Anda di halaman 1dari 39

2021

MODUL 4 SUB 1
“AGREGATE PLANNING”

MODUL 4

PRAKTIK
N RESMI
LAPORA

PERANC
ANGAN
SUB 1
KELOMPOK 13

UM
Nama : Rizky Indra Pradana
Lowince Vallerina Sihite
Ryan Maulana
Moh Tegar Sakti Prakoso
NIM :19.04.211.00038
19.04.211.00089
19.04.211.00091
19.04.211.00148
Shift :2
Asisten : Fitriana Dwi Astutik

LABORATORIUM PERANCANGAN
SISTEM TEKNIK INDUTRI
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Jl. Raya Telang, Kamal, Bangkalan, 69162
BAB I
PENDAHULUAN

Bab satu pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang serta tujuan


praktikum modul empat sub satu aggregate planning.
1.1 Latar Belakang
PT. TI PRUTTT adalah sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi
VISCO (Vintage Desk Clock Sisman Corporation) kayu (V1) dan HDPE (V2).
PT. TI PRUTTT telah melakukan peramalan pada produk VISCO selama 6
(enam) bulan ke depan. PT. TI PRUTTT akan melakukan perencanaan dan
pengendalian persediaan produk VISCO untuk memenuhi permintaan yang telah
diramalkan. PT. TI PRUTT akan bekerja sama dengan PT. ABYAKTA
COMPANY untuk menemukan strategi yang tepat dalam melakukan perencanaan
dan pengendalian produksi produk VISCO dengan membuat aggregate planning.
Aggregate planning bertujuan untuk mengembangkan suatu proses produksi
secara menyeluruh menjadi optimal serta fleksibel.
Menurut Eunike (2018), aggregate planning adalah perencanaan jangka
menengah oleh perusahaan yang berkaitan dengan tingkat produksi. Aggregate
planning juga berarti rencana untuk mengatur sumber daya guna memenuhi
permintaan produk yang menggunakan sumber daya atau fasilitas yang sama.
Teknik-teknik dalam aggregate planning antara lain Chase Strategy (Zero
Inventory Strategy), Level Work Force Strategy, Mixed Strategy, dan Linier
Planning.
Modul empat sub satu aggregate planning membahas mengenai aggregate
planning pada part-part produk VISCO. Data yang digunakan yaitu data pada
modul satu peramalan (forecasting). Pengolahan datanya dimulai dengan
membuat informasi umum, membuat rekapitulasi data awal (Demand Permintaan
dari Forecasting), membuat aggregate planning dengan menggunakan teknik
level strategy (no backorder dan backorder), chase strategy, mixed strategy, dan
linier programming. Tahap selanjutnya yaitu membuat rekapitulasi hasil strategi,
disagregasi, membuat rekapan data MPS, serta melakukan analisa keseluruhan.
Tahap akhirnya yaitu membuat kesimpulan dan saran.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan modul empat sub satu aggregate planning adalah sebagai berikut.
1. Memahami proses perencanaan dan pengendalian produksi guna mencapai
rencana yang sesuai dengan aktivitas sehari-hari.
2. Membuat perencanaan produksi menggunakan beberapa strategi.
3. Menganalisa dan membandingkan rencana produksi terbaik dari beberapa
strategi.
4. Merencanakan suatu proses produksi secara menyeluruh dengan fleksibel
serta optimal.
BAB II
LANDASAN TEORI

Bab dua pada modul empat sub satu berisi mengenai landasan teori aggregate
planning sebagai berikut.
2.1 Aggregate Planning
Menurut Komang (2020) aggregate planning merupakan perencanaan yang
dikatagori pada dalam perencanaan jangka menengah untuk merencanakan jadwal
induk produksi yaitu selama satu tahun. Perencanaan agregat biasanya dilakukan
oleh para manajer operasi bersangkutan dengan penentuan produksi, persediaan,
dan tingkat tenaga kerja sebagai memenuhi permintaan yang berfluktuasi.
Perencanaan agregat memberikan cara terbaik untuk memenuhi perkiraan
permintaan dalam waktu 3-18 bulan ke depan dengan menyesuaikan tingkat
reguler serta lembur produksi, tingkat persediaan, tingkat tenaga kerja, sub-
kontrak dan backorder tingkat dan variabel terkontrol lainnya. Permasalahan
perencanaan agregat dapat diselesaikan dengan cara mempertimbangkan berbagai
keputusan pilihan yang tersedia. Pilihan permintaan merupakan pilihan yang
berupaya mengurangi perubahan pola pada permintaan selama periode
perencanaan yang dapat dilakukan dengan cara mempengaruhi permintaan ketika
permintaan rendah sebuah perusahaan dapat mencoba untuk meningkatkan
permintaan melalui yaitu iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon.

2.2 Teknik Aggregate Planing


Menurut Agustina (2018), teknik aggregate planning dilakukan dengan
menggunakan beberapa strategi yaitu Level Strategy (Level Work Force Plan),
Chase Starategy, Mix Strategy, dan Linier Progamming. Adapun penjelasan dari
masing-masing strategi sebagai berikut:
1. Level Strategy (Level Work Force Plan)
Level strategy merupakan rencana agregat di mana tingkat produksi tetap dari
periode ke periode yaitu selama jangka waktu perencanaan agregat. Strategi
perencanaan produksi dengan tingkat produksi konstan dari satu periode ke
periode lainnya bertujuan untuk memenuhi rata-rata permintaan. Level strategy
menggunakan inventory dari adanya variasi dalam permintaan. Permintaan yang
menurun akan mengakibatkan kelebihan produksi, maka kelebihan produksi
tersebut disimpan untuk persediaan yang akan digunakan pada saat permintaan
meningkat sehingga menimbulkan biaya simpan yang tinggi. Level strategy
terbagi menjadi dua yaitu nobackorder dan backorder.
2. Chase Starategy
Chase strategy bertujuan untuk menghasilkan perencanaan dimana tingkat
inventory nihil. Jumlah unit produk yang diproduksi sama dengan jumlah
permintaan pada setiap periode perencanaan Chase strategy jumlah pekerja akan
disesuaikan dengan permintaan pada setiap bulan. Jumlah pekerja akan ditambah
bila terdapat kenaikan permintaan serta akan dikurangi ketika terjadi penurunan
permintaan.
a. Pekerja dibutuhkan merupakan jumlah pekerja yang diperlukan untuk
memproduksi sesuai net demand dan jumlahnya sama sebagai semua strategi.
Penentuan jumlah pekerja yang dibutuhkan dihitung yaitu dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Pekerja yang dibutuhkan = ………….…………..(1)

Gambar 4.2.1 Contoh Chase strategy pekerja dibutuhkan


b. Rekrut pekerja merupakan jumlah pekerja yang akan direkrut menyesuaikan
dengan jumlah pekerja dibutuhkan. Jumlah rekrut pekerja didapatkan dari
fungsi sebagai berikut,
Rekrut pekerja = max (0), pekerja dibutuhkan - pekerja tersedia)………...(2)
c. Pekerja diberhentikan merupakan jumlah pekerja yang akan dipecat apabila
pekerja tersedia melebihi jumlah pekerja dibutuhkan.
Pekerja diberhentikan=max pekerja tersedia - pekerja dibutuhkan)……….(3)
d. Jumlah unit produk yang diproduksi pada chase strategy disamakan dengan
yaitu jumlah demand pada bulan tersebut formulasi perhitunganya yaitu:
Pt = min {Dt, Ct}...………………………………………………………….(4)
Keterangan :
Pt = Produksi periode ke t
Dt = Permintaan periode ke t
Ct = Biaya period ke t
e. Persediaan merupakan besar jumlah inverntory yang tersisa diakhir periode.
Tingkat persediaan perbulan dapat dicari menggunakan fungsi sebagai
berikut:
It = max {(It-1 + Pt) – (Dt + Bt-1)}………………………..…………………(5)
Keterangan :
It = Persediaan akhir periode ke t
Pt = Produksi periode ke t
Dt = Permintaan periode ke t
Bt = Backorder periode ke t
f. Jumlah permintaan yang tidak dapat dipenuhi pada periode tertentu serta akan
dipenuhi di periode berikutnya disebut backorder. Besar backorder perbulan
dihitung dengan fungsi sebagai berikut.
Bt = max {(Dt + Bt-1) – (It-1 + Pt)}……………………………………..……(6)
Keterangan :
It = Persediaan akhir periode ke t
Pt = Produksi periode ke t
Dt = Permintaan periode ke t
Bt = Backorder periode ke t
3. Mixed Strategy
Mixed strategy merupakan strategi yang menggabungkan kelebihan antara
chase strategy (zero inventory strategy) dan workfoce level strategy sehingga
dapat diartikan bahwa mixed strategy diijinkan terjadinya persediaan dan
backorder seperti pada level workforce strategy dan perubahan tingkat produksi
yang merupakan teknik chase strategy. Teknik penentuan pekerja digunakan yaitu
dengan melakukan smoothing dari pekerja dibutuhkan. Smoothing dilakukan
dengan mengubah siklus pekerja yang dibutuhkan yaitu sebanyak 2 siklus menjadi
1 siklus. Hal ini dilakukan sebagai meminimumkan biaya perekrutan dan biaya
pemberhentian tenaga kerja.

Gambar 4.2.2 Contoh Mixed Strategy


4. Linier Progamming
Linier Programing merupakan penentuan rencana agregat planning dengan
memakai dasar teknik metode optimasi. Pengerjaan metode linear programing
untuk menyelesaikan pengerjaan sebelumnya. Bagian proses pengerjaan perlu
identifikasi variable yang menjadi permasalahan antara lain yaitu sebagai berikut :

...............................................(7)

T = panjang periode perencanaan agregat.


t = indeks periode, t = 1, 2, 3, …,T
Ct = permintaan pada periode ke-t.
Pt = produksi pada periode ke-t.
Ct = tenaga kerja pada periode ke-t.
Cht = tenaga kerja direkrut pada periode ke-t.
Cft = tenaga kerja diberhentikan pada periode ke-t.

2.3 MPS (Master Production Schedule)


Menurut Nasir (2017), MPS (Master Production Schedule) merupakan suatu
pernyataan tentang produk akhir dari suatu perusahaan industri manufaktur yang
merencanakan proses produksi output yang berkaitan dengan kuantitas dan
periode waktu. Aktivitas MPS pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana
menyusun serta memperbaharui jadwal produksi induk (master production
schedule), memproses transaksi dari MPS dan memberikan laporan evaluasi pada
dalam periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan balik serta tinjauan
ulang. Penjadwalan produksi induk berkaitan dengan aktivitas melakukan empat
fungsi utama yaitu sebagai berikut :
1. Menyediakan atau memberikan input utama pada sistem perencanaan
kebutuhan material serta kapasitas.
2. Menjadwalkan pesanan produksi dan pembelian untuk item-item MPS.
3. Memberikan landasan sebagai penentuan kebutuhan sumber daya dan
kapasitas.
4. Memberikan basis sebagai pembuatan janji tentang penyerahan produk pada
pelanggan. Adapun beberapa yang menjadi tujuan penjadwalan produksi
induk MPS diantaranya yaitu :
a. Memenuhi target tingkat pelayanan pada konsumen.
b. Efisiensi pada dalam penggunaan sumber daya produksi.
c. Mencapai target tingkat produksi.
BAB II
METODELOGI PENELITIAN

Bab tiga ini menjelaskan tentang metodelogi peneltian jalannya praktikum


modul empat sub satu yang berisi tentang alat dan bahan, flowchart, prosedur
praktikum.
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk menjuang jalannya praktikum modul
tiga adalah sebagai berikut.
1. Laptop.
2. Microsoft Word, Excel Visio.
3. Data peramalan (Modul 1).

3.2 Prosedur Praktikum


Prosedur pengolahan data pada praktikum modul tiga adalah sebagai berikut.
1. Melakukan pengumpulan data input (demand permintaan forecasting).
2. Agregat dikelompokan menjadi satu.
3. Melakukan agregat planning dengan berbagai strategi.
4. Melakukan pemilihan minimal cost dari strategi agregat planning.
5. Melakukan disagregasi.
6. Output disagregasi berupa MPS.
7. Melakukan analisa keseluruhan.
3.3 Flowchart
Flowchart pada modul empat sub satu sendiri terdiri dari flowchart
praktikum dan flowchart pengolahan data.
3.3.1 Flowchart Praktikum
Flowchart praktikum pada modul empat sub satu adalah sebagai berikut.
Mulai

Modul Empat Sub Satu

Pre-test

Post-test Tidak Lulus Nilai Pre-test •60

Ya

Brieffing Pengolahan Data

Pengolahan Data

Asistensi 1

Asistensi 2

Laporan Resmi

ACC

Selesai

Gambar 4.3.1 Flowchart Praktikum


3.3.2 Flowchart Pengolahan Data
Flowchart pengolahan data pada modul empat sub satu adalah sebagai
berikut.
Mulai

Data foerecast (modul 1) Tahap Pengambilan Data

Pengumpulan data input

Agregat planning (Level strategy,


chase strategy, mixed strategy,
linier programming )

Rekapitulasi hasil startegi terkecil Tahap Pengolahan Data

Disagregasi cost terkecil

Merekap data MPS yang terbaik

Analisa keseluruhan

Kesimpulan dan Saran Tahap Kesimpulan dan


Saran

Selesai
Gambar 4.3.2 Flowchart Pengolahan Data
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

Bab empat pengolahan data memuat mengenai pengolahan data pada modul
empat sub satu aggregate planning yaitu informasi umum, rekapitulasi data awal,
aggregat planning dengan menggunakan teknik level strategy (no backorder dan
backorder), chase strategy, mixed strategy, dan linier programming, rekapitulasi
hasil strategi, disagregasi, rekapan datan MPS, dan analisa keseluruhan.
4.1 Informasi Umum
PT. TI PRUTTT adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
manufaktur. PT. TI PRUTTT memproduksi produk Vintage Desk Clock Sisman
Corporation (VISCO) jenis kayu dan HDPE. PT. TI PRUTTT telah melakukan
peramalan pada produk VISCO selama 6 (enam) bulan ke depan. PT. TI PRUTTT
akan melakukan proses perencanaan dan pengendalian produksi pada produk
VISCO untuk memenuhi jumlah permintaan yang sebelumnya telah diramalkan.
Data yang digunakan yaitu data hasil peramalan (forecasting) yang diperoleh dari
modul satu “Peramalan Permintaan Pasar” berupa data peramalan demand produk
VISCO selama (6) enam bulan ke depan. Strategi yang digunakan oleh PT. TI
PRUTTT yaitu melakukan aggregate planning bersama dengan PT. ABYAKTA
COMPANY. Aggregate planning bertujuan untuk mengembangkan suatu proses
produksi secara menyeluruh menjadi optimal serta fleksibel. Teknik-teknik
aggregate planning yang digunakan yaitu Chase Strategy (Zero Inventory
Strategy), Level Work Force Strategy, Mixed Strategy, dan Linier Planning.
Tabel 4.x.x Informasi tambahan

Informasi Tambahan
Produk Pekerja 10
Hiring Cost Rp600.000
Layoff Cost Rp4.050.000
Labour Cost/Wages Rp89.000
Holding Cost Rp6.500
Back Order Cost Rp157.500
Worker Available 30
4.2 Rekapitulasi Data Awal (Demand Permintaan Dari Forecasting)
Data awal yang digunakan yaitu data hasil peramalan permintaan produk
VISCO selama 6 (enam) bulan ke depan, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.x.x Rekapitulasi Data Awal

Madura
Periode
V (unit) (Z unit)
Januari 5446 5480
Februari 5445 5487
Maret 5442 5494
April 5439 5501
Mei 5437 5508
Juni 5282 5515
Total 32491 32982
Tabel 4.x.x di atas adalah tabel rekapitulasi data awal. Tabel tersebut
menunjukkan data demand untuk produk VISCO Kayu (V1) dan VISCO HDPE
(V2) dan lampu SMART (Z). Data demand tersebut diperoleh dari data hasil
peramalan modul satu “Peramalan Permintaan Pasar”. PT. TI PRUTTT akan
melakukan perencanaan pengendalian produksi pada produk V karena berasal dari
famili produk yang sama (VISCO), sehingga data demand yang akan digunakan
untuk proses aggregate planning yaitu data demand produk VISCO (V).
Peramalan permintaan produk V pada bulan Januari yaitu sebesar 5446 unit, bulan
Februari sebesar 5445 unit, bulan Maret sebesar 5442 unit, bulan April sebesar
5439 unit, bulan Mei sebesar 5437 unit, dan bulan Juni sebesar 5282 unit. Total
demand produk V selama 6 (enam) bulan ke depan yaitu sebesar 32490 unit.
4.3 Aggregate Planning
Aggregate planning adalah perencanaan dikatagori dalam perencanaan jangka
menengah sebagai perencanaan jadwal induk produksi yaitu selama satu tahun.
Aggregate planning dilakukan dengan menggunakan beberapa strategi yaitu Level
Strategy, Chase Starategy, Mix Strategy, dan Linier Progamming sebagai berikut.
4.3.1 Level Strategy
Level strategy adalah perencanaan agregat dimana tingkat produksi tetap
dari periode ke periode selama jangka waktu perencanaan agregat. Level
strategy menggunakan inventory dari adanya variasi dalam permintaan. Level
strategy pada agregat planning yaitu terdiri dari backorder dan no backorder.
1. Backorder
Perhitungan level strategy (backorder) sebagai berikut:
Diketahui :
Days : 23
Jawab:
a. Unit/Worker = (produk dihasilkan 1 pekerja/1 hari) x Hari kerja periode t
= (10 x 23)
= 230 produk

b. Worker needed = Roundup

= Roundup

= Roundup

= 25 pekerja
c. Worker available = Jumlah tenaga kerja yang tersedia
= 30 Pekerja
d. Worker hiring = ((Worker needed – Worker available) + ABS (Worker
needed – Worker available))/2
= ((25 - 30)+ABS(25-30))/2
= 0 pekerja
e. Hiring cost = (worker hiring) x hiring cost
= (600.000 x 0)
= Rp. 0
f. Worker Lay-off = ((worker available – worker needed) + ABS (worker
available – worker needed))/ 2
= ((30-25) + ABS (30-25))/2
= 5 Pekerja
g. Layoff cost layoff cost x Worker Lay-off
= 4.050.000 x 5
= Rp. 20.250.000
h. Worker used = worker needed
= 25 pekerja
i. Labour cost = Worker used x days x wages
= 25 x 23 x 89.000
= Rp. 51.175.000
j. Unit production = Unit/Worker x worker needed
= (230 x 25)
= 5750 Unit
k. Net inventory = ((Unit produced - Demond)) + ABS (Unit produced -
Demond))/2
= 5750 – 5446
= 304 unit
l. Holding cost = Net inventory x holding cost
= 304 x 6.500
= 304 x 6.500
= Rp. 1.976.000
m. Net back order = ((Demand – Unit production) +ABS (Demand – Unit
production))/2
= ((5446 -5750)+ABS(5446 -5750))/2
=0
n. Backorder cost = net back order x backorder cost
= 0 x 157.500
= Rp. 0
o. Total cost =hiring cost + layoff cost + labour cost + holding cost +
backorder cost
= 0 + 20.250.000 + 51.175.000 + 1.976.000 + 0
= Rp73.401.000
Tabel 4.4.3 Metode Level strategy Backorder
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Days (hari) 23 21 23 22 23 22 134
Unit/worker (unit) 230 210 230 220 230 220 1340
Demand (unit) 5446 5445 5442 5439 5437 5282 32491
Worker needed (pekerja) 25 25 25 25 25 25 150
Worker available (pekerja) 30 25 25 25 25 25 155
Worker hiring (pekerja) 0 0 0 0 0 0 0
Hiring cost (Rp) Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Worker lay-off (pekerja) 5 0 0 0 0 0 5
lay-off cost (Rp) Rp 20.250.000 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 20.250.000
Worker used (pekerja) 25 25 25 25 25 25 150
Labour cost (Rp) Rp 51.175.000 Rp 46.725.000 Rp 51.175.000 Rp 48.950.000 Rp 51.175.000 Rp 48.950.000 Rp 298.150.000
Unit produced (Unit) 5750 5250 5750 5500 5750 5500 33500
Net inventory (unit) 304 0 308 61 313 218 1204
Holding cost (Rp) Rp 1.976.000 Rp - Rp 2.002.000 Rp 396.500 Rp 2.034.500 Rp 1.417.000 Rp 7.826.000
Net back order (unit) 0 195 0 0 0 0 195
Back order cost (Rp) Rp - Rp 30.712.500 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 30.712.500
Total cost Rp 73.401.000 Rp 77.437.500 Rp 53.177.000 Rp 49.346.500 Rp 53.209.500 Rp 50.367.000 Rp 356.938.500

Tabel 4.4.3 metode level strategy backorder menjelaskan tingkat pekerja


yang tetap dan mempunyai unit produced yang tetap. Penerapan metode level
strategy backorder digunakan yaitu dalam bulan januari sampai juni. Metode
backorder bertujuan untuk mempertahankan tingkat produksi yang tetap.
Metode backorder tingkat pekerja tetap dengan jumlah pekerja sebanyak 25
didapatkan dari hasil pembagian keseluruhan demand dengan unit/worker
kemudian roundup dan average sehingga dari hasil pekerja maka produk yang
dihasilkan 5445 unit pada bulan januari tingkat produksi pada perusahaan juga
tetap dan menimbulkan backorder pada bulan februari sebesar 195 didapatkan
dari demand dikurangi dengan unit produced kemudian dijumlahkan dengan
hasil nilai absolute yaitu pengurangan demand dengan unit produced dan dibagi
dengan dua sehingga adanya biaya backorder cost sebesar Rp. 30.712.500. Nilai
penggunaan metode level strategy dengan backorder mendapatkan total nilai
sebesar Rp. 356.938.500.
2. No backorder
Perhitungan matematis
Diketahui :
Days : 23
Jawab:
a. Unit/Worker = (produk dihasilkan 1 pekerja/1 hari) x Hari kerja periode t
= (10 x 23)
= 230 produk

b. Worker needed = Roundup

= Roundup

= Roundup

= 26 pekerja
c. Worker available = Jumlah tenaga kerja yang tersedia
= 30 Pekerja
d. Worker hiring = ((Worker needed – Worker available) + ABS (Worker
needed – Worker available))/2
= ((26 - 30)+ABS(26-30))/2
= 0 pekerja
e. Hiring cost = (worker hiring) x hiring cost
= (600.000 x 0)
= Rp. 0
f. Worker Lay-off = ((worker available – worker needed) + ABS (worker
available – worker needed 2
= ((30-26) + ABS (30-26))/2
= 4 Pekerja
g. Layoff cost layoff cost x Worker Lay-off
= 4.050.000 x 4
= Rp16.200.000
h. Worker used = worker needed
= 26 pekerja
i. Labour cost = Worker used x days x wages
= 26 x 23 x 89.000
= Rp. 53.222.000
j. Unit production = Unit/Worker x worker needed
= (230 x 26)
= 5980 Unit
k. Net inventory = ((Unit produced - Demond)) + ABS (Unit produced -
Demond))/2
= 5980 – 5446
= 534 unit
l. Holding cost = Net inventory x holding cost
= 534 x 6.500
= Rp3.471.000
m. Net back order = ((Demand – Unit production) +ABS (Demand – Unit
production))/2
= ((5446-5980)+ABS(5446-5980))/2
=0
n. Backorder cost = net back order x backorder cost
= 0 x 157.500
= Rp. 0
o. Total cost =hiring cost + layoff cost + labour cost + holding cost +
backorder cost
= 0 + 16.200.000 + 53.222.000 + 3.471.000 + 0
= Rp. 72.893.000
Tabel 4.4.4 Metode Level strategy no backorder
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Days (hari) 23 21 23 22 23 22 134
Unit/worker (unit) 230 210 230 220 230 220 1340
Demand (unit) 5446 5445 5442 5439 5437 5282 32491
Worker needed (pekerja) 26 26 26 26 26 26 156
Worker available (pekerja) 30 26 26 26 26 26 160
Worker hiring (pekerja) 0 0 0 0 0 0 0
Hiring cost (Rp) Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Worker lay-off (pekerja) 4 0 0 0 0 0 4
lay-off cost (Rp) Rp 16.200.000 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 16.200.000
Worker used (pekerja) 26 26 26 26 26 26 156
Labour cost (Rp) Rp 53.222.000 Rp 48.594.000 Rp 53.222.000 Rp 50.908.000 Rp 53.222.000 Rp 50.908.000 Rp 310.076.000
Unit produced (Unit) 5980 5460 5980 5720 5980 5720 34840
Net inventory (unit) 534 15 538 281 543 438 2349
Holding cost (Rp) Rp 3.471.000 Rp 97.500 Rp 3.497.000 Rp 1.826.500 Rp 3.529.500 Rp 2.847.000 Rp 15.268.500
Net back order (unit) 0 0 0 0 0 0 0
Back order cost (Rp) Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Total cost Rp 72.893.000 Rp 48.691.500 Rp 56.719.000 Rp 52.734.500 Rp 56.751.500 Rp 53.755.000 Rp 341.544.500

Tabel 4.4.4 metode level strategy no backorder menjelaskan tingkat pekerja


tetap dengan pekerja 26 didapatkan yaitu dari pembagian demond dengan
unit/worker pada setiap bulannya dan hasil yang terbesar yang dipilih yaitu 26
maka produk yang dihasilkan sebanyak 5980 unit dengan tingkat produksi pada
perusahaan juga tetap dan menimbulkan net inventory pada bulan januari sebesar
534 sehingga adanya biaya holding cost yaitu sebesar Rp. 3.471.000. Net
inventory pada bulan sebelumnya digunakan sebagai permintaan bulan
selanjutnya, sehingga terjadi peninggkatan inventory secara terus menerus. Nilai
penggunaan metode level strategy dengan no backorder mendapatkan total nilai
sebesar Rp. 341.544.500..
4.3.2 Chase Strategy
Perhitungan matematis menggunakan teknik chase strategy pada bulan
Januari adalah sebagai berikut.
Days = 23
Unit/worker = produk yang dihasilkan pekerja per hari x hari kerja dalam 1
bulan
= 10 x 23
= 230 unit
Demand = 5446 unit

Worker needed = RoundUp

= RoundUp
= 24 orang
Worker available = Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan periode sebelumnya
(Januari)
= 30 orang

Worker hiring =

= 0 orang
Hiring Cost = Worker hiring x Hiring cost
= 0 x Rp600.000
= Rp0

Worker Lay-Off =

= 6 orang
Lay-Off Cost = Worker Lay-Off x Lay-Off cost
= 6 x Rp4.050.000
= Rp24.300.000
Worked used = Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan (worker needed)
= 24 orang
Labour cost = Jumlah hari kerja dalam sebulan (days) x Labour cost/Wages
x Worker Used
= 23 x Rp89.000 x 24
= Rp49.128.000
Unit produced = Jumlah demand
= 5446 unit
Net inventory = Unit produced – demand
= 5446-5446
= 0 unit
Holding cost = x holding cost

= x Rp6.500

= Rp0

Net backorder =

= 0 unit
Backorder cost = Net backorder x Backorder cost
= 0 x Rp157.500
= Rp0
Total cost = Hiring cost + Lay-Off cost + Labour cost + Holding cost +
Backorder cost
= Rp0 + Rp24.300.000 + Rp49.128.00 + Rp0 + Rp0
= Rp73.428.000

Jadi, total cost yang diperoleh dari teknik chase strategy adalah sebesar
Rp73.428.000.
Tabel 4.4.5 Chase Strategy
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Days 23 21 23 22 23 22 134
Unit/work er 230 210 230 220 230 220 1340
Demand 5446 5445 5442 5439 5437 5282 32491
Worker needed 24 26 24 25 24 25 148
Work er available 30 24 26 24 25 24 153
Worker hiring 0 2 0 1 0 1 4
Hiring cost Rp - Rp 1,200,000.00 Rp - Rp 600,000.00 Rp - Rp 600,000.00 Rp 2,400,000
Worker lay-off 6 0 2 0 1 0 9
Lay-off cost Rp 24,300,000 Rp - Rp 8,100,000 Rp - Rp 4,050,000 Rp - Rp 36,450,000
Work er used 24 26 24 25 24 25 148
Labour cost Rp 49,128,000 Rp 48,594,000 Rp 49,128,000 Rp 48,950,000 Rp 49,128,000 Rp 48,950,000 Rp 293,878,000
Unit produced 5446 5445 5442 5439 5437 5282 32491
Net inventory 0 0 0 0 0 0 0
Holding cost Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Net back order 0 0 0 0 0 0 0
Back order cost Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Total cost Rp 73,428,000 Rp 49,794,000 Rp 57,228,000 Rp 49,550,000 Rp 53,178,000 Rp 49,550,000 Rp 332,728,000

Tabel 4.4.5 di atas merupakan tabel aggregate planning menggunakan teknik Chase Strategy dengan periode selama 6 (enam) bulan
yaitu bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, dan Juni. Chase strategy bertujuan untuk membuat perencanaan dengan tingkat
inventory nihil dimana jumlah pekerja akan disesuaikan dengan banyaknya permintaan tiap bulan. Data yang digunakan dalam proses
perhitungan pada tabel tersebut diperoleh dari data informasi tambahan serta data permintaan atau demand produk V dari modul satu
“peramalan permintaan pasar”. Tabel tersebut mencantumkan jumlah hari kerja per bulan (days), jumlah produk yang dihasilkan pekerja
dalam sehari (unit/worker), demand, jumlah pekerja yang dibutuhkan (worker needed), jumlah pekerja tersedia (worker available),
penambahan pekerja (worker hiring), biaya penambahan pekerja (hiring cost), pemberhentian pekerja (worker lay-off), biaya
pemberhentian pekerja (lay-off cost), pekerja yang digunakan (worked used), biaya tenaga kerja(labour cost), jumlah unit yang diproduksi
selama satu bulan (unit produced), inventory tersedia selama satu periode (net inventory), biaya simpan (holding cost), net backorder, dan
biaya backorder (backorder cost). Sebagai contoh, pada bulan Februari hari kerja dalam sebulan (days) yaitu sebesar 21, produk yang
diperoleh pekerja dalam sehari (unit/worker) yaitu sebesar 210, permintaan atau demand yaitu sebesar 5445 unit, jumlah pekerja yang
dibutuhkan (worker needed) yaitu sebanyak 26 orang, jumlah pekerja tersedia (worker available) yaitu sebanyak 26 orang, penambahan
pekerja (worker hiring) yaitu sebanyak 2 orang, biaya penambahan pekerja (hiring cost) yaitu sebesar Rp1.200.000, jumlah tenaga kerja
yang diberhentikan (worker lay-off) tidak ada, biaya pemberhentian pekerja (lay-off cost) sebesar Rp0, pekerja yang digunakan (worked
used) sebanyak 26 orang, biaya tenaga kerja (labour cost) sebesar Rp48.594.000, jumlah unit yang diproduksi selama satu bulan (unit
produced) yaitu sebesar 5445 unit, jumlah inventory tersedia selama satu periode (net inventory) tidak ada, biaya simpan (holding cost)
sebesar Rp0, net backorder tidak ada, dan biaya backorder (backorder cost) sebesar Rp0. Total cost untuk bulan Februari adalah sebesar
Rp49.794.000 dan total cost untuk keseluruhan periode adalah sebesar Rp332.728.000.
4.3.3 Mixed Strategy
Perhitungan mixed strategy pada agregat planning adalah sebagai berikt.
Diketahui :
Days : 23
Jawab:
a. Unit/Worker = (produk dihasilkan 1 pekerja/1 hari) x Hari kerja periode t
= (10 x 23)
= 230 produk

b. Worker needed = Roundup

= Roundup

= Roundup

= 25 pekerja
c. Worker available = Jumlah tenaga kerja yang tersedia
= 30 Pekerja
d. Worker hiring = ((Worker needed – Worker available) + ABS (Worker
needed – Worker available))/2
= ((25 - 30)+ABS(25-30))/2
= 0 pekerja
e. Hiring cost = (worker hiring) x hiring cost
= (600.000 x 0)
= Rp. 0
f. Worker Lay-off = ((worker available – worker needed) + ABS
(worker available – worker needed))/ 2
= ((30-25) + ABS (30-25))/2
= 5 Pekerja
g. Layoff cost = layoff cost x Worker Lay-off
= 4.050.000 x 5
= Rp. 20.250.000
h. Worker used = worker needed
= 25 pekerja
i. Labour cost = Worker used x days x wages
= 25 x 23 x 89.000
= Rp. 51.175.000
j. Unit production = Unit/Worker x worker needed
= (230 x 25)
= 5750 Unit
k. Net inventory = Unit production – demand
= 5750 – 5446
= 304 unit
l. Holding cost = Net inventory x holding cost
= 304 x 6.500
= 304 x 6.500
= Rp. 1.976.000
m. Net back order = ((Demand – Unit production) +ABS (Demand – Unit
production))/2
= ((5446 -5750)+ABS(5446 -5750))/2
=0
n. Backorder cost = net back order x backorder cost
= 0 x 157.500
= Rp. 0
o. Total cost = hiring cost + layoff cost + labour cost + holding cost +
backorder cost
= 0 + 20.250.000 + 51.175.000 + 1.976.000 + 0
= Rp73.401.000
Tabel 4.4.6 Agregat Planning metode mixed strategy
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Days (hari) 23 21 23 22 23 22 134
Unit/worker (unit) 230 210 230 220 230 220 1340
Demand (unit) 5446 5445 5442 5439 5437 5282 32491
Worker needed (pekerja) 25 25 25 25 25 25 150
Worker available (pekerja) 30 25 25 25 25 25 155
Worker hiring (pekerja) 0 0 0 0 0 0 0
Hiring cost (Rp) Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Worker lay-off (pekerja) 5 0 0 0 0 0 5
lay-off cost (Rp) Rp 20.250.000 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 20.250.000
Worker used (pekerja) 25 25 25 25 25 25 150
Labour cost (Rp) Rp 51.175.000 Rp 46.725.000 Rp 51.175.000 Rp 48.950.000 Rp 51.175.000 Rp 48.950.000 Rp 298.150.000
Unit produced (Unit) 5750 5250 5750 5500 5750 5500 33500
Net inventory (unit) 304 0 308 61 313 218 1204
Holding cost (Rp) Rp 1.976.000 Rp - Rp 2.002.000 Rp 396.500 Rp 2.034.500 Rp 1.417.000 Rp 7.826.000
Net back order (unit) 0 195 0 0 0 0 195
Back order cost (Rp) Rp - Rp 30.712.500 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 30.712.500
Total cost Rp 73.401.000 Rp 77.437.500 Rp 53.177.000 Rp 49.346.500 Rp 53.209.500 Rp 50.367.000 Rp 356.938.500

Tabel 4.4.6 Aggregate planning metode mixed strategy menjelaskan tingkat


pekerja dengan jumlah pekerja didapatkan dari pembagian demond dengan
unit/worker pada setiap bulannya kemudian dirata-ratakan pada setiap dua bulan
dan di roundup sehinnga mendapatkan hasil worker needed yaitu sebesar 25
pekerja maka produk yang dihasilkan 5445 unit. Metode mixed strategy
bertujuan untuk meminimumkan biaya perekrutan dan biaya pemberhentian
tenaga kerja. Pada bulan januari tingkat produksi pada perusahaan juga tetap dan
menimbulkan backorder pada bulan februari sebesar 195 didapatkan dari
demand dikurangi dengan unit produced kemudian dijumlahkan dengan hasil
nilai absolute yaitu pengurangan demand dengan unit produced dan dibagi
dengan dua sehingga adanya biaya backorder cost sebesar Rp. 30.712.500. Nilai
penggunaan metode mixed strategy mendapatkan total nilai sebesar Rp.
356.938.500.
4.3.4 Linier Programming
Perhitungan manual linier programming adalah sebagai berikut :
Min Z = total hiring cost + total layoff cost + total labour cost + total holding
cost + total backorder cost
Batas linier programming :
Worker layoff = int
Worker hiring = int
Worker layoff ≤ worker
Net backorder ≥ backorder
Net inventory ≥ inventory
Unit produced ≥ demand
1. Days = 23
2. Unit/worker = produk yang dihasilkan pekerja perhari x hari kerja dalam
1 bulan
= 10 x 23
= 230 unit
3. Demand = 5446 unit
4. Worker needed = 25 orang
5. Worker available = jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dibulan
sebelumnya ( january)
= 25 orang
6. Workerhiring = ((worker needed – worker available) +ABS (worker
needed– worker available))/2

= 0 orang
7. Hiring cost = working hiring x hiring cost
= 0 x Rp. 600.000
= Rp. 0
8. Worker layoff = 5 orang
9. Layoff cost = worker layoff x layoff cost
= 5 x Rp. 4.050.000
=Rp. 20,250,000
10. Worker used = worker needed
= 25 orang
11. Labour cost = worked used x working days (month) x (wages cost)
= 25 x23 xRp. 89.000
= Rp. 51.175.000
12. Unit produced = worker needed x days x produk/pekerja
= 25 x 23 x 10
= 5750 unit
13. Inventory = unit produced – demand
= 570 – 5446
= 304 unit
14. Net inventory = 804 unit

15. Holding cost =

= Rp. 5.226.000
16. Backorder = if((demand-unit produced)<0,0 demand-unit produced)
= if((5446-5750)<0,0 5446-5750)
= 0 unit
17. Net backorder = 0 unit
18. Backorder cost = net backorder x backorder cost
= 0 x Rp. 157.500
= Rp. 0
19. Total cost = hiring cost + layoff cost + labour cost + holding cost +
backorder cost
= Rp. 0 + Rp. 20,250,000 + Rp. 51.175.000+ Rp.
5.226.000+ Rp.0
= Rp. 76.651.000
Tabel 4.4.7 Linier programming
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Days 23 21 23 22 23 22 134
Unit/Worker 230 210 230 220 230 220 1340
Demand 5446 5445 5442 5439 5437 5282 32491
Work er Needed 25 30 30 30 30 30 175
Work er Available 30 25 30 30 30 30 30 175
Work er Hiring 0 0 0 0 0 0 0 0
Hiring Cost Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Work er Layoff 0 5 0 0 0 0 0 5
Layoff Cost Rp 20,250,000 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 20,250,000
Work er Used 25 30 30 30 30 30 175
Labour Cost Rp 51,175,000 Rp 46,725,000 Rp 51,175,000 Rp 48,950,000 Rp 51,175,000 Rp 48,950,000 Rp 298,150,000
Unit Produced 5750 5250 5750 5500 5750 5500 33500
Inventory 304 -98 458 83 458 83 1287
Net Inventory 0 804 83 1208 833 833 1208 4967
Holding Cost Rp 5,226,000 Rp 536,250 Rp 7,848,750 Rp 5,411,250 Rp 5,411,250 Rp 7,848,750 Rp 32,282,250
Backorder 0 0 0 0 0 0 0
Net Backorder 0 0 0 0 0 0 0 0
Backorder Cost Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Total Cost Rp 76,651,000 Rp 47,261,250 Rp 59,023,750 Rp 54,361,250 Rp 56,586,250 Rp 56,798,750 Rp 350,682,250

Tabel 4.4.7 linier programming menjelaskan pada bulan januari sebnyak 23 hari dengan unit/ worker sebanyak 230. Demand 5446,
worker needed 25, worker hiring 0, worker layoff 5, layoff cost Rp 20.250.000. Worker used 25 dengan labour cost sebanyak Rp
51.175.000 dan unit produced 5750, inventory 304, net inventory 804 lalu holding cost sebesar Rp. 5.226.000, backorder dan net
backorder dengan nilai 0 total cost sebesar Rp. 76.651.000. Metode linier programming menggunakan tools excel solver.
4.4 Rekapitulasi Hasil Strategy
Rekapitulasi hasil strategy yang telah dilakukan dengan berbagai strategy
sebagai berikut:
Tabel 4.4.8 rekapan hasil strategy
Strategy Agregat planning Hasil
Level Strategy (Backorder) Rp356.938.500
Level Strategy (Nobackorder) Rp 341.544.500
Chase Strategy Rp 332.728.000
Mixed Strategy Rp 356.938.500
Linier Programming Rp 350.682.250
Tabel 4.4.8 diatas merupakan rekapan hasil pengolahan data dengan berbagai
strategy. Metode terbaik yaitu metode chases strategy karena memiliki total cost
paling rendah yaitu Rp. 332.728.000. Metode yang memiliki total cost tertinggi
yaitu metode level strategy (nobackorder) dan mixed strategy dengan total Rp.
356.938.500.

4.5 Disagregasi
Perhitungan disagregasi dilakukan untuk mendapatkan kuantitas produksi
pada tiap-tiap produk .perhitungan disagregasi produk V dan Z sebagai berikut:
Tabel 4.4.9 Disagregasi
Hasil Agregate Planning
Madura
V (unit) Z (unit)
5446 5480
5445 5487
5442 5494
5439 5501
5437 5508
5282 5515
Tabel 4.4.9 diatas merupakan hasil agregate planning yang didapat dari unit
production pada strategy yang dipilih. Hasil yang dipilih diperoleh produk V
bulan pertama (januari) sebanyak 5.446 unit. Hasil pada produk Z bulan pertama
(januari) sebanyak 5.480 unit.
Tabel 4.4.10 Proporsi
Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
Proporsi V Z V Z V Z V Z
25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25%
Tabel 4.4.10 diatas merupakan hasil proporsi yang didapatkan dari modul
satu peramalan. Hasil yang dipilih diperoleh produk V wilayah Bangkalan
sebanyak 25%. Hasil yang dipilih diperoleh produk Z wilayah Bangkalan
sebanyak 25%.
Tabel 4.4.11 Proporsi
Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
Proporsi V1 V2 V1 V2 V1 V2 V1 V2
53% 47% 54% 46% 53% 47% 53% 47%
Tabel 4.4.11 diatas merupakan hasil proporsi yangd didapatkan dari modul
satu peramalan. Hasil yang dipilih diperoleh produk V1 wilayah Bangkalan
sebanyak 53%. Hasil yang dipilih diperoleh produk V2 wilayah Bangkalan
sebanyak 47%.
Tabel 4.4.12 Proporsi
Madura
Proporsi V1 V2 Z
53,24% 46,76% 100%
Tabel 4.4.12 diatas merupakan hasil proporsi yangd didapatkan dari modul
satu peramalan. Hasil yang dipilih diperoleh produk V1 wilayah Madura
sebanyak 53,24%. Hasil yang dipilih diperoleh produk V2 wilayah Madura
sebanyak 46,76%.
4.6 Rekapan Data MPS (Master Production Schedule)
Rekapan data dengan MPS adalah sebagai berikut :
4.4.15 Tabel rekapan data MPS
MPS
Hasil Agregat Planning
V1 V2 Z
V Z 53,24% 46,76% 100%
5446 5480 2899 2547 5480
5445 5487 2899 2546 5487
5442 5494 2897 2545 5494
5439 5501 2896 2543 5501
5437 5508 2895 2542 5508
5282 5515 2812 2470 5515
Tabel 4.4.15 rekapan data MP bahwa produk V1 dengan MPS sebesar
53,24% mempunyai nilai demand berturut-turut sebesar 2899, 2899,
2897,2896,2895, 2812. Produk V2 dengan MPS sebesar 46,76% memiliki nilai
demand berturut-turut sebesar 2547, 2546, 2545, 2543, 2542,25470 dan pada
produk Z dengan MPS sebesar 100% memiliki nilai demand berturut-turut sebesar
5480, 5487, 5494, 5501, 5508, 5515.

4.7 Analisa Keseluruhan


PT TI PRUTT melakukan sebuah produksi Vintage Desk Clock Sisman
Corporation (VISCO) jenis kayu dan HDPE, dalam melakukan sebuah produksi
perusahaan akan meramal jumlah permintaan pasar terlebih dahulu untuk enam
bulan kedepan (Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni). Perusahaan sebelum
melakukan proses produksi melakukan pemilihan strategi terbaik agar proses
produksi bisa berjalan lancar dengan biaya cost se rendah atau sedikit mungkin.
Agregat planning bertujuan agar semua kebutuhan konsumen bisa terpenuhi dan
untuk mengetahui strategi apa yang terbaik yang bisa digunakan untuk sebuah
proses produksi. Proses perencanaan produksi pertama yaitu mengumpulkan data
hasil peramalan yang diperoleh dari data demand yang sudah di agregasi.
Perencanaan produksi bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
strategi dalam Agregat Planning. Strategi Agregat Planning yang digunakan
diantaraya adalah level strategy, chase strategy, mixed strategy dan linier
programming. Cost level strategy (backorder) sebesar Rp.356.938.500, cost level
strategy (No backorder) sebesar Rp.341.544.500, cost chase strategy sebesar
Rp.332.728.000, cost mixed strategy sebesar Rp. 356.938.500, dan cost linier
programming sebesar Rp. 350.682.250. Strategi yang akan digunakan dan dipilih
adalah strategy yang memiliki nilai cost terkecil atau terendah. Cost terkecil
adalah chase strategy pada metode ini memperoleh nilai cost sebesar Rp.
332.728.000.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Bab lima kesimpulan dan saran memuat mengenai kesimpulan dan saran dari
modul empat sub satu aggregate planning.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan setelah melakukan praktikum modul empat sub satu aggregate
planning adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan dan pengendalian produksi adalah suatu kegiatan untuk
mengendalikan dan merancang proses produksi dalam suatu perusahaan agar
sesuai dengan permintaan konsumen. Salah satu cara agar perusahaan
memeproleh strategi yang tepat dalam membuat perencanaan dan
pengendalian produksi adalah dengan membuat aggregate planning.
Aggregate planning bertujuan untuk mengembangkan suatu proses produksi
secara menyeluruh menjadi optimal serta fleksibel.
2. Perencanaan produksi memiliki beberapa strategi yaitu level strategy (no
backorder dan backorder), chase strategy, mixed strategy, dan linier
programming. Level strategy menghasilkan total cost sebesar Rp356.938.500.
Chase strategy menghasilkan total cost sebesar Rp332.728.000. Mixed
strategy menghasilkan total cost sebesar Rp356.938.500. Linier
programming menghasilkan total cost sebesar Rp350.682.250.
3. Rencana produksi terbaik dipilih berdasarkan nilai total cost yang dihasilkan
oleh masing-masing strategi yaitu level strategy (no backorder dan
backorder), chase strategy, mixed strategy, dan linier programming. Strategi
dengan biaya minimum atau biaya paling kecil akan dipilih sebagai strategi
dalam perencanaan dan pengendalian produksi. Strategi yang terpilih yaitu
chase strategy dengan total cost sebesar Rp332.728.000.
4. Perencanaan produksi terbaik adalah perencanaan produksi yang dilakukan
secara menyeluruh serta bersifat fleksibel dan optimal. Fleksibel berarti
mampu memenuhi permintaan pasar sesuai dengan kapasitas serta optimal
berarti menggunakan sumber daya seefektif mungkin dengan mengeluarkan
biaya seminimal mungkin. Penerapan perencanaan produksi terbaik pada
aggregate planning diperoleh pada chase strategy. Chase strategy memiliki
total cost sebesar Rp332.728.000.

5.2 Saran
PT. ABYAKTA COMPANY menyarankan agar PT. TI PRUTTT memilih
chase strategy sebagai perencanaan produksi terbaik karena total cost terkecil
diperoleh chase strategy dengan total cost sebesar Rp332.728.000.
Tabel 4.4. 1 Proporsi
Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
Proporsi V Z V Z V Z V Z
25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25%
Tabel 4.4.10 diatas merupakan hasil proporsi dari modul satu peramalan. Data
pada modul satu peramalan diperoleh hasil produk V pada wilayah Bangkalan
sebesar 25%. Produk Z pada tabel proporsi diatas sebesar 25% pada wilayah
Bangkalan.
Tabel 4.4. 2 Proporsi
Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
Proporsi V1 V2 V1 V2 V1 V2 V1 V2
53% 47% 54% 46% 53% 47% 53% 47%
Tabel 4.4.11 diatas merupakan hasil proporsi dari modul satu peramalan. Data
pada modul satu peramalan diperoleh hasil produk V1 pada wilayah Bangkalan
sebesar 53%. Produk V2 pada tabel proporsi diatas sebesar 25% pada wilayah
Bangkalan.
Tabel 4.4. 3 Proporsi
Madura
Proporsi V1 V2 Z
53,24% 46,76% 100%
Tabel 4.4.12 diatas merupakan hasil proporsi dari modul satu peramalan. Data
pada modul satu peramalan diperoleh hasil produk V1 pada wilayah Madura
sebesar 53,24%. Produk V2 pada tabel proporsi diatas sebesar 46,76% pada
wilayah Madura. Produk Z pada tabel proporsi diatas sebesar 100% pada wilayah
Madura.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina Eunike, N. W. (2018). PERENCANAAN PRODUKSI DAN


PENGENDALIAN PERSEDIAAN. Malang: UB Press.
Komang Juliantara, K. M. (2020). PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN
PRODUKSI AGREGAT PADAUSAHA TEDUNG UD DWI PUTRI DI
KLUNGKUNG. E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 1, 99-118.
Muhammad Nasir Sidiq, A. S. (2017). Perencanaan dan Penentuan Jadwal Induk
Produksi di P.T. Arwina Triguna Sejahtera. Jurnal Media Teknik & Sistem
Industri , 11-25.
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM
TEKNIK INDUSTRI 2

NAMA KELOMPOK : PT. ABYAKTA COMPANY

NAMA ANGGOTA Asistensi 1 Asistensi 2


Rizky Indra Pradana
Lowince Vallerina Sihite
Ryan Maulana
Moh Tegar Sakti Prakoso

MODUL : 4 SUB 1
NAMA MODUL : AGGREGATE PLANNING

Keterangan Tanda Tangan


Asistensi 1 Tanggal : 21 Oktober 2021

Fitriana Dwi Astutik


Asistensi 2 Tanggal : 22 Oktober 2021

Fitriana Dwi Astutik


Lapres

ACC
LEMBAR JOB DESK
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM
TEKNIK INDUSTRI 2

Modul : 4 SUB 1
Nama Modul : AGGREGATE PLANNING
Nama Kelompok : PT. ABYAKTA COMPANY

Anda mungkin juga menyukai