Disusun oleh:
1. Introduction
Obat (API) adalah zat yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
diagnosis, penyembuhan, mitigasi, pengobatan, atau pencegahan penyakit
sesuai dengan FDA. Penghantaran obat adalah teknik pemberian obat kepada
pasien sedemikian rupa sehingga secara khusus meningkatkan konsentrasi
obat di beberapa bagian tubuh dibandingkan dengan yang lain. Tujuan akhir
dari setiap sistem pengiriman adalah untuk memperluas, membatasi dan
menargetkan obat dalam jaringan yang sakit dengan interaksi yang
dilindungi. Setiap bentuk Sediaan merupakan kombinasi obat/bahan aktif
farmasi dan komponen non-obat yang disebut eksipien/aditif. *API adalah
komponen kimia aktual yang digunakan untuk mengobati penyakit.
Umumnya, sistem penghantaran obat lebih disukai karena penggunaan
klinis langsung dari zat obat aktif (API) "sebagaimana adanya" sangat jarang
karena beberapa alasan: Penanganan API dan dosis yang akurat bisa sulit atau
tidak mungkin untuk obat yang sangat kuat. Pemberian obat ke dalam rongga
tubuh (rektal, vagina) dapat menjadi tidak praktis dan tidak layak karena
dapat terdegradasi di tempat pemberiannya dan dapat menyebabkan iritasi
lokal atau cedera ketika konsentrasi obat tinggi.
Oleh karena itu API selalu diformulasikan bersama dengan eksipien.
Eksipien / Aditif digunakan: Untuk memberikan struktur dan bentuk tertentu
pada formulasi, untuk meningkatkan stabilitas, untuk menutupi rasa pahit dan
meningkatkan palatabilitas, untuk membentuk formulasi yang mengandung
bahan aktif yang sangat kuat, untuk memungkinkan dosis yang nyaman dan
akurat, untuk membantu dalam penanganan zat aktif dan untuk membantu
proses pembuatan.
Satu atau lebih eksipien yang umumnya digunakan dalam formulasi
meliputi: zat pewarna, zat pensuspensi, zat pengikat, pelarut dan pelumas,
parfum, zat pemanis, zat penyedap, zat pelarut dan antioksidan. Pengikat
ditambahkan untuk menyatukan tablet setelah dikompresi, dan mencegah
pemecahan menjadi bagian-bagian yang terpisah.
Sistem Klasifikasi Biofarmasi mengklasifikasikan obat menjadi empat
jenis berdasarkan permeabilitas (usus) dan kelarutannya. Obat kelas I
memiliki permeabilitas tinggi dan kelarutan tinggi, serta diabsorbsi dengan
baik; tingkat penyerapan mereka lebih besar dari ekskresi (Metoprolol,
parasetamol, dll).
Obat kelas II memiliki permeabilitas tinggi tetapi kelarutan rendah dan
bioavailabilitas dibatasi oleh laju solvasinya (misalnya, glibenklamid,
aceclofenac, dll.) Obat kelas III memiliki permeabilitas rendah tetapi
kelarutan tinggi di mana obat larut dengan cepat; namun demikian, absorpsi
dibatasi oleh laju permeasi. Jika formulasi tidak mengubah permeabilitas atau
waktu durasi gastro-intestinal, maka kriteria kelas I dapat diterapkan
(Simetidin). Obat kelas IV memiliki permeabilitas rendah dan kelarutan
rendah dan diserap dengan buruk melalui usus; dengan demikian, mereka
memiliki bioavailabilitas yang buruk dengan variabilitas yang tinggi
(Bifonazole).
Bentuk sediaan dapat diberikan melalui rute yang berbeda berdasarkan
target, durasi pengobatan dan atribut fisikokimia obat. Bentuk sediaan yang
paling umum terdiri dari tablet, kapsul, pil, salep, sirup, dan suntikan. Rute
pemberian obat yang disukai tergantung pada tiga faktor utama: Bagian tubuh
yang dirawat, cara kerja obat di dalam tubuh, dan kelarutan serta
permeabilitas obat.
Hukum Kedua difusi fick : “Laju perubahan konsentrasi larutan pada suatu
titik dalam ruang sebanding dengan turunan kedua konsentrasi dengan
ruang.”
DDS yang memenuhi hukum fick disebut dengan difusi fickian, sedangkan
yang tidak sesuai disebut dengan difusi non-fickian atau anomaly
dc = Perubahan konsentrasi obat (g/c m 3)
dx = Perubahan jarak (cm)
D = Konstanta difusi (c m2 /s)
J = Fluks (c m−2 s−1)
dt = Perubahan waktu (s)
o DDS difusi terkontrol reservoir
Obat terkandung dalam inti sebagai reservoir dan
ditutupi oleh membran polimer tipis. Membran bisa berpori
atau tidak berpori. Pelepasan obat dilakukan secara difusi
melalui membran dan kecepatan pelepasannya diatur oleh
ketebalan membran, porositas dan karakteristik fisikokimia
obat (koefisien partisi, ukuran molekul dan difusivitas,
pengikatan protein dan dosis). Metode umum untuk membuat
sistem reservoir yang dikontrol membran termasuk enkapsulasi
dan pelapisan tekan tablet
Generasi kedua :
Sistem pengiriman paru dikembangkan untuk memberikan
insulin. Karena bioavailabilitasnya yang lebih rendah, itu diberikan
berkali-kali lebih tinggi per dosis daripada yang dibutuhkan untuk
injeksi parenteral yang menghasilkan efek samping. Dalam dekade
terakhir dari generasi kedua, nanopartikel yang menargetkan gen
dan tumor dipelajari
Generasi ketiga :
Penghantaran obat yang kurang larut dalam air, teknologi
jangka panjang dan non-invasif untuk penghantaran protein/asam
nukleat/peptida, penghantaran obat ke tempat yang ditargetkan
menggunakan nanopartikel dan obat yang dikirimkan melalui self-
regulation
8. Concept of Biomaterials in Controlled Drug Delivery
Biomaterial adalah zat yang telah direkayasa untuk berinteraksi dengan
sistem biologis untuk tujuan medis, baik terapeutik atau diagnostik.
Biomaterial dalam pengontrolan obat membantu memodulasi farmakokinetik
obat. Berbagai jenis biomaterial seperti polimer, polisakarida, protein, lipid
dan peptida digunakan dalam DDS dalam skala panjang yang bervariasi dari
ukuran nano hingga ukuran makro dalam rute aplikasi yang berbeda.
Stimuli-Responsive Biomaterials
Biomaterial Stimuli-Responsif merupakan biomaterial yang dapat
merespon rangsangan eksternal baik fisik atau kimia. Smart polimer terbagi 2
jenis yakni:
a. Polimer yang responsif terhadap rangsangan tunggal
Jenis ini membantu dalam menginduksi protonasi dan pembelahan
dengan hidrolisis (perubahan konformasi molekul). Proses induksi ini
dapat dikategorikan sebagai rangsangan eksogen dan endogen.
b. Polimer yang responsif terhadap rangsangan ganda atau ganda.
Mengontrol pelepasan obat dari polimer ada 2 jenis langkah, yakni:
a. Nanocarrier dapat digunakan untuk melepaskan kargo dengan
mengaktifkannya.
b. Polimer dari permukaan bermuatan dapat positif untuk diinternalisasi
oleh sel-sel yang ditargetkan.
9. Nanocarriers in Controlled and Targeted Drug Delivery
Nanocarrier adalah partikel berukuran sub-mikron dengan luas
permukaan spesifik yang besar karena itu mereka menawarkan pemuatan atau
dosis yang lebih tinggi per satuan volume. Nanocarrier mencapai respons
terapeutik (optimal) yang diinginkan pada dosis yang jauh lebih rendah yang
mengurangi efek samping obat.
Need for Targeted Drug Delivery
Nanocarrier memiliki kapasitas untuk meningkatkan konsentrasi obat
tanpa menyebabkan toksisitas obat. Nanocarrier digunakan untuk
mengantarkan obat ke tempat dimana penetrasi obat sulit karena hambatan
anatomis. Sawar Darah Otak (SDO) memfiltrasi darah yang menuju otak
dimana memungkinkan sebagian besar obat masuk ke dalamnya yang
bertindak sebagai penghalang selektif ke otak. Dengan adanya pemberian
nanocarrier, penyakit sistem saraf dapat diobati karena dapat melewati SDO.
Active and Passive Targeting
Terdapat 2 metode obat dapat ditargetkan yaitu penargetan aktif dan
pasif. Dalam penargetan aktif dapat dicapai dengan membiarkan molekul
berikatan dengan reseptor folat yang diekspresikan secara berlebihan dalam
sel yang sakit, misalnya CA-125 (biomarker pada kanker ovarium). Dalam
penargetan pasif akumulasi polimer biokompatibel di lokasi sel yang sakit
terutama bergantung pada ukuran polimer, dimana penyakitnya
memungkinkan adanya sambungan pembuluh yang bocor.
Nanocarriers in Controlled Drug Delivery
a. Liposomes
Liposom merupakan partikel koloid yang dibentuk dengan
menggabungkan fosfolipid amfifilik yang membungkus kompartemen
berair yang dikelilingi oleh lapisan ganda lipid. Phosphatidylcholine
umumnya digunakan untuk membuat liposom. Liposom umumnya
digunakan untuk penargetan sel tumor karena peningkatan
permeabilitas dan retensi (EPR), misalnya injeksi liposomal amfoterisin
B.
b. Dendrimers
Letak dendrimer simetris di sekitar inti dan memiliki struktur tiga
dimensi berbentuk bola. Terdapat dua jenis dendrimer yang digunakan
untuk aplikasi biomedis yaitu Polyamidoamines (PAMAM) dan
polypropyleneimines (PPI).
c. Exosomes
Eksosom adalah vesikel terikat membran turunan sel berukuran nano
berukuran 30-100 nm yang terlibat dalam transportasi antar sel zat
eksogen dan endogen. Eksosom alami dan rekayasa sedang digunakan
untuk pengiriman peptida dan gen.
d. Nanoparticles
Nanopartikel digunakan dalam meningkatkan efek terapeutik obat dan
dapat digunakan dalam rute yang berbeda untuk pemberian.
