Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dizaman era modern sekarang ini sudah banyak bentuk sediaan obat yang di jumpai
di pasaran,bentuk sediaanya antara lain:dalam bentuk sediaan padat contohnya
piil,tablet,kapsul,supposutoria.Dalam bentuk sediaan setengah padat contohnya
krim,salep.Sedangkan dalam bentuk sediaan cair adalah sirup,elixir,suspensi,emulsi dan
sebagainya.Dalam praktikum kalin ini khusunya membahas tentang suspensi.Suspensi
merupakan salah satu contoh sediaan cairyang secara umum dapat di artikan sebagai suatu
system dispers kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispers merata
kedalam pembawanya.Alasan bahan obat di formulasikan dalam bentuk sediaan suspensi
yatu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam tetapi diperlukan
dalam bentuk sediaan cair,mudah diberikan pada pasien yang sukar menelan obatndapat
diberikan pada anak-anak.Alasan sediaan suspensi dapat diterima oleh para konsumen
dikarenakan penampilan baik dari segi warna,ataupun bentuk wadahnya.penggunaan
sediaan suspensi jika dibandingkan dengan bentuk larutan lebih efisien karena suspensi
dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang dijumpai di pasaran antara lain:
Dalam bentuk sediaan padat: Pil, Tablet, Kapsul. Supposutoria. Dalam bentuk sediaan
setengah padat: Krim, Salep. Dalam bentuk cair: Sirup, Eliksir, Suspensi, Emulsi dan
lain-lain. Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang secara
umum dapat diartikan sebagai suatu system disperse kasar yang terdiri atas bahan
padat tidak larut tetapi terdispersi merata ke dalam pembawanya. Bentuk suspense
yang di pasarkan ada 2 macam, yaitu suspensi siap pakai atau suspensi cair yang
langsung bias diminum, dan suspensi yang dilarutkan terlebih dahulu ke dalam
cairan pembawanya, suspensi bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang
kestabilannya dalam akhir kurang baik dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu
berupa air dan minyak. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan
suspensi yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam
air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang

1
mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa
pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat.

Kelarutan suatu zat harus selalu diketahui sebelum zat tersebut dilarutkan dengan
sejumlah pelarut, untuk menjamin jumlah pelarut yang diberikan itu cukup untuk
melarutkan. Misalnya bila zat A itu mudha larut dalam air, maka dibutuhkan minimal 1 –
10 ml air untuk melarutkan setiap 1 g zat tersebut sehingga bila zat yang akan dilarutkan
sejumlah 2 gram maka sekurang- kurangnya 2-20 ml air yang diperlukan untuk melarutkan
zat tersebut.
Melarutkan zat sebaiknya dilakukan didalam erlemyer (terlebih lagi bila zatnya
mudah menguap harus dengan erlenmeyer bertutup) kecuali bila dibutuhkan pengadukan
dan atau untuk mereaksikan suatu zat maka dapat dilakukan di beaker gelas atau lumpang.
Untuk larutan sebelum dimasukkan kedalam wadah maka perlu disaring dengan
penyaring kertas , namun bila zatnya oksidator maka dapat digunakan glass woll sebagai
penyaring.
Namun, adakalanya terdapat obat yang tidak bisa larut dalam pelarut manapun. Untuk
membuat sediaan bentuk larutan pada obat-obat seperti ini dalam pembuatan seediaan
bentuk larutan kita kenal dengan istilah suspensi, sediaan bentuk larutan bagi obatyang
tidak dapat larut tetapi hanya menghambat atau memperlambat terjadinya endapan bahan
aktifnya. Dalam pembuatannya ada aturan-aturannya tertentu yang berbeda dari sediaan
solutio lainnya. Oleh karena itu perlu kita mengetahui cara pembuatannya dan seperti apa
suspensi itu.
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair (Farmakope Indonesia edisi IV, 1995). Dibuat sediaan suspensi
karena suspensi mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya baik digunakan untuk
pasien yang sukar menerima tablet dan kapsul, terutama anak-anak, memiliki homogenitas
tinggi, lebih mudah diabsorpsi daripada tablet dan kapsul karena luas permukaan kontak
antara zat aktif dan saluran cerna meningkat, dapat menutupi rasa tidak enak dan pahit
obat, dan mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air (Remington's
Pharmaceutical Sciences 15th edition, 1975).

2
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif
dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukkan dengan
banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif
obat, kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping
obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.
Bentuk suspensi yang dipasarkan ada 2 macam, yaitu suspensi siap pakai atau suspensi
cair yang langsung dapat diminum dan suspensi yang dilarutkan terlebih dahulu ke dalam
cairan pembawanya, suspensi bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang kestabilannya
dalam air kurang baik. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi
yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi
diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami
kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau aroma
yang tidak enak pada bahan obat.
Pada praktikum ini dibuat suspensi kering atau dry sirup amoxicillin, karena zat aktif
(amoxicillin) tidak stabil dalam air maka di buatlah dalam bntuk suspensi dry sirup.
Dengan demikian sangatlah penting bagi kita tenaga farmasis untuk mengetahui dan
mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi dry sirup yang sesuai dengan
persyaratan suspensi dry sirup yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat di terapkan
pada pelayanan kefarmasian dalam masyarakat.

3
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan suspense amoxicillin
2. Bagaimana peroses pembutan suspensi
3. Bagaimana praformulasi suspensi
4. Metode apa yang digunakan
5. Bagaimana cara pembuatan suspensi amoxicillin
6. Bagaimana evaluasi suspensi
1.3 Tujuan
1. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi suatu zat obat serta membuat dan
mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat.
2. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis,
khususnya suspense dry sirup.
3. Agar kita selaku tenaga farmasis dapat mengetahui cara pembutan sediaan suspense
yang ideal dan stabil sehingga pengemasan dan penandaan (pemberian etiket ) sesuai
persyaratan farmasetik
4. Agar dapat menyalurkan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan dalam bentuk
pengamatan dan penyusunan makalah berdasarkan dasar-dasar teori.

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lambung
Lambung Adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di antara
bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus (Gray, 2008). Lambung merupakan
ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah diafragma, terletak pada regio
epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen (Tortora & Derrickson,
2009).

Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus, badan
(body), antrum, dan pilori. (Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan
gastroesofageal (gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung
Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia. Badan
(body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan merupakan
bagian terbesar dari lambung. Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan badan
(body) ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang
menghubungkan lambung dengan duodenum dan mengandung spinkter pilorik (Schmitz &
Martin, 2008).

Dinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama halnya dengan
lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi tertentu yaitu lapisan mukosa,
submukosa, muskularis eksterna, dan serosa (Schmitz & Martin, 2008).
1) Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan muskularis mukosa.
Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina propia dengan kedalaman yang
bervariasi, dan membentuk sumur-sumur lambung disebut foveola gastrika. Epitel yang
menutupi permukaan dan melapisi lekukan-lekukan tersebut adalah epitel selapis silindris
dan semua selnya menyekresi mukus alkalis. Lamina propia lambung terdiri atas jaringan
ikat longgar yang disusupi sel otot polos dan sel limfoid. Muskularis mukosa yang
memisahkan mukosa dari submukosa dan mengandung otot polos (Tortora & Derrickson,
2009).

5
2) Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, system limfatik,
limfosit, dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu terdapat pleksus submukosa (Meissner)
(Schmitz & Martin, 2008).
3) Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu (1) inner oblique, (2) middle
circular, (3) outer longitudinal. Pada muskularis propia terdapat pleksus myenterik
(auerbach) (Schmitz & Martin, 2008). Lapisan oblik terbatas pada bagian badan (body)
dari lambung (Tortora & Derrickson, 2009).
4) Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis skuamos (mesotelium) dan
jaringan ikat areolar (Tortora & Derrickson, 2009). Lapisan serosa adalah lapisan paling
luar dan merupakan bagian dari viseral peritoneum (Schmitz & Martin, 2008).
2.2 Amoxicillin
Rumus Molekul C16H19N3O5S(1).

(2)
Rumus Struktur .

Sinonim 4-thia-1-azabicyclo[3.2.0]heptane-2-carboxylic acid,6-[[2-


amino-2-(4-hydroxyphenyl) acetyl]amino]-3,3-dimethyl-7-
oxo-;4-Thia-1-azabicyclo[3.2.0]heptane-2-carboxylic acid,
6-[[amino(4-hydroxyphenyl)acetyl]amino]-3,3-dimethyl-7-
oxo-;6-{[Amino(4-hydroxyphenyl)acetyl]amino}-3,3-
dimethyl-7-oxo-4-thia-1-azabicyclo[3.2.0]heptane-2-
carboxylic acid; (2S,5R,6R)-6-{[(2R)-2-amino-2-(4-
hydroxyphenyl)acetyl]amino}-3,3-dimethyl-7-oxo-4-thia-1-
azabicyclo[3.2.0]heptane-2-carboxylic acid trihydrate(3).

Fungsi Sebagai antibiotik(2).

Kajian Farmakologis Amoksisilin adalah antibiotik dengan spektrum luas,


digunakan untuk pengobatan yaitu untuk infeksi pada
saluran napas, saluran empedu, dan saluran seni, gonorhu,

6
gastroenteris, meningitis dan infeksi karena Salmonella
thypi seperti demam tipoid.

Amoxicillin adalah turunan penisilin yang tahan asam tetapi


tidak tahan terhadap penisilinase. Amoksisilin aktif
melawan bakteri gram positif yang tidak menghasilkan β-
laktamase dan aktif melawan bakteri gram negatif karena
obat tersebut dapat menembus pori–pori dalam membran
fosfolipid luar.

Untuk pemberian oral, amoksisilin merupakan obat pilihan


karena di absorbsi lebih baik dari pada ampisilin, yang
seharusnya diberikan secara parenteral.

Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran


pencernaan, tidak tergantung adanya makanan. Amoksisilin
terutama diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di
dalam urin. Ekskresi Amoksisilin dihambat saat pemberian
bersamaan dengan probenesid sehingga memperpanjang
efek terapi(2).
Dosis 250 – 500 mg setiap 8 jam atau 500-875 mg mg 2 kali
sehari(4).
Pemerian Bahan Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau(1).

Data Kelarutan Sukar larut dalam air dan methanol, tidak larut dalam
benzene, dalam karbon, tetraklorida, dan dalam klorofom(1).

Log P 0,97 dengan nilai P = 9,33 (5).

PH 3.5 – 6.0 (1).

7
Stabilitas terhadap pH 3.5 – 6.0(6).

Stabilitas terhadap suhu Terurai pada suhu 30-35 °C(6).

Stabilitas terhadap cahaya Tidak stabil terhadap paparan cahaya(6).

Stabilitas terhadap air 11,5 – 14,5 % (3).

Kerapatan;BJ 365.4 g/mol(1).

Titik Leleh/Lebur -

Inkompatibilitas -

Penyimpanan Dalam wadah yang tidak tembus cahaya(6).

2.3 Pengertian larutan


Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut,
misal terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur. (Anonim, 2004) Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan
kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain. (Anief, M, 2005)
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat
padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam
bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20o, kecuali dinyatakan lain menunjukan
1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu
pelarut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu
kamar. (Anief, M., 2005)
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan
larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan
memiliki ketelitian yang baik, jika larutan diencerkan atau dicampur. (Anonim, 1995)

2.4 Pengertian sirup


Sirup telah dikenal sebagai bentuk sediaan obat sejak masa Arab kuno yang
dikenalkan oleh Avicenna (Ali Ibnu Sina), ahli farmasi berkembangsaan Arab. Istilah

8
“Sirop” diduga berasal dari kara “Sirab” (Bah. Arab), yang artinya adalah sari pati gula.
Berikut ini, beberapa definisi tentang sirop:
a. Sirop adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989).
b. Sirop adalah sediaan cairan kental mengandung sukrose (gula) tidak kurang dari 50%
dan tidak lebih dari 65%, dapat mengandung satu atau lebih bahan obat (Priyambodo,
2007).
c. Sirop adalah bentuk sediaan cair yang mengandungSaccharosa atau gula. Konsistensi
sirup kental karena kadar Saccharosa yang tinggi, yaitu 64,0-66,0% (Zaman-Joenoes,
2008).
d. Sirop adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali
dinyatakan lain, kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64.0% dan tidak lebih dari
66,0%.
 Penggolongan Sirup
Bedasarkan fungsinya, sirop dikelompokan menjadi 2 golongan, yaitu:
a) Medicated Syrup (sirop obat) merupakan sirup yang mengandung satu atau lebih bahan
obat. Sirop obat berupa preparat yang sudah distandarisasi, dapat diberikan berupa obat
tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain. Contoh sirop obat antara lain:
 Sirop sebagai ekspektorans : Sirop Thymi, Sirop Thymi et Serpylli = Sirop Thymi
Compositus.
 Sirop sebagai antitusif: ex. Sirop Codeini, mengandung 2 mg Codein/ml sirop.
 Sirop sebagai anthelmintik: Sirop Piperazini, mengandung 1 g Piperazine dalam bentuk
hexahydrat/citrat dalam tiap 5 ml sirop.
 Sirop sebagai antibiotic : Sirop Chloramphenicol, umumnya mengandung 25 mg/ml.
 “Dry Syrup” atau sirop kering, berupa campuran obat dengan sakarosa, harus dilarutkan
dalam jumlah air tertentu sebelum dipergunakan. Keuntungan sirop kering dari pada
sirop cairan, biasanya sirop kering dapat tahan disimpan lebih lama. Contohnya
Ampicillin trihydrate “dry syrup”, ekivalen dengan 25 mg/ml sirop cairan kalau sudah
dilarutkan dalam jumlah air yang ditentukan.
b) Flavored Syrup (sirop korigen/pembawa), biasanya tidak digunakan untuk tujuan medis,
namun mengandung berbagai bahan aromatis atau rasa yang enak dan digunakan sebagai

9
larutan pembawa atau pemberi rasa pada berbagai sediaan farmasi lainnya, misalnya
sebagai penutup rasa pahit pada Vitamin B Kompleks yang diberikan kepada bayi atau
anak-anak. Sirop golongan ini, mengandung berbagai bahan tambahan, misalnya bahan
antioksidan (antioxidant agent), pengawet (preservative agent), pewarna (coloring agent),
pemberi rasa (flavoring agent), dan bahan pelarut (diluting agent). Sirop ini, ditambahkan
sebagai korigens rasa untuk obat minum, cukup dalam jumlah 10-20 ml untuk tiap 100
ml larutan obat. Sirop yang sering dipakai sebagai korigens-rasa, yaitu: Sirop Simpleks,
mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.

2.3 Pengertian suspensi


1. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut,terdispersi dalam cairan pembawa (Imo hal 159)
2. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus
yang terdispersi kedalam fase cair. (Ilmu resep syamsuni hal 135)
3. Suspensi adalah sediaaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut tang
terdisfersi dalam fase cair (FI IV hal 17)
4. Suspensi adalag sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut,terdisfersi dalam cairan pembawa (FI III hal 32)
5. Suspensi adalah adalah sediaan cair yang mengandung obat padat,tidak melarut dan
terdisfersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat
dalam bentuk serbuk sangat halus,dengan atau tampa zat tambahan,yang akan
terdisfersikan sempurna dalam cairan pembawa yang di tetapkan. (Formularium
nasional hal 333)

harus dilarutkan dalam jumlah air tertentu sebelum dipergunakan. Keuntungan sirop
kering dari pada sirop cairan, biasanya sirop kering dapat tahan disimpan lebih lama.
Suspense “Dry Syrup” adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada
saatakan digunakan, sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat
yangtidak stabil dan tidak larut dalam pembaw air, seperti ampisilin dan
amoxilillin.
Suspense Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat
akan digunakan, sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil

10
dan tidak larut dalam pembawa a i r , s e p e r t i a m p i s i l i n , amoxl!illin, kloramfenikol
dan lain-lain. Agar campuran setelah ditambah air membentuk disperse yang
homogen maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi
suspense sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah,
pemanis, pengawet, pengaroma, buffer, zat warna.

 Penggunaan Suspensi dalam Farmasi

1. Beberapa orang terutama anak-anak sukar menelan obat yang berbentuk tablet / zat
padat. Oleh karena itu diusahakan dalam bentuk larutan. Kalau zat berkhasiat tidak larut
dalam air, maka bentuk suspensi-dimana zat aktif tidak larut-terdispersi dalam medium
cair merupakan suatu alternatif.
2. Mengurangi proses penguraian zat aktif didalam air. Untuk zat yang sangat mudah
terurai dalam air, dibuat bentuk yang tidak larut. Dengan demikian, penguraian dapat
dicegah. Contoh : untuk menstabilkan Oxytetrasiklin HCl di dalam sediaan cair, dipakai
dipakai garam Ca karena sifat Oxytetrasiklin yang mudah sekali terhidrolisis di dalam air.
3. Kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mengencerkan
zat padat medium dispersi pada saat akan digunakan. Contoh : Ampisilin dikemas dalam
bentuk granul, kemudian pada saat akan dipakai disuspensikan dahulu dalam medim
pendispersi. Dengan demikian maka stabilitas ampisilin untuk 7 hari pada temperatur
kamar masih dapat dipenuhi.
4. Apabila zat aktif sangat tidak stabil dalam air, maka digunakan medium non-air sebagai
medium pendispersi. Contoh : Injeksi Penisilin dalam minyak dan Phenoxy penisilin
dalam minyak kelapa untuk oral.
5. Sediaan suspensi yang terdiri dari partikel halus yang terdispersi dapat menaikkan luas
permukaan di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat mengabsorpsi toksin-toksin atau
menetralkan asam yang diproduksi oleh lambung. Contoh Kaolin, Mg-Karbonat, Mg-
Trisilikat. (antasida/Clays)
6. Sifat adsorpsi daripada serbuk halus yang terdispersi dapat digunakan untuk sediaan yang
berbentuk inhalasi. Zat yang mudah menguap seperti mentol, Ol. Eucaliptus, ditahan
dengan menambah Mg-Karbonat yang dapat mengadsorpsi tersebut.

11
7. Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak atau pahit dengan lebih baik
dibandingkan dalam bentuk larutan. Untuk suspensi Kloramfenikol dipakai
Kloramfenikol Palmitas yang rasanya tidak pahit.
8. Suspensi BaSO4 untuk kontras dalam pemeriksaan X-Ray.
9. Suspensi untuk sediaan bentuk aerosol.

 Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi


Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1) Ukuran partikel
Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume
yang sama ). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan
akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk
memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2) Kekentalan (viscositas)
Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel yang
dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak
boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
3) Jumlah partikel (konsentrasi)
Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan
partikel dalam waktu yang singkat.
4) Sifat / muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam campuran
bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan
tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat
mempengaruhinya. (Anonim, 2004 )

 Suspensi berdasarkan sifatnya


1. Suspensi deflokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi kuat
b. Partikel dispersi mudah mengendap

12
c. Partikel dispersi mudah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras
2. Suspensi flokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi lemah
b. Partikel dispersi mengendap secara perlahan
c. Partikel dispersi susah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi membentuk cacking yang keras
 Syarat-syarat suspensi adalah sebagai berikut :
Menurut FI edisi III adalah :
1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
4. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang
5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap
agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama
 Cara pembuatan suspensi
Suspensi dapat dibuat dengan cara :
1. Metode dipersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa. Umumnya
sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah
pertikel-pertikel harus terdispersi betul dalam fase cair. Mendispersikan serbuk yang
tidak larut dalam air kadang-kadang sukar, hal ini disebabkan karena adanya udara,
lemak yang terkontaminasi pada permukaan serbuk. Serbuk dengan sudut kontak 900C
disebut hidrofob. Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan magnesium karbonat. Untuk
menurunkan tegangan antar muka, antara partikel padat dan cairan pembawa digunakan
zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil lipofil balance) atau keseimbangan hidrofil
lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut kontak jadi kecil. Udara yang dipindahkan dan partikel
akan terbasahi dapat pula menggunakan gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk
mendispersi parikel padat. Biasa juga digunakan Gom (pengental).
2. Metode presipitasi
Metode ini terbagi atas 3 yaitu :

13
 Metode presipitasi dengan bahan organic
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu dengan
pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang digunakan adalah
etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang perlu diperhatikan dari metode ini
adalah control ukuran partikel yang terjadi bentuk polimorfi atau hidrat dari Kristal.
 Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media
Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.
 Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila suspensi
diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur atau pensuspensi
tipe koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan didispersikan diusahakan untuk
membentuk flokulasi terkontrol agar tidak terjadi sediaan yang kompak yang sulit
didispersi kembali. Untuk membentuk flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan, dan
polimer.

 Bentuk suspensi yang diinginkan


1) Partikel-partikel harus mengendap secara perlahan
2) Partikel-partikel yang mengendap harus mudah didispersikan kembali
3) Suatu suspensi yang terflokulasi lebih diinginkan daripada suspensi yang terdeflokulasi.
4) Suatu suspensi tidak boleh terlalu kental untuk mengurangi kecepatan sedimentasi.

6 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice, 479-491)

1. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)

Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya
suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :

1. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan
sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat.
2. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill

14
3. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
4. Pembasahan serbuk

Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span dan
tween.

1. Floatasi (terapung), disebabkan oleh :


1. Perbedaan densitas
2. Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
3. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan
penambahan humektan.

Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat. Mekanisme humektan :
mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi. Contoh :
gliserin, propilenglikol.

1. Pertumbuhan kristal

Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila terjadi perubahan suhu
dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan.

Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi (Disperse system, Vol. I, 158)

1. gunakan partikel dengan range ukuran yang sempit


2. pilih bentuk kristal obat yang stabil
3. cegah penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk pengecilan ukuran partikel
4. gunkan pembasah
5. gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain-lain yang akan membentuk
lapisan pelindung pada partikel
6. viskositas ditingkatkan
7. cegah perubahan suhu yang ekstrim

15
Hal-hal yang memicu terbentuknya kristal ::

1. keadaan super jenuh


2. pendinginan yang ekstrim dan pengadukan yang cepat
3. sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam ukuran dan bentuk yang
bervariasi
4. keberadaan cosolutes, cosolvent, dan absorbent
5. kondisi saat proses pembuatan.
6. Pengaruh gula (sukrosa)
1. Suspending agent dengan larutan gula : viskositas akan naik
2. Adanya batas konsentrasi gula dalam campuran dengan suspending agent.
3. Konsentrasi gula yang besar juga dapat menyebabkan kristalisasi yang cepat
4. Gula cair 25 % mudah ditumbuhi bakteri, perlu pengawet. (tidak lebih dari 30 %;
hati-hati cap locking)
5. Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi
6. Metode dispersi : Deflokulasi dan Flokulasi
7. Pengaruh alat-alat pendispersi, menyebabkan :

Variasi pada ukuran partikel berhubungan dengan RPM Shearing Force

Variasi pada sifat-sifat suspensi

Variasi pada viskositas pembawa, berhubungan dengan hidratasi suspending agent.

 Keuntungan Dan Kerugian Suspensi


Keuntungan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat
terlepasnya obat.
b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
c. Obat dalam sediaansuspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena
rasa obat yang tergantung kelarutannya.
d. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak.
e. Homogenitas tinggi

16
f. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara
zat aktif dan saluran cerna meningkat).
g. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)
h. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.

 Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :


a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet,
dan kapsul.
c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan
dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
d. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi, dll)
e. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya
turun.
f. Aliran menyebabkan sukar dituang
g. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
h. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking,
flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
i. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.

 Evaluasi sediaan suspensi


1. Penetapan Bobot Jenis
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis
digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada
perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25° terhadap bobot air dengan volume dan
suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan
bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan
suhu yang sama. Bila pada suhu 25° zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu
yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air pada suhu 25°.

17
Prosedur :
Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot
piknometer dan bobot air yang baru dididihkan, pada suhu 25°. Atur hingga suhu zat uji
lebih kurang 20°, masukkan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi
hingga suhu 25°, buang kelebihan zat uji dan timbang. Kurangkan bobot piknometer
kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang
diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer. Kecuali
dinyatakan lain dalam monografi keduanya ditetapkan pada suhu 25°. (Farmakope
Indonesia IV, 1995)
2. Penetapan Bobot per Mililiter
Bobot per milliliter suatu cairan adalah bobot dalam g per ml cairan yang ditimbang
di udara pada suhu 200C, kecuali dinyatakan lain dalam monografi. (Farmakope
Indonesia IV, 1995)
Bobot per ml zat cair ditetapkan dengan membagi bobot zat cair di udara yang
dinyatakan dalam g, dari sejumlah cairan yang mengisi piknometer pada suhu yang telah
ditetapkan dengan kapasitas piknometer yang dinyatakan dalam ml, pada suhu yang
sama. Kapasitas piknometer ditetapkan dari bobot di udara dari sejumlah air yang
dinyatakan dalam g, yang mengisi piknometer pada suhu tersebut. Bobot 1 liter air pada
suhu yang telah ditetapkan bila ditimbang terhadap bobot kuningan di udara dengan
kerapatan 0,0012 g/ml seperti tertera dalam tabel berikut. Penyimpangan kerapatan udara
dari harga tersebut di atas, yang diambil sebagai harga rata-rata, tidak mempengaruhi
hasil penetapan yang dinyatakan dalam Farmakope Indonesia. (Farmakope Indonesia IV,
1995)
Suhu Bobot per liter air

