Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang permukaan tanahnya kaya
akan sumber daya alam hayati (hewan dan tumbuhan) terbesar. Sumber daya alam
adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat di pergunakan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang-orang terdahulu telah
memanfaatkan sumber daya alam tumbuhan sebagai bahan obat untuk
menyembuhkan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya zaman dan
teknologi, ilmu pendidikan berusaha mengembangkan teknologi di bidang farmasi.
Dimana perkembangan teknologi industri farmasi ini sangat berperan aktif dalam
peningkatan kualitas produksi obat-obatan.
Farmasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari cara bagaimana mencampur
obat, meracik formula, identifikasi, kombinasi serta menganalisis mengenai obat serta
pengobatan. Sebagai seorang farmasis, kami dituntut untuk bisa membuat sediaan
farmasi yang baik dalam arti luas. Artinya, semua aspek harus diperhatikan untuk
keselamatan pasien. Didalam ilmu farmasi, diajarkan juga tentang ilmu
Farmakognosi.
Farmakognosi adalah ilmu pengetahuan tentang bahan obat khususnya yang
berasal dari alam yaitu nabati, hewani, maupun mineral. Bahan obat yang berasal dari
alam salah satunya yaitu simplisia. Simplisia inilah yang akan diolah dengan berbagai
cara dan metode untuk menghasilkan obat baru yang dapat digunakan sebagai
pengobatan. Salah satunya adalah tingtur.
Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi
simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam
pelarut yang tertera pada masing masing monografi kecuali dinyatakan lain dibuat
dengan menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% untuk zat berkhasiat keras. Pada
praktikum kali ini, agar dapat mengetahui macam-macam tingtur dan cara
pembuatannya.

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui cara pembuatan tingtur
2. Mengetahui macam-macam tingtur dan cara pembuatannya

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tingtur
Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi
atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa
kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan
lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiatdan 10% untuk zat berkhasiat
keras. (Dirjen POM, 1979)
Cara pembuatan tingtur terbagi atas 2 yaitu: (Syamsuni, 2005)
1. Cara Perkolasi
Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang di
sebut perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-
zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar
memenuhi syarat-syarat dalam Farmakope. Campur dengan hati-hati serbuk
bahan obat atau campuran bahan obat dengan pelarut atau campuran pelarut
tertentu secukupnya hingga rata dan cukup basah, biarkan selama 15 menit.
Pindahkan kedalam percolator yang sesuai dan mampatkan. Tuangkan pelarut
atau campuran pelarut tertentu secukupnya sampai terendam seluruhnya, tutup
bagian atas perkolator dan jika cairan sudah hampir menetes dari perkolator,
tutuplubang bawah. Perkolasi dilakukan selama 24 jam atau sesuai denganwaktu
yang tertera pada monografi. Jika penetapan kadar tidakdinyatakan lain, lakukan
perkolasi secara perlahan atau pada kecepatanyang telah ditentukan, dan secara
bertahap tambahkan pelarut ataucampuran pelarut secukupnya hingga diperoleh
1000 mL tingtur. Prinsip kerja perkolasi yaitu serbuk simplisia ditempatkan
dalam bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapakeadaan jenuh
(Syamsuni, 2005).
Perkolasi, kecuali dinyatakan lain sebagai berikut (Syamsuni,2005)

3
a) Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang
cocok menggunakan 2,5-5 bagian cairan penyari, masukkan kedalam bejana
tertutup sekurang-kurangnya 3 jam pindahkan massa sedikit demi sedikit
dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan
penyari secukupnyasampai cairan mulai menetes, dan diatas simplisia masih
terdapatselapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. 
b) Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 mL per menit,tambahkan
berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehinggaselalu terdapat selapis
cairan penyari diatas simplisia sehinggadiperoleh 80 bagian perkolat.
c) Peras massa, campurkan cairan perasan kedalam perkolat,tambahkan cairan
penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana,
tutup, biarkan selama 2 hari di tempat sejuk terlindung dari cahaya.
2. Cara Maserasi
Maserasi adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan merendam
simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasanya 15-25°C. Maserasi
juga merupakan proses pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi. Prinsip
kerja maserasi adalah pencucian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar,
terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding
sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam
sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar
dan diganti oleh cairan penyari dengankonsentrasi rendah (proses difusi).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan diluar sel dan di dalam sel. Maserasi bahan obat dengan 750 mL pelarut
atau campuran pelarut tertentu dalam wadah yang dapat ditutup, letakkan
ditempat hangat. Diamkan selama 3 hari sambil dikocok sesekali atau hingga
terlarut. Pindahkan campuran kedalam penyaring, dan jika sebagian besar cairan
telah mengalir keluar, cuci residu pada penyaring dengan sejumlah pelarut atau
campuran pelarut tertentu secukupnya hingga diperoleh 1000 mL tingtur. Tingtur

4
harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya, jauhkan dari
cahaya matahari langsung dan panas yang berlebihan. Menurut literatur
lain, tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara perkolasi atau maserasi
simplisia nabati atau hewani, atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam
pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain,
tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% zat berkhasiat keras
(Syamsuni, 2005).
Maserasi, kecuali dinyatakan lain dilakukan sebagai berikut: (Syamsuni,
2005)
a) Masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok kedalam
sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama
5 hari terlindung dari cahaya sambil diaduk, lalu diperas. Cuci ampas dengan
cairan penyari secukupnya hinggadiperoleh 100 bagian. 
b) Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk terlindung dari
cahaya selama 2 hari. Tuangkan dan saring.
2.2 Macam – Macam Tingtur
Tingtur dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu sebagai berikut: (Syamsuni,
2005)
a) Tingtur Asli adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi. Contoh:
Tingtur yang dibuat secara maserasi; Opii Tinctura, Valerianae Tinctura, Capsici
Tinctura, Myrrhae Tinctura, Opii Aromatica Tinctura, Polygalae Tinctura. Tingtur
yang dibuat secara perkolasi, contoh: Belladonae Tinctura, Cinnamomi Tinctura,
Digitalis Tinctura, Lobeliae Tinctura, StrychniniTinctura, Ipecacuanhae Tinctura.
b) Tingtur Tidak Asli (Palsu) adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan
bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu. Contoh: Iodii
Tinctura, Secalis Cornuti Tinctura.
c) Tingtur Keras adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia yang
berkhasiat keras. Contoh: Belladonae Tinctura, Digitalis Tinctura, Opii Tinctura,
Lobeliae Tinctura, StramoniiTinctura, Strychnin Tinctura, Ipecacuanhae Tinctura.

5
d) Tingtur Lemah adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang
tidak berkhasiat keras. Contoh: Cinnamomi Tinctura, Valerianae Tinctura,
Polygalae Tinctura, Myrrhae Tinctura.
e) Tingtur Lain Berdasarkan Cairan Penariknya.
1. Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau campuran aether
dengan aethanol. Contoh: Tingtura Valerianae Aetherea.
2. Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan
aethanol. Contoh: Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei).
3. Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai cairan penarik
ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh: pada pembuatan Tinctura Acida
Aromatica.
4. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air, contoh: Tinctura
Rhei Aquosa.
5. Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari jika penarikan
dilakukan dengan cairan penarik selain aethanol halini harus dinyatakan pada
nama tingtur tersebut, misalnya campuran simplisia, contoh: Tinctura Chinae
Composita.
2.3 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman
1. Cabe Merah (Capsicum annucm)
a) Klasifikasi (Dalimartha, 2000)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanaless
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum

6
b) Morfologi
Cabai berasal dari Amerika tropis, tersebar mulai dari Meksiko sampai
bagian utara Amerika Selatan. Di Indonesia, umumnya cabai di budidayakan
di daerah pantai sampai pegunungan, hanya kadang-kadang menjadi liar
(Dalimartha,2000).
Perdu tegak, tinggi 1-2,5 m, setahun atau menahun. Batang berkayu,
berbuku-buku, percabangan lebar, penampang bersegi, batang muda berambut
halus berwarna hijau. Daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5 2,5 cm), letak
tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing,
pangkal meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar
1-5 cm, berwarna hijau. Bunga tunggal, berbentuk bintang, berwarna putih,
keluar dari ketiak daun. Buahnya buah buni, berbentuk kerucut memanjang,
lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya, menggantung,
permukaan licin mengilap,diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm, bertangkai
pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi
merah cerah. Biji yng masih muda berwarna kuning setelah tua menjadi
coklat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm. (Dalimartha, 2000)
2. Jeruk Manis (Citrus aurantium sub spesies sinensis)
a) Klasifikasi (Rahmat, 2005)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantium sub spesies sinensis
b) Morfologi

7
Tanaman jeruk besar merupakan tumbuhan menahun (Pariental) dengan
karakteristik tinggi pohon antara 5-15 m. batang tanaman kuat, agak bengkok,
bergaris tengah 10-30 cm, dan berkulit agak tebal. Kulit bagian luar berwarna
cokelat kekuning-kuningan, sedangkan bagian dalamnya berwarna kuning.
Pohon jeruk besar memiliki banyak percabangan yang terletak saling
berjauhan dan merunduk pada bagian ujungnya. Cabang yang masih muda
bersudut dan berwarna hijau, namun lama-kelamaan berubah menjadi bulat
dan berwarna hijau tua. Tajuk pohon agak rendah dan tidak beraturan.
(Rahmat, 2005)
Daun tanaman berbentuk bulat telur dan berukuan besar, dengan bagian
puncak atau ujung tumpul dan bagian tepi hamper rata, dengan bagian dekat
ujung agak berombak. Letak daun terpencar dengan tangkai daun bersayap
lebar, berwarna hijau kekuning-kuningan, dan berbulu agak suram. (Rahmat,
2005)
Bunga tanaman merupakan bunga bunga majemuk yang tersusun secara
tunggal atau bertandan. Bunga berukuran besar, berbentuk mirip lonceng atau
cawan, dan berbau harum. Setiap kuntum bunga memiliki 25-35 benang sari
yang tidak sama panjang. (Rahmat, 2005)
Cirri khas jeruk besar adalah buahnya yang berukuran besar dan berkulit
tebal sehingga tahan lama disimpan atau diangkut dalam jarak jauh. Buah
berbentuk bulat atau seperti bola yang tertekan dan berkulit agak tebal sampai
tebal, berisi 11-16 segmen. Warna daging buah bervariasi: merah jambu,
putih, hijau muda atau kekuning-kuningan. Daging buah bertekstur keras
sampai lunak, berasa manis sampai sedikit asam dan berbiji sedikit. (Rahmat,
2005)
3. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)
a) Klasifikasi (Dalimartha, 2000)
Regnum : Plantae
Divisi : Tracheophyta

