Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NIA SAVIRA

NIM : 1901068

KELAS : III TEKNIK KIMIA B

MATKUL : OLEOKIMIA II

TUGAS : TUGAS PERTEMUAN 12

“Minyak inti sawit lebih diminati sebagai Cocoa Butter Alternatives


(CBA)”

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit
terbesar di dunia. Dengan luas perkebunan kelapa sawit yang hampir menyentuh 12 juta
hektar, menjadi minyak kelapa sawit adalah sumber utama ekspor dari sektor pertanian.
Sumatera Utara, sebagai provinsi utama berdirinya perkebunan kelapa sawit pertama di
Indonesia, menjadikan Pusat Penelitan Kelapa Sawit (PPKS) berdiri di sana. Makanya tidak
heran di sana (Sumatera Utara) berdiri Museum Perkebunan Indonesia.

Produk utama dari kelapa sawit adalah minyak kelapa sawit atau biasa disebut dengan
CPO (Crude Palm Oil). Walaupun produk utamanya adalah CPO, lemaknya dapat dijadikan
sebagai cokelat. Jadi inti sawit diolah menjadi lemak dalam bentuk Cocoa Butter Alternative
(CBA). Dari CBA ini diolah menjadi Cocoa Butter Substitute (CBS) yang merupakan bahan
dasar pembuatan cokelat kelapa sawit.

Agar rasanya tidak berlemak, ditambahkan beberapa bahan pelengkap berupa: susu
bubuk full cream, bubuk cokelat, gula, vanili dan minyak kedelai. Dicampur semuanya lalu
diaduk dengan suhu 70 derajat celcius. Cokelat tersebut hasilnya memang belum halus. Agar
lebih halus seperti pasta, harus diaduk dengan menggunakan mesin pemasta cokelat selama
10 jam. Setelah itu, cetak dan diamkan di lemari pendingin (kulkas) selama 15 menit. Cokelat
sawit dapat segera disantap. 

Cokelat merupakan salah satu cemilan favorit bagi sebagian besar masyarakat.
Makanan yang satu ini ternyata punya banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, misalkan
saja coklat dianggap dapat mengurangi stres dan meningkatkan semangat kerja. Dari
penelitian yang dilakukan oleh Jenny Elisabeth, R&D Dept Oil and Fat Wilmar Grup
Indonesia, menjelaskan lemak cokelat dapat disubtitusi dengan lemak nabati atau dikenal
juga sebagai Cocoa Butter Alternatives (CBA).

Lemak nabati dipilih karena pasokan lemak cokelat semakin sulit di pasar sehingga
harga lemak cokelat menjadi tinggi.Sebagai gambaran, kurangnya persediaan lemak cokelat
dapat terlihat dalam proses pengolahan biji kakao yang dihasilkan 32%-36% lemak cokelat
dan 52-56% bubuk cokelat. Sementara dalam pembuatan cokelat, penggunaan lemak cokelat
sebesar 28%-38% tetapi bubuk cokelat yang dipakai hanya 12% – 18%.Itu sebabnya terjadi
kelebihan suplai bubuk cokelat. Kemudian dikembangkan teknologi pembuatan CBA untuk
pembuatan cokelat compound (bukan real chocolate).

Cokelat compound adalah produk sejenis cokelat yang lemak cokelatnya digantikan
CBA. Meskipun bahan baku lainnya relatif sama antara lain bubuk cokelat, gula, dll. CBA
terbagi atas tiga jenis yaitu Cocoa Butter Substitute (CBS) dan Cocoa Butter Replacer (CBR)
yang memiliki karakter fisik yang mirip dengan lemak cokelat. Adapula Cocoa Butter
Equivalent (CBE) yang bukan hanya karakter fisiknya saja yang mirip melainkan juga
karakter kimia.

Bukan hanya berdasarkan karakter fisika dan kimia, ketiga macam CBA tersebut
dapat dibedakan dari sumber bahan baku. CBS umumnya terbuat dari fraksi minyak inti sawit
(palm kernel oil). Untuk CBR berasal dari fraksi minyak sawit atau minyak nabati lainnya
seperti minyak kedelai dan kanola. Berbeda dengan CBS dan CBR, CBE adalah campuran
fraksi minyak sawit dengan minyak eksotis seperti minyak tengkawang dari Kalimantan
Barat dan shea butter dari Afrika, serta melibatkan teknologi proses produksi yang lebih
rumit. Minyak yang paling ekonomis untuk digunakan menjadi CBA adalah minyak sawit.
Apabila menggunakan lemak hewani kurang cocok karena karakter fisiknya yang umumnya
lebih padat dan sulit meleleh. CBS sawit punya keunggulan dari segi karakternya yang mirip
lemak cokelat, tetapi harga lebih kompetitif.

CBA terbagi atas tiga jenis yaitu Cocoa Butter Substitute (CBS) dan Cocoa Butter
Replacer (CBR) yang memiliki karakter fisik yang mirip dengan lemak cokelat. Adapula
Cocoa Butter Equivalent (CBE) yang bukan hanya karakter fisiknya saja yang mirip
melainkan  juga karakter kimia.

Menurut penelitian Jenny bukan hanya berdasarkan karakter fisika dan kimia, ketiga
macam CBA tersebut  dapat dibedakan dari sumber bahan baku.   CBS umumnya terbuat dari
fraksi minyak inti sawit (palm kernel oil). Untuk  CBR berasal dari fraksi minyak sawit atau
minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dan kanola.  Berbeda dengan CBS dan CBR,
CBE adalah campuran fraksi minyak sawit dengan minyak eksotis seperti minyak
tengkawang dari Kalimantan Barat dan shea butter dari Afrika, serta melibatkan teknologi
proses produksi yang lebih rumit.

Beberapa proses modifikasi minyak yang dipakai dalam pembuatan CBA secara
umum meliputi proses fraksinasi dan hidrogenasi.  Kedua proses ini selanjutnya dapat
dikombinasikan satu sama lain untuk menghasilkan berbagai produk CBA.

Fraksinasi adalah proses pemisahan fraksi padat dan cair pada minyak inti sawit
dimana keduanya memiliki karakter yang berbeda dan nantinya dapat digunakan untuk
aplikasi yang berbeda pula.

Sementara itu, hidrogenasi adalah proses untuk menjenuhkan minyak sehingga


minyak yang berwujud cair berubah menjadi lebih padat.  Proses hidrogenasi dapat dibagi
menjadi proses hidrogenasi parsial dan hidrogenasi sempurna.  Perbedaaan kedua proses ini
yaitu lemak trans yang dianggap kurang bagus untuk kesehatan hanya timbul dari proses
hidrogenasi parsial. Namun, lemak trans ini tidak muncul dalam  proses hidrogenasi
sempurna.

Dari penelitian Jenny mengatakan contoh tahapan proses yang paling umum untuk
CBS adalah ekstraksi minyak inti sawit yang selanjutnya difraksinasi untuk memperoleh
fraksi padat (stearin) dan cair (olein), kemudian dimurnikan.  Fraksi stearin dari minyak inti
sawit yang sudah dimurnikan ini berikutnya dihidrogenasi dan dimurnikan untuk kedua
kalinya lagi sehingga diperoleh produk CBS.   Tahap umum pembuatan CBR menyerupai
CBS hanya saja bahan baku minyak yang digunakan adalah minyak sawit.

Anda mungkin juga menyukai