Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat, karunia serta ridha-Nya, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah tentang Unjuk Rasa Ratusan Pegawai Pertamina. Makalah ini disusunn sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia. Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kemudian bermanfaat bagi kita. Akhirnya penyusun berharap makalah ini dapat berguna dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk kemajuan di masa masa mendatang.

Lampung, Januari 2009

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, manusia perlu bekerja agar mendapatkan upah untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak heran kalau masyarakat sangat memerlukan sebuah pekerjaan. Banyak mereka yang belum mendapatkan pekerjaan sangat giat untuk mencari pekerjaan. Demikian juga dengan mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan. Mereka berusaha agar dapat terus bekerja dan agar mereka tidak di PHK.

Pemberhentian adalah pemutusan hubungan kerja seseorang karyawan dengan suatu organisasi perusahaan. Dengan pemberhentian berarti berakhirnya keterikatan kerja karyawan terhadap perusahaan.Pemberhentian atau PHK adalah fungsi operatif terakhir manajemen sumber daya manusia. Fungsi pemberhentian harus mendapat perhatian yang serius dari manajer perusahaan karena telah diature oleh undang undang dan memberikan resiko yang bagi perusahaan maupun untuk karyawan bersangkutan. Apa saja sebab sebab terjadinya pemberhentian karyawan itu? Pada dasarnya tidak ada yang abadi di dunia ini , jika ada pengadaan akan ada pula pemberhentian. Pemberhentian terjadi karena undang-undang, perusahaan, dan karyawan bersangkutan. Pemberhentian terjadi karena perundang-undangan, artinya seorang karyawan terpaksa diberhentikan dari organisasi perusahaan karena terlibat organisasi terlarang atau karyawan bersangkutan dihukum karena perbuatannya. Misalnya, karyawan itu terlibat

G-30-S/PKI atau melanggar hukum. Pemberhentian seperti ini bukan keinginan perusahaan atau keinginan karyawan, tetapi karyawan diberhentikan berdasarkan ketetapan undang-undang yang berlaku. Pemberhentian berdasarkan keinginan perusahaan karena karyawan itu menurut perusahaan tidak akan memberikan keuntungan lagi. Misalnya, karyawan kurang cakap, usia lanjut, dan melakukan tindakan yang merugikan. Pemberhentian atas keinginan karyawan terjadi karena karyawan tersebut kurang mendapatkan kepuasan kerja di perusahaan bersangkutan. Misalnya, balas jasanya rendah, perlakuan kurang baik, dan suasana lingkungan kurang baik.

1.2. Permasalahan Bagi sebagian karyawan, istilah PHK menjadi sebuah momok yang sangat menakutkan. Karena kalau mereka di PHK, maka mereka harus siap untuk mencari pekerjaan baru, dan itu mungkin akan sangat susah akhir-akhir ini. Apalagi mereka yang tidak mempunyai kemampuan yang lebih. Sehingga tidak heran kalau perusahaan melakukan PHK terhadap para karyawannya, maka mereka akan banyak melakukan unjuk rasa. Karyawan yang dilepas akan kehilangan pekerjaan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, ekonomis, dan kejiwaannya. Manajer dalam

melaksanakan pemberhentian harus memperhitungkan untung dan ruginya, apalagi kalau diingat bahwa saat karawan diterima adalah dengan cara baik baik, sudah selayaknya perusahaan melepas dengan cara yang baik pula.

BAB II PEMBAHASAN

UNJUK RASA RATUSAN PEGAWAI PERTAMINA

Tak terima diputuskan kerja secara sepihak, ratusan pegawai PT. Pertamina UP II Dumai menggelar unjuk rasa. Mereka menolak pemecatan tersebut. Sedikitnya 170 pekerja PT Pertamina UP II Dumai Sei Pakning yang tergabung dalam Serikat Pekerja Kilang Minyak Putri Tujuh (SP-KMPT) Dumai Rabu (10/8) menggelar aksi unjuk rasa di Gedung Kuning Pertamina UP II jalan Putri Tujuh Dumai. Unjuk rasa digelar sebagai bentuk protes keputusan sepihak Dirut Pertamina di Jakarta yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak. Para peserta unjuk rasa adalah pekerja Pertamina yang statusnya masih Pekerja Waktu Tertentu (PWT). Sebelum menggelar unjuk rasa massa berkumpul di tenda yang memang sudah disiapkan sebelumnya dihalaman kantor Gedung Utama. Di tenda tersebut terpampang spanduk berukuran cukup besar dengan bertuliskan 'Bapak Direksi Pertamina dimana hati nurani bapak, jangan tinggalkan kuda laut dari dadaku' kami menolak out Sourcing apapun yang akan terjadi''.' Sebelum diterima pihak Manajemen Pertamina, ratusan pekerja ini tampak duduk-duduk didalam tenda. Sekitar pukul 10.00 WIB, ratusan pekerja rata-rata pekerja pengamanan alias Security ini mulai membacakan zikir sambil menunggu pihak manajemen. Lebih kurang tujuh Jam menunggu, sekitar pukul 14.15 WIB barulah Manajemen Pertamina yang dihadiri langsung oleh GM Pertamina UP II Syamsirwan, bersama ketua SP-KMPT

