DI
PT. PERTAMINA EP
Oleh :
Disusun Oleh :
1. Diki Handika Edi No. Pokok : 4317210011
2. Dimas Permana No. Pokok : 4317210013
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator KKL Pembimbing KKL
Prodi Teknik Mesin S-1 Prodi Teknik Mesin S-1
i
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
DI
PT. PERTAMINA EP
Disusun Oleh:
Dengan ini telah diujikan pada sidang Kerja Praktek Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Pancasila pada :
Hari / Tanggal : Selasa, 19 Januari 2021
Tempat : Zoom Meeting
Selanjutnya Kerja Praktek ini telah direvisi dan disetujui oleh :
No. Nama Status Tanda Tangan Tanggal
Menyetujui
Dosen Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini tepat pada waktunya. Serta
tiada henti kami ucapkan salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW teladan bagi seluruh umat manusia.
Kerja praktek ini dilakukan dia area PT. Pertamina EP Asset 3, Jalan Patra
Raya 1 Klayan, Cirebon, Jawa Barat. sesuai dengan kebijakan protocol covid 19
Perusahaan, kegiatan Kerja Praktek ini dilakukan secara online, cukup disayangkan
memang karena penulis tidak terjun langsung ke lapangan stasiun pengumpul PT.
Pertamina EP Asset 3, namun kegiatan Kerja Praktek online ini dilakukan penulis
sebaik mungkin untuk memperoleh pengalaman dan ilmu yang bermanfaat
khususnya di industri migas. Semoga Pandemi Covid 19 di Indonesia ini cepat
berakhir agar kita dapat melakukan kegiatan seperti biasa kembali.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan laporan kerja praktek ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung, antara lain :
1. Kepada Allah SWT atas semua nikmat dan karunia-Nya.
2. Orang tua kami yang senantiasa mendoakan serta senantiasa memberi
dukungan moral maupun materi.
3. Bapak Muhammad Ichsan, Asset 3 Training & Development Analyst PT
Pertamina EP Asset 3.
4. Bapak Franido Prihandoto, Surface facilities Plan & Eval Analyst, Selaku
Pembimbing Lapangan Di PT. Pertamina EP Asset 3.
5. Ir. Hasan Hariri, MT., Selaku Pembimbing Kerja Praktek Pada Program
Studi.
6. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Mesin Universitas Pancasila.
iv
v
Penulis menyadari bahwa dalam laporan kerja praktek ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf apabila ada kekurangan dan
semoga laporan ini dapat bermanfaat memberikan masukan yang berarti bagi kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
vi
vii
Gambar 2.1 Alur Produksi Minyak dan Gas PT. Pertamina EP ........................... 5
Gambar 2.2 Diagram Alur Mendesain Dinding Pipa ............................................ 9
Gambar 2.3 Sketsa Orbit Partikel gelombang ....................................................... 14
Gambar 2.4 Diagram validitas .............................................................................. 15
Gambar 3.1 Transformasi Logo PT. Pertamina (Persero)..................................... 22
Gambar 3.2 Wilayah Kerja PT. Pertamina EP Asset 3 ......................................... 26
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Pertamina EP Asset 3 ........................................ 26
Gambar 3.4 Fase HSSE menurut Shell Int. BV .................................................... 27
Gambar 4.1 X-Ray Platform ................................................................................. 30
Gambar 4.2 Field Block Diagram Offshore Facility Lapangan X-Ray Field
Jatibarang ......................................................................................... 32
Gambar 4.3 Histori Kebocoran Subsea Pipeline (Main Oil Line) XAP ke MGS
Balongan .......................................................................................... 33
Gambar 4.4 Kondisi Visual Titik Kebocoran dan Clamping Subsea Pipeline/MOL
XAP – Balongan .............................................................................. 33
Gambar 4.5 Jalur Pipa XAP-MGS Balongan........................................................ 37
Gambar 4.6 Tampilan Awal PipeSim ................................................................... 38
Gambar 4.7 Desain Pipeline PipeSim ................................................................... 38
Gambar 4.8 Input Source ...................................................................................... 39
Gambar 4.9 Input Flowline ................................................................................... 39
Gambar 4.10 Black Oil Properties ........................................................................ 40
Gambar 4.11 Viscosity Data ................................................................................. 40
Gambar 4.12 Pressure/Temperature Profiles ........................................................ 41
Gambar 4.13 Moddy Diagram .............................................................................. 41
Gambar 4.14 Output Summry ............................................................................... 42
Gambar 4.15 Velocity in liquid lines .................................................................... 43
Gambar 4.16 presure drop in liquid lines .............................................................. 44
Gambar 4.17 Potongan Melintang Pipa ................................................................ 47
Gambar 4.17 Spoolable Pipe yang ada dipasaran ................................................. 48
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dilakukan simulasi. Pemasangan pipa dari sumur hingga unit pemisah merupakan
pipa yang sangat penting untuk dilakukan evaluasi dikarenakan pada pipa tersebut
masih terdapat dua fasa dalam satu fluida dengan tekanan pada sumur dan unit
pemisah yang berbeda.
Dengan mempertimbangkan bahwa suatu jaringan pipa merupakan
konstruksi yang rumit dan mahal maka desain jaringan pipa haruslah dipersiapkan
secara tepat dan akurat oleh para perancang konstruksi lepas pantai. Hal ini
penting agar jaringan pipa dapat diinstalasikan dengan baik, dan kemudian
dapat beroperasi dan memberikan keuntungan. Untuk mendesain jaringan
pipa bawah laut diperlukan banyak data-data seperti evaluasi kondisi
gelombang, arus, dan dasar laut sepanjang jalur pipa. Evaluasi ini diperlukan
agar pipa mampu untuk menahan pembebanan gaya-gaya secara statik dan
dinamik, dan dapat bertahan selama masa operasinya. Selain itu juga, selama masa
instalasi dan masa operasi jaringan pipa harus aman dari semua gaya-gaya
lingkungan yang dapat mengakibatkan kegagalan struktur, terutama akibat
tekanan, buckling dan fatigue.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, Batasan masalah, tempat pelaksanaan, waktu pelaksanaan, dan
sistematika penulisan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh selama kuliah kerja praktek
lapangan (KKL) di PT. Pertamina EP Aseet 3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fluida mengalir dari sumur-sumur produksi dengan kecepatan tinggi dan sifat
alirannya turbulen. Fluida di dalam reservoir mengalir dengan kondisi suhu dan
tekanan tinggi, menuju ke lubang-lubang perforasi pada pipa casing di bawah
sumur dan terus mengalir naik melalui pipa tubing produksi menuju kepala sumur
di permukaan. Pada sumur yang tekanan reservoirnya masih tinggi, biasanya pada
kepala sumur dipasang choke yang berfungsi untuk membatasi laju alirnya. Fluida
kemudian mengalir melalui pipa alir (flowline) menuju ke stasiun pengumpul.
Sewaktu pengaliran, dimulai dari reservoir sampai ke stasiun pengumpul, tekanan
dan suhu fluida yang diproduksi akan mengalami penurunan secara perlahan-lahan
(gradually) sampai ke tekanan yang diperlukan di stasiun pengumpul. Bila
diperlukan, sebelum masuk ke sistem di stasiun, tekanan alirnya diturunkan dengan
cara menggunakan valve pengontrol tekanan (pressure control valve). Selanjutnya
fluida yang mengalir melalui flowline di stasiun pengumpul akan dialirkan menuju
separator produksi (production separator). Terdapat 11 jenis peralatan yang
terdapat di stasiun pengumpul, yaitu flowline, manifold header, separator,
5
6
dehydrator, chemical injection, gas boot, storage tank, PD meter, shipping pump
dan recycle pump.
yang biasa disebut production lateral, dan juga dihubungkan dengan test
line. Hal ini bertujuan untuk menghindari penggunaan individual flowlines
yang sangat Panjang sehingga bias menyebabkan pressure drop yang besar.
2.4 Separator
Secara umum, separator berfungsi untuk memisahkan fluida produksi menjadi
dua atau tigaa fasa. Separator diklasifikasikan berdasarkan bentuk, tekanan kerja
dan fasa pemisahan.