8
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii
c) Morfologi
Tanaman kayu manis memiliki daun tunggal yang memiliki sifat kaku
seperti kulitnya, terletak secara berseling dengan panjang tangkainya sekitar
0,5–1,5 cm dan memiliki 3 buah tulang daun yang tumbuhnya melengkung.
Daun kayu manis berbentuk elips memanjang yang panjangnya sekitar 4–4
cm dan lebar sekitar 1,5–6 cm. Ujung daun tersebut runcing dengan tepi daun
yang rata, permukaan daun bagian atas licin berwarna hijau, sedangkan bagian
bawahnya berwarna ke abu – abuan. Untuk warna daun yang masih muda
adalah merah pucat. (Dalimartha, 2000)
Bunga yang dimiliki tanaman kayu manis berukuran kecil memiliki
warna kuning yang tumbuh pada malai. Bunga ini memiliki dua buah kelamin
yang biasa di sebut dengan bunga sempurna. Kelopak bunga pada tanaman
kayu manis berjumlah 6 helai yang berada dalam dua rangkaian. Bunga yang
di miliki tidak bertajuk bunga. Memiliki benang sari berjumlah 12 helai yang
sudah terangkai pada empat kelompok dan memiliki ruang berjumlah empat
kotak sarinya. Proses persarian pada tanaman kayu manis menggunakan
bantuan pihak ketiga, serangga. (Dalimartha, 2000)
Buah yang dimiliki tanaman kayu manis memiliki biji berjumlah satu dan
memiliki daging. Buah tersebut berbentuk bulat memanjang dan berwarna
hijau tua untuk buah yang masih muda, sedangkan untuk buah yang sudah tua
akan berwarna ungu tua. Panjang si buah adalah sekitar 1,3 – 1,6 cm dengan
diameter sekitar 0,35 – 0,75 cm. Biji si buah kayu manis memiliki panjang
sekitar 0,84 – 1,32 cm berdiameter sekitar 0,59 – 0,68 cm. (Dalimartha, 2000)

9
Tanaman kayu manis tumbuh menjulang ke atas cukup tinggi sekitar 5 –
15 meter yang kulit pohonnya berwarna abu – abu tua dengan bau khas,
sedangkan Ana kayunya adalah merah cokelat muda. Cabang dan ranting
tanaman kayu manis mengandung minyak atsiri yang menjadi komoditas
ekspor. (Dalimartha, 2000)

10
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu almunium foil,
batang pengaduk, gelas kimia, botol sprite dan kertas saring.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang kita gunakan pada praktikum ini, yaitu aquadesh,
alcohol 95%, buah cabe (Capsicum annum), kulit jeruk manis (Citrus aurantium
sub spesies sinensis) dan kayu manis (Cinnamomum burmannii).
3.2 Prosedur Kerja
 Langkah awal
a) Siapkan alat dan bahan
b) Kalibrasi botol sprite 200 ml
c) Keringkan sampel dan buat menjadi serbuk sangat kasar
d) Untuk sampel kulit jeruk dibiarkan tetap basah atau tidak dokeringkan,
kemudian rajang kecil.
 Pengolahan setiap sampel
1. Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)
a) Ambil 150 ml alcohol 95%
b) Lakukan pengenceran alcohol 95% menjadi alcohol dengan konsentrasi
30%
c) Maserasi 100 gram kulit jeruk yang telah dirajang kecil dengan 150 ml
alcohol yang telah diencerkan
d) Aduk maserat dengan menggunakan batang pengaduk selama 1-2jam
e) Saring maserat sebanyak 3X penyaringan

11
f) Masukkan kedalam botol sprite yang sudah dikalibrasi
g) Tambahkan aquadesh 200 ml
h) Beri label dan simpan ditempat yang tertutup, kering dan terlindung dari
cahaya.
2. Tingtur Cabe (Capsici Tinctura)
a) Ambil 150 ml alcohol 95%
b) Lakukan pengenceran alcohol 95% menjadi alcohol dengan konsentrasi
93%
c) Maserasi 100 gram cabe yang telah diserbukkan dengan 150 ml alcohol
yang telah diencerkan
d) Tambahkan madu dan gula jawa yang telah dihancurkan
e) Aduk maserat dengan menggunakan batang pengaduk selama 1-2jam
f) Saring maserat sebanyak 3X penyaringan
g) Masukkan kedalam botol sprite yang sudah dikalibrasi
h) Tambahkan aquadesh 200 ml
i) Beri label dan simpan ditempat yang tertutup, kering dan terlindung dari
cahaya.
3. Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)
a) Ambil 150 ml alcohol 95%
b) Lakukan pengenceran alcohol 95% menjadi alcohol dengan konsentrasi
70%
c) Maserasi 100 gram kayu manis yang telah diremukkan dengan 150 ml
alcohol yang telah diencerkan
d) Aduk maserat dengan menggunakan batang pengaduk selama 1-2jam
e) Saring maserat sebanyak 3X penyaringan
f) Masukkan kedalam botol sprite yang sudah dikalibrasi
g) Tambahkan aquadesh 200 ml
h) Beri label dan simpan ditempat yang tertutup, kering dan terlindung dari
cahaya.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
NO Sampel Tingtur Volume Larutan Pengamatan Organoleptik
Warna : Merah
Bau : Khas
1 Tingtur Buah Cabe 154 ml
Bentuk : Cair
Rasa : Pedas
Warna : Kecokelatan
Bau : Khas
2 Tingtur Kayu Manis 136 ml
Bentuk : Cair
Rasa : Manis
Warna : Kuning
Bau : Khas
3 Tingtur Kulit Jeruk 475 ml
Bentuk : Cair
Rasa : Manis
Tabel 4.1: Hasil Pengamatan
4.1.2 Hasil Perhitungan
a) Tingtur Buah Cabe
V 1 M 1=V 2 M 2
V 1 93 %=150 ml 95 %
142.5 ml %
V 1=
93 %
V 1=¿ 154 ml
b) Tingtur Kayu Manis
V 1 M 1=V 2 M 2
V 1 70 %=100 ml 95 %

13
95 ml %
V 1=
70 %
V 1=¿ 136 ml
c) Tingtur Kulit Jeruk
V 1 M 1=V 2 M 2
V 1 30 %=150 ml 95 %
142.5 ml %
V 1=
30 %
V 1=¿ 475 ml
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah pembuatan tingtur. Tingtur adalah
sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi dengan cara melarutkan
senyawa kimia dalam cairan pelarut yang tertera pada masing-masing monografi.
Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat dari 20% zat berkhasiat dan 10% untuk zat
berkhasiat keras. (Dirjen POM, 1979)
Pada praktikum kali ini, kita akan membuat tingtur dari buah cabe, kulit jeruk
manis dan serbuk cabe dengan menggunakan metode maserasi. Dimana larutan
penyari yang digunakan yaitu alkohol dikarenakan larutan penyari etanol lebih efektif
karena kapang dan kuman sulit tumbuh dalam 20 % keatas, tidak beracun, netral,
absorbsinya baik, dan etanol dapat bercampur dengan air. (Syamsuni, 2005)
Pada praktikum kali ini sampel yang kita ambil ada tiga, yaitu buah cabe
(Capsicum annum), kulit jeruk manis (Citrus aurantium sub spesies sinensis) dan
kayu manis (Cinnamomum burmannii).
a) Cabe (Capsicum annum)
Langkah awal mencuci cabe dengan menggunakan air lalu dipisahkan dari
tangkainya. Selanjutnya ditimbang cabe 89 gram lalu diblender hingga halus.
Kemudian diencerkan alcohol 95% menjadi alcohol dengan konsentrasi 93%
dengan rumus pengenceran menghasilkan 154 ml. Setelah itu alcohol yang sudah
diencerkan menjadi alcohol dengan konsentrasi 93% dimasukkan kedalam toples

14
yang sudah dilapisi bagian luarnya dengan almunium foil agar tidak ditembus
cahaya, sebanyak 150 ml lalu cabe yang sudah dihaluskan tadi ditambahkan
kedalam toples yang suda berisi alcohol untuk dilakukan maserasi, setelah itu
diaduk maserat dengan menggunakan batang pengaduk. Kemudian didiamkan
selama 1 X 24 jam lalu disaring sebanyak tiga kali menggunakan kertas saring
kemudian di masukkan kedalam botol sprite yang sudah dikalibrasi 200 mL
menggunakan aquadesh. Selanjutnya dilakukan pengamatan organileptik yaitu
memiliki bau khas cabe, warna tingtum cabe berwarna merah, berbentuk cair dan
memiliki rasa pedas. Selanjutnya jika sudah selesai beri label dan disimpan pada
tempat yang tertutup, kering dan terlindung dari cahaya.
b) Kulit jeruk manis (Citrus aurantium sub spesies sinensis)
Langkah awal mencuci jeruk manis dengan menggunakan air lalu dipisahkan
dari buahnya. Selanjutnya ditimbang kulit jeruk manis 150 gram lalu dilakukan
proses perajangan. Kemudian diencerkan alcohol 95% menjadi alcohol dengan
konsentrasi 30% dengan rumus pengenceran menghasilkan 475 ml. Setelah itu
alcohol yang sudah diencerkan menjadi alcohol dengan konsentrasi 30%
dimasukkan kedalam toples yang sudah dilapisi bagian luarnya dengan almunium
foil agar tidak ditembus cahaya, sebanyak 150 ml lalu kulit jeruk manis yang
sudah dirajang tadi ditambahkan kedalam toples yang suda berisi alcohol untuk
dilakukan maserasi, setelah itu diaduk maserat dengan menggunakan batang
pengaduk. Kemudian didiamkan selama 1 X 24 jam lalu disaring sebanyak tiga
kali menggunakan kertas saring kemudian di masukkan kedalam botol sprite yang
sudah dikalibrasi 200 mL menggunakan aquadesh. Selanjutnya dilakukan
pengamatan organileptik yaitu memiliki bau khas jeruk manis, warna tingtum
kulit jeruk manis berwarna kuning, berbentuk cair dan memiliki rasa manis.
Selanjutnya jika sudah selesai beri label dan disimpan pada tempat yang tertutup,
kering dan terlindung dari cahaya.

15
c) Kayu manis (Cinnamomum burmannii)
Langkah awal mencuci kayu manis dengan menggunakan air lalu dilakukan
proses perajangan. Selanjutnya ditimbang kayu manis 100 gram. Kemudian
diencerkan alcohol 95% menjadi alcohol dengan konsentrasi 70% dengan rumus
pengenceran menghasilkan 136 ml. Setelah itu alcohol yang sudah diencerkan
menjadi alcohol dengan konsentrasi 70% dimasukkan kedalam toples yang sudah
dilapisi bagian luarnya dengan almunium foil agar tidak ditembus cahaya,
sebanyak 150 ml lalu kayu manis yang sudah dirajang tadi ditambahkan kedalam
toples yang suda berisi alcohol untuk dilakukan maserasi, setelah itu diaduk
maserat dengan menggunakan batang pengaduk. Kemudian didiamkan selama 1
X 24 jam lalu disaring sebanyak tiga kali menggunakan kertas saring kemudian di
masukkan kedalam botol sprite yang sudah dikalibrasi 200 mL menggunakan
aquadesh. Selanjutnya dilakukan pengamatan organileptik yaitu memiliki bau
khas kayu manis, warna tingtum kayu manis berwarna kecokelatan, berbentuk
cair dan memiliki rasa manis. Selanjutnya jika sudah selesai beri label dan
disimpan pada tempat yang tertutup, kering dan terlindung dari cahaya.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini maka dapat disimpulkan bahwa tingtur
merupakan sediaan cair yang dapat dibuat dengan cara maserasi yaitu merendam
simplisia cabai, kayu manis dan kulit jeruk dalam pelarut etanol, dimana tingtur pada
praktikum ini dapat digolongkan dalam kelompok tingtur asli berdasarkan cara
pembuatannya yaitu dengan cara maserasi.
5.2 Saran
Praktikan harus teliti dalam melakukan percobaan dan berhati-hati memakai
peralatan-peralatan agar tidak tejadi kecelakaan dalam percobaan dan tidak ribut
ketika sedang melakukan percobaan.

17

Anda mungkin juga menyukai