Dumai Jofridal Johor mendatangi para pekerja yang sedang berunjuk rasa dihalaman kantor menggunakan tenda tersebut. Kedatangan GM bersama ketua SP-KMPT ini langsung disambut yel-yel ''Pekerja Waktu Tertentu (PWT) No, Pekerja Waktu Tak Tertentu (PWTT) Yes'' oleh ratusan pekerja. Setelah mendapat pengarahan dari Ketua SP-KMPT Jofridal Johor, selanjutnya utusan pekerja yang tergabung dalam SP-KMPT ini langsung menyampaikan orasi tertulisnya. Disebutkan, berdasarkan UU nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, Permenakertrans Nomor KEP.100/MEN/VI/2004 dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) periode 2004-2006 yang ditandatangani oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) dan Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FS-PPB), pekerja Waktu Tertentu (PWT) yang telah diperpanjang lebih dari satu kali diubah statusnya menjadi Pekerja Waktu Tak Tertentu (PWTT). Untuk

mengimplementasikan hal tersebut tambahnya, FSPPB sebagai wakil pekerja telah melakukan perundingan bersama tim perusahaan (Direktur Umum dan SDM) secara intensif dalam suasana kemitraan dengan memperhatikan aspek hukum, finansial, proses bisnis dan organisasi perusahaan sehingga menghasilkan suatu risalah Kesepakatan tentang penyelesaian masalah status PWT dan penataan kualifikasi dan kriteria pekerja. '' Namun sangat mengejutkan, ditengah-tengah para pekerja bahu-membahu bekerja keras mempertahankan stok nasional BBM, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) pada tanggal 1 Agustus 2005 secara sepihak mengesampingkan hasil kesepakatan tim perusahaan dan FSPPB bahkan mengumumkan PHK dengan SK Direksi No. Kpts.038/C00000/2005-S8 tanggal 26 Juli 2005'' ungkap perwakilan pekerja ini tegas. Untuk itu tegasnya, Keputusan secara sepihak Direktur Utama PT Pertamina kepada lebih kurang 4.000 PWT ini adalah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan

PKB 2004-2006 karena tidak dibicarakan dengan organisasi pekerja sebagaimana dimaksud UU nomor 13 tahun 2005 pasal 151, PKB 2004 -2006 pasal 80, dan surat edaran menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor SE- 907/MEN/PHIPPHI/X/2004 tentang pencegahan pemutusan Hubungan kerja massal.

'' Keputusan sepihak Direktur Utama PT Pertamina ini jelas menimbulkan keresahan/gejolak yang berpotensi terjadinya tindakan kontra-produktif meskipun sampai saat ini FSPPB/SP masih mampu meyakinkan para pekerja untuk tetap tenang dan bekerja seperti biasa, karena diyakini Pemerintah tidak akan lepas tangan atas permasalahan ini. Jadi, SP-KMPT Dumai mengharapkan Direktur Utama PT Pertamina menghormati kesepakatan perundingan yang telah dibuat dan menyesuaikan status PWT menjadi PWTT sesuai peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan'' tegasnya. SP-KMPT Dumai juga mengharapkan Menteri Negara BUMN dan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi RI, mengambil langkah- langkah kebijakan yang penting, sehingga situasi yang kurang kondusif tidak berkembang menjadi kontra-produktif diseluruh sentra operasi/produksi strategis PT Pertamina.Usai menyampaikan aspirasi dan menyampaikan deklarasi bersama, aspirasi pekerja Pertamina UP II Dumai Sei Pakning inipun disampaikan kepada GM Pertamina, untuk diteruskan ke Pusat. Sedangkan, ratusan buruh yang sempat unjuk rasa, Rabu sore itu juga langsung bubar dan melepaskan tenda sambil menunggu hasil perjuangan FSPPB di Jakarta.Dalam aksi tersebut massa juga mengusung keranda mayat bertuliskan. Keranda mayat tersebut sebagai bentuk protes atas sikap Dirut Pertamina yang dinilai karyawan bertindak semena-mena dengan memutuskan hubungan kerja secara sepihak

2.1. Pembahasan Melihat ilustrasi diatas, betapa memprihatinkannya nasib para karyawan yang akan di PHK. Mereka tetap berusaha agar tetap dapat bekerja. Dengan melakukan unjuk rasa mereka berharap keputusan yang telah dibuat oleh Dirut Pertamina dapat dirubah. Dirut Pertamina seharusnya tidak melakukan PHK secara sepihak, karena berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Permena kertrans Nomor KEP.100/MEN/VI/2004 dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) periode 2004-2006 yang ditandatangani oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) dan Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FS-PPB), pekerja Waktu Tertentu (PWT) yang telah diper panjang lebih dari satu kali diubah statusnya menjadi Pekerja Waktu Tak Tertentu (PWTT). Apabila Dirut Pertamina tetap akan melakukan PHK terhadap para karyawan, maka hendaknya berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang ada agar tidak menimbulkan masalah. Seyogyanya pemberhentian dilakukan dengan cara yang sebaikbaiknya, sebagaimana pada saat mereka diterima menjadi karyawan. Dengan demikian, tetap terjalin hubungan informal yang baik antara perusahaan dengan mantan karyawan. Hal diatas pada dasarnya menjadi keinginan kedua belah pihak. Akan tetapi, tidak dapat diingkari sering terjadi pemberhentian dengan pemecatan, karena konflik yang tidak dapat diatasi lagi. Pemecatan karyawan harus didasarkan kepada peraturan dan perundang-undangan karena setiap karyawan mendapat perlindungan hukum sesuai dengan statusnya. Proses pemecatan karyawan harus menurut prosedur sebagai berikut, 1. Musyawarah karyawan dengan pimpinan perusahaan.

2. Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan perusahaan. 3. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan, dan P4D. 4. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan, dan P4P 5. Pemutusan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri. Prosedur ini tidak perlu dilakukan semuanya, jika pada tahap tertentu telah dapat diselesaikan dengan baik. Tetapi jika tidak terselesaikan, penyelesaiannya hanya dengan keputusan pengadilan negeri.

2.2. Undang-Undang dan Konsep Pemberhentian Undang-undang telah mengatur tentang konsep pemberhentian serta kewajiban dan hak bagi perusahaan dan karyawan. Sehingga pihak manajemen tidak dapat semenamena terhadap para karyawannya. Aturan-aturan tersebut adalah sebagai berikut,

Pasal 42 Pengertian Umum 1. Perusahaan berusaha sedapat-dapatnya untuk mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja 2. Dalam keadaan yang memaksa sehingga terjadinya pemutusan hubungan kerja, Perusahaan akan bertindak dengan mengindahkan undang-undang yang berlaku tentang pemutusan hubungan kerja di perusahaan swasta. 3. Pemutusan Hubungan Kerja antara Perusahaan dengan karyawan dapat diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut : a. Karyawan tidak memenuhi syarat pada masa percobaan

b. Karyawan mengundurkan diri c. Berakhirnya kontrak kerja untuk waktu tertentu d. Masa sakit yang berkepanjangan e. Hukuman kurungan dan pelanggaran f. Pemberhentian karena lanjut usia g. Karyawan meninggal dunia h. Karyawan melakukan pelanggaran berat i. Pemberhentian Umum

Pasal 43 Karyawan tidak memenuhi syarat pada masa percobaan 1. Selama dalam masa percobaan yang lamanya tidak lebih dari tiga (3) bulan sejak penerimaan sebagai karyawan, Perusahaan sewaktu-waktu berhak untuk melakukan pemutusan hubungan kerja dengan karyawan, bila dianggap tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan perusahaan. 2. Pemutusan Hubungan Kerja atas dasar ini tidak disertai dengan pemberian imbalan/uang jasa ataupun pesangon.

Pasal 44 Karyawan mengundurkan diri 1. Karyawan yang atas kemauan sendiri ingin berhenti bekerja secara baik dari Perusahaan, harus mengajukan permohonan resmi secara tertulis selambat-

lambatnya satu (1) bulan sebelum tanggal pengunduran dirinya kepada pihak perusahaan. 2. Perusahaan tidak berkewajiban memberikan uang pesangon, namun apabila masa kerja telah memenuhi persyaratan untuk menerima penghargaan dari perusahaan, maka perusahaan dapat mempertimbangkan untuk memberikan uang pisah sesuai masa kerja dan penggantian hak. Besarnya uang pisah bagi karyawan mengundurkan diri dan mangkir yang diskualifikasikan mengundurkan diri adalah sebagaimana tersebut pada pasal 52 Peraturan Perusahaan ini.

