Anda di halaman 1dari 9

1.

1 Reformasi Katalitik (Catalytic Reforming)


Proses katalitik reformasi nafta adalah proses vital dalam kilang untuk menghasilkan
nilai oktan tinggi, yang mana sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern. (Rahimpour,
2013). Pada awalnya dikembangkan untuk memproduksi komponen bahan bakar otomotif
khususnya bensin, yang memenuhi kebutuhan mesin untuk kualitas antiknock tinggi.
Tujuan proses untuk mengubah fraksi minyak nafta ke tingkat hidrokarbon aromatik tinggi
sehingga menghasilkan tingkat antiknock yang sangat baik. (Moser, 2010) Fraksi nafta
adalah campuran hidrokarbon cair dengan 6-12 atom karbon dan memiliki titik didih di
antara 320-470 K. (Moser, 2008)
Reforming juga digunakan untuk dua tujuan utama yang lain pada sebuah kilang, yaitu
sebagai produsen utama hidrogen untuk digunakan dalam kilang atau diluarnya dan juga
menyediakan bahan baku (terutama terdiri dari benzene, toluene, dan xylene) untuk proses
produksi petrokimia. (Sinfelt, 1981) Survei tentang progress terkini pada proses reformasi
difokuskan pada pemodelan reaktor yang tersedia di pengkilangan. (Rahimpour, 2013)
Unit reformer komersial terdiri dari bagian reactor, kompresi gas daur ulang, dan
fraksinasi. Bagian reaktor sendiri terdiri dari sistem umpan, beberapa pemanas atau tungku
pembakaran, serangkaian reaktor, dan flash separator. Sebagian dari gas hydrogen
dikembalikan dan dicampur dengan umpan yang kemudian temperatur reaksi ditingkatkan
menggunakan penukar panas. Cairan flash kemudian dikirim ke bagian fraksinasi yang
terdiri dari kolom distilasi yang berperan sebagai penstabil produk (product stabilizer).
Aliran distilat melepaskan gas-gas ringan dari cairan flash yang memproduksi LPG dan
off-gas sebagai bahan bakar. Produk utamanya adalah aliran bawah dinamakan reformate
sebagai bahan baku untuk pencampuran bensin. Digunakan beberapa pasangan pemanas
dan reaktor (biasanya 3-5) untuk mempertahankan suhu reaksi diantara 400-500 oC (700-
800 K) dan tekanan 10-35 atm. (Amand, 2001) Digunakan katalis untuk mempercepat
reaksi. (Sinfelt, 1981) Gambar 1 menunjukkan alur proses secara umum dari unit reformer
komersial,
Gambar 1 Alur Proses Secara Umum dari Unit Reformer Komersial
Sumber : Khor, 2018

1.1.1 Bahan Baku Reformasi Katalitik


Bahan baku proses reformasi katalitik adalah nafta berat, baik dari hasil distilasi
minyak bumi (straight-run naphtha) maupun produk nafta dari berbagai proses
konversi seperti nafta rengkahan termal (visbreaker naphtha dan coker naphtha) dan
nafta hidrorengkahan (hydrocracked naphtha) dengan trayek titik didih 80–85oC.
Sehubungan molekul heptana (C7) merupakan sumber pembentukan benzena di dalam
produk reformat, yang kadar aromatic itu dibatasi di dalam bensin (1–5% volume),
maka titik didih awal umpan dinaikkan menjadi  90oC. Adanya kenaikan titik didih
akhir produk reformat sekitar 15–20oC terhadap titik didih akhir umpan, dan
dibatasinya titik didih akhir bensin 215oC, maka titik didih akhir umpan nafta berat
dibatasi 185oC. Kenaikan titik didih akhir umpan nafta sekitar 30oC akan menaikkan
pembentukkan kokas pada permukaan katalis. (Cluer, 2000)
Umpan nafta berat adalah campuran hidrokarbon yang terdiri atas parafin (P),
naftena (N) dan aromatik (A) di mana (N+2A) dari nafta parafinik adalah
masingmasing < 40% vol. dan > 40% vol. dan nafta naftenik 40% vol. Komposisi
hidrokarbon umpan nafta dari berbagai jenis minyak bumi disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi Hidrokarbon Nafta dari Berbagai Jenis Minyak Bumi dan Nafta Hidrorengkah
Sumber : Nasution, 1993
Oleh karena konversi naftena menjadi aromatik relatif lebih mudah daripada
parafin menjadi aromatik maka proses reformasi umpan nafta naftenik adalah yang
terbaik untuk menghasilkan produk reformat dengan perolehan, kadar aromatik dan
angka oktana tinggi. Reaksi dehidrosiklisasi dan hidrorengkah parafin berjalan paralel
di dalam reaktor ketiga. Kenaikan temperatur operasi akan menaikkan laju kedua reaksi
dehidrosiklisasi dan hidrorengkah tersebut, sehingga proses reformasi umpan nafta
parafinik akan menghasilkan perolehan produk reformat rendah. (Special Report, 1996)
Pengaruh jenis umpan nafta pada kadar aromatik dari produk reformat disajikan
pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengaruh Trayek Didih Umpan Nafta pada Komposisi Aromatik dari Produk Reformat
Sumber: Nasution, 1993
Semakin tinggi target angka oktana produk reformat, maka semakin besar pula
perbedaan perolehan produk reformat antara umpan nafta naftenik dan umpan nafta
parafinik. (Nasution, 1985) Pengaruh (N+2A) dari umpan nafta pada perolehan dan
angka oktana reformat disajikan pada Tabel 3 (Montarnal, 1965)

