PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang
terhampar dari sabang sampai marauke, baik itu sumber daya yang berasal dari
laut, darat, maupun yang terkandung didalam perut bumi yaitu berupa minyak dan
gas bumi yang terjadi akibat adanya pelapukan fosil dalam waktu yang cukup
lama. Sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi merupakan sektor yang
menjadi penyumbang utama dalam anggaran peendapatan dan belanja negara
(APBN). Minyak bumi dan gas adalah sumber daya alam yang bernilai ekonomis
dan memberikan kontribusi yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
1
sehingga membutuhkan calon calon teknokrat yang handal untuk memenuhi
kebutuhan – kebutuhan tersebut.
Pada APO sendiri sampai dengan saat ini masih mempunyai empat cluster
yang masing – masing cluster masih aktif, yaitu cluster I, cluster II, cluster III, dan
cluster IV. Untuk point A. Tujuannya yaitu untuk mengetahui berapa banyak
produksi gas setiap harinya, selain itu untuk mengontrol proses dan kondisi gas itu
sendiri, baik itu pressure(tekanan), temperatur, dan komposisinya. Setelah melalui
point A barulah kemudian gas tersebut dikirim ke PT. PAG dan PT. PIM (Pupuk
Iskandar Muda) sebagai bahan baku pembuatan urea.
2
2. Dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah di dapat saat Kuliah Jurusan
Teknik Mesin Prodi Teknik Mesin Produksi dan Perawatan (TMPP)
Politeknik Negeri Lhokseumawe.
3. Mengetahui fungsi dari peralatan – peralatan proses.
4. Memiliki keterampilan dalam hal penguasaan pekerjaan dan dapat
menambah pengalaman untuk terjun ke lapangan industri.
5. Berlatih bekerja disiplin dan bertanggung jawab sebagai seorang pekerja.
6. Membina hubungan kerja sama yang baik antara perusahaan dengan
Jurusan Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe.
3
1.3.3 Bagi Perusahaan
1. Melihat penerapan teori-teori ilmiah yang dipraktekkan oleh mahasiswa.
2. Dapat melihat perusahaan dari sudut pandang mahasiswa.
3. Sebagai bahan masukan atau usulan sebagai perbaikan perusahaan.
4
BAB II
PROFIL PERTAMINA HULU ENERGI NSB
PT. Pertamina Hulu Energi NSB (PHE) merupakan anak perusahaan PT.
Pertamina (persero). Perusahaan ini menyelenggarakan usaha hulu dibidang
minyak, gas bumi dan energi lainnya. Melalui pengolahaan operasi dan portofolio.
Usaha sektor hulu minyak dan gas bumi serta energi lainya secara fleksibel, lincah
dan berdaya laba tinggi, PHE mengarahkan tujuannya menjadi perusahaan multi
nasional yang terpandang di bidang energi, dan mampu memberikan nilai tambah
bagi Stake holders.
5
demikian, PHE merupakan induk perusahaan bagi setiap anak perusahaan yang
memiliki Participating Interet (PI).
Dua unit Gas Injection Compressor dibangun di Cluster-III dan satu unit
Gas Injection Compressor dibangun di Cluster-II. Sedangkan untuk Power
Generator berjumlah 4 unit di bangun di point-A dengan kapasitas terpasang
6
masing – masing unit Power Generator adalah 8 MW. Untuk memenuhi Supply
gas kepada konsumen yang telah mengikat kontrak pembelian dengan pemerintah
republik indonesia maka diadakanlah penambahan dua unit fasilitas produksi
lainnya yaitu operasi dearah terpencil. Disebut dengan Remote Area Operation
(South Lhoksukon – Pasee) dan operasi lepas pantai yang disebut dengan North
Sumatera Offshore Operation (Nso – Offshore).
Operasi daerah terpencil atau Remote Area Operation yang dikenal dengan
sebutan South Lhoksukon pasee operation dibangun didaerah Seureuke,
Kecamatan Langkahan Kabupaten Aceh Utara Nanggroe Aceh Darussalam.
berjarak 35 kilometer dari kantor induk yang berlokasi di point-A dan mulai
dioperasikan pada bulan Desember tahun 1996. Operasi lepas pantai atau Nourth
Sumatera Offshore Opration dibangun di laut lepas yang berjarak ± 100 km ke
laut dari bibir pantai Lhokseumawe ke arah utara Pulau Sumatera dan mulai
dioperasikan pada bulan Juli tahun 1999.