Pasal 45 Berakhirnya perjanjian kerja untuk waktu tertentu 1. Sesuai dengan syarat-syarat kerja yang dinyatakan dalam isi surat perjanjian untuk waktu tertentu, tanggal berakhirnya masa perjanjian kerja adalah tanggal berakhirnya hubungan kerja antara karyawan dan Perusahaan untuk periode tersebut. 2. Bilamana dianggap perlu, dengan persetujuan kedua belah pihak, perjanjian kerja dapat diperpanjang untuk satu periode. 3. Dengan berakhirnya perjanjian kerja, Perusahaan tidak berkewajiban untuk memberikan imbalan/pesangon di luar hal-hal yang tercantum dalam perjanjian. 4. Apabila perusahaan atau karyawan ternyata mengakhiri kesepakatan kerja waktu tertentu sebelum waktunya berakhir, maka pihak yang mengakhiri kesepakatan kerja tersebut diwajibkan membayar kepada pihak lainnya ganti rugi sebesar upah

10

karyawan sampai waktu selesainya perjanjian kerja, kecuali apabila putusnya hubungan kerja itu karena kesalahan berat atau alasan memaksa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003, atau kesalahan berat yang diatur dalam pasal 40 ayat 5 peraturan perusahan ini.

Pasal 46 Masa sakit yang berkepanjangan 1. Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja dengan karyawan yang menderita sakit terusmenerus selama 12 bulan, 2. Upah selama sakit diatur dalam pasal 13 Peraturan Perusahaan ini 3. Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja maka akan diberlakukan ketentuan sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 47 Hukuman Kurungan dan Pelanggaran Bila karyawan dijatuhi Hukuman Kurungan oleh Pengadilan karena melanggar hukum, maka perusahaan dapat mengambil tindakan berupa Pemutusan Hubungan Kerja.

Pasal 48 Pemberhentian Kerja Karena Lanjut Usia 1. Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja kepada karyawan yang telah mencapai usia pensiun normal yaitu lima puluh lima (55) tahun.

11

2. Dalam hal perusahaan masih membutuhkan tenaganya, maka karyawan tersebut dapat dipekerjakan lagi yang diatur dalam perjanjian kerja tersendiri. 3. Untuk pemberitahuan atas pemberhentian karyawan karena lanjut usia, akan dilakukan tiga (3) bulan sebelumnya. 4. Kepada karyawan yang terkena Pemutusan Hubugan Kerja yang berkenaan dengan ayat 1 pasal ini, maka perusahaan akan menyelesaikan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 49 Karyawan Meninggal Dunia 1. Dalam hal karyawan meninggal dunia maka hubungan kerjanya dengan perusahaan putus secara otomatis. 2. Karena meninggalnya karyawan, kepada ahli warisnya diberikan hak karyawan tersebut sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Pasal 50 Karyawan yang melakukan pelanggaran berat. Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja karena kesalahan karyawan yang melakukan pelanggaran berat yang diatur dalam peraturan perusahaan ini, yang tata cara pelaksanaannya sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Pasal 51 Pemberhentian Umum

12

1. Atas prakarsa Perusahaan dengan adanya program reorganisasi, rasionalisasi atau pengubahan sistem kerja yang mengakibatkan karyawan kehilangan pekerjaan, maka karyawan yang bersangkutan atas prakarsa perusahaan dapat diberhentikan dengan hormat dari perusahaan yang dilaksanakan sesuai prosedur undangundang yang berlaku. 2. Untuk pemberhentian umum ini pelaksanannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 52 Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Uang Penggantian Hak Besarnya uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan Uang Penggantian Hak sesuai dengan UndangUndang No. 13 Tahun 2003, ditetapkan sekurang-kurangnya sebagai berikut :

1. Uang Pesangon : a. masa kerja kurang dari 1 tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .......... 1 bulan upah b. masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun . . ........2 bulan upah c. masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun . . . . . . 3 bulan upah d. masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun . . . . . . 4 bulan upah e. masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun . . . . . . 5 bulan upah f. masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahu .... . . . . 6 bulan upah g. masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun . . . . . . 7 bulan upah h. masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun . . . . . .8 bulan upah