• Berdasarkan bentuknya, separator dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Separator Horizontal
Separator jenis ini biasanya digunakkan untuk fluida yang memiliki GOR
yang tinggi dan membutuhkan waktu tinggal yang agak lama dalam
pemisahan. Separator horizontal dapat menampung kapasitas yang lebih
besar, karena memiliki luas bidang kontak antara gas-cairan pada bagian
pemisah gas lebih lebar dan panjang.
2. Separator Vertikal
Separator jenis ini biasanya digunakan untuk fluida yang memiliki GOR
yang rendah dan tekanan yang agak rendah. Separator ini cocok untuk
fluida yang mengandung pasir atau lumpur.
3. Separator Spherical
Separator jenis ini umumnya digunakan di lapangan minyak yang kecil atau
digunakan sebagai test unit karena kapasitasnya terbatas serta memiliki
ruangan permukaan yang terbatas.
2. Production separator, untuk memisahkan gas, minyak dan air dalam sumur
produksi.
Desain pipa bawah laut yang diperlukan beberapa tahapan dan kriteria yang
harus dipenuhi. Tahapan atau mendesain ketebalan pipa dapat dilihat dalam gambar
2.1. Secara garis besar desain pipa pada gambar 2.2 dapat dikelompok menjadi 6
tahapan, yaitu:
a. Pengumpulan Data
Data merupakan dasar dalam melakukan analisis. Sebuah analisa dikatakan
tepat jika data yang digunakan akurat dan lengkap. Data yang disiapkan dalam
mendesain pipa adalah data material pipa dan data lingkungan pada daerah pipa
beroperasi. Data material pipa berfungsi untuk mengetahui jenis pipa dan
kekuatan pipa yang digunakan. Data lingkungan berfungsi untuk mengetahui
gaya lingkungan yang bekerja pada pipa dan reaksi pipa akibat gaya
lingkungan yang bekerja.
b. Analisa Lingkungan
Analisa lingkungan sangat penting, digunakan untuk menentukan
karakteristik dari lingkungan tempat pipa digelar. Analisa lingkungan meliputi
pengolahan data gelombang dan data arus dan menentukan karakteristik
permukaan dasar. Analisa lingkungan menghasilkan kecepatan dan percepatan
gelombang, kecepatan dan percepatan arus, teori gelombang dan jenis tanah
tempat pipa digelar.
memenuhi kriteria tegangan pipa dan propagation buckling pada ASME B31.4
dan B31.8, dilakukan perhitungan tebal pipa ulang pipa. Perhitungan ulang
tebal pipa dilakukan dengan menggunakan nilai minimum pada kriteria.
Ketebalan minimum pipa yang memenuhi analisa tegangan pipa, Propagation
Buckling ditambah dengan fabrication allowance dan corrosion allowancde.
Kemudian hasil ketebalan yang digunakan dilakukan validasi material pipa
yang merujuk schedule API 5L.
f. Kesimpulan
Memberikan kesimpulan mengenai desain pipa yang dapat menahan gaya
lingkungan, ekonomis dan dapat mengalirkan fluida sesuai yang direncanakan.
gelombang (L) adalah jarak horizontal antara dua puncak atau dua lembah yang
berurutan (satuan meter). Tinggi gelombang (H) adalah jarak vertikal antara puncak
gelombang dan lembah gelombang (satuan meter). Cepat rambat gelombang (C)
adalah kecepatan tempuh perjalanan suatu gelombang, yang dapat diperoleh dengan
pembagian panjang gelombang (L) dengan periode gelombang (T).
Gelombang yang bergerak pada permukaan air akan memberikan
percepatan pada partikel air yang dilaluinya. Partikel air yang bergerak memiliki
bentuk orbit. Selama penjalaran gelombang dari laut dalam menuju laut dangkal,
orbit partikel akan mengalami perubahan bentuk seperti pada gambar 2.2. orbit
perpindahan partikel berbentuk lingkaran pada seluruh kedalaman pada laut dalam,
sedangkan pada laut transisi dan laut dangkal orbit perpindahan akan mengalami
perubahan bentuk menjadi elip. Semakin dangkal kedalaman perairan bentuk orbit
perpindahan partikel akan semakin pipih dan pada dasar laut pergerakan orbit
berbentuk horizontal.
Data gelombang yang didapatkan dari pengamatan merupakan data acak,
sehingga perlu dilakukan analisa statistik. Analisa statistik dilakukan untuk
mendapatkan pendekatan gelombang signifikan (Hs), periode puncak gelombang
(Tp). Pada analisa selanjutnya, gelombang signifikan dan periode puncak
gelombang digunakan untuk melakukan pendekatan teori gelombang yang
digunakan.
Teori gelombang yang digunakan dalam perencanaan desain pipa bawah laut dapat
dihitung dengan matematis, dengan menggunkan persamaan 𝐻/𝑔𝑇 2 𝑑𝑎𝑛 𝑑/𝑔𝑇 2
… … … … … … … … … … … . (2.1)
Dengan: H = tinggi gelombang (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2 )
d = Kedalaman Perairan (m)
T = periode gelombang (s)
Setelah mendapatkan harga pada persamaan, kemudian disesuaikan dengan
diagram of validity seperti pada gambar 2.3 sehingga dapat diketahui teori
gelombang yang digunakan.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam. Faktor internal arus laut
seperti perbedaan densitas, gradient tekanan mendatar, dan gesekan lapisan air
laut.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar. Faktor eksternal arus laut
berasal dari gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi tahanan gaya dasar
laut, perbedaan tekanan udara, gaya tektonik, gaya gravitasi dan angin. Dalam
mendesain pipa bawah, kecepatan arus yang digunakan adalah arus yang diukur
pada ketinggian 1 meter diatas permukaan laut. Untuk menghitung kecepatan
horizontal partikel air (arus) digunakan hukum pangkat 1/7, seperti yang
dinyatakan pada mouselli (1981).
dan in situ. Kedua metode harus dilakukan, karena kedua metode tersebut saling
melengkapi. Data-data yang dihasilkan dari dua metode analisa adalah:
a) Void ratio
b) Submerged unit weight
c) Indeks plastisitas
d) Kondisi tegangan dan regangan in situ
e) Tegangan geser
f) Settlement tanah
Dalam suatu proyek pembangunan jaringan pipa, data-data harus diperoleh dari
survei di lapangan. Untuk melakukan penyederhanaan atau aproksimasi
terhadap data yang kurang lengkap, DNV-RP-F105 menyarankan nilai-nilai
parameter tanah seperti dijelaskan oleh Tabel 2.1.
yang dimasukkan kedalam zat cair akan mengalami penekanan dari segala arah.
Faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatik adalah percepatan gravitasi, massa
jenis cairan dan kedalaman zat cair. Dikarenakan tekanan hidrostatis tergantung
pada kedalaman zat cair, semakin dalam kedalaman zat cair maka semakin besar
tekanan hidrostatis. Tekanan hidrostatis dapat dihitung dengan persamaan 2.3.
𝑃 = 𝜌𝑔ℎ … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.3)
Dengan:
P = tekanan hidrostatis (Pa/ N/m2)
ρ = massa zat jenis cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
h = kedalaman zat cair (m)
2.9 Korosi
Korosi atau perkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan-bahan logam.
Pada dasarnya, korosi merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam
yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Dalam kehidupan
sehari-hari, korosi dapat dijumpai pada bangunan dan peralatan yang menggunakan
komponen logam seperti: seng, tembaga, besi baja dan sebagainya. Korosi dibagi
menjadi beberapa jenis, antara lain:
• Korosi Atmosferik
Korosi jenis terjadi pada kondisi atmospherik, dimana terjadi kontak
langsung dengan udara luar yang mengandung O2.
• Korosi Basah
Merupakan korosi yang terjadi pada fluida cair sebagai media perpindahan
ion.
• Korosi Kering
Korosi jenis ini terjadi tanpa adanya keberadaan fluida cair. Reaksi
elektrokimia yang terjadi adalah dengan efek difusi.
• Korosi Temperatur Tinggi
Korosi ini terjadi pada temperatur 500⁰C dengan mekanisme difusi seperti
korosi kering. Contohnya adalah: oksidasi, sulfidasi.
19
22
23
Enhanced Oil Recovery (JOOB EOR). Pertamina EP saat ini memproduksi sekitar
100.000 barrel oil per day (BPOD) dan sekitar 1.016 million standar cubic feer per
day (MMSCFD). Wilayah Kerja seluas 113,613.90 kilometer 4 persegi yang
merupakan limpahan dari PT Pertamina (Persero). Seluruh wilayah kerja
dioperasikan sendiri maupun kerja sama dalam bentuk kemitraan yang terdiri, 4
proyek pengembangan migas, 7 area unitisasi dan 39 area kontrak kerjasama
kemitraan, 24 kontrak TAC dan 15 kontrak Kerja Sama Operasi (KSO). Wilayah
Kerja Pertamina EP terbagi dalam lima asset, kelima asset terbagi kedalam 20 Field:
• Asset 1: Rantau Field, Pangkalan Susu Field, Lirik Field, Jambi Field dan
Ramba Field
• Asset 2: Prabumulih Field, Pendopo Field, Limau Field dan Adera Field
• Asset 3: Subang Field, Jatibaring Field dan Tambun Field
• Asset 4: Cepu Field dan Poleng Field, dan Papua Field
• Asset 5: Sangatta Field, Bunyu Field, Tanjung Field, Sangasangan Field,
dan Tarakan Field.
2. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya
sadar biaya dan menghargai kinerja.
3. Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi
pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan
bangsa.
4. Customer Focused (Fokus pada Pelanggan)
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen
untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial,
mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang
sehat.
6. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan
memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen
dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
Induction merupakan hal utama dan pertama yang harus dikenalkan dan
dipahami bagi siapapun yang akan melaksanakan studi, kunjungan maupun kerja di
Pertamina EP. Induksi atau Induction dikenalkan dan dijelaskan oleh Health Safety
& Security Environment (HSSE) dalam bentuk formulir yang mencakup beberapa
aspek yang harus dipahami sebelum melakukan kegiatan lebih lanjut di Pertamina
EP.
• Fase HSSE
Menurut Shell Int. BV terdapat 4 fase dalam HSSE hingga saat ini berdasarkan
risiko kecelakaan terhadap waktu.
100
Fase HSSE menurut Shell Int. BV
1
Jumlah insiden
75
50 2
25 3
4
0
0 1 2 3 4 5
Time
➢ Fase 1 – Primitif
Hanya berdasarkan keputusan/undang-undang/titah dan juga pada fase ini
risiko kecelakaan atau jumlah insidennya sangat tinggi.
➢ Fase 2 – Engineering
Semakin berkembangnya zaman orang-orang berpikir untuk mengurangi
jumlah kecelakaan yaitu secara teknis seperti penggunaan wearpack,
safety shoes, safety helm, dll.
➢ Fase 3 – Management System
Fase ini masih ada celah akan tetapi sudah lebih berkurang jumlah
kecelakaannya. Contoh dari Fase Management System ini yaitu API, ISO,
ANSI, dll. Masih terjadinya kecelakaan pada fase ini karena naluriah
manusia yang memiliki keinginan untuk bebas.
➢ Fase 4 – Behaviour
Pada fase yang terakhir ini jumlah kecelakaan sudah sangat kecil atau
hamper tidak ada. Pada fase ini lebih menitikberatkan pada kebiasaan,
budaya, dan perilaku. Contoh seperti meeting dan jam kerja on time
apabila melanggar akan ada sanksi.
• Golden Rule
➢ Patuh
Patuh terhadap aturan yang ada. (ISO 9000 ; apa yang kita tulis kita
lakukan dan apa yang kita lakukan kita tulis.)
➢ Intervensi
Bila melihat sesuatu kesalahan tidak membiarkan kesalahan tersebut.
Contoh apabila kita melihat kesalahan atau ada prosedur yang terlewati
jangan diam atau membiarkan hal itu terjadi akan tetapi mengingatkan dan
memastikan bahwa prosedur yang dilakukan sudah sesuai.
➢ Peduli
Lebih pada kemanusiaan.
29
X-Ray pertama kali dioperasikan oleh ARCO pada tahun 1976. Hal ini
merupakan lanjutan dari sejarah ekspansi produksi minyak dan gas bumi yang
dimulai dari dibangunnya anjungan lepas pantai Cinta, di sekitar kepulaun Seribu,
di laut jawa pada tahun 1971. Kemudian jumlah berkembang pesat hingga saat ini
mencapai 458 anjungan Migas yang tersebar diseluruh perairan dalam Zona
Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen Republik Indonesia, seperti di laut jawa,
Perairan Kalimantan Timur, Perairan Timur Laut Sumatera dan Natuna. Sekitar
seperempatnya (170an anjungan) telah relatif tua karena telah berumur lebih dari
20 tahun, termasuk X-Ray, dan 21 anjungan sudah tidak beroperasi atau pasca
produksi. (Pusat Riset Teknologi Kelautan, Departemen Kelautan dan Perikanan
RI).
Saat ini pasokan produksi minyak dari X Ray dikirim melalui MOL (Main
Oil Line) bawah laut sepanjang sekitar 28 Km menuju kilang balongan tiap hari
dengan volume sekitar 20.000 barel per hari, di mana rata-rata kandungan minyak
sekitar 6,5% dan air sebesar 93,5%. Minyak mentah yang dihasilkan berkualitas
relatif lebih baik dibandingkan dengan minyak mentah yang dihasilkan dari
30
31
mencakup 750 km2 yang terdiri dari 8 formasi dan saat ini yang sedang
diproduksikan adalah formasi Baturaja.
Gambar 4.2 Field Block Diagram Offshore Facility Lapangan X-Ray Field
Jatibarang
Gambar 4.3 Histori Kebocoran Subsea Pipeline (Main Oil Line) XAP ke MGS
Balongan.
Gambar 4.4 Kondisi Visual titik Kebocoran dan Clamping Subsea Pipeline MOL
XAP – Balongan
34
metode clamp sifatnya temporary dan titik kebocoran masih terus bertambah
seiring operasional pengiriman minyak dari XAP ke MGS Balongan. Untuk itu
perlu adanya penyisipan/penggantian sebagian pipa yang dianggap mengalami
kerusakan terparah.
Kemudin masuk ke menu setup dan pilih, black oil, masukan data
yang ada.
Untuk liquid ratenya adalah 21.000 barel liquid per day, kemudian
karena kita akan mencari diameter pipa yang sesuai dengan
kebutuhan dan data yang ada maka value nya kita variasikan dengan
pipa 1,2,4,6,8,10,dan 12 inchi.
Kemudian akan dipereloh data sebagai berikut :
Spec. 5L edisi sebelumnya (ed. ke-41, 1995), tidak ada penggolongan pipa
menurut Level Spesifikasi Produk; pipa hanya digolongkan menurut grade-
nya. Pada API Spec. 5L ed. Ke-42 selain digolongkan menurut grade-nya,
pipa juga digolongkan menurut Level Spesifikasi Produk-nya.
Ada dua tingkat spesifikasi produk; API 5L X52 PSL2 dan API 5L X52
PSL1. Level 2 memiliki sifat mekanik yang lebih baik dan komposisi kimia
yang sedikit berbeda tetapi kedua pipa digunakan untuk jaringan pipa
transportasi minyak, air dan gas. Pipa Seamless API 5L Grade X52 adalah
spesifikasi pipa berkekuatan hasil tinggi yang ditujukan untuk aplikasi suhu
dan tekanan tinggi.
PSL 1 dan PSL2 mempunyai persyaratan teknik yang berbeda dalam hal:
– Carbon Equivalent
– Notch toughness
– Batas luluh (yield strength) maksimum
– Kuat tarik (tensile strength) maksimum
Berikut adalah tabel komposisi kimia dan mechanical properties pipa baja
karbon API 5L Grade X52:
Pipa yang menggunakan carbon steel harus dilapisi lagi dengan kimia anti
korosi dan juga beton jika akan digunakan untuk jalur pipa bawah laut
(Subsea).
Selimut anti korosi adalah bahan kimia anti korosi seperti FBE (Fusion
Bonded Epoxy) yang menyelimuti pipa, adhesive dan polypropelene.