Semua fasilitas produksi Pertamina Hulu Energi NSB pada saat ini tidak
lagi beroperasi pada kapasitas maksimal seiring dengan berkurangnya cadangan
gas alam yang ada dalam perut bumi atau dikenal dengan sebutan Hydrocarbon
Reservoir. Hal ini terlihat dari menurunnya volume produksi pada setiap Cluster
operation termasuk dari Remote Area South Lhoksukon Pasee Operation. Pada
gambar 2.2 ditunjukan peta alur pengaliran gas alam kering dari setiap lokasi
fasilitas produksi didaerah operasi PHE NSB. Yang bermuara ke PT. PAG Blang
Lancang Lhokseumawe Aceh Utara, dan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
7
Gambar 2.2 Alur aliran gas alam kering dari sumber produksi ke PT.PAG
8
Dari setiap divisi – divisi tersebut membawahi beberapa senior supervisor
dan setiap senior supervisor membawahi beberapa supervisor dan dari setiap
supervisor membawahi beberapa tenaga teknisi atau operator lapangan.
Aceh Production
Operation Manager
Maintenance
Superintendent
9
Inst/electrical INSTRUMEN Mechanical .maint.
Senior Supervisor Sr.Supervisor Senior sepervisor
Loigistic
Superintendent
Security
superintendent
Deputy Security
superintendent
10
suatu kebijakan keselematan kerja dengan tujuan untuk mencapai Zero Acident
and No Body Get Hurt, dengan cara memberikan pelatihan yang sangat memadai
kepada setiap pegawai sesuai dengan kebutuhan masing – masing pegawai
tersebut.
Alat pelindung diri yang sesuai diwajibkan untuk dipakai oleh setiap
pegawai pada saat melakukan aktifitas kerja di lapangan. Alat pelindung diri
seperti sepatu pengaman kaki (Safety Shoes), baju terusan penolak api (Fire
Retendant Coverall), topi pengaman kepala (Safety Hard Head), kaca mata
pengaman (Safety Glasses) dan sarung tangan (Glove) adalah kebutuhan
perlindungan yang sangat minimum yang harus dipakai oleh setiap
pegawai/karyawan saat melakukan aktifitas. Pegawai bahkan akan mendapat
teguran dari atasannya apabila kedapatan tidak menggunakan alat pelindung diri
yang lengkap dan sesuai dengan yang dibutuhkan pada saat bekerja.
11
terlaksananya sistem pengelolaan HSSE yang terintegrasi dengan kegiatan operasi
yang aman, andal, efisien dan berwawasan lingkungan. Kebijakan tersebut
menghimbau agar seluruh manajemen ini maupun para pekerja agar bersungguh-
sungguh dalam Memberikan prioritas pertama untuk aspek Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Mengidentifikasi potensi bahaya dan
mengurangi resikonya serendah mungkin untuk mencegah terjadinya insiden.
1. Menggunakan teknologi terbaik untuk mengurangi dampak dari kegiatan
operasi terhadap manusia, aset dan lingkungan.
2. Menjadikan kinerja Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan dalam penilaian dan penghargaan terhadap semua pekerja.
3. Meningkatkan kesadaran dan kompetensi pekerja agar dapat melaksanakan
pekerjaan dengan benar dan aman.
4. Menciptakan dan memelihara harmonisasi hubungan dengan stakeholder di
sekitar kegiatan usaha untuk membangun kemitraan yang saling
menguntungkan.
2.4 Kegiatan Pertamina Hulu Energi di Indonesia
Dengan bentuk demikian, PHE akan terus berkembang, karena setiap ada
Participating Interest baru, berarti ada anak perusahaan baru yang akan dikelola
oleh PHE. Saat ini, PHE memiliki 54 anak perusahaan di dalam negeri, yang
terdiri atas 9 anak perusahaan yang mengelola JOB – PSC (Joint Operating Body
– Production Sharing Contract) 29 anak perusahaan pemegang Participating
Interest berupa Indonesia Participating Interest dan Pertamina Participating
Interest, dan 16 anak perusahaan yang mengolola prroduction sharring contract.
