Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK REAKTOR

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019 / 2020

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Endang Sri Rahayu, M.T.

Disusun oleh:
Kelompok 2

Defina Rizkita Nitimihardja 171424007

Devita Utami Mardiani 171424008

Mario Konsachristian 171424021

Nira Aulia Hanifah 171424027

Kelas 3A-TKPB

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Pendahuluan

Dalam proses kimia dan lainnya di industri, banyak operasi yang tergantung pada
pengadukan yang efektif dan pencampuran cairan. Umumnya, pengadukan (agitation) mengacu
pada mendorong cairan secara mekanik yang artinya mengalirkan dalam sirkulasi atau pola
lainnya di dalam tangki. Pencampuran (mixing) biasanya berarti mencampurkan dua atau lebih
fasa yang terpisah, misalnya cairan dengan serbuk padatan, dua fasa cair, dan menyebabkan
keduanya tersebar secara random melewati satu dan lainnya. (Geankoplis, 2003)

A. Tujuan Pengadukan
Cairan diaduk untuk sejumlah keperluan tergantung kebutuhan dari tahap prosesnya. Tujuan
ini termasuk:
- menyuspensikan partikel solid
- mencampurkan cairan yang bersifat miscible, misalnya metil alkohol dan air
- mendispersikan gas melewati cairan dalam bentuk gelembung-gelembung kecil
- mendispersikan cairan kedua yang bersifat immiscible dengan cairan pertama, untuk
- membentuk emulsi atau suspensi
- mendorong perpindahan panas antara cairan dan coil ataupun jaket.
(McCabe, 1993)
B. Peralatan Pengadukan

Gambar 1. Typical Agitation Process Vessel


Sumber : McCabe

Bagian atas bejana bisa saja terbuka, tetapi lebih sering tertutup. Proporsi tangki dapat
bervariasi tergantung karakteristik pengadukannya. Desain yang terstandardisasi seperti pada
gambar 1 dapat diaplikasikan dalam banyak kasus. Bagian bawah tangki melengkung, tidak
lurus, untuk mengurangi area yang tajam dimana aliran cairan tidak dapat lewat. Kedalaman
cairan dalam tangki kira-kira sama dengan diameter tangki. Sebuah impeller dipasang
menggantung pada batang pegaduk. Batang pengaduk digerakkan oleh motor, terkadang
terhubung secara langsung namun lebih sering terhubung melalui speed-reducing gearbox.
Aksesoris seperti saluran masuk dan keluar, jaket, dan termometer atau jenis pengukur suhu
lainnya biasanya ditambahkan. (McCabe, 1993)

C. Impeller (Pendorong)
Pengaduk impeller terbagi menjadi dua, yaitu: impeller yang alirannya paralel dengan
sumbu batang pengaduk serta impeller yang aliranya membentuk sudut tangensial atau
arahnya radial. Jenis yang pertama disebut axial-flow impellers dan yang kedua disebut
radial-flow impellers. (McCabe, 1993)
Tiga jenis impeller yang paling utama adalah propeller, paddle, dan turbin. Setiap tipe
terdiri dari berbagai macam variasi dan subtipe. Jenis impeller yang lain juga digunakan
dalam situasi tertentu, tetapi tiga jenis tersebut digunakan dalam 95% pengadukan cairan.
(McCabe, 1993)
- Propeller
Propeller merupakan impeller jenis axial-flow, digunakan untuk cairan dengan viskositas
rendah. Propeller kecil berputar pada kecepatan 1150 hingga 1750rpm; sedangkan propeller
besar berputar pada kecepatan 400 hingga 800 rpm.
- Paddle
Untuk kasus yang lebih sederhana, pengadukan yang efektif terdiri dari paddle datar yang
berputar pada batang pengaduk vertikal. Paddle dengan dua pisau dan empat pisau adalah
yang paling sering digunakan. Terkadang, pisau tersebut dimiringkan namun lebih sering
dipasang vertikal. Paddle berputar pada kecepatan rendah hingga tinggi di tengah tangki,
mendorong cairan secara radial dan tangensial dengan hampir tidak ada gerakan vertikal
sama sekali pada impeller kecuali pisau-pisaunya dimiringkan. Kecepatan putar pengaduk
paddle di industri berkisar antara 20rpm hingga 150rpm. Panjang total paddle biasanya
berkisar antara 50% hingga 80% dari diameter dalam tangki. Pada kecepatan yang lebih
tinggi, dibutuhkan baffle dalam tangki. Sebaliknya, akan terjadi pusaran pada cairan di
sekitar tangki pada kecepatan putaran tinggi namun pencampurannya sedikit.
- Turbin
Banyak turbin yang bentuknya menyerupai pengaduk paddle dengan beberapa pisau pendek,
berputar pada kecepatan tinggi dan dipasangkan pada batang pengaduk di tengah tangki.
Pisau turbin dapat berbentuk lurus atau melengkung, miring atau vertikal. Diameter impeller
turbin lebih kecil daripada paddle, berkisar antara 30% hingga 50% diameter tangki. Turbin
dapat digunakan untuk berbagai cairan dengan jangkauan viskositas yang luas.
D. Pola Aliran Tangki Berpengaduk
Tipe aliran pada tangki berpengaduk tergantung pada tipe impellernya; karakteristik
cairannya; dan ukuran serta proporsi tangki, baffle, dan pengaduk. Kecepatan cairan pada
suatu titik dalam tangki memiliki tiga komponen, dimana pola aliran dalam tangki
bergantung pada variasi dari tiga komponen ini dari satu titik ke tiitk lainnya. Komponen
tersebut adalah radial, longitudinal, dan tangensial. Komponen radial dan longitudinal
berguna dan membentuk aliran yang dibutuhkan untuk keperluan pencampuran. Saat batang
pengaduk dipasang vertikal di tengah tangki, komponen tangensial umumnya tidak
menguntungkan. Aliran tangensial membentuk jalur melingkar di sekitar batang pengaduk
dan membentuk vortex pada cairan, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2 untuk turbin
pisau datar. Jika terdapat partikel padatan, aliran sirkular cenderung melemparkan partikel
tersebut ke bagian luar dengan gaya sentrifugal. Karena pada aliran sirkuler cairan mengalir
searah dengan gerakan pisau impeller, kecepatan relatif antara pisau dan cairan berkurang
dan daya yang dapat diserap oleh cairan menjadi terbatas.

Gambar 2. Swirling flow pattern with radial-flow turbine in an unbaffled vessel.


Sumber: McCabe, 1993

E. Pencegahan Pola Aliran Pusaran


Pola aliran berputar dan pusaran dapat dicegah dengan tiga metode. Dalam tangki yang kecil,
impeller dapat dipasang tidak tepat di pusat tangki, seperti pada gambar 3. Batang pengaduk
berpindah dari pusat tangki, kemudian diletakkan tegak lurus dengan arah geraknya. Dalam
tangki yang lebih besar, pengaduk dapat dipasang di samping tangki dengan pengaduk pada
bidang horizontal dengan sudut.
Dalam tangki yang besar, dengan pengaduk vertikal, cara yang lebih disukai untuk
mengurangi pusaran adalah menambahkan baffle yang menghalangi aliran rotasi tanpa
menganggu aliran radial dan lingitudinal (McCabe, 1993)

Gambar 3. Flow pattern with off-center propeller


Sumber : McCabe, 1993
Soal :
1. Ketentuan jarak paddle dengan dinding dasar reaktor dan dinding samping reaktor

2. Rumusan hubungan rpm pengaduk dengan power yang diperlukan

Jawaban :
1. Menurut McCabe, 1993: panjang total paddle impeller biasanya berkisar antara 50%
1
hingga 80% dari diameter dalam tangki. Dengan lebar pisau berkisar antara hingga
6
1
dari panjang totalnya.
10

Sehingga jarak paddle impeller ke dinding samping reaktor berkisar antara 10% hingga
25% dari diameter dalam tangki.

