Anda di halaman 1dari 20

Bahan Bakar &

Teori Pembakaran
Modul 4
Bahan Bakar Padat

Semester Pendek 2017/2018


Agustus 2018
1. Bahan bakar padat
Bahan bakar padat adalah suatu materi padat yang dapat
diubah menjadi energy
Sifat - fisik dan kimia bahan bakar padat :
a. Batubara
Formula :C137H97O9NS (jenis bituminus)
Unsur utama : Carbon, Hidrogen, dan Oksigen
Warna : Black / Hitam berkilauan metalik
Kandungan : 86% - 98% unsur Carbon
b. Arang
Pengertian : Residu hitam berisi karbon tidak murni
Unsur utama : Carbon, Hidrogen, dan Oksigen
Warna : Hitam ringan mudah hancur
Kandungan : 86% - 98% unsur Carbon
c. Kayu
Pengertian : Bagian batang atau cabang serta ranting
tumbuhan
Terbentuk dari : Akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel
Warna : rata-rata Coklat
Tekstur : Penampilan sifat struktur pada bidang lintang
Bahan bakar padat Batu bara.

Bahan bakar padat adalah suatu materi padat yang dapat


diubah menjadi energy. Contohnya adalah batubara. Sifat fisik
batubara termasuk nilai panas, kadar air, bahan mudah
menguap dan abu.Sifat kimia batubara tergantung dari
kandungan berbagai bahan kimia seperti karbon,hidrogen,
oksigen, dan sulfur.Nilai kalor batubara beraneka ragam dari
tambang batubara yang satu ke yang lainnya .
Nilai untuk berbagai macam batubara diberikan dalam
Tabel dibawah.

Tabel . GCV untuk berbagai jenis batubara

Lignit (dasar kering) Batubara 4.500 (kKal/kg)

India Batubara 4.000 (kKal/kg)


Indonesia Batubara 5.500 (kKal/kg)
Afrika Selatan 6.000 (kKal/kg)
Pembentukan Batu Bara.
Batubara adalah bahan bakar yang terbentuk dari suatu ekosistem
dimana sisa-sisa tumbuhan jaman dahulu tertimbun oleh air &
lumpur dan terbentuk oleh proses Oksidasi dan Biodegradasi kimia
dan setelah dipengaruhi oleh waktu, tekanan dan temperatur
membentuk suatu sediman atau batuan organik yang disebut
batubara, sehingga faktor utama yang mempengaruhi proses
terbentuknya batubara ini adalah waktu, tekanan dan temperatur.
Batubara ini merupakan sumber energi yang tidak terbarukan (non
renewable energy).
Ada tiga faktor yg mempengaruhi pembentukan batubara
(Coalification) sekaligus menentukan ranking, yaitu :
• Umur  Lamanya batubara mengalami pengendapan atau
usiakapan batubara tersebut mulai terbentuk.
• Temperatur  Efek panas yg mempengaruhi endapan batubara,
biasanya berasal dari panas bumi (vulkanik).
• Tekanan  Diidentikan dengan kedalaman (seam) batubara,
makin dalam makin tinggi tekanannya.
(Perhatikan gambar 2.1 & 2.2)

Komponen Batubara biasanya terbagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu :


• Moisture/Air,
• Mineral/Matter dan (Perhatikan gambar 2.3)
• Organik

Batubara dapat juga diilustrasikan menjadi beberapa golongan


substansi :
• Proximate,
• Ultimate dan (Perhatikan gambar 2.4)
• Petrografik/Maceral.
• Coal Proximate  Bagian organiknya dibagi menjadi Volatile
Matter yaitu bagian organik yg menguap dan terurai dan Fixed
Carbon yaitu bagian Organik yg tetap saat pemanasan pada
temperatur 900 ºC. Peringkat batubara bisa juga dilihat dari
tingginya Fixed Carbon atau turunnya Volatile Matter. Dari gambar
2.5 bisa juga dilihat bahwa semakin tinggi peringkat batubara
semakin banyak struktur Aromatiknya, hal ini juga menunjukkan
semakin padat batubara semakin tinggi Fixed Carbon.

• Coal Ultimate  Bagian Organiknya dibagi menjadi Unsur Total


Carbon, Hidrogen (tdk termasuk yg berasal dari Air atau Moisture),
Nitrogen, Sulphur dan Oksigen.

• Coal Petrografik/Maceral  Bagian Organiknya dibagi menjadi 3


bagian, yaitu Vitrinite (Maceral yg paling dominan dalam batubara),
Exinite atau Liptinite dan Inertinite. Group ini didasarkan pada
Fosil atau bahan pembentuk batubara seperti Daun, Akar, Batang,
Kutikula, Spora dll. Group Petrografik/Maceral dan Maceral yg
terkandung dalam batubara dapat dilihat pada Tabel 2.1
Klasifikasi Batubara.
Ada beberapa sistem klasifikasi yg biasa digunakan untuk
menentukan Ranking atau Kelas suau batubara, yaitu :
a. ASTM Clasification
b. Seyler’s Clasification
c. Ralston’s Clasification
d. Economic Coal for Europe (ECE) Clasification
e. International Clasification for Lignite

Diantara sistem klasifikasi diatas yg paling sering digunakan


adalah sistem klasifikasi ASTM (ASTM Clasification).Dimana
sistem ini membagi Rank atau golongan batubara menjadi
beberapa kelas seperti gambar 2.6 berikut ini.
Sementara dari Kementrian ESDM juga membuat Klasifikasi
seperti berikut ;
Nilai Kalor Cadangan
Clasifikasi Keterangan
Kcal/Kg (adb) (%)
Kalori rendah Berwarna coklat hitam dan
< 5.100 20,22
(Lignite) banyak Moisture
Kalori Sedang Berwarna Hitam dan
5.100 – 6.100 66,39
(Subbituminus) mengandung Moisture 15-30 %
Kalori Tinggi Berwarna Hitam dan paling
6.100 – 7.100 12,43
(Bituminus) umum & penting untuk Industri
Kalori sangat Berwarna Hitam pekat dan
Tinggi > 7.100 0,96 mengkilap, konsentrasi karbon
(Antrasite) sangat tinggi

Klasifikasi Kementrian ESDM


Spesifikasi Batubara.
Berikut ini diuraikan dampak dari beberapa item spesifikasi batubara
terhadap Kinerja Operasi PLTU maupun Lingkungan :
a. Nilai Kalor (Calorific Value) (Kcal/Kg)
CV adalah suatu sifat bahan bakar yg menyatakan kandungan
energi di dalamnya, dimana nilai CV ini berpengaruh terhadap daya
mampu dari PLTU. Secara umum nilai CV batubara ditentukan oleh
kadar Abu dan Total Moisture (TM) yg terkandung dalam
batubara.Besar kecilnya ukuran Boiler suatu PLTU juga ditentukan
dari besar kecilnya CV batubara yg digunakan.
b. Total Moisture (TM)
Total Moisture menunjukkan besarnya kadar air dalam batubara yg
terdiri dari Inherent & Free Moisture dan akan berpengaruh
terhadap besar kecilnya CV sekaligus berpengaruh terhadap output
dari PLTU.
Total Moisture yg tinggi menyebabkan hal-hal sebagi berikut :
- Menambah berat batubara.
- Kapasitas Grinding Mill berkurang.
- Kehilangan panas pada nilai CV batubara.
- Berpengaruh terhadap output PLTU.
- Penurunan Effisiensi Boiler/PLTU.
c. Kadar Sulphur
Secara umum kadar Sulphur akan mempengaruhi pembentukan
Kerak (Slagging) dan Korosi pada elemen Pemanas Udara
terutama bila beroperasi pada suhu dibawah suhu titik embun
Sulphur serta pengaruhnya terhadap lingkungan bila kadar
emisinya melampaui baku mutu yaitu 750 mg/m3 SOx dan 850
mg/m3 Nox dan biasanya untuk mengatasi ini PLTU dilengkapi
dengan peralatan Flue Gas Desulphurization (FGD) dan
penggunaan batu kapur (Limestone)
e. Volatile Matter (VM) atau Zat Terbang.
Adalah bagian Organik batubara yg menguap saat dipanaskan
pada temperatur tertentu, VM ini mempengaruhi kesempurnaan
pembakaran dan intensitas api. Fuel Ratio adalah perbandingan
antara Fixed Carbon dengan VM (zat terbang), semakin Fuel Ratio
kecepatan pembakaran makin menurun (normalnya < dari 1,2).

f. Hardgrove Grandability Index (HGI)