12
Gambar 2.7 Peta kegiatan Pertamina Hulu Energi di indonesia.
13
Gambar 2.8 Wilayah Eksplorasi PHE
Inovasi baru dan strategi yang cerdas dan tepat dibutuhkan untuk
meningkatkan keberhasilan kegiatan eksplorasi. Strategi PT. PHE NSB untuk
mendukung keberhasilan eksplorasi adalah:
Mengaplikasikan konsep – konsep baru.
Mengaplikasikan teknologi maju dan tepat guna
Bekerjasama dengan Strategic Partner yang telah menguasai Advance
Exploration Technology.
14
BAB III
FASILITAS OPERASI
15
Disetiap Cluster pada Arun Field banyaknya sumur yang masih beroperasi
berbeda-beda, Cluster-I jumlah sumur keseluruhan 21 buah sumur, dan sekarang
yang masih berproduksi 7 sumur, Cluster-II jumlah sumur keseluruhan 21 buah
sumur, yang masih berproduksi 11 sumur, Cased Flow 2 sumur dan yang sudah
tidak berproduksi lagi saat ini (abandon) yaitu 8 buah sumur, Cluster-III jumlah
sumur keseluruhan 21 buah sumur, yang masih berproduksi 17 sumur, cased flow
2 sumur dan yang sudah tidak berproduksi lagi saat ini (abandon) yaitu 2 buah
sumur dan yang terakhir yaitu Cluster-IV, jumlah sumur keseluruhan yaitu 19
buah sumur, yang masih berproduksi 9 sumur, Cased Flow 3 sumur dan yang
sudah tidak berproduksi lagi saat ini (abandon) yaitu 7 buah sumur. Untuk setiap
sumur yang tidak lagi beroperasi disebabkan karena sumber gas alam yang ada
pada cadangan produksi sumur tersebut sudah tidak mampu lagi untuk keluar
yang disebabkan oleh tekanannya yang lebih rendah dari tekanan rata-rata, sumur-
sumur produksi yang lain dan juga cadangan gas alam yang ada pada sumur
tersebut sudah tidak bisa diproduksikan
Di arun field terdapat 2 buah jenis Well, ada yang Single Lube dan ada
yang double lube, pada saat gas alam masih melimpah dan tekanan masih sangat
tinggi, digunakanlah Well Double Lube, yang tujuannya adalah supaya pipa pada
aliran Well tersebut seimbang, tidak mengalami goncangan, dan pada saat
sekarang dengan kondisi gas yang semakin menipis digunakan yang Single Lube,
karena tekanan sudah tidak tinggi lagi, dan yang Double Lube juga masih
digunakan. Pada Cluster-IV gas alam yang keluar dari setiap sumur produksi di
dialirkan melalui pipa gas ukuran 12 inci ke pipa pengumpul induk gas alam yang
berukuran 18 inci sebelum memasuki inlet pendinginan gas alam yang disebut
dengan inlet Wellstream Cooler Header. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
pengumpulan gas alam dari semua sumber sumur produksi sebelum di alirkan ke
fasilitas pendinginan gas alam. Berikut ini adalah gambar dari proses yang terjadi
pada Train-1 Well Stream Coller dan dapat dilihat pada gambar 3.2.
16
Gambar 3.2 Flow gas dari wellhead menuju wellsteram cooler
Gambar 3.2. Train-1 Well Stream Coller
17
Gambar 3.3 Tipikal Sumur Produksi Cluster-IV
Disetiap sumur produksi, terdapat 1 buah katup induk utama atau disebut
dengan Master Valve-1 (MV-1), kemudian disusul dengan 1 buah katup
pendamping katup induk utama disebut dengan Master Valve-2 (MV-2)
berikutnya disusul dengan katup pengaman pertama disebut dengan Safety Valve-
1 (SV-1) dan pada puncak sumur produksi terdapat 1 buah katup pelepasan gas
pada saat ada aktivitas perbaikan sumur produksi yang disebut dengan Crown
Valve. Katup pengaman kedua yang disebut dengan Safety Valve-2 (SV-2) juga
dipasang pada pipa penyaluran gas basah untuk menambahkan pengamanan
berganda apabila terjadi kebocoran pada pipa gas basah.
