MODUL 4 SUB 1
“AGREGATE PLANNING”
MODUL 4
PRAKTIK
N RESMI
LAPORA
PERANC
ANGAN
SUB 1
KELOMPOK 13
UM
Nama : Rizky Indra Pradana
Lowince Vallerina Sihite
Ryan Maulana
Moh Tegar Sakti Prakoso
NIM :19.04.211.00038
19.04.211.00089
19.04.211.00091
19.04.211.00148
Shift :2
Asisten : Fitriana Dwi Astutik
LABORATORIUM PERANCANGAN
SISTEM TEKNIK INDUTRI
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Jl. Raya Telang, Kamal, Bangkalan, 69162
BAB I
PENDAHULUAN
Bab dua pada modul empat sub satu berisi mengenai landasan teori aggregate
planning sebagai berikut.
2.1 Aggregate Planning
Menurut Komang (2020) aggregate planning merupakan perencanaan yang
dikatagori pada dalam perencanaan jangka menengah untuk merencanakan jadwal
induk produksi yaitu selama satu tahun. Perencanaan agregat biasanya dilakukan
oleh para manajer operasi bersangkutan dengan penentuan produksi, persediaan,
dan tingkat tenaga kerja sebagai memenuhi permintaan yang berfluktuasi.
Perencanaan agregat memberikan cara terbaik untuk memenuhi perkiraan
permintaan dalam waktu 3-18 bulan ke depan dengan menyesuaikan tingkat
reguler serta lembur produksi, tingkat persediaan, tingkat tenaga kerja, sub-
kontrak dan backorder tingkat dan variabel terkontrol lainnya. Permasalahan
perencanaan agregat dapat diselesaikan dengan cara mempertimbangkan berbagai
keputusan pilihan yang tersedia. Pilihan permintaan merupakan pilihan yang
berupaya mengurangi perubahan pola pada permintaan selama periode
perencanaan yang dapat dilakukan dengan cara mempengaruhi permintaan ketika
permintaan rendah sebuah perusahaan dapat mencoba untuk meningkatkan
permintaan melalui yaitu iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon.
...............................................(7)
Pre-test
Ya
Pengolahan Data
Asistensi 1
Asistensi 2
Laporan Resmi
ACC
Selesai
Analisa keseluruhan
Selesai
Gambar 4.3.2 Flowchart Pengolahan Data
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Bab empat pengolahan data memuat mengenai pengolahan data pada modul
empat sub satu aggregate planning yaitu informasi umum, rekapitulasi data awal,
aggregat planning dengan menggunakan teknik level strategy (no backorder dan
backorder), chase strategy, mixed strategy, dan linier programming, rekapitulasi
hasil strategi, disagregasi, rekapan datan MPS, dan analisa keseluruhan.
4.1 Informasi Umum
PT. TI PRUTTT adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
manufaktur. PT. TI PRUTTT memproduksi produk Vintage Desk Clock Sisman
Corporation (VISCO) jenis kayu dan HDPE. PT. TI PRUTTT telah melakukan
peramalan pada produk VISCO selama 6 (enam) bulan ke depan. PT. TI PRUTTT
akan melakukan proses perencanaan dan pengendalian produksi pada produk
VISCO untuk memenuhi jumlah permintaan yang sebelumnya telah diramalkan.
Data yang digunakan yaitu data hasil peramalan (forecasting) yang diperoleh dari
modul satu “Peramalan Permintaan Pasar” berupa data peramalan demand produk
VISCO selama (6) enam bulan ke depan. Strategi yang digunakan oleh PT. TI
PRUTTT yaitu melakukan aggregate planning bersama dengan PT. ABYAKTA
COMPANY. Aggregate planning bertujuan untuk mengembangkan suatu proses
produksi secara menyeluruh menjadi optimal serta fleksibel. Teknik-teknik
aggregate planning yang digunakan yaitu Chase Strategy (Zero Inventory
Strategy), Level Work Force Strategy, Mixed Strategy, dan Linier Planning.
Tabel 4.x.x Informasi tambahan
Informasi Tambahan
Produk Pekerja 10
Hiring Cost Rp600.000
Layoff Cost Rp4.050.000
Labour Cost/Wages Rp89.000
Holding Cost Rp6.500
Back Order Cost Rp157.500
Worker Available 30
4.2 Rekapitulasi Data Awal (Demand Permintaan Dari Forecasting)
Data awal yang digunakan yaitu data hasil peramalan permintaan produk
VISCO selama 6 (enam) bulan ke depan, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.x.x Rekapitulasi Data Awal
Madura
Periode
V (unit) (Z unit)
Januari 5446 5480
Februari 5445 5487
Maret 5442 5494
April 5439 5501
Mei 5437 5508
Juni 5282 5515
Total 32491 32982
Tabel 4.x.x di atas adalah tabel rekapitulasi data awal. Tabel tersebut
menunjukkan data demand untuk produk VISCO Kayu (V1) dan VISCO HDPE
(V2) dan lampu SMART (Z). Data demand tersebut diperoleh dari data hasil
peramalan modul satu “Peramalan Permintaan Pasar”. PT. TI PRUTTT akan
melakukan perencanaan pengendalian produksi pada produk V karena berasal dari
famili produk yang sama (VISCO), sehingga data demand yang akan digunakan
untuk proses aggregate planning yaitu data demand produk VISCO (V).
Peramalan permintaan produk V pada bulan Januari yaitu sebesar 5446 unit, bulan
Februari sebesar 5445 unit, bulan Maret sebesar 5442 unit, bulan April sebesar
5439 unit, bulan Mei sebesar 5437 unit, dan bulan Juni sebesar 5282 unit. Total
demand produk V selama 6 (enam) bulan ke depan yaitu sebesar 32490 unit.
4.3 Aggregate Planning
Aggregate planning adalah perencanaan dikatagori dalam perencanaan jangka
menengah sebagai perencanaan jadwal induk produksi yaitu selama satu tahun.
Aggregate planning dilakukan dengan menggunakan beberapa strategi yaitu Level
Strategy, Chase Starategy, Mix Strategy, dan Linier Progamming sebagai berikut.
4.3.1 Level Strategy
Level strategy adalah perencanaan agregat dimana tingkat produksi tetap
dari periode ke periode selama jangka waktu perencanaan agregat. Level
strategy menggunakan inventory dari adanya variasi dalam permintaan. Level
strategy pada agregat planning yaitu terdiri dari backorder dan no backorder.
1. Backorder
Perhitungan level strategy (backorder) sebagai berikut:
Diketahui :
Days : 23
Jawab:
a. Unit/Worker = (produk dihasilkan 1 pekerja/1 hari) x Hari kerja periode t
= (10 x 23)
= 230 produk
= Roundup
= Roundup
= 25 pekerja
c. Worker available = Jumlah tenaga kerja yang tersedia
= 30 Pekerja
d. Worker hiring = ((Worker needed – Worker available) + ABS (Worker
needed – Worker available))/2
= ((25 - 30)+ABS(25-30))/2
= 0 pekerja
e. Hiring cost = (worker hiring) x hiring cost
= (600.000 x 0)
= Rp. 0
f. Worker Lay-off = ((worker available – worker needed) + ABS (worker
available – worker needed))/ 2
= ((30-25) + ABS (30-25))/2
= 5 Pekerja
g. Layoff cost layoff cost x Worker Lay-off
= 4.050.000 x 5
= Rp. 20.250.000
h. Worker used = worker needed
= 25 pekerja
i. Labour cost = Worker used x days x wages
= 25 x 23 x 89.000
= Rp. 51.175.000
j. Unit production = Unit/Worker x worker needed
= (230 x 25)
= 5750 Unit
k. Net inventory = ((Unit produced - Demond)) + ABS (Unit produced -
Demond))/2
= 5750 – 5446
= 304 unit
l. Holding cost = Net inventory x holding cost
= 304 x 6.500
= 304 x 6.500
= Rp. 1.976.000
m. Net back order = ((Demand – Unit production) +ABS (Demand – Unit
production))/2
= ((5446 -5750)+ABS(5446 -5750))/2
=0
n. Backorder cost = net back order x backorder cost
= 0 x 157.500
= Rp. 0
o. Total cost =hiring cost + layoff cost + labour cost + holding cost +
backorder cost
= 0 + 20.250.000 + 51.175.000 + 1.976.000 + 0
= Rp73.401.000
Tabel 4.4.3 Metode Level strategy Backorder
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Days (hari) 23 21 23 22 23 22 134
Unit/worker (unit) 230 210 230 220 230 220 1340
Demand (unit) 5446 5445 5442 5439 5437 5282 32491
Worker needed (pekerja) 25 25 25 25 25 25 150
Worker available (pekerja) 30 25 25 25 25 25 155
Worker hiring (pekerja) 0 0 0 0 0 0 0
Hiring cost (Rp) Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Worker lay-off (pekerja) 5 0 0 0 0 0 5
lay-off cost (Rp) Rp 20.250.000 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 20.250.000
Worker used (pekerja) 25 25 25 25 25 25 150
Labour cost (Rp) Rp 51.175.000 Rp 46.725.000 Rp 51.175.000 Rp 48.950.000 Rp 51.175.000 Rp 48.950.000 Rp 298.150.000
Unit produced (Unit) 5750 5250 5750 5500 5750 5500 33500
Net inventory (unit) 304 0 308 61 313 218 1204
Holding cost (Rp) Rp 1.976.000 Rp - Rp 2.002.000 Rp 396.500 Rp 2.034.500 Rp 1.417.000 Rp 7.826.000
Net back order (unit) 0 195 0 0 0 0 195
Back order cost (Rp) Rp - Rp 30.712.500 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 30.712.500
Total cost Rp 73.401.000 Rp 77.437.500 Rp 53.177.000 Rp 49.346.500 Rp 53.209.500 Rp 50.367.000 Rp 356.938.500
= Roundup
= Roundup
= 26 pekerja
c. Worker available = Jumlah tenaga kerja yang tersedia
= 30 Pekerja
d. Worker hiring = ((Worker needed – Worker available) + ABS (Worker
needed – Worker available))/2
= ((26 - 30)+ABS(26-30))/2
= 0 pekerja
e. Hiring cost = (worker hiring) x hiring cost
= (600.000 x 0)
= Rp. 0
f. Worker Lay-off = ((worker available – worker needed) + ABS (worker
available – worker needed 2
= ((30-26) + ABS (30-26))/2
= 4 Pekerja
g. Layoff cost layoff cost x Worker Lay-off
= 4.050.000 x 4
= Rp16.200.000
h. Worker used = worker needed
= 26 pekerja
i. Labour cost = Worker used x days x wages
= 26 x 23 x 89.000
= Rp. 53.222.000
j. Unit production = Unit/Worker x worker needed
= (230 x 26)
= 5980 Unit
k. Net inventory = ((Unit produced - Demond)) + ABS (Unit produced -
Demond))/2
= 5980 – 5446
= 534 unit
l. Holding cost = Net inventory x holding cost
= 534 x 6.500
= Rp3.471.000
m. Net back order = ((Demand – Unit production) +ABS (Demand – Unit
production))/2
= ((5446-5980)+ABS(5446-5980))/2
=0
n. Backorder cost = net back order x backorder cost
= 0 x 157.500
= Rp. 0
o. Total cost =hiring cost + layoff cost + labour cost + holding cost +
backorder cost
= 0 + 16.200.000 + 53.222.000 + 3.471.000 + 0
= Rp. 72.893.000
Tabel 4.4.4 Metode Level strategy no backorder
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Days (hari) 23 21 23 22 23 22 134
Unit/worker (unit) 230 210 230 220 230 220 1340
Demand (unit) 5446 5445 5442 5439 5437 5282 32491
Worker needed (pekerja) 26 26 26 26 26 26 156
Worker available (pekerja) 30 26 26 26 26 26 160
Worker hiring (pekerja) 0 0 0 0 0 0 0
Hiring cost (Rp) Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Worker lay-off (pekerja) 4 0 0 0 0 0 4
lay-off cost (Rp) Rp 16.200.000 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 16.200.000
Worker used (pekerja) 26 26 26 26 26 26 156
Labour cost (Rp) Rp 53.222.000 Rp 48.594.000 Rp 53.222.000 Rp 50.908.000 Rp 53.222.000 Rp 50.908.000 Rp 310.076.000
Unit produced (Unit) 5980 5460 5980 5720 5980 5720 34840
Net inventory (unit) 534 15 538 281 543 438 2349
Holding cost (Rp) Rp 3.471.000 Rp 97.500 Rp 3.497.000 Rp 1.826.500 Rp 3.529.500 Rp 2.847.000 Rp 15.268.500
Net back order (unit) 0 0 0 0 0 0 0
Back order cost (Rp) Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Total cost Rp 72.893.000 Rp 48.691.500 Rp 56.719.000 Rp 52.734.500 Rp 56.751.500 Rp 53.755.000 Rp 341.544.500
= RoundUp
= 24 orang
Worker available = Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan periode sebelumnya
(Januari)
= 30 orang
Worker hiring =
= 0 orang
Hiring Cost = Worker hiring x Hiring cost
= 0 x Rp600.000
= Rp0
Worker Lay-Off =
= 6 orang
Lay-Off Cost = Worker Lay-Off x Lay-Off cost
= 6 x Rp4.050.000
= Rp24.300.000
Worked used = Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan (worker needed)
= 24 orang
Labour cost = Jumlah hari kerja dalam sebulan (days) x Labour cost/Wages
x Worker Used
= 23 x Rp89.000 x 24
= Rp49.128.000
Unit produced = Jumlah demand
= 5446 unit
Net inventory = Unit produced – demand
= 5446-5446
= 0 unit
Holding cost = x holding cost
= x Rp6.500
= Rp0
Net backorder =
= 0 unit
Backorder cost = Net backorder x Backorder cost
= 0 x Rp157.500
= Rp0
Total cost = Hiring cost + Lay-Off cost + Labour cost + Holding cost +
Backorder cost
= Rp0 + Rp24.300.000 + Rp49.128.00 + Rp0 + Rp0
= Rp73.428.000
Jadi, total cost yang diperoleh dari teknik chase strategy adalah sebesar
Rp73.428.000.
Tabel 4.4.5 Chase Strategy
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Days 23 21 23 22 23 22 134
Unit/work er 230 210 230 220 230 220 1340
Demand 5446 5445 5442 5439 5437 5282 32491
Worker needed 24 26 24 25 24 25 148
Work er available 30 24 26 24 25 24 153
Worker hiring 0 2 0 1 0 1 4
Hiring cost Rp - Rp 1,200,000.00 Rp - Rp 600,000.00 Rp - Rp 600,000.00 Rp 2,400,000
Worker lay-off 6 0 2 0 1 0 9
Lay-off cost Rp 24,300,000 Rp - Rp 8,100,000 Rp - Rp 4,050,000 Rp - Rp 36,450,000
Work er used 24 26 24 25 24 25 148
Labour cost Rp 49,128,000 Rp 48,594,000 Rp 49,128,000 Rp 48,950,000 Rp 49,128,000 Rp 48,950,000 Rp 293,878,000
Unit produced 5446 5445 5442 5439 5437 5282 32491
Net inventory 0 0 0 0 0 0 0
Holding cost Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Net back order 0 0 0 0 0 0 0
Back order cost Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Total cost Rp 73,428,000 Rp 49,794,000 Rp 57,228,000 Rp 49,550,000 Rp 53,178,000 Rp 49,550,000 Rp 332,728,000
Tabel 4.4.5 di atas merupakan tabel aggregate planning menggunakan teknik Chase Strategy dengan periode selama 6 (enam) bulan
yaitu bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, dan Juni. Chase strategy bertujuan untuk membuat perencanaan dengan tingkat
inventory nihil dimana jumlah pekerja akan disesuaikan dengan banyaknya permintaan tiap bulan. Data yang digunakan dalam proses
perhitungan pada tabel tersebut diperoleh dari data informasi tambahan serta data permintaan atau demand produk V dari modul satu
“peramalan permintaan pasar”. Tabel tersebut mencantumkan jumlah hari kerja per bulan (days), jumlah produk yang dihasilkan pekerja
dalam sehari (unit/worker), demand, jumlah pekerja yang dibutuhkan (worker needed), jumlah pekerja tersedia (worker available),
penambahan pekerja (worker hiring), biaya penambahan pekerja (hiring cost), pemberhentian pekerja (worker lay-off), biaya
pemberhentian pekerja (lay-off cost), pekerja yang digunakan (worked used), biaya tenaga kerja(labour cost), jumlah unit yang diproduksi
selama satu bulan (unit produced), inventory tersedia selama satu periode (net inventory), biaya simpan (holding cost), net backorder, dan
biaya backorder (backorder cost). Sebagai contoh, pada bulan Februari hari kerja dalam sebulan (days) yaitu sebesar 21, produk yang
diperoleh pekerja dalam sehari (unit/worker) yaitu sebesar 210, permintaan atau demand yaitu sebesar 5445 unit, jumlah pekerja yang
dibutuhkan (worker needed) yaitu sebanyak 26 orang, jumlah pekerja tersedia (worker available) yaitu sebanyak 26 orang, penambahan
pekerja (worker hiring) yaitu sebanyak 2 orang, biaya penambahan pekerja (hiring cost) yaitu sebesar Rp1.200.000, jumlah tenaga kerja
yang diberhentikan (worker lay-off) tidak ada, biaya pemberhentian pekerja (lay-off cost) sebesar Rp0, pekerja yang digunakan (worked
used) sebanyak 26 orang, biaya tenaga kerja (labour cost) sebesar Rp48.594.000, jumlah unit yang diproduksi selama satu bulan (unit
produced) yaitu sebesar 5445 unit, jumlah inventory tersedia selama satu periode (net inventory) tidak ada, biaya simpan (holding cost)
sebesar Rp0, net backorder tidak ada, dan biaya backorder (backorder cost) sebesar Rp0. Total cost untuk bulan Februari adalah sebesar
Rp49.794.000 dan total cost untuk keseluruhan periode adalah sebesar Rp332.728.000.
4.3.3 Mixed Strategy
Perhitungan mixed strategy pada agregat planning adalah sebagai berikt.
Diketahui :
Days : 23
Jawab:
a. Unit/Worker = (produk dihasilkan 1 pekerja/1 hari) x Hari kerja periode t
= (10 x 23)
= 230 produk
= Roundup
= Roundup
= 25 pekerja
c. Worker available = Jumlah tenaga kerja yang tersedia
= 30 Pekerja
d. Worker hiring = ((Worker needed – Worker available) + ABS (Worker
needed – Worker available))/2
= ((25 - 30)+ABS(25-30))/2
= 0 pekerja
e. Hiring cost = (worker hiring) x hiring cost
= (600.000 x 0)
= Rp. 0
f. Worker Lay-off = ((worker available – worker needed) + ABS
(worker available – worker needed))/ 2
= ((30-25) + ABS (30-25))/2
= 5 Pekerja
g. Layoff cost = layoff cost x Worker Lay-off
= 4.050.000 x 5
= Rp. 20.250.000
h. Worker used = worker needed
= 25 pekerja
i. Labour cost = Worker used x days x wages
= 25 x 23 x 89.000
= Rp. 51.175.000
j. Unit production = Unit/Worker x worker needed
= (230 x 25)
= 5750 Unit
k. Net inventory = Unit production – demand
= 5750 – 5446
= 304 unit
l. Holding cost = Net inventory x holding cost
= 304 x 6.500
= 304 x 6.500
= Rp. 1.976.000
m. Net back order = ((Demand – Unit production) +ABS (Demand – Unit
production))/2
= ((5446 -5750)+ABS(5446 -5750))/2
=0
n. Backorder cost = net back order x backorder cost
= 0 x 157.500
= Rp. 0
o. Total cost = hiring cost + layoff cost + labour cost + holding cost +
backorder cost
= 0 + 20.250.000 + 51.175.000 + 1.976.000 + 0
= Rp73.401.000
Tabel 4.4.6 Agregat Planning metode mixed strategy
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Days (hari) 23 21 23 22 23 22 134
Unit/worker (unit) 230 210 230 220 230 220 1340
Demand (unit) 5446 5445 5442 5439 5437 5282 32491
Worker needed (pekerja) 25 25 25 25 25 25 150
Worker available (pekerja) 30 25 25 25 25 25 155
Worker hiring (pekerja) 0 0 0 0 0 0 0
Hiring cost (Rp) Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Worker lay-off (pekerja) 5 0 0 0 0 0 5
lay-off cost (Rp) Rp 20.250.000 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 20.250.000
Worker used (pekerja) 25 25 25 25 25 25 150
Labour cost (Rp) Rp 51.175.000 Rp 46.725.000 Rp 51.175.000 Rp 48.950.000 Rp 51.175.000 Rp 48.950.000 Rp 298.150.000
Unit produced (Unit) 5750 5250 5750 5500 5750 5500 33500
Net inventory (unit) 304 0 308 61 313 218 1204
Holding cost (Rp) Rp 1.976.000 Rp - Rp 2.002.000 Rp 396.500 Rp 2.034.500 Rp 1.417.000 Rp 7.826.000
Net back order (unit) 0 195 0 0 0 0 195
Back order cost (Rp) Rp - Rp 30.712.500 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 30.712.500
Total cost Rp 73.401.000 Rp 77.437.500 Rp 53.177.000 Rp 49.346.500 Rp 53.209.500 Rp 50.367.000 Rp 356.938.500
= 0 orang
7. Hiring cost = working hiring x hiring cost
= 0 x Rp. 600.000
= Rp. 0
8. Worker layoff = 5 orang
9. Layoff cost = worker layoff x layoff cost
= 5 x Rp. 4.050.000
=Rp. 20,250,000
10. Worker used = worker needed
= 25 orang
11. Labour cost = worked used x working days (month) x (wages cost)
= 25 x23 xRp. 89.000
= Rp. 51.175.000
12. Unit produced = worker needed x days x produk/pekerja
= 25 x 23 x 10
= 5750 unit
13. Inventory = unit produced – demand
= 570 – 5446
= 304 unit
14. Net inventory = 804 unit
= Rp. 5.226.000
16. Backorder = if((demand-unit produced)<0,0 demand-unit produced)
= if((5446-5750)<0,0 5446-5750)
= 0 unit
17. Net backorder = 0 unit
18. Backorder cost = net backorder x backorder cost
= 0 x Rp. 157.500
= Rp. 0
19. Total cost = hiring cost + layoff cost + labour cost + holding cost +
backorder cost
= Rp. 0 + Rp. 20,250,000 + Rp. 51.175.000+ Rp.
5.226.000+ Rp.0
= Rp. 76.651.000
Tabel 4.4.7 Linier programming
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Days 23 21 23 22 23 22 134
Unit/Worker 230 210 230 220 230 220 1340
Demand 5446 5445 5442 5439 5437 5282 32491
Work er Needed 25 30 30 30 30 30 175
Work er Available 30 25 30 30 30 30 30 175
Work er Hiring 0 0 0 0 0 0 0 0
Hiring Cost Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Work er Layoff 0 5 0 0 0 0 0 5
Layoff Cost Rp 20,250,000 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 20,250,000
Work er Used 25 30 30 30 30 30 175
Labour Cost Rp 51,175,000 Rp 46,725,000 Rp 51,175,000 Rp 48,950,000 Rp 51,175,000 Rp 48,950,000 Rp 298,150,000
Unit Produced 5750 5250 5750 5500 5750 5500 33500
Inventory 304 -98 458 83 458 83 1287
Net Inventory 0 804 83 1208 833 833 1208 4967
Holding Cost Rp 5,226,000 Rp 536,250 Rp 7,848,750 Rp 5,411,250 Rp 5,411,250 Rp 7,848,750 Rp 32,282,250
Backorder 0 0 0 0 0 0 0
Net Backorder 0 0 0 0 0 0 0 0
Backorder Cost Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Total Cost Rp 76,651,000 Rp 47,261,250 Rp 59,023,750 Rp 54,361,250 Rp 56,586,250 Rp 56,798,750 Rp 350,682,250
Tabel 4.4.7 linier programming menjelaskan pada bulan januari sebnyak 23 hari dengan unit/ worker sebanyak 230. Demand 5446,
worker needed 25, worker hiring 0, worker layoff 5, layoff cost Rp 20.250.000. Worker used 25 dengan labour cost sebanyak Rp
51.175.000 dan unit produced 5750, inventory 304, net inventory 804 lalu holding cost sebesar Rp. 5.226.000, backorder dan net
backorder dengan nilai 0 total cost sebesar Rp. 76.651.000. Metode linier programming menggunakan tools excel solver.
4.4 Rekapitulasi Hasil Strategy
Rekapitulasi hasil strategy yang telah dilakukan dengan berbagai strategy
sebagai berikut:
Tabel 4.4.8 rekapan hasil strategy
Strategy Agregat planning Hasil
Level Strategy (Backorder) Rp356.938.500
Level Strategy (Nobackorder) Rp 341.544.500
Chase Strategy Rp 332.728.000
Mixed Strategy Rp 356.938.500
Linier Programming Rp 350.682.250
Tabel 4.4.8 diatas merupakan rekapan hasil pengolahan data dengan berbagai
strategy. Metode terbaik yaitu metode chases strategy karena memiliki total cost
paling rendah yaitu Rp. 332.728.000. Metode yang memiliki total cost tertinggi
yaitu metode level strategy (nobackorder) dan mixed strategy dengan total Rp.
356.938.500.
4.5 Disagregasi
Perhitungan disagregasi dilakukan untuk mendapatkan kuantitas produksi
pada tiap-tiap produk .perhitungan disagregasi produk V dan Z sebagai berikut:
Tabel 4.4.9 Disagregasi
Hasil Agregate Planning
Madura
V (unit) Z (unit)
5446 5480
5445 5487
5442 5494
5439 5501
5437 5508
5282 5515
Tabel 4.4.9 diatas merupakan hasil agregate planning yang didapat dari unit
production pada strategy yang dipilih. Hasil yang dipilih diperoleh produk V
bulan pertama (januari) sebanyak 5.446 unit. Hasil pada produk Z bulan pertama
(januari) sebanyak 5.480 unit.
Tabel 4.4.10 Proporsi
Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
Proporsi V Z V Z V Z V Z
25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25%
Tabel 4.4.10 diatas merupakan hasil proporsi yang didapatkan dari modul
satu peramalan. Hasil yang dipilih diperoleh produk V wilayah Bangkalan
sebanyak 25%. Hasil yang dipilih diperoleh produk Z wilayah Bangkalan
sebanyak 25%.
Tabel 4.4.11 Proporsi
Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
Proporsi V1 V2 V1 V2 V1 V2 V1 V2
53% 47% 54% 46% 53% 47% 53% 47%
Tabel 4.4.11 diatas merupakan hasil proporsi yangd didapatkan dari modul
satu peramalan. Hasil yang dipilih diperoleh produk V1 wilayah Bangkalan
sebanyak 53%. Hasil yang dipilih diperoleh produk V2 wilayah Bangkalan
sebanyak 47%.
Tabel 4.4.12 Proporsi
Madura
Proporsi V1 V2 Z
53,24% 46,76% 100%
Tabel 4.4.12 diatas merupakan hasil proporsi yangd didapatkan dari modul
satu peramalan. Hasil yang dipilih diperoleh produk V1 wilayah Madura
sebanyak 53,24%. Hasil yang dipilih diperoleh produk V2 wilayah Madura
sebanyak 46,76%.
4.6 Rekapan Data MPS (Master Production Schedule)
Rekapan data dengan MPS adalah sebagai berikut :
4.4.15 Tabel rekapan data MPS
MPS
Hasil Agregat Planning
V1 V2 Z
V Z 53,24% 46,76% 100%
5446 5480 2899 2547 5480
5445 5487 2899 2546 5487
5442 5494 2897 2545 5494
5439 5501 2896 2543 5501
5437 5508 2895 2542 5508
5282 5515 2812 2470 5515
Tabel 4.4.15 rekapan data MP bahwa produk V1 dengan MPS sebesar
53,24% mempunyai nilai demand berturut-turut sebesar 2899, 2899,
2897,2896,2895, 2812. Produk V2 dengan MPS sebesar 46,76% memiliki nilai
demand berturut-turut sebesar 2547, 2546, 2545, 2543, 2542,25470 dan pada
produk Z dengan MPS sebesar 100% memiliki nilai demand berturut-turut sebesar
5480, 5487, 5494, 5501, 5508, 5515.
Bab lima kesimpulan dan saran memuat mengenai kesimpulan dan saran dari
modul empat sub satu aggregate planning.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan setelah melakukan praktikum modul empat sub satu aggregate
planning adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan dan pengendalian produksi adalah suatu kegiatan untuk
mengendalikan dan merancang proses produksi dalam suatu perusahaan agar
sesuai dengan permintaan konsumen. Salah satu cara agar perusahaan
memeproleh strategi yang tepat dalam membuat perencanaan dan
pengendalian produksi adalah dengan membuat aggregate planning.
Aggregate planning bertujuan untuk mengembangkan suatu proses produksi
secara menyeluruh menjadi optimal serta fleksibel.
2. Perencanaan produksi memiliki beberapa strategi yaitu level strategy (no
backorder dan backorder), chase strategy, mixed strategy, dan linier
programming. Level strategy menghasilkan total cost sebesar Rp356.938.500.
Chase strategy menghasilkan total cost sebesar Rp332.728.000. Mixed
strategy menghasilkan total cost sebesar Rp356.938.500. Linier
programming menghasilkan total cost sebesar Rp350.682.250.
3. Rencana produksi terbaik dipilih berdasarkan nilai total cost yang dihasilkan
oleh masing-masing strategi yaitu level strategy (no backorder dan
backorder), chase strategy, mixed strategy, dan linier programming. Strategi
dengan biaya minimum atau biaya paling kecil akan dipilih sebagai strategi
dalam perencanaan dan pengendalian produksi. Strategi yang terpilih yaitu
chase strategy dengan total cost sebesar Rp332.728.000.
4. Perencanaan produksi terbaik adalah perencanaan produksi yang dilakukan
secara menyeluruh serta bersifat fleksibel dan optimal. Fleksibel berarti
mampu memenuhi permintaan pasar sesuai dengan kapasitas serta optimal
berarti menggunakan sumber daya seefektif mungkin dengan mengeluarkan
biaya seminimal mungkin. Penerapan perencanaan produksi terbaik pada
aggregate planning diperoleh pada chase strategy. Chase strategy memiliki
total cost sebesar Rp332.728.000.
5.2 Saran
PT. ABYAKTA COMPANY menyarankan agar PT. TI PRUTTT memilih
chase strategy sebagai perencanaan produksi terbaik karena total cost terkecil
diperoleh chase strategy dengan total cost sebesar Rp332.728.000.
Tabel 4.4. 1 Proporsi
Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
Proporsi V Z V Z V Z V Z
25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25%
Tabel 4.4.10 diatas merupakan hasil proporsi dari modul satu peramalan. Data
pada modul satu peramalan diperoleh hasil produk V pada wilayah Bangkalan
sebesar 25%. Produk Z pada tabel proporsi diatas sebesar 25% pada wilayah
Bangkalan.
Tabel 4.4. 2 Proporsi
Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
Proporsi V1 V2 V1 V2 V1 V2 V1 V2
53% 47% 54% 46% 53% 47% 53% 47%
Tabel 4.4.11 diatas merupakan hasil proporsi dari modul satu peramalan. Data
pada modul satu peramalan diperoleh hasil produk V1 pada wilayah Bangkalan
sebesar 53%. Produk V2 pada tabel proporsi diatas sebesar 25% pada wilayah
Bangkalan.
Tabel 4.4. 3 Proporsi
Madura
Proporsi V1 V2 Z
53,24% 46,76% 100%
Tabel 4.4.12 diatas merupakan hasil proporsi dari modul satu peramalan. Data
pada modul satu peramalan diperoleh hasil produk V1 pada wilayah Madura
sebesar 53,24%. Produk V2 pada tabel proporsi diatas sebesar 46,76% pada
wilayah Madura. Produk Z pada tabel proporsi diatas sebesar 100% pada wilayah
Madura.
DAFTAR PUSTAKA
MODUL : 4 SUB 1
NAMA MODUL : AGGREGATE PLANNING
ACC
LEMBAR JOB DESK
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM
TEKNIK INDUSTRI 2
Modul : 4 SUB 1
Nama Modul : AGGREGATE PLANNING
Nama Kelompok : PT. ABYAKTA COMPANY