BAB I
PENDAHULUAN
I.1. SEJARAH
Pembangunan PT. Indo Acidatama Tbk. dimulai sejak tahun 1983
sedangkan pendiriannya baru direalisasikan pada Juni 1987 dengan fasilitas
pemerintah dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
berstatus sebagai badan hukum perseroan terbatas (PT). Pabrik dibangun di
atas tanah seluas 11 hektare dengan kapasitas terpasang 18.000 kL
etanol/tahun, asam asetat 12.000 ton/tahun, dan etil asetat sebesar 4.500
ton/tahun. Berbagai upaya modifikasi dan ekspansi dilakukan sehingga dalam
satu dasawarsa kapasitas produksi etanol menjadi yang terbesar di Indonesia
dengan luas lahan 22 hektare.
Pendirian pabrik ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada
20 Juli 1989. Awalnya, perseroan bernama PT. Indo Alkohol Utama, kemudian
tahun 1986 berubah nama menjadi PT. Indo Acidatama Chemical Industry
dengan etanol sebagai produk utama dan bergerak dalam bidang industri agro
kimia. Pabrik ini melakukan merger dengan PT. Sarasa Nugraha Tbk. pada 4
Oktober 2005 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode SRSN pada
group industri dasar dan kimia. Tanggal 30 Juni 2006 berubah menjadi PT.
Indo Acidatama Tbk. hingga saat ini.
Alat industri kimia dirancang oleh Krupp Industrie Technics GmBH
Jerman Barat, sedangkan teknologi proses kimia diperoleh dari Hull AG
Jerman Barat. Pemasangan mesin dan peralatan seluruhnya dilakukan oleh
putra Indonesia dibawah supervisi dari Industrie Technics GmBH Jerman
Barat. Investasi pendirian pabrik ini sebesar Rp. 48.517.304.000,00.
Pembangunan pabrik selesai secara bertahap sebagai berikut :
1
7. Cuaca
Cuaca di area pabrik cukup baik yaitu kondisi udara tidak terlalu panas
dan tidak terlalu dingin. Hal ini sangat menunjang bagi proses fermentasi terutama
bagi pertumbuhan yeast.
Tata letak PT Indo Acidatama Tbk. secara garis besar terbagi menjadi
beberapa bagian, yaitu
1 Bagian tangki penyimpanan bahan baku,
2 Bagian kantor,
3 Bagian proses,
4 Bagian utilitas, bengkel, dan gudang,
5 Bagian pengolahan limbah.
Keterangan Gambar :
21 Menara pendingin
1A. Mess
1B. Mess
proses
Gedung joglo
Jembatan timbang
Kantor
Gudang
Penerimaan molasses
Garasi
Kantor laboratorium
27 Penyimpanan nitrogen
Stasiun pengapalan
10 Kantin
29 Unit molding
cooling tower
31 Analysisshelter
32 Chimney foundation
33 Keamanan
34 Bak anaerob I
15 Drum produk
35 Bak anaerob II
17 Ruang kontrol
37 Bak anaerob IV
38 Bak maturasi
20 Blowerhouse
netralisasi pH
: 55 % w/w
: 85 0 Brix
Ethanol
PT. Indo Acidatama memproduksi etanol yang berkualitas etanol super
prima bebas dari methanol, asetal dehyde dan logam berat. Kegunaan
: 96.5 % volume
: min. 30 menit
Fussel oil
: min. 2 mg/L
Asetaldehid
: maks. 2 mg/L
Asam asetat
: maks. 4 mg/L
: tak terdeteksi
Metil Ester
: maks. 20 mg/L
Abu
: maks. 5 mg/L
terbesar di Indonesia.
Sisa penguapan
: maks. 0.005 % berat
Ethyl acetat
Kegunaan dari ethyl acetat adalah sebagai bahan pelarut cat plastic dan
untuk kebutuhan industri farmasi, cat, percetakan dan lain-lain. Spesifikasi
: 100 % berat
: maks. 0.5 mL/Kg
: maks. 8 APHA
: -4 0C
: 3.3 % berat
Etanol, Asam Asetat dan Ethyl acetat merupakan produk utama sedangkan
Asetaldehid merupakan produk intermediet di PT. Indo Acidatama Tbk.