Nanopartikel dapat mengantarkan obat ke tempat yang sulit dijangkau.
e. Nanosphere or Nanocapsule
Nanosphere adalah jenis matriks DDS yang terbuat dari oligomer
atau/dan polimer. Nanokapsul adalah jenis sistem reservoir yang terdiri
dari inti berminyak yang dikelilingi oleh polimer cangkang.
f. Solid Lipid Nanoparticles
Solid Lipid Nanoparticles (SLN) adalah nanopartikel sferis berukuran
50-1000 nm dan terdiri dari lipid yang padat pada suhu kamar,
pengemulsi dan API. SLN dapat menggabungkan obat hidrofilik,
lipofik, selain protein dan asam nukleat.
g. Nanofibers
Nanofibers dapat disintesis dengan teknik electrospinning dimana pola
juga dapat dilakukan untuk menyesuaikan pelepasan obat. Sistem
penghantaran obat nanofibrous dicirikan berdasarkan cara pelepasan
obat, struktur dan komposisinya.
h. Polymersomes
Polimersom adalah vesikel sintetis kecil yang membungkus obat cair.
Polimersom lebih stabil daripada liposom dan memiliki toksisitas yang
lebih rendah dalam tubuh.
i. Self-Assembled Polymeric Micelles
Inti melindungi obat terapeutik dari degradasi dini, dimana berguna
untuk penargetan sel tumor karena peningkatan permeabilitas dan
retensi (EPR). Contohnya adalah PLK-1 siRNA.
j. Carbon Nanotubes
Carbon Nanotubes (CNT) adalah molekul besar berbentuk silinder yang
terdiri dari susunan heksagonal lembaran graphene (atom karbon
hibridisasi. Nanotube Karbon dapat dirancang untuk membawa protein,
peptida, asam nukleat, dan obat-obatan untuk mengirimkannya ke
dalam sel dan jaringan yang berbeda.
k. Nanoemulsions
Nanoemulsi adalah sistem heterogen dari minyak menjadi air (dua
cairan yang tidak dapat bercampur) yang distabilkan oleh surfaktan atau
pengemulsi. Nanoemulsi digunakan untuk membawa obat yang
hidrofobik dan diberikan melalui berbagai rute pemberian.
l. Hydrogels
Hidrogel dapat menawarkan kontrol spatio-temporal atas pelepasan
berbagai agen terapeutik, termasuk obat makromolekul, obat molekul
kecil dan sel. Hidrogel berfungsi sebagai pembawa untuk mengontrol
pelepasan obat. Contohnya yaitu Nanoelusa.
Gambar 1. Beberapa contoh nanocarrier dalam penghantaran obat terkontrol
c. Electric Responsive
Polimer responsif listrik seperti polipirol, Polianilin, poli-imina dan
grafena digunakan untuk membuat pembawa pengiriman obat.
d. Magnetic Responsive
Nanopartikel responsif magnetik ketika diterapkan dengan medan
magnet frekuensi tinggi menghasilkan panas. Nanopartikel padat yang
bila terkena medan magnet eksternal menginduksi panas dan memicu
pelepasan obat pada hipertermia kanker.
e. Ultrasound Responsive
Gelombang ultrasonik (frekuensi tinggi > 20 Hz) digunakan secara luas
untuk diagnosis karena menembus jauh ke dalam jaringan namun tetap
lebih aman daripada sinar-X. Penurunan tekanan lokal yang cepat
menyebabkan penguapan atau evolusi gas terlarut sebagai gelembung
mikro, dimana membantu untuk menghancurkan batu empedu dan
ginjal.
12. Conclusions
Eksipien digunakan untuk mendapatkan struktur, meningkatkan stabilitas
dan menutupi rasa. Bentuk sediaan padat, semipadat dan cair adalah bentuk
sediaan konvensional yang mengalami fluktuasi kadar obat dalam plasma
yang menuntut dosis dan frekuensi pemberian dosis yang tinggi dengan
kepatuhan pasien yang buruk. Sistem penghantaran obat terkontrol telah
muncul sebagai alternatif untuk jenis konvensional, untuk meningkatkan
bioavailabilitas, memperluas pelepasan obat dan mempertahankan kadar
plasma obat dalam jendela terapeutik dengan efek samping yang minimal.
Disolusi, difusi, penetrasi air dan sistem penghantaran obat yang dikendalikan
secara kimia adalah jenis sistem penghantaran obat yang dikendalikan.
Selanjutnya, nanocarrier dengan biomaterial cerdas dan teknik manufaktur
aditif dapat dikembangkan untuk mencapai pengiriman yang ditargetkan
terkontrol. Kemudian, nanocarrier dengan biomaterial cerdas dan teknik
manufaktur aditif dapat dikembangkan untuk mencapai pengiriman yang
ditargetkan terkontrol. Pengiriman berbasis CRISPR cas9 yang terintegrasi
dengan penginderaan kuantum) untuk menargetkan serta mengontrol rilis.