
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Terdapat 7 lokasi Refinery Unit (Unit Pengolahan) di PT Pertamina (persero).


Lokasi pertama yaitu RU I yang terletak di Pangkalan Branda dengan kapasitas
5000 BDBS (Barel Per Steam Day) namun unit ini sudah tidak beroperasi sejak
tahun 2006. Lokasi kedua yaitu RU II yang terletak di Dumai dengan kapasitas
170.000 BDBS. Lokasi ketiga yaitu RU III yang terletak di Plaju dan Sungai Gerong
dengan kapasitas 132.500 BDBS. Lokasi keempat yaitu RU IV yang terletak di
Cilacap dengan kapasitas 348.000 BDBS. Lokasi kelima yaitu RU V yang terletak di
Balikpapan dengan kapasitas 253.500 BDBS. Lokasi Keenam yaitu RU VI yang
terletak di Balongan dengan kapasitas 125.000 BDBS. Lokasi terakhir yaitu RU VII
terletak di Kasim, Sorong dengan kapsitas 10.000 BDBS. Total keseluruhan
kapasitas dari ketuju unit tersebut berjumlah 1.039.000 BDBS. Kapasitas masing
– masing unit pengolahan dapat dilihat pada tabel 2.1 serta lokasi masing –
masing unit pengolahan dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Kapasitas
Nama Refinery Unit (RU)
(Barel Per Steam Day)
(sudah tidak beroperasi sejak tahun
RU I Pangkalan Brandan 5000
2006)
RU II Dumai 170.000 BDBS
RU III Plaju dan Sungai Gerong 132.500 BDBS
RU IV Cilacap 348.000 BDBS
RU V Balikpapan 253.500 BDBS
RU VI Balongan, Indramayu 125.000 BDBS
RU VII Kasim, Sorong 10.000 BDBS
TOTAL 1.039.000 BDBS

Tabel 2.1 Refinery Unit Pertamina dan Kapasitasnya

6
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 2.1 Lokasi Refinery Unit PERTAMINA di Seluruh Indonesia


2.2 Sistem organisasi dan Manajemen PT Pertamina (persero) RU IV Cilacap
2.2.1 Nilai-nilai PT. Pertamina ( Persero )
Dalam mencapai visi dan misinya, PT.Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
berkomitmen untuk menerapkan tata nilai sebagai berikut:
a. Clean (bersih), dikelola secara professional, menghindari benturan
kepentingan, tidak mentoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan
dan integritas, berpedoman pada asas - asas kelola korporasi yang
baik.
b. Competitive (kompetitif), mampu berkompetisi dalam skala regional
maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi,
membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
c. Confident (percaya diri), berperan dalam pembangunan ekonomi
nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun
kebanggan bangsa.

7
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

d. Customer Focused (fokus pada pelanggan), berorientasi pada


kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan.
e. Commercial (komersial), menciptakan nilai tambah dengan orientasi
komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis
yang sehat.
f. Capable (berkemampuan), dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang
profesional dan memiliki talenta dan penguasanaan teknis tinggi,
berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan
pengembangan.
2.2.2 Visi, Misi dan Motto PT. Pertamina ( Persero ) RU IV Cilacap
a. Visi PT. Pertamina (Persero) :
“Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia”
b. Misi PT. Pertamina (Persero) :
“Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan
terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip
komersial yang kuat”
c. Motto PT. Pertamina (Persero) :
“Sikap jujur, tegakkan disiplin, sadar biaya dan puaskan
pelanggan”
2.2.3 Logo dan Slogan PT. Pertamina ( persero )
Rencana perubahan logo sudah dipikirkan sejak 1967 saat setelah
terjadinya krisis pada PERTAMINA. Namun, program tersebut tidak dapat
dilaksanakan karena adanya perubahan kebijakan (pergantian dewan
direksi). Pertimbangan mendasar diperlukannya pergantian logo ini
adalah agar dapat menumbuhkan semangat baru bagi seluruh karyawan,
adanya perubahan corporate culture pada seluruh pekerja, menimbulkan
image yang lebih baik diantara global oil dan gas companies, serta

8
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahan –


perubahan yang terjadi, antara lain :
a. Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi Perseroan
b. Perubahan strategi perusahaan dalam menghadapi persaingan pasca
PSO serta semakin banyak terbentuknya entititas bisnis baru.
PERTAMINA memiliki slogan yaitu ALWAYS THERE, yang berarti
SELALU HADIR MELAYANI. Dengan slogan ini diharapkan perilaku dari
jajaran pekerja PERTAMINA akan berubah menjadi enterprenur dan
customer oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dan akan
dihadapi.
Perubahan slogan pada logo PT PERTAMINA ( Persero ) dari slogan
ALWAYS THERE menjadi slogan SEMANGAT TERBARUKAN, yang berati
semangat kerja yang benar – benar baru, ide – ide baru, kemampuan
berimajinasi, dan kecepatan berinovasi. Dengan slogan ini PT PERTAMINA (
Persero ) memiliki visi baru “Menjadi perusahaan energy nasional kelas
dunia” dan memiliki misi baru “Menjalankan usaha minyak, gas, serta
energi baru yang terbarukan secara terintegrasi berdasarkan prinsip-
prinsip komersial yang kuat”.

Gambar 2.2 Logo PT. Pertamina (Persero)

Berdasarkan gambar 2.2 elemen logo merupakan representasi


huruf PERTAMINA yang akan membentuk anak panah dengan arah ke
kanan. Hal ini berati PT. PERTAMINA (Persero) bergerak melesat maju
dan progresif. Secara keseluruhan, logo PERTAMINA menggunakan warna

9
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

- warna yang berani. Hal ini menunjukan langkah besar kedepan yang
diambil PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih
positif dan dinamis. Warna – warna tersebut yaitu :
Biru : mencerminkan handal, dapat dipercaya, dan
bertanggung jawab
Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan
lingkungan
Merah : keuletan, ketegasan, dan keberanian menghadapi
berbagai macam keadaan
2.2.4 Sistem Organisasi
Refinery Unit IV Cilacap dipimpin oleh seorang General Manager
yang membawahi :
1. Manager Engineering and Development
2. Manager legal and General Affairs
3. Manager Health and Safety Environment
4. Manager Procurement
5. Manager Reability
6. Senior Manager Operation and Manufacturing
7. OPI Coordinator
8. Manager Human Recources Area ( Hirarki ke pusat )
9. IT RU IV Cilacap Area Manager ( Hirarki ke pusat )
10. Director of Pertamina Hospital ( Hirarki ke pusat )
11. Manager Marine Regional IV
12. Manager Refinery Internal Audit Cilacap

Sedangkan senior manager operation and manufacturongt


membawahi lma manager, 1 marie selection head, yaitu :
1. Manager Production I
2. Managerproduction II

10
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

3. Manager Refinery Planning and Operation


4. Manager Maintenance Plan and Support
5. Manager Maintanance Execution
6. Manager Turn Around
Dalam melakukan tugas dan kegiatanya, kepala bidang dibantu
oleh kepala sub bidang, kepala seksi, dan seluruh perangkat operasi
dibawahnya.

