Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

OLEH :
NAMA/NIM :
1. INDAH ARTHA DIAU SIHOMBING/1803062
2. INDAH FATIMAH SILALAHI/1803063
3. INDRA GUNAWAN SINURAT/1803064
4. JHON LEO FERNANDO SIAHAAN/1803066
5. JOSUA ANGGI PURBA/1803067
JURUSAN : AGRIBISNIS KELAPA SAWIT
GRUP/KELOMPOK : C/3
MODUL : STASIUN JEMBATAN TIMBANG DAN
PEREBUSAN (STERILIZER)
ASISTEN : GILANG SEPTIAN SIREGAR
TANGGAL PERCOBAAN : 18 JUNI 2020

LABORATORIUM PABRIK MINI KELAPA SAWIT


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN
2020

No. Dokumen : FM-PMKS-02-03; No. Revisi : 00;Tanggal Efektif :16 febuari 2009; Halaman : 1 dari 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas anugerahNya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya.
Pada kesempatan ini kami selaku penyusun laporan hendak mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada semua orang yang terlibat dalam
penyusunan laporan ini, yang mana tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kami sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kami selaku penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
laporan ini terdpat kesalahan-kesalahan, semua itu adalah murni karena unsur
ketidak sengajaan. Saya harapkan laporan ini dapat digunakan sebagai mana
mestinya dan dengan sebaik-baiknya.

Medan, 18 Juni 2020

Penulis

(Kelompok 3)
BAB I

PENDAHULUAN
A. JUDUL PRAKTIKUM
“Stasiun Jembatan Timbang dan Perebusan (Sterilizer)”