Dan juga selimut terluar ada beton cor atau concrete.
Fungsi selimut beton ini selain untuk pemberat juga untuk melindungi pipa
dari benturan atau pun gesekan diluar pipa yang menyebabkan pipa rusak.
48
4.5 Analisa
Tantangan korosi merupakan masalah utama dalam industri. Di samping
kebakaran, korosi pipa merupakan ancaman paling serius dan kerugian moneter
untuk setiap operasi.
berikut adalah Tabel analisa perbandingan pipa carbon steel dan spoolable pipe:
Tabel 4.8 Tabel perbandingan pipa carbon steel dan spoolable pipe
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari teori dan data yang telah disampaikan di bab bab
sebelumnya, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. PERTAMINA EP Asset 3 Cirebon merupakan perusahaan minyak hulu
yang melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi sebagai kegiatan
utamanya guna memenuhi bahan baku minyak dan gas bumi.
2. PT PERTAMINA EP ASSET 3 sangat menekankan keselamatan kerja
bagi semua pekerja baik yang di lapangan maupun di kantor Pertamina EP
ASSET 3 serta semua fasilitas yang digunakan oleh para pekerja. Oleh
karena itu di bentuk suatu divisi yaitu HSSE untuk mengatasi semua
masalah tersebut .
3. Main oil line XRAY – Balongan Gethering Station (BGS) sering terjadi
kebocoran, Termasuk Main Oil Line (MOL) 12” – BGS. Kebocoran Pipa
pertama kali terjadi pada 19 Desember 2019 dan berulang pada 15 Maret
2020.
4. Berdasarkan hasil CVI ROV diketahui bahwa sebagian besar titik
kebocoran berada pada dekat di sambungan las (weld joint) dengan ukuran
±10mm
5. Material pipa carbon steel API 5L Gr. X52 PSL-2 MO dapat diganti atau
disisipkan dengan material pipa baru yaitu spoolable pipe yang ada
dipasaran Soluforce Heavy H415 HT,Pressure 6527 psi, thempersture 225.
6. Spoolable pipe Tahan terhadap semua bahan kimia yang terlibat dengan
minyak dan gas, termasuk: H2S,CO2, Asam anorganik kuat seperti HCl
dan H2SO4, Bahan alkali yang kuat, termasuk larutan NaOH, KOH dan
NH2, Aditif anti korosi, dan Air laut.
7. Dengan spoolable pipe yang ada di offshore, main oil line dibawah laut
dengan temperatur yang lebih rendah akan meredam panas berlebih
dialiran pipanya.
51
52
8. tidak tahan terhadap suhu tinggi, suhu tinggi maksimal yang dapat ditahan
oleh spoolable pipe adalah 225 derajat Farenheit,
9. Dibangdingkan dengan pipa carbon steel, spoolable pipe lebih mudah
dalam instalasinya, lebih hemat waktu dan juga lebih murah.
5.2 Saran
1. Menggunakan Spoolable pipe sebagai Main oil line sebagai pengganti pipa
carbon steel API 5L X52 yang sering terjadi kebocoran,selain
perawatannya yang murah,spoolable pipe juga lebih cepat dalam
instalasinya dan hemat waktu serta hemat biaya.
Selain itu juga Spoolable Pipe tahan terhadap korosi dan abrasi.
2. Apabila menggunakan carbon steel maka harus dilakukan pigging secara
rutin dan aplikasi injeksi corrosion inhibitor untuk menghambat laju
korosi.
DAFTAR PUSTAKA
A.Hidayat Ir. 2004. Panduan Praktis (Sebagai Salah Satu Referensi) Perencanaan
Surface Facilities" (pipe Line Dan Fasilitas Produksi Migas).
Jakarta:PF/Jasa Teknik Hulu.
DNVGL-RP-F105 (2006) " FREE SPANNING PIPELINES " DNV GL, Høvik,
Greater Oslo , Norwegia.
x
xi
Trethewey, K.R., Chamberlain, J., 1991, Korosi untuk Mahasiswa Sains dan
Rekayasa, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
Brosur produk spoolable pipe yang ada dipasaran