Disusun oleh:
Manajemen 5/Semester 1
JAWA TENGAH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Penjabaran Studi Kasus.................................................................................3
B. Pengertian PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)............................................4
C. Undang-Undang yang Mengatur Tentang PHK............................................5
D. Alasan-Alasan yang Diperbolehkan dan Dilarang dalam PHK....................6
E. Peran Manager dalam Menyelesaikan Sebuah Masalah...............................9
BAB III PENUTUP ..............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maraknya kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi
belakangan ini, memperlihatkan betapa mirisnya potret ketenagakerjaan
saat ini. Kasus PHK sepihak yang menimpa pekerja/buruh di berbagai
pabrik maupun perusahaan tidak main-main jumlahnya. Pengusaha
menganggap terjadinya PHK merupakan hal yang wajar di dalam kegiatan
perusahaan. Bagi pekerja/buruh, terjadinya PHK berdampak sangat luas
bagi kehidupanya tidak hanya bagi dirinya pribadi namun juga
keluarganya. PHK jelas akan menyebabkan seorang pekerja/buruh
kehilangan mata pencahariannya. Demikian juga pada waktu pekerja
tersebut berhenti atau adanya pemutusan hubungan kerja dengan
perusahaan, perusahaan mengeluarkan dana untuk pensiun atau pesangon
atau tunjangan lain yang berkaitan dengan pemberhentian, sekaligus
memprogramkan kembali penarikan pekerja baru yang sama halnya seperti
dahulu harus mengeluarkan dana untuk kompensasi dan pengembangan
pekerja. Seperti peristiwa yang dialami oleh buruh PT. Arnott’s Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu PHK?
2. Undang-undang apa saja yang mengatur tentang ketenagakerjaan?
1
3. Apa saja alasan yang diperbolehkan dan dilarang dalam PHK?
4. Apa yang harus dilakukan seorang manager ketika terjadi hal seperti
ini?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian dari PHK.
2. Dapat mengetahui perihal UU yang mengatur tentang ketenagakerjaan.
3. Dapat mengetahui dan memahami alasan yang diperolehkan dan
dilarang dalam PHK.
4. Dapat mengkaji peran manager dalam menyelesaikan masalah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam perundingan yang dihelat Rabu lalu bersama perusahaan,
alasan PHK sepihak lantaran ada aturan kapasitas maksimal pekerja.
Bahkan ibu hamil pun menurut Agus juga dinyatakan tak bisa bekerja
kembali.
“Kami coba bikin laporan terkait mediasi biar bisa dibantu. Soal UU
Nomor 13 tahun 2003 Pasal 155, Sebelum ada putusan resmi dari PHI,
maka PHK belum sah dan buruh harus dipekerjakan kembali,” kata Agit.
4
kewajiban antara pekerja dan perusahaan/majikan. Artinya harus adanya
hal/alasan tertentu yang mendasari pengakhiran hubungan kerja ini.
Dalam aturan perburuhan, alasan yang mendasari PHK dapat
ditemukan dalam pasal 154A ayat (1) UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU 13/2003) jo. Undang-undang No. 11 tahun 2020
tentang Cipta Kerja (UU 11/2021) dan peraturan pelaksananya yakni pasal
36 Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan
Pemutusan Hubungan Kerja (PP 35/2021).
5
penghargaan masa kerja, uang penggantian hak, dan uang pisah.
Penghitungannya berdasarkan alasan/dasar dijatuhkannya PHK.
6
e. Memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan pekerjaan di
luar yang diperjanjikan; atau
f. Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan,
kesehatan, dan kesusilaan pekerja/buruh sedangkan pekerjaan
tersebut tidak dicantumkan pada perjanjian kerja.
8. Adanya putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yang menyatakan pengusaha tidak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud pada huruf g terhadap permohonan yang
diajukan oleh pekerja/buruh dan pengusaha memutuskan untuk
melakukan pemutusan hubungan kerja;
9. Pekerja/buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan harus
memenuhi syarat:
a. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai
pengunduran diri.
b. Tidak terikat dalam ikatan dinas, dan
c. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai
pengunduran diri.
10. Pekerja/buruh mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-
turut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti
yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut
dan tertulis.
11. Pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama
dan sebelumnya telah diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan
ketiga secara berturut-turut masing-masing berlaku untuk paling lama
6 (enam) bulan kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
12. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 (enam)
bulan akibat ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan
tindak pidana.
7
13. Pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat
kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah
melampaui batas 12 (dua belas) bulan.
14. Pekerja/buruh memasuki usia pensiun; atau
15. Pekerja/buruh meninggal dunia.
Sesuai dengan ketentuan pasal 153 ayat (1) UU Cipta Kerja No. 11/2020
menyebut: Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja
kepada pekerja/buruh dengan alasan:
8
9. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit,
golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan.
10. Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau
sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter
yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan.
Lebih lanjut ayat (2) dari pasal ini menyebut PHK yang dilakukan dengan
alasan tersebut di atas, atau dengan kata lain PHK tetap terjadi, maka PHK
batal demi hukum dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja/
buruh yang bersangkutan.
9
daya manusia sesuai pada rancangan pekerjaan yang telah
dipersiapkan.
2. Mengembangkan sumber daya manusia. Tugas manajer personalia
salah satunya adalah mengembangkan keterampilan dan kemampuan
para karyawan dengan mengadakan berbagai pelatihan yang
dibutuhkan untuk prestasi kerja yang tepat.
3. Pemberian kompensasi. Selanjutnya tugas manajer personalia ialah
pemberian kompensasi. Pemberian kompensasi yang dimaksud di sini
ialah memberikan sebuah penghargaan yang adil dan layak kepada
karyawan. Contoh pemberian kompenasasi adalah memberikan
penghargaan yang bersifat finansial seperti kenaikan gaji, dan non
finansial berupa tunjungan atau tunjangan kesehatan.
4. Memberikan pengarahan. Karena tugas manajer personalia akan selalu
terhubung dengan para tenaga kerja perusahaan, mereka dituntut
untuk selalu memberikan pengarahan kepada para pegawai agar
susunan pekerjaan maupun tugas yang telah diberikan dapat
dikerjakan sacara baik dan tepat, pegawai pun dapat bekerja secara
efisien.
5. Melakukan pengawasan. Selain melakukan pengadaan, bimbingan,
dan lainnya seorang manajer personalia harus wajib melakukan
pengawasan terhadap rencana yang sebelumnya telah dirumuskan
seperti melakukan pada pengawasan kegiatan pegawai dan lain
sebagainya.
6. Pemeliharaan. Hal ini berhubungan dengan usaha mempertahankan
keberlangsungan kondisi kerja yang sudah efektif melalui fungsi
kelima manajemen personalia. Ada beberapa hal yang harus
dipertahankan seperti sikap positif pegawai melalui proses komunikasi
yang baik pada organisasi dan mempertahankan kondisi fisik pegawai
melalui program kesehatan dan keamanan contoh BPJS kesehatan atau
BPJS ketenagakerjaan.
10
7. Melakukan pengorganisasian. Saat perusahaan sudah menentukan
fungsi yang harus dijalankan oleh semua anggota, maka manajer
personalia selanjutnya harus membentuk sebuah organisasi dengan
merancang susunan dari berbagai hubungan di antara jabatan manajer
personalian dan berbagai faktor fisik.
11
4. Penyelesaian masalah tanpa melibatkan media massa. Dalam hal ini
bukan berarti pihak perusahaan tidak ingin melakukan penyelesaian
masalah secara transparan. Namun, demi lancarnya mediasi yang
dilakukan antara buruh, Kemnaker (pihak ketiga), dan pihak
perusahaan akan lebih baik mengumumkan hasil setelah terjadi
kesepakatan dari kedua belah pihak. Karena terkadang opini dari
masyarakat dapat membuat masalah menjadi rumit, kemungkinan
beberapa pihak tertekan dan merasa terpojokkan lebih besar sehingga
kesepakatan tidak terjadi secara adil dan mufakat.
5. Mediasi akan dilakukan jika para buruh yang melakukan aksi unjuk
rasa tidak melakukan Tindakan anarkis.
A.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PHK sepihak merupakan Tindakan yang tidak dibenarkan dalam
dunia kerja. Dampak yang dapat ditimbulkan dapat menyebabkan kerugian
terutama bagi para buruh yang tidak mengerti apa kesalahan mereka. Pihak
perusahaan juga seharusnya dapat lebih terbuka dan transparan mengenai
masalah yang dialami oleh perusahaan. Semua karyawan berhak
mengetahui keadaan perusahaan tempat mereka bekerja. memang akan
sulit jika seluruh karyawan mengetahui kelemahan perusahaan karena
dapat menimbulkan Resign massal yang berakibat pada ketidaksiapan
perusahaan dan karyawan tersisa untuk mengerjakan posisi yang kosong.
Sehingga perlunya komunikasi dan transparan dari perusahaan.
Peran manager sebagai media penghubung atasan dan bawahan
serta pengawasan juga penting dalam menjaga koordinasi dan kekompakan
antarkaryawan agar menimbulkan suasana kerja kondusif, Bahagia, dan
aktif.
B. Saran
Respon pasif dari perusahaan dapat mengakibatkan situasi
memanas, sehingga diperlukan kecekatan dalam menangani masalah.
Karena dengan hanya bungkam tanpa memberikan kejelasan sebuah
masalah tidak akan selesai. Kemudian diperlukan pihak penengah (netral)
yang kata-kata dan perilakunya dapat diminta pertanggungjawabannya.
Ketika pihak penengah terlalu memikirkan opini masyarakat maka
kesepakatan tidak akan terjadi secara adil, netral, dan mufakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://employers.glints.id/resources/tugas-manajer-dan-perannya-di-perusahaan/
#:~:text=Dalam%20setiap%20perusahaan%2C%20tugas%20manajer,membantu
%20perusahaan%20mewujudkan%20visi%20bisnis.
https://tirto.id/buruh-pt-arnotts-minta-kemnaker-turut-tangani-kasus-phk-sepihak-
cLUy
Akbar, Jihad. (2018). Puluhan Karyawan PT Arnott's Gelar Aksi Tolak PHK.
Diakses pada 15 Januari 2022, dari
https://kumparan.com/kumparannews/puluhan-karyawan-pt-arnott-s-gelar-aksi-
tolak-phk/full
https://www.alinea.id/nasional/phk-massal-pt-arnots-b1U0D9bP2
Trade Union Right Centre. (2018). Waspada PHK, Kenali Hakmu Jangan Mau
Di Tipu Daya. Diakses pada 15 Januari 2022, dari
https://turc.or.id/2018/06/08/waspada-phk-kenali-hakmu-jangan-mau-di-tipu-
daya/
https://www.kitapunya.net/tugas-manajer-personalia/
14
Gajimu. Alasan-alasan PHK Diperbolehkan dan Dilarang. Diakses pada 16
Januari 2022, dari
https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/jaminan-kerja-1/pemutusan-hubungan-
kerja/alasan-alasan-phk/alasan-alasan-phk
15