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah praktek mahasiswa (praktikan) diharapkan dapat:
1. Memahami prinsip kerja unit jembatan timbang dan unit sterilizer
2. Memahami fungsi dan keterpasangan alat yang terdapat pada unit
jembatan timbang dan unit sterilizer
3. Mampu menggambar alat yang terdapat pada unit jembatan timbang dan
unit sterilizer
4. Mampu mengoperasikan unit jembatan timbang dan unit sterilizer
BAB II
LANDASAN TEORI
Pabrik Kelapa Sawit ( PKS ) merupakan pabrik yang mengolah TBS sebagai
bahan baku menjadi minyak kelapa sawit atau CPO dengan menggunakan
berbagai tahapan-tahapan proses pengolahan dari mulai stasiun penerimaan bahan
baku, perebusan, pemipilan, penggempaan, pemisahan minyak dan sludge,
pemurnian minyak, pengeringan inti sampai setasiun penimbunan. Dalam
tahapan- tahapan proses pengolahan tersebut pabrik kelapa sawit (PKS) sangat
dominan dalam pencapaian rendemen dan mutu yang optimal atau mencapai
target yang telah di tentukan, karena sebagian besar pabrik kelapa sawit
mempunyai prinsip, yaitu mengutip minyak sebanyak-sebanyaknya dan
memaksimalkan pengurangan non minyak sebanyak-banyaknya.
Jembatan Timbang
Fungsi jembatan timbang yaitu sebagai tempat/alat penimbangan TBS yang
dibawa ke pabrik (minyak/inti sawit) serta penimbangan barang lain yang terkait
dengan aktivitas kebun. Pada prinsipnya penimbangan buah bertujuan untuk
mengetahui berat brutto (berat kotor), tarra (berat kosong) dan akhirnya berat
netto (berat bersih) dari setiap pengukuran yang dilakukan. Data-data yang
diambil di jembatan timbangan bukan saja hanya data mengenai pengukuran
jumlah TBS yang masuk, tapi juga pengukuran jumlah TBS yang dikembalikan
atau buah yang terkena pinalti (buah busuk, sampah, dan fraksi 00), pengukuran
berat produksi (CPO dan Inti) yang keluar, berat tandan kosong yang keluar.
Setiap truk pengangkut TBS yang tiba di pabrik timbang terlebih dahulu di Bridge
Weighting untuk memperoleh berat saat berisi (Brutto) dan sesudah dibongkar
(Tarra). Selisih antara brutto dan tarra adalah netto yaitu jumlah TBS yang
diterima di PKS. Seluruh angka-angka timbangan ini dicatat petugas timbang
dalam daftar (Log Book). Untuk truk pengantar TBS yang masuk harus
melaporkan Surat Pengantar TBS (PB.25 ; FM- 15 – 02 / 01) dari afdeling dan
direkap dalam Laporan Harian/Rekapitulasi Penerimaan TBS (FM-15-02/05).
Pada sistem Weighbridge ada dua proses penimbangan antara lain:
penimbangan barang masuk adalah dimana barang dimuat terlebih dahulu pada
saat dilakukan penimbangan pertama dan pada saat penimbangan kedua truk atau
traktor dalam keadaan kosong (tanpa muatan). Pada umumnya penimbangan
barang masuk meliputi penimbangan terhadap angkutan yang secara rutin masuk
ke pabrik misalnya angkutan Tandan Buah Segar.
Prinsip kerja jembatan timbang adalah dengan menggunakan Load Cell.
Load Cell akan mengirimkan sinyal digital ke avery berker. Jembatan timbang
juga harus selalu dilakukan check weigh bridge setiap 6 bulan sekali. Tujuan dari
pada check weigh bridge timbangan adalah agar timbangan tetap akurat. Check
weigh bridge timbangan dilakukan oleh Pusat (Jakarta) dan Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMKG) menggunakan batu timbangan seberat 10000 kg. Orang
dari pusat yang melakukan check weigh bridge ini disebut OLC (Oil Loss
Control).
Klasifikasi alat-alat yang digunakan:
a. Avery Berker
Avery berker adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan angka timbang
secara digital dari setiap penimbangan buah dan truk yang masuk kedalam
pabrik. Alat ini memiliki berat timbangan maksimum sebesar 60000 kg dan
berat timbang minimal sebesar 400 kg. Ada dua tipe Avery Berkerl yaitu
Avery Berker L225 dan Avery Berker L500M. Kegunaan masing-masing
Avery Betker ini sama, yaitu untuk menunjukkan berat dari beban yang
ditimbang.
b. Plat Form
Stasiun jembatan timbang Rama-Rama Mill pada KCP memiliki 2 buah Plat
Form.
c. Load Cell
Load cell merupakan sensor berat, apabila Load Cell diberi beban pada inti
besinya maka nilai resistan di strain gauge akan berubah. Umumnya Load Cell
terdiri dari 4 buah kabel, dimana dua kabel sebagai eksitasi dan dua kabel
lainnya sebagai sinyal keluaran. Load Cell adalah alat elektromekanik yang
biasa disebut Transducer, yaitu gaya yang bekerja berdasarkan pinsip
deformasi sebuah material akibat adanya tegangan mekanis yang bekerja,
kemudia merubah gaya mekanik menjadi sinyal listrik. Untuk menentukan
tegangan mekanis didasarkan pada hasil penemuan Robert Hooke, bahwa
hubungan antara tegangan mekanis dan deformasi yang diakibatkan disebut
regangan. Regangan ini terjadi pada lapisan kulit dari material sehingga
memungkinkan untuk diukur menggunakan sensor regangan atau Strain Gauge.
Secara umum Jembatan timbang dipabrik kelapa sawit memiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Menimbang bahan baku proses yaitu TBS (Tandan Buah Segar) yang diterima
dari kebun atau pemasok lainnya untuk diproses di pabrik
b. Menimbang produksi minyak sawit (CPO) dan palm kernel (PK) yang akan
dikirim kepada pihak pembeli
c. Menimbang hasil sampingan yang dihasilkan seperti solid, empty bunch atau
kompos yang akan dikirim ke estate (kebun)
d. Menimbang material lainnya yang dianggap perlu untuk kepentingan pabrik
dan perusahaan
PROSEDUR JEMBATAN TIMBANG
4.1. Sebelum Penimbangan
1. Petugas WB membaca buku laporan timbangan untuk mendapatkan
informasi dari kondisi sebelumnya.
2. Petugas WB memastikan bahwa platform timbangan dalam keadaaan
bersih dan bebas dari lumpur/benda lain yang menempel antara platform
dan dinding beton jembatan timbang.
3. Petugas WB memastikan bahwa instalasi kabel komputer, load cell dan
UPS terpasang dengan baik dan aman.
4.2. Pengoperasian Komputer Timbangan
1. Petugas WB harus memastikan terlebih dahulu bahwa arus listrik dalam
kondisi stabil sebelum menghidupkan komputer.
2. Petugas WB harus memastikan bahwa komputer harus dimatikan dan
semua perangkat server yang terhubung dengan arus listrik harus dicabut
pada saat arus listrik tidak stabil atau kondisi cuaca hujan.
3. Tidak boleh menggunakan UPS jika alat sudah memberikan alarm tanda
arus hampir habis pada saat tidak ada arus listrik.
4. Pastikan semua peralatan kerja (komputer, instalasi arus listrik, perangkat
server, printer, meja dan kursi kerja, dsb) dalam kondisi aman sebelum
memulai pekerjaan.
4.3. Proses Penimbangan
1. Supir menyerahkan surat pengantar TBS ke pos security untuk kemudian
petugas security mencatat di buku ekspedisi : Nama supir dan tanggal
masuk. Petugas Security dan weighbridge mengetahui TBS yang
bersertifikat RSPO dari kebun-kebun yang telah bersertifikat RSPO dan
non-RSPO dengan membawa surat pengantaran TBS nya.
2. Petugas security menyerahkan kembali SP-TBS kepada supir beserta
nomor antrian.
3. Truck TBS dipanggil masuk oleh petugas security sesuai dengan nomor
antrian.
4. Truck TBS masuk ke jembatan timbang secara perlahan-lahan dengan
terlebih dahulu petugas WB memastikan indicator timbangan berada
pada posisi “0” (nol).
5. Supir truck beserta penumpang turun dari truck dan menyerahkan SP-TBS
kepada petugas WB. Pastikan pada saat penimbangan, tidak ada lagi
beban selain muatan truck.
6. Petugas timbangan menginput / memasukkan data ke program timbangan,
dengan terlebih dahulu menanyakan ke sopir nomor polisi kendaraan
(agar tidak terjadi kesalahan timbang karena perbedaan antara nomor
polisi kendaraan pada SP TBS dengan No Polisi kendaraan actual yang di
timbang). Petugas timbangan dapat mengidentifikasi TBS yang
bersertifikat RSPO dan yang tidak bersertifikat RSPO dari kebun yang
membawa surat pengantar TBS nya. Dan dari kuantitas TBS RSPO dan
Non-RSPO akan dicatat berdasarkan produksi harian CPO/PK sesuai
dengan kondisi yang ada.
7. Petugas WB melakukan penginputan data
8. (Jelaskan proses penginputan data)
9. Form timbangan kemudian diserahkan kepada supir untuk selanjutnya
dibawa ke sortasi
10. TBS kemudian dibongkar dan disortir di bagian sortasi oleh petugas
sortasi.
11. Truck TBS kemudian masuk ke timbangan secara perlahan-lahan, dengan
terlebih dahulu petugas timbangan memastikan indicator timbangan pada
posisi “0” (nol).
12. Supir truck beserta penumpang turun dari truck dan menyerahkan form
timbangan dan berita acara sortasi kepada operator timbangan.
13. Petugas timbangan menanyakan kepada sopir kendaraan nomor polisi
kendaraan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa
kendaraan yang akan di timbang adalah kendaraan yang sesuai dengan
dokumen yang diberikan.
14. Petugas timbangan harus memastikan bawa sopir truck beserta
penumpangnya sudah turun dari kendaraan dan posisi kendaraan di
jembatan timbang sudah sesuai ketentuan
15. Petugas timbangan melakukan penimbangan kedua
16. Aplikasi program timbangan
17. Petugas WB menginput data dari berita acara sortasi.
18. Data yang telah di input kemudian di save dan mencetak slip timbangan /
hasil timbangan.
19. Petugas timbangan harus memastikan kesesuaian aplikasi program
penimbangan dengan kondisi actual kendaraan yang di timbang. Jika ada
kesalahan, segera lapor kepada Bagian Logistik/KTU/Mill Manager.
20. Petugas timbangan akan memberikan cap stempel CSPO/CSPK (Dengan
nomor sertfikat RSPO) di timbangan ke dalam tiket dan surat jalan
setelah ditimbang maka CSPO/CSPK akan dikirm ke pabrik refinery.
4.4. Selesai Pekerjaan
1. Petugas WB memastikan bahwa semua perangkat komputer telah
dimatikan sesuai dengan prosedur.
2. Petugas WB membuat laporan harian penerimaan TBS dan pemasaran.
3. Petugas WB memastikan bahwa tidak ada kabel yang masih terhubung
dengan arus listrik, perangkat komputer dan email.
4. Petugas WB memastikan bahwa semua pemakaian energi telah dimatikan
dan merapikan meja kerja sebelum meinggalkan tempat kerja serta
mengunci pintu dan jendela dengan benar.
Sterilizer
Dalam proses pengolahan kelapa sawit, salah satu tahapan yang paling
penting adalah perebusan tandan buah segar (TBS) atau sterilisasi, karena sangat
menentukan jumlah (rendemen) dan kualitas minyak (CPO) yang dihasilkan.
Secara teknis, perebusan TBS dilakukan pada bejana bertekanan (sterilizer)
dengan menggunakan steam. Menurut Pahan (2007), perebusan TBS bertujuan
untuk memudahkan pelepasan berondolan dari janjangan, mematikan aktivitas
enzim penstimulir kenaikan asam lemak bebas, memudahkan pemisahan daging
buah dari biji, mempermudah proses pemisahan molekul minyak dari daging
buah, serta menurunkan kadar air dan merupakan proses pengeringan awal
terhadap biji. Saat ini di Indonesia terdapat tiga alternatif teknologi sterilizer, yaitu
model horisontal, vertikal, dan kontinyu. Sampai dengan pertengahan dekade
2000-2010, perebusan TBS semua PKS di Indonesia masih menggunakan
sterilizer model horisontal. Setelah itu mulai dikenalkan teknologi sterilizer model
vertikal. Kedua model ini bekerja dengan sistem batch. Terakhir muncul sterilizer
yang bekerja secara kontinyu, yang diintroduksi dari Malaysia.
Sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus FFB
dengan menggunakan uap (steam) yang dikirim dari BPV (Break Pressure Vasel)
pada tekanan 0 kg/cm2 s/d 3 kg/cm2 dengan temperature 138-142 oC dan lama
perebusan adalah 95 menit serta interval perebusan (sequencing of cycle) adalah
30 menit. Sterilizer yang digunakan di Pabrik mini Kelapa Sawit adalah Vertical
sterilizer.
Proses sterilisasi TBS membutuhkan energi (steam) bertekanan dan
menuntut keterandalan alat. Ketidaktepatan dalam penyediaan dan pendistribusian
steam yang sesuai dengan kebutuhan akan berpengaruh kepada pemborosan
energi serta tidak meratanya perebusan, yang pada akhirnya berpengaruh kepada
biaya sterilisasi, tingkat rendemen, kapasitas olah, serta kualitas CPO yang
dihasilkan.
Langkah utama yang menentukan mutu/kualitas minyak dan keberhasilan
proses selanjutnya adalah pada perlakuan di stasiun rebusan. Sterilizer adalah
bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus TBS dengan uap (steam).
Steam yang dipakai memiliki tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 dan suhu 120 – 130 oC
yang diinjeksi dari Back Pressure Vessel (BPV) untuk mencapai suatu kondisi
tertentu pada buah yang dapat digunakan untuk pencapaian tujuan proses
berikutnya. Menggunakan proses perebusan tiga puncak dengan sistem
penginjeksian dan pembuangan steam diatur secara semi otomatis. Metode proses
perebusan yang ada, anatara lain :
a. Proses Perebusan Dengan Satu Puncak
b. Proses Perebusan Dengan Dua Puncak
c. Proses Perebusan Dengan Tiga Puncak
Tujuan perebusan
a. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas. Perkembangan asam lemak
bebas terjadi akibat enzim yang menghirolisis minya. Untuk menonaktifkan
kegiatan enzim dapat dilakukan dengan melakukan perebusan pada suhu 50 oC,
jika dilihat dari proses pengolahan FFB, FFB belum masak pada suhu 50 oC.
b. Memudahkan pemipilan, hal ini bertujuan untuk memudahkan brondolan lepas
dari tandan
c. Mengurangi kadar air dalam FFB
d. Melunakkan daging buah agar mudah dilumatkan dalam digester.
e. Penyempurnaan dalam proses pengolahan
Selama proses perebusam kadar air dlam buah akan berkurang karena adanya
penguapan, dengan berkurangnya kandungan air susunan daging buah akan
berubah. Perubahan susunan tersebut memberikan efek positif seperti:
1. Mempermudah proses pengambilan minyak selama proses pengempaan
2. Akibat penguapan air dari mesocarp (daging buah) dapat meminimumkan
kehilangan minyak dalam serabut dan sludge
f. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit. Hal utama yang dihadapi
adalah serabut masih menempel pada nut, dengan proses perebusan, kadar air
dalam biji akan berkurang sehingga daya lekat antara fibre dengan nut
berkurang dan daya lekat antara cangkang dengan inti juga berkurang.
g. Memudahkan pelepasan kernel dengan inti.

Proses Perebusan
Siklus perebusan adalah waktu yang diperlukan untuk merebus TBS,
ditambah dengan waktu untuk memasukkan dan mengeluarkan lori ke sterilizer.
Sterilizer dilakukan dengan sistem tiga puncak, dimana dua puncak sebelumnya
digunakan untuk pembebasan udara disekeliling tandan dan puncak terakhir
digunakan untuk mematangkan serta melunakkan daging buah.Waktu yang
digunakan untuk sterilisasi adalah ±90 menit, sedangkan waktu siklus perebusan
±110 menit.
Proses perebusan dilakukan dengan full automatic dan individual automatic
dan system perebusan yang digunakan dalah sistem 3 puncak (triple peak),
dimana proses awal bertujuan untuk membuang oksigen yang ada di dalam
sterilizer dengan proses dearation. Puncak satu dan dua bertujuan untuk
membuang udara yang ada didalam sterilizer karena udara merupakan isolator
(penghantar panas yang buruk). Puncak ketiga merupakan perebusan FFB yang
bertujuan untuk mematangkan buah serta melunakkan daging buah.

Peralatan dan Fungsi pada Sterilizer:


1. Unit sterilizer (vessel) : yang dilengkapi 2 (dua) unit pintu berfungsi sebagai
tempat merebus tandan buah segar (TBS).
2. Pipa dan valve inlet : berfungsi untuk memasukkan steam (uap) ke sterilizer.
3. Pipa dan valve condensate : berfungsi sebagai pembuangan steam hasil
kondensasi yang selanjutnya ditampung pada blowdown
chamber dan condensate pit.
4. Pipa dan exhaust valve : berfungsi sebagai pembuangan steam eks perebusan.
5. Programable Logic Controller (PLC) berfungsi mengatur dan mengontrol
sistem perebusan yang dapat diatur secara manual maupun full otomatis.
Biasanya dilengkapi steam recorder chart.
6. Safety valve : berfungsi sebagai katup pengaman saat tekanan dalam sterilizer
berlebih (diatas tekanan kerja).
7. Cantilever rail bridge : berfungsi sebagai jembatan untuk masuk dan
keluarnya lori buah
8. Air compressor : berfungsi untuk mensuplai udara yang dipakai untuk
mengaktifkan pneumatic valve
9. Alat-alat ukur (gauge) : berfungsi untuk memonitor pengoperasian alat seperti
pressure gauge.
10. Capstan, bollard : yang berfungsi untuk menarik lori buah masuk dan keluar
sterilizer.

Macam Perebusan:
1. Single Peak tekanan 1,5 bar
2. Double Peak tekanan 2,5 bar
3. Triple Peak  tekanan 3 bar
Sebenarnya metode macam-macam perebusan di tentukan mengikuti
dengan jenis perebusan yang diterapkan. Untuk jenis strilizier horizontal dengan
menggunakan lori akan menggunakan tekanan sampai tripple peak. Mengapa di
perlukan hingga tripple peak, karena buah akan benar matang sampai ke lapisan
bawah apabila tekanan mencapai 3 bar.
Sebagai penjelasan saat single peak tekanan steam akan ditahan sampai 1,5
bar biasa nya selama 15-20 menit. Hal ini bertujuan untuk mendorong udara yang
masih terdapat didalam tabung perebusan. Keberadaan udara pada ruang sterilizier
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan fase dari uap menjadi cair karena
perbedaan suhu dari udara dengan steam tersebut. Perubahan fase ini akan
menimbulkan genangan air (kondensat).
Pada saat double peak, di tahan 2,5 bar selama 15-20 menit. Bertujuan
untuk mendorong air kondesat ke air yang mengenang di bawah lantai sterilizier
keluar melalui kondensat valve. Penumpukan air kondensat hingga menggenangi
TBS dapat meningkatkan oil losses yang terbawa pada kondensat.
  Untuk triple peak, pada saat ini lah proses perebusan buah dilakukan.
Biasa nya dilakukan penahan steam apabila sudah mencapai 3 bar selama 40-45
menit.
BAB III
TUGAS PRAKTIKUM
1. Menjelaskan prinsip kerja jembatan timbang dan sterilizer
2. Menjelaskan fungsi dan keterpasangan alat pada unit jembatan timbang dan
unit sterilizer
3. Gambarkanlah alat yang terdapat pada unit jembatan timbang dan unit sterilizer
4. Buatlah prosedur pengoprasian unit jembatan timbang dan unit sterilizer
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
1. Prinsip kerja
a. Unit Jembatan Timbang : material yang akan dimasukkan ke dalam
jembatan timbang akan menekan oleh plat form, lalu plat form akan
meneruskan gaya yang dihasilkan oleh tekanan dari material ke load
cell. Load cell akan mengubah gaya mekanis menjadi sinyal elektrik,
kemudian sinyal elektrik akan diteruskan oleh kabel. Dan kabel akan
meneruskan sinyal elektrik ke avery berker. Avery berker tersebut lah
yang akan membaca sinyal elektrik dan mengubah nya menjadi data
hasil penimbangan.
b. Unit Sterilizer : buah yang telah dimasukkan ke dalam sterilizer akan
direbus menggunakan steam yang berasal dari boiler. Menggunakan
sistem perebusan, dengan puncak pertama tekanannya 1,5 bar ditahan
selama 15 menit. Kemudian pada puncak kedua mempunyai tekanan
2,8 bar dan ditahan selama 30 menit.
2. Fungsi dan Keterpasangan Alat
a. Unit Jembatan Timbang
1. Plat form, berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan bahan atau
material yang akan ditimbang.
2. Avery berker, alat yang digunakan untuk menunjukan angka timbang
secara digital dari setiap penimbangan buah dan truk yang masuk ke
dalam pabrik.
3. Load Cell, berfungsi sebagai alat tranduser yang dapat mengubah
daya berat menjadi daya listrik yang dapat diukur sehingga dapat
ditampilkan secara numerik.
4. Kabel, berfungsi untuk meneruskan sinyal elektrik menuju avery
berker
5. Panel, berfungsi untuk mematikan dan menyalakan mesin
b. Unit Fruit Elevator
1. Bucket, berfungsi sebagai tempat TBS yang akan dikirim ke
sterilizer
2. Rantai, berfungsi untuk menggerakkan buket menuju sterilizer
secara vertikal
3. Elektromotor, berfungsi sebagai sumber penggerak
4. Coupling, berfungsi untuk meneruskan putaran
5. Gear box, berfungsi sebagai kotak roda gigi
6. Sproket, berfungsi sebagai transmisi atau untuk menggerakkan rantai
c. Unit Sterilizer
1. Katup Blowdown, berfungsi untuk membuka dan menutup aliran
blowdown
2. Main Steam valve/katup inlet, berfungsi untuk membuka dan
menutup aliran steam menuju ke dalam sterilizer
3. Check Valve, berfungsi untuk mencegah aliran balik
4. Pressure Gauge, berfungsi sebagai  alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan fluida (gas atau liquid) dalam sterilizer
5. Termometer, berfungsi untuk mengukur suhu dalam sterilizer
6. Safety Valve, berfungsi untuk membuka dan membuang steam
apabila tekanan dan temperatur berlebih
7. Screw Conveyor, berfungsi untuk mendorong atau membantu
proses pengeluaran buah di dalam sterilizer
8. Elektromotor, berfungsi sebagai sumber penggerak
9. Pulley, berfungsi sebagai dudukan sabuk dan meneruskan putaran
10. V-belt, berfungsi untuk meneruskan putaran
11. Gear Box, berfungsi sebagai kotak roda gigi
12. Sproket, berfungsi sebagai transmisi atau untuk menggerakkan
rantai
13. Rantai, berfungsi untuk menggerakkan bucket
14. Poros, berfungsi sebagai penggerak sproket
15. Pasak, berfungsi untuk mengikat pulley ke poros elektromotor
16. Bearing, berfungsi untuk membantu proses putaran
17. Warm Screw, berfungsi untuk untuk memindahkan sekaligus
mengepres buah sawit sehingga ampas terpisah dari cairan baik itu
berupa air maupun minyak.
3. Gambar Unit Stasiun Jembatan Timbang dan Sterilizer

Keterangan gambar :
1. Load Cell
2. Plat Form
3. Jembatan Timbang
4. Panel
5. Rantai
6. Avery Berker
7. Fruit Elevator
8. Sterilizer
9. Blowdown
10. Termometer
11. Pressure Gauge
12. Pintu Panel
13. Panel
14. Elektromotor
15. Pulley
16. Check Valve
17. Katup Inlet
18. Bucket
4. Prosedur Kerja
Jembatan Timbang
a. Prosedur pengoperasian/menghidupkan
1. Pastikan alat dalam keadaan baik
2. Pastikan praktikan atau operator memakai APD
3. Buka pintu panel
4. Hubungkan avery berker dengan sumber arus
5. Tekan tombol power pada bagian bawah
6. Tekan tombol Zero
7. Masukkan beban /material
b. Prosedur mematikan
1. Pastikan penimbangan telah selesai dilakukan
2. Tekan tombol zero
3. Tekan tombol stand by
4. Tekan tombol power
5. Buka pintu panel
6. Cabut avery berker dari sumber arus
7. Tutup pintu panel
Fruit Elevator
a. Prosedur pengoperasian/menghidupkan
1. Pastikan alat dalam keadaan baik
2. Buka pintu panel
3. Naikkan saklar pada posisi on
4. Tutup pintu panel
5. Tekan tombol on (hijau) pada pintu panel
b. Prosedur mematikan
1. Pastikan buah telah selesai diangkut
2. Tekan tombol off (merah) pada pintu panel
3. Buka pintu panel
4. Turunkan saklar pada posisi off
5. Tutup pintu panel
Sterilizer
a. Prosedur pengoperasian/menghidupkan
1. Cek terlebih dahulu apakah buah telah masuk semua kedalam
sterilizer
2. Tutup rapat pintu inlet dan outlet dari sterilizer dengan baik
3. Pastikan katup bowdown dalam keadaan tertutup
4. Pastikan tekanan pada BPV telah mencapai 2,2 bar atau diatas 2
bar buka secara perlahan lahan katup inletnya atau katup main
steam valve hingga tekanan mencapai 1,5 bar ditahan selama 15
menit
5. Tutup kembali katup inlet
6. Buka secara perlahan lahan katup blowdown sampai tekanan di
sterilizer mencapai 0 bar
7. Setelah selesai tutup kembali katup blowdown
8. Buka kembali katup inlet hingga tekanan 2,8 bar dan ditahan
selama 30 menit
9. Tutup kembali katup inlet
10. Buka secara perlahan lahan katup blowdown
11. Buka pintu inlet bagian atas secara perlahan lahan dan buka
pintu outlet
12. Lalu keluarkan buah secara perlahan lahan menggunakan screw
conveyor
Screw Conveyor
a. Prosedur pengoperasian/menghidupkan
1. Patikan alat dalam keadaan baik
2. Buka pintu panel
3. Naikkan saklar pada posisi on
4. Tutup kembali pintu panel
5. Tekan tombol on (hijau)
b. Prosedur mematikan
1. Pastikan tandan buah masak dikeluarkan secara keseluruhan
2. Tekan tombol off untuk mematikan saklar konveyor
3. Buka pintu panel
4. Turunkan saklar pada posisi off (merah)
5. Tutup pintu panel
6. Bersihkan area kerja
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Prinsip kerja
a. Unit Jembatan Timbang : material yang akan dimasukkan ke dalam
jembatan timbang akan menekan oleh plat form, lalu plat form akan
meneruskan gaya yang dihasilkan oleh tekanan dari material ke load cell.
Load cell akan mengubah gaya mekanis menjadi sinyal elektrik,
kemudian sinyal elektrik akan diteruskan oleh kabel. Dan kabel akan
meneruskan sinyal elektrik ke avery berker. Avery berker tersebut lah
yang akan membaca sinyal elektrik dan mengubah nya menjadi data hasil
penimbangan.
b. Unit Sterilizer : buah yang telah dimasukkan ke dalam sterilizer akan
direbus menggunakan steam yang berasal dari boiler. Menggunakan
sistem perebusan, dengan puncak pertama tekanannya 1,5 bar ditahan
selama 15 menit. Kemudian pada puncak kedua mempunyai tekanan 2,8
bar dan ditahan selama 30 menit.
2. Fungsi dan keterpasangan alat pada unit jembatan timbang adalah Plat Form
berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan bahan atau material yang akan
ditimbang, Avery Berker adalah alat yang digunakan untuk menunjukan
angka timbang secara digital dari setiap penimbangan buah dan truk yang
masuk ke dalam pabrik, Load Cell berfungsi sebagai alat tranduser yang
dapat mengubah daya berat menjadi daya listrik yang dapat diukur sehingga
dapat ditampilkan secara numerik.
Fungsi dan keterpasangan alat pada unit fruit elevator adalah Bucket
berfungsi sebagai tempat TBS yang akan dikirim ke sterilizer, Rantai
berfungsi untuk menggerakkan buket menuju sterilizer secara vertikal,
Elektromotor berfungsi sebagai sumber penggerak, Coupling berfungsi
untuk meneruskan putaran, Gear box berfungsi sebagai kotak roda gigi dan
Sproket berfungsi sebagai transmisi atau untuk menggerakkan rantai.
Fungsi dan keterpasangan alat pada unit sterilizer adalah Katup Blowdown
berfungsi untuk membuka dan menutup aliran blowdown, Main Steam
valve/katup inlet berfungsi untuk membuka dan menutup aliran steam
menuju ke dalam sterilizer, Check Valve berfungsi untuk mencegah aliran
balik, Pressure Gauge berfungsi sebagai  alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan fluida (gas atau liquid) dalam sterilizer, Termometer
berfungsi untuk mengukur suhu dalam sterilizer, Safety Valve berfungsi
untuk membuka dan membuang steam apabila tekanan dan temperatur
berlebih, Screw Conveyor berfungsi mendorong atau membantu proses
pengeluaran buah di dalam sterilizer dan Warm Screw berfungsi untuk
untuk memindahkan sekaligus mengepres buah sawit sehingga ampas
terpisah dari cairan baik itu berupa air maupun minyak.
3. Alat yang terdapat pada unit jembatan timbang adalah Plat Form, Avery
Berker, Load Cell , Kabel, dan Panel. Alat yang terdapat dalam unit fruit
elevator adalah Bucket, Rantai, Elektromotor, Coupling, Gear Box dan
Sproket. Alat yang terdapat dalam unit sterilizer adalah Katup Blowdown,
Main Steam Valve, Check Valve, Pressure Gauge, Termometer, Safety
Valve, Screw Conveyor, Elektromotor, Pulley, V-Belt, Gear Box, Sproket,
Rantai, Poros, Pasak, Bearing, dan Warm Screw.
4. Dalam pengoperasian di stasiun jembatan timbang dan sterilizer harus
menjauhi mesin penggeraknya agar terhindar dari kecelakaan kerja.
B. Saran
Sebaiknya pada saat pengoperasian sterilizer, tekanan pada puncak pertama
dan kedua harus sangat sangat diperhatikan selama waktu yang ditentukan agar
tetap konstan.
DAFTAR PUSTAKA
Naibaho, P., M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat
Penelitian Kelapa Sawit.
Pahan, I. 2002. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya
Subiyanto. 2013. Pemilihan Teknologi Sterilizer Pada Pabrik Kelapa Sawit
Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process. Jurnal Teknik
Industri, Vol. 14, No. 2 (159-172).
https://surgapetani.blogspot.com/2012/11/sterilizer-station.html
https://pustaka.stipap.ac.id/files/ta/1302021_180116021705_BAB_II.pdf

Anda mungkin juga menyukai