PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada
dasarnya
farmasi
merupakan
sistem
pengetahuan
yang
atau bisa juga dimaksudkan agar diabsorpsi untuk mendapat efek sistemik.
Sedangkan pada aksi sistemik membran mukosa rektum memungkinkan
absorbsi dari kebanyakan obat yang dapat larut.
I.2 Maksud Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Pengertian Suppositoria
Suppositoria adalah bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan
cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan
melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik.
Suppositoria umumnya dimasukkan melalui rektum, vagina, kadang-kadang
melalui saluran urin dan jarang melalui telinga dan hidung (Ansel,2008).
Suppositoria adalah sediaan sediaan padat, melunak, melumer, dan
larut pada suhu tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan ke dalam
rektum, berbentuk sesuai dengan maksud penggunaannya, umumnya
berbentuk torpedo (Formularium Nasional, 1979). Bentuk dan ukuran
suppositoria harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah
dimasukkan
kedalam
Zat aktif ini tidak dibuat dalam bentuk sediaan inhaler atau
aerosol seperti obat asma pada umumnya karena, sediaan aerosol
diperlukan alat dan metode khusus, sukar mengatur dosis, sering
mengiritasi epitel paru-paru, sekresi saluran nafas, toksisitas pada
jantung. Oleh
karena itu
dibuat
dalam bentuk
sediaan
Zat aktif aminofilin ini tidak dibuat dalam bentuk injeksi, karena
aminofilin dalam larutan apabila terpapar dengan cahaya matahari
dan oksigen, maka akan terurai menjadi 2,3 dimetillalantoin, N.Ndimetil-oksiamida- dan amonia (Hadyanti, 16).
Aksi sistemik
Obat yang diabsorpsi melalui rektum, tida seperti yang di
absorpsi setelah pemberian secara pemberian secara oral, tidak
melalui sirkulasi portal sewaktu perjalanan pertamanya dalam
sirkulasi yang lazim, dengan cara demikian obat yang
dimungkinkan untuk tidak dihancurkan dalam hati untuk
memperoleh efek sistemik. Pembuluh hemoroid bagian bawah
yang mengelilingi kolon menerima obat yang diabsorpsi lalu
mengedarkannya ke seluruh tubuh tanpa melalui hati. Sirkulasi
melalui getah bening juga membantu pengedaran obat yang
digunakan melalui rektum (Ansel, 579).
Suhu lebur cera alba dari 62 64oC, sedangkan cera flava dari
62 65oC.
2. Cera alba
-
pengaruh
pelunakan
dari
bahan
yang
3. -Tokoferol
-
Penggunaan
anti
oksidan
ini
untuk
mengurangi
atau
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1
IV.2
Hasil Pengamatan
Bentuk
: ovula
Warna
: Putih
Bau
Pembahasan
Pada praktikum teknologi sediaan solda yang kedua ini membuat
suatu sediaan padat yaitu suppositoria. Dimana suppositoria adalah sediaan
padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal,
vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu
tubuh (Dirjen POM, 1995).
Bentuk suppositoria yang kami rancang adalah bentuk suppositoria
vagina. Karena dalam rancangan formulasi suppositoria dengan tiga zat
aktif sulfanilamida, aminakrin HCL dan allantoin yang diindikasikan untuk
inveksi vagina dan exocermis seperti monilasis dan trikomonal vaginitis
yang disebabkan oleh baktiri T. Vaginalis . Dimana suppositoria vagina
dimaksudkan untuk efek lokal digunakan terutama sebagai antiseptik pada
hygine wanita dan sebagai zat khusus untuk memerangi dan menyerang
penyebab penyakit (bakteri patogen) (Ansel, 1989)
Dalam rancangan formula suppositoria vagina ini menggunakan
basis Gliserin-gelatin, diamana Gliserin-gelatin paling sering digunakan
dalam pembuatan suppositoria vagina dimana memang diharapkan efek
setempat yang cukup lama dari unsur obatnya. Basis gliserin-gelatin lebih
lambat melunak dan bercampur dengan cairan tubuh daripada oleum cacao
dan oleh karena itu waktu pelepasan bahan obatnya lebih lama. Untuk
pembuatan suppositoria vagina, lazimnya paling banyak digunakan basis
kombinasi yang terdiri dari polietilen glikol dari macam-macam berat
molekul (Ansel, 1989).
Pada basis ini ditambahkan surfaktan nonionik tween 80 dan bahan
pengawet metil paraben dan propilen glikol, diamana aktivitas antimikroba
metil paraben dan paraben lainnya jauh berkurang dengan adanya
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pemilihan basis yang tepat untuk suppositoria harus disesuaikan dengan zat
aktif dari suppositoria itu sendiri, yang apabila zat aktif dari suppositoria
sukar laut dalam air akan digunakan basis yang memiliki kelarutan yang
baik dalam air seperti PEG, sedangkan apabila suppositoria memiliki zat
aktif yang larut dalam air digunakan basis yang kelarutannya sedikit dalam
air seperti oleum cacao. Salah satu keunggulan sediaan supositoria adalah
dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung karena sediaan
suppositoria tidak melewati organ pencernaan.
V.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum, praktikan diharapkan bisa mengetahui
bagaimana cara menggunakan alat yang baik dan benar, agar dapat
meminimalisir berbagai kesalahan yang mungkin saja terjadi pada saat
praktikum berlangsung.