18
Sumur- sumur produksi di bor dengan kedalaman yang bervariasi rata - rata
kedalaman dari pada semua sumur produksi adalah 10.000 kaki, ada yang di bor
vertikal dan ada juga yang di bor horizontal.
Setiap sumur produksi di pasang alat pencegah ledakan sumur tiba-tiba atau
disebut dengan Well Blow-Out Preventer. Pemasangan ini dilakukan untuk
menghindari terulang kembali kejadian yang menimpa sumur produksi Arun
Operation pada tahun 1978 dulu.
Di setiap sumur produksi juga dipasang alat pemantau tekanan gas yang
disebut dengan Pressure Gauge dan alat pemantau suhu gas yang disebut dengan
Temperature Gauge. Kedua alat ini dipantau secara terjadwal untuk mengetahui
sedini mungkin apabila terjadi perubahan tekan atau suhu sumur produksi yang
tidak bisa ditolerir. Untuk keperluan pemantauan secara jarak jauh disetiap sumur
produksi juga dipasang alat pemantau tekanan jarah jauh atau disebut dengan
Presure Transmitter dan alat pemantau suhu jarak jauh yang disebut dengan
Temperture Transmitter. Kedua alat ini bisa dipantau melalui ruang monitor
operasi di ruang Control Room Cluster-IV.
Fasilitas pendukung lainnya yang ada pada sumur produksi adalah panel alat
bantu operasi secara lokal atau disebut dengan Local Panel. Sumur produksi dapat
dioperasikan dengan menggunakan lokal panel tersebut dan dapat juga
dioperasikan secara jarak jauh dengan bantuan fasilitas computerisasi dari ruang
monitor di Cluster-IV. Lokal Panel tersebut dilengkapi dengan 3 buah tangki
minyak Hidraulic yang bertekanan rata-rata 3000 psig untuk alat bantu
mengoperasikan katup – katup sumur produksi. Udara yang bertekanan rata-rata
110 psig juga di koneksikan ke setiap lokal panel untuk alat bantu operasi katup
sumur produksi. Solenoid valve dipasang disetiap alat kontrol katup untuk
membantu operasi jarak jauh atau remote operation.
19
Untuk menghindari efek pencemaran lingkungan dengan sebab tetesan gas
cair yang keluar dari setiap penyambungan pipa atau saluran sambung lainnya
yang gagal, maka pada setiap sumur produksi dilengkapi Dengan bak penampung
cairan yang terkontaminasi atau disebut dengan Well Cellar. Bak ini akan
dikosongkan secara terjadwal apabila permukaan cairan yang terkumpul dalam
bak tersebut sudah mencapai permukaan yang tidak dapat ditolerirkan lagi. Cairan
ini diangkut dengan mobil pengangkut cairan kotor ke tempat penjernihan air
limbah atau disebut dengan Water Treatment Plant.
Apabila ada hal keadaan darurat, maka sumur -sumur produksi yang ada di
Cluster-IV dapat ditutup secara automatic dengan menggunakan fasilitas remote
kontrol atau penutupan sumur - sumur dalam kedaan darurat yang disebut dengan
Emergency Shut Down (ESD) system. Tombol Emergency Shut Down system
dipasang di ruang monitor Cluster-IV untuk menutupkan sumur-sumur produksi
di Cluster-IV dan juga satu buah tombol Emergency Shut Down system dipasang
di lokasi South Lhoksukon Cluster-D untuk menutup sumur-sumur produksi yang
ada di South Lhoksukon Cluster-D. Tombol Emergency Shut Down sytem yang
dipasang di lokasi Cluster-IV dioperasikan oleh petugas yang mengawasi Cluster-
IV hanya apabila diperlukan dan pengoperasiannya harus atas instruksi dari
operator yang memonitor operasi di ruang kontrol Cluster-IV.
20
Tombol-tombol Emergency Shut Down system tersebut akan bekerja secara
automatic apabila hal – hal seperti yang tersebut dibawah ini terpenuhi, yaitu :
Katup utama
Hidrolic supply line
Selenoid
Electric power supply
valve
Gas basah dari semua sumur-sumur produksi, baik yang dari Cluster-IV
maupun yang dari Cluster-cluster lain dikumpulkan kedalam satu pipa penampung
21
induk masukan gas basah yang disebut dengan Inlet Wellstream Cooler Header.
