BATUBARA DI INDONESIA
PROPOSAL
Oleh :
Dosen Pembimbing :
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh
Alamsyah Akbar Wardana NIM: 13118004
(Program Studi Teknik Mesin)
Menyetujui
Tim Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing 2
(Dr. Eng Pandji Prawisudha, S.T., M.T.) (Dr. Eng Gea Fardias Mu’min, S.T., M.T.)
2
ABSTRAK
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan sektor yang berkontribusi besar
dalam emisi karbon di Indonesia, saat ini terdapat 70% dari total emisi karbon pembangkit
listrik berasal dari PLTU. Mitigasi PLTU ke pembangkit yang lebih ramah lingkungan
memerlukan biaya besar, oleh sebab itu diperlukannya solusi untuk menekan emisi akibat
PLTU. Salah satu alternatif solusi yang dapat menekan emisi PLTU adalah menggunakan co-
firing biomassa. Di Indonesia co-firing biomassa dapat berasal dari sampah kota maupun
sampah pertanian. Potensi Indonesia untuk memanfaatkan sampah kota sebagai co-firing
sangat besar, hal ini ditunjukkan oleh timbulan sampah kota yang mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun di berberapa daerah. Selain itu sampah kota masih menjadi masalah yang
sering menyebabkan pencemaran air, udara, dan lahan. Penelitian ini ditujuan untuk meneliti
sejauh mana pemanfaatan sampah kota sebagai co-firing dapat dilakukan di Indonesia yang
ditinjau dari; komposisi sampah kota di Indonesia yang optimal, efek parameter prestasi
PLTU dengan co-firing sampah kota, dan analisis tekno ekonomi penerapan sampah kota
sebagai co-firing
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................2
ABSTRAK.............................................................................................................................. 3
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 4
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 6
1.2 Identifikasi Masalah...................................................................................................7
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 7
1.4 Batasan Masalah........................................................................................................7
1.5 Manfaat..................................................................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................8
2.1 Potensi Sampah Kota di Indonesia..............................................................................8
2.2 Penentuan Nilai Kalor Sampah Kota.........................................................................11
2.3 Pengelolaan Sampah Kota sebagai co-firing di Indonesia...........................................12
2.3.1 Penggunaan batubara pada PLTU Suralaya..........................................................13
2.3.2 Metode Co-firing Biomassa dengan Batubara pada PLTU.......................................15
2.4 Penggunaan Co-firing pada PLTU Suralaya..............................................................16
2.5 Efek sampah organik pada co-firing..........................................................................18
BAB 3 METODOLOGI.........................................................................................................19
BAB 4 LINIMASA................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 22
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Timbulan Sampah Nasional Tahun 2020 [4]..........................................................9
Gambar 2.3 Timbulan Sampah TPSA Bantar Gebang, Jakarta Tahun 2017-2018 [5]..............10
Gambar 2.4 Komposisi Sampah Nasional Tahun 2020 [6].......................................................10
Gambar 2.5 Komposisi Sampah Nasional Tahun 2021 [6].......................................................11
Gambar 2.1 Diagram Proses Produksi BBJP..........................................................................16
Gambar 2.3 Parameter setiap unit PLTU Suralaya................................................................17
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Kalor Sampah Kota.......................................................................................11
Tabel 2.1 Spesifikasi Batubara untuk PLTU Suralaya Unit 1 - 4.............................................14
Tabel 2.2 Data Kualitas Batubara Indonesia Peringkat Rendah..............................................14
Tabel 4.1 Linimasa Penelitian................................................................................................21
5
BAB 1
PENDAHULUAN
6
penyebaran penyakit sehingga menurunkan kualitas kesehatan masyarakat. Dari segi
lingkungan, sampah merupakan sumber pencemaran, baik itu pencemaran air, tanah, maupun
lingkungan udara dan berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) di
atmosfer yang menjadi pemicu pemanasan global dengan melepaskan metana dan karbon
dioksida. Potensi gas metana dari sektor persampahan di Indonesia sangat besar, sekitar
109,96 juta ton per tahun di mana ada sekitar 400 TPA yang hampir semuanya beroperasi
secara mandiri pembuangan terbuka. Dilihat dari komposisi sampah kota di indonesia
sebagian besar merupakan sampah hayati atau organik. Komposisi sampah kota yang ada di
Indonesia berisi ; 70 % sampah organik, 28 % sampah non organik yang dapat didaur ulang,
dan 2% sampah B3 Dengan begitu pemanfaatan sampah kota sebagai co-firing biomassa
dapat menyelesaikan permasalahan sampah kota di indonesia dan juga dapat menurunkan
emisi karbon akibat pembakaran batubara di PLTU [3].
1.3 Tujuan
7
1.4 Batasan Masalah
1.5 Manfaat
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi sampah kota di indonesia dapat dilihat dengan menggunakan grafik yang
disediakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah
Nasional (SIPSN). Seperti ditunjukkan dalam gambar 2.1 dan gambar 2.2 pada tahun 2020
total timbulan sampah nasional sebesar 33.741.745 ton dan pada tahun 2021 total timbulan
sampah sebesar 23.643.215 ton [4]. Meskipun angka yang ditunjukkan oleh grafik dari
SIPSN menurun namun terdapat berberapa kota yang mengalami kenaikan timbulan sampah
seperti pada DKI Jakarta. Terperinci lagi terdapat data timbulan sampah dari TPSA Bantar
Gebang pada tahun 2017 – 2018 [5]. Dari grafik dapat ditarik kesimpulan pada setiap tahun
terdapat daerah yang telah mengelola sampah dengan baik sehingga dapat menurunkan
timbulan sampah yang terjadi dan pada daerah yang lain terdapat peningkatan timbulan
sampah. Meskipun begitu produksi sampah indonesia masih tergolong tinggi dan diperlukan
suatu solusi yang dapat mengatasi masalah timbulan sampah di Indonesia.
9
Gambar 2.3 Timbulan Sampah TPSA Bantar Gebang, Jakarta Tahun 2017-2018 [5]
10
Gambar 2.5 Komposisi Sampah Nasional Tahun 2021 [6]
11
Plastik
7 PET 3,5 99,99 0,01 5451
8 HDPE 0,3 99,67 0,18 11207
9 PVC 0,9 97,34 0,08 5188
10 LDPE 1 95,74 3,11 12318
11 PP 0,1 99,3 0,17 11912
12 PS 0,1 95,98 0,1 11286
Sisa Makanan dan Pasar
13 Tercampur 72 78,5 2,93 5162
Daun
14 bungkus 78,8 90,37 0,66 4638
15 Batok-sabut 27,1 97,54 1,39 4684
16 Sayur 84,7 90,09 2,51 4568
17 Ikan 73 77,28 0,78 5837
18 Lemak 2,1 99,94 0,01 9892
19 Daging 63,6 97,05 0,57 7155
20 Tulang 64,6 69,53 0,99 4464
21 Buah 92,1 92,69 2,71 5065
Sampah Kebun/Taman
22 Daun 59,0 77,17 2,66 3998
23 Rumput 78,0 86,34 1,98 4154
24 Ranting 57,5 92,55 1,21 4716
Tekstil dan Karet
25 Handuk 4,3 96,35 0,24 4435
26 Jeans 6,0 98,59 0,15 4271
27 Kaos 3,5 99,01 0,17 4837
28 Karet 1,8 60,56 18,96 5205
Kompos
29 Sampah 67,9 57,8 1,02 2125
30 1/2 matang 52,9 48,46 1,71 2092
31 Matang 43,6 39,18 1,41 1670
32 Residu 55,4 63,42 2,43 2212
1. Pembakaran Langsung
Pembakaran langsung merupakan proses pengolahan limbah combustible dengan cara
oksidasi atau pembakaran pada temperature yang sangat tinggi (>805 ℃) [5]. Komponen
utama dari pembakaran langsung adalah insenerator. Salah satu kelebihan yang
dikembangkan terus dalam teknologi insinerator ini adalah pemanfaatan energi, sehingga
sebutan insinerator saat ini banyak dikenal sebagai waste-converter. Suatu insinerator yang
12
baik dapat mengurangi volume sampah sampai 80-95%, sedang pengurangan berat dapat
mencapai 70-80%, tergantung pada kualitas dan tipe tungku yang digunakan [5].
2. RDF
Refuse Derived Fuel (RDF) adalah hasil proses pemisahan limbah padat fraksi
sampah mudah terbakar dan tidak mudah terbakar seperti metal dan kaca lalu digunakan
sebagai co-firing.[9] RDF mampu mereduksi jumlah sampah dan menjadi co-combustion,
bahan bakar sekunder industri semen dan industri pembangkit listrik. Dalam pembuatan
RDF, fraksi sampah yang mudah terbakar pada umumnya dilakukan reduksi ukuran lalu
dikeringkan supaya dapat mengurangi tingkat volatilnya [10].
Di Singapura, komposisi optimal RDF diformulasikan terdiri dari 42% plastik, 41%
kertas/karton, 7% tekstil dan 10% sampah hortikultura [9].
Berdasarkan referensi [11], Secara sederhana proses pembuatan dan pengujian briket
RDF sebagai berikut ;
1. Pengumpulan bahan baku berupa sampah pada wadah terpisah
2. Pengurangan / reduksi ukuran sampah menjadi ukuran partikel yang lebih kecil
dengan shredder sampah
3. Pengayakan sampah agar kita mendapatkan ukuran yang hampir seragam
4. Pengukuran berat sampah yang sudah dipisahkan dan dicacah
5. Pencetakan Briket RDF dengan komposisi sampah tertentu
6. Pengeringan Briket RDF untuk mengurangi kadar air yang terdapat dalam briket.
7. Pengujian Briket RDF dengan proksimat dan ultimat analisis
Batubara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari akumulasi dan peluruhan zat-zat
organik yang berasal dari jaringan tanaman jutaan tahun yang lalu. Dalam skala mikroskopis
batubara memiliki ikatan rantai karbon kompleks yang tersusun dari karbon, hidrogen,
oksigen, nitorgen, dan sulfur. karakteristik dan kualitas batubara sangat bervariasi dan tidak
homogen dibandingkan dengan bahan bakar yang telah mengalami proses pengolahan dalam
pabrik. Karakteristik pembakaran batubara dalam sebuah pembangkit listrik dipengaruhi
oleh:
13
1. kualitas atau karakteristik batubara
2. batasan yang ditentukan oleh desain boiler, posisi burner, konfigurasi fisik dan luas
perpindahan panas dalam ketel uap (boiler)
3. kondisi operasional
Meninjau hal di atas, maka idealnya desain suatu PLTU batubara dibuat berdasarkan
kualitas bahan bakar batubara yang digunakan. Atau sebaliknya, batubara yang dipasok untuk
sebuah pembangkit listrik harus disesuaikan dengan spesifikasi yang disyaratkan. Karena
penelitian dilakukan di PLTU Suralaya yang menggunakan batubara dari Indonesia maka
pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 terdapat data batubara yang ada di Indonesia dari kualitas
rendah hingga tinggi beserta spesifikasi batubara yang digunakan pada PLTU Suralaya unit
1-4 [12].
Parameter (as
received) Minimum Maksimum Rata-rata
Kadar air, % - 28,30 23,60
Kadar abu, % - 12,80 7,80
Nilai kalor,
kal/g 4.225 - 5,242
Sulfur, % - 0,90 0,40
HGI 48 - 61,8
Titik leleh abu
(Deformasi
awal), ℃ 1,010 - 1,279
Indeks
Penerakan - - medium
Indeks Fouling - - tinggi
Peranap
Parameter (Sumsel Bara Mutiara Prima
(as received) ) (Sumsel)
Kadar air, % 49,00 30,00
Kadar abu, % 1,19 4,30
Nilai kalor, kal/g 3 4,4
Sulfur, % 0,11 0,30
HGI 54 60
Titik leleh abu
(Deformasi awal), oC 1,200 1,35
Indeks Penerakan tinggi rendah
14
Indeks ouling rendah rendah
15
Pada co-firing tidak langsung, biomassa padat diubah menjadi gas bahan bakar
bersih menggunakan gasifier biomassa. Kemudian gas biomassa yang dihasilkan oleh
gasifikasi disuntikkan ke dalam tungku batubara. Gas dapat disaring terlebih dahulu
untuk menghilangkan kotoran. Konsep ini masih belum diteliti lebih lanjut bila
dibandingkan dengan metode yang sebelumnya.
3. Parallel co-firing
Pada konsep ini boiler biomassa dan boiler batubara terpisah. Biomassa akan
menghasilkan uap hasil pembakaran pada boiler biomassa. Konsep “mixing firing”
dilakukan pada pencampuran uap yang dihasilkan dari boiler biomassa dan uap hasil
pembakaran batubara di boiler batubara. Campuran uap ini akan diteruskan ke system
turbin untuk menghasilkan tenaga listrik.
Pada tahun 2021 PLTU Suralaya mencoba menggunakan co-firing sampah kota
dengan kadar 2-5% / hari pada unit 5 sebesar 600 MW. Co-firing yang digunakan merupakan
hasil pengolahan sampah kota dari kota banten di TPA Bagendung dengan metoda
pengolahan yang disebut Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP). Dalam pengelolaannya BBJP
mengunakan konsep bio-drying yang memanfaatkan panas dari sampah organik untuk
mengeringkan sampah lainnya.
1. Pemilahan Sampah
2. Penimbangan
3. Pengisian Badengan
4. Penyiraman Bioaktivator
16
5. Penutupan Badengan
6. Pembukaan Badengan setelah 3 hari ditutup
7. Masa Panen
8. Proses Mengangin-anginkan dengan blower
9. Pencacahan Mesh -1
10. Pencacahan Mesih -5
17
Gambar 2.3 Parameter setiap unit PLTU Suralaya
Co-firing BBJP dilakukan pada unit 6 (unit F) terlihat bahwa parameter prestasi tidak
jauh berbeda dengan unit yang lain pada outlet temperature, coal flow, differential pressure
dan primary air flow tidak berbeda jauh dengan unit 1-5.
Sifat sampah kota yang mengandung limbah organik dan kadar air tinggi dapat
mempengaruhi kualitas RDF [13]. Dengan demikian, dilakukan analisis untuk mengetahui
pengaruh kandungan limbah organik terhadap properti RDF. Penelitian terbaru menghasilkan
menunjukkan bahwa peningkatan kandungan organik dalam RDF tidak berpengaruh
signifikan terhadap analisis proksimat (misalkan kadar air, volatilitas, karbon tetap dan abu).
Hal ini dikarenakan bahan organik sebagian besar tersusun atas karbohidrat (misalkan
selulosa, hemiselulosa, dan lignin) dalam beberapa jenis limbah (misalkan kayu, cabang
pohon), yang sepenuhnya mudah terbakar. Namun, kadar air meningkat secara signifikan
seiring peningkatan kandungan limbah organik. Kadar air RDF meningkat dari 3% untuk
RDF tanpa limbah organik menjadi sekitar 10% pada RDF yang mengandung limbah organik
sebanyak 80%. [13] Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan air dalam limbah organik.
Sebaliknya, kandungan karbon dan nilai kalor ditingkatkan dengan menambahkan kandungan
limbah organik hingga 40% dari total berat RDF. Komposisi ini memberikan kandungan
karbon dan nilai kalor masing-masing sekitar 62% berat kering dan 36 MJ / kg. Angka ini 48
– 59% lebih tinggi dari batubara kualitas rendah dan 90 – 145% lebih tinggi dari nilai kalor
minimum RDF di Finlandia, Inggris dan Italia [13]. Namun, kandungan karbon dan nilai
kalor akan mengalami penurunan apabila kandungan limbah organik melebihi 40%. Tren
serupa juga terlihat untuk kandungan hidrogen, tetapi dalam besaran yang lebih rendah.
Kandungan oksigen diperlihatkan berbanding terbalik dengan kandungan karbon dan nilai
kalor, sedangkan kandungan nitrogen cenderung meningkat seiring semakin banyaknya
limbah organik. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan oksigen dalam sampah organik
menurun selama proses pengeringan karena kandungan oksigen cenderung menipis akibat
kenaikan suhu. Sebaliknya, kandungan nitrogen tidak dipengaruhi oleh suhu (inert).
Fenomena ini juga ditemukan ketika meningkatkan suhu karbonisasi dari 250 oC menjadi 450
o
C.
18
BAB 3
METODOLOGI
Setelah mengumpulkan data dari beberapa literatur terkait potensi biomassa dari
sampah kota yang ada di Indonesia akan dilakukan analisis tekno ekonomi untuk pembuatan
RDF setelah itu melakukan percobaan untuk membuat RDF dan mengujinya dengan cara
dibakar bersama batubara dengan memperhatikan parameter prestasi PLTU.