20 997,18

25 996,02

30 994,62

(Farmakope Indonesia IV, 1995)

18
3. Homogenitas
Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupu distribusi ukuran
partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat (ditentukan menggunakan
mikroskop untuk hasil yang lebih akurat). Jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu
yang lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual. (Farmakope Indonesia IV, 1995)
Pengambilan sampel dapat dilakukan pada bagian atas, tengah, atau bawah. Sampel
diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain sehingga
terbentuk lapisan tipis . (Farmakope Indonesia IV, 1995)
Suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran
partikel yang relative hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel (suspense
dikocok terlebih dahulu). (Farmakope Indonesia IV, 1995)
4. Volume Terpindahkan
Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspense yang
dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan olume yang tertera pada etiket tidak lebih dari
250 ml, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari
bentuk padat dengan volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan
memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket. Untuk penetapan volume
terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti prosedur berikut
untuk bentuk sediaan tersebut. Larutan oral, suspensi oral, dan sirup dalam wadah dosis
ganda, kocok isi 10 wadah satu persatu. (Farmakope Indonesia IV, 1995)
Serbuk dalam wadah dosis ganda yang mencantumkan penandaan volume
untuk larutan oral atau suspensi oral yang dihasilkan bila serbuk dikonstisusi dengan
sejumlah pembawa seperti tertera pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan volume
pembawa seperti tertera pada etiket diukur secara saksama, dan campur. (Farmakope
Indonesia IV, 1995)
Prosedur :
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering
terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang
diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan
gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit.
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran: volume rata-rata

19
larutan, suspensi, atau sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%, dan
tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan pada
etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% tertera pada etiket akan tetapi
tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada
etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang
dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujin terhadap 20 wadah
tambahan. Volume rata-rata larutan, suspensi, atau sirup yang diperoleh dari 30 wadah
tidak kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari
30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90% seperti yang tertera pada
etiket. (Farmakope Indonesia IV, 1995)
5. Penetapan Kekentalan
Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan
untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan
datar lain dalam kondisi mapan tertentu bila ruang di antara permukaan tersebut diisi
dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Kekentalan adalah tekanan geser
dibagi laju tegangan geser. Satuan dasarnya yaitu poise; namun oleh karena kekentalan
yang diukur umunya merupakan harga pecahan poise, maka lebih mudah digunakan
satuan dasar sentipoise (1 poise = 100 sentipoise). (Farmakope Indonesia IV, 1995)
Penentuan suhu penting karena kekentalan berubah sesuai suhu; secara umum
kekentalan menurun dengan menaiknya suhu. Kekentalan mutlak dapat diukur secara
langsung jika dimensi alat pengukur diketahui dengan tepat, tetapi pengukuran umumnya
lebih praktis dilakukan dengan mengkalibrasi alat menggunakan cairan yang diketahui
kekentalannya, kemudian kekentalan cairan uji ditetapkan dengan membandingkan
terhadap kekentalan cairan yang telah diketahui. (Farmakope Indonesia IV, 1995)
Metode yang umum digunakan untuk pengukuran kekentalan meliputi penetapan
waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah volume tertentu cairan untuk mengalir melalui
kapiler. Banyak jenis viskosimeter tabung kapiler telah dirancang, tetapi viskosimetet
Ostwald dan Ubbelohde adalah yang paling sering digunakan. Untuk mengukur
kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan
suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti. Untuk

20
pengukuran sediaan farmasi, suhu dipertahankan dalam batas lebih kurang 0,1.
(Farmakope Indonesia IV, 1995)
6. Volume Sedimentasi dan Kemampuan Redispersi
Karena kemampuan meredispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan
utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi dan karena endapan
yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang
agar menghasilkan sistem yang homogen, maka pengukuran volume endapan dan
mudahnya mendispersikan kembali membentuk dua prosedur yang paling umum.
7. Uji Batas Mikroba
Uji batas mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel di
dalam semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga sediaan jadi, dan
untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari spesies mikroba tertentu.
Otomatisasi dapat digunakan sebagai pengganti uji yang akan disajikan, dengan
ketentuan bahwa cara tersebut sudah divalidasi sedemikia rupa sehingga menunjukkan
hasil yang sama atau lebih baik. Selama menyiapkan dan melaksanakan pengujian,
spesimen harus ditangani secara aseptik. Jika tidak dinyatakan lain, jika disebut
“inkubasi”, maka yang dimaksud adalah menempatkan wadah di dalam ruangan
terkendali secara termostatik pada suhu antara 300 dan 350selama 24 jam sampai 48 jam.
Istilah “tumbuh” ditujukan untuk pengertian adanya dan kemungkinan adanya
perkembangan mikroba viabel.

2.5 Farmakokinetik

a. Absorpsi.
 Kloramfenikol diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian oral
 Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 2 jam.
 Kloramfenikol palmitat atau stearat dihidrolisis menjadi kloramfenikol oleh lipase
pankreas dalam duodenum.
 Ketersediaan hayati kloramfenikol lebih besar dari pada bentuk esternya, karena
hidrolisis esternya tidak sempurna.

21
 Pemakaian parenteral digunakan kloramfenikol suksinat yang akan dihidrolisis di
jaringan menjadi kloramfenikol.
 Pemberian i.m sulit diabsorpsi shg tidak dianjurkan.
 Pemberian i.v kadar maksimum kloramfenikol aktif sama seperti pada pemberian
oral.
b. Distribusi.
 Distribusinya luas.
 Kadarnya dalam cairan serebrospinal 60%, kadar dalam plasma 45 – 90%
 Kloramfenikol ditemukan dalam:
- empedu,
- ASI ,
- melewati sawar plasenta,
- cairan mata.
c. Ekskresi.
 Kloramfenikol dan metabolitnya diekskresi melalui urin dengan cara filtrasi
glomerulus dan sekresi.
 Dalam waktu 24 jam 75-90% dosis oral diekskresi dalam bentuk metabolit dan 5-
10% dalam bentuk asal.
 Waktu paruh pada orang dewasa kira-kira 4 jam.
 Pada pasien yang mengalami gangguan hati waktu paruh lebih panjang menjadi 5-6
jam karena metabolismenya terlambat.
 Pada pasien gagal ginjal waktu paruh koramfenikol tidak berubah tetapi
metabolitnya mengalami akumulasi.