Tabel 3 Pengaruh Kadar (N+2A) Umpan pada Perolehan dan Angka Oktana Reformat
Sumber : Nasution, 1993
Senyawa non-hidrokarbon umpan nafta adalah racun katalis yang harus
dihilangkan dengan proses penghidromurnian untuk memenuhi persyaratan umpan
nafta, yaitu: kadar sulfur (S) 1 ppm, logam (As, Pb, Cu) 0,05 ppm. Katalis reformasi
bimetalik diamati lebih peka terhadap racun daripada katalis monometalik sehingga
kadar sulfur umpannya harus lebih rendah (< 1 ppb). (Nasution, 1993)

1.1.2 Reaksi Reformasi Katalitik


Reaksi reformasi katalitik umpan nafta berat dengan katalis bifungsional
berinti-aktif. Logam dan inti-aktif asam terdiri atas empat reaksi utama sebagai berikut
yaitu, dehidrogenasi naftena menjadi aromatik, isomerisasi parafin, dehidroisomerisasi
naftena menjadi aromatic, dan dehidrosiklisasi parafin menjadi aromatik Selain itu ada
reaksi samping hidrorengkah parafin yang dapat menurunkan perolehan reformat
dengan kenaikan produk samping LPG. (Germani, 1969)

1.1.2.1 Dehidrogenasi Naftena


Dehidrogenasi naftena menjadi aromatik dibantu oleh hanya inti aktif logam
(M) katalis saja, yaitu:

Reaksi ini adalah endotermik yang berjalan cepat pada temperatur tinggi dan
tekanan rendah. Selain itu ada tiga reaksi utama lain dan reaksi samping yang terjadi
dengan bantuan kedua jenis inti aktif katalis yaitu: inti aktif logam (M) dan inti aktif
asam (A). Mekanisme reaksi tersebut melalui pembentukan senyawa antara ion
karbonium yang dihasilkan dari reaksi hidrokarbon tak jenuh (olefin dan
alkilsikloamilena) yaitu masing-masing dari dehidrogenasi molekul parafin dan naftena
umpan nafta, dan proton (H+ ) dari inti aktif asam, yaitu :

1.1.2.2 Dehidroisomerisasi Naftena


Isomerisasi ion karbonium alkyl-sikloamil menjadi ion-alkil sikloheksil yang
akan menjadi produk aromatik setelah pelepasan proton dan dehidrogenasi, yaitu

Reaksi ini adalah endotermik dan berjalan cepat pada temperatur tinggi dan
tekanan rendah.

1.1.2.3 Hidroisomerisasi Parafin


Ion karboniun normal alkil berisomerisasi menjadi ion iso-alkil yang akan
menjadi produk iso-parafin setelah pelepasan proton dan hidrogenasi, yaitu:

Reaksi ini adalah sedikit eksotermis dan berjalan baik pada temperatur rendah
serta tidak dipengaruhi oleh tekanan.
1.1.2.4 Dehidrosiklisasi Parafin
Siklisasi ion karbonium alkil akan menghasilkan ion alkil-sikloheksil yang
kemudian menjadi produk aromatik setelah pelepasan proton dan dehidrogenasi, yaitu

Reaksi ini adalah endotermik dan berjalan cepat pada temperatur tinggi dan
tekanan rendah.
1.1.2.5 Hidrorengkah Parafin
Ion karbonium alkil pecah menjadi olefin dan ion karbonium kecil yang akan
menjadi produk paraffin rendah setelah melepas proton dan hidrogenasi, yaitu

Reaksi ini adalah eksotermik dan berjalan baik pada temperatur dan tekanan
tinggi. Karateristik dari reaksi-reaksi reformasi katalitik tersebut disajikan pada Tabel
1.

Reaksi Kodisi Operasi


Sifat
Jenis Reaksi pada
Reaksi Temperatur Tekanan H2/HC
Reaktor
Dehidrogenasi Reaktor
Endotermik Tinggi Rendah Rendah
Naftena pertama
Dehidroisomerisasi Reaktor
Endotermik Tinggi Rendah Rendah
Naftena kedua
Reaktor
Isomerisasi Parafin Eksotermik Rendah - -
kedua
Dehidrosiklisasi Reaktor
Endotermik Tinggi Rendah Rendah
Parafin ketiga
Hidrorengkah Reaktor
Eksotermik Tinggi Tinggi Tinggi
Parafin ketiga
Tabel 4 Karateristik dari Reaksi Reformasi Katalitik
Sumber: Nasution, 1993

1.1.3 Proses Reformasi Katalitik Nafta


Proses yang paling luas untuk membentuk kembali senyawa hidrokarbon adalah
pembentukan/reformasi nafta. Proses awal, reformasi termal dikembangkan pada akhir
tahun 1920-an. Reformasi termal menggunakan temperatur 510-565oC pada tekanan
sedang sekitar 40 bar (4 MPa) atau 600 psi untuk memperoleh bensin dengan nilai oktan
70-80 dari nafta berat dengan nilai oktan kurang dari 40. Produk dapat dihasilkan
meskipun angka oktannya lebih tinggi, seperti olefin, diolefin, dan senyawa aromatik.
Produk tersebut tidak stabil dalam penyimpanan dan cenderung membentuk polimer
berat dan gums yang menyebabkan masalah pembakaran.

Pada tahun 1950 proses reformasi menggunakan katalis diperkenalkan untuk


meningkatkan produk bensin yang diinginkan dan meminimalisir pembentukan produk
yang tidak diinginkan dan pembentukan kokas (katalis adalah zat yang mendorong
reaksi kimia tetapi tidak mengambil bagian di dalamnya). Pada reformasi katalitik,
seperti dalam reformasi termal, nafta berfungsi sebagai bahan baku tetapi reaksi
dilakukan dengan adanya hidrogen yang menghambat pembentukan senyawa tak jenuh
yang berpolimerisasi menjadi senyawa dengan titik didih lebih tinggi.

Pada sebagian besar proses reformasi katalitik, platinum adalah katalis aktif
yang didistribusikan pada permukaan aluminium oksida. Sejumlah kecil renium, klor,
dan fluor bertindak sebagai promotor katalis. Terlepas dari mahalnya harga platinum,
prosesnya ekonomis karena umur katalis yang panjang dan kualitas tinggi serta hasil
produk yang diperoleh tinggi. Reaksi utama melibatkan pemecahan hidrokarbon rantai
panjang menjadi rantai jenuh yang lebih kecil dan pembentukan isoparafin, yang terdiri
dari molekul rantai bercabang. Pembentukan senyawa cincin/heterosiklik (secara
teknis, siklisasi paraffin menjadi naftena) juga terjadi dan naftena kemudian
didehidrogenasi menjadu senyawa aromatic (senyawa tak jenuh berbentuk cincin
dengan lebih sedikit atom hidrogen yang terikat pada karbon). Hidrogen yang
dilepaskan dalam proses ini membentuk produk samping yang bernilai dari reformasi
katalitik. Produk akhir yang diinginkan adalah isoparafin dan aromatic, keduanya
memiliki nilai oktan yang tinggi.

