Dosen Pengampu :
Dr. Rachmawan Budiarto
2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, serta petunjuk-Nya
sehingga tugas UTS Mata Kuliah Perencanaan Sistem Infrastruktur Energi dapat terselesaikan
dengan baik.
Dalam penyusunan tugas ini penulis telah banyak mendapatkan arahan, bantuan, serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapan terima
kasih kepada Bapak Rachmawan Budiarto selaku dosen pengampu mata kuliah Perencanaan
Sistem Infrstruktur Energi.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua, terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
1. 1 Latar Belakang............................................................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah......................................................................................................................2
1. 3 Tujuan Penelitian........................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
3. 1 Profil Kota Jambi.........................................................................................................................3
3. 1. 1 Letak Geografis..................................................................................................................3
3. 1. 2 Keadaan Iklim....................................................................................................................3
3. 1. 3 Kondisi Ekonomi................................................................................................................3
3. 2 Peta Konstelasi Kota Jambi.........................................................................................................5
3. 2. 1 Konstelasi Kota Jambi terhadap Dunia...............................................................................5
3. 2. 2 Konstelasi Kota Jambi terhadap Indonesia........................................................................5
3. 2. 3 Konstelasi Kota Jambi terhadap Jakarta............................................................................6
3. 3 Kependudukan dan Proyeksi Kependudukan.............................................................................6
3. 4 Kebutuhan Eksisting Penggunaaan Energi Listrik Dan Bahan Bakar...........................................7
3. 4. 1 Kebutuhan Energi Listrik....................................................................................................8
3. 4. 2 Faktor yang Berpengaruh dalam Kebutuhan Energi Listrik................................................8
3. 4. 3 Asumsi Kunci yang Dipertimbangkan.................................................................................8
3. 4. 4 Skenario DKL 3.2..............................................................................................................10
3. 5 Proyeksi Penggunaaan Energi Listrik Dan Bahan Bakar............................................................12
3. 6.........................................................................................................................................................14
3. 7 Rencana Sumber Energi Terbarukan........................................................................................14
3. 6. 1 PLTPS...............................................................................................................................15
3. 6. 2 PLTMH.............................................................................................................................18
3. 8 Lokasi Rencana dan Sketsa.......................................................................................................22
3. 7. 1 The Gravitational Vortex Water Turbine..........................................................................22
ii
3. 7. 2 Pembangkit Listrik Tenaga Surya.....................................................................................24
3. 9 Hubungan Water Food Energy Nexus.......................................................................................26
3. 8. 1 Hubungan antara Energi dengan Air................................................................................26
3. 8. 2 Hubungan antara Air dengan Pangan..............................................................................26
3. 8. 3 Hubungan antara Energi dengan Pangan.........................................................................27
BAB IV........................................................................................................................................................28
4. 1 Kesimpulan...............................................................................................................................28
4. 2 Saran........................................................................................................................................28
REFERENSI...................................................................................................................................................iv
LAMPIRAN...................................................................................................................................................vi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Energi diperlukan untuk menggerakkan berbagai aktifitas, baik alami maupun buatan. Energi
menjadi salah satu penentu keberlangsungan hidup suatu masyarakat: dalam kemampuannya menjaga
berbagai proses ekologis, menggerakkan berbagai aktifitas ekonomi dan secara umum meningkatkan
kualitas hidup. Keberlangsungan tingkat dan kualitas aktifitas sangat tergantung kepada ketersediaan
dan konsumsi energi (Hughes, 2000).
Energi yang menopang kebutuhan manusia berasal dari empat kelompok besar yaitu tenaga
nuklir, matahari, panas bumi, dan gravitasi serta pergerakan planet. Bahan bakar fosil menopang
hampir keseluruhan kebutuhan akan energi di Indonesia, secara umum terdiri dari tiga jenis yaitu
batubara, minyak, dan gas. Bahan bakar fosil ini berasal dari sisa organisme dengan komponen utama
karbon yang hidup jutaan tahun lalu dan yang kemudian diolah dan disalurkan mulai dari listrik
hingga bahan bakar kendaraan.