Spesifikasi dari produk ini adalah sebagai berikut:
Kadar asetaldehid
Ethanol
Air
Aseton
Asam asetat
Besi
Sisa penguapan
Warna
Unit proses
Molasses /
tetes tebu
tahun
337.750 kL
Etanol
Etil asetat
42.000 kL
7.500 ton
mesin
Jenis produk
penyelesaian
dan kadar
Mash
1988
kadar Etanol
KruppGermany
12 % bv
Etanol super
Krupp-
1988
Germany
Krupp-
1989
Germany
prima 96,5 %
bv
Etil asetat 100
% bw
Unit Utilitas
Jembatan Timbang
4 orang
b.
: 43 orang
c.
: 47 orang
d.
: 188 orang
e.
: 34 orang
f.
Tenaga kerja SD
: 48 orang
Karyawan shift
Karywan shift berhubungan langsung dengan proses produksi. Jam kerja dibagi
menjadi tiga shift.
Shift I (pagi)
: jam 07.00-15.00
Shift II (siang)
: jam 15.00-23.00
: jam 23.00-07.00
: jam 08.00-17.00
Jam Istirahat
: jam 12.00-13.00
10
masuk ke dalam unit penyimpan dilakukan analisa dan penimbangan, analisa tetes
di Laboratorium Baku Mutu dan penimbangan beban muatan tangki di jembatan
timbang yang berada di bagian depan pabrik. Untuk standart minimum untuk tetes
yang akan digunakan sebagai bahan baku adalah kekentalan 85o brix dan kadar
gula 55%. Pengumpanan dilakukan melalui screen dan hopper dengan bantuan
screw pump (pompa ulir). Jumlah tangki penyimpan di area ini ada empat buah,
dengan kapasitas masing-masing 6000 m3. Tetes dikirim ke unit fermentasi (area
200) sebagai bahan baku pembuatan mash dengan bantuan screw pump
II.2. TAHAPAN FERMENTASI
Unit fermentasi bertujuan untuk proses fermentasi tetes menjadi mash
yang mengandung alkohol dengan kadar sekitar 12%. Tetes tebu difermentasi
menggunakan yeast Saccharomyces cereviceae strain Kyowa. Unit ini terdiri dari
tiga
tahap,
yaitu
pembibitan
yang
dilakukan
di
seed
fermenter,
11
12
13
H
E
H
E
Main
fermente
r
Main
fermente
r
Main
fermente
r
ste
am
Pre
ferme
nter
mi
xe
r
Pre
ferme
nter
wat
er
mol
ase
Proc
s
ess
ste
am
Seed
ferm
enter
H
E
blo
we
r
ho
pp
er
14
Bentuk
: Silinder tertutup tegak yang dilengkapi dengan sparger dan jacket cooler.
Spesifikasi
:
a. Bahan
: Stainless steel
b. Tinggi shell
:2
m
c. Diameter dalam
: 1,3 m
d. Tebal shell
:4
mm
e. Volume
: 2,65 m3
Kondisi operasi
a.
b.
c.
d.
e.
Sterilisasi tangki
Sterilisasi medium
Kekentalan
Waktu fermentasi: 14
Kondisi aerob
Umpan
: suhu 100-101 0C
: suhu 99-100 0C
: dari 17 0brix hingga tinggal 8 0brix
jam
: 32 0C
Sterilisasai tangki
Pasteurisasi medium
Kekentalan
Waktu fermentasi
Kondisi aerob
: suhu 97-100 0C
: suhu 75-80 0C
: dari 200brix hingga tinggal 8 0brix
: 16-20 jam
: 32 0C
Bahan pembantu : Steam, urea, anti foam agent, mash dari seed culture
Produk
15
3. Main Fermenter (FB 213, 214, 215, 216, 217 dan 218)
Fungsi
: Sebagai tempat untuk fermentasi gula menjadi alkohol
Bentuk
: Silinder tegak tertutup yang dilengkapi dengan sparger dan heat
exchanger plate and frame yang ada di luar tangki
Spesifikasi
:
FB 213, 214,215,217
a. Bahan
: Carbon steel
b. Tinggi shell
: 9,8 m
c. Diameter shell
: 10,35 m
d. Tinggi atap khonis
: 1,6 m
e. Tebal shell
: 6-8 mm
f. Volume efektif
: 830 m3
FB 216, 218
a. Bahan
: Carbon steel