Fasilitas proses di Cluster-IV dibagi kepada dua jalur aliran atau disebut dengan
Train yaitu proses train-1 dan proses train-2. Pembagian ini dimulai semenjak gas
basah memasuki Inlet Wellstream Cooler Header. Ukuran pipa Gas Inlet
wellstream Cooler header masing-masing adalah 16 inci dan panjang
keseluruhannya 50 meters. Gas basah yang terkumpul dalam pipa ini kemudian
secara berkesinambungan dialirkan ke fasiltas pendinginan gas basah yang disebut
dengan Wellstream Cooler Train-1 dan Wellstream Cooler train-2. Gas basah
yang keluar dari fasilitas pendinginan kemudian dialirkan ke dalam fasilatas unit
pemisahan gas, minyak kondensat dan air. Fasilitas pemisahan ini disebut dengan
Gas Condensate and Water Separators.
Proses kerja pendinginan gas basah adalah, gas basah yang terkumpul di
dalam Inlet Wellstream Header di masing- masing train dialirkan melalui pipa
Inlet Riser yang berukuran 6 inci ke dalam Cooler Tube di masing- masing train
secara berkesinambungan. Gas yang masuk ke Cooler Tube yang berukuran 1-1/4
inci didinginkan dengan menggunakan kipas pendingin Cooler Fan yang
22
berukuran diameter 4 meter untuk menurunkan suhu gas basah tersebut dari suhu
rata- rata 235F ke suhu rata-rata 110F. Penurunan suhu gas ini selain dengan
menggunakan kipas pendinginan cooler fan juga dibantu oleh teknologi sudu -
sudu pendinginan yang disebut dengan Fin – Fan Cooler yaitu sudu – sudu dari
bahan alumunium yang di lilitkan pada semua pipa pendingin atau Cooler Tube
untuk memperluas area permukaan pendinginan sampai dengan 1900 kali lipat
ukuran pipa polos, sehingga suhu panas gas basah yang ada dalam pipa
pendinginan atau Cooler Tube bisa menerima lebih banyak proses pendingnan
dibandingkan dengan menggunakan pipa polos yang tidak dililitkan dengan sudu -
sudu pendingin atau Fin – Fan Cooler. Gas yang telah mencapai suhu yang
diinginkan yaitu rata- rata 110F kemudian dialirkan keluar melalui pipa penyalur
keluar yang berukuran 6 inci dari masing-masing train untuk selanjutnya
dikumpulkan dalam pipa pengumpul keluaran atau disebut dengan Outlet
Wellstream Header dari masing – masing train menuju fasilitas pemisahan atau
separation unit.
Gas yang berada pada suhu rata – rata 110F akan lebih mudah untuk
dilakukan proses pemisahannya dari kondisi gas basah menjadi kondisi gas kering
dalam arti tidak mengandung air dan minyak kondensat. Untuk
menjaga agar suhu gas basah yang keluar dari ruang pendinginan tetap
stabil, maka dipasanglah kisi – kisi pengontrolan laju udara dari kipas
pendinginan yang sebut dengan Louvers.
23
pada suhu udara luar atau suhu yang diharapkan. Pada kondisi udara sangat panas
semua Louvers harus dibuka melebar untuk memberikan peluang yang lebih
leluasa bagi udara yang melewati pipa pendinginan sehingga lebih banyak panas
dari pipa pendinginan tersebut yang bisa dihembuskan keluar oleh udara yang
melewatinya.
Gas yang keluar dari sistem pendinginan gas basah dari masing – masing
train memasuki unit pemisahan gas atau disebut juga dengan Three Phase
Separator (D-416), untuk kemudian dengan menggunakan fasilitas pemisahan gas
basah dan cairan, gas tersebut dipisahkan menjadi tiga klasifikasi pokok yaitu gas
kering (Dry Gas), minyak kondensat (Condensate) dan air ikutan produksi
(Produced Water). Proses pemisahan ini mengacu pada sistem pemisahan secara
grafitasi yaitu cairan yang massa jenisnya lebih berat seperti air akan turun ke
lapisan separator yang paling bawah sedangkan yang massa jenisnya lebih ringan
seperti minyak kondensat akan terapung di separator bagian tengah dan gas yang
massa jenisnya lebih ringan diantara air dan minyak kondensat akan naik dengan
sendirinya ke permukaan separator yang paling atas dan dengan mudah dialirkan
ke fasilitas proses selanjutnya.
24
Gambar 3.5 Tipikal Produksi Separator Cluster-I
Gas kering yang keluar dari unit pemisahan dan telah terpisah dari cairan
atau liquidasi lainnya dari masing – masing train belum sempurna kering dan suhu
nya perlu di turunkan dahulu tanpa menurunkan tekanannya, sebelum memasuki
fasilitas pendingin gas atau disebut dengan Propane Refrigeration System dari
masing-masing train yang terdiri dari beberapa fasilitas yaitu, Scrubber (D-4504
dan D-4505), Booster Compresor (K-4504 dan K-4505), Condenser (E-4504 dan
E-4505), Accumulator (D-4507), Propane Chiller (E-4501 dan E-4502), dan
Scrubber (D-4504).
Gas yang keluar dari unit pemisahan atau separation unit dari masing-
masing train tersebut dialirkan ke Low Pressure Dehidration Unit (E-218) untuk
penurunan tekanan setelah penerapan pada Production Separator. Kemudian gas
25
kering yang telah tersaring impuritis tersebut dialirkan ke unit High Presurre
Dehidration Unit, kemudian di alirkan ke propane Refrigeration atau unit
pertemuan awal antara gas kering dengan Propana. Gas masuk kedalam Propane
Chiller dimana terjadi kontak antara propane dan Gas yang terjadi diantara Tube
and Shell. Uap air yang ada setelah proses pendinginan karena gas terjadi
kondensasi dialirkan melalui pipa menuju Booster Kompresor guna menaikkan
tekanannya kembali.
26
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.2 Tujuan
27
4.4.1 Metodelogi Pengumpulan Data
Fungsi jockey pump dapat beroprasi secara manual ataupun otomatis yang
diatur pada Panel Kontrol. Jika pada toggle/selector switch di control panel
diposisikan pada manual maka untuk mengoprasikan kita tekan tombol on dan
untuk mematikan tekan tombol off. Jika Toggle/selector switch diposisikan pada
auto maka sepenuhnya jockey pump bekerja secara otomatis dan dikendalikan
menggunakan pressure switch. Pressure switch biasanya di setting antara 6 s/d 8
28
bar atau 8 s/d 10 bar. Pada tekanan minimum maka jockey pump akan beroperasi
dan pada tekanan maksimal jockey pump akan berhenti.
29
Berfungsi sebagai dudukan dan
pelindung bearing.
Bearing
5
Housing
6 Bearing
8 Adjuster
30
Sebagai penahan keluarnya
liquid dari dalam pompa.
Gland
9
Packing
10 Bushing
13 House
Bearing
31
4.9 Proses Perawatan Jockey Pump
Cara merawat Jockey Pump supaya awet, tahan lama dan terus bekerja
optimal memerlukan perlakuan yang tepat mulai dari teknik pemasangan sesuai
prosedur hingga penanganan yang benar selama penggunaannnya dan diperlukan
pemeriksaan secara berkala (PMJS).
Berdasarkan jenis pompa, masing – masing memiliki perbedaan teknis
dalam upaya merawat pompa mulai dari penempatan unit pompa agar
mempermudah perawatan berkala, hingga penanganan yang cepat ketika terjadi
masalah darurat seperti penggatian alat (Spare Part) sampai yang paling fatal
yaitu penggantian unit pompa.
32
4.8.3 Proses perawatan pada Jockey Pump
Dalam proses perawatan Jockey Pump ada beberapa proses yaitu ;
1. Periksa gland packing jangan terlalu besar atau terlalu kecil clearance –
nya.
2. Periksa kerusakan bearing (melalui vibration test).
3. Periksa oil Sight Glass (level oil jangan berkurang).
4. Periksa baut – baut dan pastikan tidak ada yang longgar.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
36