Pisau (blade)
Batang pengaduk (shaf)

Flat paddle

Batang pengaduk (shaf)


Flat paddle

Pisau (blade)
Gambar 4. Paddle Impeller
Sumber : McCabe, 1993
Sementara, untuk impeller jenis turbin, McCabe memberikan proporsi standar desain
tangki berpengaduk sebagai berikut;
Dimana, Sehingga,
Da = Diameter pengaduk
Jarak pengaduk ke dasar
Dt = Diameter tangki 1
tangki adalah diameter
E = Jarak pengaduk ke dasar 3
E = tangki
tangki

J = Lebar baffle Jarak pengaduk ke dinding


1
L = Panjang pisau pengaduk samping tangki adalah
3
W = Lebar pisau pengaduk diameter tangki, atau senilai
dengan diameter
H = Tinggi cairan
Gambar 5. Standard Turbine Design
pengaduknya.
Sumber : McCabe, 1993
Tetapi, angka tersebut dapat bervariasi untuk digunakan dalam berbagai jenis dan
lokasi impeller, proporsi tangki, jumlah dan proporsi baffle, dan seterusnya. Perbedaan ini
kemudian mengakibatkan perbedaan pada sirkulasi cairan, pola aliran, dan daya yang
dikonsumsi. Jumlah baffle yang digunakan biasanya 4 buah; jumlah pisau impeller
beragam dari 4 hingga 16 tetapi biasanya 6 atau 8. Kondisi khusus bisa saja
membutuhkan proporsi yang berbeda dari angka-angka di atas; mungkin menguntungkan.
Contohnya, menempatkan pengaduk lebih tinggi atau lebih rendah di dalam tangki, atau
tangki yang lebih dalam mungkin dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang
diinginkan.
Menurut Geankoplis, 2003: Proporsi geometris untuk sistem pengadukan “standard”
adalah :
Dimana,
Da = Diameter pengaduk
Dd = Diameter paddle
Dt = Diameter tangki
C = Jarak pengaduk ke dasar tangki
J = Lebar baffle
Gambar 6. Dimensions of turbine and tank L = Panjang pisau pengaduk
Sumber : Geankoplis, 2003
Sehingga, W = Lebar pisau pengaduk
1
Jarak paddle ke dasar tangki adalah diameter tangki
H = Tinggi cairan
3
Jarak paddle ke dinding samping tangki berkisar antara
0,2 diameter tangki hingga 0,3 diameter tangki
Menurut Brown, 1950: terdapat beberapa proporsi untuk jenis tangki, jenis pengaduk,
jumlah pisau impeller, dan jumlah baffle yang berbeda-beda. Seperti berikut;
Menurut Perry, 1997: untuk impeller radial rasio diameter pengaduk berbanding diameter
d
tangki berkisar antara 0,3 hingga 0,6 ( 0,3 ≤ ≤0,6 ).
Dt
Sehingga, jarak pengaduk ke dinding samping tangki berkisar antara 0,35 hingga 0,2
diameter tangki.
Gambar 7. Tangki berpengaduk dasar
Sumber : Perry, 1997

Jadi, jarak paddle ke dasar tangki dan ke dinding tangki dapat bervariasi tergantung dari
kebutuhan proses. Selain itu, pemasangannya juga dapat dimiringkan ataupun tidak tepat
di tengah tangki untuk menghindari terjadinya pusaran.
2. Menurut Geankoplis, 2003: Dalam mendesain tangki yang berpengaduk, hal-hal yang
harus diperhatikan adalah daya yang dibutuhkan untuk memutarkan impeller. Karena
daya yang dibutuhkan tidak dapat diprediksi secara teoritis, bisa dikorelasikan dengan
persamaan empiris untuk memprediksi daya yang dibutuhkan. Munculnya turbulensi
berkorelasi dengan impeller yang ditunjukan dengan persamaan bilangan Reynold (NRe)
yaitu :

Da2 Nρ
N ℜ=
μ
Keterangan :
Da = Diameter Impeller (m)
N = Kecepatan Putaran (rps)
ρ = Densitas Fluida (kg/m3)
μ = Viskositas Fluida (kg/ms)
Jika NRe < 10 maka jenis alirannya laminar, sedangkan untuk aliran turbulen NRe
> 104. Untuk rentang antara 10 sampai 104 disebut aliran transisi. Daya yang digunakan
berkaitan dengan nilai densitas fluida ( ρ ), viskositas ( μ ), kecepatan putaran (N),
dan diameter impeller (Da). Untuk mengetahui bilangan daya (Np) dapat diperoleh
dengan cara memploting NRe Vs Np. Bilangan daya dapat dirumuskan sebagai berikut:

P
Np=
ρN Da 5
3

P gc
Np= 3 5
ρN Da
N p gc
P=
ρN 3 Da 5
Dimana P = Daya dalam J/s atau W dalam British Unit P = ft.lbf/s
Untuk memperoleh nilai Np, dapat digunakan grafik di bawah ini;

Gambar 8. Kurva Np vs Nre


Sumber : Geankoplis, 2003
Gambar 9. Kurva Np vs. Nre
Sumber : Brown, 1950

Variasi jenis rasio geometris dari design standar dapat memberikan nilai daya (Np) yang berbeda
pada aliran turbulen pada variasi agitasi turbin.

Nilai daya untuk pengaduk dengan tipe polos NRe < 100 :

Np = 215(NRe)-0.955

Dimana Da/Dt = 0.90, W/Dt = 0.10 dan C/Dt = 0.05

Nilai daya spiral pita agitasi untuk semua cairain viskos pada NRe < 20 dengan ketarangan :

Np = 186 (NRe)-1 (diameter tangki = 1.0)

Np = 290(NRe)-1 (diameter tangki = 0.5)

Tipe rasio dimensi yang digunakan adalah Da/Dt = 0.95, dengan beberapa rasio serendah 0.75
dan W/Dt = 0.095.

Menurut Perry, 1997 :


Korelasi Koetsier, dan lainnya. (Chem Eng. Journal, 5, 61, 71 [1973])

Untuk cairan non elektrolit:


2 2
kLa = 0.05
( )
N Di
D 1.5
t
1.95
= 0.05 E0.65
Di
( )
Dt
D−0.33
t , 1/s

N D 2i
k L = 0.002
( D1.6
t
−0,45
) , m/s

Untuk cairan elektrolit:

Di
k L a = 0.11 E0.7 ( ) Dt
0,7
Dt
−0.35

Di
k L = 0.000325 E0.3 ( ) Dt
0,7 −0.35
Dt

Dimana N = putaran per detik (rps)

Di = Diameter impeller tipe 6-blade turbine (m)

Dt = Diameter Tangki (m)

E = Daya masukan (kW/m3)

Korelasi yang dikutip dari Middleton (in Harnby, et al., Mixing in the Process Industries,
Butterworth, 1985)

Untuk cairan non elektrolit:

kLa = 1.2 E0.7 u0.6


s , 1/s

Untuk cairan elektrolit:

0.7 0.6
k L a = 2.3 E us , 1/s
Daftar Pustaka
Brown, G.G., dkk. 1950. Unit Operations. London: Chapman and Hall.
Geankoplis, C.J. 2003. Transport Processes and Unit Operations, 4th Edition .Upper Saddle
River. New Jersey: Prentice Hall.
Green, Don W dan James O. Maloney. 1997. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7th
Edition. New York: McGraw-Hill.
McCabe, Warren L., dkk. 1993. Unit Operations of Chemical Engineering, 5 th Edition. New
York: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai