TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teh
a. Definisi Teh
Teh merupakan salah satu minuman paling populer
dikonsumsi di seluruh dunia. Minuman teh berasal dari seduhan
pucuk dari daun tanaman teh. Tanaman teh merupakan jenis
tanaman tahunan dengan nama ilmiah Camelia Sinensis yang
diproduksi diberbagai negara di dunia seperti China, India, Sri
Lanka, dan negara-negara lain termasuk Indonesia. Tanaman teh
ini terdiri dari dua sub-spesies utama Camelia Sinensis varietas
sinensis dan Camelia sinensis varietas assamica (Marisabeth,
2019).
b. Klasifikasi Teh
Menurut Nanthini, (2017) klasifikasi ilmiah atau
toksonomi teh adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Diviso : Spermath Ophyta
Sub Diviso : Angio Spermae
Class : Cictiflora
Famili : Theaceae
Genus : Camelia
Spesies : Camelia Sinensis
c. Jenis Teh
Secara umum, teh dibedakan menjadi tiga golongan besar yaitu
teh hijau, teh hitam, dan teh oolong. Dari tiga kelompok teh ini
berasal dari jenis yang sama yaitu Camelia Sinensis perbedaanya
terletak pada pemrosesan daun tehnya (Nanthini, 2017).
8
9
1) Teh Hijau
b) Proses Penggilingan
Daun teh masuk ke mesin penggiling yaitu Green
Leaf Shifter, pada proses ini pucuk teh masuk ke mesin
getar sehingga pucuk daun teh terpisahkan dari ulat, kerikil,
pasir dan serpihan lain. Setelah itu, pucuk daun teh tersebut
masuk ke convenyor untuk mengalami proses penggilingan
awal dengan mesin BLC (Barbara Leaf Condintioner), pada
tahap ini pucuk teh dipotong menjadi serpihan kecil-kecil.
Untuk selanjutnya menggunakan mesin Crush Tear dan
Curl (CTC) dan agar fermentasi dapat berlangsung dengan
lancar. Proses penggilingan ini akan menghasilkan berupa
bubuk teh basah berwana hijau.
c) Proses Fermentasi
Proses ini lebih tepat disebut dengan oksidasi
enzimatik. Proses ini menggunakan mesin dengan cara
kerja mesin ini menebarkan bubuk-bubuk daun teh basah
hingga terpapar oksigen sehingga terjadi perubahan warna
pada teh. Pada akhir fermentasi teh akan berwana
kecokelatan. Pada tahap ini selain perubahan warna juga
terjadi perubahan aroma, dari bau daun menjadi harum teh.
Proses ini berlangsung selama 1-5 jam dengan
menggunakan suhu optimal 26-27o C.
d) Proses Pengeringan
Proses ini bertujuan untuk menghentikan reaksi
oksidasi enzimatik pada daun teh dan untuk membunuh
mikroorganisme yang berisiko terhadap kesehatan. Pada
proses pengeringan ini dapat membuat teh tahan lama
disimpan karena kadar air yang rendah dapat menghambat
pertumbuh mikroba. Pengeringan daun teh menggunakan
oven besar (Fluid Bed Drayer) dengan suhu masuk 100-
120o C selama 15-20 menit, selanjutnya proses sortasi dan
pengemasan.
12
3) Teh Oolong
5) Mineral
Mineral yang terkandung pada daun teh yaitu K, Na, Mg,
Ca, F, Zn, Mn, Cu dan Se. Di dalam dau teh, dibandingkan
dengan kandungan yang lainnya flour merupakan kandungan
yang tertinggi (Towaha & Balittri, 2013).
e. Khasiat Teh Hijau
1) Sebagai Antibakteri
Catechin teh hijau berfungsi sebagai antibakteri. Sifat
antibakteri catechin pada teh hijau disebabkan oleh adanya
gugus pyrogallol dan gugus galloil (Nanthini, 2017).
2) Sebagai antioksidan
Catechin dikenal sebagai senyawa antioksidan. Antioksidan
adalah senyawa yang dapat melindungi sel dari kerusakan yang
diakibatkan oleh oksidasi yang terjadi didalam tubuh (George
et al., 2017).
3) Sebagai antikanker
Senyawa yang berkhasiat dalam teh hijau adalah catechin.
Catechin terkenal dapat menekan pertumbuhan sel-sel kanker,
bahkan memicu kematian kanker (Nanthini, 2017).
f. Khasiat Teh Hitam
1) Sebagai Antibakteri
Catechin bersifat bakterisid dan bakteriostatik pada rongga
mulut dengan cara merusak dinding plasma bakteri dan
membran sitoplasma serta menyebabkan denaturasi protein.
Pada teh hitam senyawa katekin akan berubah menjadi
Theaflavin yang memiliki peran dalam penghambatan amilase
saliva dan bakteri penghambat proses fermentasi gula
(Nanthini, 2017).
2) Sebagai Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau
reduktan berupa molekul kecil, tetapi dapat menginaktivasi
15
2. Plak Gigi
a. Definisi Plak
Plak merupakan deposit lunak yang melekat erat pada
permukaan gigi yang terdiri dari mikrooganisme yang berkembang
biak dalam satu matrik interseluler jika seseorang mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut (Maramis & Nanangkong, 2015). Plak
gigi terdiri dari air dan berbagai macam mikroorganisme yang
berkembang biak dalam suatu matriks interseluler yang terdiri atas
polisakharida ekstraseluler dan protein saliva (Maramis &
Nanangkong, 2015).
b. Mekanisme Pembentukan Plak
Tahapan pembentukan plak adalah sebagai berikut:
1) Tahap pertama dimulai dari pembentukan pelikel dengan
terbentuknya deposit selapis tipis dari protein saliva pada
permukaan gigi yang dimulai beberapa detik setelah
menggosok gigi. Lapisan pelikel ini bersifat tipis, translusen,
halus, dan tidak berwarna (Putri et al., 2018).
2) Tahap kedua dimulai beberapa detik setelah tahapan kolonisasi
awal pada bakteri yang muncul dalam waktu beberapa menit
setelah terdepositnya pelikel. Bakteri dapat langsung terdeposit
pada email. Bakteri terlebih dahulu melekat pada pelikel dan
agregat bakteri dapat menyelubungi glikoprotein saliva. Setelah
beberapa jam, bakteri jenis Streptococcus dan Actinomyces
akan melekat pada pelikel dan terjadi kolonisasi bakteri yang
telah terbentuk sebelumnya, sehingga populasi bakteri dalam
beberapa hari akan tumbuh, berkembang, dan menyebar keluar
dari permukaan gigi. Waktu yang diperlukan dalam
pembentukan plak pada tahap kedua ini kurang lebih 2 jam
(Putri et al., 2018).
3) Tahap ketiga proses kolonisasi sekunder bakteri dan
pematangan plak. Pada tahap ini terjadi inflamasi pada gingiva
setelah 4-7 hari. Keadaan ini akan mengakibatkan bakteri
17
d. Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan suatu upaya pencegahan terjadinya
plak dan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kontrol plak
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu
secara mekanik dan kimiawi.
1) Mekanik
Kontrol plak saat ini masih mengandalkan pembersihan
secara mekanik. Kontrol plak secara mekanik yaitu dengan cara
menggosok gigi dan penggunaan flossing, cara ini masih
dianggap ampuh dalam pencegahan penyakit periodontal.
Kontrol plak secara mekanik dengan kemampuan menggosok
gigi yang baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting
dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Kemampuan
menggosok gigi yang benar dipengaruhi oleh faktor
penggunaan alat, metode menggosok gigi, frekuensi dan waktu
penyikatan yang tepat (Penda et al., 2015; Saputri et al., 2017).
2) Kimiawi
Kontrol plak secara kimiawi dapat dilakukan dengan cara
berkumur. Berkumur merupakan membasuh mulut
menggunakan larutan yang ditahan didalam mulut dalam
beberapa waktu dengan menggunakan kekuatan pada otot
untuk menghilangkan patogen (Manipal et al., 2016). Efek
kimiawi didapatkan dari bahan aktif yang terdapat di dalam
obat kumur yang bersifat antibakteri. Obat kumur dapat
berbahan herbal maupun non-herbal (Wahyuni et al., 2016).
e. Skor Indeks Plak
Skor indeks plak merupakan suatu alat bantu yang digunakan
sebagai pencatat distribusi plak gigi di seluruh permukaan gigi.
Terdapat beberapa jenis indeks plak untuk mengetahui skor plak
sebagai berikut:
19
Skor Kategori
0 Sangat Baik
0,1 – 0,8 Baik
1,0 – 1,9 Sedang
2,0 – 3,0 Buruk
Loe dan Silnes di dalam Talumewo et al (2015)
20
Skor Kategori
0 Sangat Baik
0,1 – 1,7 Baik
1,8 – 3,4 Sedang
3,5 – 5,0 Buruk
22
B. Kerangka Teori
Lingkungan
Fisik
Mekanik Kimiawi
Obat Kumur
Sikat gigi Flossing
Teh Chlorhexidine
C. Hipotesis
H0 : Tidak ada efektivitas berkumur larutan teh hitam dan teh hijau
terhadap penurunan indeks plak pada siswa di SDN Tandang 04
Ha : Ada efektivitas berkumur larutan teh hitam dan teh hijau terhadap
penurunan indeks plak pada siswa di SDN Tandang 04