Adalah parameter yg menyatakan tingkat kemudahan batubara
untuk digerus atau mudah pecah menjadi bagian yg lebih
kecil/halus. Semakin tinggi nilai HGI semakin mudah untuk digerus.
Batubara kalori rendah umumnya memiliki HGI yg tinggi sehingga
Fine material tinggi (>20%) dan ini pada suhu diatas 40 ºC disertai
hembusan udara tinggi berpotensi terjadi Self Combustion
(pembakaran dgn sendirinya).

g. Ash Fusion Temperature (AFT)


Adalah titik leleh abu batubara yg dinyatakan dalam temperatur
berbagai kondisi, yaitu : Deformasi, Spherical, Hemispherical dan
Flow Analisis AFT dilakukan untuk mengetahui temperatue kritis
dimana Abu akan bereaksi saat dipanaskan hingga 1.000 – 1.600
ºC, terdiri dari :
a. Initial Deformation Temperature (IT)
b. Softening (sphere) Temperature (ST)
c. Hemisphere Temperature (HT)

Initial Deformation Temperature (IT) yg rendah memicu


pembentukan Klinker sehingga menyulitkan pembersihan Boiler.
AFT perlu mendapatkan perhatian karena berpengaruh
terjadinya Pengerakkan (Slagging) di Boiler, semakin rendah
AFT akan berpotensi terjadinya pengerakkan dan masalah
korosi dan Heat transfer maka dihindari AFT < 1.200 ºC. Perlu
diketahui nilai AFT tdk dapat dirubah dengan cara Blending
melainkan dengan cara menambah Addditive.
Map Source of Coal Mine In Indonesia

Jambi 94,22

Kalimantan
Timur
Aceh 6385,13
90,40 9,00

1,48
2410,33
0
0 Papua
15,15 336,62 Kalimantan
Riau 206,7 0 0
Barat 48,59

36,07 Kalimantan
Sumatera 181,24 Tengah
Barat
1787,32
21,20
21,12 3109,21
Bengkulu 62,18 Kalimantan Sulawesi
Selatan Selatan
2653,98 1970,75 0,06
Sumatera 0
Selatan
0 SUB-BITUMINOUS
Banten 57%

Note (M ton) :

measured
Resource = 57.8 Milyar Ton
LIGNITE BITUMINOUS Reserve = 7.0 Milyar Ton
26% 16%
ANTHRACITE
Mineable 1%
SISTEM PENANGANAN BATU BARA
Coal sampling & Analisis
A . PROXIMATE ANALYSIS
(% by wt ) BUKIT ASAM ADARO BERAU

1. Volatile Matter 32.06 36,79 34.99


2. Fixed Carbon 34.91 36.6 35.76
3. Moisture Content 27.65 24.2 24.6
4. Inherent Moisture 12.88 16.6 16.3
5. Ash Content 5.48 1.19 4.58
6. Shulpur Content 0.26 0.09 0.75
7. HGI 57 54 49
8. Relative Density 1.36 1.31 -
9. Heating Value ( kcal/kg ) 5,025 5,220 5,022
B. ULTIMATE ANALYSIS
( % by wt )

1. Carbon 61.96 53.57 53.6


2. Hydrogen 5.59 3.61 3.27
3. Nitrogen 0.8 0.85 0.88
4. Oxygen 26.51 15.87 14.3
5. Shulpur 0.51 0.09 0.72
6. Total Moisture 15.46 24.22 24.2
Coal sampling & Analisis
C. ASH ANALYSIS
( % by wt )
BUKIT ASAM ADARO BERAU
1. Silica ( SiO2 ) 75 30.73 42.09
2. Iron (Fe2O3) 7 22.95 13.37
3. Aluminium Oxide ( Al2O3 ) 33 17.3 17.15
4. Calcium Oxide (CaO ) 3 13.96 8.78
5. Magnesium Oxide (MgO) 1.5 3.18 2.81
6. Sodium Oxide ( Na2O) 3.5 0.23 2.09
7. Pottassium Oxide (K2O) 0.7 0.35 1.34
8. Titanium Dioxcide ( Tio2 ) 0.98 1.06 0.74
9. Phospate Pentoxide (P2O5) 0.53 0.35 0.34

D. FUSION POINT OF ASH


( °C )

1. Initial 1279 1210 1180


2. Softning 1395 1255 1195
3. Fluid 1443 1320 1245
Terima kasih
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai