Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah sebuah proses pengajaran
dengan cara memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk magang di tempat
kerja secara nyata, baik di instansi swasta, BUMN, BUMD, ataupun instansi
pemerintahan setempat. Dengan adanya PKL ini, mahasiswa bisa menerapkan
ilmu yang didapat di bangku kuliah pada dunia kerja sesungguhnya yang
sesuai dengan bidang dan kemampuannya. Selain itu, kegiatan PKL juga akan
mempererat kerjasama antara perusahaan dengan universitas (POLNEP).
Kegiatan PKL ini juga telah diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan khususnya pasal 21 – 30 dan lebih spesifiknya diatur
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.22/Men/IX/2009 tentang Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri.
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dilakukan di PTPN XIII
(Persero) PMS Gunung Meliau selama kurang lebih 6 minggu. Alasan
dilakukannya PKL di perusahaan tersebut karena PTPN XIII (Persero) PMS
Gunung Meliau sudah menerapkan sistem otomasi industri. Penerapan sistem
tersebut tentu saja sudah sejalan dengan arah kompetensi yang ada pada
beberapa mata kuliah di Program Studi D3 Teknik Elektronika, Politeknik
Negeri Pontianak. Selain itu, PTPN XIII (Persero) PMS Gunung Meliau ini
merupakan perusahaan yang sudah berdiri cukup lama dan masih beroperasi
dengan baik sampai saat ini sehingga dijadikan pilihan sebagai tempat PKL.
1.2. Penetapan Masalah
Permasalahan yang ditetapkan dalam laporan ini adalah mengenai
perawatan motor listrik 3 fasa berdaya 20 HP yang ada pada mesin threshing.
Permasalahan ini diambil karena mesin threshing termasuk dalam mesin inti
dari pengolahan kelapa sawit. Mesin tersebut yang berfungsi untuk
memisahkan buah kelapa sawit dari tankosnya. Sehingga jika mesin tersebut
berhenti beroperasi, maka proses produksi terpaksa dihentikan sampai ada
perbaikan pada mesin tersebut. Adanya perawatan pada motor listrik 3 fasa

1
2

berdaya 20 HP yang ada pada mesin threshing tersebut sangat penting karena
motor listrik tersebut merupakan komponen utama dari mesin threshing yang
berfungsi sebagai penggerak mesin threshing.
1.3. Tujuan
Terdapat tujuan umum dan tujuan khusus dilaksanakannya kegiatan
PKL, Tujuan Umum dilaksanakannya kegiatan PKL ini yaitu:
1. Menganalisa dan memahami proses pelaksanaan suatu kegiatan
proyek yang terjadi dalam suatu industri dari awal hingga akhir.
2. Memahami sikap dan perilaku karyawan atau pekerja saat bekerja
dalam suatu industri.
3. Menerapkan pengetahuan yang sudah didapatkan ketika kuliah ke
dalam dunia kerja.
4. Mencari pengalaman dalam dunia kerja di industri.
Sedangkan Tujuan Khusus dilaksanakannya kegiatan PKL ini yaitu :
1. Memahami cara perawatan motor listrik 3 fasa 20 HP yang dipasang
pada mesin threshing.
2. Memahami prinsip kerja dari mesin threshing.
1.4. Manfaat
Kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) ini memiliki beberapa manfaat
yaitu sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa, dapat mengetahui seperti apa dunia kerja pada suatu
industri sehingga ketika bekerja sudah bisa menerapkan apa yang
didapat ketika PKL.
2. Bagi mahasiswa, dapat memahami sistem operasi dan perawatan
peralatan yang terdapat di pabrik terutama pada mesin threshing yang
menggunakan motor listrik 3 fasa dengan kapasitas 20 HP.
3. Bagi Politeknik Negeri Pontianak, dapat memperkenalkan Politeknik
ke industri dan masyarakat luas, bahwa Politeknik memiliki
mahasiswa yang berkompeten didunia kerja dan dapat membangun
kerja sama antara politeknik dengan industri yang bersangkutan.
3

4. Bagi industri, dapat memberikan tenaga kerja tambahan secara gratis


untuk industri sehingga dapat membantu mempercepat pekerjaan
mereka.
1.5. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data dan analisis data dalam pelaksanaan
kegiatan PKL ini menggunakan beberapa metode sebagai berikut.
A. Wawancara
Metode wawancara dilaksanakan untuk menggali informasi
tentang perusahaan dan topik yang berkaitan dengan judul laporan
PKL dengan menanyakan langsung kepada pihak-pihak terkait.
B. Observasi
Metode observasi dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan langsung di lokasi PTPN XIII terutama pada tempat yang
diambil sebagai judul laporan yaitu pada mesin threshing beserta
motor listrik dan panel kontrolnya.
C. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan untuk mencari informasi atau referensi yang
diperlukan guna melengkapi data baik dari media cetak seperti buku
ataupun melalui media internet. Materi yang diambil berdasarkan
studi pustaka ini yaitu berkaitan dengan pengertian dan prinsip kerja
dari mesin threshing.
1.6. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan magang atau PKL bertempat di PTP.Nusantara
XIII (Persero) PMS Gunung Meliau, Kec.Meliau, Kab.Sanggau, Kalimantan
Barat, Indonesia. Perusahan ini bergerak dibidang pengolahan minyak kelapa
sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) dan menghasilkan inti buah kelapa
sawit.
Kegiatan magang atau PKL dilaksanakan selama 6 minggu terhitung
mulai dari tanggal 22 Januari 2018 s/d 03 Maret 2018. Pelaksanaan kegiatan
PKL dilakukan sesuai dengan kegiatan harian di perusahaan yaitu hampir
setiap hari kecuali hari minggu dan hari libur menurut kalender. Adapun
4

pembagian jam kerja di perusahaan berbeda-beda berdasarkan hari dan waktu


kerja termasuk istirahat yaitu sebagai berikut :
NO HARI KERJA WAKTU KERJA
07.00-11.00
Istirahat
1 Senin-Kamis
13.00-15.30
Pulang
07.00-11.00
2 Jum’at
Pulang
07.00-12.00
3 Sabtu
Pulang

Tabel 1.1. Jam Kerja di Perusahaan


5

BAB II
RUANG LINGKUP DAN PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan


Pabrik minyak kelapa sawit Gunung Meliau dibangun sendiri oleh
PTP.VII. Aktivitas pembuatan, perakitan dan pembangunan pabrik
dilaksanakan oleh Pabrik Mesin Tenera (PMT) PTP.VII dimulai sejak bulan
April 1982. Dasar pembangunan PMS Gunung Meliau yaitu sebagai berikut :
1. Surat Nomor 267/Mentan/IV/1981 tanggal 21 April 1981 tentang
persetujuan Menteri Pertanian RI untuk mendirikan Pabrik minyak
Sawit PN.Perkebunan VII (PNP.VII) di Kabupaten Sanggau
Kalimantan Barat.
2. Surat Nomor 966/Mentan/XII/1981 tanggal 10 Desember 1981 dan
surat Nomor 3919/A-2/VII/1981 tanggal 28 November 1981 tentang
persetujuan tender.
3. Surat Nomor 07.0a/Kpts/03/1982 tanggal 16 Maret 1982 yang
menyatakan bahwa lokasi Pabrik berada di Kebun Gunung Meliau
Desa Meliau Hilir, Kec.Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan
Barat.
Uji jalan Commisioning dilakukan berdasarkan :
1. SK Nomor : P.3H/Kpts/03/1987 tanggal 15 mei 1987.
2. Surat Nomor : 07.Dirbang/07.Dirut/55/1987 tanggal 09-09-1987.
Hasil tender tahun 1981 mendapat persetujuan menteri dan SBPN
bahwa pembangunan PMS Gunung Meliau berkapasitas 60 ton TBS/jam
dilaksanakan dalam 2 tahapan,dengan 2 jalur Produksi kapasitas 30 ton
TBS/Jam. Tahapan pembangunan disesuaikan dengan kebutuhan pengolahan
menurut Produksi yang dicapai adalah sebagai berikut :
1. Tahap I : - Tahun 1984 dioperasikan 15 v ton TBS/Jam
- Tahun 1985 dioperasikan 30 ton TBS/Jam
2. Tahap II : - Tahun 1987 dioperasikan untuk tahapan kapasitan 60
ton TBS/Jam.
6

Peresmian pengoperasian tahap I kapasitas 30 ton TBS/Jam pada


tanggal, 10 mei 1984 oleh Presiden RI Bapak Soeharto. Penyelesaian mesin-
mesin kapasitas 60 ton TBS/Jam dilakukan Comisioning pada tanggal 24
November 1987.
2.2. Visi dan Misi
PTP.Nusantara XIII (Persero) PMS Gunung Meliau mempunyai visi
dan misi guna mencapai apa yang perusahaan ingin capai. Visi dan misi
PTPN XIII sebagai berikut :
Visi
Menjadi perusahaan agribisnis yang berdaya saing tinggi, tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat secara berkelanjutan.
Misi
1. Menghasilkan produk dan jasa dalam bidang kelapa sawit, karet,
industri hilir dan bidang usaha lainnya secara efisien dan bermutu
tinggi.
2. Mendinamisasikan perekonomian regional dan nasional
3. Mengembangkan dan memberdayakan potensi masyarakat berbasis
kemitraan.
4. Mengembangkan sistem perkebunan yang ramah lingkungan.

2.3. Struktur Organisasi Perusahaan


Adapun struktur organisasi dari PTPN XIII (Persero) Gunung Meliau
tempat dilakukannya kegiatan PKL yaitu sebagai berikut :
7

Plh Manajer
Gunawan

Asst. TUK Umum Plh Masinis Kepala


Aminuddin Batubara Eko Syahputra

Perwira Asst. Gudang


Pengaman
Emanuel Juliyanto
Sukiman

Asst. Jaga I Asst. Jaga II Asst. Bkl Asst. Bkl Quality


Umum/Reparasi/ Motor/D.Sipil Assurance
Sutrisno Sargiyono Listrik
Haris Sitorus Emanuel
Haris Sitorus Juliyanto

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan


2.4. Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Tempat PKL
Kegiatan magang atau PKL di PTPN XIII (Persero) PMS Gunung
Meliau dibimbing langsung oleh asisten pabrik, pembimbing lapangan, dan
mekanik bengkel listrik. Selama melaksanakan kegiatan PKL ditempatkan
dibagian bengkel listrik. Adapun tugas pokok dari bengkel listrik di PTPN
XIII (Persero) PMS Gunung Meliau yaitu sebagai berikut :
1. Melakukan pengecekan dan perawatan rutin pada peralatan listrik di
pabrik, seperti panel-panel kontrol, motor listrik 3 phasa, dan
peralatan listrik lainnya.
2. Melakukan perbaikan terhadap peralatan listrik yang rusak di pabrik.
3. Melakukan instalasi kelistrikan seperti pemasangan panel-panel
kontrol, instalasi sumber listrik area pabrik dan lainnya.
4. Membantu melakukan pengecekan pada mesin-mesin operasi di
pabrik.
8

BAB III
PEMBAHASAN KEGIATAN PKL

3.1. Uraian Kegiatan


Pada saat melaksanakan kegiatan PKL, semua pekerjaan yang
dilakukan mendapat bimbingan langsung oleh Bapak Edi Septimius selaku
pembimbing lapangan, Bapak Arifinta Tarigan dan Bapak Sumardi selaku
mekanik bengkel listrik di PTPN XIII (Persero) PMS Gunung Meliau.
Pekerjaan yang dilakukan selama PKL lebih banyak didalam ruang bengkel
listrik dikarenakan pembimbing lapangan sudah menetapkan apa yang harus
dikerjakan. Sehingga hanya sesekali pembimbing lapangan mengajak turun
langsung ke lapangan. Selama pelaksanaan PKL, pekerjaan yang dilakukan di
bengkel listrik dan diluar bengkel listrik yaitu sebagai berikut.
3.1.1. Menggulung Motor Listrik
Pada saat melaksanakan kegiatan PKL, pekerjaan yang dilakukan
lebih sering di dalam bengkel listrik yaitu menggulung motor listrik 3
phasa baik untuk stok maupun untuk perbaikan motor yang rusak.
Beberapa motor listrik 3 phasa yang pernah digulung yaitu menggulung
motor listrik 3 fasa merek teco berdaya 3 HP, 5 HP, 7.5 HP, 15 HP, dan 20
HP. Selain merek tersebut, ada juga merek lain yaitu motor listrik 3 fasa
merek flender berdaya 1.5 HP.

