Oleh :
Rahani ( 1507113044)
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
Sekarang ini, Indonesia banyak melakukan pembangunan fisik di seluruh sektor,
dalam pembangunan, dibutuhkan beberapa bahan bangunan, seperti pasir, semen, aggregate,
dan lain sebagainya, diantara bahan bangunan yang dibutuhkan tersebut, yang paling
mempengaruhi kualitas bangunan adalah semen. Semen diartikan sebagai bahan perekat yang
mempunyai sifat yang mampu mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang
kompak dan kuat.
Berdasarkan data dari Asosiasi Semen Indonesia, Konsumsi Semen Portland
Komposit di Indonesia pada tahun 2004 sampai tahun 2011, trend penggunaan semen di
Indonesia telah beralih dari yang dulunya lebih banyak menggunakan jenis Ordinary Portland
Cement (OPC), dalam kurun waktu belakangan ini lebih banyak menggunakan PCC. Dari
data yang didapatkan, konsumsi PCC pada tahun 2009 di Indonesia sebanyak 32.183.186.000
kg, pada tahun 2010 adalah 34.191.340.000 kg, dan pada tahun 2011 sebanyak
39.071.017.000 kg. Dari data tersebut terlihat bahwa kebutuhan semen PCC di Indonesia
semakin meningkat.
Dalam proses pembuatan semen, terdapat dua teknologi, yaitu proses basah (Wet
Process), yaitu proses pembuatan semen dengan penambahan air pada proses penggilingan
dan pencampuran bahan baku, dan yang kedua adalah proses kering (Dry Process), yaitu
proses pembuatan semen yang pada proses penggilingan dan pencampuran, bahan baku pada
keadaan kering. Dari kedua proses tersebut dipilihlah proses kering (Dry Process) karena
dinilai lebih hemat, adapun tahapannya, yaitu :
(1) Proses persiapan bahan baku, pada proses persiapan bahan baku, meliputi
penambangan dan pengeringan serta penggilingan bahan baku. Proses persiapan bahan baku
dimulai pada penggalian Limestone (batu kapur), clay (tanah liat), pasir besi, dan pasir silika
yang menggunakan alat berat kemudian diangkut oleh kendaraan jenis dump truck.
Kemudian keempat bahan tersebut dimasukkan ke dalam masing-masing hopper, selanjutnya
menuju roller mill.Sedangkan untuk pasir silika yang ditampung terlebih dahulu di masing-
masing hopper juga dimasukkan ke dalam roller mill untuk pengeringan dan pengecilan
ukuran agar seragam sebelum memasuki tahap proses pembakaran pada kiln.
(2) Proses pembakaran, proses pembakaran terdiri dari alat preheater dan kiln, alat –
alat tersebut digunakan untuk proses pemanasan awal dan reaksi pembentukan kandungan
utama semen, reaksinya:4C + A + F à C4AF, 3C+ A àC3A, 2C + A à, C + C2 à C3S. (3)
Proses finishing, Finishing adalah proses untuk pencampuran dan penggilingan yang kedua
agar kandungan semen lebih merata. Proses akhir pengepakan dan pengiriman ini bisa
dilakukan disesuaikan orderan baik ukuran bag 40 kg atau pengiriman dalam kapasitas besar
sejenis mobil khusus berjenis bull truck dan siap untuk didistribusikan
Adapun bahan baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk PCC dengan
kapasitas 230.000 kg/jam antara lain: (1) Batu Kapur (limestone) sebanyak 187.178,41 kg,
merupakan susunan batu-batuan yang mengandung 50 % CaCO3. Dalam industri, batu kapur
sering disebut dengan istilah limestone. (2) Tanah Liat sebanyak 41.087,94 kg (3) Pasir
Silika sebesar 2.474,91 kg dan (4) Pozzolan sebanyak 24.670,07 kg. Dalam prosesnya,
terdapat beberapa komponen yang hilang yaitu kandungan air dan beberapa bahan yang
menjadi debu.
Bahan bakar yang digunakan untuk pemanasan di pabrik PCC yaitu batubara. Karena
batu bara yang digunakan, sehingga dihasilkan flue gas dengan kandungan SO2, NO2, dan
CO2. Sistem pemanasan yang dilakukan menggunakan udara hasil pembakaran dan aliran gas
panas yang dihasilkan. Batubara digunakan sebagai pembakaran di kiln dan calsiner, gas hasil
pembakaran dari kiln digunakan kembali untuk pemanasan di preheater, kemudian diteruskan
untuk pemanasan pada raw mill, sedangkan udara panas yang keluar dari cooler setelah
proses pendinginan clinker digunakan pada kiln.
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan Portland Composite Cement (PCC)
antara lain Raw Mill, Suspension Preheater, Kiln dan Finish Mill. Kiln yang digunakan
memiliki diameter 5,016 meter dan panjang 79,033 meter dengan bahan konstruksi mild steel
dan brick menggunakan high alumina fire brick, dipilih karena tahan terhadap reaksi kimia.
Pabrik Portland Composite Cement ini rencananya akan didirikan di Paciran,
Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Paciran adalah sebuah kecamatan di Kabupaten
Lamongan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Dalam pendirian pabrik ini, Laju Pengembalian Modal ( Internal Rate of Return /
IRR ) Dari hasil perhitungan pada Appendiks D, didapatkan harga i= 56,5%.Harga i yang
diperoleh lebih besar dari harga i untuk bunga pinjaman yaitu 10% per tahun. Dengan harga
i=56,5% yang didapatkan dari perhitungan menunjukkan bahwa pabrik ini layak didirikan
dengan kondisi tingkat bunga pinjaman 10% per tahun.
Uraian pendapat:
1. Bahan baku
Berdasarkan pendapat saya bahan baku yag digunakan sudah tapat karena dalam pembuatan
semen material utama yang harus ada adalah Bahan mentah yang digunakan dalam
pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat dan pasir besi. Total kebutuhan
bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi semen yaitu:
1. Batu kapur digunakan sebanyak ± 81 %.
Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3 (Calcium
Carbonat),pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur yang baik dalam
penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air ± 5%
2. Pasir silika digunakan sebanyak ± 9 %
Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir silika terdapat
bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih warna pasir
silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu
semakin mudah menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Pasir silika yang baik untuk
pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 ± 90%
3. Tanah liat digunakan sebanyak ± 9 %.
Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2Al2O3.2H2O. Tanah liat
yang baik untuk digunakan memiliki kadar air ± 20 %, kadar SiO2 tidak terlalu tinggi ± 46 %
4. Pasir besi digunakan sebanyak ± 1%.
Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya selalu tercampur
dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas
dalam proses pembuatan terak semen. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe3O2
± 75% – 80%.
Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen.
Pada perancangan pabrik “Portland Composite Cement (PCC) Dengan Proses
Kering dengan kapasitas 230.000 kg/jam” mengandung CaCO3 sebesar 50% sehingga akan
menghasilkan semen dengan kualitas yang baik.
2. Lokasi pabrik dan Transportasi
Menurut perndapat saya lokasi yang diambil sudah tepat karena pada perancangan
pabrik semen ini sudah mempertimbangkan bahan baku dan kebutuhan air, ketersedian energi
dan listrik. Dimana Kabupaten Lamongan, Jawa Timur merupakan salah satu daerah
penghasil bahan baku semen terbesar di pulau Jawa. Selain itu Kabupaten Lamongan
memiliki lokasi yang stategis untuk pengembangan pabrik semen karena didukung
infrastruktur pelabuhan serta transportsi laut dan udara.
3. Utilitas
Menurut saya penyediaan utilitas seperti air, dan listrik perlu diperhatikan agar
proses produksi bisa berjalan dengan baik karena air sangat diperlukan untuk kebutuhan
proses, pendingin, sanitasi, dan lain sebagainya. Penyediaan air dipenuhi dengan pendirian
penyediaan unit pengolahan air, dan airnya diambil dari Sungai Citarum Jawa Barat
sehingga untuk sistem utilitas pada “Portland Composite Cement (PCC) Dengan Proses
Kering dengan kapasitas 230.000 kg/jam” sudah memenuhi kriteria untuk pembanguna
pabrik.
PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM SULFATE DARI
AMONIA DAN ASAM SULFAT DENGAN KAPASITAS
PRODUKSI 200.000 TON/TAHUN
Oleh :
Rahani ( 1507113044)
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan SDA (sumber daya
alam), baik yang terdapat di daratan maupun lautan. Saat ini Indonesia sedang melakukan
pembenahan dari berbagai sektor, yaitu mulai dari sektor pendidikan, pertanian, kesehatan,
kelautan, energi, maupun industri. Pembangunan industri di Indonesia sampai saat ini terus
berkembang guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan guna menerobos pasar
internasional. Kekayaan SDA di Indonesia seperti perkebunan dan pertanian pun mulai
mendapatkan perhatian, namun terdapat kendala dalam pengembangan di sektor perkebunan
dan pertanian yakni kurangnya pasokan pupuk di Indonesia seperti pupuk ZA (zwavelzure
ammonia) atau ammonium sulfate. Pabrik pupuk ini sangat diperlukan di Indonesia, hal ini
dikarenakan Indonesia merupakan negara yang devisa utamanya diperoleh dari
pertambangan dan merupakan negara agraris.
Ammonium sulfate merupakan garam anorganik yang biasa digunakan sebagai
pupuk nitrogen selain pupuk urea, NPK, dan ammonium nitrat. Dalam pupuk ini terkandung
senyawa sulfur dalam bentuk anion sulfate yang mudah diserap tanaman, dan senyawa
nitrogen dalam bentuk kation ammonium yang mudah melepas hidrogen. Di Indonesia,
produsen ammonium sulfate hanya satu, yaitu PT Petrokimia Gresik, dengan kapasitas
produksi per tahun 650.000 ton ammonium sulfate. Produksi ammonium sulfate yang ada
belum cukup untuk memenuhi kebutuhan ammonium sulfate dalam negeri, yang
diperkirakan akan mencapai lebih dari 3 juta ton pada 2025. Keadaan ini memaksa
Indonesia harus melakukan impor ammonium sulfate untuk memenuhi kekurangan
kebutuhan ammonium sulfate per tahun. Kebutuhan ammonium sulfate di Indonesia ini
diperkirakan akan meningkat terus pada tahun- tahun berikutnya karena memiliki tanah yang
subur dan berpotensi untuk mengembangkan industri pertanian dan perkebunan.
Total kebutuhan ammonium sulfate relatif semakin meningkat, dan hanya
dipenuhi oleh PT Petrokimia Gresik. Kekurangan kebutuhan ammonium sulfate di Indonesia
juga dipenuhi dengan mengimpor ammonium sulfate dari luar negeri. Pada tahun 2005-2008
kebutuhan ammonium sulfate tidak terlalu tinggi, namun pada tahun 2009 hingga
sekarang kebutuhan ammonium sulfate terus meningkat hingga 2500 kali lipat. Hal
tersebut dapat dilihat dari data impor ammonium sulfate yang melonjak pesat dari tahun
2005 yang hanya 432,1 ton/tahun menjadi 1,17 juta ton/tahun pada tahun 2015.
Ketergantungan impor ammonium sulfate menyebabkan devisa negara berkurang,
sehingga diperlukan suatu usaha penanggulangan yaitu mendirikan pabrik-pabrik
ammonium sulfate di Indonesia. Adapun faktor-faktor yang menjadi landasan pendirian
pabrik ammonium sulfate yaitu:
1. Bahan baku
Berdasarkan pendapat saya ketersediaan bahan baku sudah sesuai karena pabrik
berlokasi dekat dengan penyedia bahan baku dimana untuk bahan baku amonia akan
diperoleh dari PT Pupuk Kujang.