Pada tahun 2003, 54,4% pasok energi primer dipenuhi dari minyak bumi sementara porsi gas
bumi dan batubara masing-masing 26,5% dan 14,1%. Porsi total ketiga sumber energi fosil tersebut
mencapai 95%. (Anonim, 2005a)
Berbagai kajian mengatakan bahwa persediaan batubara yang terdapat di perut bumi cukup
untuk memenuhi kebutuhan manusia hingga ratusan tahun kedepan. Namun penggunaan dan
pengerukan perut bumi membawa dampak buruk kepada lingkungan sekitarnya yang nantinya dapat
berakibat buruk juga kepada masyarakat yang tinggal di dekat lokasi pengerukan walaupun radius
dari lokasi pengerukan ke Kawasan permukiman jauh, tapi dampak yang dihasilkan dapat dirasakan
baik secara langsung maupun tidak. Selain itu, ketersediaan akan bahan bakar fosil ini setiap
tahunnya akan semakin menipis mengingat kebutuhan energi untuk menopang kebutuhan manusia
semakin tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan sumber energi baru yang ramah lingkungan dan dapat
digunakan secara terus menerus.
Energi yang ada di Kota Jambi berasal dari PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) Payo
Selincah dan PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) Batanghari. Kedua pembangkit listrik tersebut
saat ini memasok seluruh kebutuhan listrik di Kota Jambi. Namun seriring bertambahnya waktu,
kebutuhan energi di Kota Jambi juga semakin tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber energi
terbarukan yang dapat dimanfaatkan oleh Kota Jambi guna memenuhi kebutuhan di masa depan.
1
Berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai sumber energi
terbarukan diantaranya yaitu air, angin, matahari, laut, panas bumi, dan biomassa. Jika berdasarkan
sumberdaya alam yang terdapat di Kota Jambi, potensi air yang mengalir di Sungai Batanghari dan
panas dari Matahari dapat berpotensi dijadikan sebagai sumber energi terbarukan.
Indonesia berada di garis ekuator yang mengakibatkan Indonesia mendapatkan nilai surplus
matahari karena matahari dapat menyinari wilayah Indonesia sepanjang tahunnya. Pemanasan
matahari secara langsung ini dimanfaatkan melalui panel surya agar dapat membangkitkan energi
listrik guna memenuhi kebutuhan manusia untuk beraktifitas.
Sungai Batanghari merupakan sungai terpanjang yang terbentang di sepanjang Pulau Sumatra
dengan total panjangnya yaitu 800 kilometer. Sungai ini mengaliri kurang lebih 70% Provinsi Jambi
mulai dari Kabupaten Batanghari, Tanjung Jabung Timur, Bungo, dan lain sebagainya. Aliran air dari
Sungai Batanghari yang melimpas melalui bendungan ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
terbarukan yang nantinya aliran air tersebut menghasilkan energi potensial dan kintetik untuk
membangkitkan energi listrik sebelum disalurkan ke bangunan-bangunan.
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, diharapkan pengkajian ini dapat
menjawab pertanyaan ;
1. Berapa prediksi kebutuhan energi di Kota Jambi pada tahun 2030 hingga tahun 2050
mendatang?
2. Apa teknologi yang dapat digunakan oleh Kota Jambi dalam memanfaatkan sumber
energi terbarukannya?
3. Bagaimana penerapan konsep water-food-energy nexus di Kota Jambi?
1. 3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui prediksi kebutuhan energi di Kota Jambi pada tahun 2030 dan 2050 mendatang
2. Mengetahui teknologi yang dapat digunakan guna memanfaatkan potensi sumber energi
terbarukan di Kota Jambi
3. Mengetahui penerapan konsep water-food-energy nexus di Kota Jambi yang rendah emisi
karbon
2
BAB II
PEMBAHASAN
3. 1 Profil Kota Jambi
3. 1. 1 Letak Geografis
Kota Jambi merupakan ibukota Provinsi Jambi yang terletak di Pulau Sumatera
yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Muaro Jambi baik di bagian utara, timur,
selatan, maupun barat dan memiliki ketinggian 10 sampai 60 meter diatas permukaan
laut. Secara astronomis, Kota Jambi terletak pada 01030’2,98° - 01040’ 1,07° Lintang
Selatan dan 10340’ 1,67°- 10340’ 0,22° Bujur Timur. Ibu Kota Kabupaten terdekat
adalah Sengeti, Ibu Kota kabupaten Mauro Jambi, dengan jarak 29 km dari Kota Jambi.
Memiliki luas wilayah sebesar 205,38 km2, Kota Jambi terdiri atas 11 Kecamatan dengan
62 Kelurahan dengan Kecamatan Alam Barajo sebagai kecamatan terluas.
3. 1. 2 Keadaan Iklim
Kota Jambi memiliki suhu rata-rata sebesar 26,5°C hingga 27,2°C dengan
kecepatan angin sebesar 3,7 sampai 8 knots pada setiap bulan. Suhu maksimum pada
tahun 2017 sebesar 34,4°C di Bulan Januari dan suhu minimum sebesar 21,5°C di Bulan
Februari serta Juni. Kelembaban rata-rata Kota Jambi berkisar 82% hingga 88%. Pada
tahun 2017, Kota Jambi memiliki 15 hingga 25 hari hujan setiap bulannya dengan curah
hujan sebesar 55 sampai 340 mm².
3. 1. 3 Kondisi Ekonomi
Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 1,52% pada Desember 2017 dengan laju
pertumbuhan 4,68%. Besar PDRB Kota Jambi sebanyak 17.728,33 Miliar Rupiah dan
realisasi APBD sebanyak 1,5 Triliun Rupiah.
3
PDRB Kota Jambi Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2015-2017
(Jutaan Rupiah)
4
Asuransi
Tabel 3. 3.1
Gambar 3. 2
5
3. 2. 2 Konstelasi Kota Jambi terhadap Indonesia
Gambar 3. 3
Gambar 3. 4
6
2017 591.134 147.784
2018 591.843 118.367
2019 592.553 118.511
2020 593.262 118.652
2025 596.809 119.362
2030 600.356 120.071
2035 603.902 120.780
2040 607.449 121.490
2045 610.996 122.199
2050 614.543 122.909
Tabel 3. 2
Tabel 3. 3
Sumber : PLN Regional S2JB Jambi
7
Banyaknya Langganan PLN Wilayah S2JB Cabang Jambi Tahun 2017
Tabel 3. 4
Sumber : PLN Regional S2JB Jambi
Di Kota tidak terdapat produksi bahan bakar minyak seperti gas bumi, batu bara, dan
minyak bumi.
3. 4. 1 Kebutuhan Energi Listrik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kebutuhan, energi, dan listrik memiliki arti
antara lain :
Kebutuhan : yang dibutuhkan
Energi : kemampuan untuk melakukan kerja (misalnya untuk energi listrik dan
mekanika) ; daya (kekuatan) yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses
kegiatan, misalnya dapat merupakan bagian suatu bahan atau tidak pada bahan
(seperti sinar matahari); tenaga
Listrik : daya atau kekuatan yang ditimbulkan oleh adanya pergesekan atau
melalui proses kimia, dapat digunakan untuk menghasilkan panas atau cahaya, atau
untuk menjalankan mesin
3. 4. 2 Faktor yang Berpengaruh dalam Kebutuhan Energi Listrik
a. Faktor Ekonomi
Tabel
Sektor Unit PDRB
8
2016 16.936.442 4.544.458 3.683.468 2.045.888
2017 17.728.338 4.784.479 3.905.324 2.124.292
Tabel 3. 5
Gambar 3. 5
Sumber Gambar : Kota Jambi Dalam Angka Tahun 2010
9
anggota rumah tangga sebanyak 4 orang, sehingga Ukuran Kapasitas rumah
tangga sebesar 170watt x 4 = 850 Watt/Rumah Tangga.
c. Pertumbuhan PDRB, Pelanggan, dan Energi
Pertumbuhan PDRB
Tabel 3. 6
Pertumbuhan Pelanggan
Pertumbuha
2016 2017
n
Rumah
247105 428587 0,734432731
Tangga
Bisnis 16713 29441 0,761562855
Umum 7731 11962 0,547277196
Industri 182 235 0,291208791
Tabel 3. 7
Pertumbuhan Energi
Pertumbuha
2016 2017
n
Rumah Tangga 44.884.840 704.747.008 14,7012258
Bisnis 20.676.102 259.472.242 11,54937909
Umum 7.412.036 90.962.092 11,272214
Industri 8.508.326 109.647.708 11,88710705
Tabel 3. 8
d. Elastisitas Energi
Elastisitas PDRB
e. Faktor Pelanggan
Faktor pelanggan ini terdiri dari :
10
CFH : Faktor Pelanggan Rumah Tangga
CFB : Faktor Pelanggan Bisnis (Komersial)
CFI : Faktor Pelanggan Industri
CFP : Faktor Pelanggan Publik (Umum)
Faktor Pelanggan
CFH
Rumah
1
Tangga
CFI
Industri 0,39650846
CFB
Komersial 1,036940244
CFP
Umum 0,745169942
Tabel 3. 3.20
11
eRT = Elastisitas Rumah Tangga
gE = Pertumbuhan PDRB Total
∆PRT = Delta Pelanggan Rumah Tangga
UK = Unit Konsumsi
c. Sektor Industri
Pelanggan Energi Listrik Sektor Industri
PI = PI−1 (1 + CFI ᵡ gI 100 )
Dengan :
PI = Jumlah Pelanggan Industri
PI-1 = Jumlah Pelanggan Industri Tahun Sebelumnya
CFI = Faktor Pelanggan Industri
gI = Pertumbuhan PDRB Industri
12
Konsumsi Energi Listrik Sektor Publik
EU = EU−1 (1 + eU ᵡ gU 100 )
Dengan :
EU = Jumlah Energi Listrik Sektor Umum
EU-1 = Jumlah Energi Listrik Sektor Umum Tahun Sebelumnya
eU = Elastisitas Umum
gU = Pertumbuhan PDRB Umum
Pelanggan Tahun
Tabel 3. 4.31
13
Proyeksi Jumlah Pengguna
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
2017 2018 2019 2020 2030 2040 2050
Rumah Tangga
Grafik 3. 0.2
Pelanggan Tahun
14
Total 50 3 4 6
Tabel 3. 12
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proyeksi kebutuhan energi
listrik Kota Jambi pada tahun 2030 adalah sebesar 2.879.663.553 KWh dan tahun
2050 sebesar 25.884.836.316 KWh serta meningkat dalam bentuk grafiknya.
Grafik 3. 0.3
b. PLTG Batanghari
PLTG Batanghari awal mulanya beroperasi di Pauhlimo, Padang dan mulai dipindahkan ke
Jambi pada tahun 1997 guna menanggulangi kekurangan ketersediaan listrik di Kota Jambi
pada masa itu. Lokasi PLTG ini berdekatan dengan PLTD Payo Selincah. Dalam
membangkitkan listriknya, PLTG ini menggunakan 2 Unit pembangkit dengan Daya
Terpasang yaitu 2 x 30 MW dan jenis mesinnya yaitu General Electrical type Ms 6001 B.
15
Dalam membangkitkan listriknya, bahan bakar yang digunakan yaitu 100% murni gas alam,
sebelumnya PLTG ini menggunakan campuran bahan bakar solar (HSD) dan gas.
16
Berdasarkan data dari Dewan Energi Nasional, potensi energi matahari di
Indonesia mencapai rata-rata 4,8 – 5 kWh/m²/hari, setara dengan 112.000 GWp jika
dibandingkan dengan potensil luasan lahan di Indonesia atau sepuluh kali lipat potensi
Jerman dan Eropa
Kota Jambi adalah salah satu dari kota di wilayah Indonesia yang memiliki
potensi penyinaran ideal yang paling besar, yaitu 5 jam perhari. Hal tersebut mendukung
efisiensi dari listrik yang dihasilkan oleh panel surya. Dengan hal tersebut, panel surya ini
direncanakan menjadi sumber utama pembangkit listrik Kota Jambi dengan
menggunakan dua jenis teknologi energi surya yaitu Teknologi Photovoltaic (PV) dan
Teknologi energi surya termal.
Proses pada PV menggunakan bahan semikonduktor yang dapat melepaskan
elektron untuk membentuk dasar listrik. Kemudian PV tersebut dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari pendingin
dengan kapasitas total ± 6 MW. Sementara untuk teknologi energi surya termal yang
pada umumnya digunakan untuk memasak (kompor surya), mengeringkan pertanian
(perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air.
Saat ini, terdapat 2 jenis teknologi PV yang telah dikembangkan, yaitu PV
dengan bahan kristalin/silikon (mono kristalin dan poli kristalin) dan thin film. Keduanya
mempunyai karakteristik dan efisiensi tersendiri. Sel PV mempunyai paling tidak dua
lapisan semi konduktor yang bermuatan negatif dan bermuatan positif. Ketika cahaya
bersinar, perpindahan elektron terjadi sehingga menyebabkan listrik mengalir dan
membangkitkan arus DC. Pada dasarnya, sistem PV tidak membutuhkan cahaya terang
untuk beroperasi sehingga dalam kondisi mendung pun sistem ini tetap dapat beroperasi.
Secara ilmiah, ada beberapa jenis radiasi yang masuk ke permukaan bumi,
yakni direct irradiation yaitu radiasi langsung tanpa melewati hambatan, reflected
irradiation yaitu radiasi yang dipantulkan, absorbed irradiation yaitu radiasi yang
diserap, diffused irradiation yaitu radiasi yang dibelokkan, ground-reflected
irradiation yaitu radiasi yang dipantulkan oleh permukaan bumi (tanah) dan yang
terakhir adalah global irradiation yaitu radiasi total yang diterima. Dalam prosesnya,
respon panel surya mengubah energi foton (cahaya) menjadi daya listrik dengan
17
menangkap global irradiation. Dalam pemanfaatan potensi energi surya ini, global
irradiation sangat dipengaruhi oleh interaksi radiasi dari mulai eksosfer (atmosfer
terluar) hingga troposfer (atmosfer terendah).
Pada awal proses penyinaran, matahari meradiasikan gelombang elektromagnetik
ke segala arah. Sebagian besar energi hilang ke alam semesta, dan hanya sebagian kecil
saja hanya dapat diterima bumi. Matahari memancarkan radiasi elektromagnetik yang
diemisikan pada panjang gelombang yang sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam
mikron (1 µm = 10-6 m). Daerah cahaya tampak terletak pada panjang gelombang 0,4 µm
untuk cahaya violet hingga 0,7 µm. Radiasi dengan panjang gelombang lebih pendek dari
0,4 µm disebut ultra violet dan radiasi dengan panjang gelombang lebih besar dari 0,7 µm
disebut radiasi inframerah. Radiasi matahari akan mengalami atenuasi yaitu
berkurangnya intensitas radiasi karena adanya hamburan atau penyerapan oleh molekul
debu dan partikel awan sehingga dalam penjalarannya, hanya sebagian kecil saja dari
radiasi matahari yang mencapai bumi.
Dalam penjalarannya di atmosfer, ada proses absorpsi dalam udara oleh ozon,
uap air, dan partikel debu. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa ozon mengabsorpsi
radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang dibawah 0,3 µm. Sedangkan di troposfer,
CO2 menyerap radiasi inframerah dengan panjang gelombang terutama pada 2,8 µm
hingga 4,3 µm. Sinar matahari dalam penjalarannya akan bertemu dengan benda yang
berdimensi sangat kecil yang akan menyebabkan difusi (pemantulan, pembiasan, dan
hamburan). Beberapa benda yang akan menyebabkan difusi antara lain molekuler dan
aerosol.
Awan dapat mempengaruhi perilaku penjalaran radiasi matahari di atmosfer.
Tetes air atau kristal es yang terdapat pada awan mempunyai dimensi yang lebih besar
daripada gelombang radiasi, dalam hal ini difusi awan secara praktis tidak bergantung
pada panjang gelombang. Sebagian dari radiasi yang dihamburkan hilang ke alam
semesta, dan radiasi lainnya di transmisikan sampai permukaan bumi. Diperkirakan
bahwa 35% dari radiasi matahari yang diterima pada batas atas atmosfer dikembalikan ke
ruang angkasa dalam bentuk gelombang pendek oleh hamburan dan pemantulan awan,
partikel debu, molekul udara, dan permukaan bumi.
18
Rencananya, penempatan PLTS akan berada di satu titik dengan luas 25.000m²
dengan luas total panel surya 24.000m² guna mengakomodadi 10% dari minimal 15%
kebutuhan total.
Berdasarkan data diatas, nanti total listrik yang dapat dihasilkan menggunakan
energi panel surya sebanyak:
Total Listrik yang Dihasilkan=Bangkitanlistrik sel surya x luasan x waktu
= 5 kWh/m²/hari x 24.000 m² x 365
= 43.800.000 kWh
Jadi, total energi yang dihasilkan oleh PLTS dalam setahun adalah 43.800.000
kWh.
19
Gambar 3. 6
Gambar 3. 7
20
Gambar 3. 8
Sedangkan ditemukan hasil penelitian lainnya mengenai kecepatan dan debit air
di anak Sungai Batanghari yang terdapat di Kota Jambi sebagai berikut:
Data hasil pengukuran debit di Sungai Batanghari
Bulan Kecepatan air (m/s) Debit air (m3/s)
Januari 1 2055,4
Februari 0,9 2400,7
Maret 1 3690
April 1,1 3451,8
Mei 1,1 3655,5
Juni 1 2376
Juli 1 1386
Agustus 1 2453,1
September 0,7 1070,7
Oktober 1,1 2721,6
November 0,9 2049,3
Desember 0,9 2107,2
Total rata-rata 0,975 2451,4
Tabel 3. 13
21
Debit Air Sungai Batanghari
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun July Agsts Sep Okt Nov Des
Grafik 3. 4
Berdasarkan data diatas, debit air di anak Sungai Batanghari tersebut berpotensi
dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik. Cara pemanfaatan tenaga air ini nanti
dengan melalui energi dari aliran air yang berdasarkan ketinggian antara bangunan
pembangkit dengan permukaan airnya. Mengingat di daerah tersebut relative datar maka
dibangun bangunannya dengan klasifikasi tinggi dibawah 15 meter. Sedangkan energi
mekanik yang ada berasal dari putaran poros turbin yang diubah menjadi energi listrik
oleh sebuah generator.
Dalam hal ini, jenis turbin dan dan generator yang sesuai dengan kondisi lokasi
baik di Sungai Batanghari maupun sekitarnya yaitu Gravitational Vortex Water Turbin
mengingat kondisi geografis baik di Sungai Batanghari maupun di sekitarnya relatif datar
dengan ketinggian 0 - 60 meter diatas permukaan laut. Dalam cara kerjanya, jenis turbin
ini menggunakan gaya sentripugal dengan cara memanfaatkan aliran air di sekitar
lingkaran untuk menggerakan turbinnya. Jenis turbin tersebut mempunyai spesifikasi
sebagai berikut:
Output : 15 kW
Head (ketinggian) : 0,6 – 1,5 m
Debit : 1 - 8 m3/s
Diameter : 1,5 – 3 m
22
Berdasarkan data dan spesifikasi jenis turbin, maka didapat energi yang
dikeluarkan dari tenaga air tersebut sebagai berikut:
P=9,8 x η x Q x h( Kilowatt)
= 9,8 x (0,8 x 0,9 x 0,95) x 8 x 1,5
= 80,43 kWh
P : tenaga yang dikeluarkan (kilo watt)
η : total efisiensi pembangkit sebesar (η=ηt x ηg x ηb dengan asumsi efisien turbin (ηt )
yaitu 0,8, efisien generator (ηg ) 0,9, dan efisiensi sistem saluran dan pipa (ηb ) 0,95.
Q : debit aliran sungai yang masuk yaitu 8 m3/s
h : tinggi jatuh air efektif. Diasumsikan sebagai tinggi dari ketinggian air sungai dan tempat
bangunan turbin generator setinggi 1,5 meter
Waktu pengoperasian PLTMH tidak mungkin terus menerus tiada henti,
mengingat perlu waktu untuk berhenti untuk kepentingan pemeliharaan atau perbaikan
kerusakan oleh karena itu ditetapkan load factor sebesar 0,7. Dengan kapasitas yang
terpasang dalam PLTA yaitu 80,43 kWh, maka dalam satu tahun intalasi tersebut mampu
memasok kebutuhan energi listrik sekitar:
E = P x t x load factor
= 80,43 x 8.760 x 0,7
= 493,25 mWh
Jadi pertahunnya, satu generator dapat membangkitkan listrik sejumlah
493.248,27 kWh. Listrik yang harus dipenuhi melalui PLTMH sebanyak:
15% dari kebutuhan total = 15% x 2.879.663.553 kWh
= 413.949.532 kWh
5% nya yaitu = 5% x 413.949.532 kWh
= 21.597.476 kWh
Untuk membangkitkan listrik sebanyak 21.597.476 kWh, diperlukan sejumlah 43
generator dengan kapasitas pembangkit listriknya 493.248,27 kWh yang tersebar dalam
beberapa titik melalui pembangunan secara bertahap. PLTMH ini merupakan pembangkit
listrik pembantu disamping PLTPS sebagai sumber utama pembangkit listrik berdasarkan
energi terbarukan.
23
3. 8 Lokasi Rencana dan Sketsa
3. 7. 1 The Gravitational Vortex Water Turbine
a. Lokasi
Berdasarkan kebutuhan energi listrik, dialokasikan 5% untuk membangkitkan
listrik melalui PLTMH dengan konsep The Gravitational Vortex Water Turbine yang
membutuhkan sebanyak 43 unit generator dan tersebar di 20 titik lokasi atau dapat
diklasifikasikan menjadi 4 unit PLTMH. Penentuan lokasi dilakukan dengan
pertimbangan sebagai berikut :
Dekat dengan belokan Sungai Batang Bahari supaya debit air yang diperoleh
lebih besar
Posisinya dekat dengan pusat kota
Dekat dengan permukiman
Gambar 3. 9
24
Gambar 3. 10 Sketsa Rencana The Gravititational Vortex Water Turbine di Kota Jambi
Gambar 3. 11 The effect of the vortex turbine on the flow inside the vortex pool system
Sumber : researchgate.net
25
Gambar 3. 12 Visualisasi The Gravititational Vortex Water Turbine
Sumber : Turbulen Hydro
Gambar 3. 13
26
Gambar 3. 14 Sketsa Rencana PLTS Kota Jambi
27
Air
Pembangkit
Kebutuhan
Listrik Tenaga
Irigasi dan
Mikro Hidro
Tambak Ikan
(PLTMH)
Selain sebagai sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat, inisiatif PLTMH Jambi ini
merupakan salah satu wujud aplikasi yang nyata dari Sustainable Development Goals
(SDGs), khususnya dalam meningkatkan akses energi bersih dan terjangkau untuk
mendukung pemberantasan kemiskinan dan peningkatan kemakmuran masyarakat. Tidak
hanya memberikan akses listrik ke masyarakat, tetapi juga memberikan pengaruh jangka
panjang terhadap pengembangan daerah untuk mengurangi kesenjangan pembangunan
nasional. Hal ini kami rencanakan dalam pengembangan industri tambak ikan serta sawah
yang dialiri oleh PLTMH yang kemudian akan digunakan sebagai sumber penghasilan
serta pangan oleh masyarakat.
28
BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Pada tahun 2030 mendatang, diperkirakan kebutuhan energi Kota Jambi yaitu sebanyak
2.879.663.553 kWh sedangkan untuk tahun 2050, proyeksi kebutuhan energi Kota Jambi adalah
sebanyak 25.884.836.316 kWh.
Dalam memenuhi kebutuhan energinya, Kota Jambi perlu pembangkit listrik dengan sumber
energi terbarukan yang baru karena lama kelamaan ketersediaan gas alam kian menipis. Oleh karena
itu direncanakan ada pemanfaatan potensi sumber energi terbarukan berupa pembangunan PLTPS
(Pembangkit Listrik Tenaga Panel Surya) dan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro)
yang mana masing-masingnya terletak di dekat bantaran Sungai Batanghari.
Perencanaan tersebut berdasarkan potensi yang dimiliki oleh Kota Jambi yang berasal dari
penyinaran matahari yang berlangsung cukup lama yaitu rata-rata 5 jam perhari dan aliran debit
Sungai Batanghari yang membelah Kota Jambi menjadi dua bagian yaitu bagian utara dan selatan.
Penerapan konsep water-food-energy nexus di Kota Jambi yaitu salah satunya dengan aliran air
yang ada di Sungai Batanghari. Air tersebut dapat digunakan untuk membangkitkan listrik yang
mana, listrik tersebut disalurkan ke rumah-rumah dan kemudian dapat digunakan untuk berbagai hal
salah satunya untuk memasak menggunakan kompor listrik.
4. 2 Saran
Kota Jambi sebagai kota yang tidak memiliki sumber energi untuk kotanya sendiri dan
harus bergantung sumber energi kepada kabupaten lain dapat sewaktu-waktu kehilangan
sumber energinya dengan beberapa faktor, seperti faktor bencana alam, politik, dan lain
sebagainya . Saran kami adalah bahwa Kota Jambi harus mempersiapkan diri dengan energi
yang dihasilkan sendiri. Memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan serta lahan-lahan
berdaya guna yang dimiliki sehingga bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi mandiri
Kota Jambi.
29
REFERENSI
30
(2010). Kota Jambi Dalam Angka 2010. Kota Jambi: Badan Pusat Statistik Kota
Jambi.
(2017). Kota Jambi Dalam Angka 2017. Kota Jambi: Badan Pusat Statistik Kota
Jambi.
Badan Pusat Statistik Kota Jambi. (2019, April 4). Retrieved from
jambikota.bps.go.id: https://jambikota.bps.go.id/publication/
31
LAMPIRAN
32
Matalata,Hendi. (2018). Listrik Mikro Hidro berdasarkan Potensi Debit Andalan
Sungai Batanghari Kota Jambi Vol.1, No.1. Diakses pada 5 April 2019 dari
http://jepca.unbari.ac.id
33
34
35
BPS Kota Jambi. (2018, Agustus 16). Kota Jambi dalam Angka. Retrieved from
jambikota.bps.go.id:
https://jambikota.bps.go.id/publication/2018/08/16/4aa08c71e53d04ad71d0af59/kota-jambi-
dalam-angka-2018.html
36
37
38
39
40
BPS Kota Jambi. (2017). Kota Jambi dalam Angka. Retrieved from
jambikota.bps.go.id:
https://jambikota.bps.go.id/publication/2018/08/16/4aa08c71e53d04ad71d0af59/kota-jambi-
dalam-angka-2018.html
41
42
43
44
45
46
47
48
Pitter,Albert. (2017). Laporan Praktek Kerja Lapangan Sistem Kerja dan Perawatan Pompa
Centrifugal pada PLTD Payo Selincah. Diaskes dari
https://www.scribd.com/document/361452191/KATA-PENGANTAR-pdf
49
50
Saputra, Fian Mulyana. (2009). Daerah Aliran Sungai Batanghari. Diakses pada 5
April 2019
51
Tikno,Sunu. (2000). Analisis Debit di Aliran Sungai Batanghari Provinsi Jambi
Vol.1, No.1. Diakses pada 5 April 2019.
52
53
Nishi, Y., & Inagaki, T. (2017). Performance and Flow Field of a Gravitation.
International Journal of Rotating Machinery, 1-
54
55
56
57
https://icare-indonesia.org/kajian-potensi-energi-surya-di-indonesia-2/
http://kelompokhijau.com/post/efisiensi-solar/
iv
http://solarsuryaindonesia.com/panduan/menentukan-kebutuhan-listrik-cadangan
https://www.solarcellsurya.com