Gambar 3.1. Menggulung motor listrik


9

3.1.2. Mengganti Motor listrik


Penggantian motor listrik ini jarang dilakukan karena penggantian
dilakukan ketika ada motor listrik yang mengalami kerusakan seperti
terbakar, bearing rusak, dan motor listrik mulai berisik. Pada saat
melaksanakan kegiatan PKL, kegiatan penggantian dilakukan pada mesin
blower dan pompa air.
3.1.3. Memperbaiki Panel kontrol
Pada saat pelaksanaan kegiatan PKL, terdapat masalah pada panel
mesin threshing, sehingga pembimbing lapangan mengajak untuk melihat
bagaimana cara perbaikan pada panel kontrol. Pada saat melakukan
perbaikan, terdapat beberapa cara untuk mengetahui apa masalah dari
panel tersebut salah satunya yaitu dengan metode mengukur komponen-
komponen pada panel menggunakan multimeter analog.

Gambar 3.2. Perbaikan panel kontrol mesin threshing


3.2. Topik Pembahasan
3.2.1. Alur Proses Produksi CPO dan Kernel
Minyak CPO (Crude Palm Oil) merupakan minyak mentah dari hasil
pengolahan kelapa sawit. Sedangkan kernel merupakan inti (biji) dari buah
kelapa sawit. Pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan
kernel (inti) terdapat beberapa stasiun pengolahan yaitu stasiun
penerimaan TBS (Tandan Buah Segar), stasiun sterilizer (rebusan), stasiun
penebah (Thresher), stasiun kempa (Press), stasiun klarifikasi (pemurnian),
dan stasiun kernel (Pabrik biji). Tandan buah segar yang dibawa truk
10

masuk ke pabrik melalui stasiun penerimaan TBS yang melakukan


kegiatan penimbangan, penyortiran, dan penampungan TBS. Selanjutnya
TBS yang ditampung pada alat yang bernama lori masuk ke stasiun
rebusan, tujuannya agar buah lebih lunak dan mudah untuk masuk ke
pengolahan berikutnya. Kemudian TBS yang sudah direbus masuk ke
stasiun penebah untuk memisahkan buah kelapa sawit dari tandannya.
Kemudian buah kelapa sawit yang sudah terpisah masuk ke stasiun kempa,
sedangkan tandan kosongnya akan diangkut kembali oleh truk untuk
dimanfaatkan sebagai pupuk. Pada stasiun kempa, dilakukan proses
memeras buah kelapa sawit untuk memisahkan minyak dan kernel.
Proses selanjutnya, minyak dan kernel dari stasiun kempa akan
diproses pada dua stasiun yang berbeda. Minyak yang dihasilkan akan
dimurnikan lebih lanjut pada stasiun klarifikasi. Sedangkan kernel akan
diproses lebih lanjut pada stasiun pabrik biji. Pada stasiun klarifikasi
dilakukan proses pemisahan antara minyak, pasir dan lumpur. Minyak
yang sudah bersih dari pasir dan lumpur akan dikirimkan ke tangki
penampungan untuk selanjutnya dikirim ke luar pulau bahkan luar negeri.
Sedangkan pada stasiun pabrik biji, dilakukan proses pembersihan inti dari
fiber atau serabut buah. Inti yang sudah bersih dan siap kirim akan
dimasukkan ke dalam karung untuk kemudian dikirim ke pabrik-pabrik
pengolahan inti buah kelapa sawit. Berikut ini contoh hasil akhir dari
proses pengolahan kelapa sawit berupa CPO dan kernel :

Gambar 3.3. Hasil akhir CPO dan Kernel


11

Adapun diagram blok proses produksi CPO dan kernel buah kelapa
sawit yaitu sabagai berikut :

Stasiun Penerimaan TBS

Stasiun Sterilizer
(Rebusan)

Stasiun Penebah
(Thresher)

Stasiun Kempa
(Press)

Stasiun Klarifikasi Stasiun Kernel

CPO Hasil Akhir INTI

Gambar 3.4. Diagram alur proses produksi CPO dan kernel


3.2.2. Deskripsi Mesin Threshing
Mesin threshing merupakan mesin inti pada proses pengolahan kelapa
sawit menjadi CPO. Mesin threshing berfungsi untuk memisahkan buah
(berondolan) dari tandannya setelah buah kelapa sawit sudah memasuki
proses perebusan, sehingga pada mesin ini akan menghasilkan dua produk
yaitu tandan kosong (tankos) dan buah (berondolan). Buah kelapa sawit
yang akan masuk pada mesin ini diatur oleh auto feeder yang berada diatas
mesin threshing. Pada mesin ini, keberhasilan pemisahan buah
(berondolan) dari janjangannya tergantung pada proses perebusan yang
baik. Oleh karena itu, pada proses perebusan dan threshing dilakukan suatu
pengawasan yang ketat agar semua prosesnya berjalan dengan baik.
Mesin theshing bekerja dengan sistem membanting TBS hasil rebusan
dalam drum yang berputar. TBS rebus yang masuk ke drum akan terbawa
ke atas searah dengan putaran drum oleh plat pengangkat (lifting bar).
12

Pada titik puncak drum, buah akan terlempar dan jatuh terbanting
berulang-ulang sehingga berondolan yang terdapat dalam tandan akan
terlepas. Waktu pengisian TBS oleh hoisting crane ke auto feeder dan
kecepatan putaran dari drum stripper dapat diatur sebagai berikut.
3.2.2.1. Waktu Pengisian TBS
Pengisian TBS rebusan ke auto feeder dilakukan menggunakan
hoisting crane. Waktu pengisiannya menyesuaikan dengan kapasitas dari
mesin threshing. Apabila kapasitas alat 30 ton TBS, dan kapasitas lori 2,5
ton TBS, maka pengisian pada mesin threshing dapat dihitung dengan
persamaan (1) sebagai berikut :
2,5 ton
×60 menit=5 menit/lori (1)
30 ton
Maka, pengisian TBS pada auto feeder dapat diatur dengan interval
waktu 5 menit.
3.2.2.2. Kecepatan Putar Drum Stripper
Kecepatan drum mesin threshing dapat dihitung dengan persamaan (2)
sebagai berikut :
40×(D-d)/2
N= (2)
(D-d)
Dimana : N = rpm Threshing
D = diameter drum
d = diameter TBS
3.2.3. Bagian-bagian Mesin Threshing
Pada mesin threshing, terdapat beberapa bagian-bagian penting yang
menunjang sistem kerja dari mesin yaitu sebagai berikut.
3.2.3.1. Body
Body pada mesin threshing terdiri dari plate besi dan dilengkapi
dengan pintu-pintu berengsel. Pintu-pintu berengsel ini memiliki fungsi
sebagai berikut :
1. Mengarahkan brondolan tersebut. jatuh tepat ke below conveyor dan
dibawa ke digester melalui beberapa conveyor maupun fruit elevator.
2. Memudahkan inspeksi maupun maintenance drum stripper dan below
conveyor.
13

3. Memudahkan kegiatan pembersihan body bagian dalam, hanger


bushing maupun kisi-kisi drum steripper dari serat-serat tandan
maupun benda asing yang mengganggu kelancaran operasional.

Gambar 3.5. Body Mesin Threshing


3.2.3.2. Drum Stripper
Drum stripper merupakan alat utama pada mesin threshing yang
berfungsi untuk melakukan pemipilan atau pelepasan berondolan dari
janjangannya. Pemipilan berlangsung didalam drum thresher oleh shaft
drum yang berputar sehingga terjadi proses membanting buah pada plate
stripper 6 sampai 7 kali dari ketinggian optimalnya. Target kegagalan
pemipilan sesuai Standard Operation Procedure Management maksimal
hanya 5%, bila melewati ketentuan tersebut harus dilakukan suatu
pemeriksaan terhadap stasiun perebusan, peralatan threshing maupun
kualitas TBS itu sendiri.
14

Gambar 3.6. Drum Stripper


Pada drum thresher dipasang plate pelempar (stripper) yang berfungsi
mengangkat TBS untuk proses bantingan. Prinsip pemasangan stripper
ini adalah sebagai berikut :
1. Sudut/kemiringan plate pelempar ini biasanya 7° sampai 15°.
2. Panjangnya ± 80 cm.
3. Ketinggiannya ± diameter rata-rata cook fruit bunch.
4. Jumlahnya mengikuti jumlah kolomnya, biasanya ada 3 kolom dan
tiap kolom dipasang stripper dengan bentuk spiral mengarah keluar.
Pemasangan jarak plate kisi-kisi yang ideal pada drum biasanya 40
mm sampai 50 mm. Jarak kisi-kisi drum dikontrol secara periodik untuk
memantau adanya penyempitan, peregangan dan kerusakan (patah)
sehingga janjangan tidak terikut ke stasiun press. Untuk mendapatkan
pemipilan yang maksimum pada drum thresher, maka putaran drum
harus diperhitungkan biasanya 23 sampai 25 rpm. Bila rpm tidak
seimbang dengan jumlah pengumpanan dari auto feeder misalnya rpm
terlalu lambat atau terlalu cepat, maka hal ini mengakibatkan kerugian,
seperti berikut:
1. rpm terlalu cepat berakibat kapasitas lebih tercapai, tetapi loss
berondolan (oil dan kernel) akan tinggi meskipun perlakuan
disterilizer sudah baik, karena waktu pemipilan tidak optimal.
2. rpm terlalu lambat berakibat waktu pemipilan terlalu panjang sehingga
cenderung menyebabkan oil loss tinggi pada empty bunch stalk,
15

bahkan dapat menyebabkan kemacetan dan keausan pada peralatan


lebih cepat.
3.2.3.3. Motor Listrik 3 Phasa
A. Jenis-jenis Motor Listrik 3 Phasa
Motor listrik 3 phasa adalah motor yang bekerja dengan
memanfaatkan perbedaan fasa pada sumber untuk menimbulkan gaya
putar pada bagian rotornya. Secara umum, motor 3 phasa memiliki dua
bagian pokok, yaitu stator dan rotor. Bagian tersebut dipisahkan oleh
celah udara yang sempit atau yang biasa disebut dengan air gap. Jarak
antara stator dan rotor yang terpisah oleh air gap sekitar 0,4 milimeter
sampai 4 milimeter.
Terdapat dua tipe motor 3 phasa jika dilihat dari lilitan pada rotornya,
yaitu rotor belitan (wound rotor) dan rotor sangkar tupai (squirrel-cage
rotor). Motor 3 phasa rotor belitan (wound rotor) adalah tipe motor
induksi yang lilitan rotor dan statornya terbuat dari bahan yang sama.
Sedangkan motor 3 phasa rotor sangkar tupai (squirrel-cage rotor) adalah
tipe motor induksi yang konstruksi rotornya tersusun dari beberapa
batangan logam yang dimasukkan melewati slot-slot yang ada pada rotor
motor, kemudian pada setiap bagiannya disatukan oleh cincin. Akibat
dari penyatuan tersebut, terjadi hubungan singkat antara batangan logam
dengan batangan logam yang lainnya.
B. Konstruksi Motor Listrik 3 Phasa
Konstruksi pada motor listrik 3 phasa terdiri dari beberapa bagian,
dimana terdapat dua bagian utama yaitu stator dan rotor. Adapun bagian-
bagian dari motor listrik 3 phasa yaitu sebagai berikut.
1. Stator
Stator merupakan bagian dari motor listrik yang statis atau tidak
berputar dan terletak pada bagian luar. Stator terbuat dari besi bundar
berlaminasi dan mempunyai alur-alur sebagai tempat meletakkan
kumparan. Tiap kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan
phasa dimana untuk motor 3 phasa, belitan tersebut terpisah secara
listrik sebesar 120o. Jenis kawat kumparan yang digunakan terbuat
16

dari bahan tembaga yang dilapisi dengan isolasi tipis. Berikut ini
merupakan contoh gambar stator motor listrik 3 phasa.

Gambar 3.7. Stator


2. Rotor
Rotor merupakan bagian yang dapat berputar pada motor listrik.
Rotor memiliki sebuah shaft yang terpasang pada pusat rotor dan
dapat dihubungkan dengan beban yang akan diputar. Terdapat dua
jenis rotor yaitu rotor belitan (wound rotor) dan rotor sangkar tupai
(squirrel-cage rotor). Rotor sangkar tupai lebih banyak digunakan
daripada rotor belitan, karena rotor sangkar tupai mempunyai bentuk
yang lebih sederhana. Rotor tipe ini memiliki bentuk seperti roda gear,
berbentuk tabung dan diberi beberapa slot dipermukaannya. Slot ini
tidak dibuat lurus namun sedikit miring untuk memperhalus kerja
motor dan membuat konduktor pada rotor. Dikedua ujung rotor
dipasang cincin alumunium sehingga berbentuk seperti sangkar
burung. Umumnya rotor jenis ini terbuat dari alumunium atau
tembaga. Berikut ini merupakan contoh gambar stator motor listrik 3
phasa.
17

Gambar 3.8. Rotor


3. Terminal Box
Terminal box merupakan stop kontak yang menyambung aliran
listrik dari sumber ke motor listrik. Terminal box merupakan bagian
yang penting dalam pengaturan starter motor. Starter motor terdiri dari
2 jenis yaitu starter star dan delta, starter star digunakan untuk
tegangan tinggi dan starter delta digunakan untuk tegangan rendah.
Pengaturan star atau delta tergantung pada informasi yang tertera pada
nameplate motor listrik. Pada terminal box terdapat winding dengan
format U1-V1-W1 dan W2-U2-V2.

Gambar 3.9. Terminal Box


18

4. Bearing
Bearing merupakan komponen pada motor listrik yang berfungsi
untuk memperhalus putaran rotor sehingga rotor lebih tahan lama
untuk digunakan. Bearing sangat diperlukan oleh rotor karena
kecepatan putaran dari rotor tidak stabil, dengan adanya perubahan
kecepatan membuat putaran rotor menjadi kasar.

Gambar 3.10. Bearing


5. Cover atau Body
Cover merupakan rangka dari motor listrik yang menjadi
komponen utama motor listrik yang berfungsi melindungi dan
menahan seluruh komponen motor listrik bagian dalam. Cover ini
terbuat dari besi tuang dan juga berfungsi sebagai rumah bagi
komponen-komponen motor listrik lainnya.

Gambar 3.11. Body Motor Listrik 3 Phasa


19

C. Prinsip Kerja Motor Listrik 3 Phasa


Adapun prinsip kerja dari motor listrik 3 phasa dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Bila sumber tegangan tiga phasa dipasang pada kumparan stator,
maka pada kumparan stator akan timbul medan putar dengan
kecepatan tertentu.
2. Medan putar stator akan memotong konduktor yang terdapat pada
sisi rotor, akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan
induksi.
3. Karena kumparan rotor merupakan kumparan rangkaian tertutup,
maka tegangan induksi akan menghasilkan arus ( I ).
4. Adanya arus dalam medan magnet akan menimbulkan gaya ( F )
pada rotor.
5. Bila torsi awal yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup
besar untuk memikul torsi beban, maka rotor akan berputar searah
dengan arah medan putar stator.
6. Untuk membangkitkan tegangan induksi agar tetap ada, maka
diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar
stator (ns) dengan kecepatan putar rotor (nr).
7. Perbedaan antara kecepatan nr dengan ns disebut dengan slip (S).
8. Jika ns = nr tegangan akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada
rotor, dengandemikian tidak ada torsi yang dapat dihasilkan. Torsi
suatu motor akan timbul apabila ns > nr.
D. Rangkaian Operasi Motor Listrik pada Mesin Threshing
Pada mesin threshing, terdapat drum stripper yang bekerja dengan
cara berputar dengan kecepatan tertentu. Ditambah lagi terdapat TBS
yang mengisi drum tersebut sehingga perputaran dari drum akan lebih
berat. Oleh karena itu diperlukan suatu penggerak agar perputaran pada
drum stripper lebih stabil sesuai dengan yang diperlukan. Maka untuk
menggerakkan drum stripper tersebut, digunakan sebuah motor listrik 3
phasa berdaya 20 HP. Motor listrik tersebut digunakan pada mesin
threshing dikarenakan pada mesin threshing menampung beban yang
20

berat dari TBS sehingga diperlukan motor listrik berdaya tinggi agar
mampu memutar drum stripper pada mesin threshing.
Pada pengoperasian motor listrik 3 phasa berdaya 20 HP, diperlukan
rangkaian star dan delta karena motor listrik ini memerlukan daya yang
besar untuk pengoperasiannya. Pada rangkaian star-delta, terdapat
komponen timer yang berfungsi sebagai waktu tunda untuk mengubah
rangkaian dari star ke delta. Rangkaian star berfungsi sebagai penstabil,
setelah semuanya stabil maka selang beberapa detik akan diubah menjadi
rangkaian delta. Umumnya pada suatu industri, untuk mencapai
kestabilan diperlukan pengaturan waktu pada timer sekitar 5 sampai 10
detik. Berikut ini gambar rangkaian star-delta beserta rangkaian
kontrolnya :

Gambar 3.12. Rangkaian kontrol motor listrik 3 phasa


Prinsip kerja dari rangkaian tersebut yaitu pada saat MCB ditekan
maka kondisi motor listrik standby. Pada saat PB start ditekan maka
kontaktor K1 akan bekerja sehingga anak kontak K1 pada posisi NC dan
21

mengunci. Anak kontak K1 akan mengaktifkan kontaktor K3 dan timer


T1. Anak kontak K3 pada posisi NC dan mengaktifkan rangkaian star,
sedangkan timer mulai menghitung waktu tunda untuk mengaktifkan
rangkaian delta. Setelah timer sudah mencapai batas hitungannya, maka
anak kontak timer akan memutus jalur ke kontaktor K3 dan akan
mengaktifkan kontaktor K2, sehingga anak kontak K3 akan kembali ke
posisi NO, sedangkan anak kontak K2 pada posisi NC dan mengaktifkan
rangkaian delta. Rangkaian delta akan terus berjalan sampai PB Stop
ditekan. PB Stop berfungsi untuk mematikan sistem dan kembali ke
posisi standby. Pada rangkaian tersebut terdapat Overload yang berfungsi
memutus rangkaian ketika adanya lonjakan tegangan dari sumber.
3.3. Hasil Kerja PKL
3.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Motor Listrik
3.3.1.1. Ruang Penempatan
Ruang penempatan pada motor listrik sangat mempengaruhi kinerja
motor listrik, misalnya motor-motor listrik yang beroperasi dibeberapa
stasiun pengolahan kelapa sawit di PTPN XIII (Persero) PMS Gunung
Meliau seperti pada stasiun penebah (Threser), stasiun klarifikasi dan
lain-lain. Motor-motor listrik tersebut sangat dipengaruhi oleh gangguan
temperatur yang tinggi, debu, uap air dan sebagainya.

Gambar 3.13. Motor listrik pada Mesin Threshing


Penempatan motor listrik pada mesin threshing yang berfungsi sebagai
penggerak drum stripper seperti terlihat pada gambar 3.15 tersebut sangat
22

dipengaruhi oleh gangguan seperti debu, fiber, minyak dan sebagainya.


Untuk itu diperlukan pelindung-pelindung khusus bagi motor listrik
tersebut guna menghingari kemungkinan kerusakan yang diakibatkan
oleh kondisi penempatan dan perlu adanya suatu system perawatan yang
sesuai dengan kondisi kerjanya.
3.3.1.2. Kondisi Beban Kerja
Kondisi beban kerja motor listrik merupakan factor yang sangat
mempengaruhi kelangsungan kerja motor listrik. Motor listrik yang
melayani beban yang cukup besar akan mengalami penarikan arus listrik
yang juga besar dan tidak jarang untuk beberapa saat naik melebihi rating
beban nominal. Seperti yang terlihat pada gambar 3.15, motor listrik
yang beroperasi pada mesin threshing mendapatkan beban yang besar
karena adanya putaran drum stripper pada saat melakukan proses
pemisahan berondolan dari janjangannya. Ditambah lagi didalam drum
stripper tersebut terdapat TBS dengan berat yang bisa mencapai 30 ton
sehingga motor listrik yang digunakan akan memikul beban yang besar.
Jika pada proses ini tidak sempurna maka dapat menjadi salah satu yang
mempengaruhi efisiensi pabrik.
3.3.1.3. Getaran
Getaran juga merupakan salah satu gangguan yang mungkin terjadi
terhadap kerja motor listrik dalam melayani beban mekanis. Beberapa
faktor penyebab timbulnya getaran yaitu :
1. Kondisi pondasi dudukan motor yang goyang
2. Bearing yang sudah rusak
3. Baut pengikat motor dengan dudukan lepas
3.3.2. Perawatan Motor Listrik 3 Phasa
Penyebab terbesar terjadinya kerusakan pada motor listrik adalah
karena kurangnya perawatan yang intensif. Sehingga terkadang ketika
motor listrik mengalami gangguan, sering kali dianggap sepele oleh teknisi
yang menanganinya. Hal ini membuat motor listrik sering kali terbakar
dan membuat bingung mereka sendiri. Selain itu, perawatan yang kurang
tepat pada motor listrik juga akan mengakibatkan motor listrik cepat
23

mengalami kerusakan bahkan bisa berakibat dilakukannya penggantian


secara permanen. Seperti contoh, pelumasan yang tidak tepat akan
mengakibatkan gesekan antara motor dan penggerak transmisi peralatan.
Oleh karena itu, perawatan yang tepat diperlukan untuk menjaga kinerja
motor.
3.3.2.1. Teknis Perawatan
Teknis perawatan yang dilakukan pada motor listrik 3 phasa yaitu:
A. Safety Instruction
Dalam melakukan proses pengerjaan perawatan harus adanya
intrusksi-instruksi keamanan. Petugas yang melaksanakan pengerjaan
perawatan harus memahami instruksi-instruksi sesuai dengan standar
pengerjaannya, jika tidak maka bisa terjadi kemungkinan bertambah
buruknya kondisi motor karena penanganan yang tidak sesuai.
B. General storage precautions
Tindakan pencegahaan sebelum dilakukannya pemasangan motor
mutlak harus dilakukan. Kondisi tempat peletakan motor (motor
room) harus diperhatikan karena bila kondisinya tidak sesuai maka
dapat menimbulkan terjadinya korosi dan kelambapan motor yang
tinggi yang mana hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja motor.
C. Foundation
Pemasangan pondasi pada motor harus dilakukan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan oleh produsennya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemasangan pondasi motor adalah pondasi
tersebut harus mampu menahan beban mesin dan tahan terhadap
reaksi torsi dan tekanan yang ditimbulkan dari pengkopelan.
D. Machine installation
Dalam pemasangan mesin harus sesuai dengan petunjuk yang
diberikan oleh pihak produsen. Faktor ketepatan (alignment)
pemasangan komponen-komponen motor merupakan salah satu hal
yang mutlak harus diperhaikan. Pemasangan komponen-komponen
penunjang seperti kopel harus dilakukan sesuai dengan instruksi yang
24

tertera, karena bila terjadi ketidaksesuaian pemasangan akan


berdampak buruk pada kinerja motor.
E. Commisioning
Sebelum melakukan starting pada motor ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan seperti, kopel motor dan perlengkapan mekanis
lainnya sudah terpasang dengan sesuai, motor fan berputar pada arah
yang sesuai, kondisi pendingin tidak tersumbat, posisi semua brush
pada motor sudah sesuai, kondisi komutator bersih, rangakain elektrik
terhubung dengan baik, komponen pelindung sudah terlihat baik, dan
memiliki nilai isolasi hambatan yang sesuai.
F. Observation and maintenance
Pengecekan kondisi-kondisi komponen pada motor harus dilakukan
secara berkala. Ada yang dilakukan sebulan sekali dan ada yang
dilakukan 3 kali dalam setahun, tergantung dari komponennya.
G. Insulation resistance
Proses pengecekan nilai isolasi hambatan pada motor harus
dilakukan cukup sering. Selain terbilang mudah, dengan dilakuakn
pengecekan ini maka nilai isolasi hamabatan pada motor dapat
terpantau terus.
H. Brushes and commutation
Pemilihan jenis brush yang digunakan pada motor menjadi salah
satu faktor penentu kinerja mesin. Brush juga harus dilakukan
penggantian bila sudah habis masa pemakaiannya. Selain brush,
kondisi komutasi (penyearahan) juga harus diperhatikan. Banyak hal
yang mempengaruhi kondisi tersebut, seperti kelembapan udara,
partikel debu, dan komposisi gas yang ada di udara.
I. Commutator
Bila dalam kondisi operasi komutator tidak memerlukan perawatan
khusus. Bila kondisi permukaan komutator sudah kasar baru biasanya
akan dilakukan pengecekan, apakah komutator tersebut sudah saatnya
untuk diganti.
25

J. Lubrication
Proses pelumasan biasanya dilakukan selama 1 tahun sekali,
tergantung dari kondisi pelumas itu sendiri. Parameter yang digunakan
salah satunya adalah suhu dari pelumas tersebut (biasanya suhunya
kurang dari 80 oC)
K. Cleaning
Faktor terpenting daritindakan pencegahan adalah memastikan
kondisi bagian-bagian motor bersih, mesin motornya itu sendiri
ataupun komponen penunjang lainnya. Dalam melakukan proses ini
juga harus hati-hati karena bila prosesnya salah maka dapat
memperburuk kondisi motor.
L. Filter
Mesin-mesin motor yang menggunakan motor Fan sebagai
pendinginnya pastinya membutuhkan filter sebagai penampung
kotoran dari sisa pembuangan motor Fan. Penggantian filter harus
dialukan secara rutin agar kotoran pada filter tidak menumpuk.
M.Dismantling and reassembling
Proses pembongkaran dan perakitan motor harus dilakukan secara
tepat. Bila tindakan-tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan
prosedur yang ada, maka hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja
motor nantinya.
3.3.2.2. Jadwal Perawatan Motor Listrik
A. Perawatan Harian
1. Memeriksa terminal supply tegangan motor
2. Membersihkan kondisi fisik motor dari debu, air, minyak, dan
lainnya.
3. Membersihkan fan pendingin motor
4. Memeriksa baut motor
5. Memeriksa getaran motor (saat operasi)
B. Perawatan mingguan
1. Memeriksa komponen proteksi (fuse, overload dan lainnya)
2. Memeriksa panel operasi
26

3. Melakukan pelumasan bearing


4. Memeriksa kondisi minyak pelumas gearbox
5. Membersihkan panel operasi
C. Perawatan Bulanan
1. Membersihkan terminal-terminal hubung beban, permukaan kontak
sepatu magnetis dan terminal kumparan magnetic contactor
2. Membersihkan terminal-terminal fuse
3. Memeriksa hubungan dan membersihkan kumparan stator
4. Memeriksa baut-baut pengikat terminal instalasi rangkaian control
5. Membersihkan bearing dan mengganti pelumas
D. Perawatan 6 Bulan
1. Memeriksa dan membersihkan kumparan stator guna merawat
isolasi kumparan
2. Memeriksa kondisi bearing (mengganti bearing setiap 3500 jam
untuk motor listrik yang bekerja 10 jam/hari atau lebih)
3. Memeriksa baut-baut pengikat tutup (cover) motor
4. Memeriksa hubungan motor dengan beban
5. Mengganti minyak pelumas gearbox
E. Perawatan Tahunan
1. Memeriksa terminal-terminal hubung beban dan kumparan
magnetic contactor (mengganti jika perlu)
2. Memeriksa atau mengukur tahanan isolasi jaringan supply
tegangan dan kumparan stator.
3. Memeriksa semua komponen motor
4. Memeriksa getaran saat operasi dan memperbaiki dudukan motor.
5. Melakukan pendataan yang baik dan benar terhadap seluruh
kegiatan perawatan dan perbaikan yang telah dilakukan.
3.3.3. Sistem Proteksi Motor Listrik 3 Phasa
Selain perawatan, motor listrik 3 phasa juga memerlukan suatu sistem
proteksi sebagai pencegah terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan dan
dapat merugikan perusahaan. Dengan adanya proteksi, maka motor listrik
27

dapat terhindar dari kerusakan walaupun tidak dapat sepenuhnya


mencegah kerusakan tersebut, tetapi dapat meminimalisir kerusakan.
3.3.3.1. Komponen-komponen Proteksi
A. Miniature Circuit Breaker (MCB)
MCB merupakan alat yang berfungsi sebagai penghubung dan
pemutus arus pada rangkaian instalasi motor yang dilengkapi dengan
pengaman yang akan trip apabila terjadi hubung singkat. MCB yang
digunakan untuk motor listrik biasanya MCB magnetic.
B. Fuse
Fuse merupakan alat yang berfungsi sebagai pengaman motor dari
gangguan arus berlebih apabila terjadi hubung singkat pada rangkaian
instalasi motor.
C. Thermal Overload Relay
Thermal Overload Relay (TOR) digunakan untuk mengamankan
motor listrik terhadap beban lebih. Relay ini bekerja berdasarkan efek
thermal dari arus listrik. Jika arus yang mengalir dalam TOR ini
melebihi nilai setelannya maka akan terjadi pemutusan yang waktunya
tergantung pada arus. Makin besar arus, maka makin singkat waktu
pemutusannya.
D. Grounding
Selain alat-alat yang sudah disebutkan, pada motor listrik juga
harus dipasang grounding (pembumian) untuk menjaga keselamatan
dan peralatan listrik terhadap bahaya sentuh jika terjadi arus bocor
pada motor tersebut.
3.3.3.2. Sistem Kontrol Motor Listrik
Sistem kontrol motor listrik adalah sistem yang berfungsi untuk
mengontrol pada saat start ataupun pada saat stop dan bertujuan
melindungi motor listrik jika ada gangguan.
28

Gambar 3.14. Sistem kontrol motor listrik


Pada sistem kontrol motor listrik 3 phasa, terdapat beberapa
komponen yaitu sebagai berikut :
A. Push Button
Push Button merupakan kontak yang terdiri dari Normal Open
(NO) dan Normal Close (NC). Kontak NO dan NC akan bekerja
apabila tombol ditekan, kontak NO akan terhubung ketika tombol
ditekan dan kontak NC akan terbuka ketika tombol ditekan. Push
button ini digunakan sebagai tombol ON dan OFF pada kontrol motor
listrik
B. Timer
Timer adalah pewaktu yang terdapat pada sistem kontrol motor
listrik 3 phasa yang menggunakan rangkaian star-delta. Pada timer,
koil akan bekerja sesuai dengan waktu yang telah diatur.
C. Lampu Indikator
Lampu indikator digunakan sebagai lampu tanda pada sistem
kontrol motor untuk mengetahui apakah motor dalam keadaan operasi
atau tidak.
29

Gambar 3.15. Lampu indikator


Pada saat lampu merah menyala menandakan motor tidak bekerja atau
dalam keadaan standby. Sedangkan, pada saat lampu hijau menyala
menandakan motor sedang bekerja.
D. Kontaktor Magnet
Kontaktor magnet biasa disebut penghubung atau switch pada
rangkaian listrik yang bekerja secara magnetik sehingga anak kontak
pada kontaktor akan terhubung jika koil dialiri
30

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan praktik kerja lapangan di pabrik pengolahan
kelapa sawit PTPN XIII (Persero) PMS Gunung Meliau selama 6 minggu
terhitung dari tanggal 22 Januari 2018 s/d 03 Maret 2018, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Motor listrik 3 phasa berdaya 20 HP sangat diperlukan oleh mesin
threshing sebagai penggerak mesin, karena mesin threshing
memerlukan motor listrik dengan tenaga yang besar agar bisa
beroperasi.
2. Bagian-bagian utama dari mesin threshing yaitu body, drum stripper,
dan motor listrik 3 phasa.
3. Komponen-komponen yang terdapat dalam motor listrik 3 phasa yaitu
stator, rotor, terminal box, bearing, dan cover.
4. Beberapa faktor penyebab kerusakan pada motor listrik 3 phasa yaitu
ruang penempatan, kondisi beban kerja, dan getaran.
5. Dalam melakukan perawatan pada motor listrik 3 phasa perlu adanya
sistem dan jadwal perawatan agar perawatan yang dilakukan sesuai
dengan prosedur.
6. Perawatan yang dilakukan pada motor listrik 3 phasa antara lain
perawatan pada panel kontrol, perawatan komponen motor, perawatan
kebersihan area motor, dan lainnya.
4.2. Saran
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah
dilakukan, penulis memiliki beberapa saran untuk PTPN XIII (Persero) PMS
Gunung Meliau, Politeknik Negeri Pontianak, dan mahasiswa yang akan
melaksanakan PKL selanjutnya yaitu :
1. PTPN XIII (Persero) Gunung Meliau sebaiknya melakukan suatu
training mengenai perawatan yang baik pada motor-motor listrik dan
31

perawatan pada mesin-mesin operasi di pabrik agar lebih banyak


pemahaman tentang perawatan yang baik dan benar.
2. Politeknik Negeri Pontianak sebaiknya melakukan perpanjangan
waktu untuk kegiatan PKL karena dengan waktu PKL yang lebih lama
akan membuat mahasiswa yang melaksanakan PKL mendapatkan
ilmu dan pemahaman yang lebih banyak.
3. Saran penulis untuk mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan
PKL yaitu ketika jadwal PKL sudah ditentukan sebaiknya segera
mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk memilih tempat PKL yang
diinginkan dan mempelajari terlebih dahulu profil perusahaan agar
saat melaksanakan kegiatan PKL sudah tau apa yang akan dikerjakan.
4. Selain itu, untuk mahasiswa yang akan melaksanakan PKL sebaiknya
mengetahui tatacara penulisan laporan yang benar dan tatacara
pengambilan data yang benar pada saat PKL, supaya ketika tiba
waktunya menulis laporan sudah tau persis apa yang

Anda mungkin juga menyukai