b. Tinggi shell
: 11,3 m
c. Diameter shell
: 10,35 m
d. Tinggi atap khonis
: 1,6 m
e. Tebal shell
: 6-8 mm
f. Volume efektif
: 880 m3
Kondisi operasi :
a. Sterilisasi tangki
: suhu 100 0C
b. Kondisi
: an aerob
c. Kekentalan
: dari 23 0brix hingga tinggal 110brix
d. Waktu fermentasi
: 48 jam
e. Suhu
: 32 0C
f. pH
: 4,6-4,8
Umpan
: Tetes tebu / Molasses
Bahan pembantu : Steam dan anti foam agent
Produk
: Mash yang mengandung alcohol 8 %
4. Mixing Equipment (MX 208)
Fungsi
: Mencampur tetes dengan air proses
Jenis
: Inline mixer
Kondisi operasi :
a. Kapasitas
Tetes
: 20-25 m3 / jam
Air
: 65-85
m3 / jam
b. Tekanan : 5 bar abs
c. Motor
: 2,2 kW, 1420 RPM, 3 phase
5. Blower (BA 226 dan 227)
Fungsi
: Mensuplay udara ke seed dan pre fermenter dari bagian atas
Jenis
: Rotary lobe blower
Kondisi operasi :
Prodi Teknik Kimia
UPN Veteran Yogyakarta
16
BA 226
a. Flow
b. Tekanan keluar
: 1100 m3 / jam
: 1,6 bar
BA 227
a. Flow
: 635 m3 / jam
b. Tekanan masuk
:1
bar
c. Tekanan keluar
: 1,9 bar
Motor
: 30 kW, 37 A, 3000 RPM, 3 phase
6. Head Exchanger (HE 213, 214, 215, 216, 217 dan 218)
Fungsi
: Mendinginkan mash dari pre fermenter
Jenis
: Plate and frame
Jumlah
: 6 buah
Kondisi operasi :
a. Tekanan maksimal
: 13 bar
b. Suhu maksimal
: 55 0C
7. Pompa (P 201, 202, 203 dan 204)
A. P 201
Fungsi
: Mengalirkan tetes tebu ke mixer
Jenis
: Screw pump
Jumlah
: 1 buah
Kondisi operasi
:
a. Kecepatan
: 55-319 Rpm
b. Suhu
: 25-35 0C
c. Viskositas
:5
CP
d. Kapasitas
: 7-30 m3 / jam
e. Tekanan keluar
: 3 bar
Motor
: 7,5 kW , 1450 Rpm, 3 phase
B. P 202
Fungsi
: Mengalirkan air proses ke mixer
Jenis
: Screw pump
Jumlah
: 1 buah
Kondisi operasi
:
a. Kecepatan
: 68-144 Rpm
b. Suhu
: 25-35 0C
c. Kapasitas
: 22-90 m3 / jam
d. Tekanan keluar
: 2 bar
Motor
: 15 kW, 1445 Rpm, 3 phase
C. P 203
Fungsi
: Mengalirkan air proses ke fermenter
Jenis
: centrifugal pump
Jumlah
: 1 buah
Kondisi operasi
:
Prodi Teknik Kimia
UPN Veteran Yogyakarta
17
a. Kecepatan
: 2900 RPM
b. Kapasitas
: 22-90 m3 / jam
c. Tekanan maksimum
: 10 bar
Motor
: 18,5 kW, 2930 Rpm, 3 phase
D. P 204
Fungsi
: Mengalirkan air proses ke mixer
Jenis
: Screw pump
Jumlah
: 1 buah
Kondisi operasi
:
a. Kecepatan
: 68-144 Rpm
b. Suhu
: 25-35 0C
c. Kapasitas
: 22-90 m3 / jam
d. Tekanan keluar
: 2 bar
Motor
: 15 kW, 2930 Rpm, 3 phase
8. Hopper (FC 206 dan 207)
Fungsi
: Untuk menampung tetes/air proses untuk didistribusikan ke fermenter
Bentuk
: Silinder tegak terbuka
Kondisi operasi :
a. Kapasitas
: 8,5 m3
b. Diameter
: 2,4 m
c. Tinggi
: 1,88
18
BAB III
TUGAS KHUSUS
REDESIGN HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE
DARI TIPE PLATE AND FRAME
III.1. LATAR BELAKANG
PT Indo Acidatama Tbk ini selain memproduksi etanol integrated, juga
memproduksi asam asetat, asetaldehid dan etil asetat, tetapi khusus saat ini PT
Indo Acidatama Tbk hanya memproduksi asam asetat dan asetaldehid apabila ada
permintaan pasar. Unit Fermentasi dalam PT. Indo Acidatama Tbk. adalah unit
proses awal pada pembuatan etanol, sehingga perlu diperhatikan kualitasnya.
Dimana dalam proses fermentasi menggunakan bahan baku berupa molasses dan
adanya bantuan mikroba yaitu yeast Saccharomyces cereviceae strain Kyowa,
dengan ditambahkan urea dan TSP sebagai nutrient.
Pada unit Fermentasi terdapat 3 jenis fermenter, pada tahap awal
pembiakan yeast di lakukan dalam seed fermenter, dilanjutkan dalam pre
fermenter dan terakhir pada main fermenter. Pada main fermenter ini
menggunakan alat perpindahan panas berupa HE tipe plate and frame. Suhu yang
baik untuk yeast Saccharomyces cereviceae strain Kyowa sekitar 32-36 oC.
Heat exchanger adalah alat perpindahan panas yang digunakan untuk
memanaskan/mendinginkan fluida tanpa adanya perubahan massa. Biasanya,
medium panas yang dipakai adalah fluida yang dipanaskan sebagai fluida panas
dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Namun dalam proses
fermentasi ini, panas timbul karena adanya aktivitas mikroba (yeast). Penukar
panas dirancang agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara
efisien.
III.2. TUJUAN
19
Tujuan tugas khusus ini adalah merancang ulang heat exchanger untuk
membandingkan luas transfer panas heat exchanger pada unit Fermentasi tipe
plate and frame dengan shell and tube.
III.3. RUANG LINGKUP
Merancang ulang heat exchanger pada unit Fermentasi dengan
menggunakan perhitungan yang terdapat pada buku Process Heat Transfer,
Donald Q. Kern, untuk mendapatkan nilai A (luas perpindahan panas), Rd (dirt
factor) dan pressure drop.
III.4. LANDASAN TEORI
1. Perpindahan Panas
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat lain berupa penyerapan atau
pelepasan panas, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Panas sendiri adalah salah satu bentuk
energi. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak musnah,
contohnya hukum kekekalan massa dan momentum, yang artinya panas tidak
dapat hilang. Energi hanya berubah bentuk dari bentuk yang pertama ke bentuk
yang ke dua.
2. Pengertian Heat Exchanger
Fungsi penukar panas yang dipergunakan di industri lebih diutamakan
untuk menukarkan energi dua fluida yang berbeda temperaturnya. Pertukaran
energi dapat berlangsung melalui bidang atau permukaan perpindahan panas
yang memisahkan kedua fluida atau secara kontak langsung (fluidanya
bercampur). Energi yang dipertukarkan akan menyebabkan perubahan
temperatur fluida (panas sensibel) atau kadang dipergunakan untuk berubah
fasa (panas laten). Laju perpindahan energi dalam penukar kalor dipengaruhi
oleh kecepatan aliran fluida, sifat-sifat fisik (viskositas, konduktivitas termal,
kapasitas kalor spesifik, dan lain-lain), beda temperatur antara kedua fluida,
dan sifat permukaan bidang perpindahan panas yang memisahkan kedua fluida.
3. Macam-macam Heat Exchangers berdasarkan profil konstruksi permukaan .
Prodi Teknik Kimia
UPN Veteran Yogyakarta
20
Tipe pipa bersirip (Fins and tube). Pada umumnya penukar panas jenis pipa
bersirip ini dipergunakan untuk fluida cair dan gas dimana fluida gas
21
22
Mash (Etanol)
: 22.046 lbm/jam
: 29 oC
: 109 buah
Luas transfer
: 53,5 m2
Mash (etanol)
Air
Debit, lbm/jam
22.046
33.069
Suhu masuk, oC
40
29
Suhu keluar, oC
34
33
Heat Capacity, Cp
(BTU/lbm F)
0,92
0,9997
Density, (gr/ml)
1,427
0,99653945
Viscosity, (Pa s)
0,000786
0.000894
Thermal conductivity,
k (Btu.ft/hr.ft2.oF)
0,095491
0.359
23
Q = W x C x T
(1)
( T 1t 1 )(T 2t 2 )
ln(T 1t 1 )/(T 2t 2)
T 1T 2
t 2t 1 .
(3)
S=
t 2t 1
T 1t 1 ..
(4)
..
(5)
d. Laju alir massa fluida pada tube side (Gt)
Gt=
W
a t .
(6)
D . Gt
(7)
24
( 2)
Ht= jH x
k
D
Cp x
/w 0.14
x(
)1/3 x (
) ..
k
(8)
g. Menghitung temperature wall (tw)
tw = tc +
hs /s
hio /t +h s / s
x (Tc - tc) .
(9)
h. Menghitung flow area shell side (as)
as=
ID x C x B
..
144 PT
( 10 )
W
as ..
( 11 )
D s . Gs
( 12 )
k
Ds
x(
Cp x
)1/3 x s...
k
( 13 )
l. Menghitung harga luas perpindahan panas total pada desain (AO)
AO= jumlah tubex panjang tubex luas permukaan per panjang tube
(tabel 10, kern) ...
m. Menghitung harga clean overall coeffisien (Uc)
25
( 14 )
Uc=
hio x hs
hio +h s ..
( 15 )
Q
A x t
( 16 )
o. Menghitung harga dirt factor (Rd)
Rd=
U c U d
Uc x Ud
( 17 )
p. Menghitung pressure drop (P)
Pada shellside
Ps=
( 18 )
f . G2t . L .n
5.22 x 1010 x Dt x s x t .
( 19 )
26
No
.
Data
27
30.515.03
Q, BTU/hr
219.049,1
219.049,1
Number of passes
Inside Diameter, in
21,25
0,652
Baffle Spacing, in
Number of tube/shell, ft
270
OD x length, ft2
0,75 x 16
BWG
18
10
Tube pitch
11
Viskositas, (lbm/ft.hr)
1,089
2,057
13
LMTD terkoreksi, oF
7,506
7,506
14
0,1844
1,2525
15
165.427,3
17.601,6
16
Reynolds number, Re
12.026,02
464,926
17
18
19
22
23
24
22.046
35
11
102,59
102,94
2916,811
1,719
0,008802
99,1053
75
28
25
26
Dirt factor, Rd
(hr.ft2.oF/BTU)
Luas area transfer, A
(m2)
0,003243
78,017
III.8. Pembahasan
Dari perhitungan didapatkan luas transfer sesungguhnya (A),nilai
P(pressure drop) pada shell maupun pada tube, nilai dari Ud(design overall
coefficient), nilai dari Uc(clean overall coefficient) dan Rd (dirt factor).
1. Luas area transfer
a. shell and tube (A) : 78,017
m2 = 848,016 ft2
m2
Luas area pada shell and tube lebih besar dari pada plate and frame,
sehingga apabila menggunakan shell and tube, luas area transfer menjadi
pertimbangan.
2. P(pressure drop)
a. Shell side
Nilai P pada shell side adalah sebesar 1,7198 psi
b. Tube side
Nilai P pada Tube side adalah sebesar 0,0088 psi
Penurunan tekanan baik yang terjadi di dalam shell maupun tube tidak
boleh melebihi dari batas pressure drop yang diijinkan yaitu sebesar 10.0 psi.
3. Fouling factor (Rd)
Harga Rd (fouling factor) pada heat exchanger berdasarkan hitungan
adalah sebesar 0,003243 hr.ft2.F/Btu dan sedikit melebihi batas yang diijinkan
yaitu sebesar 0.003 hr.ft2.F/Btu. Nilai Rd yang melebihi Rd yang diijinkan
menunjukkan bahwa mulai terjadi endapan dalam heat exchanger. Hal ini
akan mengurangi kinerja dari heat exchanger, karena harga Rd yang melebihi
yang diijinkan akan menghambat panas yang terjadi antara masing-masing
fluida. Nilai Rd sendiri dipengaruhi oleh nilai Ud(design overall coefficient)
dan nilai dari Uc(clean overall coefficient).
29
99,1053
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Dari perhitungan, dapat diketahui bahwa :
30
1. Heat exchanger tipe shell and tube memiliki luas area transfer panas lebih
besar dari pada luas area transfer panas tipe plate and frame, sehingga tetap
dipilih tipe plate and frame dikarenakan semakin besarnya luas area transfer
panas berbanding lurus dengan besarnya konstruksi dari heat exchanger.
2. Heat exchanger tipe plate and frame lebih menguntungkan, karena biaya
operasional, biaya perawatan dan harga alatnya juga lebih murah.
IV.2. Saran
Pada heat exchanger diketahui luas area transfer shell and tube lebih
besar daripada plate and frame maka sebaiknya dipertimbangan kembali
penggunaan shell and tube pada unit fermentasi ini dikarenakan luas lahan yang
sudah tidak dapat diperbesar. Dan untuk nilai Rd yang melewati batas yang
diijinkan maka heat exchanger ini perlu dilakukan pembersihan (cleaning)
untuk menghilangkan endapan-endapan yang terbentuk didalam heat exchanger
tersebut. Sehingga heat exchanger tersebut bisa beroperasi secara optimal
kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Kern, D.Q. 1965. Process Heat Transfer. Mc Graw-Hill Book Company.
Singapore .
31
LAMPIRAN
HEAT EXCHANGER
32
Data desain
No
.
Data
Mash (etanol)
Air
Debit, Ton/jam
10
15
Suhu masuk, oC
40
29
Suhu keluar, oC
34
33
Heat Capacity, Cp
(BTU/lbm F)
0,92
0,997
Density, (gr/ml)
1,427
0,99653945
Viscosity, (Pa s)
0,000786
0.000894
Thermal conductivity,
k (Btu.ft/hr.ft2.oF)
0,095491
0.359
Asumsi
: 75 BTU/hr ft2oF
Ud
ft2oF
Heat balance
Q
= W.Cp.(T1 T2)
= w.cp.(t2 t1)
Mash (etanol) :
Q
= 22.046
lbm
BTU
x 0,92
x 10,8 F
hr
lbm F
219.049,1
BTU
hr
Water :
Q
30.515
lbm
BTU
x 0,9997
x 7,2 F
hr
lbm F
33
219.049,1
Btu
hr
( T 1t 1 )(T 2t 2 )
LMTD =
ln
T 1t 1
T 2t 2
( 10484,2 ) (93,291,4)
10484,2
ln
93,291,4
18
2,397
= 7,5065 oF
R
T 1T 2
t 2t 1
t 2t 1
T 1t 1
10493,2
= 91,484,2 = 1,5
=
91,484,2
10484,2
= 0,364
= LMTD x Ft
= 7,5065 x 0,94
= 7,056 oF
Tc and tc
tc
t 1 +t 2
2
84,2+ 91,4
= 84,2 oF
2
Tc
T 1 +T 2
=
2
104 +93,2
= 98,6 oF
2
Luas Transfer
34
Q mash
Ud x T
219.049,1
75
BTU
hr
BTU
x 7,056
ft 2 hr
= 20.608,68 ft2
Jumlah Pipa
Nt
A
Ao L
ft 2
x 16
ft
2
20.608,68 ft
0,1963
=
= 252,8 ft
Melihat tabel 9 kern dengan jumlah pipa di atas, maka dipilih :
Nt
: 270
Pass
:1
SHELL SIDE
ID
: 21,25 in
Baffle space
:5
in
BWG
: 18
ao
: 0,334
in2
Length : 16
in
Ao
: 0,1963
ft2/in
OD
: 0,75 in
Pitch
:1
in
ID
: 0,652 in
TUBE SIDE
A terkoreksi =
Nt x L x Ao
ft 2
= 270 x 16 x 0,1963
= 848.016 ft2
35
ID x C x B
144 PT
21,25 x (10,75 ) x 5
144 x 1
= 0,1844 ft2
Mass vel, Gs =
W
as
3
219.049,1
ft
hr
0,1844 ft 2
165.427,3
lbm
2
ft hr
Reynold, Res =
De
D e .G s
= 0,95 in (fig.28,kern)
=
12
0,95x 1 ft
= 0,07916 ft
0,07916 ft x 165.427,3
Res
1,089
lbm
2
hr ft
lbm
ft hr
= 12026,02
jH
= 35
pada tc = 96,8 oF
Prodi Teknik Kimia
UPN Veteran Yogyakarta
36
lbm
ft hr
, (fig.14)
lbm
ft hr
= 0,89 cp = 2,1538
cp = 0,77
BTU
lbm F
(fig.16 kern)
(fig. 4 kern)
BTU
k = 0,082
hr ftsq(
= 3,4086
k
De
= jH x
(fig. 1 kern)
BTU
Cp x
((
)1/3)
k
hs
F
)
ft
x(
F
)
ft
Cp x
)1/3 x s
k
35 x 0,082
hs/s
hr ftsq(
BTU
x 3,4086 BTU
F
hr ftsq ( )
ft
0,0791 ft
ft
hr ftsq F
BTU
hr ft sq F
= 123,5728
N t x ao
144 n
270 x 0.334
144 x 1
= 1,2525 ft2
Mass vel, Gt
W
at
37
lbm
hr
1,2525 ft 2
22.046
17691,6
lbm
hr ft 3
D . Gt
Reynold, Ret =
D
lbm
ft hr
Ret
2,057
lbm
2
hr ft
lb
hr ft
= 464,926
jH
pada Tc 98,6 oF
BTU
cp = 0,83 lbm F
(fig. 4 kern )
BTU
k = 0,079
((
ht
F
hr ft sq ( )
ft
Cp x
)1/3)
k
= jH x
(fig. 1 kern )
= 7,2038
k
D
BTU ft
hr ftsq F
cx
x( k
)1/3 x t
38
BTU
11 x 0,079
ht
t
=115,217
hio
t
ht
t
F
)
ft
0,05433 ft
hr ft sq(
x 7,2038 BTU
ft
hr ftsq F
x t
Btu
2
hr ft
ID
OD
115,217
Btu
21,25
x
2
hr ft 0,75
3264,488
BTU
hr ft 2
= tc +
hs /o
hio /t +h s /o
x (Tc - tc)
123,5728
= 84,2 oF +
3264,488
BTU
2
hr ft
BTU
BTU
+123,5728
2
hr ft
hr ft 2
= 84,725 oF
cold fluid, shell side,( air )
Pada tw : 84,725 oF
w = 1,7 centipoise = 4,114 lbm/ft.hr (fig, 14 kern)
39
x (14,4 oF)
lbm
1,089
. hr
ft
(
)
=
lbm
4,114
. hr
ft
= 0,8302
hs
hs
s
x s
BTU
x 0,8302
= 123,5728 hr ft 2
=
102,59
Btu
hr ft 2
(fig. 14 kern)
= ( w )0.14
lb
ft hr
lb
4,598
ft hr
2,057
=
= 0,893
ht
ht
t
x t
115,217
BTU
x 0,893
2
hr ft
40
Hio
102,946
hio
t
Btu
hr ft 2
x t
3264,488
BTU
x 4,598
hr ft 2
2916,811
Btu
2
hr ft
hio x hs
hio +h s
Btu
Btu
x 102,591
2
hr ft
hr ft 2
Btu
Btu
2916,811
+102,591
2
hr ft
hr ft 2
2916,811
99,105
Btu
hr ft 2
= 0.1963 in2
Total surface,
A
Nt x L x Ao
= 270 x 16 x 0.1963
= 848,016 ft2
=
Ud
78,17 m2
Q
A x t
41
Btu
hr
2
848,016 ft x 7,056
219049,1
75
Btu
2
hr ft
Dirt factor, Rd :
Rd
U c U d
= Uc x Ud
Btu
Btu
7 5
2
hr ft
hr ft 2
Btu
Btu
99,105
x75
2
hr ft
hr ft 2
99,105
=
= 0,00324 hr.ft2.oF/BTU
Rd yang diijinkan = 0,003hr.ft2.oF/BTU
Pressure drop
Cold fluid, shell side,water ,tc = 84,2 oF
Res
= 11221,39
Ds
= 0.0026 ft2/in2
= 0,82
(fig 6, kern)
N+1
21,25
=1,2708 ft
12
12 x
L
B
12 x
16
5
= 38,4
Ps
f . G2s . D .( N +1)
5.22 x 1010 x D x s x s
42
= 1,719 psi
Allowable Ps = 10.0 psi
Hot fluid, tube side,mash Tc = 98,6
Ret
= 464,926
= 0.0018 ft2/in2
= 0,8
(fig 6, kern)
2
Pt
f .G t . L . n
5.22 x 10 x s x D x t
0.0018 x 12026,022 x 16 x 2
5.22 x 1010 x 0,8 x 0,05433 x 0,893
10
= 0.008802 psi
Allowable Pt = 10.0 psi
43