13

i. masa kerja 8 tahun atau lebih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...........9 bulan upah

2. Uang Penghargaan Masa Kerja a. masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun . . . . . . . .2 bulan Upah b. masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun . . . . . . . 3 bulan Upah c. masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun .. . . . . 4 bulan upah d. masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun . . . . . .5 bulan upah e. masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun . . . . . .6 bulan upah f. masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun . . . . . 7 bulan upah g. masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun . . . .. . 8 bulan upah h. masa kerja 24 tahun atau lebih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .............10 bulan upah

3. Uang Pisah Mangkir a. masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun . . . . . . . . 1 minggu upah b. masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun . . . ..........0,5 bulan upah c. masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun . . . . . ....1 bulan upah d. masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun .. . . . ...1,5 bulan upah e. masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun . . . . . ..2 bulan upah f. masa kerja 18 tahun atau lebih tetapikurang dari 21 tahun . .. . . . ...2,5 bulan upah g. masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun . . . . . . .3 bulan upah

4. Uang pisah Pengunduran diri :

14

a. masa kerja 3 tahun atau lebih tetap kurang dari 6 tahun . . . . . . . . . 1 bulan upah b. masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun . . . . . . . . ..1,5 bulan upah c. masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun . . . . . . . . 2 bulan upah d. masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun .. . . . .... 2,5 bulan upah e. masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun . . . . . . ..3 bulan upah f. masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun. . . . . . ...3,5 bulan upah g. masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun. . . . . . . ..4 bulan upah

5. Uang Penggantian Hak : a. Cuti tahunan/cuti besar yang belum diambil dan belum gugur masa berlakunya. b. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan sebesar 15 % (lima belas perseratus) dari uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja, apabila masa kerjanya memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

6. Upah sebagai dasar pembayaran uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak terdiri dari : a. Gaji pokok b. Segala macam tunjangan yang bersifat tetap.

15

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan dan Saran

Dalam sebuah perusahaan, peran karyawan sangat penting. Mereka membantu meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga perusahaan wajib memberikan balas jasa yang seimbang dengan apa yang telah mereka lakukan. Namun kadangkala juga perusahaan harus memberhentikan atau mem PHK para karyawannya karena hal-hal sebagai berikut : 1. Undang-undang. 2. Keinginan perusahaan. 3. Keinginan karyawan. 4. Pensiun. 5. Kontrak kerja berakhir. 6. Kesehatan karyawan. 7. Meninggal dunia. 8. Perusahaan dilikuidasi. Pemberhentian karyawan berdasarkan kepada Undang-Undang No. 12 Tahun 1964 seizin P4D, P4P, dan memperhatikan status karyawan bersangkutan.

16

Dalam kasus diatas, unjuk rasa yang dilakukan para karyawan pertamina karena PHK sepihak yang dilakukan Dirut Pertamina seharusnya disikapi dengan baik oleh pihak manajemen dan Dirut Pertamina. Mereka jangan hanya melihat kepentingan sepihak saja, mereka harus benar-benar melihat kepentingan dan kebutuhan dari kedua belah pihak, antara karyawan dan perusahaan. Pihak manajemen harus menjelaskan alasan mengapa mereka mem-PHK para karyawannya. Mereka juga harus menggunakan prosedur yang telah diatur undang-undang dalam mem PHK para karyawannya. Pihak manajemen jangan melakukan PHK terhadap karyawannya karena, a. Karyawan berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampui 12 bulan secara terus menerus. b. Karyawan berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan. c. Karyawan menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya. d. Karyawan menikah. e. Karyawan perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan atau menyusui bayinya. f. Karyawan mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan dengan karyawan lainnya dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam PK/PP/PKB. g. Karyawan mendirikan, menjadi anggota dan atau pengurus SP/SB, melakukan kegiatan SP/SB diluar jam kerja atau didalam jam kerja atas

17

kesepakatan pengusaha atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam PK/PP/PKB. h. Karyawan mengadukan pengusaha kepada pihak yang berwajib. i. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan. j. Karyawan dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut keterangan dokter jangka waktu penyembuhannya belum bisa dipastikan.

Dengan melakukan PHK menurut prosedur yang berlaku dan dengan alasan yang baik, diharapkan akan terjadi yang baik antara perusahaan dengan mantan karyawannya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Drs.H.Malayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara. Google.com Okezonenews.com

19

Anda mungkin juga menyukai