Dalam unit reformasi, nafta pertama-tama dilewatkan di atas unggun katalis


dengan adanya hidrogen untuk menghilangkan pengotor berupa belerang. Umpan yang
didesulfurisasi kemudian dicampur dengan hydrogen (sekitar 5 molekul hidrogen
menjadi satu hidrokarbon) and dipanaskan hingga temperatur 500-540 oC (930-1000
o
F). Campuran gas lewat ke bawah melalui pelet katalis dalam serangkaian tiga atau
lebih bejana reaktor. Pada awalnya, reaktor dirancang untuk beroperasi pada tekanan
sekitar 25 bar (2,5 MPa), atau 350 psi, tetapi saat ini sering digunakan untuk operasi
pada tekanan kurang dari 7 bar (0,7 MPa), atau 100 psi. Karena panas diserap dalam
reaksi reformasi, campuran harus dipanaskan rembali pada tungku intermediet diantara
reaktor.

Setelah meninggalkan reaktor akhir, produk dikondensasi menjadi cair,


dipisahkan dari aliran hidrogen dan dilewatkan ke kolom fraksinasi, dimana
hidrokarbon ringan yang dihasilkan dalam reaktor dihilangkan dengan distilasi.Produk
reformasi kemudian dapat dicampur kedalam bensin tanpa treatment lebih lanjut.
Hidrogen yang sudah dipisahkan dari produk kemudian dikompresi dan dikembalikan
ke dalam sistem reaktor.

Kondisi operasi di atur untuk mendapatkan nilai oktan yang diinginkan,


biasanya antara 90-100. Pada tingkatan oktan yang lebih tinggi, hasil produk lebih kecil
dan regenerasi katalis lebih sering diperlukan. Selama proses reformasi, sejumlah kecil
karbon disimpan dalam katalis, menyebabkan penurunan bertahap dari pola hasil
produk. Beberapa unit adalah semigeneratif, yaitu karbon harus dihilangkan secara
periodik/berkala (sekali atau dua kali setahun) untuk membakar karbon dan
meremajakan sistem katalis, tetapi meningkatnya permintaan untuk bahan bakar
bernilai oktan tinggi juga menyebabkan peningkatan sistem regenerasi kontinu, yang
menghindari shutdown unit secara berkala dan memaksimalkan produk reformasi
beroktan tinggi. Regenerasi kontinu menggunakan katalis fluidized bed yang secara
bertahap ditarik dari sistem reaktor dan melewati bejana regenerator, di mana karbon
dihilangkan dan katalis diremajakan untuk reintroduksi ke sistem reaktor. (Waddams,
2019)
DAFTAR PUSTAKA
Waddams, A.L.. 2018. “Petroleum Refining”. Encyclopedia Britannica, Inc.
Rahimpour, Mohammad Reza. 2013. “Progress In Catalytic Naphta Reforming Process: A
Review”. Iran : Shiraz University, Departement of Chemical Engineering.
Moser M, Sadler CC. 2010. “Reforming Industrial”. In: Horváth IT, editor. Encyclopedia of
Catalysis. New Jersey:Wiley. DOI: 10.1002/0471227617
Moser MD, Bogdan PL. 2008. “Catalytic reforming”. In: Ertl G, Knözinger H, Schüth
F,Weitkamp J, editors. Handbook of Heterogeneous Catalysis. Weinheim, Germany:
Wiley-VCH Verlag.
Sinfelt JH. 1981. “Catalytic reforming of hydrocarbons. In: Anderson JR, Boudart M, editors.
Catalysis–Science and Technology”. Vol. 1. Berlin, Heidelberg: Springer-Verlag. pp.
258-298
Amand T, Heyen G, Kalitventzeff B. 2001. “Plant monitoring and fault detection: Synergy
between data reconciliation and principal component analysis”. Computers and Chemical
Engineering. 2001;25:501-507. DOI: 10.1016/S0098-1354(01)00630-5
Cluer, A., Gasoline Process. 2000. “Modern Petroleum Technology, vol 2”. Downstream Pubs,
Institute of Petroleum New York, p. 86–91.
Nasution, A.S., dkk.. 1993. “ Proses Reformasi Katalitik”. Grafika LEMIGAS.
Special Report. 1996. Fuel Quality Standards for Year 2000, Proposed by the European
Commission, Fuels and Lubes International. Dec, vol 2, no.12, p. 10-11.
Montarnal. R. 1965. “Reformation Catalytic, Raffirage et Genie Chemique”. Tom 1 p.775–
811, Ed Technip, Paris.
Germani J.E. 1969. “Catalytic Conversion of Hydrocarbon”. Academic Press Inc, 111 Fifth
Av. New York.

Anda mungkin juga menyukai