Fadhila Ulfa
Khaira
Ullia Nurul Ismala
Terdapat begitu banyak alat perpindahan panas yang dapat
digunakan dalam proses industri, akan tetapi sejauh ini alat
perpindahan panas dengan tipe Shell-and-tube yang paling umum
digunakan. Dua jenis dari shell-and-tube heat exchanger dapat
dilihat pada Gambar 1.1 yaitu single pass dan two pass shell-and-
tube heat exchanger. Untuk konstruksi two pass shell-and-tube
heat exchanger dapat menggunakan tabung “U”
Gambar 1.2a menunjukkan pola aliran, ideal shell-side flow yaitu dengan
menggunakan baffle dan terjadi kombinasi antara ideal axial flow dan ideal cross
flow. Cross-flow memberikan tingkat perpindahan panas yang lebih tinggi dan
penurunan tekanan yang lebih tinggi daripada axial-flow. Dalam prakteknya, pola
aliran tidak ideal seperti yang ditampilkan pada Gambar 1.2 a melainkan leakage
terjadi melalui tube-to-baffle clearance seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1.2
b. begitu juga dengan bypassing terjadi diantara tube bundle dan shell.
2.1 Overall Heat Transfer Coefficients
Gambar 2.1 mengilustrasikan resistensi terhadap perpindahan panas di
seluruh dinding tube. Ada lima hambatan untuk perpindahan panas.
Masing-masing dapat dicirikan oleh koefisien perpindahan panas.
1. Shell–side film coefficient
Panas yang berpindah melalui hambatan yang disebabkan oleh fluida
pada bagian luar tube (shell-side):
𝑄 = ℎ𝑠 𝐴𝑜 ∆𝑇𝑠 (2.1)
dimana
Q = Panas yang berpindah per waktu (J・s−1 = W)
hS = film heat transfer coefficient pada bagian luar tube (shell side) (W
m−2 K−1)
AO = luas area perpindahan panas pada bagian luar tube (shell side)
(m2)
∆TS = temperature difference (shell-side) (K)
2. Shell-side fouling coefficient
Transfer panas biasanya dihalangi oleh deposit permukaan
pada permukaan transfer panas (fouling). Fouling
bergantung terhadap waktu, kecepatan fluida, suhu dan
banyak faktor lainnya. Fouling sulit untuk diprediksi.
Transfer panas melalui resistensi yang disebabkan oleh
fouling pada shell-side disebut oleh fouling coefficient.
𝑄 = ℎ𝑆𝐹 𝐴𝑜 ∆𝑇𝑆𝐹 (2.2)
dimana
hSF = koefisien fouling pada shell-side (W・m−2・K−1)
∆TSF = perbedaan suhu disepanjang resistensi fouling
pada shell-side (K)
3. Tube wall coefficient
Perpindahan panas pada disepanjang dinding tube dideskripsikan oleh
persamaan Fourier.
𝑑𝑇
𝑄 = −𝑘𝐴 (2.3)
𝑑𝑟
dimana
k = konduktivitas termal material dinding tube (W・m−1・K−1)
r = jari-jari (m)
A = luas area perpindahan panas dengan jari-jari r (m2)
𝐴 = 2𝜋𝑟𝐿 (2.4)
dimana
L = panjang tube (m)
Subtitusi persamaan 2.4 kedalam persamaan 2.3 lalu integralkan:
𝑄 𝑟𝑜 𝑑𝑟 𝑇
− = 𝑇𝑑 𝑜 𝑇 (2.5)
2𝜋𝑘𝐿 𝑟𝐼 𝑟 𝐼
dimana
rO = jari-jari luar tube (m)
rI = jari-jari dalam tube (m)
TO = suhu permukaan bagian luar tube (oC)
TI = suhu permukaan bagian dalam tube (oC)
Hasil integral dari persamaan 2.5 yaitu:
𝑄 𝑟
− ln 𝑂 = 𝑇𝑜 − 𝑇𝐼 (2.6)
2𝜋𝑘𝐿 𝑟𝐼
Dengan demikian
2𝜋𝑘𝐿
𝑄= 𝑑𝑂 ∆𝑇𝑤 (2.7)
ln
𝑑𝐼
dimana
dO, dI = diameter luar dan dalam tube (m)
∆TW = temperature difference disepanjang dinding tube (K)
4. Tube-side fouling coefficient
Hambatan perpindahan panas yang disebabkan oleh fouling pada
bagian dalam (tube-side).
𝑄 = ℎ 𝑇𝐹 𝐴𝐼 ∆𝑇𝑇𝐹 (2.8)
dimana
hTF = koefisien fouling pada tube-side (W・m−2・K−1)
AI = luas area perpindahan panas pada tube-side (m2)
∆TTF = perbedaan suhu disepanjang resistensi fouling pada tube-
side (K)
5. Tube-side film coefficient
Hambatan perpindahan panas yang disebabkan oleh fluida
pada bagian dalam (tube-side).
𝑄 = ℎ 𝑇 𝐴𝐼 ∆𝑇𝑇 (2.9)
dimana
hT = film heat transfer coefficient pada bagian dalam tube
(tube side) (W m−2 K−1)
∆TT = perbedaan suhu pada bagian dalam tube (tube side)
(K)
2.2 Koefisien Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan
untuk Shell-And-Tube Heat Exchangers
• Baffle cut. Baffles digunakan untuk mengarahkan aliran cairan selama melintas
didalam tube. Baffle cut dari 0.15 to 0.45 dapat digunakan. Pada desain
konseptual, baffle cut dapat diasumsikan sama dengan 0,25.
Pressure drop untuk tube-side:
Dimana
Pressure drop untuk shell-side:
dimana
Sebelum persamaan-persamaan tersebut dapat digunakan, beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah:
1. Shell diameter
𝐴 = 𝑁𝑇 𝜋 𝑑𝑂 𝐿 (2.33)
dimana,
A = luas area perpindahan panas tergantung dari permukaan luar tube (m2)
𝑁𝑇 = jumlah tube
𝑑𝑂 = diameter luar tube (m)
𝐿 = panjang tube (m)
Untuk square pitch,
𝜋 2
𝐷
4 𝑆
𝑁𝑇 = 2 (2.34)
𝑝𝑇
Untuk triangular pitch,
𝜋 2
𝐷
4 𝑆
𝑁𝑇 = 2
𝑝𝑐 𝑝𝑇
(2.35)
dimana pc= pitch configuration factor
= 1 untuk square pitch
= 0,866 untuk triangular pitch
Kombinasi antara persamaan 2.33 dan 2.35 memberikan persamaan,
𝜋2 𝑑𝑂 𝐷𝑆2 𝐿
𝐴= 2 (2.36)
4 𝑝𝑐 𝑝𝑇
Persamaan 2.36 dapat disusun ulang menjadi,
1
2
4 𝑝𝑐 𝑝𝑇 𝐴 2
𝐷𝑆 = (2.37)
𝜋 2 𝑑𝑂 𝐿
Persamaan 2.37 dapat digunakan untuk mencari diameter shell apabila
panjang tube telah ditentukan. Dalam hal ini, cenderung digunakan
panjang tube standar. Dapat pula digunakan rasio panjang tube terhadap
diameter shell (L/Ds). Untuk hal ini dapat digunakan persamaan 2.38.
1
2
4 𝑝𝑐 𝑝𝑇𝐴 3
𝐷𝑆 = (2.38)
𝜋2 𝑑𝑂 (𝐿Τ𝐷𝑆 )
Rasio panjang tube terhadap diameter shell (L/Ds) yang sering
digunakan berada pada kisaran 5 hingga 10.
2. Fluid velocity
• Kecepatan cairan pada tube-side sering digunakan 1 hingga 3 m/s
sedangkan pada shell-side kecepatan cairan yang sering digunakan
adalah 0,5 hingga 2 m/s. kecepatan gas pada tube-side dan shell-side
umumnya berada dikisaran 5 hingga 70 m/s. Semakin tinggi tekanan
maka akan semakin rendah kecepatan gas.
• Kecepatan yang tinggi akan menghasilkan koefisien perpindahan
panas yang tinggi dan dapat menurunkan fouling. Akan tetapi,
kecepatan yang tinggi akan menghasilkan pressure drop yang tinggi
pula. Begitu juga apabila terdapat padatan pada cairan maka
kecepatan yang tinggi akan menghasilkan erosi. Kecepatan cairan
pada shell-side (umumnya diatas 3 m/s) akan menyebabkan
kerusakan jangka panjang pada alat penukar panas.
3. Pressure drop
Penentuan tekanan di alat penukar panas lebih sering dilakukan
dari pada penentuan kecepatan fluida. Dalam pemasangan alat
penukar panas yang baru pada situasi perbaikan penurunan
tekanan yang dizinkan sering sekali dibatasi untuk menghindari
instalasi pompa yang baru. Apabila tidak dalam situasi tersebut
nilai penurunan tekanan untuk cairan biasanya dalam kisaran
0,35 hingga 0,7 bar. Untuk cairan dengan viskositas rendah
(kurang dari 1 mN·s·m−2), penurunan tekanan kurang dari 0,35
bar. Untuk gas, penurunan tekanan maksimum yang dizinkan
bervariasi antara 1 bar untuk gas bertekanan tinggi (10 bar dan di
atas) turun ke 0,01 bar untuk gas di bawah kondisi vakum.
4. Fouling
• Fouling merupakan akumulasi bahan yang tidak diinginkan pada
permukaan perpindahan panas. Hal ini adalah proses sementara yang
dimulai dengan permukaan transfer panas yang bersih dan berlanjut
sampai titik di mana permukaan menjadi kotor ke titik di mana penukar
panas tidak lagi dapat digunakan secara efektif. Pada titik ini, penukar
panas harus dibersihkan. Pembersihan dapat dilakukan dengan proses
mekanis atau kimia.
Fouling dapat diklasifikasikan menjadi:
• Partikulat
• Scaling
• Kristalisasi
• Pembekuan
• Reaksi kimia
• Korosi
• Biofouling
2.3 Temperature Differences pada Shell-and-
tube Heat Exchanger
𝑄 = 𝑈 𝐴 ∆𝑇𝐿𝑀
∆𝑇𝐻 − ∆𝑇𝐶
∆𝑇𝐿𝑀 =
∆𝑇
ln ∆𝑇𝐻
𝐶
di mana:
∆PT1,∆PT2 = penurunan tekanan sisi tabung untuk awal dan
flowrates baru
• Untuk penurunan tekanan sisi-shell
Twisted tapes
Static mixers.
Coiled wire.
Mesh inserts
Condenser
Kondensasi dapat terjadi dengan dua mekanisme
film-wise condensation
di mana uap kondensasi memunculkan permukaan tabung
membentuk film terus menerus
• drop-wise condensation, di mana tetesan kondensasi
tidak membasahi permukaan dan setelah tumbuh, jatuh
dari tabung untuk mengekspos permukaan kondensasi
tanpa membentuk film terus menerus.
Untuk kondensasi di luar tabung horizontal
Dimana:
hC = condensing film coefficient (W・m−2・K−1)
kL = thermal conductivity of the liquid (W・m−1・K−1)
ρL = density of the liquid (kg・m−3)
∆HVAP = latent heat (J・kg−1)
g = gravitational constant (9.81 m・s−2)
dO = outside diameter of tube (m)
μL = viscosity of the liquid (N・s・m−2 orkg・m−1・s−1)
∆T = temperature difference across the condensate film (K)
Persamaan untuk kondensasi di dalam tabung
vertikal:
Reboiler dan Vaporizer
Reboiler merupakan sebuah equipment yang digunakan
pada kolom distilasi untuk menguapkan sebagian kecil dari
produk bottom, sementara vaporizer digunakan untuk
menguapkan liquid pada proses lain seperti pada umpan
reactor yang perlu diuapkan.
a) Kettle Reboiler
Penguapan terjadi di luar tube (pada dalam shell
yang tergenang cairan). Overflow cairan yang
berada di dalam reboiler kettle menjadi produk
bawah distilasi dan tidak terjadi resirkulasi antara
kolom dan reboiler.
b) Horizontal Thermosyphon
Sama dengan kettle reboiler, penguapan pada Horizontal
Thermosyphon terjadi di luar tabung. Namun, dalam kasus
ini, ada resirkulasi sekitar dasar kolom. Campuran uap dan
cair meninggalkan reboiler dan memasuki dasar kolom
(bagian bawah), baru kemudian berpisah. Produk keluar
dari kolom bawah distilasi.
c) Vertical Thermosyphon
Vertical thermosyphon memiliki cara kerja yang sama
dengan horizontal thermosyphon dimana terjadi resirkulasi
antara kolom dan reboiler, yang berbeda hanya posisi
reboiler dan pada vertical thermosyphon penguapan terjadi
di dalam tube.
Rasio resirkulasi
• Rasio resirkulasi adalah derajat kebebasan yang Ini harus
ditetapkan ulang ketika desain keseluruhan berlangsung.
• Untuk thermosyphon reboilers, rasio resirkulasi dapat
didefinisikan sebagai berikut: