COVER
Disusun oleh:
CILEGON – BANTEN
2022
i
EVALUASI KINERJA BOILER MENGGUNAKAN METODE
TIDAK LANGSUNG (Indirect Method) PADA PLTU UNIT 2 PT
ASAHIMAS CHEMICAL
Laporan Kerja Praktek ini disusun sebagai syarat kelulussan mata kuliah Kerja
Praktek dan salah satu syarat menempuh sarjana Strata I Teknik Kimia
Cilegon – Banten
Disusun oleh:
HALAMAN JUDUL
CILEGON – BANTEN
2022
ii
Evaluasi Kinerja Boiler Menggunakan Metode Tidak Langsung (Indirect
Method) pada PLTU Unit 2 PT. Asahimas Chemical
Disusun oleh:
Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan dewan penguji dalam Seminar Kerja
27 Oktober 2022
Praktek tanggal…………
Pembimbing
NIP.
Mengetahui,
NIP.
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan
PT ASAHIMAS CHEMICAL
Disusun oleh:
Pembimbing,
Aslama Isnaeni
iv
Evaluasi Kinerja Boiler Menggunakan Metode Tidak Langsung (Indirect
Method) pada PLTU Unit 2 PT. Asahimas Chemical
Disusun oleh:
Manager RTD
NIP.
v
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal penelitian
ini yang berjudul “Evaluasi Kinerja Boiler Menggunakan Metode Tidak Langsung
(Indirect Method) pada PLTU Unit 2 PT. Asahimas Chemical” Penulis juga
mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan dukungan yang diberikan sampai
proposal penelitian ini terselesaikan kepada:
1. Keluarga penulis yang telah memberikan do’a dan dukungan baik secara moril
maupun materil.
2. Bapak Jayanudin, S. T, M. Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Bapak Dr. -Ing. Ir. Anton Irawan, MT., IPM, ASEAN ENG selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
4. Ibu Marta Pramuditha, S.T., M.T, selaku koordinator kerja praktek, yang telah
memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan.
5. Bapak Daniel Prasetyo selaku RTD Department Manager PT Asahimas yang
telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan kerja praktek.
6. Ibu Tia Ariestiani, selaku Kaizen Section Chief yang telah mengarahkan terkait
pelaksanaan Kerja Praktek
7. Bapak Fikry Fatriya, selaku Kaizen Staff yang telah mendampingi selama
pelaksanaan Kerja Praktek
8. Ibu Rita Aria, selaku admin RTD yang telah membantu terkait penerimaan
penulis untuk melaksanakan Kerja Praktek
vi
9. Bapak Sucipto Budi, selaku PGD Manager PT Asahimas yang telah
mengizinkan penulis untuk melaksanakan Kerja Praktek di Departemen Power
Generation.
10. Ibu Aslama Isnaeni, S.T, Selaku pembimbing lapangan di bagian Power
Generation Departemen yang telah memberikan bimbingan, arahan,
pengetahuan dan motivasi untuk penulis saat melaksanakan kerja praktek di PT
Asahimas.
11. Bapak Rusman dan Bapak Jaja, yang telah memberikan wawasan mengenai
kinerja perusahaan
12. Seluruh karyawan PT. Asahimas yang telah memberikan bantuan dan
dukungan pada penulis dalam melaksanakan kerja praktek ini.
13. Teman-teman penulis yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam
melaksanakan kerja praktek ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan
baik disengaja ataupun tidak. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dengan baik.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN FINAL ..................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN TERHADAP LAPORAN FINAL .. v
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
viii
2.3 Pengaturan dan Iklim Kerja ................................................................................. 7
ix
3.4.9 Flue Gas and Fly Ash.................................................................................. 38
3.4.10 WasteWater Treatment System ................................................................ 39
BAB IV ALAT PROSES DAN INSTRUMENTASI .............................................. 41
4.1 Boiler ................................................................................................................. 41
4.21 TG Building Overhead Crane (T/G & AUX Equipment Arrangement) ......... 74
x
4. 22 Generator Air Cooler ...................................................................................... 74
xi
2.1.1 Analisis Energi Pada Siklus Rankine Ideal............................................... 118
2.1.2 Deviasi Tenaga Uap Pada Siklus Ideal ..................................................... 119
2.1.3 Meningkatkan Efisiensi Dari Siklus Rankine ........................................... 120
2.2 Boiler ............................................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Tabel 4a. 1 Data Efisiensi Boiler pada Periode 1 (21 April-20 Mei 2022) ............... 144
Tabel 4a. 2 Data Efisiensi Boiler pada Periode 2 (22 Mei-19 Juni 2022) ................ 145
Tabel 4a. 3 Data Efisiensi Boiler pada Periode 3 (20 Juni-5 Juli 2022) ................... 145
Tabel 4a. 4 Efisiensi Boiler Rata-Rata pada tiap Periode ......................................... 147
Tabel 4a. 5 Kadar Kandungan dalam Batu Bara yang digunakan ............................ 151
Tabel 4a. 6 Perbandingan Nilai Kalori Batu Bara dan Kehilangan Panas ................ 151
xiii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 2 Diagram Proses Water Treatment System at Power Plant PT. Asahimas
Chemical ..................................................................................................................... 25
Gambar 3. 4 Diagram Proses Boiler System at Power Plant PT. Asahimas Chemical
..................................................................................................................................... 31
Gambar 3. 5 Diagram Proses Close Cooling System at Power Plant PT. Asahimas
Chemical ..................................................................................................................... 33
Gambar 3. 6 Diagram Proses Coal Handling System at Power Plant PT. Asahimas
Chemical ..................................................................................................................... 34
Gambar 3. 8 Diagram Proses Silica Sand Transfer System at Power Plant PT.
Asahimas Chemical ..................................................................................................... 36
Gambar 3. 9 Diagram Proses Bottom Ash Transfer System at Power Plant PT.
Asahimas Chemical ..................................................................................................... 37
Gambar 3. 10 Diagram Proses Flue Gas and Fly Ash System at Power Plant PT.
Asahimas Chemical ..................................................................................................... 38
xiv
Gambar 3. 11 Diagram Proses Waste Water Treatment System at Power Plant PT.
Asahimas Chemical ..................................................................................................... 40
Gambar 4. 5 Cyclone................................................................................................... 44
xv
Gambar 2. 1 Siklus Rankine...................................................................................... 117
Gambar 3a. 1 Diagram Alir Proses Perhitungan Efisiensi Boiler dengan Metode
Gambar 4a. 1 Efisiensi Boiler Periode 1 (21 April-20 Mei 2022) ............................ 146
Gambar 4a. 2 Efisiensi Boiler Periode 2 (21 Mei-19 Juni 2022) .............................. 146
Gambar 4a. 3 Efisiensi Boiler Periode 3 (20 Juni-5 Juli 2022) ................................ 147
Gambar 4a. 5 Perbandingan Banyaknya Kehilangan dari Proses pada Boiler ......... 149
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. PERHITUNGAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1
2
sebelum memasuki dunia kerja serta memberi bekal untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi tantangan di dunia kerja nantinya.
Untuk itu kegiatan kerja praktek bagi mahasiswa diperlukan dalam
mengembangkan wawasan dan menerapkan semua ilmu saat kuliah di lapangan. Kerja
Praktek ini diharapkan dapat memberikan pengalaman lapangan bagi mahasiswa untuk
dapat berperan lebih besar dalam pembangunan bangsa ke depan. Sebagai calon sarjana
Teknik Kimia perlu untuk menguasai ilmu pengetahuan serta memiliki kemampuan
dalam menjalankan proses pengolahan suatu proses industri. Berdasarkan
pertimbangan–pertimbangan tersebut, pelaksanaan Kerja Praktek di PT. Asahimas
Chemical akan membantu untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.
PROFIL PERUSAHAAN
Didirikan pada tanggal 8 September 1986 dengan nilai investasi awal sebesar
US $ 200 juta dengan lahan seluas 24 hektar, PT. ASC diresmikan oleh presiden ke-II
RI, Soeharto, pada tanggal 26 Agustus 1989. Sejak itu PT. ASC secara bertahap telah
melakukan pengembangan (ekspansi) beberapa kali yang menjadikan kapasitas
produksinya berlipat ganda dan meningkatkan nilai investasinya sampai sebesar US $
1,6 miliar dengan luas lahan menjadi lebih dari 90 hektar. Saat ini PT. ASC adalah
pabrik Chlor Alkali-Vinyl Chloride terpadu terbesar di Asia Tenggara.
Beberapa bahan kimia dasar yang diproduksi seperti Caustic Soda (NaOH),
Ethylene Dichloride (EDC), Vinyl Chloride Monomer (VCM), Polyvinyl Chloride
(PVC), Hydrochloride Acid (HCI) dan Sodium Hypochlorite (NaClO) banyak
dimanfaatkan oleh kalangan industri hilir. Produk-produk ini merupakan bahan baku
penting bagi sejumlah sektor industri di Indonesia.
5
6
PT. ASC berkantor pusat di World Trade Centre WTC 2, 10th Floor Jl. Jend.
Sudirman Kav 29-31 Jakarta Selatan, sementara pabriknya terletak di kawasan
Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), Jl. Raya Anyer Km.122 Cilegon 42447,
Banten.
Beroperasi selama 24 jam sehari, PT. ASC mempekerjakan lebih dari seribu
orang karyawan yang mayoritas berasal dari lingkungan sekitar perusahaan, termasuk
dari daerah Cilegon dan Serang, Banten. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya
mewujudkan kepedulian sosial terhadap lingkungan masyarakat secara terus menerus,
di samping menjalankan program padat karya, pembangunan puskesmas, pemberian
beasiswa bagi siswa berprestasi, dan menyediakan kesempatan berusaha bagi
pengusaha kecil, dll.
Di bidang mutu PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 9001, sedangkan di bidang
lingkungan PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 14001, dan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja PT. ASC juga telah meraih sertifikat OHSAS 18001 serta menerapkan
Sistem Manajemen K3 (SMK3). Semua pencapaian ini membuktikan komitmen PT.
ASC terhadap kualitas produknya demi meningkatkan kepuasan pelanggan, pelestarian
lingkungan hidup demi terjaganya kualitas lingkungan di masa depan serta terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan dan orang lain yang bekerja untuk dan
atas nama PT. ASC.
Pemegang jabatan di dewan komisaris & dewan direktur merupakan para wakil
pemegang saham di PT. ASC.
1. Hubungan Kerja
2. Hari Kerja, Jam Kerja dan Jam Istirahat
8
3. Perjalanan Dinas
4. Sistem Pengupahan
5. Pemeliharaan Kesehatan
6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
7. Jaminan Sosial Dan Kesejahteraan
8. Pendidikan Dan Latihan
9. Tata Tertib Kerja
10. Dll. yang berhubungan dengan hak dan kewajiban bekerja.
2. Mengelola energi dan sumber daya alam sebagai bentuk kontribusi terhadap
pelestarian lingkungan.
3. Memproduksi dan menjamin produk bermutu tinggi dan layanan prima untuk
memenuhi kepuasan pelanggan.
Untuk itu dibuat beberapa program kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja,
yang masing-masing kegiatan mempunyai tujuan dan sasaran tertentu dan melibatkan
seluruh pihak, antara lain:
1. Safety Management Committee Meeting (SMCM) yang merupakan rapat
bulanan manajemen untuk membahas laporan kecelakaan kerja serta safety
performance selama sebulan dan member arahan pelaksanaan program K3.
2. Safety Coordinator Meeting yang merupakan forum komunikasi para Safety
Coordinator lintas departemen untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan
dengan permasalahan K3;
3. Joint Safety Patrol (JSP) sebulan sekali dan Regular Joint Patrol (RJP) setiap
hari 2 kali (jam 10:00 & 15:00) untuk mencari tindakan tidak aman dan kondisi
tidak aman di area kerja serta potensi pencemaran yang ada agar dapat diambil
tindakan perbaikan;
4. Emergency Response Drill untuk melatih keterampilan karyawan dalam
menghadapi keadaan darurat, dilakukan sebulan sekali (level 1 – tingkat
departemen) dan setahun sekali (level 2 – tingkat pabrik);
5. Safety Orientation yang merupakan pemberian materi tentang safety &
environment kepada Business Partner (Kontraktor), dengan agar mereka tahu
bagaimana cara bekerja secara aman, mengetahui apa yang harus dilakukan bila
terjadi keadaan darurat, dan dapat menilai potensi bahaya di area kerjanya serta
tidak mencemari lingkungan.
Dalam hal Kesehatan Kerja, juga dilakukan beberapa kegiatan yang bertujuan
memantau kondisi lingkungan kerja dan kesehatan karyawan, antara lain Walk Through
Survey (WTS) dengan maksud mengidentifikasi potensi bahaya fisika, kimia, dan
biologi yang dapat mengganggu kesehatan pekerja di tempat kerja, Pengukuran
Parameter Lingkungan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Karyawan tahunan (Medical
Check Up), dan Pelatihan tentang Hygiene Industri untuk membangun kesadaran
kepada semua karyawan untuk bekerja dengan baik dan benar,terutama dalam
penanganan bahan kimia.
11
BAB III
DESKRIPSI PROSES
PT. Asahimas Chemical merupakan pabrik yang mana produk/hasil dari operasi
pada pabrik ini dapat digunakan kembali untuk proses operasi lainnya baik dari alat
satu dengan lainnya, maupun plant satu dengan plant lainnya. Maka dari itu PT.
Asahimas Chemical sendiri disebut dengan pabrik terpadu (Integrated Plant). Karena
PT. Asahimas Chemical ini merupakan integrated plant, sehingga jika ada salah satu
dari plant dalam kompleks tersebut mati atau mengalami gangguan, maka semua
kompleks akan terkena dampaknya. Adapun plant yang dimiliki PT. Asahimas
Chemical adalah sebagai berikut:
Untuk lebih jelasnya, terkait bahan dan produk dari PT. Asahimas Chemical,
sebagai berikut:
3. Tenaga Listrik
Tenaga listrik yang dibutuhkan oleh PT. Asahimas Chemical
adalah sebesar 236 MW/hr. Dimana, tenaga listrik ini dihasilkan dari
PLTU Suralaya yang dihubungkan langsung ke gardu induk PT.
Asahimas Chemical. Sebagian besar kebutuhan listrik di PT. Asahimas
Chemical digunakan untuk proses elektrolisis di plant CA. Namun,
karena kebutuhan listrik PT. Asahimas Chemical merupakan jumlah
penggunaan energi terbesar di Indonesia, maka dari itu PT. Asahimas
Chemical mendirikan PLTU sendiri sejak 2016.
3.1.2 Bahan Penunjang
1. Oksigen
Oksigen yang digunakan berasal PT. Air Liquid Indonesia
(Alindo). Oksigen yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan proses
adalah sebanyak 4,2 ton/jam, dengan konsentrasi minimal adalah
99,56% mol pada tekanan 6,5 kg/cm2 dan temperatur 60-65℉.
2. Air Industri
Air industri yang digunakan berasal dari air laut yang di
desalinasi dan PT. Krakatau Tirta Industri.
2. Pasir Silika
Power Plant pada PT. Asahimas Chemical menggunakan
furnace dengan Sistem Circulating Fluidized Bed (CFB) dengan
teknologi fluidisasi material bahan bakar sebagai unggun
pembakaran maka pada furnace dengan jenis ini diperlukan bed
material untuk proses fluidisasi yang akan terjadi. Bed material ini
berfungsi sebagai media penghantar panas sehingga batubara akan
cepat terbakar dan panas yang dihasilkan dapat stabil, selain itu
kegunaan dari bed material adalah sebagai landasan atau untuk
menenggelamkan bahan bakar yang akan dibakar di dalam ruang
bakar. Bed material tidak mengambil panas, tetapi menyediakan
panas untuk menguapkan kadar airnya dan membakarnya. Bahan
bakar akan terbakar didalam bed dan menjaga temperatur bed
konstan.
Selain sebagai media transfer panas, bed material juga
berfungsi untuk menjaga nozzle yang terletak pada bagian dasar
furnace agar tidak terlampau panas akibat proses pembakaran. Bed
material yang digunakan pada furnace Power Plant di PT. Asahimas
Chemical ini merupakan pasir silika. Dimana, prinsip pengoperasian
fluidisasi adalah keseragaman atau terjadinya fluidisasi yang merata
pada bed (pasir). Ruang bakar fluidisasi terdiri dari nozzle yang
mendistribusikan udara agar pasir silika dapat bergejolak dan dinding
yang dilapisi refractory. Spesifikasi pasir silika harus sesuai dengan
yang disarankan oleh pabrik, jika terlalu kecil ukurannya maka pasir
akan terbawa oleh hisapan ID Fan dan jika terlalu besar ukurannya
maka pasir silika sukar untuk bubbling sehingga akan menyebabkan
overheat dan pasir akan melting. Jika pasir sudah melting, maka
harus dilakukan penggantian pasir silika total.
17
3. Air Industri
3.2.4 Steam
Steam merupakan hasil dari proses Power Plant, yang mana steam
ini terbentuk dari hasil pembakaran pada boiler di Power Plant, kemudian
steam ini akan menggerakan turbin sehingga menghasilkan listrik.
Namun steam hasil pembakaran pada boiler Power Plant ini tidak hanya
digunakan untuk menggerakan turbin pada power plant, namun juga
digunakan untuk proses lainnya pada PT. Asahimas Chemical.
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa garam industri merupakan bahan
baku utama di plant C/A dengan bahan penunjang listrik yang dihasilkan dari Power
Plant. Listrik digunakan oleh Plant C/A ini diperlukan untuk proses elektrolisis. Garam
yang berada pada penampung dilarutkan pada tangki pelarutan garam (Salt Dissolver)
dengan menggunakan air industri. Kemudian, dengan penambahan beberapa bahan
kimia lalu larutan garam tersebut dimasukan ke dalam tangki penjernihan (Clarifier),
sehingga kotorannya dapat mengendap dan dipisahkan. Setelah itu, larutan garam
disaring dengan menggunakan saringan pasir (sand filter) agar bebas dari pengotor.
disebut sistem aztec. Kemudian BRP diumpan ke sel elektrolisis pada bagian anoda,
sedangkan pada katoda diumpan Demin Water (WD). di dalam sel elektrolisis terdapat
membran jenis monopolar yang hanya dapat ditembus (dilewati) oleh Na+ . proses
elektrolisa ini dapat terjadi dengan adanya bantuan energi listrik. energi listrik dari PLN
diubah dari arus bolak balik (AC) menjadi arus searah (DC) dengan menggunakan
rectifier sesuai dengan kebutuhan energi di sel elektrolisis.
Hasil yang keluar dari proses elektrolisis yaitu gas hidrogen, gas klorin, dan
cairan soda api (caustic soda/NaOH) dengan konsentrasi 32% wt. Gas hidrogen yang
dihasilkan digunakan sebagai bahan bakar di furnace. Kemudian cairan soda api
(NaOH) 32% wt diuapkan (evaporasi) untuk mengurangi kandungan airnya sehingga
terbentuk cairan NaOH 48%. Produk yang terbentuk kemudian disimpan di dalam
tangki penampung dan siap untuk dipasarkan. Sebagian dari produk larutan NaOH
48%wt dipekatkan kembali untuk mendapatkan NaOH dalam bentuk padatan (flake)
dengan konsentrasi kurang lebih 98% wt. Sebagian cairan NaOH direaksikan dengan
gas klorin sehingga membentuk Sodium Hypochlorite (NaClO) sebagai hasil samping.
Selain itu, plant C/A juga menghasilkan cairan HCl 33% wt Food Grade dari gas HCl
yang dihasilkan plant VCM. Sedangkan, gas klorin yang dihasilkan plant C/A
digunakan juga sebagai bahan baku di plant VCM.
Proses produksi VCM dari etilen merupakan rangkaian dari beberapa bagian
proses. Bagian pertama Ethylene Dichloride (EDC) dihasilkan dari klorinasi langsung
(Direct Chlorination) etilen di dalam phase liquid dan pada bagian kedua melalui proses
Oxychlorination. Reaksi yang dihasilkan dari kedua bagian adalah reaksi eksotermis.
Lalu, EDC yang dihasilkan dimurnikan melalui beberapa proses distilasi. Selanjutnya,
EDC yang telah dimurnikan memasuki proses Cracking membentuk VCM dan HCl
dengan konversi sekitar 50-55%. Reaksi perengkahan ini adalah reaksi endoterm. EDC
yang tidak bereaksi (tidak terkonversi menjadi VCM) dipisahkan dan dikembalikan ke
distilasi EDC. Sedangkan HCl yang dihasilkan dikembalikan ke unit oxychlorination.
22
Vinyl Chloride Monomer (VCM) hasil dari plant VCM diproses lebih lanjut di
plant Poly Vinyl Chloride (PVC). Pembentukan PVC di PT. Asahimas Chemical
menggunakan Proses Suspensi. Proses ini adalah cara yang paling banyak digunakan
oleh pabrik PVC di seluruh dunia. Teknologi ini merupakan teknologi CHISSO Jepang,
yang telah dikembangkan oleh CHISSO sejak tahun 1939. Secara garis besar proses
pembuatan PVC terdiri dari 5 seksi, diantaranya:
a. Polimerisasi (Polymerization)
Demonomer merupakan proses pemisahan VCM yang tidak bereaksi dari bubur
PVC dengan tujuan menghilangkan kandungan VCM dalam resin PVC ke nilai
ambang batas yang telah dispesifikasikan. Gas VCM yang terpisahkan
dikembalikan di unit Recovery VCM
c. Pengeringan (Drying)
Bubur PVC yang telah sesuai dengan spesifikasi kemudian dikeringkan dan
diayak. Kemudian dipindahkan ke dalam silo pengepakan dan penyimpanan
d. Pengepakan (Bagging)
e. Recovery VCM
VCM yang tidak bereaksi dari seksi polimerisasi maupun seksi demonomer
diproses kembali sehingga membentuk cairan VCM. Cairan VCM kemudian
disimpan dan dapat digunakan kembali sebagai bahan baku.
Power plant PT. Asahimas Chemical ini memanfaatkan uap untuk dijadikan
listrik, biasa disebut dengan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dengan bahan
bakar batu bara. Jenis PLTU ini adalah CoGeneration dimana dapat mensuplai Power
dan Steam. PLTU ini sendiri didesain dengan kapasitas 2 x 151,5 MW beserta unit
pendukungnya. Proses pada Power Plant PT. Asahimas Chemical ini menggunakan
furnace dengan Sistem Circulating Fluidized Bed (CFB) dengan teknologi fluidisasi
24
material bahan bakar sebagai unggun pembakaran ini banyak digunakan karena
mempunyai kelebihan, yaitu lebih efisien, ekonomis dan ramah lingkungan karena bisa
digunakan juga untuk membakar bahan bakar biomassa seperti cangkang kelapa sawit
dan bahan bakar jumputan padat (BBJP).
Secara singkat, proses produksi pada power plant ini diawali dengan bahan
bakar berupa batubara dan biomassa yang ditransfer dari coal storage ke silo melalui
conveyor kemudian diumpankan ke furnace boiler menggunakan sistem Circulating
Fluidized Bed (CFB) dimana batubara diumpankan ke dalam furnace yang didalamnya
sudah ada unggun terfluidisasi dengan bed material berupa silica sand (pasir silika).
Bed material ini berfungsi sebagai media penghantar panas sehingga batubara akan
cepat terbakar dan panas yang dihasilkan dapat stabil.
Panas yang dihasilkan dari pembakaran batubara ini kemudian diserap oleh air
umpan yang terdapat didalam pipa (water tube) dan air tersebut akan menguap sehingga
menghasilkan uap (steam) dengan suhu dan tekanan tertentu yang selanjutnya
dipanaskan dengan superheater. Kemudian uap superheater tersebut dialirkan ke turbin,
dimana uap tersebut akan ditekan melalui nozzle ke sudu-sudu turbin. Tenaga dari uap
menghantam sudu-sudu turbin dan membuat turbin berputar dan menggerakkan
generator.
Listrik dihasilkan dalam batangan tembaga pada stator oleh elektromagnet rotor
melalui perputaran dari medan magnet dan terkoreksi oleh faktor daya untuk menjadi
produk listrik.
Pada proses pembakaran batubara akan menghasilkan limbah berupa abu (ash).
Sistem bottom ash akan mentransfer abu dari bottom furnace ke bottom ash silo atau
recycle ke sand daily silo. Sedangkan flue gas akan melewati electrostatic precipitator.
Alat ini merupakan peralatan pengendalian pencemaran udara untuk partikel yang
bekerja yang berdasarkan medan listrik sebagai akibat dari perbedaan muatan listrik.
Abu yang terkumpul kemudian dikirimkan ke silo penampung abu terbang (fly ash
25
silo). Untuk lebih rincinya terkait proses-proses yang terjadi pada Power Plant PT.
Asahimas Chemical, dapat dilihat di bawah ini:
Pada sistem water treatment, proses pada power plant ini diawali
dengan adanya sea water intake, dimana air laut diambil kemudian dikirimkan
ke dalam Amiad UF pre-Filter dengan menggunakan UF Feed Pump. Amiad
Filtration unit ini merupakan micro filter yang berfungsi untuk menghilangkan
partikel solid yang berukuran >200 micron agar dapat mencegah partikel-
partikel tersebut masuk ke dalam UF membran. Air keluaran dari Amiad
filtration unit ini masih mengandung beberapa material seperti lumpur, bakteri,
virus, zat koloid, dan makromolekul organik. Material-material tersebut dapat
menyebabkan fouling di membran RO. Dan untuk menghilangkan material-
26
material tersebut, sebelum memasuki membran RO, maka air keluaran dari
Amiad filter tersebut dimasukan dahulu ke dalam Ultra Filtration Units. Aliran
masuk ke Amiad filter diinject dengan bahan kimia NaClO.
Unit amiad memiliki 5 unit, dimana 4 unit beroperasi, dan 1 unit lainnya
dalam keadaan stand by. Pada waktu dan kondisi tertentu, padatan tersuspensi
akan terakumulasi dan tertahan pada Amiad. Saat hal itu terjadi, Amiad akan
melakukan backwash secara otomatis yang dipicu oleh differential pressure
atau timer. Amiad akan melakukan backwash satu per satu setiap spin klin dan
akan kembali bekerja setelah urutan backwash selesai. Selama Amiad
melakukan backwash, amiad masih menghasilkan air produk untuk dialirkan ke
unit UF.
Dua jenis bahan kimia disuntikkan pada pelepasan Low Pressure Tank
untuk meningkatkan kinerja RO. Bahan kimia tersebut adalah antiscalant, untuk
mencegah pembentukan kerak berbasis silika, Ca, Mg dan sodium
metabisulphite, untuk menghilangkan sisa klorin yang dapat merusak membran
RO. Produk/permeate SWRO ditampung di SWRO Product Tank, sedangkan
air reject dikirim ke debit air laut.
Air keluaran dari Tangki Produk BWRO akan dialirkan ke sistem air
baku pembangkit listrik menggunakan pompa transfer BWRO. Sebelum
mentransfer air, transmitter konduktivitas dipasang untuk memastikan nilai
konduktivitas di bawah nilai jaminan.
Sistem kondensat dan air umpan (Feed water system) terdiri dari dua
sub-sistem: sistem air kondensat dan sistem air umpan. Sistem air kondensat
mengalirkan kondensat dari hotwell kondensor ke deaerator sedangkan sistem
air umpan berlanjut dari deaerator ke economizer. Sistem mensuplai air ke
economizer, dimana pada saat yang bersamaan sistem dipanaskan untuk
menghilangkan udara dan menyimpan kelebihan air untuk meningkatkan
efisiensi pabrik. Kondensat yang merupakan air murni digunakan kembali oleh
sistem boiler.
30
amine ini berfungsi untuk menetralisir asam karbonat yang biasanya terbentuk
pada kondensat.
primary dan secondary fan dan induced draft fan menggunakan air laut. Air laut
dimasukkan ke dalam sistem khususnya pada Closed Cooling Water Heat
Exchanger (CCWHE) menggunakan pompa booster air laut dimana alirannya
melalui filter debris sehingga padatan tersuspensi dan kotoran lainnya tersaring.
Gambar 3. 8 Diagram Proses Silica Sand Transfer System at Power Plant PT.
Asahimas Chemical
37
Gambar 3. 9 Diagram Proses Bottom Ash Transfer System at Power Plant PT.
Asahimas Chemical
Gambar 3. 10 Diagram Proses Flue Gas and Fly Ash System at Power Plant
PT. Asahimas Chemical
Fly ash adalah abu yang berukuran cukup kecil, sehingga ia bercampur
dengan gas-gas hasil pembakaran (flue gas) dan akan keluar melalui cerobong
asap boiler. Dimana batubara hasil pembakaran pada furnace yang berbentuk
abu terbang dan masuk kedalam cyclone, setelah masuk ke cyclone dipanaskan
oleh air preheater dan masuk ke dalam electrostatic precipitator (ESP). ESP
merupakan sebuah teknologi untuk menangkap abu hasil proses pembakaran
dengan jalan memberi muatan listrik padanya. Prinsip kerja ESP yaitu dengan
memberi muatan negatif kepada abu-abu tersebut melalui beberapa elektroda
(biasa disebut discharge electrode). Jika abu tersebut dilewatkan lebih lanjut ke
dalam sebuah kolom yang terbuat dari plat yang memiliki muatan lebih positif
(biasa disebut collecting electrode), maka secara alami abu tersebut akan
tertarik oleh plat-plat tersebut. Setelah abu terakumulasi pada plat tersebut,
39
sebuah sistem rapper khusus akan membuat abu tersebut jatuh ke bawah
menuju EP Hopper EP transmitter dan terakhir terkumpul dalam fly ash silo.
Adapun hasil fly ash yang menuju Stack merupakan gas emisi yang baku
mutunya sesuai dengan peraturan limbah gas.
Supernatant water dari Settle Tank diolah lebih lanjut melalui koreksi
pH di pH Adjustment Tank sebelum dikumpulkan di Effluent Tank. Pompa
pemindah limbah bekerja berdasarkan level Tangki Limbah yang mengalirkan
air limbah yang telah diolah ke saluran pembuangan.
Dalam hal COD, TSS atau pH di luar spesifikasi, limbah off spec
tersebut akan dialirkan ke Activated Carbon Filter (dimana COD akan
dihilangkan) dan didaur ulang untuk diolah kembali di Waste Water Basin.
40
Gambar 3. 11 Diagram Proses Waste Water Treatment System at Power Plant PT.
Asahimas Chemical
41
BAB IV
ALAT PROSES DAN INSTRUMENTASI
4.1 Boiler
Boiler berfungsi untuk mengubah air (feed water) menjadi uap panas lanjut
(superheated steam) yang akan digunakan untuk memutar turbin. Konsep dasar dari
boiler CFB merupakan boiler stoker (unggun fluidisasi) dimana batu bara dibakar
diatas dan diberi hembusan udara dari sisi bawah sehingga batu bara terbakar keatas.
Gambar 4. 1 Boiler
• Type: Circulating Fluidized Bed, single drum, natural circulation, water cooled
furnace, steam cooling, backpass with horizontal coil superheater and
economizer, balance draft, top supported and outdoor type.
• Maximum continuous rate (MCR): 500 t/h (530 t/h at BMCR (Boiler Maximum
Continuous Rate)
• Steam temperature at outlet of finishing superheater: 541 ± 5℃
• Steam pressure at outlet of finishing superheater: 129 kg/𝑐𝑚2 (g)
42
• Feed water temperature at inlet of economizer at 100% MCR and BMCR: 223
⁰C
• Flue gas temperature air heater outlet at coal firin: 140 ⁰C
• Fuel: design: 100 % coal, alternative: co-firing coal with 20% PKS by heat
• Normal stable load range: 40% - 106 % MCR
• Ramp rate of steam flow: Estimate 6 t/min
Adapun komponen-komponen yang terdapat pada boiler untuk pembangkit ini
adalah:
a. Steam Drum
Steam drum merupakan salah satu kompoen pada boiler yang berfungsi
sebagai reservoir campuran air dan uap air, juga berfungsi untuk memisahkan
uap air dengan air pada proses pembentukan uap superheater.
yang berbahaya bagi lingkungan seperti SO2, oil fiel sebagai bahan bakar ketika
unit pembangkit start-up dan udara berasal dari primary air fan dan secondary
air fan. Komponen utama dari furnace yaitu wall tube, panel evaporator, dan
panel superheater.
Gambar 4. 3 Furnace
• Width : 15.5 m
• Depth : 7.7 m
• Height : 35.4 m
• Volume : 4.001 m3
• Furnace wall : Fin welded
• Tube size & thickness : 2.5” x 0.2” MW
• Tube space : 3.5”
c. Backpass
Backpass berfungsi sebagai ruang pemanfaatan kalor yang terdapat
dalam flue gas. Komponen dari backpass yaitu finishing superheater, low
temperature superheater, economizer dan tubular air heater.
44
Gambar 4. 4 Backpass
• Width : 12.24 m
• Depth : 5.5 m
• Height : 21 m
• Furnace wall : Fin welded
• Tube size & thickness : 1.75” x 0.165”, 0.2”, 0.31”
• Tube space : 4.5”
d. Cyclone
Cyclone berfungsi untuk memisahkan batubara yang belum terbakar
dengan ash sisa pembakaran dan mengembalikannya ke furnace. Komponen
dari cyclone yaitu cyclone, seal pot dan seal pot dutch.
Gambar 4. 5 Cyclone
45
• Quantity : 2/ unit
• Diameter : 7.9 m
Gambar 4. 6 Turbin
4.3 Generator
Generator listrik adalah sebuah alat atau perangkat yang dapat mengubah energi
kinetic menjadi energi listirk.
Gambar 4. 7 Generator
4.4 Sootblower
Berfungsi untuk menghilangkan jelaga dan tegak pada perangkat penghemat
panas khususnya panas pada permukaan luar dari tabung superheater finishing, tabung
47
superheater suhu rendah, tabung economizer dan preheater udara putar untuk
meningkatkan perpindahan panas, mengendalikan kerugian draf, dan mencegah korosi.
Soot Blower bekerja dengan cara uap disemprotkan melalui tombak yang berputar dan
berlubang.
Gambar 4. 8 Sootblower
Backpass Retract 16
Backpass ½ Retract 4
• Quantity: 1 unit
• Capacity: 300 KL
• Contruction material: carbon steel
51
f. Oil Gun
Berfungsi untuk mengirimkan diesel oil ke start-up burner dengan
mekanisme semprotan.
g. Spark Igniter
Alat ini disediakan dengan tujuan untuk mematikan minyak diesel
dengan tenaga listrik.
• Switching performance: 220 VA
• Power-ON time: 300 second
• Display: LED
• Weight (approc): 4.3 kg
h. Flame Scanner
Berfungsi untuk memonitor pembakaran di Furnace, jika flame scanner
tidak memiliki sinyal yang menyala maka burner tersebut akan dimatikan oleh
system control.
• Viewing angle: 6⁰
• Safety: self-monitoring and fail-safe
• Permanent Ambient Temperature: -20 - +60 ⁰C
header, Drain panel superheater, empat Furnace Lower header bawah Furnace,
dua drain Drum Level gauge, Drain panel evaporator dan dua Drain
Sootblower. Kondensat di dalam tangki blowdown dialirkan ke Drain line
menuju Drain line ke sewer WWT.
• Capacity: 3.5 m3
• Stored Fluid: Steam
• MAWP (Max. Allowable Working Pressure): 7.7 kg/cm2
b. Flash Tank
Ini mengakumulasi Saturated Steam dari Drain line dari sistem
Sootblower dan Continues Blowdown yang berasal dari Steam drum. Ini juga
memasok Saturated Steam ke deaerator. Kondensat di flash tank dialirkan ke
tangki blowdown melalui steam trap.
• Capacity: 1.2 m3
54
b. Sand Transmitter
Alat ini digunakan untuk mengumpulkan pasir dari silo sand untuk
dibawa ke system melalui saluran.
c. Air Tank
Alat ini merupakan bejana penyimpan plant air dari tangki udara
compressor, digunakan untuk mengangkut pasir melalui system.
• Fluid: air
• Volume: 4 m3
• Quantity: 1 set
• Working pressure: 7 kg/cm2
d. Bag Filter
Alat ini digunakan untuk menjebak dan mengumpulkan debu pasir
dengan bantuan de-dust venting fan.
• Collecting area: 15 𝑚3
• Quantity: 1 set
• Type: insertable bag filter
b. Lock Vessel
Berfungsi sebagai vessel secara seri yang dipasang di bawah silo
limstone untuk umpan kontinyu volumetrik. vessel yang pertama merupakan
lock vessel yang digunakan sebagai sistem transfer batch untuk menjaga suplai
material ke vessel kedua dispensing vessel.
57
• Quantity: 1 set
• Volume Capacity: 0.7 m3
c. Dispensing Vessel
Alat ini dipasang secara seri dengan vessel lock untuk aliran volumetrik
limestone dan transfer batch limestone ke sistem injeksi limestone.
• Quantity: 1 set
• Material: mild steel
• Volume Capacity: 1.4 m3
d. Air Tank
Alat ini digunakan untuk menyediakan udara untuk pengangkutan
limestone secara pneumatik ke lower furnace boiler.
• Quantity: 1 set
• Handling Fluid: Air
• Volume: 5 m3
• Material: Carbon Steel
e. Limestone Injection System
• Limestone feeder 1 set
• Conveying capacity; 6 ton/hr per set
• Conveying method: by pneumatic
• Bulk density of limestone: 1,280 kg/cm3 (for volume, speed
calculation)
• Number of injection joint point 8 points
• Back pressure at injection point 1,020 mmAg
f. De-dust Venting Fan
Alat ini digunakan sebagai penarik debu limestone dari atmosfer dan
mengembalikannya ke sistem handling limestone untuk mengurangi
pemborosan.
• Quantity: 1 set
58
• Diameter: 620 mm
• Length: 9 m
b. Chain Conveyor
Alat ini berfungsi untuk mentransferkan bottom ash yang didinginkan
dari bottom ash cooler.
• Capacity: 9 T/h
• Bulk Density: 1.04 T/m3
• Speed: 4.1 m/min
c. Bucket Elevator
Alat ini digunakan untuk menyampaikan bottom ash yang didinginkan
dari chain conveyor di lantai dasar melalui bucket ke lantai 7.
• Capacity: 9 T/h
• Bulk Density: 1.04 T/m3
• Speed: 12.14 m/min
d. Screw Conveyor
Berfungsi sebagai alat untuk mentransferkan bottom ash dari bucket
elevator ke two-way valve menuju arah vibrating screen.
• Capacity: 9 T/h
• Bulk Density: 1.04 T/m3
• Speed: 22.1 m/min
e. Bottom Ash Silo
Alat ini merupakan silo sebagai tempat butiran kasar dari cooled bottom
ash yang didinginkan, dikumpulkan dan disimpan sebelum nantinya akan
dibuang melalui rotary valve dan melalui loading spout ke truk.
• Volume capacity: 350 m3
f. Bottom Ash Transmitter
Alat ini adalah vessel yang mengumpulkan bottom ash halus yang jatuh
dari buffer atau lonjakan saat inlet valve dibuka.
60
a. Expansion Tank
Alat ini menyimpan air yang berasal dari tangki air demineralisasi yang
digunakan sebgai air make-up untuk cooling water system. Secara otomatis
mengisi kembali sistem cooling water dengan gravitasi dan menyediakan cara
untuk mengurangi tekanan yang terkumpul di pipa cooling water karena panas.
• Quantity: 1 unit
• Stored Fluid: water
• Construction material: carbon steel
b. Auxillary Cooling Water Pump
Alat ini berfungsi untuk mentransfer air pendingin dari cooling water
system ke closed cooling water heat exchanger.
• Actual pump efficiency: 82.6%
• Quantity: 3 units
• Type: Horizontal type
• Flowrate: 750 m3/hr
c. Closed Cooling Water Heat Exchanger
Berfungsi untuk mendinginkan air pendingin dari cooling water system
dengan menggunakan air laut sebagai media pendingin.
Tabel 4. 3 Operation Condition of Closed Cooling Water Heat Exchanger
SW Side CW Side
Temperature Inlet 30 ⁰C 37 ⁰C
• Quantity: 3 units
• Fluid Handled: Seawater and cooling water
• Design Pressure: 10.2 kg/cm2
• Total Active Area: 324.1 m2
• Volume Flowrate: Hot (Cooling Water): 541.1 m3/hr
o Cold (Seawater): 1000 m3/hr
• Inlet Temperature: Cooling Water: 50 oC
o Seawater: 30.0oC
• Outlet Temperature: Cooling Water: 34 oC
o Seawater: 41.9 oC
d. Seawater Booster Pump
Alat ini berfungsi untuk mentransferkan air laut yang berasal dari
seawater circulating system ke closed cooling water heat exchanger sebagai
media pendingin.
• Quantity: 3 units
• Efficiency: 80.4 %
• Type: Horizontal Type
• Flowrate: 1000 m3/hr
• Total Discharge head: 15 m
e. Debris Filter
Alat ini digunakan untuk menghilangkan kotoran dan benda asing yang
mengalir bersama seawater dan seawater circulating system sebelum
dimasukkan ke close cooling water heat exchanger.
• Quantity: 1 unit
• Filtration surface: 3140 m2
• Filtration degree: 2 mm
• Fluid Handled: seawater
63
f. Y-type Strainer
Alat ini digunakakn untuk menghilangkan kotoran dan benda asing di
cooling water. Alat ini merupakan perangkat kompak dan berbentuk silinder
untuk secara mekanis menghilangkan padatan yang tidak diinginkan dari
saluran air menggunakan elemen perforasi atau wire mesh.
cair dengan cara melakukan pertukaran panas menggunakan air laut sebagai
media.
• Type: Shell and tube, single pass type
• Max. Pressure: 5 kg/cm2
• Heating Surface: 9,934 m2
c. Condenser Tube Cleaning System (CTCS)
Berfungsi sebagai alat untuk membersihkan tabung condenser dari
kotoran air laut yang akan menempel pada dinding tabung yang akan
menyebabkan perpindahan panas yang tidak efisien dan mengurangi vakum
condenser.
• Design temperature: 50 ᴼC
• Operating pressure: < 4.0 bar
• Design pressure: 4.0 kg/cm2
d. Hypochlorite Dosing System
Berfungsi sebagai alat untuk mencegah pertumbuhan alga dan
mikroorganisme lainnya serta untuk menjaga system perpipaan air laut tetap
bersih. System ini merupakan system mandiri dimana larutan hipoklorit
dimasukkan ke dalam saluran pemasukan air laut untuk mendapatkan
konsentrasi yang dibutuhkan.
Gambar 4. 15 Condenser
• Shell: 1 kscG
• Tube: 19 kscG
68
f. Deaerator
Digunakan untuk menghilangkan gas terlarut seperti oksigen
terlarut dalam condensate.
• Volume: 9.33 m3
• Operating pressure: 5.1 Kg.cm2G
• Operating Temperature
o Steam: 179.4°C
o Water: 103°C
• Flowrate
o Steam: 26.3 tons/hr
o Water: 246.6 tons/hr
Gambar 4. 16 Deaerator
• Quantity : 5 units
• Pump Head : PVDF
• Diapgragm : PTEE
• Valve : Ceramic
• 118 mL/min x 70 m x 0,015 kW
D. Ultrafiltration Unit
• Quantity : 5 skid (46 modules/skid)
• Membrane type : Hollow Fiber
• Membrane material : PVDF
• No/Module/Skid :5
• Backwash Operation : with water + air
• Capacity : 140 m3/h
E. UF Product Tank
• Quantity : 1 unit
• Capacity : 80 m3
• Dimension : 3800 diameter x 7500 mm hught
• Material : FRP
F. UF Backwash Pump
• Horizontal centrifugal pump
• Quantity : 2 units (1 Run + 1 Standby)
• Capacity : 115 m3/h. Head: 2,5 m
• Power : 15 kW/380 V/50 Hz
G. UF Cip Tank
• Chemical Tank
• Quantitiy : 1 unit
• Capacity : 5 m3
• Complete with level switch
• Dimension : 1850 mm diameter x 2195 mm height
77
• Material : HDPE
H. UF Cip Pump
• Horizontal centrifugal pump
• Quantity : 2 units
• Capacity : 46 m3/h. Head: 1,5 m
• Power : 4 kW/380 V/3Ph/50 Hz
I. SWRO LP Pump
• Horizontal Centrifugal Pump
• Quantity : 3 units
• Capacity : 250 m3/h, Head = 50 m
• Motor : 55 kW/380V/2Ph/50Hz
J. Catridge RO
• Catridge filter elements
• Quantity : 174 pcs (58 per skid)
• Length : 40”
• Filter size : 5 micron
K. Catridge Filter Housing
• Catridge filter housing
• Quantity : 3 units
• Material : CS with Rubber Line
• Size : 40” x 58 rounds
L. SWRO HP Pump
High pressure feed pump
• Quantity : 9 units
• Capacity : 83,5 m3/h, Head = 377 meter
• Motor : 132 kW/380V/2Ph/60Hz
Dan dibawah ini adalah alat-alat dan instrumentasi lainnya pada desalination unit:
78
Dimension: 690 mm
Diameter x 870 mm
Height
Complete with level
switch
SWRO SYSTEM SMBS Dilution Tank Chemical Dilution unit 1
Tank Tank Capacity: 300 L Penguin
Dimension: 500 mm
Diameter x 845 mm
Height Material:
HDPE
SWRO SYSTEM SMBS Tank Tank Chemical Dosing Penguin unit 2
Tank
Capacity: 1000 L
Material: HDPE
Dimension: 690 mm
Diameter x 870 mm
Height Complete with
level switch
81
Bronze CC480K-GS.
Shaft Material:
Chrome Steel A276
type 410 cond H
Motor = 37 kW/380V/
2Ph/ 50Hz.
BWRO SYSTEM Cartridge RO Cartridge filter Cartridge filter unit 2
Ruickly
housing housing.
Material: SS304. Size
40"x 60 rounds
BWRO SYSTEM Cartridge RO Cartridge filter Cartridge filter pcs 120
NF
elements. (60 per
Material PP. Length skid)
40".
Filter size = 5 micron
BWRO SYSTEM BWRO HP Pump Horizontal centrifugal unit 2
KSB
Pump pump.
TECO Motor
84
BWRO SYSTEM BWRO skid Pressure vessel Reverse Osmosis pcs 42 (21
Kangpu
Pressure Vessel vessels
elements long
Rating 450 psi (30
bar).
BWRO SYSTEM NaOH Dosing Pump Chemical Diaphragm pcs 2
Prominent
Dosing Pump Pump
Pump Head: PP,
Diaphragm: EPDM,
Valve: Ceramic
12.3 mL/min x 70 m x
0.011 kW
BWRO SYSTEM NaOH Tank Tank Chemical Dosing unit 2
Penguin
Tank Capacity: 1000
L Material: HDPE
Dimension: 1050 mm
Diameter x 1340 mm
86
Motor = 7,5
kW/380V/ 3Ph/ 50Hz.
NEUTRALIZATION HCl Dosing Dosing Pump Chemical Diaphragm Prominent unit 1
SYSTEM Pump Pump
Pump Head: PVDF,
Diaphragm: PTFE,
Valve: Ceramic
118 mL/min x 70 m x
0.015 kW
NEUTRALIZATION HCl Tank Tank Chemical Dosing Penguin unit 1
SYSTEM Tank Capacity: 520 L
Material: HDPE
Dimension: 830 mm
Diameter x 1110 mm
Height Complete with
level switch
NEUTRALIZATION NaOH Dosing Pump Chemical Diaphragm Prominent unit 1
SYSTEM Dosing Pump Pump
89
Shaft Length = 1
meter
Motor Head: 485
W/220 V/1 Phase/50
Hz
GENERAL Rotameter Mechanical Float Type Rotameter LZS 1
Instrument lot
Size 2"-3"
GENERAL Pressure Mechanical Pressure Gauge WIKA/Baumer lot 1
Gauge Instrument Glycerine Filled.
Bottom Connector 1/4"
or 1/2''.
Material: Casing:
SS304. Wetted
Material:
SS316/Monel.
Measurement: 0-6 Bar
to 0-25 Bar.
Size: 4".
92
Size: Various
sizeVarious
Lever/Gear Operating
GENERAL Manual Ball Valve Manual Ball Valve. HERSHEY lot 1
Valve MOC: Body&Ball:
PVC Size: ½’’ to 2"
GENERAL Manual Ball Valve Manual Ball Valve. SANKYO/KITZ lot 1
Valve MOC: Body&Ball:
SS316 Size: ¼" – ½"
GENERAL Globe Valve Valve Globe Valve Astam lot 1
Body/Trim/Gasket:
SS304/SS304/Ceramic
Size: Various
GENERAL Check Valve Valve Check Valve Astam, Chaoda lot 1
Material: Body: SS
Duplex/SS316, Disc:
SS Duplex/SS316
Size: Various
94
o Quantity: 1+1
o Type: Root
• RO feed pump
o Quantity: 1+1
o Design capacity: 163 m/hr
o Type: centrifugal
• Multi Media filter
o Quantity: 1+1 (1 Stage), 1 (2 Stage)
o Design Capacity: 50 m3
o Dimension: DIA 3.6 x 6.5 HT (m)
o Material: FRP
• MMF Pump
o Quantity: 1+1
o Material: FRP
o Type: Centrifugal
96
o Manufacturer: Filmtec
• Mixed Bed Exchanger
o Quantity: 1 + 1
o Design Capacity: 2 m3
o Dimension: DIA 1.4 x 1.6 HT (m)
o Material: FRP
• DM NAOH Measuring Tank
o Quantity: 1
o Design Capacity: 3 m3
o Dimension: DIA 1.4 x 2.0 HT (m)
o Material: FRP
• CPP NAOH Measuring Tank
o Quantity: 1
99
o Design Capacity: 3 m3
o Dimension: DIA 1.4 x 2.0 HT (m)
o Material: FRP
• PCPP NAOH Measuring Tank
o Quantity: 1
o Design Capacity: 1 m3
o Dimension: DIA 1.25 x 1.28 HT (m)
o Material: FRP
• CPP HCL Measuring Tank
o Quantity: 1
o Design Capacity: 3 m3
o Dimension: DIA 1.5 x 1.8 HT (m)
o Material: FRP
o PCPP HCL Measuring Tank
o Quantity: 1
o Design Capacity: 1 m3
o Dimension: DIA 1.25 x 1.28 HT (m)
o Material: FRP
• HCL Tank
o Quantity: 1
o Design Capacity: 1 m3
o Dimension: DIA 1.25 x 1.3 HT (m)
o Material: FRP
• Coagulant Tank
o Quantity: 1
o Design Capacity: 20 m3
o Dimension: DIA 2.4 x 4.6 HT (m)
o Material: FRP
• NaOH Storage Tank
o Quantity: 1
o Design Capacity: 15 m3
o Dimension: DIA 2.1 x 4.6 HT (m)
o Material: FRP
• Coagulant Dosing Pump
o Quantity: 1+1
103
104
a. Air Industri
Air industri merupakan jenis air yang digunakan untuk kegiatan
industri secara umum, seperti bahan baku pembuatan air demineral dan
air pendingin. Adapun baku mutu air industri di PT. Asahimas
Chemical yaitu:
Tabel 5. 2 Baku Mutu Air Industri
NG dan H2 untuk Boiler I dan III. Ketiga boiler tersebut dapat menghasilkan
berbagai jenis steam yang dibedakan berdasarkan tekanannya, yaitu
a. Steam High Pressure (SHP), dengan tekanan 14-16 kg/cm2.G
b. Steam Medium Pressure (SMP), dengan tekanan 11-11,5
kg/cm2.G
c. Steam Low Pressure (SLP), dengan tekanan sekitar 7 kg/cm2.G
d. Steam Low-Low Pressure (SLPP), dengan tekanan 0,1-2
kg/cm2.G
5.1.5 Fuel Facility
Unit ini merupakan unit penyedia bahan bakar yang digunakan pada
proses. Jenis bahan bakar yang digunakan di PT. Asahimas Chemical yaitu:
1. Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan Liquified Natural Gas (LNG)
Sumber LPG yang digunakan oleh PT. Asahimas Chemical
berasal dari PT. Pertamina. Sebelum digunakan, LPG yang
diperoleh ini akan diubah fasanya menjadi gas untuk
mempermudah penggunaan. LPG memiliki tekanan sekitar 2,5 - 5
kg/cm2G. selain LPG, PT. Asahimas Chemical juga menggunakan
NG yang berasal dari Perusahaan Gas Negara (PGN) dan dialirkan
melalui pipa bawah tanah.
2. Fuel Oil
Fuel oil merupakan hasil dari Industrial Diesel Oil.
Pencampuran ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi biaya dan
peningkatan kualitas dari bahan bakar tersebut.
3. Coal
Coal (batubara) yang berada di PT. Asahimas Chemical
digunakan untuk keperluan coal boiler pada Power Plant. Batubara
disimpan di dalam tempat penyimpanan batubara yang memiliki
kapasitas sebesar 4000 MT.
109
1. Limbah cair dapat berupa air sisa dari Blowdown Tank, Boiler, RO Effluent
Tank, dan Kondensor. Limbah cair dari Kondensor langsung dialirkan ke laut
karena tidak mengandung bahan berbahaya sehingga tidak memerlukan
pengolahan lebih lanjut, sedangkan yang lainnya diolah dalam waste water
treatment untuk menghilangkan kandungan TSS dan COD pada air, setelah itu
air digunakan kembali untuk kegiatan menyiram tanaman di sekitar pabrik. PT.
Asahimas Chemical telah mempersiapkan instalasi Pengolahan Air Limbah
(Waste Water Treatment/WWT)
2. Limbah padat dari PT. Asahimas Chemical termasuk limbah dari hasil sisa
pembakaran batu bara yang ditampung dalam Bottom Ash Silo. Limbah padat
ini kemudian disalurkan ke pabrik semen yang nantinya akan digunakan
sebagai raw material pembuatan semen. PT. Asahimas Chemical telah
mempersiapkan instalasi Pengolahan Limbah Padat (Solid Waste
Incinerator/SWI)
3. Limbah gas yang berasal dari fly ash hasil pembakaran batu bara masuk ke
dalam Electrostatic Precipitator (ESP) yang berfungsi untuk menangkap fly ash
menggunakan listrik, sehingga gas keluaran yang dikeluarkan oleh Stack tidak
melebihi baku mutu limbah gas. PT. Asahimas Chemical telah mempersiapkan
instalasi pengolahan limbah gas yaitu Instalasi Pengolahan Limbah Gas
Pengolahan limbah pabrik PT. Asahimas Chemical, baik untuk limbah cair,
limbah gas, maupun limbah padat dioperasikan dan dikontrol secara seksama sesuai
dengan standard yang ditentukan, Sementara untuk limbah-limbah yang tidak dapat
diolah sendiri, dikirimkan ke Perusahaan Pengolah Limbah yang ditunjuk
pemerintah. Dengan demikian pencemaran yang berdampak buruk terhadap
110
(1 unit run and 1 unit stand by) dengan kapasitas pompa 130𝑚3 /jam menuju sea
water discharge pit (Intermitten).
Pengolahan limbah dari proses CIP desalination plant akan ditampung pada
waste water basin desalination (berbeda dengan waste water basin proses
pengolahan limbah utama) dengan kapasitas 200 𝑚3 . Selanjutnya akan dipompakan
dengan waste water pump dengan kapasitas 15𝑚3 /jam (2 unit run dan 1 unit stand
by) menuju neutralization tank dengan kapasitas 20𝑚3 . Pada tanki tersebut bahan
kimia NaOH dan HCl akan direaksikan untuk menetralkan pH limbah tersebut, dan
ditambahkan SMBS (Sodium Meta Bisulphite) jika ORP melebihi 600 mV.
Selanjutnya, limbah tersebut dipompakan menggunakan neutralization pump
(intermitten) dengan kapasitas 30𝑚3 /jam (1 unit run dan 1 unit stand by) menuju
Waste water basin Utama.
Outlet dari waste water treatment plant akan bercampur bersama dengan air
laut yang digunakan sebagai pendingin (kondenser dan pendingin dari close cooling
sistem) dan selanjutnya akan overflow dari sea water discharge pit menuju laut
(outfall).
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan kerja praktek di PT. Asahimas Chemical,
terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu:
6.2 Saran
Meninjau kondisi kerja berdasarkan pekerjaan yang sebenarnya
dilakukan PT. Asahimas Chemical sebagai industri beresiko tinggi. Oleh
karena itu, saran yang dapat diberikan adalah:
112
EVALUASI KINERJA BOILER MENGGUNAKAN METODE
TIDAK LANGSUNG (Indirect Method) PADA PLTU UNIT 2 PT
ASAHIMAS CHEMICAL
Disusun oleh:
CILEGON – BANTEN
2022
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Salah satu peralatan yang sangat penting di dalam suatu pembangkit tenaga
listrik adalah Boiler (Steam Generator) atau yang biasanya disebut ketel uap. Alat
113
114
ini merupakan alat penukar kalor, dimana energi panas yang dihasilkan dari
pembakaran diubah menjadi energi potensial yang berupa uap. Uap yang
mempunyai tekanan dan temperatur tinggi inilah yang nantinya digunakan sebagai
media penggerak utama turbin uap. Energi panas diperoleh dengan jalan
pembakaran bahan bakar di ruang bakar. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengetahui efisiensi dari boiler. Agar dapat mengetahui apakah ada kesalahan atau
kekurangan dari proses pembakaran tersebut, sehingga dapat dianalisa kesalahan-
kesalahan tersebut dan dapat diatasi agar proses pembakaran akan menjadi lebih
baik ke depannya.
1. Bagaimana cara menentukan efisiensi boiler unit 2 pada Power Plant PT.
Asahimas Chemical dengan menggunakan metode indirect?
2. Bagaimana perbandingan nilai efisiensi boiler design dan nilai efisiensi
boiler pada perhitungan?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler unit 2 pada Power
Plant PT. Asahimas Chemical?
4. Bagaimana cara meningkatkan efisiensi boiler?
1. Struktur proses, fungsi alat, sistem pemrosesan dan operasi melalui orientasi
operasi di Power Plant
2. Pengendalian proses produksi, Sistem Utilitas dan pengolahan limbah hasil
produksi
3. Peneracaan pada suatu sistem boiler serta efisiensinya
Selain ruang lingkup di atas, salah satu syarat kelulusan dari mata kuliah
kerja praktek adalah pengerjaan tugas khusus yang diberikan bersamaan dengan
berlangsungnya kerja praktek di PT. Asahimas Chemical. Tugas khusus yang
diberikan dapat berupa permasalahan yang meliputi topik/ruang lingkup di atas,
dalam hal ini yang merupakan efisiensi pada Boiler unit 2 dengan indirect (tidak
langsung).
116
TINJAUAN PUSTAKA
(1) Air memasuki pompa pada keadaan sebagai cairan jenuh dan dikompresi
secara isentropik terhadap tekanan operasi boiler. Selama proses
117
118
𝑃𝑢𝑚𝑝 (𝑞 = 0) ∶ 𝑊𝑝𝑢𝑚𝑝,𝑖𝑛 = ℎ2 − ℎ1
Atau
𝑊𝑝𝑢𝑚𝑝,𝑖𝑛 = 𝑉 (𝑃2 − 𝑃1 )
Dimana
𝐵𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 (𝑤 = 0) ∶ 𝑞𝑖𝑛 = ℎ3 − ℎ2
𝑇𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒 (𝑞 = 0) ∶ 𝑤𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛,𝑜𝑢𝑡 = ℎ3 − ℎ2
119
𝐶𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟 (𝑤 = 0) ∶ 𝑞𝑜𝑢𝑡 = ℎ4 − ℎ1
𝐵𝑡𝑢
3412 ( )
𝜂𝑡ℎ = 𝑘𝑊ℎ
𝐵𝑡𝑢
𝐻𝑒𝑎𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑒 ( )
𝑘𝑊ℎ
Panas ditransfer pada uap di boiler untuk mengganti kehilangan panas yang
tidak diinginkan untuk mempertahankan keluaran uap yang sama sehingga
menyebabkan turunnya efisiensi dari siklus tersebut. Yang paling penting
adalah ireversibilitas yang terjadi di dalam pompa dan turbin.
𝑊𝑠 ℎ2𝑠 − ℎ1 𝑊𝑎 ℎ3 − ℎ4𝑎
𝜂𝑃 = = 𝑑𝑎𝑛 𝜂𝑇 = =
𝑊𝑎 ℎ2𝑎 − ℎ1 𝑊𝑠 ℎ3 − ℎ4𝑠
2.2 Boiler
Boiler merupakan bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke
air sampai terbentuk uap panas atau steam. Uap panas pada tekanan tertentu
kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media
yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses, jika air
dididihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar 1.600 kali.
Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan
perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam
boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan di titik pengguna. Pada
keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan
alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan
122
untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem
bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.
Air yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan.
Dua sumber air umpan adalah:
terdiri dari pemanas udara pembakaran (air preheater), pemanas bahan bakar
(oil preheater), dinding boiler (evaporator), economizer, dan air superheater
c. Steam Drum
d. Safety Valve
e. Blowdown
f. Air desuperheater
yaitu air desuperheater, air yang mengalir dari economizer, uap yang mengalir ke
superheater dan blowdown
1) Air makeup
Air yang berasal dari sisa uap yang telah dikondensasi (air sisa
kondensat). Air kondensat ini dipompakan ke feed water tank melalui low
pressure heater 1 dan 2, kemudian air baru ditambahkan kedalam feed water
tank.
4) Blowdown
dalam boiler dengan memasukan energi kimia dari bahan bakar. Untuk tingkat
efisiensi pada boiler berkisar antara 70% hingga 90% (Agung N, 2007)
Pada metode ini energi didapatkan dari fluida kerja (air dan steam)
dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar boiler. Untuk
menentukan jumlah panas yang diserap oleh uap dibutuhkan parameter-
parameter seperti laju alir uap, kualitas uap dan tekanan uap yang harus
diketahui dengan tepat dan teliti. Metode langsung dikenal juga sebagai metode
input-output, karena metode ini hanya menggunakan keluaran atau output dari
steam dan masukan atau input dari bahan bakar untuk mengevaluasi efisiensi,
dimana metode ini dapat digunakan persamaan sebagau berikut:
𝑃𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 (𝜂) = 𝑥 100
𝑃𝑎𝑛𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑄 𝑥 (ℎ𝑔 − ℎ𝑓 )
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 (𝜂) = 𝑥 100
𝑞 𝑥 𝐺𝐶𝑉
Dimana
𝐻𝑒𝑎𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 (𝜂) = 100 − ( ) 𝑥100
𝐻𝑒𝑎𝑡 𝑖𝑛 𝑓𝑢𝑒𝑙 + 𝐻𝑒𝑎𝑡 𝐶𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡𝑠
127
𝐿𝑜𝑠𝑠
% 𝐿𝑜𝑠𝑠 = ( ) 𝑥 100
𝐻𝐻𝑉
Dimana :
𝐿𝑜𝑠𝑠
% 𝐿𝑜𝑠𝑠 = (𝐻𝐻𝑉) 𝑥 100
Dimana :
𝐿𝑜𝑠𝑠
% 𝐿𝑜𝑠𝑠 = (𝐻𝐻𝑉) 𝑥 100
Dimana:
𝐿𝑜𝑠𝑠
% 𝐿𝑜𝑠𝑠 = (𝐻𝐻𝑉) 𝑥 100
selisih antara energi yang masuk kedalam boiler dengan kehilangan panas
yang telah dihitung. Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi
boiler secara tidak langsung adalah:
- Analisis ultimate bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu)
- Persentase O2 atau CO2 dalam gas buang
- Suhu gas buang dalam oC (Tf)
- Suhu ambien (Ta) dan kelembaban udara dalam kg/kg udara kering
- GCV bahan bakar dalam kkal/kg
- Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar
padat)
- GCV abu dalam kkal/kg (untuk bahan bakar padat)
Boiler harus dioperasikan dengan laju alir udara yang lebih dari
kebutuhan udara teoritisnya dengan tujuan untuk tercapainya pembakaran
yang sempurna dan pengoperasian yang aman. Akan tetapi efisiensi boiler
juga dipengaruhi oleh besarnya excess air. Excess air harus ditekan
serendah mungkin untuk mengurangi jumlah udara yang tidak diperlukan
yang akan mengambil panas dan kemudian dilepaskan pada temperatur
cerobong.
Untuk menguji ketepatan rasio udara atau bahan bakar, metode yang
digunakan biasanya adalah dengan menganalisa gas pembakaran yang
keluar dari boiler. Dengan menentukan komposisi gas tersebut, biasanya
131
b. Burner
c. Laju pengapian
e. Temperatur umpan
g. Pemanfaatan kondensat
Bila uap air memberikan energi termal ke dalam suatu sistem proses,
panas yang diserap oleh proses umumnya adalah panas latennya, sedangkan
kondensatnya yang masih membawa panas sensibel akan meninggalnya
sistem proses pada temperatur tinggi, maka sejauh tidak terkontaminasi,
kondensat dapat dimanfaatkan sebagai air umpan boiler yang ideal. Cara ini
dapat menaikan temperatur air umpan boiler. Kenaikan air umpan boiler
sebesar 6℃ akan menghemat bahan bakar sebesar 1%.
133
Fouling pada permukaan luar tube pada boiler pipa air, atau pada
permukaan dalam tube boiler pipa api, dapat menghambat perpindahan
panas dari gas hasil pembakaran ke air di dalam boiler, sehingga
menyebabkan keadaan tidak efisien. Endapan-endapan pada sisi air, yang
disebabkan oleh kurang baiknya pengolahan air umpan boiler juga dapat
menghambat perpindahan panas, sehingga menyebabkan tingginya
temperatur gas buang dan mengurangi efisiensi. Bahkan kerak yang
terbentuk di dinding tube pada sisi air dapat menyebabkan overheating
sehingga dapat merusak tube. Fouling pada sisi api juga berakibat pada
tingginya temperatur gas buang, dibandingkan dengan temperatur gas
buang pada sisi tube dalam keadaan bersih.
i. Blowdown
Oleh karena itu, konsentrasi solids harus dijaga pada level tertentu
dan dilakukan dengan proses blowdown. Sejumlah air yang dibuang keluar
dan segera digantikan dengan air umpan boiler sehingga kandungan Total
Dissolved Solids (TSS) dapat terjaga pada keadaan optimum. Karena
blowdown merupakan air yang dikeluarkan dalam keadaan temperatur
tinggi, maka hal ini merupakan pembuangan panas dan mengurangi
efisiensi.
134
j. Tekanan uap
jenis dan ketebalan insulasi baru yang sesuai. Pemasangan insulasi pada
dinding luar boiler dapat berakibat naiknya temperatur bata tahan api,
sehingga kadang-kadang temperatur permukaan luar sengaja dibiarkan
tinggi untuk menurunkan temperatur bata tahan api, sehingga
memperpanjang usia pemakaiannya.
l. Bahan bakar
2.8 Pembakaran
Pembakaran terjadi secara proses kimia antara bahan-bahan yang
mudah terbakar dengan oksigen dari udara untuk menghasilkan energi panas
yang dapat digunakan untuk keperluan lain. Komponen utama bahan-bahan
yang mudah terbakar adalah karbon, hidrogen, dan campuran lainnya. Dalam
proses pembakaran komponen ini terbakar menjadi karbondioksida dan uap air.
Sejumlah sulfur juga terdapat pada sebagian besar bahan bakar (Singer, 1991)
C + O2 → CO2
2H2 + O2 → 2H2 O
1) Pada laju alir udara di bawah laju alir yang dibutuhkan untuk terjadi
pembakaran sempurna, tidak seluruh karbon yang terkandung dalam
bahan bakar akan terkonversi menjadi karbondioksida. Pada keadaan
seperti ini karbon monoksida akan terbentuk sebagai hasil pembakaran
parsial:
2C + O2 → 2CO + heat
137
2C + O2 → 2CO2 + heat
Perhitungan
1. Menentukan Starting Point on Fuel Flow
2. Menentukan Dry Refuse
3. Menentukan Carbon Burned
4. Menentukan Excess Air
5. Menentukan Losses
6. Menentukan Unmeasured Losses
7. Menentukan Boiler Efficiency
Gambar 3a. 1 Diagram Alir Proses Perhitungan Efisiensi Boiler dengan Metode
Indirect
139
140
LOSSES
Heat Loss due to % Loss = (kg of dry gas) (Cp) (Tf-Ta)
dry gas %Loss = (Loss/HHV) x 100
142
4.1 Hasil
Efisiensi boiler pada tanggal 21 April – 05 Juli 2022 di PT. Asahimas
Chemical dengan menggunakan Indirect Method, menghasilkan hasil berupa nilai
efisiensi boiler tiap bulannya, sebagai berikut:
Tabel 4a. 1 Data Efisiensi Boiler pada Periode 1 (21 April-20 Mei 2022)
144
145
Tabel 4a. 2 Data Efisiensi Boiler pada Periode 2 (22 Mei-19 Juni 2022)
Tabel 4a. 3 Data Efisiensi Boiler pada Periode 3 (20 Juni-5 Juli 2022)
88.60%
88.40%
88.20%
88.00%
87.80%
87.60%
87.40%
87.20%
87.00%
4/19/2022 4/24/2022 4/29/2022 5/4/2022 5/9/2022 5/14/2022 5/19/2022 5/24/2022
88.40%
88.20%
88.00%
87.80%
87.60%
87.40%
87.20%
5/19/2022 5/24/2022 5/29/2022 6/3/2022 6/8/2022 6/13/2022 6/18/2022 6/23/2022
88.80%
88.60%
88.40%
88.20%
88.00%
87.80%
87.60%
87.40%
6/18/20226/20/20226/22/20226/24/20226/26/20226/28/20226/30/20227/2/20227/4/20227/6/2022
EFISIENSI BOILER
88.10%
88.00%
87.90%
87.80%
87.70%
87.60%
87.50%
87.40%
21 April - 21 Mei 22 Mei - 21 Juni 22 Juni - 05 Juni
4.2 Pembahasan
Data-data tersebut menunjukan hasil dari perhitungan efisiensi boiler
dengan metode indirect yang telah dilakukan. Hasil efisiensi boiler yang didapatkan
dengan menggunakan metode indirect ini dilakukan pada periode 21 April – 05 Juli
2022, dimana pada Periode I yaitu pada 21 April – 20 Mei 2022 dihasilkan rata-rata
efisiensi sebesar 87,63%, pada Periode II yaitu 22 Mei – 19 Juni 2022 dihasilkan
rata-rata efisiensi sebesar 87,71% dan pada Periode III yaitu pada 20 Juni – 5 Juli
2022 dihasilkan rata-rata efisiensi sebesar 88,02%.
Mengacu pada PT. Asahimas Chemical, bahwa nilai efisiensi boiler secara
desain adalah sebesar 85,5% pada nilai kalori batu bara 4700 kcal/kg. Apabila
dibandingkan dengan hasil perhitungan efisiensi boiler pada unit 2, baik pada
periode I, II, ataupun III efisiensi boiler mengalami kenaikan sebesar ±2% dari
efisiensi secara desain. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan nilai kalori dari
batu bara yang digunakan dalam perhitungan dengan nilai kalori batu bara yang
digunakan untuk desain efisiensi boiler. Nilai kalori batu bara yang digunakan pada
periode I, II, dan III memiliki nilai kalori batu bara rata-rata yang lebih besar
daripada 4700 kcal/kg. Besarnya nilai kalori dipengaruhi oleh kandungan air dalam
batu bara tersebut. Jika kandungan air dalam batu bara tersebut semakin tinggi,
maka kadar karbon dalam batu bara tersebut semakin rendah sehingga nilai
kalorinya pun semakin rendah (Nur, 2020). Tingginya kandungan air dapat
menyebabkan menurunnya nilai efisiensi boiler dikarenakan hal tersebut dapat
menyebabkan losses, sehingga batu bara yang dapat menaikan nilai efisiensi boiler
adalah batu bara yang memilki nilai kalori tinggi. Oleh karena itu, tingginya nilai
kalori yang digunakan ini menyebabkan terjadinya kenaikan efisiensi boiler
daripada efisiensi boiler desainnya. Banyaknya jumlah bahan bakar yang digunakan
untuk operasi boiler tergantung dengan nilai kalori dari bahan bakar boiler itu
sendiri. Semakin tinggi nilai kalori suatu bahan bakar semakin sedikit pula jumlah
bahan bakar yang digunakan, begitupun sebaliknya semakin rendah nilai kalori
suatu bahan bakar semakin banyak pula jumlah bahan bakar yang digunakan boiler
tersebut untuk beroperasi.
149
Adapun dari ketiga periode tersebut efisiensi yang dihasilkan per harinya
sangat fluktuatif, hal ini disebabkan karena adanya kehilangan-kehilangan panas
pada sistem boilernya yang mengakibatkan efisiensi boiler setiap harinya tidak
stabil dan cenderung naik turun. Gambar 4a.5 di bawah ini menujukan rata-rata
besarnya losses pada tiap bulan.
Seperti yang sudah dibahas, bahwa slaging pada permukaan tube-tube dapat
berasal dari air yang terkandung di dalam bahan bakar yang digunakan, maka
kehilangan panas akibat kelembaban dari batu bara sangat memengaruhi efisiensi
boiler ini. Sementara kehilangan panas akibat H2 O dari pembakaran adalah
terbentuknya produk berupa air dari hasil pembakaran hidrogen, pada setiap air
yang terbentuk akibat pembakaran hidrogen dalam bahan bakar diperlukan
sejumlah panas untuk mengubah menjadi uap sehingga dapat keluar. Kandungan
hidrogen berasal dari batu bara yang digunakan, sehingga hal tersebut tidak dapat
dihindari. Namun hal ini dapat diminimalisasi dengan menggunakan batu bara yang
sesuai standar, dimana kadar-kadar kandungan dari batu bara telah ditentukan pada
spesifikasi dan standar yang ditentukan agar pembakaran yang dihasilkan pun
maksimal. Adapun kadar kandungan-kandungan pada batu bara yang digunakan
oleh PT. Asahimas Chemical adalah sebagai berikut:
151
Pada tabel 4a.5 tersebut dapat dilihat bahwa kadar dari unsur-unsur yang
terkandung di batu bara sudah seusai dengan standar batu bara yang ada. Unsur-
unsur yang ada pada batu bara sangat berpengaruh pada proses pembakaran di
boiler. Dimana jika masing-masing dari unsur tersebut melebihi standar maksimal,
maka kehilangan panas pun akan semakin besar, sehingga efisiensi boiler akan
menurun.
Selain dari kadar kandungan batu bara, nilai kalori batu bara pun sangat
mempengaruhi pembakaran dalam boiler. Dimana jika nilai kalori dari batu bara
yang digunakan semakin besar maka efisiensi boiler pun akan semakin besar. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4a. 6 Perbandingan Nilai Kalori Batu Bara dan Kehilangan Panas
EFISIENSI BOILER
BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3
KETERANGAN 21 april 11 Mei 22 Mei 9 juni 4 juli 22 juni
2022 2022 2022 2022 2022 2022
(highest) (lowest) (highest) (lowest) (highest) (lowest)
Efisiensi Boiler 88.63% 87.23% 88.35% 87.39% 88.71% 87.48%
HHV (kcal/kg)
5,027 4,473 4,913 4,536 5,060 4,567
Dry Gas 4.02% 4.52% 4.11% 4.45% 3.99% 4.42%
Moisture in Fuel 3.78% 4.25% 3.87% 4.19% 3.76% 4.17%
H2O from
2.99% 3.36% 3.06% 3.32% 2.97% 3.29%
Combustion H2
152
Combustion
0.08% 0.09% 0.08% 0.09% 0.08% 0.09%
Refuse
Radiation 0.22% 0.22% 0.22% 0.22% 0.22% 0.22%
Unmeasured
Losses (as 0.10% 0.10% 0.10% 0.10% 0.10% 0.10%
design)
Other Losses 0.32% 0.34% 0.31% 0.33% 0.31% 0.33%
Fan Heat Credits 0.14% 0.11% 0.11% 0.09% 0.14% 0.10%
Pada tabel tersebut, terdapat perbandingan nilai kalori batu bara dan
kehilangan-kehilangan selama proses pembakaran pada masing-masing nilai
efisiensi boiler tertinggi dan terendahnya di tiap bulan. Jika dilihat pada tabel
tersebut, nilai efisiensi boiler yang tinggi memiliki nilai kalori batu bara yang tinggi
pula dan kehilangan-kehilangan yang rendah.
Alasan lain yang dapat terjadi yaitu karena umur dari boiler itu sendiri yang
tidak menutup kemungkinan telah terbentuk kerak, terjadinya peristiwa korosi,
153
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil kerja praktek dengan tugas
khusus menghitung efisiensi boiler di unit 2 ini adalah sebagai berikut:
159
160
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan ketika sudah melakukan kerja praktek
adalah sebagai berikut:
fired
b) Unburned Carbon
Unburned carbon % in refuse ash = (unburned carbon % in fly ash) (%
fly ash split/100) + (unburnt carbon in bottom ash) (% bottom ash
split/100) = (0,96% x 70/100) + (0,29% x 30/100) = 0,766%
Assume Total refuse ash = total fuel ash
Unburned carbon = (unburned carbon % in refuse ash/100) (kg of fuel
ash/kg of fuel fired) = 0,766/100 x 0,054 = 0,00041 kg of unburned
carbon/kg fuel fired
c) Sorbent Inert
Sorbent inert = (0,0337) (0,013) / 1 kg fuel fired
= 0,00044 kg of sorbent inert/kg fuel fired
d) MgO Formed
MgO Formed = (1,36%) (0,013) (40/84) / 1 kg fuel fired
= 0,00008 kg of MgO formed/kg fuel fired
e) Unused CaO
Unused CaO = [(97,27%) (0,013) (56/100)] – [(0,09%) (1 kg) (61,46%)
(64/32) (56/64)] / 1 kg fuel fired
= 0,0066 kg of unused CaO/kg fuel fired
f) CaSO4 Formed
CaSO4 formed = [(0,09%) (1 kg fuel) (61,46%) (64/32) (136/64)] / 1 kg
fuel fired = 0,00235 kg of CaSO4 formed/kg fuel fired
3. Dry Refuse per kg of as fired duel (carbon burned per kg as fired fuel)
(49) (0,028)(61,14)
− 𝑘𝑐𝑎𝑙 = 0,4891 kg of carbon burned/kg fuel fired
100 8056
𝑘𝑔
6. Excess air
100[(%𝑂2) − (%𝐶𝑂/2)]
=%
𝐶𝑂
0,2682 (%𝑁2) − [(%𝑂2) − (% 2 )]
100[(6,1271) − (0,00183%/2)]
= 38,70%
0,00183
0,2682 (81,8728) − [(6,1271) − (% 2 )]
f) Moisture in air
Theoritical air = A’0 = kg of dry air/kg fire fuel = 11,51 x %C + 34,30
x (%H - %O / 7,937) + 4,335 x %S
A’0 = 11,52 x (0,4913) + 34,30 x (0,0266 – 0,1532/7) + 4,335 (0,0009)
= 5,91 kg/kg of fuel
WA = kg of dry air/kg fuel fire = Ecxess air/100 (A’0) + (A’0) = 0,387
(5,91) + 5,91 = 8,20 kg/kg of fuel
LmA = WmA x WA x (h) = 0,0201 (8,20) (662,47 – 612,3)
= 8,26 kcal/kg
Total Losses/(Gains) = (4,91) + (-2,15) + (0,02) + (0,43) + (1,83) + (7,25
) = 12,29
Loss % = (Loss/ HHV) (100) = 12,29 / 4704 x 100 = 0,26%
19. Dry refuse (ash pit & fly ash) per kg fuel
The following calculations are based on firing one (1) kg of fuel
The required sorbent/sand flow is calculated based on per one (1) kg of fuel
flow:
Limestone flow rate = 900 kg/hr
Required sorbent flow = 900 kg sorbent flow/hr / 71579 kg fuel flow/hr
= 0,013 kg of sorbent/kg fuel fired
Sand flow rate = 0 kg/hr
Required sand flow = 0 kg of sand/kg fuel fired
a) Fuel Ash
𝑎𝑠ℎ
(1 𝑘𝑔 𝑓𝑢𝑒𝑙)(0,0193 𝑘𝑔 𝑜𝑓 𝑜𝑓 𝑓𝑢𝑒𝑙)
𝑘𝑔
Fuel ash = = 0,0193 kg of fuel ash/kg
1 𝑘𝑔 𝑓𝑢𝑒𝑙 𝑓𝑖𝑟𝑒𝑑
b) Sorbent Inert
= [(% Sorbent inert/100) (Required Sorbent kg)] / kg fuel fired
Sorbent inert = (0,0337)(0,013 kg) / 1 kg fuel fired = 0,000438 kg of
sorbent inert/kg fuel fired
c) MgO Formed
[(% MgCO3/100) (Required Sorbent kg) (40/84)] / kg fuel fired
MgO Formed = (0,015)(0,013)(40/84) / 1 kg fuel fired = 0,000093 kg
of MgO formed/kg fuel fired
d) Unused CaO
{[(%CaCO3/100) (Required Sorbent kg) (56/100)] – [(%S/100) (kg fuel
fired) (%SO2 captured/100) (64/32) (56/64)]} / kg fuel fired
Unused CaO = [(0,9489) (0,013) (56/100)] – [(0,0009) (1 kg) (0,6397)
(64/32) (56/64)] / 1 kg fuel fired
= 0,005900 kg of unused CaO/kg fuel fired