22
BAB III
PRA FORMULASI
3.1 Formulasi

No Nama Fungsi (untuk Pemkaian Penimbangan


Bahan frmakologis/fa lazim (%) Bahan
rmasetik) Unit Batch (3 botol)
1 Amoxici Zat aktif 125 mg/ 5 3 gram 9 gram
lin ml
2 PGA Suspending 4% 2,4 gram 7,2 gram
agent
3 CMC Na Suspending 1.5 % 0.9 gram 2.7 gram
agent
4 Sukrosa Pemanis 0.17% 0.102 gram 0.306 gram
5 Natrium Pendapar 1.76 % 1.06 gram 3.18 gram
sitrat
6 Na. Pengawet 0,3 % 0.18 gram 0.54 gram
Benzoat
7 Asam Pendapar 0.84% 0,50 gram 1,5 gram
sitrat
8 Orange Perasa 0.003 % 0.0018 ml 0.0054 ml
essence

3.2 Monografi
 Gom arab
Pemerian : hampir tdk berbau, rasa tawar seperti lendir
Kelarutan :larut hampir sempurna dalam 2 bagian bobot air, tetapui sangant lambat,
meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit, praktis tidak larut
dalam etanol dan dalam eter
OTT : acasia inkompatibel dengan amidopyrine, apomorphine, cresol, etanol95%, ferric
salts, morfine phenol, physostigimine, tannins dan vanilin. Banyak garam viskositas

23
larutan akasia, trivalen garam dapat menginisiasi pengendapan. Akasia inkompartibel
dengan sabun
Indikasi : sebagai suspending agent
Sediaan lazim dan kadar sebagai emulsifyng agent 10-20 %
Wadah dan penyimpanan : disimpan wadah tertutup, rapat, terlindung cahaya, sejuk dan
kering
 Natrium siklat
Pemerian : serbuk hablur, berwarna putih
Kelarutan : larut dalam 20 bagian etanoll, larut dalm 25 propilenglikol, larut dalam 5
bagian air, larut pada 2 bagian air pada suhu 15 c. Praktis tidak larut dalam benena
ph : ph 5.5-7.5
indikasi : sweetening agent
dosis lazim : 11 mg/kg BB
sedian lazim dan kadar : 0,7%
wadah dan penyimpanan : dalam weadah tertutup rapat
 Asam sitrat
Pemerian : tidak berwarna, transparan, kristal transparan, kristal putih, tidak berbau, tapi
memiliki rasa asam yang sangat kuat
Kelarutan : larut dalam 1 : 15 etanol 95% dan 1 dalam 1 dari 1 bagian air, agak sukar
larut dalam eter
Ph : 2.2 – 3.0
OTT : pttasium tarta, alkali dan alkali bikarbonat, asetat dan zat perduksi
Indikasi : dapr atau pengasam
Dosis lazim : 0,1 – 2 % sebagai buffer, 0,3 – 2 % sebagai pengikat rasa
Sediaan lazim dan kadar : 0,37 %
Wadah dan penyimpanan : dalam tertutup, tempat yang sejuk, kering
 Essense jeruk
Pemerian : terbuat dari kulit jeruk yang masih segar, diproses secara mekanik
Kelarutan : mudah larut dalam alkohol 90%, asam asetat glasial
Indikasi : sebagai pemberi rasa
Dosis lazim : 100 mg/kg BB

24
Sedian lazim dan kadar : 0.003%
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk, kering dan
terhindar cahaya matahari
 Na. Benzoat
Pemerian : granul putih atau kristal, tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil diudara
Kelarutan :mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut
dalam etanol 90%
Ph : 4.5 – 7.0
OTT : inkompatibel dalam gelatin, garam besi, garam kalsium dan garam logam berat
yang mengandung perak dan merkuri
Cara sterilisasi : autoklaf dan sterilisasi
Indikasi : sebagai pengawet
Sediaan lazim dan kadar : 0.5 % untuk sediaan parenteral, 0.3% untuk sedian suspensi
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat sejuk dan
kering
 Na. Sitrat
Pemerian : tidak berbau, tidak berwarna
Kelarutan : mudah larut dalam air, air mendidih, tidak dalam etanol
Ph : 7.0 – 9.0
OTT : beraksi dalam substansi asam, garam alkohol dapat membentuk endapan dan
larutan hidroalkohol
Cara sterilisasi : autoklaf
Indikasi : sebagai dapar
Dosis lazim : 15 mg/kg BB
Sedian lazim dan kadar : 0.3 – 2.0 %
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
 Na. CMC
Pemerian : serbuk berwana putih, tidak berasa, bergranul
kelarutan :mudah terdispersi dalam air membentuk koloidal, tidak larut dalam etanol,
dalam eter dan dalam pelarut organik
Ph : 6.5 – 8.5

25
OTT : inkompatibel dengan larutan asam kuat dengan larutan garam dari beberapa logam
Indikasi : suspending agent, emulsifiying agent
Sediaan lazim dan kadar : suspending agent 0.25-1.0%, emulsifiying agent 3.0 – 6.0 %
Wadah dan penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat
 Amoxicilin
Pemerian : serbuk, hablur putih, praktiss tidak berbau
Kelarutan : sukr larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzena, dalam karbon,
kloroform dan tetraklorida
Ph : 3.5 – 6.0
Cara sterilisasi : filtrasi ( teknik aseptis )
Indikasi : antibiotikum
Dosis lazim : 250 – 500 mg
Cara pemakaian obat yang digunakan secara oral dan intervena
Sediaan lazim dan kadar : tablet (250 – 500 mg) sirup atau suspensi oral (125 mg dalam 5
ml )
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya
3.3 Perhitungan

Dosis pemakaian sirup kering amoxicillin, sebagai berikut :

Dosis umum anak-anak (Tjay, dkk., 2008)

0-1 tahun : 100 mg x3 (setiap 8 jam)

1-3 tahun : 125 mg x3 (setiap 8 jam)

3-10 tahun : 250 mg x3 (setiap 8 jam)

Amoxicillin : 250 mg/ 5 ml x 60 ml =3000 mg = 3 g

0,84
Asam sitrat : 𝑥 60 𝑚𝑙 = 0,50 𝑔/60 𝑚𝑙
100

1,76
Natrium sitrat : 𝑥 60 𝑚𝑙 = 1,06 𝑔/60 𝑚𝑙
100

0,3
Natrium benzoat : 100 𝑥 60 𝑚𝑙 = 0,18 𝑔

26
4
PGA : 100 𝑥 60 𝑚𝑙 = 2,4 𝑔

1,5
Na-CMC : 100 𝑥 60 𝑚𝑙 = 0,9 𝑔

0,17
Na. Siklamat : 𝑥 60 𝑚𝑙 = 0,102 𝑔
100

0,003
Orange esense : 𝑥 60 𝑚𝑙 = 0,0018 𝑔
100

Perhitungan ADI (Acceptable Daily Intake)

1. Sodium Benzoat(Pengawet) : 5 mg/kg BB, jika usia 10 tahun dengan berat


badan 29,92 kg maka :
Dosis konversi untuk anak-anak 10 tahun =5 mg/kg bb/hari X 29,92 = 149,6
mg = 0,1496 g
2,5 𝑚𝑙−5 𝑚𝑙
Penggunaan = 𝑥 0,18 = 0,0075 − 0,015 Dalam sehari (5 ml )=
60 𝑚𝑙

0,015 g x 3 = 0,045 g < 0,1496 g


2. Na.siklamat(pemanis) : 11 mg/kg BB, jika usia 10 tahun dengan berat badan
29,92 kg maka :
Dosis konversi untuk anak-anak 10 tahun =11 mg/kg bb/hari X 29,92 = 329,12
mg = 0,3291 g
2,5 𝑚𝑙−5 𝑚𝑙
Penggunaan = 𝑥 0,102 𝑔 = 0,00425 − 0,0085 𝑔
60 𝑚𝑙

Dalam sehari (5 ml )= 0,0085 g x 3 = 0,0255 g < 0,3291 g


3. Na CMC (suspending Agent) : 25 mg/kg BB, jika usia 10 tahun dengan berat
badan 29,92 kg maka :
Dosis konversi untuk anak-anak 10 tahun =25 mg/kg bb/hari X 29,92 = 748 mg
= 0,748 g
2,5 𝑚𝑙−5 𝑚𝑙
Penggunaan = 𝑥 0,9 𝑔 = 0,0375 − 0,075 𝑔
60 𝑚𝑙

Dalam sehari (5 ml )= 0,075 g x 3 = 0,255 g < 0,748 g


4. PGA (suspending Agent) : 25 mg/kg BB, jika usia 10 tahun dengan berat
badan 29,92 kg maka :

27
Dosis konversi untuk anak-anak 10 tahun =25 mg/kg bb/hari X 29,92 = 748 mg
2,5 𝑚𝑙−5 𝑚𝑙
= 0,748 gPenggunaan = 𝑥 2,4 𝑔 = 0,1 − 0,2 Dalam sehari (5 ml )=
60 𝑚𝑙

0,2 g x 3 = 0,6 g < 0,748 g


5. Natrium Sitrat (dapar) : 15 mg/kg BB, jika usia 10 tahun dengan berat badan
29,92 kg maka :
Dosis konversi untuk anak-anak 10 tahun =15 mg/kg bb/hari X 29,92 = 448,8
2,5 𝑚𝑙−5 𝑚𝑙
mg = 0,4488 Penggunaan = 𝑥 1,06 𝑔 = 0,044 − 0,088 𝑔Dalam
60 𝑚𝑙

sehari (5 ml )= 0,088 g x 3 = 0,26499 g < 0,4488 g


6. . Asam Sitrat (dapar) : 15 mg/kg BB, jika usia 10 tahun dengan berat badan
29,92 kg maka :
Dosis konversi untuk anak-anak 10 tahun =15 mg/kg bb/hari X 29,92 = 448,8
mg = 0,4488 g
2,5 𝑚𝑙−5 𝑚𝑙
Penggunaan = 𝑥 0,50 𝑔 = 0,02083 − 0,04167 Dalam sehari (5 ml
60 𝑚𝑙

)= 0,04167 g x 3 = 0,12501 g < 0,4488

28
3.4 Alat dan bahan
ALAT BAHAN
Beaker Glass Kloramfenikol palmit
Batang Pengaduk CMC Na
Mortir dan stemper Sukrosa
Gelas Ukur Nipagin
Botol coklat 60 ml Aqua
Pipet tetes
Spatula
Sudip
Cawan
Lap kering
Viskometer
Brookfield
pH meter
Ayakan bersusun
Tabung sedimentasi

3.5 Prosedur Kerja


1. Dimasukkan Na sitrat dan asam sitrat ke dalam mortir hangat
2. Ditambahkan Na siklamat di gerus
3. DiTambahkan Na benzoate di gerus, ditambahkan amox di gerus
4. Di tambahkan CMC Na ,ditambahkan essence orange (yg dilarutkn dgn etanol) sampai
terbentuk massa granul
5. Ayak sediaan menggunakan ayakan 12/14. Keringkan selama 10 menit di dalam oven
dalam suhu 50 0C
6. Dimasukkan ke botol coklat 60 ml
7. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan.

29
3.6 Evaluasi
1) Uji PH
Alat : Kertas PH
Prosedur : Dengan cara mencelupkan indikator PH ke dalam suspensi , kemudian
dibandingan dengan perubahan warna yang terjadi pada indikator dengan PH suspensi
2) Uji Organolpetik
Prosedur : Dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa suspensi
3) Uji Viskositas
Alat : Viskometer Brookfield
Prosedur :
1. pasang spindel pada gantungan spindel
2. turunkan spindel sehingga batas soindel tercelup ke dalam suspensi yang akan
di ukur viskositasnya
3. nyalakan motornya dan biarkan spindel berputar dan lihatlah jarum merah
pada skala
4. bacalah angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut
5. untuk menghitung viskositas maka pembacaan tersebut dikalikan dengan
suatu faktor yang dilihat pada tabel
6. dengan memgubah RPM , maka akan di dapat viskositas dengan berbagai
RPM.
Perhitungan :
Viskositas = faktor x skala
Gaya (F) = skala x konstanta alat (kv)
Kv alat = 673,7 dyne/cm2
4) Uji Ukuran Partikel
Alat : Mikroskop proyeksi
Prosedur :
1. Pada metode ini suspensi diteteskan pada slide (object glass) kemudian besarnya
akomodasi mikroskop diatur sehingga partikel terlihat dengan jelas .
2. frekuensi ukuran yang diperoleh dapat di plot terhadap range ukuran partikel
sehingga diperoleh distribusi ukuran partikel

