Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BENTUK DAN KEMASAN OBAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakologi


Dosen Pengampu; Usman Sasyari, M. Kep.

Disusun Oleh:
Selma Nursyamsiah ( C2214201115)
Nayla Saadathi
Intan Ramadani
Fahmi Abdul Aziz
Raihan Bela Saputra
Robbi Awaludin
Yandi Fitrah Ardiansyah ( C2214201080)
Sultan Salman
Rehan

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Bentuk dan Kemasan OBat ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Farmakologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang farmakologi bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Penulis
menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini

Tasikmalaya, September 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan
kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan
sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat di bidang
farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian sediaan.
Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan emulsi), bentuk sediaan semipadat
(krim, lotion, salep, gel, supositoria), dan bentuk sediaan solida/padat (tablet, kapsul,
pil, granul, dan serbuk). Perkembangan dalam bidang industri farmasi telah membawa
banyak kemajuan khususnya dalam formulasi suatu sediaan, salah satunya adalah
bentuk sediaan solida. Sediaan solida memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan sediaan bentuk cair, antara lain: takaran dosis yang lebih tepat, dapat
menghilangkan atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat, dan sediaan obat
lebih stabil dalam bentuk padat sehingga waktu kadaluwarsa dapat lebih lama
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bentuk dan Kemasan Obat
1. Bentuk Obat
Dalam dunia farmasi, ada banyak sekali jenis – jenis dan bentuk obat – obatan
yang bisa anda temukan. Masing – masing jenis obat tersebut memiliki fungsi
yang berbeda beda satu sama lain. Ketika anda sedang mengalami atau menderita
suatu penyakit, otomatis anda pasti pernah memakan atau meminum obat atau
bagi anda yang ingin menjaga kesuburan tubuh maka obat herbal menjadi
solusinya. Bentuk obat yang biasa anda minum bisa berbentuk kapsul, tablet,
cairan ataupun dalam bentuk yang lainnya. Obat – obatan ini sebenarnya bukan
hanya bisa dikonsumsi dengan cara dimakan atau diminum, tapi ada juga obat
yang tidak boleh dimakan ataupun diminum. Jenis obat seperti ini biasanya adalah
obat luar atau obat yang digunakan untuk mengobati sakit yang berada di luar
organ dalam tubuh. Agar pengetahuan anda tentang informasi obat yang berlaku
dan beredar di masyarakat semakin bertambah, maka sangat penting bagi anda
untuk mengetahui jenis – jenis obat dan bentuk – bentuk obat tersebut.

a. Obat Tablet
Jenis obat tablet ini adalah bahan obat yang dipadatkan tanpa bahan
tambahan (murni bahan obat). Obat berbentuk tablet ini pemakaiannya
adalah dengan cara dimakan atau diminum. Jenis obat berbentuk tablet ini
terbagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Tablet Kempa, jenis obat berbentuk tablet yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat. Obat berbentuk tablet ini dibuat sesuai
dengan bentuk cetakannya dan memiliki ukuran yang sangat
bervariasi.
- Tablet Hipodermi, Jenis obat tablet hipodermik ini adalah obat tablet
yang mudah larut di dalam air. Proses pelarutannya juga terjadi secara
sempurna.
- Tablet Effervescent, Jenis obat tablet effervescent ini memang sengaja
dibuat agar mudah larut di dalam air. Penggunaan jenis tablet ini
adalah dengan melarutkannya dahulu didalam air sebelum diminum.
Tablet Effervescent ini tidak boleh langsung anda telan atau dimakan
sebelum dilarutkan dalam air.
- Tablet Kunyah, Obat berbentuk tablet yang satu ini penggunaan
dilakukan dengan cara dikunyah. Biasanya, jenis obat tablet seperti ini
memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan dengan obat – obat yang
lainnya, karena pemakaiannya yang harus langsung dimakan atau
dikunyah.

b. Obat Berbentuk Serbuk (Pulvis)


Jenis obat ini adalah obat berbentuk serbuk yang merupakan campuran
dari bahan kimia atau obat, yang biasanya digunakan untuk pemakaian
atau pengobatan luar. Jenis obat yang satu ini memiliki karakteristik
homogen dan kering, serta homogenisitasnya dipengaruhi oleh ukuran
partikel dan densitasnya atau berat jenisnya. Obat jenis ini juga memiliki
derajat kehalusan tertentu. Obat berbentuk serbuk ini memiliki keuntungan
/ kelebihan seperti :
- Campuran obat dan bahan obat sesuai kebutuhan
- Dosisnya lebih tepat, lebih stabil dari jenis obat larutan
- Bersifat disolusi atau cepat larut di dalam tubuh
- Tidak memerlukan banyak bahan tambahan

c. Obat Berbentuk Pil


Jenis obat berbentuk pil ini adalah bentuk obat yang berbentuk bundar
(bulat) padat kecil yang mengandung bahan atau zat obat. Pemakaian obat
ini dilakukan dengan cara dimakan atau diminum. Bobot pil idealnya
adalah berkisar antara 100 – 150 mg, biasanya sih bobot rata – ratanya
adalah 120 mg, namun karena suatu hal, bobot tersebut sering tidak
terpenuhi.

d. Obat Berbentuk Kapsul


Obat jenis kapsul ini terdiri dari bahan obat yang dibungkus dengan bahan
padat, yang mudah larut. Bahan pembungkus ini sangat berguna agar obat
mudah ditelan, menghindari bau dan rasa yang tidak enak dari obat, serta
menghindari kontak langsung dengan sinar matahari. Obat bentuk kapsul
ini umumnya berbentuk bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya yang
tumpul. Akan tetapi beberapa pabrik membuat obat kapsul dengan bentuk
khusus, misal ujungnya lebih runcing atau rata. Kapsul ini juga dapat
mengandung zat warna yang aman atau zat warna dari berbagai oksida
besi, bahan opak seperti titanium dioksida, bahan pendispersi, bahan
pengeras seperti sukrosa dan pengawet. Biasanya bahan ini mengandung
antara 10 – 15 % air.

e. Obat Berbentuk Kaplet


Jenis obat kaplet ini merupakan jenis obat yang bentuknya penggabungan
dari bentuk tablet dan kapsul. Kaplet ini tidak memakai pembungkus
sebagaimana halnya obat berbentuk tablet pada umumnya, namun bentuk
fisiknya menyerupai kapsul. Selain bentuknya yang lebih menarik, bentuk
ini juga berfungsi untuk melindungi obat dari pengaruh kelembapan udara
atau untuk melindungi obat dari keasaman lambung. Kaplet pun
merupakan obat padat yang dibuat secara kempa cetak sehingga bentuknya
menjadi oval seperti kapsul.

f. Obat Berbentuk Larutan


Obat jenis ini adalah obat yang bentuknya berupa larutan, yang dapat larut
di dalam air, pemakaian obat jenis ini ada yang diminum dan ada juga
untuk obat luar (seperti obat kulit). Jenis obat berbentuk larutan ini
memiliki keuntungan, seperti:
- Merupakan campuran homogen
- Dosis mudah diubah – ubah dalam pembuatannya.
- Dapat diberikan dalam bentuk larutan yang encer, sedangkan kapsul
dan tablet sulit diencerkan.
- Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat terabsorpsi.
- Mudah diberi pemanis, pengaroma dan warna dan hal ini cocok untuk
pemberian obat pada anak-anak.
- Untuk pemakaian luar bentuk larutan mudah digunakan.

g. Obat Berbentuk Suspensi


Obat berbentuk suspensi ini pemakaiannya juga dilarutkan di dalam air.
Namun ada bagian yang tidak larut, berupa butiran – butiran, contoh
umumnya adalah vegeta.

h. Obat Berbentuk Extract


Obat jenis ini dihasilkan dari proses extraksi dari bahan bahan obat –
obatan, baik dari hewan ataupun tumbuhan. Obat berbentuk ekstrak ini
merupakan sediaan pekat, yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari
simplisia nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi
ukuran yang ditetapkan.

i. Obat Berbentuk Salep


Obat ini adalah jenis obat luar, bentuknya berupa semi padat yang bisa
dioleskan pada kulit atau selaput lendir. Bahan obat jenis salep ini harus
larut dan terdispersi pada bahan dasar salep.

j. Obat Berbentuk Suppositoria


Obat jenis ini merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk,
yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Padaumumnya jenis obat
ini akan meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Penggunaan
lokal : memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan inflamasi
karena hemoroid. Penggunaan sistemik : aminofilin dan teofilin untuk
asma, chlorprozamin untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan
hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik.

k. Obat Berbentuk Cair


Tetes Obat ini berbentuk cair dengan penggunaan meneteskan ke bagian
yang terkena penyakit. Obat ini biasanya digunakan untuk obat dalam,
tetes mulut, tetes telinga, tetes hidung dan tetes mata

l. Obat Injeksi (suntik)


Istilah injeksi berarti adalah mendorong sejumlah cairan obat ke dalam
tubuh menggunakan jarum suntik. Cara injeksi yang biasa digunakan oleh
dokter, perawat ataupun bidan adalah IM(otot atau intramuscullar),
IV(pembuluh darah atau intravena), SC(jaringan lemak dibawah kulit atau
subcutan) dan ID(lapisan diantara kulit atau intradermal). Obat jenis ini
berbentuk cair (larutan,emulsi atau suspensi) yang disuntikkan ke tubuh
penderita, dengan tujuan agar kerja obat lebih cepat dan untuk mengobati
penderita yang tidak bisa makan obat melalui mulut. Jenis obat dan bentuk
obat yang sudah dijelaskan di atas tergantung dari kebutuhan dan penyakit
yang diderita seseorang. Hal penting yang perlu anda ingat adalah jangan
meminum dan memakan obat sembarangan, perhatikan aturan minum dan
cara pemakaiannya. Dan yang paling penting harus berdasarkan resep
dokter agartidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.

2. Kemasan Obat
Pengemasan merupakan suatu metode yang memberikan kenyamanan,
identifikasi, penyajian, dan perlindungan terhadap suatu sediaan obat sampai
dikonsumsi. Pengemasan produk farmasi dilakukan dengan beberapa teknik yang
sesuai dengan peranan dan fungsi dari kemasan produk yang akan diproduksi,
seperti Strip packaging, Blister pack, Pengemasan bulk produk dan teknik
pengemasan lain yang memiliki fungsi dan kelebihan masing-masing. Proses
pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam pembuatan sediaan
farmasi. Tahapan ini juga ikut mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir.
Bahkan belakangan ini, faktor kemasan dapat menjadi gambaran ukuran
bonafiditas suatu produk/perusahaan farmasi (Kurniawan, 2012).
Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas
terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan
yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada
umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas (Voigt, 1995). Berbagai Kemasan
Obat Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu
mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang
dikemas / dibungkusnya. Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup dan selubung
sebelah luar, artinya keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan
dan/atau disimpan (Voigt, 1995). Menurut undang-undang pasal 24 menyatakan
bahwa Pengemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan
menggunakan bahan kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia
dan/atau dapat mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu, keamanan, dan
kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

a. Klasifikasi kemasan
Berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan)
- Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau
membungkus bahan yang dikemas. Misalnya kaleng susu, botol
minuman, strip/blister, ampul, vial dan lain-lain.
- Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi
kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk
wadah susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus dan
sebagainya.
- Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah
kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk
pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah
dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke
dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas (Julianti dan
Nurminah 2006).

b. FUNGSI DAN PERANAN KEMASAN


Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi
produk dari kerusakankerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut
dan dipasarkan. Secara umum fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah :
- Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen,
agar produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran
- Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar
ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi
dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu
produk.
- Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan
sebagai alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label
yang terdapat pada kemasan.
- Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu
kemasan berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan
pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia
perdagangan.
- Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari
produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa
produk yang berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas
beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka dengan
mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di
sekitarnya (Julianti dan Nurminah 2006).

c. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengemasan


- Harus selalu mengikuti dan mematuhi prosedur tertulis yang sudah
dibuat.
- Harus selalu mengikuti dan menjalankan in process control.
- Pra penandaan pada bahan pengemas harus selalu dilakukan.
- Sebelum melakukan pengemasan, kesiapan jalur pengemasan harus
selalu diperiksa.
- Hanya obat yang berasal dari satu batch saja yang boleh ditempatkan
dalam satu palet.
- Produk yang rupa dan bentuknya sama tidak boleh dikemas pada jalur
yang berdampingan.
- Pada jalur pengemasan, nama dan nomer batch harus terlihat jelas.
- Produk antara dan produk jadi yang masih dalam proses pengemasan
harus selalu diberi label identitas dan jumlah.
- Produk yang telah diisikan kedalam wadah akhir tapi belum diberi
label, harus dipisah dan diberi tanda.
- Peralatan pengemasan tidak boleh bersentuhan langsung dengan
produk.
- Bahan untuk pengemasan seperti: pelincir, perekat, tinta, cairan
pembersih, ditempatkan dalam wadah berbeda dari wadah untuk
produk (Kurniawan, 2012).

d. TEKNIK PENGEMASAN PRODUK FARMASI


Bentuk kemasan berikut ini telah disetujui FDA sebagai contoh sistem
kemasan yang mampu memenuhi ketentuan kemasan tahan gangguan
sebagaimana dijelaskan dalam peraturan FDA 21 C.F.R. Parts 211, 314, dan
700.
1) Strip packaging (Kemasan Strip)
Kemasan Strip Strip packaging merupakan teknik pengemasan yang
sudah berlangsung lebih dari seperempat abad. Semua solid form
dibidang farmasi termasuk pill, tablet, capsul, lozenges, dikemas
dengan system ini. Tetapi yang paling umum menggunakan cara ini
adalah tablet dan capsul. Mesin Pengemas Strip Metodenya adalah
mengemas dengan dualapisan atas/bawah, dan kemudian di seal dan di
cut. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari
produk keluar. Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian
dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut. Ukuran dan
kedalaman dari mold tersebut harus cukup untuk menampung produk
dan membentuk kantong, dan jangan sampai produk tertekan. Perlu
dicek bahwa heat seal cukup efektif (Anonim,2007).

2) Blister pack (Kemasan Blister)


Kemasan Blister Bentuk kemasan ini mampu menyediaakan
perlindungan yang sangat baik terhadap keadaan sekitarnya, disertai
dengan penampilan estetis yang menyenangkan dan efisien. Juga
memberikan kemudahan pemakaian, aman terhadap anak-anak dan
tahan terhadap usaha pemalsuan. Kemasan blister dibentuk dengan
melunakkan suatu lembaran resin termoplastik dengan pemanasan, dan
menarik (dalam vakum) lembaran plastic yang lembek itu kedalam
suatu cetakan. Sesudah mendingin lembaran dilepas dari cetakan dan
berlanjut ke berbagai pengisian dari mesin kemasan. Blister setengah
keras yang terjadi sebelumnya diisi dengan produk dan ditutup Alat
Pengemas Blister dengan bahan untuk bagian belakang yang dapat
disegel dengan pemanasan. Bahan untuk bagian belakangnya, atau
tutupnya, dapat dari jenis yang bisa didorong atau jenis yang dapat
dikelupas. Untuk jenis blister yang bisa didorong, bahan untuk bagian
belakangnya biasanya aluminium foil yang diberi lapisan yang dapat
disegel panas. Lapisan pada foil harus sesuai dengan bahan blister
untuk memperoleh segel yang memuaskan, baik untuk perlindungan
produk maupun untuk perlindungan pemalsuan (Lachman, 1994).
3) Pengemasan bulk
produk Kemasan Bulk Kemasan ini dapat dibuat dengan berbagai cara,
tetapi biasanya dibentuk dengan menumpuk produk seperti sandwich
di antara lapisan tipis plastic yang dapat diberi bentuk dengan panas,
dapat memanjang atau dapat mengerut dengan pemanasan dan bahan
yang kaku untuk bagian belakangnya. Hal ini umumnya dilakukan
dengan memanaskan/melunakan lapisan tipis plastik dan membuat
kantung dengan menariknya dalam vakum melalui cara yang sama
seperti pembuatan blister dalam kemasan blister. Produk dijatuhkan ke
dalam kantung, yang kemudian disegel menjadi bahan yang keras
seperti piring kertas yang dipanaskan-disegel-diberi lapisan. Jika
memakai bahan yang dapat mengerut karena panas, kemasan
dilewatkan ke dalam corong panas, yang mengerutkan lapisan tipis
menjadi gelembung atau member kulit pada produk, sehingga
menempel erat pada karton yang ada di bagian belakangnya (Lachman,
1994). Digunakan untuk mengemas barang yang cukup banyak atau
bulk material digunakan, multi wall paper sack. Heavy duty bag
polyethylene, woven sack polipropylene dan jute bags, tetapi sekarang
ini jute bags sudah kurang popular. Multiwall paper sack : terdiri dari
beberapa lapisan kertas yang saling menunjang, dengan demikian
maka beban yang didukung oleh kantong tersebut akan merata
keseluruh lapisan. Jumlah lapisan bisa antara 2 sampai dengan 6 lapis.
Dengan menggunakan beberapa lapisan kertas yang agak tipis adalah
lebih fleksibel dan kuat daripada menggunakan satu atau dua lapisan
kertas yang tebal. Multiwall paper bag dapat digunakan untuk berbagai
produk terutama yang berbentuk bubuk (Anonim, 2007). Mesin
Pengemas Bulk

4) Pengikat (Ban) yang Mengerut


Konsep ini menggunakan sifat polimer yang dapat mengembang dan
mengerut karena pemanasan, biasanya PVC. Polimer yang dapat
mengerut karena panas diproses sebagai pipa terarah dalam diameter
sedikit lebih besar dari tutup dan lingkar leher botol yang akan disegel.
Bahan yang dapat mengerut karena panas dipasok kepada pengisi botol
sebagai pipa yang ada cetakan huruf/gambar dan dapat dilipat, baik
sudah dipotong menurut panjang tertentu atau dalam bentuk gulungan
untuk pekerjaan otomatis. Panjang pipa PVC yang sesuai diluncurkan
melalui botol yang sudah bertutup cukup longgar, sehingga dapat
menyatukan tutup dan lingkar leher botol (Gambar 24-4). Botol
kemudian digeser melalui lorong panas, yang mengerutkan pipa
dengan erat di sekeliling tutup dan botol, sehingga ban yang mengerut
akan rusak bila tutup dibuka. Agar mudah membukanya, ban yang
mengerut dapat disertai dengan celah yang dapat dirobek (Lachman,
1994). Pengikat yang Mengkerut
5) Pembungkus Lapisan Tipis
Pembungkus dari lapisan tipis telah digunakan secara luas selama
bertahun-tahun untuk produk yang memerlukan kemasan yang utuh,
atau perlindungan terhadap keadaan sekelilingnya. Pembungkus
Lapisan Tipis dikategorikan dalam tipe-tipe berikut:
- Pembungkus yang ujungnya dilipat
- Pembungkus yang disegel seperti sirip ikan
- Pembungkus yang dapat mengerut

6) Kertas Timah, Kertas, atau Kantung Plastik


Kantung yang fleksibel adalah konsep kemasan yang tidak hanya
mampu menyediakankemasan yang tahan gangguan, tetapi melalui
seleksi bahan yang sesuai, juga menyediakan kemasan yang dapat
memberi perlindungan yang sangat ampuh terhadap keadaan
sekitarnya. Kantung yang fleksibel biasanya dibentuk selama pekerjaan
pengisian produk, baik dengan peralatan bentuk pembentukan ventrikal
maupun horizontal, mengisi dan menyegel Mesin Vertikal. Pada
pelaksanaan membentuk/mengisi/menyegel secara vertical, suatu
jaringan lapis tipis ditarik meliputi cincin logam dan mengelilingi pipa
pengisi yang vertical, melalui mana produk dijatuhkan kedalam
kemasan yang terbentuk. Pipa pengisi dari metal juga bekerja sebagai
suatu mandrel yang mengontrol keliling dari kantung dan terhadap
mana dibuat segel membujur. Pembentukan segel ini, yang dapat
merupakan segel sirip maupun segel tumpang-tindih, mengubah
lapisan kemasan menjadi pipa dari lapisan yang kotinu. Alat penyegel
yang dapat bergerak, segel orthogonal sampai membujur, mengerutkan
bagian bawah tube, membentuk segel bawah dari kemasan. Produk
dijatuhkan melalui pipa, pembentuk ke dalam kemasan yang terbentuk.
Alat penyegel yang dapat bergerak mengangkat pipa lapisan tipis
setinggi panjang kemasan, dan membentuk segel paling atas dan paling
akhir dari kemasan. Segel kemasan paling atas ini menjadi segel
bagian bawah dari kemasan berikutnya, dan proses ini terulang lagi.
Karena mesin vertical yang mmbentuk/mengisi/mnyegel diisi sesuai
arah gravitasi, mereka terutama digunakan untuk cairan, bubuk dan
produk berbentuk granul. Produk mesin vertikal Sistem
pembentuk/pengisi/penyegel secara horizontal umumnya digunakan
untuk produk dengan volume lebih kecil, yang dapat lebih cocok untuk
ukuran kemasan yang lebih datar yang dihasilkan mesin jenis ini.
Dalam system ini, jaringan lapisan tipis terlipat sendiri dan tidak
mengelilingi suatu pipa. Sewaktu lipatan lapisan tipis diisi secara
horizontal melalui mesin, suatu pelat yang dapat bergerak membentuk
kantung-kantung dalam lapisan itu dengan cara membuat segel
pemisah secara vertical. Produk kemudian ditempatkan ke dalam tiap
kantung, dan segel atas akhir akan terbentuk

7) Kemasan yang dibuat dengan mesin


pembentuk/pengisi/penyegel secara horizontal biasanya mempunyai
segel keliling bersisi tiga, tetapi ada kemungkinan terjadi variasi-
variasi lain, tergantung jenis mesin yang digunakan. Mesin horizontal
Untuk menyiapkan tingkat kesempurnaan kemasan yang diperlukan
bagi kemasan yang tahan gangguan pada mesin horizontal maupun
vertical, maka haruslah digunakan segel permukaan-dalampada
permukaan-dalam. Hal ini memungkinkan pemakaian bahan segel
yang efektif seperti polietilen, etilen vinil asetat (EVA), dari Surlyn,
yang bila disegel dengan layak harus dirobek lebih dulu untuk
mendapatkan produknya. Bahan penyegel ini harus digunakan sebagai
bagian dari susunan laminasi supaya diperoleh sifat-sifat yang
diperlukan bagi penampilan bahan kemasan yang layak. Permukaan
luar dari laminasi harus merupakan permukaan yang mudah dicetak
dan tahan panas, karena langsung bersentuhan dengan batang-batang
pemanas. Bahan permukaan luar juga digunakan sebagai pembawa
substrat, yang memberikan sifat-sifat mekanis kepada laminasi yang
diperlukan untuk penanganan kemasan dan pengemasan secara
maksimal. Lapisan yang paling umum digunakan untuk pembawa
substrat ialah kertas. Polyester, nilon dan selofan juga digunakan bila
diinginkan suatu keadaan tembus pandang, tahan bocor atau
mengkilap. Untuk produk yang peka terhadap lembab dan oksigen,
umumnya digunakan kertas timah (foil) sebagai bagian dari laminasi
lapisan tipis, dengan foil diapit seperti sandwich antara lapisan luar dan
lapisan segel panas. Laminasi seperti kertas/polietilen/foil/polietilen
dan polyester/polietilen/foil/polietilen umum digunakan sebagai
perintang yang baik. Polyester yang diberi logam digunakan sebagai
pengganti foil untuk pemakaian beberapa kemasan perintang karena
biayanya lebih rendah, penampilan yang baik sekali dan tahan lekukan
(Lachman, 1994). Dan masih ada banyak lagi teknik pengemasan
produk farmasi seperti; Penyegel Botol, Segel Berupa Pita, Tutup yang
Mudah Dirobek, Tube yang Disegel, Wadah Aerosol dan Kotak Karton
yang Disegel (Lachman, 1994).

Anda mungkin juga menyukai