Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati
atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya matahari langsung.
Ekstrak kering/ extractum siccum harus mudah digerus menjadi serbuk.
Ekstrak kental/ extractum spisum mengandung air 20 – 25%, kecuali extractum liquiritae
sampai 35%, extractum filisis dan extractum cannabis indicae hanya mengandung
sedikit air.
Ekstrak cair/ extractum liquidium hasilnya adalah sama dengan bobot simplisia yang disari,
sehingga extrac ini mempunyai takaran maksimum/ DM, sama dengan simplisianya.
Cairan penyari yang sering digunakan adalah air, campuran air-ethanol dan ether
Penyarian
Penyarian dengan air (extractum aquosum) dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau
penyeduhan dengan air mendidih.
Penyarian dengan campuran air – ethanol (extractum spirituosum) dilakukan dengan cara
maserasi atau perkolasi.
Penyarian dengan ether (extractum etherium) dilakukan dengan cara perkolasi.

1. Maserasi.
- Dilakukan maserasi menurut cara yang tertera pada tinctura, suling atau uapkan
maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 500C hingga konsistensi yang
dikehendaki.
2. Perkolasi.
a) Dilakukan perkolasi menurut cara yang tertera pada tingtura. Setelah percolator ditutup dan dibiarkan
selama 24 jam, biarkan cairan menetes, tuangi massa dengan cairan penyari dan perkolasi diteruskan
hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau
diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 500C hingga konsistensi yang dikehendaki.
b) Pada pembuatan extrac cair dengan cairan penyari campuran air ethanol, 0.8 bagian perkolat yang
menetes pertama dipisahkan, perkolat selanjutnya diuapkan hingga 0.2 bagian dan kemudian dicampur
dengan perkolat pertama.
c) Catatan :
 Dengan cara demikian komposisi cairan penyari di dalam Ekstrak cair ini tidak banyak berubah.
 Bila perkolat pertama tidak dipisahkan  jadi semua perkolat diuapkan sampai seberat simplisianya,
maka hampir semua ethanolnya akan menguap, dan dalam hasil penguapannya (extrac cair yang
dihasilkan ) cairan penyarinya tinggal air saja. Dan ada kemungkinan zat berkhasiat yang sudah
tersari dengan ethanol akan mengendap karena tidak larut dalam air.
 Pembuatan extrac cair dengan cairan penyari ethanol/ campuran air – ethanol dapat juga dilakukan
dengan cara perkolasi tanpa menggunakan panas. Dengan cara demikian komposisi cairan penyari di
dalam Ekstrak cair ini tidak banyak berubah.
 Bila perkolat pertama tidak dipisahkan  jadi semua perkolat diuapkan sampai seberat simplisianya,
maka hampir semua ethanolnya akan menguap, dan dalam hasil penguapannya (extrac cair yang
dihasilkan ) cairan penyarinya tinggal air saja. Dan ada kemungkinan zat berkhasiat yang sudah
tersari dengan ethanol akan mengendap karena tidak larut dalam air.
d) Pembuatan extrac cair dengan cairan penyari ethanol/ campuran air – ethanol dapat
juga dilakukan dengan cara perkolasi tanpa menggunakan panas.
e) Cara ini dilakukan dengan membagi simplisia menjadi beberapa bagian, umumnya tiga
bagian. Bagian diperkolasi dengan cairan penyari yang ditentukan, perkolat yang pekat
dipisahkan sedangkan perkolat yang encer (perkolat berikutnya) digunakan untuk
perkolasi bagian kedua. Perkolat yang pekat dari bagian kedua juga dipisahkan, dan
perkolat yang encer untuk perkolasi bagian yang ketiga. Hasil perkolat ketiga bagian
dicampur jadi satu. Cara ini memberikan hasil yang lebih baik, terutama pada simplisia
yang mengandung zat berkhasiat yang mudah menguap atau tidak tahan pemanasan,
misalnya extrac Thymi. Meskipun pada perkolasi penyarian tidak dikerjakan sampai
negatif, maka zat-zat berkhasiat yang sudah tersari tidak akan rusak atau hilang
menguap.
f) Extrac yang diperoleh dengan cairan penyari “air” harus segera dipanaskan pada suhu
900C untuk menggumpalkan zat putih telur yang ikut tersari, kemudian diendapkan dan
diserkai. Serkaian-nya diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari
500C hingga bobot sama dengan bobot simplisia yang digunakan. Diendapkan lagi di
tempat sejuk selama 24 jam, kemudian diserkai dan serkaian-nya diuapkan lagi dengan
tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 500C sampai konsistensi yang dikehendaki.
g) Extrac zat cair dengan cairan penyari “ethanol” hasil akhir harus dibiarkan di tempat
sejuk selama 1 bulan, kemudian sambil mencegah penguapan.
Contoh Sediaan Extract.
1. Belladonnae Extractum.
 Extrac belladonna adalah extrac kental yang dibuat dari serbuk belladon. Kadar alkaloida jumlah, dihitung
sebagai hiosimina tidak kurang dari 1.295% dan tidak lebih dari 1.305%.

 Pembuatan:
 Perkolasi 100 bagian serbuk belladon (85/100) dengan campuran ethanol encer dan larutan dalam air asam
asetat 2% volume sama sehingga alkaloida tersari sempurna, yang diperiksa dengan cara sebagai berikut:
 Kocok kuat-kuat campuran 3 ml eter, 5 tetes ammonia encer dan 2 ml perkolat. Uapkan 2 ml lapisan eter,
larutkan sisa dalam 1 tetes H2SO4 encer, kemudian tambahkan 5 tetes air dan 1 tetes larutan kalium tetra
iodide hydragyrat (II),  tidak terjadi kekeruhan. Suling ethanol dari perkolat, biarkan di tempat sejuk selama
24 jam. Tambahkan Talks, saring. Cuci sisa dengan 100 bagian air, uapkan filtrate menurut cara yang tertera
pada “extracta” hingga diperoleh extrac kental.

 Penyimpanan: - menurut cara yang tertera pada extracta.
 Extrac belladon dapat pula disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk kering sebagai “belladonnae
extractum cum amylo”, yang dibuat sebagai berikut:
 Gerus 1 bagian extrac dengan 2 bagian pati atau lactosa, keringkan pada suhu tidak lebih dari 800C,
tambahkan sejumlah pati atau lactosa kering hingga tepat 3 bagian, simpan dalam wadah berisi zat pengering.
2. Opii Extractum/ Extrac Opium.
Extrac opium adalah extrac kering yang diperoleh dari opium. Kadar morphine/ morphine tidak
kurang dari 19.95% dan tidak lebih dari 20.05%.
Pembuatan:
Maserasi 100 bagian opium yang telah dipotong tipis dengan 500 bagian air selama 24 jam
sambil berulang-ulang diaduk,  diperoleh maserat I.
Maserasi sisa dengan 250 bagian air selama 12 jam sambil berulang-ulang diaduk, diperas,
campur dengan maserasi I, uapkan hingga sisa 200 bagian, biarkan selama 24 jam, saring.
Uapkan hingga diperoleh extrac kering. Tetapkan kadar morfinnya, atur kadar dengan lactosa
atau extrac opium kering lain hingga memenuhi persyaratan kadar.
3. Strychni Extractum.

Pembuatan:
Perkolasi serbuk biji Strychni (24/34) yang telah dihilangkan lemaknya
dengan eter minyak tanah, dengan penyari ethanol 70% sampai sisa
penguapan dari 2 tetes perkolat terakhir dengan penambahan 2 tetes asam
nitrat tidak berwarna merah. Uapkan perkolat menurut cara yang tertera
pada “extracta” hingga diperoleh extrac kering. Tetapkan kadar strychnine,
dan jika perlu tambahkan lactosa hingga memenuhi persyaratan kadar.
4. Secalis Cornuti Extractum.

Extrac secalis cornutum adalah serbuk cair yang dibuat dengan cara perkolasi serbuk secale cornutum.
Mengandung tidak kurang dari 0.10% alkaloida jumlah dihitung sebagai ergotamine, tidak kurang 0.02%
alkaloida yang larut dalam air dihitung sebagai ergometerina.

Pembuatan:
Basahkan 100 bagian serbuk secale cornutum dengan 50 bagian campuran 95 bagian volume ethanol
encer dan 5 bagian volume HCl 4N. Maserasi dalam bejana tertutup dan biarkan selama 24 jam.
Pindahkan campuran ke dalam percolator, perkolasi mula-mula dengan 50 bagian sisa campuran di atas
kemudian dengan ethanol encer secukupnya hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Larutkan 1 bagian
asam askorbat, lanjutkan perkolasi hingga diperoleh 420 bagian perkolat, kemudian uapkan dengan
tekanan udara yang dikurangkan pada suhu tidak lebih dari 500C hingga sisa 20 bagian,  campurkan
dengan perkolat pertama. Diamkan selama 2 hari di tempat sejuk, terlindungi dari cahaya, saring.

Penyimpanan:
Menurut cara yang tertera pada extracta, tidak boleh disimpan lebih dari 6 bulan sejak tanggal
pembuatan.

Anda mungkin juga menyukai