30
5) Uji Volume Sedimentasi
Prosedur :
1. sediakan suspensi masukkan kedalam tabung sedimentasi
2. Catat volume sedimentasi selama waktu yang ditentukan ( 15 menit, 30 menit,
45 menit, 60 menit. 1 hari, 2 hari dan 3 hari )

31
BAB IV
PEMBAHASAN

Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak


larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspense Sirup kering adalah suatu campuran padat
yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan tersebut dibuat pada umumnya
untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa
air, seperti ampisilin,amoxillillin, kloramfenikol dan lain-lain. Agar campuran setelah
ditambah air membentuk disperse yang homogen maka dalam formulanya digunakan bahan
pensuspensi. Komposisi suspense sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi,
pembasah, pemanis, pengawet, pengaroma, buffer, zat warna. Pada sediaan ini dibuat
formulasi sediaan suspensi rekonstitusi amoxicillin 120mg/5mL. Untuk pasien yang
mengalami kesulitan menelan kapsul dan tablet, misalnya anak-anak, sediaan cair dari obat
menawarkan alternatif yang cocok. Namun, banyak obat-obatan, misalnya antibiotik, secara
fisik atau kimia tidak stabil jika diformulasikan sebagai larutan atau suspensi. Metode yang
digunakan untuk mengatasi masalah ketidakstabilan ini adalah dengan membuat sediaan
kering namun dimaksudkan untuk sediaan cair dalam wadah yang sesuai dalam bentuk bubuk
atau butiran. Ketika apoteker memberikan produk pada pasein maka harus ditambahakan
sejumlah air dengan takaran tertentu agar terbentuk massa suspensi yang cair. Setelah
dilarutkan maka sediaan tersebut hanya bisa tahan 1-2 minggu. Contohnya adalah Erythroped
Suspensi dan Amoxicillin Oral Suspension.

Pada sediaan ini dilakukan pembuatan sedian dry syrup dengan zat aktif
amoxicillin dalam bentuk Dry syrup termasuk dalam sediaan suspensi. Suspensi merupakan
sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi
dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan
bila digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Sehingga dapat
ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi
harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang. Dalam pembuatan suspensi kering
pertama-tama Dimasukkan Na sitrat dan asam sitrat ke dalam mortir hangat, lalu
Ditambahkan Na siklamat di gerus, selanjutnya DiTambahkan Na benzoate di gerus,
ditambahkan amox di gerus,Di tambahkan CMC Na Suspensi adalah sediaan cair yang

32
mengandung partikel padat tak larut yang terdispersi dalam cairan pembawa. Suspending
agent yang digunakan adalah Na CMC (Natrium Carboxyl Metil Cellulosa). Fungsi dari
suspending agent yaitu untuk mencegah agregasi. ,ditambahkan essence orange (yg dilarutkn
dgn etanol) sampai terbentuk massa granul, Ayak sediaan menggunakan ayakan 12/14.
Keringkan selama 10 menit di dalam oven dalam suhu 50 0C , Dimasukkan ke botol coklat 60
ml, Selanjutnya dilakukan pemeriksaan.

Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui apakah larutan suspensi mudah


dituang atau tidak. Semakin tinggi kekentalan maka suspensi akan dikatakan jelek karena sulit
dituang. Penambahan viskositas dapat dilakukan dengan menambahkan suspending agent
pada sediaan. Pada sediaan ini, viskositas yang didapat kurang bagus karena selama masa
evaluasi, viskositas sediaan ini menurun dikarenakan suspending agent yang digunakan terlalu
sedikit.

Uji daya alir dilakukan untuk mengetahui kecepatan serbuk saat terdispersi
kembali. Daya alir serbuk yang baik adalah 7 detik untuk 100 gram serbuk. Pada sediaan
kurang bagus untuk daya alir serbuknya karena lebih dari standar yaitu 7 detik per 100 gram
dikarenakan terlalu banyak endapan sehingga untuk kembali terdispersi lama.

Uji yang terakhir uji pH, pH suspensi yang baik adalah kurang dari 5 dan tidak lebih dari
6,5. Dari hasil uji pH pada formula 1 dan formula 2 tidak lebih dari 6,5, sehingga sediaan
suspensi jika dilihat dari uji pH termasuk sediaan suspensi yang baik.

sifat-sifat suspensi cair yaitu harus dapat dengan tepat mengendap secara lambat dan harus
rata bila kocok, ukuran partikel dari suspensi tetap konstan untuk waktu yang lama, harus
dapat dituang dari wadah dengan cepat dan homogen. Sedangkan sifat-sifat dari dry suspensi
adalah campuran serbuk harus homogen, mudah dan cepat terdispersi dalam pembawa,
redispersi dan penuangannya mudah.

Kerugian dari sediaan suspensi ini adalah tidak praktis dibandingkan bentuk sediaan lain
misalnya tablet dan rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar
kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator. Sedangkan keuntungannya
bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat

33
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh
cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat
ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi kekentalan suspense harus
menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.

Suspensi yang dibuat dari formulasi modifikasi mempunyai kestabilan yang baik pada
poin pH kecuali pada viskositas mengalami penurunan. Kemampuan redispersi dari sediaan
ini cukup cepat sehingga dikatakan cukup baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :

1. UkuranPartikel

2. Kekentalan / Viskositas

3. JumlahPartikel / Konsentrasi

4. Sifat / MuatanPartikel

Suspense oral mengalami proses ADME (adsorbs, distribusi, metabolism dan ekskresi)

5.2 SARAN
Sebaiknya dalam pembuatan suspensi amoxicillin dry sirup dibuat suspending agent
seperti Na CMC dikembangkan dalam bentuk mucilago. Dan sebagai praktikan baiknya
menggunakan alat pelindung diri dalam pembuatan sediaan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.

Rowe, Raymond C; Sheskey, Paul J; Quinn, Marian E. 2009. Handbook of Pharmaceutical


Exipient Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association. USA.

Buhler, Volker. 1998. Generic Drug Formulation. BASF Fine Chemical.

Niazi, Safaraz K. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Over-The-


Counter Products volume 5. CRC Press. London, New York, Washington DC

35
36

Anda mungkin juga menyukai