19
MULAI
Studi Literatur
Penyusunan proposal
Tugas Sarjana
Analisis teknoekonomi
Penyusunan Tugas
Sarjana
SELESAI
20
BAB 4
LINIMASA
Berdasarkan Tabel 4.1, dapat terlihat bahwa hal pertama yang akan dibuat adalah
pengumpulan data sampah kota, pengumpulan data dapat berupa sampling sampah kota di
Jawa Barat yang selanjutnya dapat dianalisis komposisinya, pengumpulan data dapat berupa
data sekunder. Selanjutnya terdapat analisis tekno ekonomi, analisis tekno ekonomi
mempertimbangkan fisibilitas penerapan penerapan RDF di Indonesia, pada bagian ini
memerlukan data terkait produsen RDF dengan rantai produksinya secara tekno ekonomi.
Langkah selanjutnya melakukan pembuatan RDF yang memiliki nilai kalor optimum yang
dapat ditemukan di Indonesia, selanjutnya melakukan pengujian co-firing menggunakan RDF
yang telah dibuat dan yang terakhir merupakan analisis dan evaluasi dan penyusunan tugas
sarjana. Pembuatan karya ilmiah direncanakan untuk selesai pada bulan September tahun
2022
21
DAFTAR PUSTAKA
[1] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Indonesia Energy Outlook 2019. Indonesia
Energy Outlook.2019
[2] “Akselerasi Transisi Energi Harus Berkeadilan - IESR.” https://iesr.or.id/akselerasi-transisi-
energi-harus-berkeadilan (accessed Dec. 29, 2021).
[3] E. Damanhuri dan Tri Padmi. Pengelolaan Sampah Terpadu. Bandung, Indonesia.: Institute
Teknologi Bandung Press, 2015
[4] Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional. 2021. Timbulan Sampah. Diakses Desember
26, 2021 https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/timbulan
[5] Badan Pusat Statistik Kota Jakarta. 2018. Volume Sampah DKI Jakarta di TPST Bantar
Gebang. Diakses Desember 26, 2021. https://statistik.jakarta.go.id/volume-sampah-di-tpst-
bantar-gebang-2018
[6] Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional. 2021. Komposisi Sampah. Diakses
Desember 26, 2021 https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/komposisi
[7] M. S. Roni, S. Chowdhury, S. Mamun, M. Marufuzzaman, W. Lein, and S. Johnson,
“Biomass co-firing technology with policies, challenges, and opportunities: A global review,”
Renewable and Sustainable Energy Reviews, vol. 78, pp. 1089–1101, Oct. 2017, doi:
10.1016/j.rser.2017.05.023.
[8] Kutz, M. (2006). Mechanical engineers' handbook. John Wiley & Sons.
[9] Zhao, L. , Giannis, A. , Lam, W. , Lin, S. , Yin, K. , Yuan, G. , & Wang, J. (2016).
Characterization of Singapore RDF resources and analysis of their heating value. Sustainable
Environment Research, 26 (1). doi: 10.1016/j.serj.2015.09.003
[10] P. Dianda, Mahidin, and E. Munawar, “Production and characterization refuse derived fuel
(RDF) from high organic and moisture contents of municipal solid waste (MSW),” IOP
Conference Series: Materials Science and Engineering, vol. 334, p. 012035, Mar. 2018, doi:
10.1088/1757-899X/334/1/012035.
[11] M. F. Rania, I. G. E. Lesmana, and E. Maulana, “Analisis Potensi Refuse Derived Fuel (Rdf)
Dari Sampah Pada Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Di Kabupaten Tegal Sebagai Bahan
Bakar Incinerator Pirolisis,” Sintek Jurnal: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, vol. 13, no. 1, p. 51,
Jun. 2019, doi: 10.24853/sintek.13.1.51-59.
[12] Suprapto, Slamet. (2009). Blending Batubara Untuk Pembangkit Listrik Studi Kasus PLTU
Suralaya Unit 1-4. jurnal.tekmira.esdm.go.id
[13] Y. Xu, K. Yang, J. Zhou, and G. Zhao, “Coal-Biomass Co-Firing Power Generation
Technology: Current Status, Challenges and Policy Implications,” Sustainability, vol. 12, no.
9, p. 3692, May 2020, doi: 10.3390/su12093692..
22