2.3 PT. Pertamina RU IV Cilacap


General Overview
Secara garis besar, Pertamina Refinery Unit IV Cilacap mengolah
minyak dari beberapa sumber minyak baik yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri. Minyak dari luar negeri berasal dari daerah Timur
Tengah seperti Arabian LightCrude (ALC), Iranian Light Crude (ILC), dan
Basrah Light Crude (BLC). Untuk minyak dari dalam negeri berasal dari
daerah Arjuna dan Attaka. Minyak – minyak ini kemudian diolah menjadi
beragam produk turunan minyak bumi, mulai dari produk BBM, seperti
LPG, bensin, minyak diesel dan lain sebagainya, dan produk Non BBM
seperti bahan dasar pelumas dan aspal, serta produk petrokimia seperti
benzene, toluene, dan sebagainya.
Kilang ini memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 60%
kebutuhan BBM di pulau Jawa. Selain itu kilang ini merupakan satu –
satunya kilang di tanah air saat ini yang meproduksi aspal dan lube base oil
untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah air. Pembangunan
kilang minyak di Cilacap dimaksudkan untuk menghasilkan produk BBM dan
Non BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang selalu meningkat
dan mengurangi ketergantungan terhadap supply BBM dari luar negeri.
Pertamina Refinery Unit IV Cilacap sendiri merupakan kilang minyak
terbesar dan terlengkap di Indonesia.

11
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 2.3 : Diagram Blok Pengolahan Minyak di PT. Pertamina RU IV


Cilacap

2.4 Hasil Produksi Perusahaan


Pada penjabaran bahan baku dan produknya, maka produk dapat
dibedakan menjadi produk fuel, non fuel, dan petrokimia. Adapun
kategorinya sebagai berikut :
a. Fuel : Premium, Kerosene, ADO/IDO/IFO, Avtur, Solar 48.
b. Non Fuel : LPG, Minarex, Lube Base Oil, Slack Wax, Aspal,
Parafinic, LSWR, Naphta.
c. Petrokimia : Paraxylene, Benzene, Sulphur, Heavy Aromate.

Dari penjabaran diatas, ternyata Pertamina RU IV Cilacap juga


menghasilkan produk non bahan bakar yang belum banyak khalayak
ramai ketahui. Berikut merupakan penjabaran fungsi dari produk produk
tersebut :

12
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

a. Lube Base : Sebagai bahan baku pembuatan pelumas.


b. Aspal : Untuk pengaspalan jalan, landasan pesawat. Dapat
juga digunakan sebagai perekat, pelindung anti karat,
isolasi listrik, kedap suara.
c. Slack Wax : Bahan adhesive untuk seal document, lilin, kosmetik,
campuran tinta cetak, tinta kertas, karbon.
d. Minarex : Untuk bahan pelarut pada industri cetak
sehingga menghasilkan kualitas yang lebih baik.
e. Parafinic : Processing oil pada karet seperti ban, tali kapas,
suku cadang kendaraan, ekstender untuk polimer karet
alam dan sintesis serta bahan dasar tinta cetak.
f. Heavy Aromate : Sebagai solvent.
g. LSWR : Bahan baku untuk diproses menjadi fuel, non fuel,
dan pelumas.
h. Paraxylene : Dioleh menjadi Purified Terephtalic Acid yang kemudian
digunakan sebagai bahan dasar pembuat serat tekstil.
i. Sulphur : Sebagai emulsi industri ban, bahan obat obatan,
serat kosmetik.
Selain produk produk diatas, Pertamina RU IV Cilacap juga memiliki kilang
RFCC (Resid Fluid Catalytic Cracking) yang menghasilkan produk produk juga
yaitu Propylene, Mixed LPG, RFCC Gasoline (ON93) Light Cycle Oil, Decanted
Cycle Oil.

2.5 Sarana Penunjang


2.5.1 Unit Utilities
Unit Utilities di Pertamina RU IV Cilacap meliputi semua bahan / media
sarana yang dibutuhkan untuk menunjang operasi pengolahan kilang seperti :
tenaga listrik, tenaga uap, air pendingin, air bersih, bahan bakar cair / gas, angin
instrument dan lain-lain sehingga kilang dapat memproduksi BBM dan non BBM.

13
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Pengadaan sistem utilities dalam industri, khususnya untuk operasional


kilang BBM dan petrokimia di PERTAMINA selama ini selalu diusahakan sendiri,
mengingat kebutuhan pasokan yang kontinyu belum dapat diperoleh dari
sumber lain. Utilities dituntut harus handal karena bila terjadi kegaagalan dalam
pengoperasian di utilities maka bukan hanya akan mengakibatkan kehilangan
produksi kilang berupa BBM, non BBM dan Petrokimia tetapi dapat juga
menimbulkan kerusakan katalis, kerusakan pada peralatan operasi, dan
mengancam keselamatan ( safety ).
Kehandalan yang dimaksud adalah kemampuan dan ketersediaan sistem
ketenagaan dalam periode waktu tertentu secara terus-menerus dalam
memasok kebutuhan energi ( listrik, uap, bahan bakar, angin instrument, dll )
untuk menunjang operasi kilang beserta fasilitas penunjangnya dalam setiap
kondisi operasi ( start up, normal, dan emergency ). Standard dari reliability dan
availability untuk peralatan utama di utilities lebih tinggi dibandingkan dengan
unit atau area operasi lainnya karena kehandalannya sangat dijaga.
Utilities bersifat operasional sehingga pelaksanaan semua berdasarkan
standard operasional procedure dan merupakan sistem yang paling terintegrasi,
artinya sistem utilities antara UTL I, UTL PX, UTL II, dan UTL IIA dapat saling
menunjang satu sama lain. Di Pertamina RU IV Cilacap, kompleks Utilities saat ini
terbagi atas :
a. Utilities I (Area 50) yang dibangun pada tahun 1973 dan mulai
dioperasikan tahun 1976 menunjang pengoperasi dan 70 dengan
kapasitas pengolahan 100.000 barrel / hari.
b. Utilities II (Area 05) yang dibangun pada tahun 1980 dan mulai
dioperasikan tahun 1983 menunjang pengoperasian Utilities II, FOC II,
LOC II, Off Site area 30, 40, 60, dan 70 dengan kapasitas pengolahan
200.000 barrel / hari.
c. Utilities Paraxylene / KPC yang sebagian besar unitnya terletak di
Utilities I / Area 50 yang mulai dioperasikan tahun 1990 khusus

14
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

menunjang area kilang paraxylene dengan kapasitas produksi


Petrokimia sebanyak 270.000 ton/tahun.
d. Utilities IIA (Area 500) yang dimulai dioperasikan pada tahun 1998
dengan penambahan sarana terbatas, khusus dirancang untuk
menunjang operasi Debottlenecking kilang Cilacap.
Jadi Unit Utilities merupakan unit yang sangat vital untuk menunjang
proses utama operasi pengolahan baik dalam bentuk pasokan listrik, uap ,air
pendingin, bahan bakar, angin instrumen, maupun air bersih yang disalurkan ke
seluruh area kilang , komperta , dan rumah sakit pertamina cilacap secara
berkala.
2.5.2 Tangki Penyimpanan
Wadah yang digunakan sebagi penampung bahan baku
minyak mentah, produk antara, produk akhir maupun air bersih
untuk keperluan operasional kilang.
2.5.3 Laboratorium
Laboratorium berfungsi untuk mengontrol spesifikasi dan
kualitas dari minyak mentah, produk antara, produk akhir,
termasuk juga untuk pusat penelitian dan pengembangan.
2.5.4 Bengkel Pemeliharaan
Bengkel Pemeliharaan berfungsi untuk perbaikan
peralatan kilang yang mengalami kerusakan bahkan pada saat
tertentu membuat peralatan pengganti yang sangat diperlukan
bagi kegiatan operasional kilang

2.5.5 Sarana Health Safety Environment (HSE)


Berfungsi memantau dan menangani masalah limbah agar tidak
mencemari lingkungan, disamping menangani aturan keselamatan bagi pekerja.
HSE RU-IV memiliki sarana sebagai berikut:

15
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

a) Sour Water Stripper : Memisahkan gas-gas beracun dan berbau dari


air bekas proses
b) Corrugated Plate Interceptor (CPI) : Meniadakan dan memisahkan
minyak yang terbawa air buanga
c) Holding Basin : Mengembalikan atau memperbaiki kualitas air
buangan, terutama mengembalikan kandungan oksigen dan
menghilangkan kandungan minyak
d) Flare : Cerobong asap/api untuk meniadakan pencemaran udara
sekeliling
d) Silencer : Mengurangi kebisingan
e) Fin Fan Cooler : Mengurangi penggunaan air sebagai media pendingin
dan mengurangi kemungkinan pencemaran pada air buangan
f) Groyne : Pelindung pantai dari kikisan gelombang laut

2.5.6 Marine
Bertugas untuk mengatur lalu lintas kapal-kapal tanker dan
mendukung bongkar muat minyak mentah serta produk kilang yang
terletak di area kilang.

2.6 Unint Proses PT Pertamina RU IV Cilacap


Sebagai BUMN pengelola tunggal minyak dan gas bumi di Indonesia,
PT Pertamina RU IV dilengkapi dengan fasilitas berupa kilang-kilang dengan
fungsi tertentu. Berikut ini adalah uraian kilang-kilang di PT Pertamina RU
IV Cilacap beserta fungsinya.
1. Area 10 : Fuel Oil Complex I (FOC I)
Fuel Oil Complex I (FOC I) dibangun pada tahun 1974 untuk
mengolah minyak mentah jenis Arabia Light Crude (ALC) dengan
kapasitas pengolahan 100.000 barrel/hari. Setelah Debottlenecking
Project, FOC I memiliki kapasitas pengolahan 118.000 barrel/hari dan

16
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

digunakan untuk mengolah minyak mentah jenis Basrah Light Crude


(BLC) dan Iranian Light Crude (ILC). Gambar 2.4 menunjukkan alur
proses pengolahan minyak mentah menjadi produk produk yang
dihasilkan .

Gambar 2.4 Alur proses di FOC I

2. Area 01 : Fuel Oil Complex II (FOC II)


FOC II dibangun pada tahun 1981 dan mulai beroperasi pada tahun
1983. FOC II dirancang untuk mengolah minyak mentah dalam
negeri (Domestic Crude) karena sebelumnya minyak mentah dalam
negeri diolah di kilang minyak luar negeri. Beberapa Domestic Crude
yang diolah di FOC II di antaranya adalah Arjuna Crude dan Ataca
Crude. Gambar 2.5 menunjukkan diagram proses pengolahan minyak
domestik menjadi produk-produk meliputi LPG, Naphta, Gasoline,
Propane, Kerosene, HDO/LDO, IFO dan Refinery Fuel Gas.

17
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 2.5 Alur proses Kilang FOC II


3. Lube Oil Complex I (LOC I)
Lube Oil Complex I (LOC I) adalah salah satu kilang di RU IV yang
berfungsi untuk menghasilkan produk Non-BBM. Bahan baku yang diolah
di LOC I adalah residue dari FOC I. Produk-produk yang dihasilkan dari LOC
I meliputi HVI 60, HVI 95, Propane Asphalt, Slack Wax, Minarex A dan
Minarex. LOC I terdiri dari beberapa unit yang dapat ditunjukkan pada
Tabel 2.2 dibawah ini :

No. Unit Nama Unit


21 High Vacuum Unit (HVU ) I
T
22 Propane Deasphalting Unit (PDU) I
a
23 Fulfural Extraction Unit (FEU) I
b
24 Methyl Ethyl Kelton (MEK) Dewaxing Unit /MDU I
e
25 Hot Oil System I
l
Tabel 2.2 : Unit-unit LOC I RU IV Cilacap.

18
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

4. Area 02 : Lube Oil Complex II (LOC II)


LOC II adalah salah satu kilang di RU IV Cilacap yang berfungsi
untuk memproduksi bahan baku minyak pelumas dan aspal. Bahan
baku yang diolah di LOC II adalah residue dari FOC II. Produk-produk
yang dihasilkan dari LOC II di antaranya adalah HVI 60, HVI 95,
Propane Asphalt, Slack Wax, Minarex A dan Minarex B. LOC II terdiri
dari 5 unit yang ditunjukkan melalui Tabel 2.3 sebagai berikut.

No. Unit Nama Unit

021 High Vacuum Unit (HVU ) II

022 Propane Deasphalting Unit (PDU) II

023 Fulfural Extraction Unit (FEU) II

024 Methyl Ethyl Kelton (MEK) Dewaxing Unit /MDU


II

025 Hot Oil System II

Tabel 2.3 : Unit pada LOC II

19
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

5. Area 80 : Kilang Paraxylene


Kilang Paraxylene Complex (KPC) dibangun pada tahun 1988
dikarenakan pertimbangan adanya bahan baku Naphta dan sarana
pendukung seperti tangki, dermaga dan utillities[1]. Pembangunan KPC
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kilang PTA (Purified
Terephtalic Acid) di Plaju dan meningkatkan nilai tambah produk kilang
BBM. Kilang yang beroperasi sejak 20 Desember 1990 ini menghasilkan
produk NBM dan Petrokimia.

Gambar 2.6 Alur Proses Kilang Paraxylene Complex

Kapasitas produksi KPC adalah 590.000/tahun. Berdasarkan


Gambar 2.6, feed yang diberikan berupa Naphta diolah menjadi 270.000
ton/tahun paraxylene, 17.000 ton/tahun LPG, 92.000 ton/tahun raffinat,
10.000 ton/tahun heavy aromat dan 81.000 ton/tahun fuel gas/excess.

20
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

6. Area 200 : Lube Oil Complex III (LOC III)


LOC III adalah salah satu kilang di RU IV Cilacap yang berfungsi
untuk memproduksi bahan baku minyak pelumas (lube base oil) dan
aspal. Bahan baku yang diolah di LOC III adalah distilat dari LOC I dan
LOC II. Produk-produk yang dihasilkan di kilang LOC III di antaranya
adalah HVI60, Slack Wax, Propane Asphalt dan Minarex. Dalam
menjalankan fungsinya, LOC III terdiri dari 3 unit utama. Beikut ini
merupakan Tabel 2.4 yang menunjukkan unit-unit yang ada di Kilang
LOC III.

NO. Unit Nama Unit


220 Propane Deasphalting Unit
240 MEK Dewaxing Unit
260 Hydrotreating Unit

Tabel 2.4 Unit-unit di Kilang LOC III.


7. Area 100 : RFCC
RFCC (Residu Fluid Catalythic Cracking) merupakan salah satu unit terbaru
di kilang Pertamina RU IV Cilacap meliputi beberapa unit yang dapat ditunjukkan
melalui Tabel 2.5 dibawah ini :

NO. Unit Nama Unit Fungsi

Mengolah produk bawah CDU II- LSWR


101 RFCC Regenerator menjadi produk gasoline, LPG dan
propylene
Memisahkan overhead produk RFCC
102 Gas Concentration menjadi stream LPG dan Naphta dengan
memaksimalkan recoverysetiap stream
Memisahkan LPG hasil dari U-102
103 LPG Merox
dengan kandungan Sulfur melalui

21
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

ekstraksi menggunakan casutic dan COS


solvent
Memisahkan trated LPG keluaran U-103
104 Propylene Recovery secara fraksinasi untuk mendapatkan
produk akhir LPG an propylene
Mengolah Naphta keluaran U-102 yang
Gasoline masih mengandung sulfur dengan cara
105
Hydrotreating katalitik untuk mendapatkan spec
gasoline EURO III
Menyediakan suplai lean amine untuk
106 Amine regeneration pemisahan sulfur pada stream gas &
liquid di Unit 102 dan 105.
Mengolah sour oily water hasil proes
107 Sour water stripping sebelum dialirkan menuju unit 166-
Waste Water Treatment.
Memurnikan hydrogen rich gas hungga
108 Hydrogen Purification H2 purity > 99%-mole yang digunakan di
unit 105.

Tabel 2.5 Unit-unit di RFCC.


2.7 Sistem Kelistrikan Pertamina RU IV Cilacap
2.7.1 Pembangkitan
• Utilities kelas existing
Pada utilities ini terdapat 3 buah utilities. Utulities 05, utilities
50 dan utilities 500. Setiap utilities disuplai oleh generator
yang berbeda beda. Untuk utilities 05 disuplai oleh generator
berkapasitas 20 MW sebanyak 3 buah, utilities 50 siuplai oleh
generator dengan kapasitas 8 MW sebanyak 3 buah.
Sedangkan untuk utilities 500 disuplai oleh 1 buah generator

22
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

dengan kapasitas 20 MW dan 1 buah generator berkapasitas 8


MW.
• Utility RFCC
Pada utilities ini memiliki sistem pembangkitan yang berbeda
dengan utilities kelas existing. Pada utilities RFCC
pembangkitan berasal dari suplai generator berkapasitas 15
MW sebanyak 3 buah.
2.7.2 Sistem Jaringan Distribusi di Pertamina RU IV Cilacap
Sistem Jaringan distribusi tenaga listrik di PT. Pertamina RU IV
Cilacap menggunakan sistem distribusi radial. Pada sistem distribusi
radial ini menggunakan double bus bar / double feeder. saluran ini
tersambung dengan pembangkit pusat sebagai suplai utama. Terdapat 8
buah jenis pembangkit yang ada di PT. Pertaminas RU IV Cilacap yang
memiliki 2 jenis kapasitas yang berbeda. Pembangkit dengan kapasitas
20 MW dan pembangkit dengan kapasitas 8 MW. Berikut ini merupakan
single line diagram Sistem Distribusi tenaga Listrik PT. Pertamina RU IV
Cilacap (01- SS – 12).

Gambar 2.7 Sistem Distribusi tenaga Listrik PT. Pertamina RU IV Cilacap


(01- SS – 12)

23
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

PT. Pertamina RU IV CILACAP memiliki beberapa tingkat tegangan


distribusi dimana masing-masing tingkat tegangan ini disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan peralatan. Tingkat Tegangan Sistem Distribusi
Listrik di PT. Pertamina RU IV Cilacap dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :

a. Sistem Tegangan 13,8 kV


Tegangan ini merupakan 3 fase yang dibangkitkan oleh generator,
kemudian ditampung pada machine bus untuk dihubungkan ke jaringan
distibusi primer. Dan untuk transfer bus berfungsi untuk menghubungkan
antar daya generator dari salah satu bus ke bus yang lainya.
b. Sistem Tegangan 3,45 kV
Tegangan ini merupakan 3 fase yang diambil dari output
transformator 13,8 kV / 3,45 kV. Tegangan 3,45 kV ini selain digunakan
untuk menyuplai jaringan distribusi sekunder, juga untuk melayani
motor-motor induksi dan sinkron 3 fase yang berdaya lebih dari 200 HP
c. Sistem Tegangan 400 V
Tegangan ini merupakan 3 fase yang diambil dari output
transformator 3,45 kV / 0,4 kV. Tegangan ini digunakan untuk melayani
motor induksi 3 fase yang berdaya kurang dari 200 HP.
d. TEGANGAN 220 V
Tegangan ini merupakan tegangan 1 fase, yang digunakan untuk
control system , penerangan dan lainnya. Dan dalam pemakaian tenaga
listrik dibagi menjadi beberapa kebutuhan. Pemakaian tenaga listrik di PT
PERTAMA RU IV CILACAP sebesar 70% dari kapasitas terpasang sebesar
112 MW beban-beban listrik tersebut meliputi :
a. Beban listrik perumahan
b. Beban listrik Rumah Sakit PT PERTAMINA RU IV CILACAP (RSPC)
c. Beban listrik untuk operasi kilang
d. Beban listrik pelabuhan PT PERTAMINA RU IV CILACAP.

24
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Sistem jaringan distribusi tenaga listrik di PT. Pertamina RU IV


Cilacap dibagi menjadi dua yaitu :
a. Sistem Jaringan Distribusi Primer
b. Sistem Jaringan Distribusi Sekunder.
Berikut merupakan penjelasan masing-masing sistem jaringan
distribusi PT. Pertamina RU IV Cilacap :
a. Sistem jaringan Distribusi Primer
Sistem jaringan distribusi primer menggunakan sistem Double Ended
Secondary Selective Radial System dengan tegangan pada sisi primer 13,8 kV
dan pada sisi sekunder 3,45 kV. Sistem Jaringan distribusi ini dicatu oleh
double feeder 13,8 kV dimana kedua feeder berasal dari machine bus yang
berada di pusat pembangkit. Pada jaringan distribusi primer ini terdapat
beberapa transformator step down 13,8 kV/ 3,45 kV dengan hubungan
kumparan transformatornya ∆/Y dengan titik netral ditanahkan melalui
resistor (resistance grounding). Output trafo tersebut dihubungkan ke
switchgear 3,45 kV didalam substation. Guna untuk menjaga kontinuitas
pelayanan anatara switchgear pada setiap substation dihubungkan dengan tie
breaker. Dalam kondisi normal tie breaker berada dalam kondisi open, tetapi
apabila terjadi gangguan tie breaker akan di close secara manual sehingga
sistem uap tetap beroperasi. Sistem jaringan distribusi Double Ended
Secondary Selective Radial System secara sederhana ditunjukan pada gambar
berikut :
Keuntungan jaringan distribusi Double Ended Secondary Selective
Radial System antara lain :
a. Mempunyai tingkat kehandalan yang tinggi .
b. Kontinuitas pelayanan daya listrik yang tinggi.

Kelemahan jaringan distribusi Double Ended Secondary Selective Radial


System antara lain :

25
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

a. Memerlukan banyak peralatan sehingga membutuhkan investasi yang


besar.
b. Kapasitas daya transformatornya dua kali kapasitas operasi normal.
c. Memerlukan dua sumber catu daya.

b. Sistem jaringan Distribusi Primer


Sistem jaringan distribusi primer menggunakan sistem jaringan
distribusi radial. Jaringan ini mendapat supply tegangan 3,45 kV kemudian
diturunkan melalui transformator step down menjadi 400 Volt. Hubungan
kumparan transformatornya adalah ∆/Y dengan titik bintang ditanahkan
langsung (solid grounding).

2.7.3 Substation
Substation merupakan pusat penyaluran tenaga listrik yang akan
disalurkan ke beban. Substation mendapatkan suplai listrik dari feeder yang
terhubung dengan machine bus pada pusat pembangkit. Untuk menjaga
kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke peralatan, maka setiap substation
disuplai oleh dua feeder yang berbeda. Sebelum masuk ke substation,
tegangan 13,8 kV dari feeder tersebut masing-masing diturunkan menjadi
3,45 kV oleh dua buah trafo penurun tegangan (step down) (13,8 kV/3,45
kV). Keluaran dari trafo langsung ditampung oleh penampung daya
(switchgear) 3,45 kV untuk mensuplai motor-motor listrik bertegangan
tinggi 3,45 kV. Sedangkan sebagian lagi didistribusikan ke switchgear 400
Volt melalui trafo penurun tegangan 3,45 kV/400 V untuk mensuplai beban
dan motor tegangan rendah (400 V).
Peralatan yang ada di substation antara lain:
1. Trafo 13,8 kV/ 3,45 kV dan trafo 3,45 kV/400 V
2. Switchgear 3,45 kV dan switchgear 400 V
3. Relay pengaman dan metering
4. Circuit breaker 3,45 kV dan circuit breaker 400 V

26
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

5. Battery unit dan battery charger 125 V DC


6. Ups
7. Air conditioning

27
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

BAB III
DASAR TEORI
3.1 Macam-macam Motor
3.1.1 Motor Sinkron
Motor sinkron merupakan jenis motor yang memiliki
karakteristik yang cukup unik. Dimana pada motor ini kecepatan medan putar
stator dan kecepatan putar rotor memiliki kecepatan yang sama atau sinkron.
Oleh karena itu jenis motor ini dinamakan motor sikron. Prinsip kerja dari
motor ini berawal dari eksitasi DC di rotor ( If ). Eksitasi DC pada rotor akan
menimbulkan medan magnet yang tetap ( Br ). Kemudian stator pada motor
sinkron akan disuplai sumber tegangan 3-fasa yang menyebabkan stator akan
menhasilkan perputaran medan magnet yang berbeda ( Bs ).

Gambar 3.1 motor sikron dengan 2 kutub.

Pada kondisi ini medan magnet di rotor ( Br ) akan cenderung mengikuti


perputaran medan magnet stator. Apabila medan magnet stator ( Bs ) sudah
mulai berputar maka medan magnet rotor dan rotor itu sendiri akan mencoba
menangkap / mengikuti medan magnet stator. Sudut terbesar antara medan
magnet stator ( Bs ) dan medan magnet rotor ( Br ) akan meyebabkan nilai
torsi pada rotor akan lebih besar. Prinsip sederhana dari cara kerja motor

28
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

sinkron. Medan magnet rotor ( Br ) akan mengejar perputaran dari medan


magnet stator ( Bs ) yang berada di sekitarnya. Namun medan magnet rotor
ini tidak cukup untuk mengejar perputaran medan magnet pada stator.

Gambar 3.2 (a) rangkaian ekuivalen motor sinkron 3-fasa


Gambar 3.3 (b) rangkaian ekuivalen motor sinkorn 1-fasa.

3.1.2 Motor Asinkron


Motor ini merupakan motor yang berbeda dengan jenis motor
sinkron. Pada motor ini kecepatan putar medan maget stator tidak
akan sama dengan kecepatan putar rotor atau dalam kata lain

29
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

terdapat perbedaan antara kecepatan putar medan magnet stator dan


kecepatan putar rotor ( terdapat slip ). Oleh sebab itu jenis motor ini
dinamakan motor asinkron. Berikut ini merupakan penjelasan prinsip
kerja dari motor asinkron. Suplai tegangan 3-fasa akan diberikan pada
stator. Arus yang timbul di belitan stator akibat sumber tegangan 3-
fasa akan menyebabkan terjadinya medan magnet putar pada stator.
Putaran medan magnet yang terjadi memiliki arah berlawanan jarum
jam ( counterclockwise ). Kecepatan medan putar magnet stator akan
dapat di tuliskan dalam persamaan berikut ini :

Dimana : fe = frekuensi sistem


P = jumlah kutub pada motor
Medan magnet putar stator akan menginduksi batang rotor (rotor
bar) sehingga akan terjadi ggl induksi yang akan menyebabkan timbur
tegangan pada rotor bar. Persamaan tegangan induksi pada rotor bar
dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana : v = kecepatan relatif rotor bar


B = kerapatan medan magnet ( vektor )
I = panjang konduktor
Sedangakan untuk persamaan induksi torsi ( Torque induction ) dapat
dituliskan dalam persamaan berikut ini :

Induksi Torsi yang akan dihasilkan akan memiliki arah berlawanan


jarum jam, hal ini terjadi karena arah induksi torsi rotor berlawanan
jarum jam, sehingga rotor akan mengikuti arah induksi tersebut.

30
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 3.4 (a) medan putar stator menginduksi “rotor bar”


Gambar 3.5 (b) tegangan pada rotor akan menghasilkan arus listrik
Gambar 3.6 (c) arus pada rotor akan menghasilkan medan magnet Br,
yang memiliki sudut 90 derajat lagging terhadap dirinya
sendiri. Br akan berinteraksi dengan Bnet kemudian
akan menghasilkan torsi mesin yang memiliki arah
counterclockwise.

31
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

3.2 Konstruksi motor


3.2.1 Motor Sinkron
Motor sinkron memiliki 2 bagain utama. Yaitu stator dan rotor. Motor
ini memiliki kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan
pada rotor.
3.2.2 Motor Asinkron
Motor ini juga memiliki 2 bagian utama seperti halnya pada motor
sinkron, yaitu stator dan rotor. Namun pada jenis motor ini memiliki
konstruksi rotor yang berbeda. Ada 2 jenis rotor motor asinkron,
yaitu cage rotor dan wound rotor.

Gambar 3.7 stator winding pada motor induksi ( Courtesy of MagnetTek, Inc. )

Gambar 3.8 sketsa cage rotor motor induksi

32
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 3.9 salah satu jenis rotor, cage rotor ( Courtesy General Electric
Company ).

Gambar 3.10 wound rotor


Jenis rotor wound rotor pada motor induksi memiliki harga yang lebih
mahal dari pada cage rotor. Jenis rotor ini membutuhkan lebih banyak
perbaikan dikarenakan rotor jenis ini menggunakan slip ring dan brush.
Oleh sebab itu jenis rotor ini jarang sekali digunakan.
3.3 Karakteristik motor sinkron
motor sinkron memiliki karakeristik memiliki kecepatan kontsan.
Berikut merupakan grafik karakteristik Torsi dan kecepatan pada motor
sinkron.

33
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 3.11 : grafik kecepatan vs torsi pada motor sinkron.


Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa seiring bertambahnya
nilai torsi kecepatan motor akan tetap dalam kecepatan sinkronya.
Pertambahan nilai torsi tidak akan berpengaruh terhadap kecepatan
motor sinkron. Dari grafik diatas ketika kondisi tidak berbeban kecepatan
motor sinkron berada dalam kecepatan sinkronya, hal ini juga terjadi
hingga motor sinkron dalam keadaan berbeban ( pullout torque ). Dari
dua kondisi ini motor sinkron memiliki nilai slip 0. Karena tidak terdapat
selisih kecepatan no load dan full load.

Gambar 3.12 : kurva V motor sinkron

34
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Pada aplikasinya motor sinkron dapat memperbaiki kualitas factor


daya sistem. Idealnya setiap system menginginkan power factor yang baik
atau mendekati nilai 1. Kita dapat mengatur nilai power factor mesin
sinkron dengan mengatur nilai arus medan (If) pada rotor dan nilai arus
armature pada stator (IA). Seiring bertambahnya nilai arus medan (If)
pada rotor dan arus armature pada stator (IA) maka mesin sinkron akan
memiliki power factor leading. Sedangkan apabila nilai arus medan pada
rotor (If) semakin kecil dan arus armature (IA) pada stator semakin besar
maka motor sinkron akan memiliki power factor lagging.

Metode Starting motor sinkron

Gambar 3.13 (a) fasor diagram underexited pada motor sinkron


Gambar 3.14 (b) fasor diagram overexited pada motor sinkron

3.4 Metode Starting Motor Sinkron


Pada keadaan awal motor sinkron selalu berada dalam keadaan under
steady state. Sehingga dalam kasus ini motor sinkron memerlukan inisiasi
untuk mencapai kecepatan sinkronya. Untuk memahami problem starting
pada motor sinkron, berikut terdapat sebuah gambaran terkait proses
starting motor sinkron. Sebuah motor diberi frekuensi sebesar 60 Hz.
Suplai tegangan 3 fasa ini diberikan pada stator winding pada motor
sinkron. Sedangkan rotor diberikan eksitasi DC. Pada mulanya rotor dalam
keadan diam (stationary). Pada gambar (a) ketika medan magnet sator ( Bs
) dan medan magnet rotor ( BR) dalam keadaan sejajar maka nilai torsi

35
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

induksi pada shuft rotor akan bernilai 0. Berikut merupakan persamaan


torsi induksi pada shuft rotor :

Pada gambar (b) ketika t = 1/240 s, pada kondisi waktu yang singkat ini
shuft motor sudah mulai bergerak. Dalam kondisi ini medan magnet stator
( Bs ) berada si sebelah kiri medan magnet rotor ( BR ). Sehingga torsi
induksi yang dihasilkan berlawana dengan arah jarum jam
(Counterclockwise). Pada gambar (c) ketika t = 1/120 s, medan magnet
stator (Bs) dan medan magnet rotor (BR) memiliki arah yang berlawanan.
Sehingga torsi induksi yang dihasilkan dalam kondisi ini bernilai 0. Pada
gambar (d) ketika t = 3/240 s. medan magnet stator (Bs) berada di sebelah
kanan medan magnet rotor (BR). Pada konsisi ini torsi induksi yang
dihasilkan searah jarum jam (clockwise). Pada akhirnya pada gambar (e)
ketika t= 1/60 s, posisi medan magnet stator (Bs) dan medan magnet rotor
(BR) berada dalam keadaan semula, yang mana menghasilkan torsi induksi
0. Dari penjelasan tersebut dari kondisi (a) hingga kondisi (d) total torsi
induksi yang dihasilkan bernilai 0. Sehingga motor hanya dalam keadaan
bergetar / tidak bergerak. Apabila hal ini terjadi dalam kondisi yang cukup
lama maka motor akan dalam keadaan overhit. Dan akhirnya bisa merusak
motor itu sen diri.

36
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 3.15 : permasalahan starting pada motor sinkron

ada 3 cara yang bisa digunakan untuk starting motor sinkron dengan aman
antara lain :
1. Mengurangi kecepatan putar medan magnet stator.
2. Menggunakan eksternal primover untuk memebrikan akselerasi pada
rotor untuk mencapai kecepatan sinkronya.
3. Penggunaan dumep winding / amortissuer winding. Untuk menjaga
stabilitas motor sinkron.
3.5 Kelebihan dan kekurangan Motor sinkron dan asinkron
3.3.1 Kelebihan
Motor sinkron memiliki kecepatan konstan walaupun kondisi
beban berubah. Kecepatan sinkron ini dapat konstan mulai dari
kondisi no load hingga load maksimum yang dapat di tanggung oleh
motor.
3.3.2 Kekurangan
Motor sinkron tidak bisa mencapai kondisi sinkron dengan
sendirinya. Sehingga untuk mencapai kecepatan sinkronya motor
ini memerlukan inisiasi / metode starting motor.

37
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Konstruksi Motor Sinkron 014K102AM PT.Pertamina RU IV Cilacap

Belitan Rotor Exciter


Medan Rotor Shaft motor

Gambar 4.1 Rotor motor Sinkron 014K102AM

Stator winding

Gambar 4.2 stator winding motor Sinkron 014K102AM

38
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 4.3 Stator Exciter

Gambar 4.4 Sistem Eksitasi DC pada rotor

39
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

4.2 Motor Sinkron 014K102AM di area FOC II PT.Pertamina RU IV Cilacap


Motor Sinkron merupakan salah satu jenis motor yang cukup sering
digunakan di industri oil and gas. Motor jenis ini merupakan motor yang
cukup menarik untuk dipelajari, dikarenakan motor ini memiliki karakteristik
yang unik, yaitu memiliki kecepatan tidak terlalu tinggi namun stabil. Motor
sinkron 014K102AM merupakan salah satu motor sinkron yang terdapat di
PT. Pertamina RU IV Cilacap. Motor Sinkron 014K102AM ini merupakan
motor untuk melayani kompresor inert gas di unit FOC II. Motor ini
mendapat suplai listrik dari substation 01SS12, dimana motor ini mendapat
sumber tegangan dari feeder 3,45 KV. Motor ini merupakan motor yang
memiliki daya output sebesar 2500 HP atau setara dengan 1,8 MW dan
tegangan 3300 V. Berikut ini merupakan gambar Single line diagram dari
Substation 01SS12 beserta letak motor sinkron 014K102AM pada feeder
bertegangan 3,45 KV :

Letak motor sinkron 014K102AM

Bus C / 13,8 KV Bus B / 13,8 KV

3,45 KV

400 V

Gambar 4.5 single line diagram 01SS12

40
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Pada gambar single line diagram diatas, Substation 01SS12 mendapat


supply tegangan 13,8 KV dari dua feeder yang berbeda yaitu Bus B dan Bus C,
namun untuk memasuki feeder pada Susbstation 01SS12 tegangan ini
diturunkan menggunakan trafo step down dengan konfigurasi ∆/𝑌 NGR
menjadi 3,45 KV. Sistem level tegangan 3,45 KV terdiri dari 2 bus, Bus 1 dan Bus
2, dimana kedua bus ini dipisahkan oleh tie bus / bus couple. Masing-masing
bus digunakan untuk mensuplai motor tegangan tinggi dan suplai ke trafo
tegangan rendah ( dari 3,45KV ke 400 V ), Kemudian tegangan 3,45 kV
diturunkan melalui transformator step down menjadi 400 Volt. Hubungan
kumparan transformatornya adalah ∆/Y dengan titik bintang ditanahkan
langsung (solid grounding). Tegangan 400 V ini digunakan untuk mensuplai
beban motor yang berkapsitas kecil. Pada level tegangan ini Terdapat 5 motor
yang disuplai oleh bus 400 V.
Pada single line diagram diatas dapat kita ketahui bahwa Semua
peralatan yang terdapat pada Susbstation 01SS12 dilindungi oleh peralatan
proteksi. Untuk 1 buah motor yang terdapat pada bus 3,45 KV memiliki proteksi
berupa fuse dan kontaktor. Sedangkan untuk 1 buah motor lainya memiliki
proteksi berupa breaker. Motor pada level tegangan 400 V memiliki sistem
proteksi berupa breaker. Sedangkan untuk letak motor sinkron 014K102AM
yang mengalami permasalahan terletak pada tegangan 3,45 KV pada bus 2.
Berikut ini merupakan keterangan pada nameplate motor sinkron,
sekaligus data sheet dari motor sinkron 014K102AM :

• Serial Number : 90653841


• HP : 2500
• RPM : 250
• PF :1
• FRAME : 24L8127

41
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

• PHASE :3
• HERTZ : 50
• VOLT : 3300
• AMPERE : 427
• LOCKED MOTOR KVA CODE : C
Untuk locked motor dengan code C memiliki spesifikasi 3,55 – 4,00
KVA / HP.
• FIELD 80 °C RISE BY RESISTANCE
Angka ini merupakan batas suhu yang dapat ditahan oleh belitan
medan pada motor sinkron, ketika motor ini diberi arus listrik. Yaitu
sebesar 80 °C. Keterangan ini sangat berkaitan dengan insulating class
pada motor.
• ARM 80 °C RISE BY RES
Angka ini merupakan batas suhu yang dapat ditahan oleh armature
winding pada motor ketika motor ini diberi arus listrik. Yaitu sebesar 80
°C. Keterangan ini sangat berkaitan dengan insulating class pada
motor.
• EXCITER FIELD AMPERE 12
Merupakan nilai arus eksitasi maksimal pada belitan medan motor
sinkron.
• EXCITER FIELD VOLT 90
Merupakan nilai tegangan eksitasi pada belitan medan motor sinkron.
• INSULATING CLASS F TYPE SEALED-VPI
Untuk insulating class type F memilki batas suhu 155 °C / 311 °F.
Misalkan : suatu motor memiliki suhu AMB = 40 °C. Dan FIELD 80 °C
RISE BY RESISTANCE, ARM 80 °C RISE BY RES. Maka total suhu
pengoperasian motor seberar 40 °C + 80 °C = 120 °C. Karena masih
dibawa suhu insulating class dari motor ini (155 °C ), maka keadaan ini
masih aman. Namun ketika motor memiiki suhu pengoperasian

42
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

melebihi insulating class dari motor tersebut maka hal ini dapat
merusak motor.
• TIME RISE 80 °C ABOVE 40 °C BY RESISTANCE
• DC EXCITATION :
100 VOLT, DESCRIPTION : FIELD REGMT FOR BRUSHLESS EXC
• SPACE HEATER :
2,2 KW. 220 VOLT, MAX. SHEATH TEMP. 200 °C
1 PHASA 50 HERTZ
SPACE HEATER merupakan pemanas yang ada di dalam motor, dimana
fungsi dari space heater ini untuk menjaga suhu di dalam motor agar
tidak terjadi kelembaban selama proses pengoperasian motor. kondisi
motor yang lembab atau bahkan basah bisa mempengaruhi kekuatan
isolasi dari motor tersebut.

Gambar 4.6 Nameplate Motor Sinkron014K102AM

43
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

• MANUFACTURER : EM
• CURRENT (RATED VOLT ) : FULL LOAD 427
• LOCKED ROTOR 1700
• LOCKED ROTOR WITHSTAND TIME (COLD START) 12 SECOND
• TORQUE FULL LOAD : 7262
• ACCELERATION TIME (MOTOR ONLY @RATED VOLT ) : 1,5 SECOND
• ACCELERATION TIME (MOTOR & LOAD @85% RATED VOLT) : 2,5
SECOND.
• EXITATION FIELD AMPS @ FULL LOAD & PF RATED : 12
• EXITATION FIELD AMPS :
( MAX : 12 A ) ( MIN : 4.1 ).
Semua keterangan pada nameplate / data sheet bertujuan membantu
dalam pengoperasian mesin. Dengan adanya nameplate motor, diharapkan
pengguna motor dapat menggunakan motor ini dengan optimal.

4.3 Permasalahan kegagalan starting motor sinkron 014K102AM PT.


Pertamina RU IV Cilacap.
Pada tanggal 29 januari 2017 dilakukan proses starting pada motor
sinkron 014K102AM PT. Pertamina RU IV Cilacap. Setelah semua prosedur
starting sudah dilaksanakan, motor sinkron 014K102AM tidak kunjung
mencapai kecepatan sinkron ( 250 RPM ). Setelah beberapa saat kemudian
karena motor sinkron tidak kunjung mencapai kondisi sinkron maka
terdapat indikasi trip pada salah satu relay, dimana pada relay tersebut
menunjukkan gangguan overload pada motor. dan pada akhirnya starting
motor sinkron 014K102AM mengalami kegagalang. Hal ini bisa diakibatkan
oleh banyak hal. Setelah dilakukan analisa starting motor sinkron
014K102AM maka diperoleh data-data sebagai berikut :

44
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

4.3.1 Hasil insulation resistance test pada lead motor.


Berikut ini merupaan EASA standart minimum insulation resistance :

Tabel 4.1 EASA standart minimum insulation resistance

Berdasarkan hasil pengukuran nilai insulation resistance test pada lead


motor, menunjukan hasil 0 M Ohm. Hal ini bisa disimpulkan bahwa nilai
insulation resistance pada lead motor sudah tidak memenuhi EASA
standart minimum insulation resistance.

4.3.2 Hasil analisa kurva karakteristik starting motor sinkron 014K102AM


Dari kurva arus dan kecepatan dibawah ini dapat kita ketahui
bahwa saat motor dioperasikan dengan menggunakan power factor 0,8
dapat kita ketahui nilai arus starting pada motor sinkron 014K102AM
sebesar 3,2 X IFLA atau setara dengan nilai 1366,4 A. Setelah itu arus
pada motor akan perlahan mengalami penurunan hingga arus motor
bernilai 1 x PER UNIT CURRENT atau setara dengan 427 A (Full Load
Ampere). Sedangkan untuk nilai kecepatan pada motor sinkron saat arus
motor bernilai 427 A, kecepatan motor sebesar 1 X PER UNIT
SYNCHRONOUS SPEED. Atau 250 RPM ( Keceptan sinkron ). Memang
pada name plate nilai power factor dari motor bernilai 1, namun pada

45
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

pengoperasian di PT. Pertamina RU IV Cilacap mesin sinkron 014K102AM


dioperasikan dengan power factor 0,8.

Gambar 4.7 : speed, torque, current power factor curve

Sedangkan untuk kurva torgue dan kecepatan, dapat kita lihat bahwa
nilai starting torque pada motor sinkron bernilai 0,4 X PER UNIT TPRQUE
atau setara dengan 0,4 X 7263 = 2905,2 NM. Ketika motor sudah
mencapai kondisi Pull Up Torque, maka Seiring bertambahnya keceptan
motor sinkron nilai torque juga akan semakin besar, hingga mencapai
nilai breakdown torque. Dari kurva torque dan kecepatan di atas dapat

46
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

kita lihat nilai breakdown torque sebesar 0,78 X PER UNIT TORQUE atau
setara dengan 5665,14 NM. Setelah mengalami breakdown torque,
torque pada motor akan mengalami penurunan hingga mencapai nilai
0,2 X PER UNIT TORQUE atau setara dengan 1452,6 NM. Nilai torsi ini
terjadi ketika nilai arus motor sinkron sudah mencapai 1 X PER UNIT
CURR / 427 A.
Untuk keterangan waktu yang dibutuhkan dari keadaan awal
starting hingga motor mencapai kondisi sinkron disebut dengan
Acceleration Time. Berikut ini merupakan kurva acceleration time motor
sinkron 014K102AM :

Steady
?

Gambar 4.8 Time Current Curves


Pada saat terjadi kegagalan starting, motor sinkron 014K102AM
seharusnya sudah mencapai kondisi sinkron ( kecepatan sinkron motor )
dalam kurun waktu 3 detik, namun dalam kurun waktu melebihi dari 3
detik yaitu 15 detik motor masih belum mencapai kecepatan sinkron.
Jika dihubungkan dengan kurva starting diatas maka dapat disimpulkan

47
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

motor sinkron 014K102AM mengalami kegagalan starting. Analisa ini


merupakan analisa yang cukup cepat untuk dilakukan, karena dengan
pemahaman kurva karakteristik motor sinkron 014K102AM sebelum
proses starting kita bisa langsung mengkomparasikan dengan kondisi
lapangan yang ada.

4.3.3 Hasil analisa pengecekan visual


Untuk analisa yang kedua, kita bisa melakukan analisa visual
kondisi motor sinkron 014K102AM. Untuk metode analisa ini kita bisa
melakukan pengecekan terhadap kondisi motor sinkron 014K102AM
secara fisik. Baik stator winding, rotor exciter, bearing dan komponen
motor yang lainya. Dari pengamatan secara visual didapatkan beberapa
kerusakan yang terjadi pada motor sikron 014K102AM. Kerusakan yang
pertama yaitu terdapat jelaga pada stator winding motor sinkron
014K102AM, sehingga motor mengalami short 3 phasa. Berikut ini
merupakan gambar kerusakan stator winding pada motor sinkron
014K102AM :

48
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 4.9 kerusakan stator winding pada motor sinkron 014K102AM.

Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa terdapat jelaga pada
stator winding motor sinkron 014K102AM. Hal ini dapat mengindikasikan
bahwa isolasi dari masing masing inti winding stator mengalami kerusakan.
Hal ini bisa diakibatkan karena stator winding terlalu lama dialiri arus yang
besar. Ketika stator winding dialiri arus starting yang cukup besar dalam
waktu yang cukup lama ( lebih dari 3 detik ) hal ini akan menyebabkan inti
dari stator winding akan panas, dan bisa merusak isolasi dari masing-masing
winding. Sehingga pada akhirnya akan terjadi gangguan phase to ground.
Selanjutnya ditemukan komponen SCR dan dioda yang mengalami
kerusakan / korosif. Berikut ini merupakan gambar komponen dioda dan
SCR yang mengalami korosif :

Gambar 4.10 korosif pada SCR (Kiri ) dan dioda (kanan)

Kerusakan dioda ini juga akan menyebabkan kerusakan pada


diode assembly pada motor sinkron 014K102AM, dikarenakan
komponen dioda, SCR dan diode assembly merupakan suatu hal yang
memiliki keterkaitan satu sama lain. Berikut ini merupakan gambar
diode assembly yang mengalami kerusakan :

49
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 4.11 diode assembly.


Selain itu pada dioda yang mengalami kerusakan ( korosif )
dilakukan pengujian nilai tegangan pada dioda ( Baik forward bias dan
inverse bias ) dan SCR. Berikut merupakan hasil nilai pengukuran
tegangan pada dioda dan SCR :

Gambar 4.12 Pengukuran nilai tegangan pada SCR.

50
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 4.13 pengujian nilai tegangan dioda “reversed biased”

Gambar 4.14 pengujian nilai tegangan pada dioda “forward biased”.

Analisa visual yang lainya yang kami dapatkan yaitu kondisi rotor
yang kotor. Kondisi rotor yang kotor juga bisa mempengaruhi nilai
insulasi pada rotor itu sendiri. Sehingga kemampuan isolasinya akan
berkurang, akibat debu atau kotoran yang menempel pada permukaan
rotor. Berikut ini merupakan gambar rotor yang kotor :

51
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 4.15 Kondisi inti rotor yang kotor


Dari beberapa analisa visual diatas dan beberapa pengujian yang sudah
dilakukan yang menyatakan kondisi beberapa komponen sudah tidak bisa
bekerja dengan baik, kondisi ini meyebabkan sistem eksitasi pada rotor
mengalami kerusakan. Sehingga eksitasi DC pada rotor tidak bisa bekerja
dengan baik dan Hal inilah yang menjadi penyebab utama motor sinkron
014K102AM tidak bisa mencapai kondisi sinkronya atau mengalami kegagalan
starting.

Gambar 4.16 rectifier assembly schematic

52
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Rusaknya komponen dioda pada rectifier dapat mempengaruhi


kinerja dari rectifier tersebut. Maka apabila komponen dioda baik reverse
bias maupun forward bias ini rusak, maka fungsi rectifier sebagai
penyearah gelombang tidak akan bekerja dengan baik. Sehingga hal ini
akan mempengaruhi synchronous rite control yang pada akhirnya akan
mempengaruhi eksitasi pada kumparan medan di rotor. Hal ini akan
menyebabkan motor sinkron tidak bisa mencapai kecepatan sinkronya.
Apabila keadaan ini berlangsung cukup lama atau bahkan melebihi stole
time dari motor sinkron ini maka akan menyebabkan kerusakan pada
winding motor, mengingat besar arus yang diberikan cukup besar.

4.3.4 Hasil analisa lifetime Motor Sinkron 014K102AM.


Berdasarkan data PT. Pertamina RU IV Cilacap, motor sinkron
014K102AM sudah beroperasi sejak tahun 1982. Kondisi motor yang
sudah lama juga menjadi penyebab menurunnya kemampuan isolasi
winding. Selain itu, hal serupa akan terjadi pada komponen motor
sinkron 014K102AM lainnya, seperti pada sistem eksitasinya.

53
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari analisa yang sudah ada, kegagalan starting motor sikron
014K102AM disebabkan beberapa faktor, antara lain :
1. Nilai insulation resistance test pada lead motor, menunjukan hasil 0
M Ohm. Hal ini bisa disimpulkan bahwa nilai insulation resistance
pada lead motor sudah tidak memenuhi EASA standart minimum
insulation resistance.
2. Kerusakan tahanan isolasi pada stator winding motor sinkron
014K102AM, sehingga motor mengalami gangguan short circuit 3
phasa.
3. Terdapat komponen dioda dan SCR yang mengalami korosif,
sehingga mempengaruhi nilai tegangan kerja pada dioda dan SCR.
4. Kondisi inti rotor yang kotor, sehingga mempengaruhi nilai tahanan
insulasi ( Insulaion Resistance ) dari motor itu sendiri.
5. Kerusakan pada sistem eksitasi DC pada rotor.
6. Kondisi motor yang sudah tua ( beroperasi sejak tahun 1982 ) dan
jarang mengalami perbaikan.
5.2 Saran
Dari permasalahan diatas dapat ditarik sebuah saran / rekomendasi
tentang permasalahan kegagalan starting motor sinkron 014K102AM. Berikut
merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan kegagalan starting motor
sinkron 014K102AM :

1. Solusi jangka pendek :


• Pergantian komponen DIODA dan SCR yang mengalami korosif.
• Melakukan proses rewinding pada stator winding
• Melakukan proses pembersihan pada motor pada bagian yang
dianggap perlu.

54
Laporan Kerja Praktik
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

2. Solusi jangka panjang :


• Melakukan preventif maintenance
• Menyediakan komponen pengganti untuk peralatan critical /
peralatan yang sering mengalami kerusakan. ( Dioda, SCR,
Beaing dll ).

55

Anda mungkin juga menyukai